• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN REVIEW RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN REVIEW RENCANA STRATEGIS TAHUN DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

DINAS KEHUTANAN

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

REVIEW

RENCANA STRATEGIS TAHUN 2016 - 2021

DINAS KEHUTANAN PROVINSI

(2)

KATA PENGANTAR

Review Rancangan Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2016 – 2021 Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan ini disusun dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi kepemerintahan yang lebih berdaya dan berhasil guna, serta untuk lebih memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan kehutanan. Berdasarkan susunan perencanaan, Review Renstra Dinas Kehutanan merupakan kerangka umum pembangunan yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016 – 2021 dan Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2015-2019 serta merupakan kesinambungan dari Rencana Strategis Tahun 2011 – 2015 Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan.

Review Renstra ini merupakan pedoman utama seluruh unit kerja di lingkungan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan dalam menyusun rencana pembangunan, serta dapat dijadikan bahan rujukan bagi instansi terkait lintas sektoral pemerintah maupun non-pemerintah yang terkait dan para pihak pemerhati pembangunan kehutanan. Dengan demikian diharapkan semua pihak yang terkait dengan pengelolaan hutan terdapat kesepahaman dalam mewujudkan hutan lestari untuk kesejahteraan masyarakat.

Semoga Allah SWT meridhoi Review Renstra ini menjadi pedoman utama pembangunan kehutanan Tahun 2016 - 2021 di Provinsi Kalimantan Selatan.

Banjarbaru, Maret 2017 KEPALA DINAS

(3)

DAFTAR ISI

BAB / HALAMAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. B. LANDASAN HUKUM C. MAKSUD DAN TUJUAN D. SISTEMATIKA

II. GAMBARAN PELAYANAN

A. TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH B. SUMBER DAYA PERANGKAT

DAERAH

C. KINERJA PELAYANAN PERANGKAT DAERAH

D. TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH

III. ISU – ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

A. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN

BAB BAB BAB BAB BAB BAB BAB BAB BAB BAB BAB BAB I I I I I II II II II II III III HAL HAL HAL HAL HAL HAL HAL HAL HAL HAL HAL HAL i ii 1 1 2 5 5 1 1 12 17 21 1 1

(4)

B. TELAAHAN VISI, MISI, DAN

PROGRAM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH TERPILIH C. TELAAHAN RENSTRA K/L DAN

RESTRA KABUPATEN KOTA

D. TELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KAJIAN

LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS. E. PENENTUAN ISU – ISU STRATEGIS

IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

A. TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH PERANGKAT DAERAH B. STRATEGI DAN KEBIJAKAN

V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

VI. INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD. VII. PENUTUP BAB BAB BAB BAB BAB BAB BAB BAB BAB BAB III III III III IV IV IV V VI VII HAL HAL HAL HAL HAL HAL HAL HAL HAL HAL 7 8 10 12 1 1 3 1 1 1

(5)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan menyebutkan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem yang berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Selanjutnya disebutkan pula bahwa kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 mengamanatkan bahwa hutan merupakan karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia, merupakan kekayaan yang dikuasai Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara optimal, serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Mandat tersebut merupakan landasan konstitusi dalam pengurusan dan pemanfaatan hutan di Indonesia.

Kawasan hutan di Kalimantan Selatan meliputi areal kurang lebih seluas 1.779.982 hektar. Sebagai provinsi yang terletak di Pulau Kalimantan sebagian besar didominasi oleh tipe hutan hujan tropis, sekaligus dikenal sebagai tempat megadiversity sehingga menjadi pusat konsentrasi keragaman hayati baik di daratan maupun perairan.

Sampai dengan tahun 1990-an, sumberdaya hutan telah menjadi modal utama pembangunan di Provinsi Kalimantan Selatan yang memberi dampak positif antara lain terhadap peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian pemanfaatan hasil hutan kayu secara berlebihan dan besarnya perubahan kawasan hutan untuk kepentingan non kehutanan menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan lingkungan, ekonomi, dan sosial pada dekade terakhir.

(6)

Pemerintah telah berupaya menangani permasalahan di bidang kehutanan antara lain dengan menetapkan kebijakan pemberantasan pencurian kayu di hutan negara (illegal logging) dan perdagangan kayu illegal, revitalisasi sektor kehutanan khususnya industri kehutanan serta pemantapan kawasan hutan yang dituangkan dalam rencana - rencana kehutanan.

Dalam penyusunan rencana pembangunan kehutanan ke depan perlu disusun Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 - 2021 berdasarkan kondisi saat ini dan permasalahan serta isu-isu strategis dalam pembangunan kehutanan. Dalam Renstra ini disusun formulasi visi dan misi Dinas Kehutanan dalam lima tahun ke depan yang merupakan acuan dalam menetapkan tujuan, sasaran, kebijakan strategis, program dan kegiatan serta indikator kinerja.

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kehutanan dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja Dinas Kehutanan setiap tahun yang terintegrasi melalui program dan kegiatan guna mencapai visi, misi dan arah pembangunan jangka menengah.

1.2. Landasan Hukum.

Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 – 2021 disusun berdasarkan :

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;

3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

(7)

6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 nomor 47, tambahan lembaran negara Republik Indonesia nomor 4286);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, dan Penggunaan Kawasan Hutan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 12. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Derah; 14. Perpres No 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah;

15. Perpres No 2 Tahun 2015 tentang RPJM Nasional 2015 – 2019 (Nawacita), 16. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

dalam Pembangunan Nasional;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan

(8)

Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

18. Permenpan RB No 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

19. Permendagri No 67 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah.

20. Instruksi Menteri Dalam Negeri tentang Tindak Lanjut PP No 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

21. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 Nomor 11);

22. Perda No 17 Tahun 2009 tentang RPJP Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2005 – 2025;

23. Perda No 7 Tahun 2016 tentang RPJMD Provinsi Kalsel Tahun 2016-2021; 24. SE bersama empat Menteri : Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bappenas,Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2012 Tentang Strategi Nasiona Percepatan PUG melalui PPRG;

25. SK Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas No. Kep. 30/M.PPN/HK/03/2009 tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Teknis Perencanaan dan Penganggaran Yang Responsif Gender;

26. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 22 Tahun 2017 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan (Berita Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 Nomor 22);

27. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kesatuan

(9)

Pengelolaan Hutan Pada Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan (Berita Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 Nomor 23).

1.3 Maksud dan Tujuan.

1. Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencapai harmonisasi perencanaan pembangunan kehutanan yang menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergi dengan sektor lain dalam mencapai tujuan pembangunan kehutanan di Kalimantan Selatan periode tahun 2016 - 2021.

2. Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan bertujuan untuk menentukan arah kebijakan dan strategi dalam menyusun rencana pembangunan kehutanan di Kalimantan Selatan periode tahun 2016 - 2021.

1.4 Sistematika.

Ruang lingkup isi Renstra Dinas Kehutanan adalah sebagai berikut:

KATA PENGANTAR, merupakan pengantar umum Kepala Dinas Kehutanan. BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan BAB II. GAMBARAN PELAYANAN

2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah 2.2 Sumberdaya Perangkat Daerah

(10)

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Perangkat Daerah

3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Kabupaten Kota

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis

BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah

4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Perangkat Daerah 4.3 Strategi dan Kebijakan Perangkat Daerah

BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF.

