• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETEKSI ANTIBODI DAN VIRUS INFLUENZA TIPE A SUBTIPE H9 PADA KUCING JALANAN (Felis sp.) DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DETEKSI ANTIBODI DAN VIRUS INFLUENZA TIPE A SUBTIPE H9 PADA KUCING JALANAN (Felis sp.) DI INDONESIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL ILMIAH

DETEKSI ANTIBODI DAN VIRUS INFLUENZA TIPE A SUBTIPE H9 PADA KUCING

JALANAN (Felis sp.) DI INDONESIA

Oleh :

MEI HIDANINGRUM

NIM 061211131059

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2016

(2)

DETECTION OF ANTIBODY AND TYPE A SUBTYPE H9 INFLUENZA VIRUS ON STRAY

CATS (Felis sp.) IN INDONESIA

Mei Hidaningrum

1)

, Chairul Anwar Nidom

2,4)#

, Abdul Samik

3)

1)

Mahasiswa,

2)

Departemen Ilmu Kedokteran Dasar Veteriner,

3)

Departemen Reproduksi Veteriner

4

)Avian Influenza-zoonosis Research Center

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga #Email: nidomca@unair.ac.id

ABSTRACT

The aim of this study was to detect the presence of antibody and type A subtype H9 influenza

virus in cats from Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Gresik and Jakarta. The study was conducted from

December 2015 to April 2016 in the BSL-2 Laboratory AIRC-Universitas Airlangga. 41 cats were collected

from Surabaya, 33 from Sidoarjo, 14 from Gresik, 12 from Lamongan, and five from Jakarta. The samples

being tested in the study were nasofaring swab and blood serum of the cats..After centrifuging the swab

with media transport, the supernatant was inoculated into chicken eggs with embryo (9-11 days old) then

were incubated at 37°C. On the fourth day, the allantois fluid’s Hemagglutinin activity was analyzed

using Hemagglutination (HA) test. The prepared blood serum was analyzed for its type A subtype H9

influenza virus antibody by using Hemagglutination Inhibition (HI) test. The result of this research

showed that two samples from Surabaya (4.87 %), Sidoarjo (6.06 %), Gresik (14.28 %) and one sample

from Jakarta (20 %) were positive, indicating the presence of potential type A subtype H9 influenza virus

antibody in the cats. The result of HA tests was negative. We recommend to do further analysis using the

protective titer detection method; such as Serum Neutralization Test (SNT) and to continue the

surveillance of the viruses’ presence in cats.

Keywords:

Influenza, H9, Cat, HA test, HI

Menyetujui untuk dipublikasikan dengan Author Mei Hidaningrum,

Surabaya, 9 Juni 2016

Mahasiswa

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

(Mei Hidaningrum)

(Prof. Dr. Chairul A. Nidom, drh., MS) (Dr. Abdul Samik, drh. M.Si)

NIM 061211131059

NIP 195803081984031003

NIP 196405081990111001

Dosen Penguji I

Dosen Penguji II

Dosen Penguji III

(Dr. K. Rachmawati, drh., M. Kes) (Prof. Dr. A. Ma’ruf, drh., M.Kes) (Nanik S. W. ,drh.,SU)

NIP 196807251997022001 NIP 196509051993031001

NIP 195309181982032002

(3)

DETEKSI ANTIBODI DAN VIRUS INFLUENZA TIPE A SUBTIPE H9 PADA KUCING

JALANAN (Felis sp.) DI INDONESIA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeteksi keberadaan antibodi virus influenza tipe a subtipe H9

pada kucing jalanan di Indonesia yang berasal dari wilayah, Surabaya , sidoarjo, lamongan,

gresik dan Jakarta. Penelitian ini berlangsung dari bulan Desember 2015 hingga April 2016 di

BSL-2 Laboratory AIRC-Universitas Airlangga. 41 kucing di kumpulkan dari Surabaya, 33 dari

