• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak dengan Kegiatan Origami TK Pertiwi Kota Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak dengan Kegiatan Origami TK Pertiwi Kota Banda Aceh"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

29

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak dengan Kegiatan

Origami TK Pertiwi Kota Banda Aceh

Fitriani1, Muhammad Ridhwan2

1)

TK Pertiwi Banda Aceh 2)

Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh, Indonesia Email: Fitriani72@gmail.com

ABSTRAK

Kegiatan melatih motoric halus perlu diperkenalkan pada Taman Kanak Kanak. Salah satu cara melatih motoric halus adalah dengan origami. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan dua siklus. Data diambil dari siswa Kelompok B TK Pertiwi Kota Banda Aceh. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada orang tua murid. Sedangkan observasi dilaksanakan bersama teman sejawat untuk mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran melipat kertas (origami). Data dianalisis menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan melipat kertas (origami) dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak-anak.

Kata kunci: Melipat kertas, Origami, Motorik halus PENDAHULUAN

Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang melibatkan anak usia dini antara 4 sampai 6 tahun. Pendidikan Anak Usia Dini di Taman Kanak-kanak merupakan wahana yang dapat merangsang pertumbuhan anak baik fisik maupun mentalnya. Pertumbuhan dan Pengembangan fisik dan mental anak usia taman kanak-kanak seharusnya dilakukan dengan bermain sambil belajar (Wiyani, dan Barnawi, 2012:72). Kegiatan melatih fisik motoric ini meliputi gerakan gerakan jalan, berlari, melompat, bermain main dengan bola, menggunakan peralatan sederhana, menari, latihan yang ritmik, dan gerakan gerakan terkoordinasi (Wiryaningsih, Jampel, & Antara, 2016). Kegiatan melatih motoric ini dapat dibagi dua yaitu melatih motoric kasar dan melatih motoric halus.

Pengembangan motoric halus bisa dilaksanakan dengan olah tangan yang menggunakan media kreatif seperti menggunakan kuas, pensil warna, kertas, gunting, tanah liat, malam, dan juga bermain busa. Salah satu kegiatan bermain dengan kertas yaitu melipat kertas atau origami.

Kegiatan melipat kertas (origami) perlu diperkenalkan kepada anak anak sedini mungkin, karena kegiatan ini dapat melatih otot, syaraf, otak, dan jari- jemari tangan. Agar timbul minat anak dalam kegiatan melipat kertas ini, maka perlu ada dorongan dari guru dan orang tua. Dalam kegiatan origami ini anak dilatih memegang kertas dengan benar untuk memunculkan bentuk tertentu seperti bentuk ikan, rumah, burung, mobil dan lain sebagainya, sehingga kelenturan jari jemari anak dapat terbentuk. Bila tangan si anak telah terbiasa dengan kegiatan origami, maka imajinasi anak akan mudah

(2)

30

terbentuk pula. Ia akan sanggup untuk meningkatkan kreativitas si anak tersebut. Kreativitas merupakan suatu proses mental seseorang yang menghasilkan ide, proses, mekanisme ataupun produk baru yang berdaya guna yang bersifat imajinatif, keindahan, lentur, integrative, dalam berbagai bidang untuk menemukan suatu solusi terbaik. (Yeni, 2011).

Hasil pengamatan di lapangan, masih banyak Taman Kanak-kanak, untuk menerapkan pembelajaran yang dijadikan dasar peningkatan motorik halus masih kurang terencana dan terprogram. Guru masih sering menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional, sehingga menurunkan minat anak. Di samping itu masih kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak masih menjadi penyebab utama. TK Pertiwi Kota Banda Aceh berdasarkan pengamatan awal dan hasil diskusi dengan guru kelas menunjukan bahwa anak-anak pada umumnya masih memiliki kemampuan motorik halus yang masih rendah terutama pada kegiatan pramenulis seperti cara memegang pensil yang belum benar, menjiplak bentuk/ garis yang belum rapi, kesulitan membuat bentuk-bentuk tulisan, mewarnai yang masih terlihat corat-coret, melipat kertas (origami) serta kegiatan lainnya yang masih memerlukan bimbingan dari lingkungan terutama kemampuan motorik halus, yang mencakup penggunaan koordinasi otot-otot kecil/ halus. Hal ini bisa disebabkan faktor kematangan anak dan stimulasi/ latihan yang belum diterapkan secara konsisten seperti pembelajaran yang ada dalam program di sekolah tersebut.

Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak belum terencana secara khusus. Untuk itu sebaiknya masalah ini segera diantisipasi, sehingga kekhawatiran anak mengalami kesulitan dalam kemampuan motorik halus dapat diminimalisir. Pada umumnya motorik halus anak di Taman Kakan- Kanak sebagian besar terlambat tidak sesuai dengan usianya. Hal ini juga terlihat pada TK Pertiwi Kota Banda Aceh

Secara khusus pada anak-anak Kelompok B TK Pertiwi Kota Banda Aceh yang berusia 5-6 tahun belum dapat menggunakan alat tulis dengan baik dan benar, motorik halusnya sangat lemah/ kurang, terutama keterampilan melipat kertas. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus, mengalami kesulitan untuk mengkoordinasikan gerak tangan dan jari jemarinya secara fleksibel, khususnya kegiatan melipat kertas (origami). Dari jumlah 38 anak didik, Kelompok B terdapat 30 atau sekitar 80% anak didik yang terlambat kemampuan motorik halusnya, sedangkan yang mampu hanya sebanyak 8 atau sekitar 20% anak didik.

Berdasarkan temuan tersebut, maka dilakukan kegiatan origami sebagai media pembelajaran. Pemilihan kegiatan origami didasarkan pada pertimbangan bahwa, pertama, dengan origami, anak dapat membuat sesuatu seperti meniru, berkreatifitas dan berimajinasi. Kedua, anak juga belajar mengapresiasi seni dan keindahan. Ketiga, anak dapat belajar membuat model yang diinginkan dan permainan secara mandiri. Keempat, anak belajar melihat gambar, belajar mencari solusi sehingga berhasil membentuk sebuah model origami, sehingga anak akan belajar konsep berbandingan bentuk: yang kesemuanya itu diperlukan untuk keterampilan motorik halus.

Kegiatan Origami

Menurut Hadi (2012) Origami berasal dari bahasa Jepang, ori berarti lipat dan garni berasal dari kata kami berarti kertas. Origami merupakan suatu kegiatan melipat kertas menjadi suatu bentuk. Keterampilan origami berasal dari Cina yang kemudian

(3)

31 diperkenalkan oleh orang Spanyol dan Jepang. Di Jepang keterampilan ini telah mengakar dan diserap menjadi kebudayaan setempat. Origami menjadi salah satu kebudayaan orang Jepang dalam upacara keagamaan Shinto. Ternyata sekarang, origami berkembang tidak hanya di kalangan m a s y a r a k a t Jepang, n a m u n sudah d i s u k a i s a m p a i b e n u a Amerika, Eropa dan Asia termasuk Indonesia.

Menurut M. Amanuma dalam Danandjaja (1997 :297), Origami adalah suatu seni melipat kertas yang hasilnya dapat menjadi berbagai bentuk. Orang jepang menganggap bahwa origami merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dengan kebudayaan bangsanya. Biasanya b ahan yang digunakan untuk origami adalah kertas atau kain yang berbentuk persegi. H asilorigami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan enak dipandang.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini menggunakan guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berpengaruh sekali dalam proses penelitian tindakan kelas.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini pada anak usia 5-6 tahun di kelompok B TK Pertiwi Kota Banda Aceh.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah pada kelompok B TK Pertiwi Kota Banda Aceh. Waktu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2017/2018.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan meliputi wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada orang tua murid. Sedangkan Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan tim kolaboratif untuk mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran melipat kertas (origami).

Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Pembentukan sikap perilaku anak dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan skor (1, 2 dan 3). Data data tersebut mulai dianalis dari siklus satu dan dua untuk dibandingkan perolehan nilai rata- ratanya, hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif prosentase yang dikelompokkan dalam 3 kategori baik, cukup, dan kurang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Sebelum Diberi Tindakan

Hasil penelitian dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian tindakan kelas melalui kegiatan melipat kertas untuk meningkatkan motorik halus anak di TK Pertiwi Kota Banda Aceh pada Kelompok B, Hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai

(4)

32

berikut: Hasil pengamatan awal dapat disimpulkan bahwa Anak-anak di TK Pertiwi Kota Banda Aceh ini kurang menyukai kegiatan melipat kertas, oleh karena itu untuk meningkatkan kegiatan tersebut harus sering dilatih agar anak trampil dalam melipat atau pun membuat kreasi sendiri.

