• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud (Depkes RI, 2009a). Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) tahun 2005-2025 disebutkan kesehatan sebagai hak asasi manusia secara tegas di amanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945, di mana dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009b). Di dunia internasional, konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 juga menyatakan bahwa “Health is a fundamental right”, yang mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan serta meningkatkan yang sehat.

Demikian halnya dengan kesehatan penghuni lembaga pemasyarakatan (lapas) sebagai warga negara yang mempunyai hak yang sama untuk akses mendapatkan pelayanan kesehatan baik fisik maupun mental. Kesehatan mental merupakan masalah penting dalam pelayanan kesehatan, tak terkecuali bagi narapidana di lapas (Khan dkk. , 2012). Undang-Undang No 32 tahun 1999 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan Bagian 4 Pasal 14 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap narapidana dan anak didik pemasyarakatan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.

Dewasa ini tindak kriminal semakin berkembang sesuai dengan perkembangan jaman terutama dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tindak kriminal tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak, orang yang sudah dewasa bahkan orang tua, baik yang berjenis kelamin laki-laki ataupun wanita. Perlu diketahui angka kriminalitas oleh perempuan di

(2)

Indonesia semakin lama semakin meningkat. Seiring meningkatnya kasus kejahatan perempuan, terjadi peningkatan jumlah narapidana wanita.

Berdasarkan jenis kelamin, narapidana wanita secara hak dan kewajiban sama dengan narapidana laki-laki, namun secara psikologis keadaan emosi dan kesehatan mental narapidana wanita berbeda dengan narapidana laki-laki. Menurut Butterfield, 2003 (dalam Gussak 2009), narapidana wanita diyakini lebih rentan mengalami gangguan mental dibandingkan dengan narapidana laki-laki. Penelitian lain juga mengatakan bahwa narapidana wanita lebih rentan mengalami depresi (Harris, 1993 dalam Gussak, 2009).

Ketika seorang wanita berada di dalam penjara, akan banyak mengalami tekanan yang bermakna. Penjara menimbulkan perasaan takut dan perasaan tidak menyenangkan karena anggapan buruk dan tekanan yang selalu ada di dalamnya seperti pemukulan, penyiksaan, pelecehan seksual, kesehatan yang buruk dan fasilitas yang sangat minim, selain itu adanya stigma yang akan tetap melekat pada seseorang apabila dirinya telah keluar dari penjara. Lama hukuman dan terisolasinya mereka dari lingkungan luar memberikan dampak psikologis yang cukup besar pada kesehatan mental narapidana (Eliason,2006 dalam Noorsifa 2013).

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Lapas wanita Kelas IIA Semarang pada bulan Januari 2010 didapatkan beberapa pengalaman perasaan negatif diantaranya yaitu : perasaan kesepian, tertekan karena peraturan di dalam lapas, keinginan untuk bebas, perlakuan dari narapidana lain yang tidak menyenangkan, tidak mendapatkan kunjungan keluarga. Permasalahan yang dihadapi di dalam penjara dapat membuat para narapidana wanita mengalami dampak psikis dan fisik seperti sakit kepala, tidak dapat tidur dan bahkan ada salah satu diantara narapidana wanita pernah melakukan percobaan bunuh diri (Rizki, 2010 dalam Noorsifa 2013).

Menurut Khan dkk. (2012), insiden depresi pada narapidana wanita di Pakistan mencapai 59,4%. Sejalan dengan itu Purnamasari dkk. (2012) menyebutkan bahwa angka kejadian depresi sedang pada narapidana wanita di Denpasar mencapai 40%. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Utami tahun

(3)

2011 mendapatkan angka kejadian depresi sedang sebesar 35,36% dan depresi berat 13,91 % pada narapidana wanita di Lapas Kelas II A Semarang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Noorsifa (2013), angka kejadian depresi pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Banjarmasin terjadi 12,5% dari populasi.

Lembaga pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta adalah tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyaratakan di Indonesia, yang berlokasi di Jalan Tamansiswa No. 6 Yogyakarta. Seluruh narapidana wanita di Yogyakarta di satukan di lapas ini sejak bulan September 2013. Dalam rangka pemenuhan hak mendapatkan pelayanan kesehatan mental bagi narapidana, diperlukan adanya perlakuan untuk kondisi kesehatan mental narapidana yang mengalami peristiwa tersebut, khususnya narapidana wanita. Ada beberapa upaya yang pernah dilakukan untuk penanganan depresi pada narapidana wanita. Purnamasari dkk. (2010) memberikan perlakuan senam aerobik low impact untuk menurunkan derajat depresi pada narapidana wanita di lembaga pemasyarakatan Denpasar dan didapatkan hasil perbedaan antara tingkat depresi sebelum dan setelah diberikan senam aerobik low impact dengan nilai p < 0,000. Gussak (2009) menyebutkan bahwa art therapy pada narapidana laki-laki dan perempuan berpengaruh baik terhadap perbaikan mood dan pengendalian diri.