Sidoarjo, 14 dari Gresik, 12 dari Lamongan, dan lima dari Jakarta. Sampel yang diuji pada

penelitian ini adalah swab nasofaring dan serum darah pada kucing. Setelah sampel swab

dengan media transport di sentrifuse, supernatant diinokulasikan pada Telur Ayam Berembrio

(umur 9-11 hari) lalu diinkubasi pada suhu 37°C. Pada hari keempat, cairan allantois dianalisa

aktivitas hemaglutininya dengan test Hemagglutination (HA). Sampel serum darah yang telah

dipreparasi dianalisa dengan test Hemagglutination Inhibition (HI) untuk mengidentifikasi

antibody virus influenza tipe a subtype H9. Hasil dari penelitian ini menunujukkan bahwa dua

sampel masing-masing dari Surabaya (4.87 %), Sidoarjo (6.06 %), Gresik (14.28 %) dan satu

sampel dari Jakarta (20 %) terindikasi positif antibodi virus influenza tipe a subtype H9 yang

potensial ada pada kucing jalanan. Hasil dari seluruh sampel yang diuji HA menunjukkan hasil

yang negatif. Kami merekomendasikan untuk menganalisis lebih lanjut menggunakan uji

serologis protektif yaitu SN Test, dilakukan pula isolasi virus dari kucing dan melanjutkan

surveillans keberadaan virus pada kucing.

Kata Kunci : Influenza, H9, kucing, uji HA , HI

Pendahuluan

Penyakit Flu Burung atau Avian Influenza (AI) menjadi perhatian khusus sebagai suatu isu

kesehatan yang telah mewabah dan mengancam beberapa negara seperti Thailand, Vietnam, China,

Eropa dan juga Indonesia. Virus Influenza merupakan golongan keluarga virus Orthomyxoviridae.

Berdasarkan susunan protein strukturnya, virus ini telah dibagi menjadi tiga tipe yaitu tipe A, B dan C.

Virus tipe A dapat menginfeksi unggas, manusia, babi, kuda, cerpelai, anjing laut dan paus sedangkan

virus tipe B dan C menginfeksi manusia (Nidom, 2010; Kapoor and Dharma, 2014).

Salah satu subtipe virus Influenza A adalah virus Influenza tipe A subtipe H9. Infeksi virus ini

menyebabkan gejala klinis yang cenderung ringan, namun tidak dipungkiri peran dalam beberapa kasus

wabah penyakit dan kematian di peternakan unggas yang disebabkan infeksi pathogen lain (Guan et al.,

2000; Peiris et al., 2001).

(4)

Kasus yang terjadi pada manusia di tahun 1999 dilaporkan bahwa dua anak terinfeksi virus

Influenza A subtipe H9 di Hongkong, kemudian pada tahun 2003 juga terdapat laporan seorang anak

terinfeksi virus yang sama (Rahardjo dan Nidom, 2004).

Virus Influenza A subtipe H9 sudah menular ke berbagai spesies mamalia. Mamalia yang pernah

dilaporkan terinfeksi virus H9N2 di Iran adalah anjing jalanan (Hasiri et al., 2012). Kasus yang sama juga

ditemui di daerah Cina Selatan (Sun et al., 2013). Kucing jalanan dan anjing jalanan merupakan hewan

yang memiliki interaksi sangat dekat dengan manusia, sehingga memungkinkan berperan terhadap

penularan virus influenza antar spesies.

Kucing jalanan merupakan kucing yang dibiarkan berkeliaran dan tidak ada yang memiliki.

