• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH PADA BPRS AMANAH UMMAH LEUWILIANG BOGOR SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH PADA BPRS AMANAH UMMAH LEUWILIANG BOGOR SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Fildzah Permata Rizki Nasution 11140460000142

HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH PADA BPRS AMANAH UMMAH LEUWILIANG BOGOR. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440H/2018M, xiv + 59 halaman 15 halaman lampiran.

Analisis pembiayaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi bank syariah dalam mengambil keputusan untuk menyetujui / menolak permohonan pembiayaan. Analisis yang baik akan menghasilkan keputusan yang tepat. Semakin tinggi jumlah pembiayaan, maka dimungkinkan semakin tinggi pembiyaan bermasalah yang akan terjadi. Oleh karena itu, pihak BPRS harus mencari solusi agar penyelesaian pembiayaan bermasalah tersebut dapat diselesaikan secara efektif.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan empiris, melalui teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dan wawancara dengan pihak BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor, beserta menganalisis data yang diperoleh dan kemudian disusun secara sistematis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah masih belum efektif.. Hal tersebut dapat dilihat pada pembiayaan murabahah yang dikategorikan bermasalah (Non Performing Financing) berjumlah 111 nasabah. Jumlah nasabah pada tahun 2017 yang kembali pada kondisi lancar melalui upaya surat panggilan nasabah atau surat peringatan dan reschedulling berjumlah 18 nasabah. Sedangkan 93 nasabah masih tetap dalam kondisi bermasalah atau belum kembali kepada kondisi lancar.

Kata Kunci : Efektivitas, Murabahah, Penyelesaian, Pembiayaan Bermasalah. Pembimbing : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang tak terkira, alhamdulillahi rabbil ‘alamin tiada henti penulis ucapkan karena dapat terselesaikannya skripsi yang berjudul “Efektivitas Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor” ini. Salawat serta salam, penulis haturkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Banyak hal yang tidak dapat penulis hadirkan di dalamnya, dikarenakan keterbatasan ilmu dan waktu yang penulis miliki. Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, serta para wakil Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. A.M. Hasan Ali, M.A., Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah dan Abdurrauf, L.c., M.A., Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah. 3. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Dosen Pembimbing

yang telah bersedia membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran, perhatian, dan ketelitian serta meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan hingga skripsi ini selesai.

4. Pihak BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor, khususnya Bapak M. Ali Bhatin dan Bapak M. Rasyid Pane selaku Staf Bidang Remedial, dan Ibu Dian selaku Staf Bidang Umum yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan data dan informasi yang sangat membantu dalam proses penelitian penulis. 5. Segenap Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan

(7)

vii

S.E., serta Nenekku Helen Nasution dan Adikku Dhany Sahputra Nasution, berkat perjuangan dan pengorbanan yang tak kenal lelah dan do’a yang tulus kepada penulis serta motivasi, semangat dan dukungan baik moral maupun materiil kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

7. Ahmad Rifa’i, berkat semangat, motivasi, dan dukungannya serta selalu sabar mendengar keluh kesah penulis selama menyelesaikan skripsi dan studi ini. Semoga kita dapat selalu berproses bersama-sama menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

8. Teman-teman seperjuanganku tersayang, Rizkah Fadliah, Fariha Roy, Sisilia Novitasari, Kak Ropiah Febriani, yang selalu ada memberikan semangat dan motivasi yang tiada terhingga dan selalu membantu penulis selama masa studi ini.

9. Teman-teman Hukum Ekonomi Syariah 2014, teman seperbimbingan Mumtaz dan Gina yang selalu memberikan informasi dan dukungan selama menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta semangat kepada penulis dalam rangka penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini.

Jakarta, 6 Oktober 2018

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..……….i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...…...ii

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI...…...iii

LEMBAR PERNYATAAN...…...iv

ABSTRAK...…...v

KATA PENGANTAR...…...……vi

DAFTAR ISI...…...…...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...………..1

B. Identifikasi Masalah...…..3

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah...…….…...….4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian...…....4

E. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu...…5

F. Kerangka Teori dan Konseptual...9

G. Metode Penelitian...…11

H. Sistematika Penulisan...…….13

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Efektivitas...………15

B. Akad Murabahah...…..16

C. Akibat Hukum Akad Murabahah...……21

(9)

ix

A. Profil BPRS Amanah Ummah...……30

B. Fungsi dan Tujuan BPRS Amanah Ummah...………32

C. Legalitas dan Struktur Organisasi...33

D. Produk dari BPRS Amanah Ummah...…….34

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENYELESAIAN MURABAHAH BERMASALAH PADA BPRS AMANAH UMMAH LEUWILIANG BOGOR A. Prosedur Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah di BPRS Amanah Ummah...………..………...41

B. Tingkat Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BPRS Amanah Ummah...………...47

C. Faktor yang Mempengaruhi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada Akad Murabahah di BPRS Amanah Ummah...……..50

D. Efektivitas Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BPRS Amanah Ummah...………..….52 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...……58 B. Saran...…..59 DAFTAR PUSTAKA...……x LAMPIRAN...……….xiv

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia sejak Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan hingga disahkannya Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah semakin meningkat. Dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2017, jumlah Bank Umum Syariah (BUS) telah mencapai 13 BUS, untuk Unit Usaha Syariah (UUS) mencapai 21 UUS sementara untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) hingga September 2017 telah mencapai 167 BPRS.1

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana juga halnya dengan Bank Pembiayaan Rakyat konvensional berfungsi sebagai lembaga intermediasi. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan.2 Kegiatan usaha BPRS yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah.

Dalam Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 21 huruf b disebutkan bahwa kegiatan usaha bank pembiayaan rakyat

1

Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah September 2017, (Jakarta: OJK, 2017), h., 82.

2 Lihat pada Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

(11)

syariah, menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk: (1) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah; (2) Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna’; (3) Pembiayaan berdasarkan Akad qardh; (4) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; dan (5) pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah;

Akad murabahah dijelaskan khusus dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 19 huruf d yaitu yang dimaksud dengan Akad murabahah adalah Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, pembiayaan yang dilakukan oleh BPRS Amanah Ummah, khususnya pada tahun 2010, didominasi oleh pembiayaan dengan skim murabahah sebesar 87,79%.3 Semakin tinggi jumlah pembiayaan, maka dimungkinkan semakin tinggi pembiyaan bermasalah yang akan terjadi.

Analisis pembiayaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi bank syariah dalam mengambil keputusan untuk menyetujui / menolak permohonan pembiayaan. Analisis yang baik akan menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis pembiayaan merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai acuan bagi bank syariah untuk meyakini kelayakan atas permohonan pembiayaan nasabah.4

Pada pasal 29 ayat (3) Undang-undang perbankan menentukan bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang

3 Risa Safariyani, “Manajemen Risiko Pembiayaan Al-Istishna pada BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang-Bogor”, Skripsi (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2011), t.d.