Proses pembelajaran sebelum diberikan tindakan menunjukkan bahwa indikator dapat meniru 3 lipatan kertas menjadi bentuk ikan sebanyak 43%, anak mampu meniru 5 lipatan menjadi keranjang sebesar 39%, dan anak mampu meniru 6 lipatan menjadi bentuk tulip sebesar 34%. Sementara itu anak mampu membuat lipatan kertas menjadi burung sebesar 26%, anak dapat membuat hiasan dari kertas lipat 30% anak membuat coretan dalam lipatan kertas dengan cat air 34% anak dapat menggambar pohon kemudian diberi hiasan bunga dan burung dari hasil origami kemudian diwarnai 30% anak melipat bentuk rumah kemudian ditambah dengan hiasan taman bunga dan kupu-kupu 26%.. Untuk lebih jelasnya kemampuan anak sebelum perlakuan ditunjukkan dalam diagram berikut:

Gambar 1. Persentase hasil sebelum siklus Siklus I

Pada siklus I, ada 3 indikator yang diamati dengan rata- rata hasil sebagai berikut: indikator dapat meniru 3 lipatan kertas menjadi ikan 56% meniru 5 lipatan menjadi bentuk keranjang 60% meniru 6 lipatan menjadi bunga tulip 60% membuat lipatan kertas menjadi burung 56% membuat hiasan dari kertas lipat 52% membuat coretan dalam lipatan kertas dengan cat air 56% menggambar pohon kemudian diberi hiasan bunga dan burung dari hasil origami 56% melipat bentuk rumah kemudian ditambah dengan hiasan tanaman bunga dan kupu-kupu 60% .

Kegiatan melipat kertas masih kurang yaitu hanya 60% namun pencapaian peningkatan kreativitas melipat dalam penelitian ini minimal 75%. Maka peneliti dan rekan kerja melakukan perencanaan ulang pembelajaran di siklus II.

(5)

33

Gambar 2. Persentase hasil siklus 1 Siklus II

Pada siklus II ada 3 indikator yang diamati dengan rata- rata hasil sebagai berikut: indikator dapat menunjukkan anak dapat meniru 3 lipatan kertas menjadi bentuk ikan 86% anak mampu meniru 5 lipatan kertas menjadi bentuk keranjang 82% anak mampu meniru 6 lipatan menjadi bentuk tulip 78% anak mampu membuat lipatan kertas menjadi burung 78% anak dapat membuat hiasan dari kertas lipat 86% anak membuat coretan dalam lipatan kertas dengan cat air 91% anak dapat menggambar pohon kemudian diberi hiassan bunga dan burung dari hasil origami kemudian diwarnai 65% anak melipat bentuk rumah kemudian ditambah dengan hiasan taman bunga dan kupu-kupu 78%.

Gambar 3. Persentase hasil siklus 2 PEMBAHASAN

Cara Meningkatkan kegiatan melipat kertas

Anak-anak sangat menyukai hal-hal yang menarik, menyenangkan dan hal-hal yang baru. Dalam hal meningkatkan motorik halus anak melalui melipat kertas. Dengan mengerjakan secara bersama-sama anak pasti akan bercakap-cakap dengan teman yang lain sehingga meningkatkan keterampilan motorik halus anak.

Dalam meningkatkan keterampilan melalui origami , anak aktif dalam melalukan kegiatan, bertanya dan bercakap-cakap dan secara tidak sadar meningkatkan keterampilan motorik halus anak dalam dirinya agar mampu berkembang.

Elizabet B. Hurlock (1990) menyatakan bahwa kesempatan motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan salah satu kegiatan, misalnya melipat kertas satu sampai

(6)

34

enam. Meningkatkan ketrampilan motorik halus dipengaruhi juga oleh kondisi lingkungan disekitar yang memberikan kesempatan baginya untuk meningkatkan keterampilan yang dimilikinya.

Dalam penelitian, guru memberikan kegiatan melipat dalam meningkatkan keterampilan yang dimiliki anak sejak usia dini agar dapat berkembang. Dalam kegiatan melipat ini anak diberikan arahan dan petunjuk melipat yang benar, agar anak mengerti bagai mana lipatan yang benar seperti apa. Dalam pembelajaran guru juga memberikan pengalaman kepada anak seperti memberikan contoh lipatan yang baik dan benar.

Banyak anak yang sudah mampu meningkatkan keterampilan motorik halus dalam dirinya. Imajinasi anak berkembang ketika anak diberikan kebebasan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang lainnya. Keterampilan tersebut dituangkan melalui kegiatan melipat kertas yang mengasyikkan untuk anak, guru dapat mengembangkan kegiatan belajar melipat untuk anak, agar meningkatkan keterampilan anak supaya anak merasa senang dan nyaman saat melakukan kegiatan sehingga potensi anak dapat berkembang sesuai tahapannya.

Keterampilan merupakan sesuatu proses, bukan hasil. Keterampilan merupakan hasil belajar yang terus menerus, yang memerlukan bimbingan terus menerus tanpa henti hentinya dan tanpa bosan.

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan melipat anak yang tuntas sebesar 32%, setelah dilakukan penelitian siklus I meningkat menjadi 57% yaitu mengalami peningkatan sebesar 25% dan dilakukan penelitian kembali pada siklus II presentase ketuntasan anak menjadi 80% mengalami peningkatan 23%.

Berdasarkan grafik sebelum diberi tindakan menunjukkan persentase kemampuan melipat anak sebesar 32%, setelah diberi tindakan pada siklus I melalui melipat kertas yang disesuaikan dengan tema, kemampuan melipat kertas anak meningkat menjadi 57%. Peneliti kemudian memberi tindakan pada siklus II dengan melipat kertas dan lipatan yang sudah jadi yang di sesuaikan dengan tema pembelajaran,kemampuan melipat kertas anak meningkat menjadi 80%. Hasil peningkatan melipat kertas anak sebesar 80% penelitian dinyatakan berhasil karena peneliti sudah memenuhi target sebesar 80%.

(7)

35

PENUTUP Simpulan

Dari uraian penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: bahwa dengan kegiatan melipat kertas atau origami kita dapat melatih motorik halus anak agar anak lebih terampil membuat lipatan dan bentuk yang dicontoh kan oleh guru, anak juga dapat membuat lipatan sendiri dengan lipatan yang lain.

Kegiatan melipat kertas ini juga dapat dikembangkan dengan berbagai macam bentuk dan dapat juga diberi hiasan yang lain misalnya: menggambar yang ditambah dengan lipatan burung dan bunga serta diberi warna yang menarik dan sesuai . Anak juga dapat memberikan coretan dengan cat air pada kertas lipat tersebut. Dengan begitu keterampilan yang dipunyai anak keluar dengan sendirinya. Selain itu juga anak dan guru sesering mungkin mengajarkan anak didiknya untuk berlatih melipat agar lebih terampil dalam melipat kertas membuat origami.

DAFTAR PUSTAKA

Aeni, Q., & Cristiana, E. (2016). Pengaruh Kegiatan Origami Terhadap Keterampilan Motorik Halus Pada Anak Kelompok B. Jurnal PAUD Teratai, 5(2), 1–4.

Hadi, T. (2012) Origami Hewan Kreasi Baru Yang Menawan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Hurlock Elizzabeth B., 1990, Psikologi Perkembangan Anak, Jilid 1-2. Jakarta : Penerbit Erlangga

M. Amanuma, (1997:297). Seni Melipat Kertas dari Negeri Sakura

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wiryaningsih, N. K. S. A., Jampel, I. N., & Antara, P. A. (2016). Penerapan Kegiatan Melipat Kertas Origami Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak TK Aisyiysh Bustanul Athfal. E-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas

Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2).

Wiyani, N.A., dan Barnawi (2012). Format PAUD, Konsep, Karakteristi dan Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.

Yeni rahmawati, dan Euis Kurniati (2011). Strategi Pengembangan Kreativitas Anak. Jakarta: Kencana

Gambar

Gambar 1. Persentase hasil sebelum siklus  Siklus I
Gambar 3. Persentase hasil  siklus 2  PEMBAHASAN

Referensi

Dokumen terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEWARNAI GAMBAR PADA ANAK DIDIK KELOMPOK A SEMESTER I TK PERTIWI BERGOLO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN BLORA TAHUN

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan Kolase di Kelompok B TK Pertiwi 1 Nambangan Kecamatan Selogiri Kabupaten

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam siswa kelompok B TK

untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan. menganyam di TK Pertiwi Prawatan tahun

Hasil penelitian menyatakan bahwa dengan kegiatan menganyam dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK Pertiwi Mrisen III Juwiring Klaten Tahun Ajaran

Penelitian yang dilakukan adalah unuk mengetahui pengaruh permainan origami terhadap motorik halus anak usia dini di TK A Pertiwi Dharmarini Saradan Pemalang Tahun

judul “ Peninfkatan Kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan membatik dengan media tissu pada anak kelompok B di TK Tunas Pertiwi Kedungwaru Kunduran

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih kurangnya keterampilan motorik halus anak kelompok B2 TK DWP Dikpora Ampenan. Anak merasa kesulitan dalam mengerjakan kegiatan