Spesies ini memiliki kemungkinan mampu menjadi inang penyebaran virus Influenza ke manusia,

karena keberadaan dan interaksi epidemiologis antara manusia dan kucing jalanan yang cukup tinggi di

tempat publik. Pasar merupakan salah satu tempat publik yang potensial untuk penyebaran beragam

penyakit, karena terjadi pola distribusi bahan pangan maupun non pangan dari berbagai wilayah dalam

suatu daerah. Keberadaan rumah potong unggas, tempat penjualan daging, tempat pembuangan sampah

dalam pasar merupakan tempat yang tidak luput dari keberadaan kucing jalanan. Kucing jalanan

memiliki mobilitas yang cukup tinggi untuk mencari pakan. Tempat publik lain yang memiliki populasi

kucing jalanan adalah rumah sakit, hal ini dikarenakan keberadaan kantin dan tempat pembuangan

sampah yang sering dikunjungi kucing untuk mencari pakan. Potensi penyebaran penyakit pada rumah

sakit juga cukup tinggi, termasuk potensi penularan virus Influenza.

Hingga saat ini belum pernah dijumpai kasus H9 pada manusia maupun hewan di Indonesia.

Berdasarkan beberapa penemuan mengenai wabah virus Influenza Tipe A subtipe H9 di beberapa negara

yang melibatkan hewan dan manusia, maka perlu dilakukan penelitian mengenai kemungkinan kucing

jalanan di Indonesia sebagai salah satu hewan yang berperan terhadap mata rantai penularan virus

Influenza. Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi dan virus Influenza A subtipe H9 pada

kucing jalanan di Indonesia

(5)

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium BSL-2 Avian Influenza Research Center (AIRC) Universitas

Airlangga Surabaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 - April 2016.

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 105 serum dan 73 swab nasofaring

kucing yang berasal dari pasar di Indonesia, subunit antigen Influenza Tipe A Subtipe H9 yang berasal

dari Hokaido University, Red Blood Cell (RBC) marmut 0,75%, TAB berumur 9-11 hari yang bersifat SAN

(Specific Antibody Negative) yang diperoleh dari PT. Shigetta-IPB, Surabaya, ketamin, medium transport

199, larutan Phosphat Buffer Saline (PBS), Penicillin Streptomycin (penstrep), micropipet (50 μl, 100 μl, 1000 μl),

micropipet multichannel 50 μl, keranjang, spuit 1 ml dan 3 ml, cotton-swab, Biological Safety Cabinet (BSC),

inkubator telur 37

o

C, egg candler, tabung conical 15 ml, tabung eppendorf 1,5 ml, centrifuge, dry bath,

microplate “U”, vortex.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah serum dan swab nasofaring kucing.

Pengambilan sampel dimulai dengan penangkapan kucing di lapangan kemudian melakukan anestesi

umum menggunakan ketamin 10-30 mg/kgBB. Pengambilan darah menggunakan teknik intracardiac

pada jantung sebanyak 2,5 ml. Pengambilan swab nasofaring dengan cara memasukkan cotton-swab ke

dalam rongga mulut sampai masuk ke tenggorokan kemudian hasil swab dimasukkan ke tabung conical

15 ml yang berisi medium transport 3 ml. Sampel darah dan swab kemudian disimpan dalam refrigerator

pada suhu 4

o

C.

Swab nasofaring kucing yang telah dipreparasi kemudian diinokulasikan pada TAB berumur

9-11 hari yang bersifat SAN (Specific Antibody Negative). Supernatan diinokulasikan sebanyak 0,2 ml dan

ditambahkan 50 µl penstrep pada tiap TAB dengan memasukkan jarum yang berisi supernatan sedalam

±15mm agar mencapai rongga alantois. TAB diinkubasikan pada inkubator 37

o

C selama 3 – 4 hari.

Embrio yang mati sebelum empat hari dikeluarkan dari inkubator kemudian disimpan di refrigerator 4

o

C.

Isolat yang berupa cairan alantois digunakan untuk uji Hemaglutinasi (HA).

(6)

Pengujian serum dengan uji HA dan HI mikroteknik memerlukan suspensi Red Blood Cell (RBC)

dengan konsentrasi 0,75%. Suspensi diperoleh dari darah marmut. Darah tersebut disentrifus dengan

kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang dan sisa endapannya dicuci dengan

menambahkan PBS, kemudian disentrifus lagi selama 5 menit. Kegiatan pencucian RBC dengan PBS ini

diulang sampai dua kali, karena jika lebih dari 2 kali, dapat terjadi hemolisis (WHO, 2011).