4

(12)

3

tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Agar tidak sampai merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank itu, Undang-undang perbankan memberikan pedoman yang harus dipatuhi oleh bank dalam rangka pemberian kredit atau pembiayaan. Pedoman tersebut dicantumkan dalam pasal 8 ayat (1) yang berbunyi : “Dalam memberikan kredit, bank wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.”

Dalam hal ini, Bank sebagai penjual kebutuhan nasabah berdasarkan proses negosiasi yang telah disepakati dan tertuang dalam suatu Akad, kepada pihak nasabah selaku pembeli. Hubungan antara Bank dengan nasabahnya adalah suatu hubungan hukum. Tidak dipenuhinya hak satu pihak akan berakibat bagi pihak lainnya, seperti tuntutan hukum, dan tuntutan hukum inilah yang menjadi akibat hukum oleh karena tidak dipenuhinya suatu hak oleh pihak tertentu.

Menurut staf bidang remedial BPRS Amanah Ummah, selama ini belum ada sengketa yang berlanjut hingga ditempuh penyelesaian sampai ke BASYARNAS atau Pengadilan Agama. Pihak BPRS Amanah Ummah lebih mengutamakan menyelesaikan pembiayaan murabahah bermasalah ini secara kekeluargaan yaitu melalui musyawarah untuk menjaga hubungan baik dengan nasabah dalam konteks waktu yang panjang.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “EFEKTIVITAS PENYELESAIAN

PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH PADA BPRS

AMANAH UMMAH LEUWILIANG BOGOR”.

B. Identifikasi Masalah

1. Prosedur analisis kelayakan pembiayaan Murabahah di BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.

(13)

2. Tingkat pembiayaan murabahah bermasalah pada akad murabahah di BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.

3. Faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi penyelesaian pembiayaan bermasalah pada akad murabahah di BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini di fokuskan untuk menganalisis efektivitas penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah yang terjadi di BPRS Amanah Ummah Leuwiliang-Bogor serta bagaimana akibat hukum yang terjadi karena tidak terpenuhinya hak oleh para pihak.

2. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah:

a. Solusi apa yang ditawarkan oleh BPRS Amanah Ummah dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah tersebut ?

b. Bagaimana efektivitas penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah pada BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian latar belakang, rumusan masalah, dan pembatasan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk :

a. Menganalisis faktor yang mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah pada akad murabahah di BPRS Amanah Ummah.

(14)

5

b. Menganalisis solusi dan upaya yang ditawarkan oleh BPRS Amanah Ummah terhadap pembiayaan murabahah bermasalah. c. Menganalisis efektivitas penyelesaian pembiayaan murabahah

bermasalah pada BPRS Amanah Ummah.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan manfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu:

a. Teoritis

Secara teoritis, diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan pemikiran khususnya bagi perkembangan Hukum Ekonomi Syariah serta dapat dijadikan referensi atau acuan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembiayaan bermasalah pada akad murabahah.

b. Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat menjadi framework atau model bagi bank syariah lain yang memiliki permasalahan yang sama. Serta sebagai tambahan literatur dan pengetahuan sebagai perbandingan pada penelitian selanjutnya di lembaga keuangan syariah.

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

NO Peneliti Judul Penelitian Metode dan Objek Kesimpulan 1 Fanny Yunita Sri Rejeki (2013) Akad Pembiayaan Murabahah dan Praktiknya pada PT. Bank Syariah Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan

Akibat hukum para pihak dalam Akad Pembiayaan

Murabahah di PT. Bank Syariah

(15)

Mandiri Cabang Manado penelitian lapangan (field research) Mandiri Cabang Manado, merupakan

akibat hukum yang timbul dari suatu hubungan hukum, ketika salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya, maka di sini terjadi akibat hukum berupa pemenuhan kewajiban tersebut. PT. Bank Syariah Mandiri menerapkan klausul penyelesaiannya dengan cara musyawarah dan kekeluargaan, apabila cara seperti itu tidak dapat mencapai kesepakatan, barulah upaya terakhir diselesaikan melalui Pengadilan Negeri

(16)

7

setempat.

Sumber : Fanny Yunita Sri Rejeki, “Akad Pembiayaan Murabahah dan Praktiknya pada PT. Bank Syariah Cabang Manado”, Lex Privatum,Vol.1, No.2, April-Juni 2013.

3 Linda Novita dan M.Kholil Nawawi (2014) Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap Perkembangan UMKM di Kecamatan Leuwiliang (Studi Kasus BPRS Amanah Ummah) Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel yang diteliti. Penerapan akad murabahah ini pada dasarnya sama dengan penerapan akad murabahah di bank lain. Pembiayaan yang diterima biasanya 80% dari nilai taksasi jaminan, tapi ketika nasabah ingin mengajukan pembiayaan lagi biasanya diterima lebih dari 80% dari nilai taksasi jaminan jika pembiayaan yang sebelumnya lancar dan tidak bermasalah. Hal ini pun berpengaruh kepada rasa

kepercayaan bank terhadap nasabah,

(17)

ketika nasabah melakukan

pembayaran cicilan denga lancar maka untuk pengajuan selanjutnya pihak bank terkadang tidak perlu mengadakan survey lagi terhadap nasabah tersebut. Sumber : Linda Novita dan M.Kholil Nawawi, “Pengaruh Pembiayaan

Murabahah terhadap Perkembangan UMKM di Kecamatan Leuwiliang (Studi Kasus BPRS Amanah Ummah)”, Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 2, September 2014 pp. 273-310. 4 Rizki Fauzi (2014) Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah pada Sektor Agribisnis (Studi Kasus PT.BPRS Amanah Ummah Periode 2011-2014) Penyusun menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dengan sifat penelitian deskriptif, dan menggunakan pendekatan normatif dengan analisa kualitatif.

Hasil dari penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa proses manajemen risiko pembiayaan murabahah meliputi identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko. Pihak BPRS lebih memfokuskan pada proses identifikasi risiko dalam memberikan pembiayaan kepada

(18)

9

nasabah guna meminimalisasi risiko yang akan timbul di kemudian hari. Dalam hal ini, pihak BPRS dinilai cukup baik dalam mengelola risiko pada pembiayaan murabahah pada sektor agribisnis. Sumber : Rizki Fauzi, “Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah

pada Sektor Agribisnis (Studi Kasus PT.BPRS Amanah Ummah Periode 2011-2014), Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

F. Kerangka Teori dan Konseptual

Bank Syariah di Indonesia digolongkan dalam dua jenis, yaitu Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (7) jo. Pasal 18 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008.

Kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh Bank Umum Syariah (BUS) sebagaimana ditentukan dalam pasal 19 dan pasal 20 UU Perbankan Syariah tersebut, skalanya jauh lebih besar dan lebih luas dibandingkan dengan kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebagaimana ditentukan dalam pasal 21, baik dari cakupan kegiatan usahanya atau jumlah produknya maupun dari segi wilayah operasinya.5

5 Drs. Cik Basir, S.H., M.H.I., Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan

(19)

Dalam hal menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat misalnya, BUS umumnya dalam jumlah yang besar-besar, sedangkan BPRS dalam jumlah yang sedang-sedang saja atau lebih kecil dibandingkan dengan BUS.6

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli di mana penjual menawarkan barang dagangannya dengan menyebutkan harga yang merupakan jumlah dari harga perolehan dengan menambahkan nominal tertentu sebagai keuntungan. Ibnu Qudamah mendefinisikan murabahah sebagai jual beli dengan menghitung modal ditambah keuntungan tertentu yang diketahui. Dapat disimpulkan, murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli amanah berdasarkan pada penetapan harga, yaitu bentuk pertukaran obyek jual dengan harga yang merupakan jumlah harga perolehan ditambah laba tertentu.7

Dalam praktik di Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kontemporer, termasuk perbankan syariah, bentuk murabahah dalam fikih klasik tersebut mengalami beberapa modifikasi. Murabahah yang dipraktikkan pada LKS dikenal dengan murabahah li al-amir bi al-syira’, yaitu transaksi jual beli di mana seorang nasabah datang kepada pihak bank untuk membelikan sebuah komoditas dengan kriteria tertentu, dan ia berjanji akan membeli komoditas/barang tersebut secara murabahah, yakni sesuai harga pokok pembelian ditambah dengan tingkat keuntungan yang disepakati kedua pihak, dan nasabah akan melakukan pembayaran secara installment (cicilan berkala) sesuai dengan kemampuan finansial yang dimiliki.8

Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu dari risiko dalam suatu pelaksanaan pembiayaan. Adiwarman A. Karim menjelaskan bahwa risiko

6 Wiroso, Penghimpunan dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005) h. 12.

7

Lely Shofa Imama, “Konsep dan Implementasi Murabahah pada Produk Pembiayaan Bank Syariah”, Iqtishadia : Vol.1, Nomor 2, (Desember 2014), h., 3.

8 Ah.Azharudin Lathif, “Konsep dan Aplikasi Murabahah pada Perbankan Syariah di Indonesia” , Ahkam : Vol.XII, No.2, (Juli 2012), h. 3.

(20)

11

pembiayaan merupakan risiko yang disebabkan oleh adanya counterparty dalam memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait dengan pembiayaan korporasi.9

Kerangka penelitian yang dibuat dalam penelitian ini mengenai analisis efektivitas penyelesaian pembiyaan murabahah bermasalah, sebagai berikut :

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

9 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 260.

Penyelesaian Pembiayaan Murabahah bermasalah BPRS Amanah Ummah

Leuwiliang Bogor Akad Pembiayaan Murabahah

Analisis Pembiayaan Murabahah Bermasalah atau Wanprestasi

 Efektif

(21)

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan informasi yang bersifat menerangkan dalam bentuk uraian secara normatif, deskriptif dan komparatif.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan penulis dalam penelitian adalah pendekatan empiris, yaitu dengan melakukan studi pada BPRS Amanah Ummah sebagai lembaga perbankan yang melakukan Akad Murabahah serta bagaimana penyelesaian pembiayaan bermasalah pada Akad tersebut.

3. Sumber Data a. Data Primer

Data Primer yaitu data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara.10

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan, seperti buku-buku serta sumber yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa akad pembiayaan murabahah baik berupa jurnal, buku, majalah, dan lain-lain.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara (Interview)

Interview merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang memberi keterangan.

Teknik wawancara yang akan digunakan adalah dengan menggali informasi dengan cara tanya jawab yang dilakukan secara sistematis dan berdasar pada tujuan penelitian atau dilakukan dengan cara interview

10 Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), h. 42.

(22)

13

kepada bagian Remedial. Wawancara dilakukan secara terfokus pada masalah penelitian dimana pertanyaan penelitian telah diformulasikan sebelum wawancara dilakukan.

b. Observasi

Metode observasi adalah dasar ilmu dan dasar untuk mengetahui kebenaran ilmu. Dalam melakukan observasi, peneliti akan mencatat data hasil dari pengamatan serta data-data yang dibutuhkan guna kesuksesan dalam melakukan observasi yang mendukung masalah yang akan diteliti.

5. Metode Analisis Data

Penulis menggunakan metode deduktif, yaitu suatu logika yang bertitik tolak dari pengetahuan yang bersifat umum, kemudian dijadikan titik tolak dalam menilai suatu fakta yang bersifat khusus.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

H. Sistematika Penulisan

Adapun penulisan skripsi ini, dibagi menjadi lima (5) bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini, berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, kerangka teori dan kerangka konseptual, metode penulisan, serta rancangan sistematika penulisan.

(23)

Dalam bab ini, membahas teori-teori yang berkaitan dengan isi dari skripsi ini, yaitu meliputi teori tentang efektivitas, akad murabahah, akibat hukum akad murabahah, dan pembiayaan bermasalah.

BAB III : GAMBARAN UMUM BPRS AMANAH UMMAH LEUWILIANG BOGOR

Dalam bab ini, menjelaskan tentang objek penelitian, yaitu memberikan gambaran umum tentang BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor yang meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi, motto, struktur organisasi, serta produk dan jasa yang ada di BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.

BAB IV : ANALISIS EFEKTIVITAS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH PADA BPRS AMANAH UMMAH LEUWILIANG BOGOR

Dalam bab ini, penulis menguraikan hasil penelitian dan hasil dari analisis data yang telah diperoleh. Analisa data yang dikaji yaitu, mengenai prosedur analisis kelayakan pembiayaan murabahah di BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor, tingkat pembiayaan murabahah bermasalah di BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor, faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah pada akad murabahah di BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor, serta efektivitas prosedur pembiayaan murabahah bermasalah di BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini, meliputi kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan.

(24)

15 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Efektivitas

Efektivitas berasal dari bahasa inggris, yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur.1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, biasa diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan.2

Pencapaian hasil efektifitas yang dilakukan oleh suatu organisasi terdiri dari tiga tahap, yakni input, conversion, dan output atau masukan, perubahan dan hasil. Pertama, input meliputi semua sumber daya yang dimiliki, informasi dan pengetahuan, bahan-bahan mentah serta modal. Pada tahap input, tingkat efisiensi sumber daya yang dimiliki sangat menentukan kemampuan yang dimiliki. Kedua, conversion ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, manajemen dan penggunaan teknologi agar dapat menghasilkan nilai. Tahap ini, tingkat keahlian SDM dan daya tanggap organisasi terhadap perubahan lingkungan sangat menentukan tingkat produktifitasnya. Ketiga, output, pelayanan yang diberikan merupakan hasil dari penggunaan teknologi dan keahlian SDM. Organisasi yang dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya secara

1 Drs. Putut Sudarwanto, Kamus Lengkap300 Milyard Inggris – Indonesia, (Surabaya : Giri Utama), h. 67., t.th.

2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 2008, Edisi ke-4), h. 352.