BAB VI. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. BAB VII. PENUTUP

(11)

II GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH

2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah

Berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 22 Tahun 2017 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Unsur-unsur Organisasi Dinas Kehutanan dan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) pada Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan (Berita Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017 Nomor 22 dan

Nomor 23) ditetapkan unsur-unsur organisasi Dinas Kehutanan Provinsi

Kalimantan Selatan yang terdiri dari : 1. Kepala Dinas

a. Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan di bidang kehutanan. b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Dinas mempunyai fungsi :

1) perumusan kebijakan teknis bidang tata hutan dan pemanfaatan Kawasan Hutan, perlindungan dan KSDAE, pengelolaan DAS dan RHL, dan pemberdayaan masyarakat;

2) pelaksanaan kebijakan teknis bidang tata hutan dan pemanfaatan Kawasan Hutan;

3) pelaksanaan kebijakan teknis bidang perlindungan dan KSDAE; 4) pelaksanaan kebijakan teknis bidang pengelolaan DAS dan RHL; 5) pelaksanaan kebijakan teknis bidang pemberdayaan masyarakat; 6) koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan teknis bidang tata

hutan dan pemanfaaatan Kawasan Hutan, perlindungan dan KSDAE, pengelolaan DAS dan RHL, dan pemberdayaan masyarakat;

7) pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan teknis bidang tata hutan dan pemanfaatan Kawasan Hutan, perlindungan dan KSDAE, pengelolaan DAS dan RHL, dan Pemberdayaan masyarakat;

(12)

9) pembinaan, pengawasan dan pengendalian Unit Pelaksana Teknis; dan

10) pengelolaan kegiatan kesekretariatan.

2. Sekretariat.

a. Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang memiliki tugas

mengoordinasikan, membina dan mengendalikan penyusunan rencana dan program, pengelolaan keuangan dan aset dan menyelenggarakan urusan umum dan administrasi kepegawaian.

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Sekretaris mempunyai fungsi :

1) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian penyusunan program dan rencana kegiatan dinas;

2) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian evaluasi dan pelaporan kegiatan dinas;

3) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian penyusunan anggaran dan pengelolaan keuangan;

4) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian pengelolaan aset dinas;

5) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian pengelolaan surat-menyurat dan rumah tangga;

6) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian pengelolaan administrasi kepegawaian; dan

7) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian pengelolaan organisasi, tatalaksana dan hubungan masyarakat.

c. Unsur-unsur organisasi Sekretariat adalah : 1) Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan; 2) Sub Bagian Keuangan dan Aset; dan 3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. 3. Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan.

a. Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan dipimpin oleh Kepala Bidang yang mempunyai tugas mengoordinasikan, membina, mengatur dan mengendalikan perencanaan, pemanfaatan dan penataan hutan,

(13)

pengukuhan dan penggunaan Kawasan Hutan serta pengolahan dan pemasaran hasil hutan.

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan mempunyai fungsi :

1) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian perencanaan hutan dan pemanfaatan hutan;

2) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian penataan hutan;

3) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian pengukuhan hutan;

4) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian penggunaan Kawasan Hutan;

5) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian pengolahan dan pemasaran hasil hutan; dan

6) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian pengelolaan penerimaan Negara bukan pajak sektor kehutanan.

c. Unsur-unsur organisasi Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan adalah :

1) Seksi Perencanaan, Pemanfaatan Hutan dan Tata Hutan; 2) Seksi Pengukuhan dan Penggunaan Kawasan Hutan; dan

3) Seksi Pengolahan, Pemasaran dan Penerimaan Negara Bukan Pajak. 4. Bidang Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem.

a. Bidang Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem

(KSDAE) mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pembinaan, pengaturan dan pengendalian perlindungan hutan, pengendalian kerusakan hutan dan lahan, serta KSDAE.

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Perlindungan dan KSDAE mempunyai fungsi :

(14)

1) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan dan pengendalian perlindungan kerusakan hutan;

2) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan dan pengendalian pengamanan hutan;

3) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan dan pengendalian kebakaran hutan;

4) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan dan pengendalian kebakaran lahan;

5) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan dan pengendalian konservasi sumberdaya hutan; dan

6) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan dan pengendalian konservasi ekosistem.

c. Unsur-unsur organisasi Perlindungan dan KSDAE adalah : 1) Seksi Pengendalian Kerusakan dan Pengamanan Hutan; 2) Seksi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan;dan

3) Seksi Konservasi dan Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE).

5. Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. a. Bidang Pengelolaan DAS dan RHL dipimpin oleh Kepala Bidang yang

mempunyai tugas pengelolaan dan pengendalian DAS lintas

Kabupaten/Kota dan dalam daerah Kabupaten/Kota Wilayah Propinsi serta RHL kritis.

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Bidang Pengelolaan DAS dan RHL mempunyai fungsi :

1) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian pengelolaan DAS lintas kabupaten/kota;

2) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian pengelolaan DAS dalam kabupaten/kota wilayah provinsi; 3) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan

(15)

4) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis di luar Kawasan Hutan;

5) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian pengembangan hutan tanaman dan perbenihan tanaman hutan; dan

6) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian produksi, sertifikasi dan peredaran benih tanaman hutan. c. Unsur-unsur organisasi Bidang Pengelolaan DAS dan RHL adalah :

1) Seksi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai; 2) Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan; dan

3) Seksi Pengembangan Hutan Tanaman dan Perbenihan.

6. Bidang Pemberdayaan Masyarakat , Penyuluhan dan Perhutanan Sosial. a. Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Penyuluhan dan Perhutanan Sosial

mempunyai tugas melaksanakan pengembangan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, penyuluhan dan pengembangan perhutanan sosial.

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Penyuluhan dan Perhutanan Sosial mempunyai fungsi :

1) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan

pengendalian pengembangan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan hutan;

2) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan; 3) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan

pengendalian penyuluhan kehutanan;

4) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian pengembangan perhutanan sosial; dan

(16)

5) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan, dan pengendalian pengelolaan hutan adat.

c. Unsur-unsur organisasi Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Penyuluhan dan Perhutanan Sosial adalah :

1) Seksi Pemberdayaan Masyarakat; 2) Seksi Penyuluhan Kehutanan;

3) Seksi Perhutanan Sosial dan Hutan Adat. 7. Taman Hutan Raya Sultan Adam.

a. Taman Hutan Raya Sultan Adam dipimpin oleh Kepala Tahura yang mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan Taman Hutan Raya (Tahura).

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Taman Hutan Raya Sultan Adam mempunyai fungsi :

1) Pelaksanaan inventarisasi potensi dan penataan kawasan Tahura; 2) Pelaksanaan penyusunan rencana pengelolaan Tahura;

3) Pelaksanaan pencegahan, penanggulangan dan pembatasan

kerusakan yang disebabkan manusia, ternak, alam, spesies invasif, hama dan penyakit serta melakukan penjagaan kawasan secara efektif;

4) Pelaksanaan pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar beserta habitatnya serta sumber daya genetik dan kearifan lokal di kawasan Tahura;

5) Pelaksanaan pemanfaatan Tahura untuk penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan konservasi, pemanfaatan jasa lingkungan dan pemanfaatan tradisional kawasan Tahura;

6) Pelaksanaan pengelolaan daerah penyangga Tahura;

7) Pelaksanaan pengembangan kerja sama dan kemitraan pengelolaan Tahura;

(17)

8) Pelaksanaa penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan Tahura;

9) Pelaksanaan penerimaan PAD dalam pemanfaatan SDH di kawasan Tahura;

10) Pengembangan sistem informasi dan data base pengelolaan Tahura c. Unsur-unsur organisasi Taman Hutan Raya Sultan Adam adalah :

1) Sub Bagian Tata Usaha;

2) Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan;

3) Seksi Perlindungan, KSDE dan Pemberdayaan Masyarakat; 4) Kelompok Jabatan Fungsional.

8. UPTD Perbenihan Tanaman Hutan.

a. UPTD Perbenihan Tanaman Hutan dipimpin oleh Kepala UPTD yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas Kehutanan di bidang perbenihan tanaman hutan serta pelayanan masyarakat.

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, UPTD Perbenihan Tanaman Hutan mempunyai fungsi :

1) Penyusunan rencana dan program pengembangan sumber benih tanaman hutan, identifikasi dan inventarisasi sumber benih tanaman hutan;

2) Pelaksanaan sertifikasi benih dan/atau bibit tanaman hutan;

3) Pelaksanaan produksi dan pemasaran benih dan/atau bibit tanaman hutan;

4) Penetapan standar produksi benih dan/atau bibit tanaman hutan; 5) Pelaksanaan pengembangan persemaian dan peningkatan kualitas

perbenihan tanaman hutan;

6) Pelaksanaan pengembangan teknologi perbenihan tanaman hutan c. Unsur-unsur organisasi UPTD Perbenihan Tanaman Hutan adalah :

(18)

3) Seksi Sertifikasi Benih Tanaman Hutan; 4) Kelompok Jabatan Fungsional.

9. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).

a. Kesatuan Pengelolaan Hutan dipimpin oleh Kepala KPH yang mempunyai tugas mengoordinasikan, membina, mengatur dan mengendalikan pengelolaan hutan secara terencana, terpadu dan lestari.

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Kesatuan Pengelolaan Hutan mempunyai fungsi :

1) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan dan pengendalian penyusunan rencana teknis pengelolaan hutan terencana, terpadu dan lestari;

2) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan dan pengendalian perlindungan hutan;

3) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan dan pengendalian pelestarian hutan;

4) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan dan pengendalian pemanfaatan hutan;

5) penyusunan program, koordinasi, pembinaan, pengaturan dan pengendalian pemanfaatan hasil hutan; dan

6) pembinaan, pengaturan dan pengendalian ketatausahaan. c. Unsur-unsur organisasi KPH adalah :

1) Sub Bagian Tata Usaha; 2) Seksi Perlindungan Hutan; 3) Seksi Pemanfaatan Hutan; dan 4) Kelompok Jabatan Fungsional

d. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas :

1) Kesatuan Pengelolaan Hutan Kayu Tangi; 2) Kesatuan Pengelolaan Hutan Cantung;

(19)

3) Kesatuan Pengelolaan Hutan Pulau Laut Sebuku 4) Kesatuan Pengelolaan Hutan Tabalong;

5) Kesatuan Pengelolaan Hutan Kusan; 6) Kesatuan Pengelolaan Hutan Tanah Laut; 7) Kesatuan Pengelolaan Hutan Balangan; dan 8) Kesatuan Pengelolaan Hutan Hulu Sungai. 10. UPTD Peredaran Hasil Hutan Barito Muara

a. Unit Pelaksana Teknis Daerah Peredaran Hasil Hutan Barito Muara dipimpin oleh Kepala UPTD yang mempunyai tugas melaksanakan pengamanan, evaluasi, penertiban dan pemeriksaan legalitas peredaran hasil hutan.

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, UPTD Peredaran Hasil Hutan Barito Muara mempunyai fungsi :

1) Penyusunan program, pemantauan dan evaluasi, penertiban dan pemeriksaan legalitas peredaran hasil hutan

2) Pemantauan dan evaluasi pengawasan dan pembinaan industri hasil hutan ;

3) Penertiban dan pemeriksaan legalitas peredaran hasil hutan ;

4) Pelaksanaan penyelesaian atas tindak pidana peredaran hasil hutan dan berkoordinasi dengan instansi terkait ;

5) Pengujian dan pengukuran hasil hutan dan barang bukti tindak pidana kehutanan;

6) Pengelolaan urusan ketatausahaan ; dan 7) Pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat

c. Unsur-unsur organisasi UPTD Peredaran Hasil Hutan Barito Muara adalah :

1) Sub Bagian Tata Usaha;

(20)

4) Kelompok Jabatan Fungsional

Struktur Organisasi.

Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat pada bagan berikut :

(21)

KPH KPH KPH KPH KPH KPH KPH KPH JABATAN TAHURA SULTAN ADAM

BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PENYULUHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL SEKRETARIAT SUB BAGIAN TATA USAHA SEKSI PERENCANAAN & PEMANFAATAN SEKSI PERLINDUNGAN, KSDE & PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SUB BAGIAN TATA USAHA SEKSI PERLINDUNGAN HUTAN SEKSI PEMANFAATAN HUTAN SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN PELAPORAN SUB BAGIAN KEUANGAN DAN ASET SUB BAGIAN UMUM & KEPEGAWAIAN KPH BPPHH BARITO MUARA SUB BAGIAN TATA USAHA SEKSI OPERASI PENGAMANAn HASIL HUTAN SEKSI PENEGAKAN HUKUM KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

(22)

2.2 Sumber Daya Perangkat Daerah

Jumlah pegawai Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan akhir Desember tahun 2016 adalah tertera pada tabel berikut:

Tabel Rekapitulasi PNS Menurut Pendidikan yang dimiliki sampai dengan Akhir Desember 2016 lingkup Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel.

No Sekretariat/Bidang/Unit

Jumlah (Org)

JUMLAH BERDASARKAN PENDIDIKAN

S3 S2 S1 Sarmud DIII SLTA SLTP SD

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1. Kepala Dinas 1 1 - - - - 3. Sekretariat 33 1 3 5 - 2 19 2 1 4. Pemolaan Hutan 14 1 3 5 - - 5 - - 5. Bina Produksi Kehutanan 14 - 3 3 - - 7 1 -

6. Rehabilitasi Hutan dan

Lahan 15

-

2 5 - - 5 - -

7.

Perlindungan Dan Konservasi Sumber Daya Hutan 11 - 3 3 - - 4 - - 8. Unit Pelayanan Penatausahaan Hasil Hutan Barito Muara.

14 - 3 1 - 1 9 - -

9. UPTD Tahura Sultan

Adam

19 - 4 5 - 3 6 - 1

10 Polisi Kehutanan 15 - - 2 - - 12 1 -

J U M L A H 136 3 21 28 - 6 62 4 2

Tabel Rekapitulasi PNS Menurut Golongan sampai akhir Desember 2016 lingkup Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel.

No. Sekretariat/Bidang/Unit Jumlah

( Org ) G O L O N G A N (Org) Honorer (Org) IV III II I 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Kepala Dinas 1 1 - - - - 2. Sekretariat 33 4 18 9 2 - 3. Pemolaan Hutan 14 3 11 - - -

4. Bina Produksi Kehutanan 14 3 10 1 - -

5. Bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan 14 2 12 - - -

6. Bidang Perlindungan Dan Konservasi

Sumber Daya Hutan 12 3 9 - - -

7. Unit Pelayanan Penatausahaan Hasil

(23)

8. UPTD Tahura Sultan Adam 19 2 12 5 - 19

9. Polisi Kehutanan 15 - 14 1 - -

J U M L A H 136 21 93 20 2 23

Jumlah pegawai Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan sampai tahun 2016 adalah tertera pada tabel berikut:

No Jenis Jabatan Jumlah Pegawai

1. Struktural Eselon II.a. Eselon III.a. Eselon IV.a Staff 1 7 21 92 Jumlah 1 121 2. Fungsional

Polisi Kehutanan (Polhut) 15

Jumlah 2 15

Jumlah 136

Secara rinci untuk dua UPTD yakni UPTD Tahura Sultan Adam dan UPPHH Barito Muara keadaan kepegawaiannya ditampilkan pada tabel-tabel berikut :

Tabel Rekapitulasi PNS Menurut Pendidikan yang dimiliki sampai dengan Akhir Desember Tahun 2016 UPTD Tahura Sultan Adam.

No Sekretariat/Bidang/Unit Jumlah

(Org)

JUMLAH BERDASARKAN PENDIDIKAN

S2 S1 Sarmud SLTA SLTP SD

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Kepala Balai Tahura 1 1 - - - - -

2. Sub Bagian Tata Usaha 10 1 1 2 5 - 1

3. Kasie Perlindungan 4 - 2 - 2 - -

4. Kasie Pemanfaatan 4 2 1 1 - - -

(24)

Tabel Rekapitulasi PNS Menurut Golongan sampai akhir Desember 2016 UPTD Tahura Sultan Adam.

No. Sekretariat/Bidang/Unit Jumlah

( Org )

G O L O N G A N (Org)

Honorer (Org)

IV III II I

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Kepala Balai Tahura 1 1 - - - -

2. Sub Bagian Tata Usaha 10 - 7 3 - -

3. Kasie Perlindungan 4 - 3 1 - -

4. Kasie Pemanfaatan 4 1 2 1 - -

J U M L A H 19 2 12 5 - -

Tabel Rekapitulasi PNS Menurut Pendidikan yang dimiliki sampai dengan Akhir Desember 2016 UPPHH Barito Muara.

No Sekretariat/Bidang/Unit Jumlah

(Org)

JUMLAH BERDASARKAN PENDIDIKAN

S2 S1 Sarmud SLTA SLTP SD

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Kepala Dinas / Kepala Balai 1 1 - - - - -

2. Sub Bagian Tata Usaha 4 - 1 - 3 - -

3. Kasie Persediaan dan Peredaran

Hasil Hutan 5 1 2 - 2 - -

4. Kasie Tertib Pengukuran dan

Pengujian 4 1 1 - 2 - -

J U M L A H 14 3 4 - 7 - -

Tabel Rekapitulasi PNS Menurut Golongan sampai akhir Desember 2016.

No. Sekretariat/Bidang/Unit Jumlah

( Org )

G O L O N G A N (Org) Honorer

(Org)

IV III II I

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Kepala Balai Barito Muara 1 1 - - - -

2. Sub Bagian Tata Usaha 4 1 1 2 - -

3. Kasie Persediaan dan Peredaran

Hasil Hutan 5 1 3 1 -

-

4. Kasie Tertib Pengukuran dan

Pengujian 4 1 2 1 -

(25)

Sarana dan Prasarana.

Sarana dan Prasarana yang terdapat pada Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016 sebagai berikut :

1. Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan seluas 2.672,00 M2 di

atas dan Tanah seluas 10.625,00 M2;

2. Kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah – Pelayanan Peredaran Hasil Hutan

Barito Muara seluas 363,00 M2 di atas Tanah seluas 1.596,05 M2;

3. Kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah – Tahura Sultan Adam seluas 193,5,00

M2 di atas Tanah seluas 1.500,00 M2;

4. Terdapat kendaraan sebanyak 14 Unit Kendaraan Dinas beroda empat, 1 unit kendaraan dinas roda 6 serta 23 Unit Kendaraan Dinas beroda Dua dimana 4 unit roda 2 dalam kondisi rusak berat untuk menunjang kegiatan pada Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan dan Unit Pelaksana Teknis Daerah – Peredaran Hasil Hutan Barito Muara Unit Pelaksana Teknis Daerah – Tahura Sultan Adam Terdapat 4 Unit Kendaraan Dinas Roda 4, sebanyak 14 Unit Kendaraan Roda 2 untuk menunjang kegiatan operasional Tahura Sultan Adam dan 1 unit roda 3.

5. Terdapat Alat Komunikasi berupa Telepon sebanyak 3 SST dan VHF sebanyak 1 Unit pada Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan, Telepon sebanyak 1 SST dan VHF sebanyak 1 Unit pada Unit Pelaksana Teknis Daerah – Peredaran Hasil Hutan Barito Muara serta Telepon sebanyak 1 SST pada Unit Pelaksana Teknis Daerah – serta Telepon sebanyak 2 SST / REC pada Unit Pelaksana Teknis Daerah – Tahura Sultan Adam dan HT Sebanyak 4 Unit. Tabel sarana dan prasarana Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel :

No. Jenis Jumlah Keterangan

1. Bangunan Kantor 5

Rumah Dinas 25

Gudang 3

(26)

Aula 1

Pos Jaga 1

Tempat Parkir -

Loket Retribusi -

Shelter -

2. Tanah Berisi Bangunan 8

Kosong -

3. Mobil Operasional 7

Jabatan 6

4. Motor Operasional 23

Jabatan -

Tabel sarana dan prasarana Tahura Sultan Adam :

No. Jenis Jumlah Keterangan

1. Bangunan Kantor 2 Rumah Dinas - Gudang 2 Tempat Ibadah 1 Aula 3 Pos Jaga 3 Tempat Parkir 2 Loket Retribusi 3 Shelter 12

2. Tanah Berisi Bangunan -

Kosong -

3. Mobil Operasional 3

Jabatan -

4. Motor Operasional 12

(27)

Tabel sarana dan prasarana UPPHH Barito Muara :

No. Jenis Jumlah Keterangan

1. Bangunan Kantor 1 Rumah Dinas - Gudang 1 Tempat Ibadah - Aula - Pos Jaga - Tempat Parkir - Loket Retribusi - Shelter -

2. Tanah Berisi Bangunan -

Kosong -

3. Mobil Operasional 1

Jabatan 1

4. Motor Operasional 4

Jabatan -

2.3 Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah

Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan selama ini selain melaksanakan pembangunan kehutanan, juga memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat. Pelayanan publik dimaksud berupa pelayanan dalam bentuk pengaturan atau pun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pengamanan dan perlindungan, pemberian ijin pinjam pakai kawasan hutan, dan lain-lainnya.

Pelayanan publik ini merupakan amanah dari Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di Bidang Usaha, yang dilanjutkan dengan Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan

(28)

Inpres No. 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintah Kepada Masyarakat. Serta Keputusan Menpan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Selama ini Dinas Kehutanan memberikan fokus pada pengelolaan yang berorientasi kepuasan pelanggan (customer-driven government) dengan ciri-ciri: 1) Lebih memfokuskan diri pada fungsi pengaturan melalui berbagai kebijakan

yang memfasilitasi berkembangnya kondisi kondusif bagi kegiatan pelayanan kepada masyarakat,

2) Lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan yang telah dibangun bersama,

3) Menerapkan sistem kompetisi dalam hal penyediaan pelayanan publik tertentu sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang berkualitas,

4) Terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang berorientasi pada hasil (outcomes) sesuai dengan masukan yang digunakan,

5) Lebih mengutamakan apa yang diinginkan oleh masyarakat,

6) Pada hal tertentu pemerintah juga berperan untuk memperoleh pendapat dari masyarakat dari pelayanan yang dilaksanakan,

7) Lebih mengutamakan antisipasi terhadap permasalahan pelayanan, 8) Lebih mengutamakan desentralisasi dalam pelaksanaan pelayanan, dan 9) Menerapkan sistem pasar dalam memberikan pelayanan.

Pelayanan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan, sebagaiman disajikan pada tabel berikut di bawah ini :

Tabel. Jenis dan Obyek Pelayanan serta Kelompok Sasaran pada Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan

(29)

No JENIS PELAYANAN OBYEK PELAYANAN KELOMPOK

SASARAN KETERANGAN

1. Pengesahan URKT Buku URKT Pemegang IUPHHK

2. Pertimbangan Teknis

Permohonan Pertimbangan Teknis Pemohon IUPHHK Bahan Rekomen-

Rekomendasi

IUPHHK-Hutan Alam dasi Gubernur ke

dan Hutan Tanaman Menteri

3. Pertimbangan Teknis

Permohonan Pertimbangan Teknis Pemohon IPK Bahan Rekomen-

Rekomendasi IPK dalam dasi Gubernur ke

kawasan hutan Menteri

4. Pertimbangan Teknis

Rencana Pertimbangan Teknis Pengelola KPH dan Bahan Rekomen-

Kelola Kesatuan

Pengelolaan KPHK dasi Gubernur ke

Pengelolan Hutan (KPH) Menteri

5. Pertimbangan Teknis PAK

Unit Pertimbangan Teknis

Pemohon

Pemanfaatan Bahan

Usaha Pemanfaatan Hutan Hutan Lindung Rekomendasi

Lindung 6. Pertimbangan teknis permohonan Surat Pertimbangan Teknis Pemegang Ijin

kegiatan Bahan Rekomen-

Rekomendasi Ijin Pinjam

Pakai Rekomendasi Ijin Pinjam

diluar sektor

kehutanan dasi Gubernur ke

Kawasan Hutan Pakai Kawasan Hutan yg berada dlm kws

Htn Menteri

7. Pertimbangan teknis

permohonan

Surat Pertimbangan

Teknis Pemohon ijin Bahan Rekomen-

Rekomendasi Pelepasan Rekomendasi Pelepasan pelepasan kawasan dasi Gubernur ke

Kawasan Hutan Kawasan Hutan hutan Menteri

8. Pertimbangan teknis Tukar

Menukar Kawasan Hutan Surat Pertimbangan

teknis

Bupati / walikota Bahan

Rekomendasi Gubernur

9. Distribusi SKSKB Dokumen SKSKB Dinas Kab/Kota/

UPPHH Barito Muara

10. Pemeriksaan tempat

penampung Surat Keputusan Pengusaha HHBK

Terdaftar hasil hutan bukan

(30)

(HHBK)

11. Penilaian dan Pengesahan

Ren- Pemegang IUPHHK-HTI Kawasan Hutan Tergantung

cana Karya Usaha

Pemanfaatan Tanaman Industri Permohonan

Hasil Hutan Kayu – Hutan

Tana-

man Indutri

(RKTUPHHK-HTI) dan

Bagan Kerja Usaha

Pemanfaatan

Hasil Hutan Kayu - Hutan

Tanaman Indutri

(BKUPHHK-HTI)

dalam Hutan Tanaman

12. Pelayanan jasa dan

pelaksanaan

- Pemberian ijin

penelitian Mahasiswa, pelajar,

penelitian dan pengembangan pengembangan kehutanan Akademisi dan peneliti

Kehutanan pada Tahura S.

Adam

- Penelitian dan

pengembangan

kehutanan

13. Penerbitan pertimbangan

teknis Pelaku usaha dan Pelaku usaha/investor

dalam rangka pemberian

izin pihak-pihak terkait

pemanfaatan potensi

kawasan hutan

Pemberian pemanfaatan kawasan untuk

pendidikan dan pelatihan

Perorangan, mapala, orpala, lembaga pendidikan, badan hukum

14. Bina cinta alam Pendidikan lingkungan Kawasan hutan,

pecinta alam, pelajar/

mahasiswa, lembaga

swadaya masyarakat

peduli hutan

15. Pelayanan jasa

pemanfaatan asset daerah dan kawasan Tahura

Pemberian ijin Perorangan, mapala,

orpala, lembaga pendidikan, badan hukum

(31)

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah

Permasalahan utama pelayanan publik pada Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri. Pelayanan yang berkualitas sangat tergantung pada berbagai aspek, yaitu bagaimana pola penyelenggaraannya (tata laksana), dukungan sumber daya manusia, dan kelembagaan.

Dilihat dari sisi pola penyelenggaraannya, pelayanan publik dimaksud masih memiliki berbagai kelemahan antara lain:

a. Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur pelayanan, mulai pada tingkatan petugas pelayanan (front line) sampai dengan tingkatan penanggungjawab instansi. Respon terhadap berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan masyarakat seringkali lambat atau bahkan diabaikan sama sekali.

b. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada masyarakat.

c. Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut.

d. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan lainnya sangat kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih ataupun pertentangan kebijakan antara satu unit kerja pelayanan dengan unit kerja pelayanan lain yang terkait.

e. Birokratis. Pelayanan (khususnya pelayanan perijinan) pada umumnya dilakukan dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai level, sehingga menyebabkan penyelesaian pelayanan yang terlalu lama. Dalam kaitan dengan penyelesaian masalah pelayanan, kemungkinan staf pelayanan (front

line staff) untuk dapat menyelesaikan masalah sangat kecil, dan di lain pihak

kemungkinan masyarakat untuk bertemu dengan penanggungjawab

(32)

pelayanan diberikan, juga sangat sulit. Akibatnya, berbagai masalah pelayanan memerlukan waktu yang lama untuk diselesaikan.

f. Kurang mau mendengar keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Pada umumnya aparat pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar keluhan/saran/ aspirasi dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan dengan apa adanya, tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu.

g. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan (khususnya dalam pelayanan perijinan) seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan.

Dilihat dari sisi sumber daya manusianya, kelemahan utamanya adalah berkaitan dengan profesionalisme, kompetensi, empathy dan etika. Salah satu unsur yang perlu dipertimbangkan adalah masalah sistem kompensasi yang tepat.

Dari aspek kelembagaan, kelemahan utama terletak pada disain organisasi yang tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan kepada masyarakat, penuh dengan hirarki yang membuat pelayanan menjadi berbelit-belit (birokratis), dan tidak terkoordinasi. Kecenderungan untuk melaksanakan dua fungsi sekaligus, fungsi pengaturan dan fungsi penyelenggaraan, masih sangat kental dilakukan, yang juga menyebabkan pelayanan publik menjadi tidak efisien.

Dari sisi mikro, hal-hal yang dapat diajukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1) Penetapan Standar Pelayanan. Standar pelayanan memiliki arti yang sangat penting dalam pelayanan publik. Standar pelayanan merupakan suatu komitmen penyelenggara pelayanan untuk menyediakan pelayanan dengan suatu kualitas tertentu yang ditentukan atas dasar perpaduan harapan-harapan masyarakat dan kemampuan penyelenggara pelayanan. Penetapan standar pelayanan yang dilakukan melalui proses identifikasi jenis pelayanan, identifikasi pelanggan, identifikasi harapan pelanggan, perumusan visi dan misi pelayanan, analisis proses dan prosedur, sarana dan prasarana, waktu dan biaya pelayanan. Proses ini tidak hanya akan memberikan informasi mengenai standar pelayanan yang harus ditetapkan, tetapi juga informasi mengenai

(33)

kelembagaan yang mampu mendukung terselenggaranya proses manajemen yang menghasilkan pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Informasi lain yang juga dihasilkan adalah informasi mengenai kuantitas dan kompetensi-kompetensi sumber daya manusia yang dibutuhkan serta distribusinya beban tugas pelayanan yang akan ditanganinya.

2) Pengembangan Standard Operating Procedures (SOP). Untuk memastikan bahwa proses pelayanan dapat berjalan secara konsisten diperlukan adanya Standard Operating Procedures. Dengan adanya SOP, maka proses pengolahan yang dilakukan secara internal dalam unit pelayanan dapat berjalan sesuai dengan acuan yang jelas, sehingga dapat berjalan secara konsisten. Disamping itu SOP juga bermanfaat dalam hal :

Untuk memastikan bahwa proses dapat berjalan uninterupted. Jika terjadi

hal-hal tertentu, misalkan petugas yang diberi tugas menangani satu proses tertentu berhalangan hadir, maka petugas lain dapat menggantikannya. Oleh karena itu proses pelayanan dapat berjalan terus;

 Untuk memastikan bahwa pelayanan perijinan dapat berjalan sesuai

dengan peraturan yang berlaku;

 Memberikan informasi yang akurat ketika dilakukan penelusuran terhadap

kesalahan prosedur jika terjadi penyimpangan dalam pelayanan;

 Memberikan informasi yang akurat ketika akan dilakukan

perubahan-perubahan tertentu dalam prosedur pelayanan;

 Memberikan informasi yang akurat dalam rangka pengendalian pelayanan;

 Memberikan informasi yang jelas mengenai tugas dan kewenangan yang

akan diserahkan kepada petugas tertentu yang akan menangani satu proses pelayanan tertentu. Atau dengan kata lain, bahwa semua petugas yang terlibat dalam proses pelayanan memiliki uraian tugas dan tangungjawab yang jelas;

(34)

3) Pengembangan Survey Kepuasan Pelanggan. Untuk menjaga kepuasan masyarakat, maka perlu dikembangkan suatu mekanisme penilaian kepuasan masyarakat atas pelayanan yang telah diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik. Dalam konsep manajemen pelayanan, kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila produk pelayanan yang diberikan oleh penyedia pelayanan memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Oleh karena itu, survey kepuasan pelanggan memiliki arti penting dalam upaya peningkatan pelayanan publik;

4) Pengembangan Sistem Pengelolaan Pengaduan. Pengaduan masyarakat merupakan satu sumber informasi bagi upaya-upaya pihak penyelenggara pelayanan untuk secara konsisten menjaga pelayanan yang dihasilkannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu didisain suatu sistem pengelolaan pengaduan yang secara dapat efektif dan efisien mengolah berbagai pengaduan masyarakat menjadi bahan masukan bagi perbaikan kualitas pelayanan;

Sedangkan dari sisi makro, peningkatan kualitas pelayanan publik dapat dilakukan melalui pengembangan model-model pelayanan publik. Dalam hal-hal tertentu, memang terdapat pelayanan publik yang pengelolaannya dapat dilakukan secara private untuk menghasilkan kualitas yang baik. Beberapa model yang sudah banyak diperkenalkan antara lain: contracting out, dalam hal ini pelayanan publik dilaksanakan oleh swasta melalui suatu proses lelang, pemerintah memegang peran sebagai pengatur; franchising, dalam hal ini pemerintah menunjuk pihak swasta untuk dapat menyediakan pelayanan publik tertentu yang diikuti dengan price regularity untuk mengatur harga maksimum. Dalam banyak hal pemerintah juga dapat melakukan privatisasi.

Di samping itu, peningkatan kualitas pelayanan publik juga perlu didukung adanya restrukturisasi birokrasi, yang akan memangkas berbagai kompleksitas pelayanan publik menjadi lebih sederhana. Birokrasi yang kompleks menjadi ladang bagi tumbuhnya KKN dalam penyelenggaraan pelayanan.

(35)

III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN

FUNGSI

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan Perangkat Daerah

Beberapa permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut :

1. Masih luasnya lahan kritis.

Sampai dengan tahun 2014, lahan kritis di Provinsi Kalimantan Selatan tercatat seluas 640.708 Hektar, dengan rincian di dalam kawasan hutan seluas 283.185,00 Ha (± 44,20 %) dan di luar kawasan hutan seluas 357.523,00 Ha (± 55,80 %).

Meskipun telah dilakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan secara ekstensif dan intensif, namun pertambahan luas lahan kritis tetap berlangsung dengan berbagai cara, salah satunya berupa penggembalaan liar. Di beberapa kawasan hutan seperti di dalam Taman Hutan Raya Sultan Adam, ternak-ternak besar dibiarkan berkeliaran di hutan. Pola pengambilan rumput (grassing) yang tidak terkontrol menyebabkan terbentuknya lahan kritis baru, yang sangat rentan terhadap erosi dan bahaya banjir.

Lahan kritis baru ini sangat sulit ditumbuhi rerumputan baru karena jumlah ternak besar dan ketersediaan rumput tidak diatur dengan baik. Padahal jika dilakukan menurut kaidah-kaidah penggembalaan yang benar (manajemen pastura) maka dapat dipastikan diraihnya keuntungan ganda; hutan yang terawat dan ternak yang berproduksi tinggi.

Lahan kritis di Provinsi Kalimantan Selatan tersebar pada semua kawasan hutan yang ada, di seluruh kabupaten/kota.

(36)

No Kabupaten/ Kota

Dalam dan Luar Kawasan Tingkat ke Kritisan Dalam Kawasan (Ha) Luar Kawasan (Ha)

Jumlah (Ha) Sangat

Kritis (Ha) Kritis (Ha)

Jumlah (Ha) 1 2 4 5 6 7 8 10

1 Banjarbaru 1.351,70 26.150,20 27.501,90 3.166,50 2.044,80 5.211,30 2 Banjar 152.882,70 121.326,60 274.209,30 16.598,50 95.977,80 112.576,30

(37)

3 Banjarmasin 0,00 6.578,60 6.578,60 0,00 0,00 0,00 4 Barito Kuala 5.254,00 96.685,70 101.939,70 0,00 19.079,40 19.079,40 5 Tapin 19.836,00 145.822,80 165.658,80 7.428,60 18.418,10 25.846,70 6 HSS 30.192,70 70.635,60 100.828,30 2.817,90 13.106,20 15.924,10 7 HST 16.861,00 44.398,00 61.259,00 489,60 8.946,20 9.435,80 8 HSU 22.599,80 11.370,00 33.969,80 0,00 4.520,60 4.520,60 9 Balangan 26.567,20 39.890,10 66.457,30 7.236,30 11.656,00 18.892,30 10 Tabalong 110.244,40 35.454,70 145.699,10 8.111,60 17.536,00 25.647,60 11 Tanah Laut 98.329,00 174.996,50 273.325,50 27.502,50 65.639,90 93.142,40 12 Tanbu 125.137,20 123.121,10 248.258,30 35.456,40 84.296,80 119.753,20 13 Kotabaru 251.834,60 190.705,90 442.540,50 23.726,70 166.952,30 190.679,00 Jumlah 861.090,30 1.087.135,80 1.948.226,10 132.534,60 508.174,10 640.708,70

2. Belum semua kawasan hutan mantap dan dikelola dalam unit-unit pengelolaan yang operasional.

Kegiatan pemantapan kawasan hutan diarahkan untuk memperoleh status yuridis kawasan hutan baik administrasi maupun fisik di lapangan dan desainnya sebagai dasar pengelolaan hutan secara efisien, lestari dan berkeadilan.

Tujuan dari kegiatan dimaksud adalah untuk memberikan kepastian status, letak dan luas dan batas hutan sesuai fungsinya untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang optimal dan lestari; terbentuknya unit pengelolaan hutan serta meningkatnya legalitas dan legitimasi status wilayah pengelolaan hutan.

Permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pemantapan kawasan hutan antara lain; penggunaan lahan untuk pembangunan non kehutanan

(38)

yang semakin meningkat, yang mengakibatkan perubahan tata ruang wilayah yang berimplikasi pada berubahnya kawasan hutan, terdapat perbedaan peta dasar yang digunakan oleh sektor-sektor terkait serta intensitas perambahan hutan masih relatif tinggi, dll.

Kegiatan pemantapan kawasan hutan yang perlu dilaksanakan berupa pengukuhan dan penatagunaan kawasan hutan dan pembentukan wilayah pengelolaan dan perubahan kawasan hutan dengan kegiatan utama pembangunan kesatuan pengelolaan hutan (KPH). Sedangkan kegiatan-kegiatan yang merupakan kegiatan-kegiatan pendukung meliputi pengembangan rencana dan statistik kehutanan, inventarisasi hutan dan pengembangan informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta perencanaan dan pembinaan prakondisi pengelolaan hutan

3. Kurangnya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan dan pembangunan kawasan hutan.

Pemanfaatan hasil hutan kayu yang dimulai pada tahun 1967 yang didorong dengan diterbitkannya undang-undang tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), telah menempatkan sektor kehutanan di Kalimantan Selatan sebagai penggerak ekonomi nasional dan daerah. Kalimantan Selatan termasuk salah satu provinsi yang menguasai pasar ekspor kayu tropis dunia yang diawali dengan ekspor kayu bulat/log.

Pemanfaatan hasil hutan kayu tersebut lebih banyak melibatkan perusahaan-perusahaan besar seperti IUPHHK HA atau lebih familiar dengan istilah HPH dan IUPHHK HT atau lebih familiar dengan HTI, hal ini sudah berlangsung sejak lama dimana masyarakat sekitar hutan hanya menjadi penonton saja.

Pemanfaatan hutan yang kurang mengikutsertakan peran serta masyarakat sekitar hutan sebagai pengelola berdampak pada banyaknya

(39)

konflik yang terjadi antara masyarakat dengan para pengusaha dan antara masyarakat dengan pemerintah yang bertanggung jawab mengelola kawasan hutan yakni instansi kehutanan baik pusat maupun daerah yang disebabkan oleh kecemburuan sosial.

Kedepannya hal ini dapat diperbaiki dengan melalui pola Perhutanan Sosial baik itu dalam bentuk HKM, HR, HTR dan HD, dimana masyarakat diberikan kebebasan untuk melakukan pemanfaatan kawasan hutan untuk kesejahteraan mereka namun fungsi kawasan hutan masih tetap terjaga dengan menghindari kerusakan yang dapat berdampak pada turunnya kualitas lingkungan kawasan hutan.

4. Tingginya gangguan keamanan hutan baik terhadap kawasan dan sumberdaya alam.

Gangguan keamanan hutan yang notabene diinterpretasikan adalah perbuatan/tindakan pelanggaran dalam kegiatan kehutanan yang meliputi Pencurian kayu, penambangan tanpa izin, perambahan kawasan hutan dan pembakaran hutan dan lahan. Hal ini telah berlangsung lama dan tidak hentinya para pelaku untuk melakukan tindakan-tindakan yang dikategorikan kriminal, beredarnya regulasi hukum yang dapat memerangi dan meminimalkan terjadinya illegal logging mulai dari, Undang-Undang 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, serta Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 2004 atas perubahan tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1985 tentang perlindungan hutan, telah ditegaskan tentang sangsi-sangsi pelanggaran terhadap kerusakan hutan ” ketentuan pidana pasal 78 ayat (1) sampai dengan pasal (6), dengan kisaran ancaman paling lama antara 5 tahun sampai dengan 15 tahun, dan denda paling banyak antara Rp.1.500.000.000 sampai dengan Rp. 10.000.000.000 dan aturan lebih ketat mengenai pencegahan dan pemberantasan perusakan kawasan hutan diatur pada UU No. 18 Tahun 2013. Namun hal tersebut tidak menjadikan para

(40)

pelaku untuk berhenti melakukan tindakan – tindakan pengrusakan terhadap kawasan hutan.

Berdasarkan interpretasi citra LANDSAT TM 7, terdapat beberapa bagian dari kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Selatan yang dapat digolongkan telah terdegradasi, terutama dari sisi fakta tutupan vegetasi. Bagian – bagian dari kawasan hutan yang sudah tidak berupa hutan tersebut di atas telah menjadi tanah terbuka, hutan bekas tebangan, semak belukar, kebun dan persawahan, bahkan pemukiman, bahkan pemukiman. Kondisi ini akan berpengaruh pada fungsi hidro-orologi Daerah Aliran Sungai (DAS), fungsi konservasi, dan juga pada produktivitas kawasan, serta ketersediaan jasa-jasa lingkungan lainnya.

Untuk kawasan Hutan Lindung (HL), degradasi hutan mempunyai akibat yang paling berbahaya terhadap lingkungan karena akan menimbulkan erosi dan pedangkalan sungai, atau bahkan kelongsoran tanah, sehingga sangat diprioritaskan untuk segera direhabilitasi. Untuk kawasan hutan produksi (HP dan HPT) degradasi selain mengakibatkan kerugian sebagaimana hutan lindung, dapat juga mengakibatkan menurunnya produktivitas kawasan, serta nilai total ekonomi kawasan cenderung akan menurun.

Degradasi hutan di Provinsi Kalimantan Selatan tersebar pada kawasan-kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan-kawasan suaka alam, serta kawasan-kawasan pelestarian alam.

3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

Mencermati visi Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Selatan terpilih untuk periode tahun 2016 - 2021 yaitu : “KALSEL MAPAN (MANDIRI DAN

TERDEPAN) Lebih Sejahtera, berkeadilan, mandiri dan berdaya saing”. serta

lima misi pembangunan Daerah Kalimantan Selatan yang telah ditetapkan, maka keterkaitan Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan dalam mewujudkan visi

(41)

Kepala Daerah terpilih adalah menyelenggarakan urusan pembangunan daerah di bidang kehutanan secara profesional, transparan dan akuntabel guna mewujudkan masyarakat Kalimantan Selatan yang sejahtera.

Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Selatan terpilih untuk periode tahun 2016 - 2021 adalah :

- MISI 1 : Mengembangkan Sumberdaya manusia yang agamis, sehat, cerdas dan terampil.

- MISI 2 : Mewujudkan Tatakelola Pemerintahan yang Profesional dan Ber-orientasi pada Pelayanan Publik.

- MISI 3 : Memantapkan Kodisi Sosial Budaya Daerah yang Berbasiskan Kearifan Lokal.

- MISI 4 : Mengembangkan Infrastruktur Wilayah yang Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Budaya.

- MISI 5 : Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah yang Berbasis Sum-berdaya Lokal, Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan.

Dari 5 misi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 -2020 tersebut, urusan bidang kehutanan masuk dalam Misi kelimaa

“Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah yang Berbasis Sumberdaya Lokal, Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan”.

Dalam upaya mewujudkan misi kelima tersebut, dirumuskan kebijakan mempertahankan fungsi ekonomi kawasan hutan dengan memperhatikan kelestarian kawasan hutan. Dengan adanya hutan yang lestari maka kualitas lingkungan hidup akan meningkat.

Indikasi rencana program untuk tahun 2016-2021 dijabarkan pada setiap Bidang Urusan Pemerintah sebagai berikut :

a. Non Urusan

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

(42)

3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

b. Urusan Pilihan Kehutanan

1. Program Pemanfaatan Potensi Sumberdaya Hutan

c. Urusan Lingkungan Hidup

1. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam Serta Rehabilitasi Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam.

2. Pengendalian Kebakaran Hutan

3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Kabupaten / Kota

a. Telaahan Renstra K/L

Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019 telah ditetapkan sasaran strategis yang merupakan ukuran kinerja pencapaian misi sesuai dengan tujuannya. Sasaran strategis Kementerian Kehutanan dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi sampai dengan akhir tahun 2019 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Permasalahan Pelayanan SKPD Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan Sasaran Strategis Renstra Kementerian LHK yang terkait dengan Kehutanan beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganan

No Sasaran Jangka Menengah Renstra KL Permasalahan Pelayanan SKPD Provinsi Sebagai Faktor Penghambat Pendorong 1 Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung

1. Lahan kritis yang belum terehabilitasi masih banyak

1. Keterbatasan

alokasi dana 1. Masyarakat sangat antusias dengan adanya rehabiliasi hutan dan lahan 2. Adanya komitmen

(43)

lingkungan , ketahanan air dan kesehatan masyarakat 2. Keamanan hutan 3. Kebakaran hutan setiap tahun 2. Gangguan keamanan hutan masih ada

3. Musim kering yang panjang dan oknum tidak bertanggungjawab yang memicu kebakaran hutan dan lahan dari pemerintah daerah dan kesadaran masyarakat untuk menjaga keamanan hutan 3. Adanya komitmen dari pemerintah daerah dan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama memerangi

kebakaran hutan dan lahan 2 Memanfaatkan potensi sumberdaya hutan dan lingkungan hidup secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan 1. Pemanfaatan potensi sumber daya hutan masih belum optimal

2. Jumlah IUPHHK dan IPHHK di Kalsel semakin menurun

1. Masih terpolanya budaya

pemanfaatan hasil hutan itu harus dalam bentuk kayu

2. Sudah turunnya potensi tegakan hutan alam di Kalsel 1. Sudah banyak terbentuk kelompok tani yang membudidayakan hasil hutan non kayu seperti gaharu, rotan dan madu.

2. Mulai digalakannya pemanfaatan kayu rakyat dan hutan masyarakat guna memenuhi target produksi serta dibentuknya KPHP sebagai bentuk pengelolaan kawasan hutan dalam tingkat lapak 3. Mulai menggeliatnya pemanfaatan jasa lingkungan kawasan hutan untuk kepentingan pariwisata 3 Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan sumberdaya alam sebagai system penyangga Kelestarian ekosistem mulai menurun dan keanekaragaman hayati mulai berkurang serta keberadaan sumberdaya alam sebagai penyangga banyak yang mengalami degradasi. 1. Alokasi dana masih terbatas 2. Masih maraknya kegiatan pertambangan dan perambahan di kawasan hutan 3. Kebakaran hutan

yang terjadi setiap tahun 1. Adanya kesadaran masyarakat sekitar hutan akan pentingnya menjaga kelestarian hutan 2. Adanya keinginan pemerintah daerah untuk memperbaiki dan mengembalikan fungsi kawasan

(44)

kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan

hutan

b. Telaahan Renstra Kabupaten Kota

Dengan diterbitkannya UU 23 Tahun 2014 maka seluruh kewenangan pemerintah Kabupaten untuk urusan kehutanan diserahkan ke Pemerintah Provinsi dan menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi.

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas wilayah ± 3,75 juta hektar memiliki kawasan hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 435/Kpts-II/2009 tanggal 23 Juli 2009 seluas ± 1,78 juta hektar atau sekitar 47,43 % dari luas wilayah Provinsi. Terdiri dari beberapa fungsi, yaitu berfungsi sebagai kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam (darat dan perairan) seluas ± 213 ribu hektar, kawasan hutan lindung seluas ± 526 ribu hektar, kawasan hutan produksi terbatas seluas ± 127 ribu hektar, kawasan hutan produksi tetap seluas 762 ribu hektar dan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 151 ha. Luas kawasan hutan tersebut akan mengalami perubahan seiring dengan perkembangan kebutuhan penggunaan lahan dengan telah terbitnya RTRWP Kalimantan Selatan.

Berdasarkan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015 - 2035 No 9 Tahun 2015, luas Provinsi Kalimantan Selatan adalah 3.728.039 hektar, di mana Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Selatan ditetapkan seluas 1.729.196 ha. Terdiri dari Kawasan Suaka Alam seluas 92.002 ha, kawasan hutan lindung ditetapkan seluas 521.316 ha, kawasan hutan produksi terbatas 125.449 ha, kawasan hutan produksi tetap seluas 753.803 ha, dan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 124.752 ha.

(45)

Sedangkan kawasan Pelestarian Alam terdiri dari Tahura ditetapkan seluas 113.617 ha dan Wisata Alam seluas 1.530 ha.

Pemanfaatan kawasan hutan produksi diarahkan untuk pengembangan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu melalui HTR perizinan IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, IUPHHK-RE dan kegiatan perhutanan sosial melalui perizinan Hutan Desa (HD) dan Hutan Kemasyarakatan (HKm). Sedangkan pemanfaatan kawasan hutan lindung dan konservasi diarahkan untuk pemanfaatan jasa lingkungan dan ekowisata serta Perhutanan Sosial Melalui HKM dan HD. Kebijakan pengelolaan sumber daya hutan pada beberapa kawasan hutan yang kondisi eksistingnya mempunyai nilai keanekaragaman hayati dan konservasi jenis yang cukup tinggi akan tetap dipertahankan pada aspek konservasi, sedangkan pada kawasan hutan yang potensi dan daya dukungnya memenuhi persyaratan untuk dilakukan pemanfaatan diarahkan untuk pengembangan investasi dibidang kehutanan.

Dalam upaya peningkatan fungsi dan manfaat sumber daya hutan secara lestari, maka keberadaan kawasan hutan akan tetap dipertahankan sesuai dengan fungsi pokok yang telah ditetapkan dan daya dukung kawasan yang tersedia. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hutan akan terus ditingkatkan melalui pengaturan kebijakan dan penerapan inovasi teknologi dengan tetap menjaga keseimbangan fungsi ekonomi, ekologi dan sosial secara maksimal dan lestari. Dalam dimensi pertumbuhan ekonomi dan pengelolaan lingkungan hidup, maka keberadaan dan pemanfaatan sumber daya hutan diarahkan guna memberikan kontribusi positif dalam upaya mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan lingkungan yang lestari sebagaimana tujuan utama dari perumusan kajian lingkungan hidup strategis. Penerapan regulasi pemanfaatan pola ruang sektor kehutanan dilakukan dengan berbasis hasil kajian lingkungan hidup strategis untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang berwawasan lingkungan.

(46)

3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis

Isu-isu yang dipandang perlu untuk diselesaikan terutama yang berkaitan dengan permasalahan dan kebutuhan dengan memperhatikan standar pelayanan minimal adalah :

1. Masih Luasnya Lahan Kritis di luar dan di dalam kawasan hutan

2. Belum semua kawasan hutan mantap dan dikelola dalam unit-unit pengelolaan yang operasional.

3. Kontinyuitas penerimaan negara bukan pajak dan PAD bidang kehutanan 4. Kurangnya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan dan pembangunan

(47)

IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN

KEBIJAKAN

4.1 Visi dan Misi Daerah

Visi Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Selatan terpilih untuk periode tahun 2016 - 2021 yaitu : “KALSEL MAPAN (MANDIRI DAN TERDEPAN) Lebih

Sejahtera, berkeadilan, mandiri dan berdaya saing”.

Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Selatan terpilih untuk periode tahun 2016 - 2020 adalah :

- MISI 1 : Mengembangkan Sumberdaya manusia yang agamis, sehat, cerdas dan terampil.

- MISI 2 : Mewujudkan Tatakelola Pemerintahan yang Profesional dan Berorientasi pada Pelayanan Publik.

- MISI 3 : Memantapkan Kodisi Sosial Budaya Daerah yang Berbasiskan Kearifan Lokal.

- MISI 4 : Mengembangkan Infrastruktur Wilayah yang Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Budaya.

- MISI 5 : Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah yang Berbasis Sumberdaya Lokal, Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan.

4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Perangkat Daerah

1. Tujuan.

Tujuan dari terbentuknya Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan adalah Mempertahankan Kelestarian Fungsi Kawasan Hutan, dengan indikator kinerja tujuan :

Gambar

Tabel  Rekapitulasi  PNS  Menurut  Golongan  sampai  akhir  Desember    2016  lingkup  Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel
Tabel  Rekapitulasi  PNS  Menurut  Pendidikan  yang  dimiliki  sampai  dengan  Akhir  Desember Tahun 2016 UPTD Tahura Sultan Adam
Tabel  Rekapitulasi  PNS  Menurut  Golongan  sampai  akhir  Desember    2016  UPTD  Tahura Sultan Adam
Tabel sarana dan prasarana Tahura Sultan Adam :
+4

Referensi

Dokumen terkait

STRATEGIS KEGIATAN SASARAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA Obatdan Makanan Aman, Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa Meningkatkan sistem pengawasan

Adapun fungsi dari Rencana Strategis ini adalah untuk mengklarifikasikan secara eksplisit visi dan misi Kepala Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Sasaran strategis ini diukur melalui Jumlah satker yang memiliki evaluasi AKIP “baik”, Persentase unit organisasi yang menerapkan sistem kerja, Persentase deviasi

Review Renstra ini menguraikan tentang tujuan yang disinkronisasikan dengan Indikator Tujuan, Sasaran dan Indikator Sasaran dengan Target yang dilaksnakan dalam kurun waktu tahun

Persentase penyediaan SDM sekretariat sesuai kompetensi terealisasi 100% dari 100% yang ditargetkan. Indikator ini didukung melalui pelatihan/bimtek. SASARAN STRATEGIS

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2021 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

penggunaan KH Data informasi penggunaan KH di wilayah Jawa (Banten) BPKH, Dishut Terkendalinya peng- gunaan kawasan hutan (KH) di seluruh Indonesia Indikator Strategis : -

PERJANJIAN KINERJA ESSELON IV TAHUN 2017 KEPALA SEKSI REHABILITASI HUTAN DAN