Uji HI pada serum menggunakan subunit antigen Influenza Tipe A Subtipe H9 yang sebelumnya

telah dilakukan titrasi 4 HA Unit. Sampel serum sebelum dianalisa dengan uji HI diinaktivasi terlebih

dahulu pada dry bath dengan suhu 56

o

C selama 30 menit. Tujuan dari inaktivasi ini adalah

menghilangkan komplemen-komplemen yang akan mengganggu pada saat uji berlangsung dan

pembacaan uji.

Hasil dan Pembahasan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 106 sampel serum dan 73 sampel swab.

Sampel serum diuji dengan metode uji HI untuk mendeteksi antibodi spesifik dari virus Influenza A

Subtipe H9, sedangkan sampel swab diinokulasikan pada TAB berumur 9-11 hari selama 3 hari, lalu

dipanen dan menghasilkan sampel isolat yang siap diperiksa dengan uji HA.

Tabel 4.1 Data Hasil Uji HA pada Kucing Jalanan

No.

Asal sampel

Jumlah

sampel

Jumlah sampel

positif

sampel positif

Persentase

1.

Surabaya

34

0

0 %

2.

Sidoarjo

33

0

0 %

3.

Jakarta

5

0

0 %

4

Lamongan

1

0

0%

Total

73

0

0 %

Hasil pemeriksaan dengan menggunakan uji HA menunjukkan bahwa dari 73 sampel swab

isolat terjadi adanya bentukan endapan cincin hallo, dan keseluruh sampel menunjukan hasil negatif.

(7)

Berdasarkan uji HA yang menunjukkan nilai negatif, belum tentu menunjukkan bahwa virus tidak

terdapat pada spesimen yang diperiksa. Hal itu mungkin disebabkan virus tidak dapat dideteksi dengan

cara tersebut, titer virus masih rendah pada saat pemeriksaan, kematian virus yang disebabkan oleh

autolisis jaringan (Susanti et al., 2007).

Tabel 4.2 Data Hasil Uji HI pada kucing jalanan.

Pemeriksaan menggunakan uji HI dengan antigen virus influenza A subtipe H9 menunjukkan

masing – masing dua sampel positif berasal dari kucing Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo serta satu sampel

positif yang berasal dari kucing Jakarta. Pasar merupakan salah satu tempat publik yang potensial untuk

penyebaran beragam penyakit, karena pola distribusi bahan pangan maupun non pangan dari berbagai

wilayah dalam suatu daerah. Keberadaan rumah potong unggas, tempat penjualan daging, tempat

pembuangan sampah dalam pasar merupakan tempat yang tidak luput dari keberadaan kucing jalanan.

Kucing jalanan memiliki mobilitas yang cukup tinggi untuk mencari pakan. Dua sampel positif dari

Surabaya berasal dari kawasan pasar yang berbeda yakni pasar Tambakrejo (KTR3) di Surabaya Timur

dan pasar Wonokromo (KWN4) di Surabaya Selatan. Sampel KWN4 yang terdiri dari serum dan swab,

dimana hasil uji HA pada sampel swab menunjukkan hasil negatif. Dapat disimpulkan terdapat kucing

yang pernah terinfeksi virus influenza A subtipe H9. Begitupula, dua sampel positif KSG2 dan KSG4 dari

kota gresik juga berasal dari kawasan yang berbeda. Hasil pengujian dari kawasan pasar yang sama

No.

Kota

Jumlah

Sampel

Jumlah Sampel Positif

Persentase

1.

Surabaya

41

2

4,87%

2.

Sidoarjo

33

2

6,06%

3.

Gresik

14

2

14,28

4.

Lamongan

12

-

-

5.

Jakarta

5

1

20%

6.