Untuk mengatasi masalah depresi secara umum, beberapa peneliti telah melakukan penelitian untuk dapat menyeimbangkan neurotransmiter pada pasien depresi baik farmakologi maupun nonfarmakologi. Emotional Freedom Technique (EFT) merupakan salah satu terapi nonfarmakologi . Teknik ini telah terbukti dapat menyembuhkan masalah fisik yang disebabkan oleh emosi. Baker & Siegel (2005) melakukan 45 menit EFT untuk mengurangi fobia pada tikus, laba-laba dan kutu air. Brattberg (2008) memberikan perlakuan EFT pada 86 wanita dengan fibromialgia dan hasilnya terbukti mengurangi gejala. Church & Geronilla (2009) mencatat bahwa terjadi penurunan signifikan 40 % untuk gejala psikologis berat, cemas berkurang 46 %, depresi 49 % dan PTSD 50% setelah pemberian 6 sesi EFT pada veteran perang.

(4)

Efek EFT pada dimensi biologis telah di buktikan dengan penelitian Church dkk. (2012), penelitian berjudul The effect of emotional freedom techniques on stres biochemistry: a randomized controlled trial. Sebelum intervensi EFT pada 83 responden, dilakukan tes kortisol saliva dan dilakukan pengulangan 30 menit setelah intervensi. Kelompok perlakuan mengalami penurunan yang signifikan dalam tingkat kortisol (-24,39%) dibandingkan dengan penurunan yang diamati melalui wawancara suportif (-14,25%) dan kelompok tanpa perlakuan (-14,44%) dengan nilai p <0,03.

Teknik lain yang juga memberi hasil yang cukup bermakna dalam penanganan stres, kecemasan dan depresi adalah terapi relaksasi. Mahdavi dkk. (2013), membuktikan adanya perbedaan yang signifikan antara level stres dan kecemasan sebelum dan setelah pemberian terapi relaksasi dengan nilai p < 0,001 pada pasien dengan hemodialisa, namun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada derajat depresi sebelum dan setelah intervensi dengan nilai p < 0,22. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sloman (2002), menunjukkan hasil bahwa pemberian terapi relaksasi pada pasien dengan kanker lanjut secara signifikan menurunkan derajat depresi dan memperbaiki kualitas hidup. Sejalan dengan itu Tobing (2012) memberikan perlakuan kombinasi progresif muscle relaxation dan logoterapi pada penderita kaker di bandingkan dengan kontrol menunjukkan hasil terdapat penurunan derajat kecemasan dan depresi dengan nilai p < 0,05.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana jika kedua teknik psikoterapi tersebut diberikan dalam bentuk kombinasi untuk penatalaksanaan depresi, khususnya pada narapidana wanita di Lapas Klas IIA Yogyakarta, sehingga penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Terapi Kombinasi Emotional Freedom Technique dan Terapi Relaksasi Terhadap Derajat Depresi Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta”

(5)

2 Perumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh terapi kombinasi Emotional Freedom Technique dan terapi relaksasi terhadap derajat depresi narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta?

3 Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh terapi kombinasi Emotional Freedom Technique dan terapi relaksasi terhadap derajat depresi narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta?

4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Dengan mengetahui pengaruh terapi kombinasi Emotional Freedom Technique dan terapi relaksasi terhadap derajat depresi narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta diharapkan hasil tulisan ini akan memberikan tambahan pengetahuan bagi semua pihak terkait baik bagi Lapas Klas IIA, pihak Kementrian Hukum dan HAM maupun bagi penulis khususnya tentang penatalaksanaan depresi.

2. Manfaat praktis:

a. Memberi wacana baru untuk melengkapi penatalaksanaan depresi di lembaga pemasyarakatan secara komprehensif.

b. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan praktisi kesehatan jiwa dalam memberikan penatalaksanaan depresi.

c. Menurunkan prevalensi depresi narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Yogyakarta.

5 Keaslian Penelitian

1. Purnamasari dkk., 2010. Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Pada Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Denpasar. Terdapat beberapa persamaan antara penelitian kami dengan penelitian Purnamasari dkk. Adapun persamaan tersebut terletak pada variabel tergantung, alat ukur, subyek penelitian dan rancangan penelitian. Variabel tergantung yang dinilai adalah depresi. Kuesioner yang digunakan

(6)

adalah Beck Depession Inventory (BDI) dan melibatkan narapidana wanita sebagai subyek penelitian. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah pre experimental menggunakan one group pre-test dan post test design. Perbedaan dengan penelitian Purnamasari dkk. terletak pada variabel bebas dan lokasi penelitian. Variabel bebas pada penelitian Purnamasari dkk. adalah Senam Aerobik Low Impact sedangkan lokasi penelitian adalah di Lembaga Pemasyarakatan Denpasar Bali. Penelitian Purnamasari dkk bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam aerobik low impact terhadap penurunan tingkat depresi pada narpidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Denpasar dan didapatkan hasil perbedaan antara tingkat depresi sebelum dan setelah diberikan senam aerobik low impact dengan nilai p < 0,000.

2. Church dkk. (2012), The effect of emotional freedom techniques on stres biochemistry: a randomized controlled trial. Persamaan penelitian kami dengan Cruch dkk. terletak pada intervensi yang diberikan yaitu Emotional Freedom Technique (EFT), dan dalam hal ini penelitian kami melakukan modifikasi dengan memberikan intervensi berupa terapi kombinasi EFT dan terapi relaksasi. Perbedaan terletak pada variabel tergantung, alat ukur, dan rancangan penelitian. Variabel tergantung penelitian Cruch dkk. adalah biokimia stres dengan alat ukur kortisol saliva dan Symptom Assesmen 45 (SA-45) menggunakan rancangan randomized controlled trial. Pada hasil didapatkan terdapat penurunan level kortisol pada kelompok EFT dan didapatkan perbaikan gejala distres psikologis.

3. Church & Geronilla (2009), Psychological symptom change in veterans after six sessions of EFT (Emotional Freedom Techniques): an observational study. Persamaan dengan penelitian Church & Geronilla terletak pada variabel bebas yaitu EFT. Perbedaan terletak pada variabel tergantung, subyek penelitian dan rancangan studi penelitian. Variabel tergantung penelitian Church & Geronilla adalah gejala psikologis umum yang diukur dengan Symptom Assesmen 45 (SA-45) dengan subyek penelitian veteran perang irak dan afganistan. Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah studi observasional dimana responden di nilai kembali dengan SA 45 setelah 90 hari. Pada hasil didapatkan keparahan gejala menurun secara signifikan 40% (p<0,001),

(7)

kecemasan berkurang 46% (p<0,001), depresi berkurang 49% (p<0,001) dan PTSD 50% (p<0,016). Dan manfaat tersebut masih dipertahankan ketika follow up 90.

4. Sloman (2002), Relaxation and Imagery for Anxiety and Depression control in Community Patient With Advance Cancer. Terdapat beberapa modifikasi dibandingkan dengan penelitian Sloman. Pada penelitian Sloman variabel bebas berupa terapi relaksasi dan guided imagery pada penelitian kami dilakukan modifikasi pemberian terapi kombinasi EFT dan terapi relaksasi. Variabel tergantung pada penelitian Sloman adalah cemas, depresi dan kualitas hidup sedangkan penelitian kami variabel tergantung terfokus pada depresi. Perbedaan dengan penelitian Sloman terletak pada subyek penelitian dan rancangan penelitian. Pada penelitian Sloman subyek penelitian yang dilibatkan adalah pasien dengan kanker lanjut dengan rancangan penelitian randomized controlled trial. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbaikan yang bermakna pada kecemasan namun terdapat perbaikan pada depresi dan kualitas hidup.

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ini berisi panduan gerakan fitness yang ditampilkan secara visual melalui teks dan animasi , dan dapat memberikan informasi tentang dunia fitness bentuk artikel dan tips yang

Manurung menyampaikan sistem penerimaan laporan pada Polresta Medan sesuai dengan Perkap no.12 tahun 2009 tentang Pengawasan dan Pengendalian Penanganan Perkara Pidana

(2010); (3) Pergantian Kantor Akuntan Publik tidak memiliki pengaruh terhadap Cumulative Abnormal Return hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dalam Diaz (2009); (4)

Saat ini Madrasah Aliyah Al-Azhaar Ummu Suwanah memiliki jaringan komputer berupa Wireless Local Area Network (WLAN) yang menggunakan koneksi internet dari modem

Menimbang, bahwa terhadap putusan tersebut Terdakwa telah mengajukan permintaan banding dihadapan Panitera Pengadilan Negeri Sangatta pada tanggal 15 Pebruari

Di dalam pekerjaan proyek pembangunan Hotel Ibis Style Candiland, menurut keterangan dari kontraktor alat yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi hotel harus sesuai dengan

Hasil penelitian keanekaragaman hymenoptera parasitoid pada empat lokasi berdasarkan perangkap nampan kuning dan perangkap malaise memperlihatkan bahwa kekayaan spesies (

Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh strategi promosi dan volume penjualan yang dilakukan pada PT Honda Maju Mobilindo Palembang belum