(25)

efisien dapat meningkatkan kemampuannya untuk meningkatkan pelayanan dengan memuaskan kebutuhan pelanggan. 3

B. Akad Murabahah

Secara etimologis, murabahah berarti saling menguntungkan, sedangkan secara terminologis, murabahah yaitu suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungannya (margin) yang diinginkan.4

Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.5 Menurut Fatwa DSN Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah, yaitu menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.6

Pengertian murabahah menurut praktik yaitu, murabahah menekankan adanya pembelian komoditas berdasarkan permintaan nasabah, bukan hanya pinjaman semata sebagaimana dalam sistem kredit di perbankan konvensional. Dalam praktik pembiayaan murabahah, nasabah datang mengajukan pembiayaan atas sebuah komoditas dengan kriteria tertentu.

3 Suhairi dan Fatmawati Maryan Ali, “Efektifitas Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BPRS Metro Madani Kota Metro Tahun 2014”, Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah Vol.03 No.2, (2014), h. 163.

4 Dr. Mardani, Hukum Perikatan Syariah di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), h. 123.

5

Penjelasan Pasal 19 huruf c Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

(26)

17

Pada tahap ini terjadi negosiasi dan penyertaan yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak. Kemudian, bank memesan barang kepada supplier sesuai dengan kriteria yang diinginkan nasabah. Setelah barang tersebut resmi menjadi milik bank, baru kemudian terjadi kontrak jual beli antara nasabah dan pihak bank. Barang dan dokumen dikirimkan kepada nasabah, kemudian nasabah melakukan pembayaran sesuai dengan kesepakatan. Dengan demikian, jika melihat praktik pembayaran murabahah, tidak ditemukan adanya unsur bunga, hanya margin sebagai tambahan atas harga pokok pembelian sehingga tidak bertentangan dengan syariah.7

Allah SWT berfirman: َي َييِزَّلا ْنًََُِّأِب َكِل ََٰر ۚ ِّسَوْلا َيِه ُىبَطْيَّشلا َُُطَّبَخَتَي يِزَّلا ُمُْقَي بَوَك َّلَِإ َىُْهُْقَي َلَ بَبِّشلا َىُْلُكْأ ْيِه ٌةَظِع َْْه ٍَُءبَج ْيَوَف ۚ بَبِّشلا َمَّشَحَّ َعْيَبْلا ُ َّاللَّ َّلَحَأَّ ۗ بَبِّشلا ُلْثِه ُعْيَبْلا بَوًَِّإ اُْلبَق ِّبَس َٰىََِتًْبَف َِ َىُّذِلبَخ بَِيِف ْنُُ ۖ ِسبٌَّلا ُةبَحْصَأ َكِئََٰلُّأَف َدبَع ْيَهَّ ۖ ِ َّاللَّ ىَلِإ ٍُُشْهَأَّ َفَلَس بَه ََُلَف .

"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 275)

Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk

7 Tri Setiady, “Pembiayaan Murabahah dalam Perspektif Fiqh Islam, Hukum Positif, dan Hukum Syariah”, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 8 No. 3, (Juli-September 2014), h. 9.

(27)

membeli barang yang dipesannya. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.8

Ketentuan murabahah menurut Fatwa DSN, yaitu :

a. Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syariah

1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari‟ah Islam.

3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

8 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Amanah Ummah, Panduan Sistem Operasional dan

(28)

19

b. Ketentuan Umum Murabahah kepada Nasabah

1) Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau aset kepada bank.

2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. 3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan

nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang telah disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli. 4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk

membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

7) Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka :

a) jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.

b) jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

c. Jaminan dalam Murabahah

1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.

2) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.

(29)

d. Utang dalam Murabahah

1) Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank.

2) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. 3) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah

tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan.

e. Penundaan Pembayaran dalam Murabahah

1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya.

2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari‟ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

f. Bangkrut dalam Murabahah

Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

Ketentuan umum teknik perbankan dalam bidang murabahah dapat diaplikasikan sebagai berikut:

(30)

21

a) Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari produsen (pabrik/toko) ditambah keuntungan (mark-up). Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan waktu pembayaran.

b) Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati, tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil).

c) Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang, diserahkan segera kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.9

C. Akibat Hukum Akad Murabahah

Cakupan prestasi yang menjadi hak salah satu pihak dan kewajiban pihak lain merupakan akibat hukum yang timbul dari akad. Seperti yang telah dikemukakan,bahwa akibat hukum dari akad dalam hukum Islam dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1) akibat hukum pokok, yang dalam istilah fikih disebut hukum pokok akad, dan (2) akibat hukum tambahan akad, yang dalam fikih disebut juga hak-hak akad atau hukum tambahan akad.

Akibat hukum pokok akad untuk masing-masing akad bernama sudah ditetapkan. Sedangkan untuk akad-akad tidak bernama hukum pokok akad itu tidak ditetapkan oleh Pembuat hukum, melainkan ditetapkan oleh para pihak sendiri sesuai dengan maksud mereka menutup perjanjian dengan syarat tidak bertentangan dengan Syariah.

Akibat hukum tambahan, yang disebut juga hak-hak akad, dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1) akibat-akibat hukum yang ditentukan oleh pembuat hukum syariah, dan (2) akibat hukum yang timbul karena

9 Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, S.H. S.IP., M.Hum., Hukum Ekonomi Syariah: Dalam

(31)

diperjanjikan oleh para pihak dalam klausul akad. Akibat hukum yang ditetapkan oleh pembuat hukum menjadi kewajiban dan hak bagi masing-masing pihak secara otomatis dan tanpa diperjanjikan. Misalnya, kewajiban menyerahkan barang, menjamin terhadap cacat barang, menjamin terhadap revindikasi, dan kewajiban membayar harga dalam akad jual beli; kewajiban menyerahkan barang yang disewa, kewajiban menjamin terhadap cacat, kewajiban membayar uang sewa, kewajiban menggunakan barang sewa sesuai perjanjian, kewajiban mengembalikan barang kepada pemilik seusai sewa menyewa dalam akad sewa menyewa (ijarah); dan seterusnya. Selain akibat hukum yang ditetapkan langsung oleh hukum syariah, ada pula akibat hukum perjanjian yang menjadi kewajiban dan hak para pihak karena diperjanjikan dalam klausul akad.10

Beberapa persoalan yang berkaitan dengan aspek hukum yang sering muncul dalam transaksi murabahah antara lain berkaitan dengan penyerahan barang, risiko, jaminan, dan pajak.11

Adapun risiko berkaitan dengan pembayaran, yaitu nasabah tidak melakukan pembayaran baik sebagian atau sepenuhnya sesuai dengan jadwal pembayaran. Syariah menghindari risiko ini antara lain dengan adanya agunan, penanggungan (jaminan pihak ketiga), dan syarat perjanjian yang menyatakan bahwa semua hasil barang murabahah yang dijual kepada pihak ketiga (baik tunai maupun angsuran) harus atas sepengetahuan bank hingga kewajiban pembayaran kepada bank dibayar secara penuh. Jika tidak melakukan pembayaran dikarenakan faktor diluar kemampuan pengawasan nasabah, bank syariah secara moral berkewajiban untuk melakukan penjadwalan ulang (rescheduling) bahkan

10

Prof. Dr. Syamsul Anwar, M.A., Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 309-310.