Total

105

7

6,67%

(8)

terdapat pada dua sampel posititf (KLAR13 dan KLAR14) dari kabupaten Sidoarjo. Hal ini bisa

memungkinkan adanya penularan virus influenza A subtipe H9 pada antar spesies kucing dalam satu

area yang sama. Satu sampel postif kucing Jakarta berasal dari pasar Pramuka (KPR3). Keseluruh sampel

positif tersebut memiliki titer antibodi 2

4

. Hasil titer antibodi yang tidak terlalu tinggi dapat disebabkan

beberapa hal, diantara lain, pernah terjadinya infeksi dalam fase waktu yang telah lama, virulensi virus

rendah serta kekebalan antibodi yang lebih tinggi ada pada virus Influenza tipe H5, dikarenakan

penggunaan dan penerapan vaksin pada unggas yang sudah meluas (Wang et al., 2009).

Virus Influenza A subtipe H9 sebelumnya belum pernah dijumpai di Indonesia. Hasil publikasi di

China menunjukkan bahwa virus Influenza A subtipe H9 mampu menyerang dan menular secara kontak

udara pada spesies lain seperti babi, anjing, dan anjing jalanan (Xu et al., 2004, Hasiri et al., 2012).

Penelitian ini dapat memperkuat potensi kucing sebagai mamalia yang berperan sebagai inang dari virus

Influenza Tipe A (subtipe H1, H3, H5, H7, H9) maupun Tipe B (subtipe Bv dan By). Hal serupa pada

hasil uji serologis virus Influenza A subtipe H3 dan H7 pada kucing yang sama (KTR3) dari Pasar

Tambakrejo, Surabaya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wardhani dan Damayanti (2016)

(Unpublished) menunjukkan bahwa di daerah Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Jakarta terdapat sampel

yang positif dengan titer antibodi yang tinggi (2

8

dan 2

7

), sementara pada hasil pengujian HA sampel

swab keseluruhnya menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini menunjukkan kucing mampu terinfeksi

berbagai macam subtipe influenza (muti infection), serta kemungkinan potensi kucing sebagai mixing

vessel.

Nilai titer antibodi yang tinggi diatas titer protektif (2

4

) diduga diperoleh dari sistem pertahanan

tubuh yang merespon paparan virus Avian Influenza dari lingkungan sehingga tubuh tervaksinasi secara

alami (Elfidasari, 2013). Variasi titer antibodi dapat dipengaruhi oleh beberapa kondisi diantaranya

adalah kesehatan kucing, jumlah virus yang menginfeksi, dan perbedaan waktu infeksi.

Kesimpulan

(9)

jalanan sejumlah tujuh sampel positif (6,67%) dengan rincian dua berasal dari Surabaya (4,87%), dua

berasal dari Gresik (14,28%), dua berasal dari Sidoarjo (6,06%) dan satu berasal dari Jakarta (20 %). Dari

sampel swab nasofaring menunjukkan tidak terdeteksi virus Influenza Tipe A subtipe H9 pada kucing

jalanan.

Daftar pustaka

Damayanti. 2016. Serologis dan virologis Avian Influenza H7 pada Kucing Jalanan di Indonesia.

(Unpublished)

Elfidasari D. dan R. L. Puspitasari. 2013. Analisa Cross-Infection Virus AI Subtipe H5N1 Berdasarkan

Imunoserologi pada Burung Air di Cagar Alam Pulau Dua .Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains Dan

Teknologi, Vol . 2, No. 2.

Guan, Y., K. F. Shortridge., S. Krauss., P. S. Chin., K. C. Dyrting., T. M. Ellis, R. G. Webster., and M. Peiris.

2000. H9N2 Influenza Viruses Possessing H5N1-Like Internal Genomes Continue To Circulate in

Poultry in Southeastern China. J.Virology Vol. 74, No. 20. p. 9372–9380.

Hasiri, M. A., S. Nazifi, E. Mohsenifard and M. Ansari-Lari. 2012. Seroprevalence of Avian H9N2

Influenza Virus in a Population of Iranian Domestic Dogs. Journal of Basic & Applied Sciences, 2012, 8,

339-343.

Kapoor, S. and K. Dharma. 2014. Epidemiology of Influenza Viruses. Springer International Publishing

Switzerland. DOI: 10.1007/978-3-319-05512-1_5

Nidom, C. A. 2010. Menelusuri Penyebaran Virus Flu Burung di Indonesia Tahun 2003-2007). Airlangga

University Press. Hal. 28-31

Peiris, J.S., Y. Guan, D. Markwell, P.Ghose, R. G. Webster, and K. F. Shortridge. 2001. Cocirculation of

avian H9N2 and contemporary bhumanQ H3N2 influenza A viruses in pigs in southeastern China:

potential for genetic reassortment? J. Virol. 75, 9679 – 9686.

Rahardjo, J dan C.A. Nidom. 2004. Avian Influenza : Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasannya.

Hasil Investigasi Kasus Lapangan. Gita Pustaka. Jakarta.

Sun, X., X. Xu , Q. Liu, D. Liang, C. Li , Q. He, J. Jiang, Y. Cui, J. Li, L. Zheng, J. Guo, Y. Xiong, and J. Yan.

2013. Evidence of avian-like H9N2 influenza A virus among dogs in Guangxi, China. J. Infection,

Genetics and Evolution 20 (2013) 471–475.

Susanti R., Soejoedono R.D., Mahardika I.G.N.K., Wibawan I.W.T. and Suhartono M.T. 2007. Waterfowl

Potential as Resevoirs of High Pathogenic Avian Influenza H5N1 viruses. JITV 12(2): 160-166

Wang, M,. C. Fu, and B. Zheng. 2009. Antibodies against H5 and H9 Avian Influenza among Poultry

Workers in China. J. Med .360;2

Wardhani. R. R. 2016. Uji Serologi Antibodi dan Deteksi Virus Influenza Tipe A pada Kucing Jalanan

(Felis sp.). Unpublished

(10)

WHO/CDR/CSR/NCS/2000.5WHO (World Health Organization). 2011. Manual for the Laboratory

Diagnosis and Virological Surveillance of Influenza. WHO Press. Switzerland. ISBN 978-92-4-154809-0.

Xu, C., W. Fan, R. Wei, and H. Zhao.2004.Isolation and identification of swine influenza recombinant

A/Swine/Shandong/1/2003(H9N2) virus.J. Microbes and InfectionVolume 6, Issue 10, Pages 919–

92

Gambar

Tabel 4.1 Data Hasil Uji HA pada Kucing Jalanan
Tabel 4.2 Data Hasil Uji HI pada kucing jalanan.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mengembangkan sistem basis data ini akan dilakukan penelitian dengan menggunakan metode fact finding technique, meliputi metode analisa yang dilakukan dengan survey

Sedangkan untuk alumni yang telah bekerja dibidang pajak dalam sebuah perusahaan peneliti memilih alumni yang sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun dibidang

Dari analisis pengendalian erosi di Sungai Pedes, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya dinding penahan tanah, krib, tanggul bronjong dan sheet pile dapat melindungi

Pada jenis serangan ini, penyerang tidak terlibat dalam komunikasi antara pengirim dan penerima, namun penyerang menyadap semua pertukaran pesan antara kedua entitas

membuat peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul penelitian “Perbedaan Tingkat Memaafkan (Forgiveness) antara Santri yang Hafal Al-Qur’an dengan Santri yang

Dalam program pengembangan kelembagaan lembaga pengelola air bersih di Desa Ridomanah, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi diawali oleh kegiatan KKN yang dilakukan

Hal yang berbeda adalah integrasi antara kedua pihak lebih ditekankan dan larangan untuk membeli senjata bagi kedua pihak.Namun, karena dari awal kedua pihak tidak serius

Paving block adalah komposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen Portland atau bahan perekat sejenis ,air dan agregat halus dengan