• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah korupsi, sebuah permasalahan masyarakat yang belum. yayasan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah korupsi, sebuah permasalahan masyarakat yang belum. yayasan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini Indonesia masih tengah menghadapi masalah yang dari dulu hingga sekarang belum bisa terselesaikan secara tuntas. Problematika sepanjang sejarah yang tak pernah berujung bahkan semakin menjalar di bumi pertiwi ini. Terkikisnya nilai-nilai moral dalam masyarakat membuat masalah ini menjadi budaya yang harus diperangi bersama. Problematika tersebut adalah korupsi, sebuah permasalahan masyarakat yang belum ditemukan solusinya hingga kini.

Korupsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.1 Disebutkan pula bahwa korupsi dalam buku Agus Wibowo yang berjudul Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah itu merupakan tindakan yang dapat menyebabkan sebuah negara menjadi bangkrut dengan efek yang luar biasa, seperti hancurnya perekonomian, rusaknya sistem pendidikan, dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai.2

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa

Indonesia), Edisi ke-4 (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum, 2008), hlm. 736.

2Agus Wibowo, Pendidikan Antikorupsi di Sekolah (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013),

(2)

Berbagai perangkat hukum dan kelembagaan juga telah dibuat dalam rangka pemberantasan korupsi, seperti UU No. 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Selain itu negara Indonesia juga telah mengesahkan instrumen internasional yakni United Nations Convention

Against Corruption dalam bentuk UU No.7 tahun 2006 sebagai

pengesahan atas konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi. Dalam bidang kelembagaan anti korupsi pemerintah telah membentuk Komite Korupsi yang disertai dengan pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR).

Namun sudah menjadi rahasia umum bahwa pelaku tindak pidana korupsi merupakan kalangan orang terdidik dan terhormat. Seringkali kita tercengang dan heran dengan realitas tersebut yang seakan di luar penalaran. Pendidikan yang sedianya mampu membentuk karakter dan moral seseorang ternyata belum cukup untuk menghilangkan potensi sikap korupsi seseorang. Begitu pula dengan kualitas dan tingkat pendidikan yang semakin tinggi belum dapat menjamin terbentuknya pribadi seseorang yang baik.

Berbagai perangkat hukum yang telah dirancang sedemikian rupa juga tidak mampu meminimalisir terjadinya korupsi. Salah satu yang dapat menjadi solusi adalah melalui pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

(3)

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3

Melihat pengertian di atas bahwa pendidikan sangat mempunyai andil yang besar dalam menanamkan nilai-nilai moral dan budi pekerti kepada peserta didik, sehingga pendidikan dapat mencetak manusia-manusia cerdas yang berakhlakul karimah. Nilai-nilai moral dan budi pekerti tersebut diharapkan bukan hanya disampaikan melalui mata pelajaran yang khusus, tetapi juga dikandung dalam semua program kurikulum di sekolah.4 Oleh karena itu pendidikan sangat berperan dalam memberantas korupsi secara tidak langsung melalui pengaitan materi pembelajaran secara kontekstual dengan pesan-pesan yang ingin disampaikan berkenaan dengan korupsi.

Masih melalui upaya pendidikan untuk ikut serta dalam pemberantasan korupsi yakni dengan Pendidikan Anti Korupsi (PAK). Pendidikan Anti Korupsi (PAK) merupakan upaya pemerintah bersama rakyat dan bangsa Indonesia, untuk memutus mata rantai korupsi sejak dini. Pendidikan Anti Korupsi (PAK) dapat dimasukan ke dalam kurikulum sekolah, namun tidak terkotak-kotak ke dalam satu mata pelajaran. Pendidikan anti korupsi harus terintegrasi dalam berbagai mata pelajaran, sehingga mampu mewarnai pola pikir, sikap dan kebiasaan peserta didik. Untuk maksud tersebut dukungan kultur dan iklim sekolah

3UU RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung : Citra

Umbara, 2010), hlm. 2-3.

4Nurul Zuriah, Pendidikan Moral& Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan (Menggagas Platform Pendidikan Budi pekerti secara Kontekstual dan Futuristik) (Jakarta : PT

(4)

sangat dibutuhkan terutama dalam konteks penanaman nilai dan pembentukan karakter siswa.