11 Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, M.A., Penerapan Hukum Perjanjian dalam

(32)

23

restructuring piutang tersebut,12 dan sebaliknya, jika nasabah sudah memiliki kemampuan untuk membayar pada waktunya tetapi dia tidak melakukan, maka bank dapat menjalankan konsep denda untuk dibebankan kepada nasabah. Jumlah denda yang diberikan tergantung kepada “tingkat normal return” pada dana bank yang diinvestasikan, sesuai dengan biaya dana (cost of fund) dari sejumlah modal.

Dalam beberapa kasus dimana pemulihan secara keseluruhan tidak mungkin, bank syariah dapat mengeksekusi jaminan untuk menutupi sejumlah sisa kewajiban dari pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. Hal ini juga ditegaskan dalam Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah berikut : “Jaminan dalam murabahah dibolehkan agar nasabah serius dengan pesanannya. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.”

Pada praktiknya, penyusunan suatu perjanjian antara bank syariah dengan nasabah, dari sisi hukum positif, selain mengacu kepada KUH Perdata, juga harus merujuk pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sedangkan dari sisi syariah, para pihak tersebut berpedoman kepada fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.13

D. Pembiayaan Bermasalah

Pengertian kredit berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

12

Fatwa DSN-MUI No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan

Murabahah, dan Fatwa DSN-MUI No.49/DSN-MUI/II/2005 tentang Konversi Akad Murabahah.

13 Ir.Adiwarman A.Karim, S.E., MBA., M.A.E.P., Bank Islam ; Analisis Fiqih dan

(33)

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.14

Sedangkan Pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 tahun 2008 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’;

d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multi jasa.

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan / atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan / atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.15

Analisis Pembiayaan bank syariah merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh bank syariah unuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang telah diajukan oleh calon nasabah. Dengan melakukan analisis permohonan pembiayaan, bank syariah akan memperoleh keyakinan bahwa proyek yang akan dibiayai layak (feasible). Penerapan prinsip dasar dalam pemberian pembiayaan serta analisis yang mendalam terhadap calon nasabah, perlu dilakukan oleh bank syariah agar bank tidak

14

Lihat pada Pasal 1 Poin 11, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, h. 2.

15 Lihat pada Pasal 1 poin 25, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, h. 5.

(34)

25

salah memilih dalam menyalurkan dananya sehingga dana yang disalurkan kepada nasabah dapat terbayar kembali sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan. Prinsip dasar tersebut, yaitu :

a. Character (Kepribadian)

Character menggambarkan watak dan kepribadian calon nasabah.

Bank perlu melakukan analisis terhadap karakter calon nasabah dengan tujuan untuk mengetahui bahwa calon nasabah mempunyai keinginan untuk memenuhi kewajiban membayar kembali pembiayaan yang telah diterima hingga lunas. Bank ingin meyakini willingness to repay dari calon nasabah, yaitu keyakinan bank terhadap kemauan calon nasabah mau memenuhi kewajibannya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan. Bank ingin mengetahui bahwa calon nasabah mempunyai karakter yang baik, jujur, dan mempunyai komitmen terhadap pembayaran kembali pembiayaannya.16

b. Capacity (Kemampuan)

Analisis terhadap capacity ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu pembiayaan. Bank perlu mengetahui dengan pasti kemampuan keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya setelah bank syariah memberikan pembiayaan. Kemampuan keuangan calon nasabah sangat penting karena merupakan sumer utama pembiayaan. Semakin baik kemampuan keuangan calon nasabah, maka akan semakin baik kemungkinan kualitas pembiayaan, artinya dapat dipastikan bahwa pembiayaan yang diberikan bank syariah dapat dibayar sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.17

16 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 120. 17

(35)

c. Capital (Modal)

Yang dimaksud dengan capital adalah kemampuan suatu calon debitur dalam melakukan usahanya dengan memiliki kemampuan modal yang cukup. Investasi yang dimaksud oleh pengusaha menunjukkan kepercayaan terhadap perusahaan, produk, dan masa depan usahanya. Bank ingin mengetahui apakah pemilik ataukah kreditor yang memberikan modal.18

d. Collateral (Jaminan)

Sering Collateral diadakan untuk mengimbangi sesuatu kelemahan pada salah satu atau beberapa “C” lainnya. akan tetapi ia tidaklah dapat menggantikan character. Dengan mengutamakan collateral dan meremehkan character dan capacity, sebuah bank akan mengalami kesulitan. Dengan memperhatikan kedua unsur tersebut, maka

collateral akhirnya mungkin bisa habis sampai tak ada harganya sama

sekali.19

e. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)

Condition of Economy merupakan analisis terhadap kondisi

perekonomian. Bank perlu mempertimbangkan sektor usaha calon nasabah dikaitkan dengan kondisi ekonomi. Bank perlu melakukan analisis dampak kondisi ekonomi terhadap usaha calon nasabah di masa yang akan datang, untuk mengetahui pengaruh kondisi ekonomi terhadap usaha calon nasabah.20

18

Julius R. Latumaerissa, Manajemen Bank Umum, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2014), h. 140.

19 Julius R. Latumaerissa, Manajemen Bank Umum, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2014), h. 141.

20 Drs. Ismail, MBA., Ak., Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 113.

(36)

27

Dalam prinsip 5C, setiap permohonan pembiayaan,telah dianalisis secara mendalam sehingga hasil analisis sudah cukup memadai. Dalam analisis 5C yang dilakukan secara terpadu, maka dapat digunakan sebagai dasar untuk memutuskan permohonan pembiayaan. Analisis 5C perlu dilakukan secara keseluruhan. Namun demikian, dalam praktiknya, bank syariah akan memfokuskan terhadap beberapa prinsip antara lain character, capacity, dan collateral. Ketiga prinsip dasar pemberian pembiayaan ini dianggap sebagai faktor penting yang tidak dapat ditinggalkan sebelum mengambil keputusan.21

Maka risiko yang akan dihadapi bank, antara lain: pertama, tidak kembalinya pokok pembiayaan dan tidak mendapat imbalan, ujrah, atau bagi hasil sebagaimana telah disepakati dalam akad pembiayaan antara bank syariah dan nasabah penerima fasilitas; kedua, bertambah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh bank dan bertambahnya waktu untuk penyelesaian Non Performing Financing (NPF); dan ketiga, turunnya kesehatan pembiayaan bank (kolektibilitas pembiayaan menurun).22

Upaya yang dilakukan bank untuk penyelamatan terhadap kredit bermasalah, antara lain :

1. Rescheduling

Rescheduling merupakan upaya yang dilakukan bank untuk menangani kredit bermasalah dengan membuat penjadwalan kembali. Penjadwalan kembali dapat dilakukan kepada debitur yang mempunyai itikad baik akan tetapi tidak memiliki kemampuan untuk membayar angsuran pokok dengan jadwal yang telah diperjanjikan. Penjadwalan kembali dilakukan oleh bank dengan harapan debitur dapat membayar kembali kewajibannya. 23

21

Husein Umar, Research Methods and Banking, (Jakarta : Gramedia, 2010), h. 111. 22 A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syari’ah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2012), h. 89.

(37)

2. Reconditioning

Reconditioning (persyaratan kembali) merupakan perubahan atas sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, antara lain meliputi:

a. Perubahan jadwal pembayaran b. Perubahan jumlah angsuran c. Perubahan jangka waktu

d. Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah

e. Perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah atau musyarakah

f. Pemberian potongan24

3. Restructuring

Restructuring merupakan upaya yang dilakukan oleh bank dalam menyelamatkan kredit bermasalah dengan cara mengubah struktur pembiayaan.25

4. Kombinasi

Kombinasi yaitu kondisi dimana seorang nasabah dapat saja diselamatkan dengan kombinasi antara Rescheduling dengan Restructuring, misalnya jangka waktu diperpanjang, pembayaran

23 Drs. Ismail, MBA., Ak., Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 125-126.

24

A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syari’ah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2012), h. 449.

25 Drs. Ismail, MBA., Ak., Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 127.

(38)

29

bagi hasil ditunda atau Reconditioning dengan Rescheduling, misalnya jangka waktu diperpanjang modal ditambah.26

5. Eksekusi

Eksekusi merupakan alternatif terakhir yang dapat dilakukan oleh bank untuk menyelematkan kredit bermasalah. Eksekusi merupakan penjualan agunan yang dimiliki oleh bank. Sisa atas penjualan agunan, akan dikembalikan kepada debitur. Sebaliknya, kekurangan atas hasil penjualan agunan menjadi tangungan debitur, artinya debitur diwajibkan untuk membayar kekurangannya.27

26 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 129. 27 Drs. Ismail, MBA., Ak., Manajemen Perbankan : Dari Teori Menuju Aplikasi, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 129.

(39)

30 BAB III

GAMBARAN UMUM BPRS AMANAH UMMAH LEUWILIANG BOGOR

A. Profil BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor 1. Visi BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor

Menjadi BPR Syariah pilihan ummat, menjadi BPR Syariah yang Amanah dan Profesional.

2. Misi BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor

Membangun kualitas kehidupan ummat melalui perbankan syariah.

3. Motto BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor Meraih laba, Menepis riba, Mengundang berkah.

4. Budaya Perusahaan BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor a. Pelayanan cepat

b. Amanah c. Profesional

5. Sejarah Berdirinya BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Amanah Ummah atau disingkat dengan BPR Syariah Amanah Ummah adalah salah satu Bank Permbiayaan Rakyat Syariah yang tumbuh di Indonesia khususnya wilayah Bogor Barat yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam yang bertujuan diantaranya, menumbuhkan ekonomi masyarakat atas dasar syariah Islam sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

(40)

31

Sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maka kehadiran Bank Syariah di Indonesia yang diyakini prinsip-prinsip dan operasionalnya sesuai dengan syariah Islamiyah adalah suatu kebutuhan sekaligus suatu keharusan. Hal ini didasarkan pada suatu keyakinan ummat yang kuat bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang tidak hanya mengatur masalah aqidah dan akhlaq juga mengatur ibadah dan muamalah dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kehidupan sosial-ekonomi. Akan tetapi dilihat dari realitas kehidupan masyarakatnya yang serba tertinggal, baik dilihat dari sisi ekonomi maupun yang lainnya tidak mencerminkan nilai-nilai syariah.

Keadaan ini menimbulkan keprihatinan seorang ulama dan cendekiawan muslim Bogor, yaitu Bapak KH. Soleh Iskandar ( Alm ), yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren ( BKSPP ) Jawa Barat, beliau mulai merintis pembentukan sebuah lembaga keuangan yang mampu menyentuh sekaligus menolong masyarakat muslim yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dalam berbagai kesempatan beliau melontarkan gagasannya dihadapan sejumlah ulama dan cendekiawan muslim dan ternyata mendapatkan tanggapan dan dukungan yang positif. Selanjutnya pada awal Januari 1991 secara resmi beliau mengundang sejumlah ulama, cendekiawan dan pengusaha muslim untuk membicarakan pendirian lembaga keuangan yang beroperasi atas dasar Syariah Islam.

Dari pertemuan itu tercapai kesepakatan bahwa sudah saatnya dibentuk lembaga keuangan yang beroperasi atas dasar Syariah Islam yang nantinya dapat membantu masyarakat muslim khususnya pengusaha muslim yang berekonomi lemah. Mengingat pada saat itu belum ada peraturan resmi tentang lembaga keuangan Islam, maka dibentuk Lembaga Swadaya Masyarakat yang berupa gerakan simpan pinjam yang diberi nama Koperasi Ikhwanul Muslimin. Bersamaan dengan hasil evaluasi tersebut, pada pertengahan Januari 1991,

(41)

pemrakarsa mendapatkan informasi bahwa di Indonesia khususnya di Jawa Barat telah lahir BPR yang beroperasi berdasarkan syariah.

Pada awal Pebruari 1991 dibentuk tim untuk menyusun proposal pendirian Bank Syariah, pada bulan Juli 1991 proposal diajukan ke Departemen Keuangan Republik Indonesia, Alhamdulillah pada tanggal 16 Desember 1991 terbit izin prinsip dari Departemen Keuangan Republik Indonesia, dan pada tanggal 18 Mei 1992 bertepatan dengan tanggal 02 Muharram 1413 H terbit izin operasional usaha Bank, akhirnya pada tanggal 11 Juli 1992 diadakan soft opening sekaligus mulai melakukan operasionalnya. Sedangkan peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 1992 oleh Bapak Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor. yang saat itu dijabat oleh bapak Eddi Yoso Martadipura. Dengan demikian BPR Syariah Amanah Ummah lahir dan beroperasi dengan semangat (ghirah) keagamaan dan keinginan yang kuat untuk memperbaiki kehidupan ekonomi ummat Islam.