Hal tersebut rupanya diterapkan oleh SMAN 4 Kota Tegal. Untuk menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang bersih, civitas akademika SMA Negeri 4 Kota Tegal menganggap bahwa diperlukan sebuah sistem pendidikan anti korupsi yang berisi tentang sosialisasi bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta pengawasan terhadap tindak pidana korupsi. Pendidikan seperti ini harus ditanamkan secara terpadu mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan anti korupsi ini akan berpengaruh pada perkembangan psikologis siswa. Hal tersebut kemudian terintegrasi dalam aktivitas kegiatan belajar maupun interaksi sosial di lingkungan sekolah. Pola pendidikan yang sistematik akan mampu membuat siswa mengenal lebih dini hal-hal yang berkenaan dengan korupsi termasuk sanksi yang akan diterima kalau melakukan korupsi. Dengan begitu, akan tercipta generasi yang sadar dan memahami bahaya korupsi, bentuk-bentuk korupsi dan tahu akan sanksi yang akan diterima jika melakukan korupsi.5

Hal tersebut di atas seperti yang telah dan sedang dilakukan oleh SMA Negeri 4 Kota Tegal. Sekolah yang menerapkan pendidikan anti korupsi tersebut menandainya salah satunya dengan memasang papan nama anti korupsi. Papan nama berukuran 5x2,5 meter itu dipasang di tembok gedung halaman masuk sekolah. Bunyi tulisan itu, yakni “SMA 4

5Ade Irawan. “kurikulum.” http://www.sman4tegal.sch.id/9_kurikulum.html/. (8 Oktober

(5)

Tegal Berwawasan Kebangsaan dan Anti Korupsi”. Hal tersebut yang

menjadikan SMA Negeri 4 kota Tegal menjadi sekolah percontohan, karena satu-satunya SMA di Tegal yang sudah menerapkan program-program yang mendukung dalam upaya pendidikan anti korupsi. Selain melalui budaya yang selalu dilestarikan di sekolah kaitannya dengan interaksi sosial civitas akademikanya, upaya yang dilakukan misalnya memasang banyak poster tentang nasionalisme dan anti korupsi di semua kelas yang berjumlah 24 kelas, pelaksanaan training, sosialisasi dan

workshop pendidikan anti korupsi, lomba poster dan puisi anti korupsi,

termasuk nilai-nilai anti korupsi yang terintegrasi melalui kegiatan pembelajaran dalam rangka penanaman nilai-nilai anti korupsi sejak dini kepada siswa.6

Pendidikan anti korupsi yang diterapkan di SMA Negeri 4 kota Tegal ini juga terintegrasi dengan semua mata pelajaran terutama PAI dan Pendidikan Kewarganegaraan. Namun lebih terkhususkan pada mata pelajaran PAI. Hal tersebut menjadi penting dalam menciptakan generasi yang anti korupsi, karena PAI merupakan bagian dari unsur dalam pendidikan nasional. Pendidikan agama Islam harus dikembangkan ke arah internalisasi nilai (afektif) yang tentunya diimbangi dengan aspek kognitif, sehingga peserta didik timbul dorongan yang kuat untuk

6Satelitpost. “SMAN 4 Kota Tegal Tegas Perangi Korupsi .” http://satelitpost. co/2013

(6)

mengamalkan ajaran dan nilai-nilai dasar agama yang telah terinternalisasikan dalam diri peserta didik.7

Pendidikan Islam bisa dijadikan sebagai sarana upaya preventif dan antisipatif dalam mengembangkan nilai anti korupsi untuk pencegahan dan pemberantasan korupsi. Selain itu PAI juga mengajarkan nilai-niai luhur agama Islam tentang akhlak dan perilaku terpuji, yang merupakan ajaran-ajaran yang bersumber dari Alquran dan Hadis. Sehingga hal tersebut dapat menjadi tuntunan dan pedoman bagi siswa dalam berperilaku sebagai seorang muslim yang baik, dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama Islam. Untuk mengetahui lebih jauh, apakah pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada saat ini sudah relevan dengan tuntutan masyarakat untuk mampu menumbuhkembangkan sikap anti korupsi pada anak didiknya, maka dalam skripsi ini penulis mengadakan penelitian tentang Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 4 Kota Tegal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang ditanamkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 Kota Tegal?

7Abdulloh Hadziq, “Penanaman Nilai-Nilai Korupsi Dalam Pembelajaran PAI Di Sekolah

(Studi Kasus SMAN 3 Semarang)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam ( Semarang : Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang, 2009), hlm. 3.

(7)

2. Bagaimana metode dan strategi penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 Kota Tegal?

Dari perumusan masalah di atas, maka penulis perlu memberikan batasan dalam istilah-istilah yang terkandung guna memudahkan dalam hal pembahasan skripsi ini dan untuk menghindari kekaburan serta penyimpangan dari pokok bahasan masalah :

1. Nilai

Nilai merupakan sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.8 Selain itu, Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif.9

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.10

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

8Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., hlm. 963.

9Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung : CV. Alfabeta, 2011),

hlm. 9.

10

(8)

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 3. Korupsi

Menurut prespektif hukum, definisi korupsi secara gamblang dijelaskan dalam UU NO.31/1999 jo UU No.20/2001 menyebutkan bahwa pengertian korupsi mencakup perbuatan:

a. Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan keuangan /perekonomian negara (pasal 2).

b. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/kedudukan yang dapat merugikan keuangan/kedudukan yang dapat merugikan keuangan/perekonomian negara (pasal 3).

c. Kelompok delik penyuapan (pasal 5,6, dan 11).

d. Kelompok delik penggelapan dalam jabatan (pasal 8, 9, dan 10). e. Delik pemerasan dalam jabatan (pasal 12).

f. Delik yang berkaitan dengan pemborongan (pasal 7). g. Delik gratifikasi (pasal 12B dan 12C).

4. Pendidikan Anti korupsi

Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi.11

11

(9)

5. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.12 Pembelajaran merupakan proses aktif peserta didik yang mengembangkan potensi dirinya. Peserta didik memproduksi pengetahuan sendiri secara lebih luas, lebih dalam dan lebih maju dengan modifikasi pemahaman terhadap konsep awal pengetahuan.13

Dari definisi di atas dapat disimpulkan pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dan siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap serta memantapkan apa yang dipelajarinya itu.

6. Pendidikan Agama Islam

Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way

of life).14 Pendidikan agama Islam juga diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati

12

Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., hlm. 23.

13 Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Aktif (Bandung: Nuansa, 2012), hlm. 27-28. 14Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Cet. Ke-5 (Jakarta ; PT. Bumi Aksara,

(10)

agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.15

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan pokok di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang ditanamkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 Kota Tegal.

2. Untuk mendeskripsikan metode dan strategi penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 Kota Tegal.

D. Kegunaan Penelitian

Sejalan dengan penjelasan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka tentu penelitian ini akan memberikan manfaat atau kegunaan baik secara teoritis maupun praktis.

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam menyampaikan materi atau pengajaran PAI sebagai proses internalisasi nilai-nilai pendidikan anti korupsi.

b. Memberikan wawasan kepada dunia pendidikan khususnya di bidang pendidikan agama Islam, terkait pendidikan anti korupsi.

15Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam (Bandung : Rosdakarya, 2002), hlm.75-76.

(11)

c. Memberikan kritik terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di lembaga pendidikan terkait dengan penanaman pendidikan anti korupsi.

d. Memberikan kontribusi bagi pengembangan kurikulum dalam institusi pendidikan dan sumbangsih dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

e. Memberikan pengetahuan baru mengenai perwujudan pendidikan anti korupsi pada siswa di SMAN 4 kota Tegal.

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis; dapat memberikan pemahaman baru mengenai wawasan pendidikan anti korupsi dalam tataran praksis secara ideal. b. Bagi Lembaga Pendidikan; dapat menjadi bahan masukan atau

percontohan, khususnya dalam implementasi pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.

c. Bagi akademisi dan masyarakat; dapat menjadi tawaran wacana keilmuan yang memungkinkan untuk selalu dikembangkan, dan nyata dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

d. Bagi peserta didik; dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dan melawan kejahatan korupsi sebagai wujud memerangi penyakit masyarakat.

(12)

E. Tinjauan Pustaka 1. Landasan Teori

Di dalam buku Suyitno yang berjudul Korupsi, Hukum dan

Moralitas Agama, memandang korupsi sebagai sesuatu yang busuk, jahat

dan merusak. Korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan dalam pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga dan golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatannya.

Oleh karena itu, korupsi identik dengan kekayaan dan subsidi, identik dengan gerakan untuk meminimalisir kemiskinan. Kaya memang tidak dilarang dalam agama, bahkan dianjurkan. Sebab, kemiskinan akan dekat dengan kekufuran, tetapi cara menjadi kaya itulah yang patut dipertanyakan. Kaya karena penyakit yang menggiurkan perlu dicarikan obatnya.16 Dan kiranya melalui pendidikan anti korupsi dapat menjadi ikut serta meberantas terjadinya tindak korupsi.

Robert Klitgaard dalam buku yang berjudul Membasmi Korupsi mengemukakan bahwa korupsi merupakan tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah jabatan negara karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok sendiri); atau melanggar aturan-aturan pelaksanaan beberapa

16Suyitno, Korupsi, Hukum& Moralitas Agama (Yogyakarta : Gama Media, 2006), hlm.

(13)

tingkah laku pribadi.17 Berdasarkan teori-teori yang penulis kemukakan mengenai pendidikan anti korupsi, peneliti menemukan beberapa referensi dalam bentuk buku yang sudah ditulis oleh para ahli yang telah membahas baik mengenai korupsi maupun pendidikan anti korupsi sebagai landasan teori penelitian yang penulis lakukan. Berikut ini penulis paparkan secara singkat beberapa teori tentang pendidikan anti korupsi.

Diantaranya menurut Agus Wibowo dalam bukunya Pendidikan

Anti korupsi di Sekolah ( Strategi Internalisasi Pendidikan Anti korupsi di Sekolah) mengemukakan bahwa Pendidikan anti korupsi adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam proses tersebut, maka pendidikan anti korupsi bukan sekedar media bagi transfer pengalihan pengetahuan (kognitif), namun juga menekankan pada upaya pembentukan karakter (afektif), dan kesadaran moral dalam melakukan perlawanan (psikomotorik), terhadap penyimpangan perilaku korupsi.

Lebih lanjut menurut Muhammad Nuh yang dikutip oleh Agus Wibowo dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anti korupsi di

sekolah ( Strategi Internalisasi Pendidikan Anti korupsi di Sekolah)

tersebut mengemukakan bahwa program pendidikan anti korupsi ini bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang bermoral baik dan berperilaku anti koruptif. Sebab, dengan begitu maka mereka akan terhindar dari berbagai macam sikap dan perilaku koruptif. Bahkan, ketika

17Robert Klitgaard, Membasmi Korupsi, alih bahasa Hermoyo ( Jakarta : Yayasan Obor

(14)

mendengar korupsi saja mereka sudah alergi.18 Sehingga pada pelaksanaannya pendidikan anti korupsi mengambil fokus pada pengembangan dimensi moral dan karakter dalam membentuk peserta didik yang anti korupsi.

Dengan berbagai landasan teori di atas, kemudian penulis melakukan analisis tentang urgensi Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu unsur penting dalam pendidikan yang mampu menjadi problem

solver, kaitanya dengan implementasi nilai-nilai pendidikan anti korupsi.

Pendidikan Agama Islam juga diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.19

Selain itu, kaitanya dengan penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi di sekolah, PAI juga memiliki peranan yang penting. Sebagai bagian dari mata pelajaran yang mengajarkan nilai-nilai moralitas dan etika sebagai muslim yang baik. Seperti diungkapkan di Buku Pedoman

Pendidikan Anti Korupsi di Madrasah yang dirumuskan oleh Kementerian

Agama menjelaskan bahwa model pendidikan anti korupsi di sekolah dilakukan dengan model terintegrasi di dalam mata pelajaran, model di luar pembelajaran melalui kegiatan ekstra kurikuler dan model

18Agus wibowo, loc. cit.

19Muhaimin, et al., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam (Bandung : Rosdakarya, 2002), hlm. 75-76.

(15)

pembudayaan atau pembiasaan nilai dalam seluruh aktivitas dan kegiatan di madrasah.

Metode-metode yang dapat pula dilakukan sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi di dalam pembelajaran diantaranya : metode inquiry, metode pencarian bersama (collaborative), metode siswa aktif atau aktivitas bersama, metode keteladanan (pemodelan), metode live in, dan metode penjernihan nilai atau klarifikasi nilai.20

Selain pentingnya model dan metode yang dapat digunakan dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi di sekolah, strategi juga memiliki peranan penting. Strategi yang dapat dilakukan diantaranya :21

Pertama strategi integrasi dalam mata pelajaran. Strategi tersebut

dilakukan dengan melakukan identifikasi nilai dan perilaku anti korupsi di dalam proses pembelajaran dan mata pelajaran, identifikasi standar kompetensi atau kompetensi inti dan kompentensi dasar yang mengandung muatan nilai-nilai PAK, dan strategi integrasi yang dilakukan dengan pengembangan materi, metode, media, dan sumber belajar yang berkaitan dengan PAK.

Kedua strategi pengembangan kegiatan kesiswaan. Strategi

tersebut dilakukan dengan identifikasi nilai dan perilaku anti korupsi dalam pengembangan kegiatan kesiswaan, kemudian dengan strategi

20

Kementerian Agama RI, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi Di

Madrasah (Jakarta : Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat

Madrasah, 2013), hlm. 10-16.

(16)

pengembangan dengan desain kegiatan-kegiatan kesiswaan yang mendukung PAK dan disesuaikan dengan kondisi serta potensi yang dimiliki sekolah.

Ketiga strategi pembiasaan perilaku. Strategi tersebut dilakukan

dengan identifikasi nilai dan perilaku anti korupsi yang dapat ditanamkan melalui pembiasaan perilaku, kemudian diterapkan dengan strategi pembiasaan misalnya dengan penyampaian komitmen anti korupsi saat upacara, pengadaan kas sosial, pengadaan pos kehilangan benda tak bertuan, salam dan yel-yel anti korupsi, dan pemasangan poster atau karikatur.

2. Hasil Penelitian yang Relevan

Agar mengetahui apakah objek penelitian yang akan dilakukan sudah diteliti atau belum, peneliti melakukan kajian atas penelitian yang terdahulu, khususnya terhadap penelitian yang relevan dengan tema yang telah dipilih, diantaranya :

a. Skripsi saudara Bambang Sugito dengan judul “ Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Studi Kasus di SMAN 3 Pekalongan)” Pekalongan : jurusan Pendidikan Agama Islam STAIN Pekalongan tahun 2012. Di dalam penelitiannya, penulis menguraikan tentang penanaman nilai-nilai anti korupsi dalam pembelajaran Pendidikan agama Islam di SMAN 3 Pekalongan kemudian penulis juga menguraikan mengenai permasalahan yang dihadapi dalam penanaman nilai-nilai anti korupsi

(17)

dalam pembelajaran Pendidikan agama Islam di SMAN 3 Pekalongan. Dalam hasil penelitian tersebut dikemukakan bahwa penanaman nilai-nilai anti korupsi dilaksanakan dengan membiasakan sifat-sifat terpuji, mencontoh kejujuran Nabi SAW, dan menjauhi sifat-sifat tercela. Kemudian permasalahan lain yang dihadapi terkait kurikulum, guru, peserta didik yang belum bisa berjalan dengan maksimal.22

b. Skripsi saudara Siti Nurkasanah dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul” Yogyakarta : jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2013. Di dalam penelitiannya, penulis menguraikan tentang nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam kurikulum pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul kemudian menguraikan implementasinya nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. Dalam hasil penelitian tersebut dikemukakan bahwa nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang terkandung di dalam kurikulum pendidikan agama Islam di antaranya nilai kejujuran, keadilan, tanggung jawab, kedisiplinan, kerja keras, kemandirian, kepedulian, kesederhanaan dan keberanian. Serta implementasinya dalam pembelajaran dilakukan dengan menekankan nilai-nilai tersebut ketika menjelaskan muatan pendidikan agama Islam dan memberikan

22 Bambang Sugito, “Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (Studi kasus di SMAN 3 Pekalongan)”, Skripsi Sarjana Pendidikan

(18)

wawasan terkait materi anti korupsi kepada peserta didik di sela-sela materi pelajaran yang bersifat hidden curriculum (kurikulum tersembunyi).23

c. Skripsi saudara Heru Ahmad dengan judul “Pelaksanaan Kantin Kejujuran Dalam Rangka Mewujudkan Pendidikan Antikorupsi Bagi Siswa di SMP Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalongan” Pekalongan: jurusan Pendidikan Agama Islam STAIN Pekalongan tahun 2013. Di dalam penelitiannya, penulis menguraikan tentang pelaksanaan kantin kejujuran dalam rangka mewujudkan pendidikan anti korupsi pada siswa di SMP Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalongan. Penulis juga menguraikan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam mewujudkan pendidikan anti korupsi pada siswa SMP Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalongan. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti tersebut yaitu menggunakan jenis penelitian lapangan (field

research) serta pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif.

Dalam hasil penelitian tersebut dikemukakan bahwa dalam pelaksanaannya, berjalan dengan tertib dan dapat menjadi kantin kejujuran percontohan untuk sekolah lain.24

d. Skripsi saudara Abdulloh Hadziq dengan judul “Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi dalam Pembelajaran PAI di Sekolah (Studi Kasus di

23 Siti Nurkasanah, “Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi dalam Kurikulum Pendidikan

Agama Islam di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta : Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2013), hlm. ix.

24Heru Ahmad, “Pelaksanaan Kantin Kejujuran Dalam Rangka Mewujudkan Pendidikan

Antikorupsi Bagi Siswa di SMP Negeri 1 Sragi Kabupaten Pekalongan”, Skripsi Sarjana

(19)

SMAN 03 Semarang)” Semarang : jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang tahun 2009. Penulis dalam penelitiannya menguraikan tentang proses penanaman nilai-nilai anti korupsi dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 03 Semarang. Kemudian penulis menjelaskan tentang permasalahan dan solusi yang dihadapi sekolah tersebut dalam upaya penanaman nilai-nilai anti korupsi. Dalam hasil penelitian tersebut dikemukakan bahwa dalam pembelajaran PAI diberikan pembiasaan sifat-sifat terpuji (jujur, adil, qona’ah), meneladani perilaku Nabi Muhammad SAW, serta menjauhi perbuatan tercela. Penulis mengkaji skripsi tersebut dalam jenis penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan sosiologis penulis membahas wacana yang menjadi permasalahan serta melihat pengalaman dalam menerapkan pendidikan anti korupsi.25

Secara umum, Persamaan penelitian yang akan dikerjakan ini dengan empat penelitian di atas adalah pada permasalahan pokok yang di angkat yaitu mengenai Pendidikan anti korupsi. Metode yang digunakan juga diantaranya menggunakan jenis penelitian lapangan dan pendekatan kualitatif. Dan signifikansi yang membedakan dengan skripsi sebelumnya, yakni pada skripsi pertama di atas fokus penelitiannya pada penanaman nilai-nilai anti korupsi yakni membiasakan sifat jujur dan perilaku terpuji dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, serta permasalahan yang

25Abdulloh Hadziq, op. cit., hlm. v.

(20)

terjadi saat penanaman nilai anti korupsi tersebut mengenai kurikulum, guru dan peserta didik yang belum maksimal.

Kemudian pada skripsi kedua, fokus penelitiannya pada nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam kurikulum pendidikan agama Islam di SMA Negeri Kasihan Bantul, jadi lebih pada kurikulum pendidikan agama Islam itu sendiri yang di sisipi nilai-nilai anti korupsi dalam materi pelajaran sebagai internalisasi nilai-nilai pendidikan anti korupsi kepada peserta didik. Pada judul skripsi yang ketiga mengenai kantin kejujuran yang merupakan salah satu sarana atau upaya untuk menerapkan pendidikan anti korupsi di SMA Negeri 1 Sragi Pekalongan, dan pada skripsi keempat lebih menekankan pada proses penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 03 Semarang, untuk mengetahui masalah dan memberikan solusi atas masalah tersebut dengan diterapkannya pendidikan anti korupsi.

Sedangkan, skripsi yang akan dikerjakan ini bertujuan untuk menjelaskan secara lebih mendalam tentang Nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang ditanamkan dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 4 Kota Tegal. Kemudian mengenai metode dan strategi yang digunakan dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang dimuat oleh pendidikan agama Islam dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Harapannya sekolah tersebut dapat menjadi satu sekolah percontohan, karena merupakan satu-satunya sekolah di Kota Tegal yang

(21)

menerapkan pendidikan anti korupsi, dan berstatus sebagai sekolah kebangsaan.

F. Kerangka Berpikir

Seperti diungkapkan pada landasan teori di atas tentang pentingnya PAI dalam upaya penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi disekolah,

Pendidikan Anti Korupsi (PAK)

Nilai-nilai Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan Agama Islam

Pemahaman tentang korupsi dan

aspek-aspeknya.

Ajaran-ajaran Agama Islam tentang perilaku

anti korupsi.

Pengubahan Persepsi dan sikap terhadap siswa

Budaya Sekolah yang anti korupsi

Pembentukan kecakapan baru untuk melawan korupsi

(22)

pelaksanaanya tentu memerlukan skema yang terstruktur dengan baik. Dijelaskan dalam skema di atas bahwa Pendidikan Anti Korupsi (PAK) merupakan salah satu alat pendidikan moral yang memiliki nilai-nilai luhur yang hendak diajarkan kepada bangsa Indonesia. Keberadaannya selama ini memang terpisah dengan mata pelajaran yang terdapat disekolah, dan PAK belum berdiri sendiri dan legal diterapkan disetiap jenjang pendidikan formal.

Oleh karenanya, pendidikan anti korupsi dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran yang memuat ajaran-ajaran moral dan akhlak, seperti pada mata pelajaran PAI. Nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang dimuat di dalam proses pembelajaran PAI secara tidak langsung akan memberikan kontribusi bagi penyelesaian krisis moral yang dihadapi negara ini, jika dilakukan dengan strategi dan metode pembelajaran yang tepat dan efektif. Melalui metode dan strategi yang baik, pembelajaran PAI dapat memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang korupsi dan segala aspek-aspeknya, serta ajaran-ajaran agama Islam tentang perilaku anti korupsi.

Selain itu, pembelajaran yang baik dapat memberikan pengaruh yang efektif bagi peserta didik untuk mengubah persepsi, sikap dan perilakunya yang anti korupsi. Disisi lain, pembelajaran di luar kelas juga penting untuk menjadi perhatian, yakni dengan pembiasaan dan menciptakan budaya anti korupsi dari setiap komponen yang ada di sekolah. Sehingga tidak mustahil semua tahapan tersebut akan mampu

(23)

menciptakan kecakapan baru siswa sebagai pribadi yang anti dan berani untuk melawan korupsi.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) karena dilihat dari tempat yang dilakukan sebagai objek penelitian di SMAN 4 Kota Tegal. Penelitian lapangan ini hakikattnya merupakan metode untuk menemukan secara spesifik dan realis tentang apa yang terjadi 26 terkait nilai-nlai pendidikan anti korupsi yang diajarkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam serta metode dan strategi apa yang digunakan untuk penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 kota Tegal. 2. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.27 Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang akan dilakukan, bahwa data-data yang akan didapat merupakan data-data dari

26

Mardalis, Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal), Cet. Ke-12 ( Jakarta : Bumi Aksara, 2010), hlm. 28.

27 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006),

(24)

hasil wawancara, observasi dan dokumen yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan di SMA Negeri 4 kota Tegal, yang kesemuanya itu adalah berupa data-data deskriptif.

3. Setting Penelitian a. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat dalam proses penelitian yang dilakukan, yaitu : Kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru pendidikan agama Islam dan siswa SMA Negeri 4 kota Tegal yang terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran di kelas maupun luar kelas. b. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 4 Kota Tegal, tepatnya di kelas saat pembelajaran PAI berlangsung dan seluruh lingkungan di sekolah tersebut, karena lingkungan sebagai wujud penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 kota Tegal yang dapat diamati dan diperoleh informasi yang valid dan objektif.

4. Informan Penelitian

Dalam kegiatan penelitian yang menjadi sumber informasi adalah para informan yang berkompeten dan mempunyai relevansi

(25)

dengan penelitian.28 Informan dalam penelitian ini meliputi 3 macam yaitu:

a. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, yakni kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum SMA Negeri 4 kota Tegal.

b. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, yakni guru-guru PAI dan siswa-siswi SMA Negeri 4 kota Tegal.

c. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti, yakni dapat berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian, seperti buku-buku pendidikan anti korupsi, kurikulum dan perangkat pembelajaran PAI di SMA Negeri 4 kota Tegal.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara atau alat untuk mengumpulkan data dengan maksud memperoleh data yang valid dan representatif. Mengingat penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan, dan sesuai dengan sumber data di atas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, observasi dan dokumen-dokumen.

28 Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif)

(26)

a. Wawancara ( interview)

wawancara (interview) ini peneliti datang berhadapan muka secara langsung dengan responden atau objek yang diteliti. Mereka menanyakan sesuatu yang telah direncanakan kepada informan. Pada wawancara ini dimungkinkan peneliti dengan informan melakukan tanya jawab secara interaktif maupun secara sepihak saja misalnya dari peneliti saja.29

Pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara kualitatif. Artinya peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa, tanpa terikat oleh suatu susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan teknik ini, diharapkan wawancara berlangsung luwes, arahnya bisa lebih terbuka, percakapan tidak membuat jenuh kedua belah pihak, sehingga diperoleh informasi yang lebih kaya. 30

Wawancara dilakukan untuk menggali data-data atau informasi terkait asal-usul diterapkannya kurikulum pendidikan anti korupsi dan respon peserta didik, guru dan warga sekolah lainnya terkait nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 kota Tegal serta metode dan strategi yang digunakan sebagai penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam atas jawaban dari masalah yang telah

29Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005), hlm.

79.

(27)

dirumuskan oleh peneliti. Wawancara ini ditujukan kepada Kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru Pendidikan Agama Islam (PAI), siswa, dan yang bersangkutan lainnya di SMA Negeri 4 kota Tegal.

b. Observasi (Observation)

Observasi (Observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.31 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait pelaksanaan penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA Negeri 4 kota Tegal baik dalam aktifitas pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.32 Metode ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dan berbagai dokumen yang berkaitan dengan kegiatan untuk mengetahui alat/benda yang dianggap penting untuk menunjang penelitian, misalnya, SK diterapkannya pendidikan anti korupsi, silabus, RPP pembelajaran, dan dokumen lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian.

31

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 216-221.

(28)

H. Analisis Hasil Penelitian

Setelah data terkumpul dengan melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, maka analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif model interaktif yang diperkenalkan oleh Miles dan Huberman, yang meliputi : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi.

Berikut skema analisis data penelitian kualitatif model interaktif

1. Pengumpulan Data

Pada analisis data kualitatif model interaktif, pengumpulan dan analisis data dilakukan pada waktu yang bersamaan. Hal ini karena saat mengumpulkan data, peneliti akan dengan sendirinya terlibat reduksi dan penyajian data serta melakukan perbandingan-perbandingan untuk memperkaya data bagi tujuan konseptualisasi, kategorisasi, atau untuk teoretisasi. Data-data yang dikumpulkan pada tahap ini seperti hasil pengamatan dalam metode dan strategi penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, hasil wawancara dan dokumen-dokumen terkait nilai-nilai pendidikan anti

Pengumpulan data Penyajian data Kesimpulan Penarikan/ Verifikasi Reduksi data

(29)

korupsi dan strategi penanamannya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 kota Tegal. Pada saat atau sesudah data terkumpul maka peneliti perlu melakukan reduksi data.33

2. Reduksi Data

Setelah data-data didapat melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen terkait nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dan strategi penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Kemudian dilakukan reduksi data yaitu diartikan sebagai proses mengolah data dari lapangan dengan memilah dan memilih, dan menyederhanakan data dengan merangkum yang penting-penting sesuai dengan fokus masalah penelitian.

3. Penyajian Data

Setelah data-data tersebut sudah dipilah dan dipilih sesuai yang dibutuhkan dalam penelitian, maka langkah selanjutnya yaitu tahap penyajian data. Penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.34

Artinya data-data yang telah direduksi tadi disajikan secara tersusun agar dapat ditarik kesimpulan sementara, sehingga dapat dilakukan tindakan penelitian selanjutnya. Data-data tersebut didapatkan

33Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan) (Bandung

: PT. Refika Aditama, 2012), hlm. 218.

34Etta Mamang Sangadj dan Sopiah, Metodologi Penelitian (Pendekatan Praktis dalam Penelitian) (Yogyakarta : CV. Andi Offset, 2010), hlm. 200.

(30)

berkaitan dengan pembelajaran PAI terintegrari PAK dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas, disertai dengan dokumen-dokumen penunjang seperti materi belajar, kurikulum dan media pembelajaran, serta hasil pengamatan dan wawancara dengan setiap komponen yang terlibat. Dari data tersebut kemudian disajikan secara tersusun untuk menghasilkan kesimpulan sementara tentang pelaksanaan pembelajaran PAI di sekolah. Selanjutnya, dari sajian data sementara tersebut menjadi acuan untuk proses tahapan penelitian berikutnya, yakni analisis maupun melengkapi data penunjang untuk kesimpulan akhir penelitian.

4. Verifikasi

Menarik kesimpulan atas hasil observasi, wawancara dan dokumentasi terkait nilai-nilai yang ditanamkan melalui proses pembelajaran PAI serta pelaksanaan penanaman nilai tersebut melalui metode dan strategi yang digunakan. Verifikasi dilakukan sejak awal terhadap data yang diperoleh. Tetapi kesimpulannya masih kabur, diragukan tetapi semakin bertambahnya data maka kesimpulan itu lebih

“grounded” (berbasis data lapangan). Kesimpulan harus diverifikasi

selama penelitian masih berlangsung.35

(31)

I. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami gambaran secara menyeluruh tentang penelitian ini, maka peneliti memberikan sistematika beserta penjelasan secara garis besar. Bahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yang satu sama lainnya saling berkaitan. Adapun penulisan penelitian ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini mencakup di dalamnya latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka berpikir, metode penelitian, analisis hasil penelitian dan sistematika penulisan penelitian.

Bab II Merupakan bab landasan teori. Pada bab ini menerangkan tentang tinjauan umum terkait nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pendidikan agama Islam. Pada bab ini mencakup di dalamnya konsep teoritis tentang korupsi, motif dan alasan korupsi serta dampak korupsi bagi masyarakat. Kemudian nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang meliputi pengertian nilai, konsep pendidikan anti korupsi, konsep nilai-nilai pendidikan anti korupsi dan pandangan Islam tentang korupsi. Pada pembahasan selanjutnya membahas mengenai penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi di sekolah yang mencakup sejarah pendidikan anti korupsi di Indonesia, tujuan dan urgensi pendidikan anti korupsi, serta penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi melalui metode dan strategi dalam pembelajaran di sekolah dan konsep pendidikan agama Islam.

(32)

Bab III Merupakan bab yang berisi setting dan hasil penelitian. Pada bab ini mencakup di dalamnya keterangan sekilas tentang sekolah SMA Negeri 4 kota Tegal, kemudian pembelajaran PAI di SMAN 4 Kota tegal, dan pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal yang meliputi asal usul diterapkannya pendidikan anti korupsi di SMAN 4 Kota, kemudian tentang nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMAN 4 kota Tegal, serta penanaman nilai-nilai Pendidikan Anti Korupsi (PAK) baik dalam pembelajaran PAI di kelas maupun pelajaran di luar kelas.

Bab IV Merupakan bab yang berisi tentang analisis hasil penelitian, yang meliputi analisis mengenai nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMAN 4 Kota Tegal dan analisis tentang metode dan strategi penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMAN 4 kota Tegal baik pembelajaran PAI di kelas maupun di luar kelas.

Referensi

Dokumen terkait

● Tampilkan file dalam /boot dengan format yang lebih readable (human) ● Buat direktori testdir dalam home directory. ● Pindah ke

Dari latar belakang tersebut, penulis akan mencoba membuat program sistem pengolahan data guru dan karyawan Kabupaten Pati mulai dari login, update data, lihat

Model hasil penelitian dalam skripsi ini menunjukan tingkat pengangguran, jumlah penduduk berpengaruh positif, rata-rata lama sekolah dan PDRB tidak berpengaruh

Untuk mengetahui besarnya pengaruh kemampuan auditor dan pengalaman auditor secara parsial terhadap efektivitas pelaksanaan audit investigatif pada Badan

Kaidah-kaidah dalam sebuah teknis pengambilan gambar dan konsep sinematografi dalam produksi film apapun baik fiksi ataupun non fiksi, secara umum memiliki kajian dan faktor yang

Judul Penelitian : SIMULASI DAN ANALISA KESTABILAN MODEL MATEMATIKA MENGENAI PROSES TRANSMISI VIRUS DENGUE DI DALAM TUBUH MANUSIA Menyatakan sebenar-benarnya bahwa

Dengan adanya sistem e-grocery maka konsumen yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu dapat memanfaatkan jaringan internet yang terhubung ke website untuk

Untuk diagnosa pertama yaitu gangguan pola eliminasi, tindakan yang dilakukan adalah memonitor keadaan bladder tiap dua sampai tiga jam, menjelaskan kepada pasien tentang