B. Fungsi dan Tujuan BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor 1. Fungsi

BPRS Amanah Ummah berfungsi dalam memperdayakan ekonomi umat dengan mengembangkan ekonomi golongan lemah yaitu dengan mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Adanya pemberian dana oleh BPRS memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan.

Meningkatnya dana yang disalurkan dan pendapatan pengusaha kecil juga berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan tenaga kerja usaha kecil. Hal ini berarti dengan adanya pemberian dana oleh BPRS pada akhirnya memberikan pengaruh terhadap terjadinya pengembangan wilayah pada daerah tersebut. Selain mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), BPRS juga membiayai

(42)

33

sektor agraria. Bagi Bank Syariah menengah kecil ini, sektor agraria layak untuk dibiayai. Pembiayaan bagi sektor ini dinilai bisa membantu peningkatan perekonomian petani.

2. Tujuan

BPRS Amanah Ummah bertujuan di antaranya menumbuhkan ekonomi masyarakat atas dasar syariah Islam.

C. Legalitas dan Struktur Organisasi 1. Legalitas

Bahwa sesuai ketentuan Bank Indonesia kami telah melakukan pemeriksaan dan penyampaian laporan atas hasil pengawasan Dewan Pengawas Syariah pada semeter I dan II periode tahun 2010 kepada Bank Indonesia dan DSN yang meliputi :

a. Pelaksanaan atas kesesuaian produk dan jasa dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional.

b. Opini Syariah atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan.

c. Opini Syariah secara keseluruhan atas pelaksanaan operasional dalam Laporan Publikasi.

2. Struktur Organisasi a. Pemrakarsa

KH. Sholeh Iskandar (Alm) Ketua Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat.

b. Dewan Komisaris

1) Komisaris Utama : Drs. H. Djufri Djamaluddin, M.Pd 2) Anggota Komisaris : H. Didi Hilman, S.H., M.Ag

(43)

1) Direktur Utama : H. Taufiq Rahman, S.HI

2) Direktur Marketing : Drs. M. Abduh Khalid M., M.Si 3) Direktur Umum dan Operasional : H. Edy Mulyono

Muwardi, S.H

4) Asisten Direksi : Hendy Sofyan, BBA

d. Dewan Pengawas Syariah

1) Ketua DPS : Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Si 2) Anggota DPS : KH. Khodamul Quddus

D. Produk dari BPRS Amanah Ummah 1. Penyaluran Dana

a. Murabahah (MBA)

Akad jual beli barang antara Bank sebagai pemilik barang dengan nasabah seharga pokok barang ditambah dengan marjin keuntungan yang disepakati.

b. Isthisna (IST)

Akad jual beli barang atas dasar pesanan antara nasabah dan bank dengan spesifikasi tertentu yang diminta nasabah. Bank akan meminta produsen/kontraktor untuk membuatkan barang pesanan sesuai permintaan nasabah dan setelah selesai nasabah akan membeli barang tersebut dari bank dengan harga yang telah disepakati bersama.

c. Ijarah (IJR)

Akad sewa menyewa atas manfaat suatu barang dan / atau jasa antara pemilik obyek sewa (bank) dengan penyewa (nasabah) untuk mendapatkan imbalan berupa sewa atau upah bagi pemilik obyek sewa.

(44)

35

d. Ijarah Multi Jasa (IMJ)

Ijarah Multijasa adalah akad pembiayaan dimana bank memberikan pembiayaan kepada nasabah dalam rangka memperoleh manfaat atas suatu jasa. Dalam pembiayaan Ijarah Multijasa tersebut bank dapat memperoleh imbalan jasa/ujrah atau fee. Pembiayaan Ijarah Multijasa diperuntukan untuk biaya pendidikan dan kesehatan.

e. Mudharabah (MDA)

Akad kerjasama antara Bank sebagai pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah sebagai pelaksana usaha (mudharib) dimana keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung pemilik dana / modal.

f. Musyarakah (MSK)

Akad kerjasama antara bank dengan nasabah untuk usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung oleh para pihak sebesar partisipasi modal yang disertakan dalam usaha.

g. Rahn (Gadai Emas Syariah)

Akad penyerahan barang (emas) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan untuk mendapatkan hutang.

h. Qardul Hasan (QH) dan Qard (QR)

Akad pinjaman dana oleh nasabah kepada bank syariah tanpa imbalan dengan kewajiban pihak nasabah mengembalikan

(45)

pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Qardhul Hasan dananya bersumber dari infaq dan shadaqah, sedangkan Qard umum dan Qard Haji bersumber dari modal atau laba bank.

2. Penghimpunan Dana

a. Tabungan Wadi’ah Ummah

Tabungan wadi'ah ummah adalah simpanan pihak ketiga pada Bank, yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat dan cara-cara tertentu. Produk tabungan yang ada di BPR Syariah Amanah Ummah adalah tabungan wadiah dengan akad wadiah yadhomanah, berupa titipan nasabah kepada Bank. Bank diberi wewenang untuk mengelola uang dari nasabah tersebut, bila Bank mendapatkan keuntungan maka nasabah akan mendapat athoya / bonus dari keuntungan yang langsung dibukukan pada rekening tabungan penabung setiap bulan. Adapun besarnya bonus dibagi berdasarkan keuntungan yang didapat dan merupakan kebijakan Bank.

Tabungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum, berbentuk tabungan biasa dengan setoran awal minimal Rp. 15.000,- dan untuk setoran selanjutnya minimal Rp. 10.000,-. Sedangkan untuk tabungan perusahaan / badan usaha, setoran awal minimal Rp. 100.000,- dan setoran selanjutnya minimal Rp. 50.000,- Tabungan ini dapat diambil kapan saja pada setiap jam kerja.

b. Tabungan Mudharabah Haji dan Umrah (TAHAROH)

Tabungan Mudharabah Adalah Tabungan yang berfungsi untuk investasi dana bagi masyarakat yang akan melaksanakan ibadah haji dan umroh. Setoran awal tabungan haji dan umroh minimal Rp. 100.000,- dan setoran selanjutnya minimal sebesar

(46)

37

Rp. 50.000,- tabungan ini dapat diambil pada saat nasabah hendak membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji ( BPIH ) atau sesuai kesepakatan antara Bank dengan nasabah. Nasabah akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan dengan Bank.

c. Deposito Mudharabah

Deposito Mudharabah adalah Simpanan berupa investasi tidak terikat pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah pemilik dana (shahibul maal) dengan Bank (mudharib).

1) Dengan minimal setoran Rp. 1.000.000,-

2) Pemberian Bagi hasil yang terbaik untuk nasabah sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.

3) Tersedia pilihan jangka waktu : 1,3,6 dan 12 Bulan. 4) Aman dan terjamin.

d. Tabungan Pelajar

Tabungan Pelajar adalah Tabungan yang diperuntukkan bagi pelajar dan santri dengan setoran awal minimal Rp.15.000,- dan setoran selanjutnya minimal Rp. 10.000,-. Pengambilan dan penyetoran tabungan dapat dilakukan kapan saja pada setiap jam kerja.

e. Tabungan SimPel iB

SimPel iB amanah masa depanku. Tabungan masa depan khusus untuk pelajar/siswa. Produk simpanan pelajar (SimPel iB) merupakan upaya Otoritas Jasa Keuangan(OJK) bersama industri perbankan dalam membangkitkan serta mengembangkan budaya menabung sejak dini bagi pelajar/siswa.

(47)

a. "Simpel iB" merupakan tabungan perorangan untuk siswa Warna Negara Indonesia mulai dari siswa PAUD sampai dengan SMU atau sederajat yang berusia dibawah 17 tahun.

b. Sebagai bukti tabungan, bank akan menerbitkan buku tabungan dan mencatatkannya dalam rekening tabungan atas nama siswa penabung.

c. Pembukaan rekening tabungan dilakukan secara mandiri atau kerjasama antara bank dengan sekolah. d. Orang tua/wali dapat memberi kuasa kepada

sekolah atau pejabat sekolah untuk pembukaan "SimPel iB".

e. Satu siswa hanya memiliki satu rekening tabungan pada satu bank.

f. Tidak diperkenankan untuk rekening bersama atau join account.

g. Dapat diikutsertakan penjamin asuransi kecelakaan dengan premi Rp. 10.000,-(Sepuluh ribu rupiah) per tahun.

Penyetoran dan Penarikan :

a. Setoran awal Rp. 1.000,- (Seribu Rupiah) dan setoran selanjutnya sekurangnya Rp. 1.000,- (Seribu Rupiah) dengan saldo minimum Rp. 5.000,- (Lima Ribu Rupiah).

b. Penabung dapat melakukan penyetoran secara langsung diseluruh jaringan kantor PT. BPR Syariah Amanah Ummah dan / atau melalui sekolah-sekolah yang sudah bekerjasama dalam pengelolaan tabungan "SimPel iB".

(48)

39

c. Transaksi penarikan tabungan minimal Rp. 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah) per hari kecuali pada saat nasabah ingin menutup rekening.

d. Tata cara penarikan :

Penarikan tabungan hanya bisa dilakukan pada seluruh jaringan kantor PT. BPR Syariah Amanah Ummah. Khusus penabung siswa PAUD s.d. TK dengan cara siswa mengisi slip penarikan tabungan sebagai proses edukasi dipandu orang tua, ditandatangani siswa dan orang tua.

Bonus / Hadiah Tabungan :

a. Tabungan "SimPel iB", dikelola oleh bank berdasarkan akad titipan (wadi'ah).

b. Setiap saldo tabungan yang mengendap sesuai dengan ketentuan saldo minimum akan diberikan bonus / hadiah pada setiap akhir bulan dan secara otomatis akan menambah nominal saldo rekening yang bersangkutan.

c. Pajak atas bonus / hadiah tabungan yang diperoleh penabung ditanggung oleh penabung dengan ketentuan yang berlaku.

Biaya Saldo Minimum dan Penutupan Rekening :

a. Penabung wajib mempertahankan saldo minimum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Tabungan tidak dikenakan biaya administrasi. c. Rekening dinyatakan Dorman (Tidak Aktif) apabila

selama 12 (Dua Belas) bulan berturut-turut tidak bermutasi dan dikenakan biaya pinalti sebesar Rp.1.000,- (Seribu Rupiah) per bulan.

(49)

d. Apabila saldo rekening mencapai kurang dari Rp. 5.000,- (Lima Ribu Rupiah) maka rekening dapat ditutup secara otomatis oleh sistem.

e. Biaya penutupan rekening Rp. 5.000,- (Lima Ribu Rupiah).

(50)

41 BAB IV

ANALISIS EFEKTIVITAS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH PADA BPRS AMANAH UMMAH

LEUWILIANG BOGOR

A. Prosedur Analisis Kelayakan Pembiayaan Murabahah di BPRS Amanah Ummah

Pembiayaan murabahah pada BPRS Amanah Ummah Leuwiliang Bogor terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu murabahah dengan akad wakalah dan murabahah tanpa akad wakalah. Murabahah dengan akad wakalah yaitu dimana pihak nasabah menyampaikan kepada pihak BPRS Amanah Ummah untuk membelikan barang / alat produksi / mesin yang dibutuhkan. Sedangkan murabahah tanpa akad wakalah yaitu nasabah menyampaikan kepada pihak BPRS Amanah Ummah untuk dibelikan barang / alat produksi / mesin yang dibutuhkan.

Berikut adalah prosedur analisis kelayakan yang dilakukan oleh pihak BPRS Amanah Ummah terhadap 2 (dua) jenis pembiayaan murabahah :

1. Murabahah dengan Akad Wakalah

a. Nasabah menyampaikan kepada bank untuk membelikan barang atau alat produksi / mesin yang dibutuhkan, kegunaan barang tersebut dalam usaha bisnisnya serta sumber dana dan cara untuk melunasi pembelian barang tersebut. Dengan menyertakan data-data : legalitas, laporan keuangan (minimal 12 bulan terakhir), data jaminan dan hubungan persyaratan lainnya yang diperlukan oleh bank. Nasabah juga melampirkan informasi barang / alat / produksi / mesin yang dibutuhkan yaitu tipe, jumlah, warna, dan ukuran serta penjual / supplier barang tersebut.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Gambar yang dilingkari menunjukkan bagian jaringan sel brokoli yang mengalami kerusakan yang ditandai dengan melunaknya jaringan sel selama penyimpanan.. Perbesaran 4

4 kegiatan dalam kegiatan dalam Survei Survei Tanah Tanah menurut USDA (1993.. menurut

berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan kecap berskala nasional maupun perusahaan lokal di wilayah Kabupaten Pacitan.Perkembangan agroindustri yang masih monoton memerlukan

• Sedangkan convex hull untuk tiga titik yang tidak terletak pada satu garis adalah sebuah segitiga yang menghubungkan ketiga titik tersebut.. • Untuk titik yang lebih banyak

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kelengkapan Laporan

Forensik digital muncul dari banyaknya kriminal yang terjadi pada penggunaan sistem komputer sebagai objek atau sebagai alat yang digunakan untuk sebuah kejahatan

Adapun Reni (2001) juga menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi setinggi mungkin, sesuai

Perkembangan pariwisata di Indonesia saat ini didorong untuk menjadi salah satu sektor yang memberikan andil besar dalam pengembangan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan