• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI POTENSI WISATA TERPADU CAGAR ALAM PADANG LUWAY DENGAN KAWASAN WISATA LAINNYA DI KABUPATEN KUTAI BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INVENTARISASI POTENSI WISATA TERPADU CAGAR ALAM PADANG LUWAY DENGAN KAWASAN WISATA LAINNYA DI KABUPATEN KUTAI BARAT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ALAM PADANG LUWAY DENGAN KAWASAN WISATA

LAINNYA DI KABUPATEN KUTAI BARAT

Karolina Sherly Orianto1, M. Sumaryono1 dan Johanes Johny Hang Kueng2

1

Laboratorium Inventarisasi dan Perencanaan Hutan Fahutan Unmul, Samarinda. 2

Laboratorium Sosial Ekonomi Fahutan Unmul, Samarinda.

ABSTRACT. Inventory of Integrated Tourism Potential of Padang Luway Nature Reserve with Other Tourism Sites in West Kutai Regency. West Kutai Regency was established under Law Number 47 Year 1999, is rich with natural resources as well as full with unique cultural heritages, giving the area a great potentiality to be a tourism destination. Padang Luway Nature Reserve besides cultural tourism object such as lamin (East Kalimantan’s traditional house), traditional dance and local ceremonies, is one of tourism objects found to be attracting tourists to visit West Kutai Regency. The aims of this research were to identify the type of vegetation and the fauna found in the Padang Luway Nature Reserve which is one of the natural tourist attractions in the West Kutai Regency; to identify other tourist attractions; to analyze the strength, the weakness, the opportunity and the existence threat of the Nature Reserve as well as other tourist attractions and what strategies were based on the results of the analysis in developing tourism in the West Kutai Regency. The research resulted that there were about 759 known individuals from various types of vegetation in the level of epiphytes which was dominated by the black orchid (Coelogyne pandurata Lindl.). Approximately 555 individuals of different types of vegetation were the host of the orchids. There were also found some mammals, reptiles, birds, butterflies, fishes, shrimps and crabs. There were also nature and cultural tourisms. The Regency Government, in this case the Office of Tourism, Art and Culture had made some efforts to manage those tourism objects, but these steps were barely enough since some of them were abandoned. This made the available structure and infrastructure vulnerable to destruction. The differing perception between BKSDA and the Office of Tourism in the management and use of Nature Reserve could negatively affect the existence of the Reserve itself. The lack of promotion by the Office of Tourism resulted in ever-decreasing number of visitors coming to the tourism objects from year to year. Information on the sites which was incomplete an unattractive had worsened the situation. In the future, a good coordination between the Office of Tourism and the local communities is essential, creating a sense of participation from the part of those communities. Coordination between BKSDA and the Office of Tourism also needs improvement, besides promotion about the tourism objects in a complete and interesting ways.

Kata kunci: inventarisasi, potensi wisata, Cagar Alam Padang Luway

Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah 211.440 km² (10,55% dari luas Indonesia) terbagi atas 9 kabupaten dan 4 kotamadya. Salah satunya adalah Kabupaten Kutai Barat yang beribukota di Sendawar. Merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 47 Tahun 1999 (Anonim, 2001).

(2)
(3)

Kabupaten Kutai Barat kaya akan sumberdaya alam hayati dan budaya khas daerah. Potensi yang ada perlu diperhatikan dan dikelola sehingga dapat menjadi objek daya tarik wisata, baik lokal maupun internasional sehingga dapat membantu pertumbuhan perekonomian daerah. Potensi wisata yang ada dapat berkembang, jika terdapat informasi yang mendukung mengenai suatu kawasan yang akan dikunjungi. Peta merupakan salah satu kunci penyedia informasi bagi para wisatawan, dengan adanya peta sebagai sarana komunikasi maka pada saat ini sangatlah tepat untuk memberikan informasi mengenai potensi sumber daya alam dan potensi budaya selengkap-lengkapnya melalui media ini.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis vegetasi dan fauna yang terdapat di Cagar Alam Padang Luway yang merupakan salah satu objek wisata alam di Kabupaten Kutai Barat; untuk mengetahui objek wisata lainnya pada jarak 010 km, 1020 km, 2050 km dan 50100 km sekitar Cagar Alam Padang Luway; menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman keberadaan Cagar Alam Padang Luway serta objek wisata lainnya dan strategi apa yang dibuat berdasarkan hasil analisis dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Kutai Barat.

Penelitian ini diharapkan diketahuinya jenis vegetasi dan fauna yang terdapat di Cagar Alam Padang Luway; dapat diketahui objek wisata lainnya pada jarak 010 km, 1020 km, 2050 km dan 50100 km sekitar Cagar Alam Padang Luway dan adanya strategi yang dibuat berdasarkan hasil analisis dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Kutai Barat.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Perencanaan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda.

Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah selama ±7 bulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli yang meliputi tahap persiapan, survei lapangan. pengumpulan dan input data.

Objek dalam penelitian ini adalah Cagar Alam Padang Luway dan kawasan wisata lainnya di sekitar Cagar Alam Padang Luway.

Untuk mengumpulkan data di lapangan berupa data potensi ekowisata dilakukan dengan cara inventarisasi dan identifikasi potensi ekowisata langsung di lokasi penelitian. Data yang diambil antara lain foto, deskripsi mengenai potensi dan lokasi, aksesibilitas, sarana dan prasarana. Data potensi biologi berupa vegetasi diambil dengan cara pembuatan petak penelitian

Untuk menentukan tingkat dominasi suatu jenis pada tingkat pancang digunakan Nilai Penting Jenis (NPJ) menurut Curtis dan Cottam (1964) dengan rumus NPJ (%) = KR (%) + DR (%) + FR (%), sedangkan untuk menentukan tingkat dominasi suatu jenis pada tingkat epifit seperti Anggrek, menurut Numata (1958) dalam Bratawinata (1998) digunakan rumus Sum of Dominance Ratio (SDR2) = {N’ (%) + F’ (%) / 2)}

Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dilakukan analisis prospek pengembangan ekowisata dengan analisis SWOT yang terdiri dari analisis kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat).

(4)

171 Orianto dkk. (2009). Inventarisasi Portensi Wisata Terpadu

Hasil identifikasi disusun dalam format matriks SWOT menurut Rangkuti (2003). Pembuatan peta dengan komputer tahapan-tahapannya antara lain: input data meliputi pendigitasian peta dan data tabular. Digitasi dilakukan menggunakan perangkat lunak Arcview GIS 3,3; pendigitasian peta berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Provinsi Kalimantan Timur Terbitan Bakosurtanal Tahun 1993; proses editing merupakan kegiatan yang dilakukan setelah digitasi peta yakni melakukan pembetulan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proses digitasi; Agar dapat dilakukan link antara peta dan data tabular, maka dilakukan proses pemberian kode untuk setiap objek pada peta. Kode tersebut harus sama dengan yang ada pada data tabular; Proses selanjutnya adalah proyeksi peta digital. Semua peta digital diproyeksikan ke dalam proyeksi latitude longitude, agar mempunyai sistem koordinasi yang bersifat universal.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Kutai Barat

Kabupaten Kutai Barat secara geografis terletak pada posisi 113°45’05”  116°31’19” BT dan 01°31’35” LU01°10’16” LS. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten Malinau dan Negara Bagian Serawak (Malaysia Timur); sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tabang, Kecamatan Kembang Janggut, Kecamatan Muara Wis dan Kecamatan Muara Muntai Kabupaten Kutai Kartanegara; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Long Kali dan Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara; Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah administrasinya meliputi 21 Kecamatan dengan 223 Desa (Kampung) dengan luas keseluruhan wilayah Kabupaten ini adalah ±3.162.870 ha.

Topografi wilayah Kabupaten Kutai Barat umumnya didominasi oleh daerah berbukit, bergelombang hingga landai/ datar. Daerah berbukit-bukit tersebar pada wilayah utara dan selatan, sedangkan daerah datar hingga bergelombang mendominasi wilayah tengah dan selatan. Untuk kelerengan, wilayah Kabupaten Kutai Barat mempunyai kelas lereng yang beragam dari datar sampai sangat curam di atas 40%.

Menurut peta jenis tanah yang diterbitkan oleh Bappeda Provinsi Kalimantan Timur tahun 2002 skala 1:250.000, jenis tanah didominasi oleh jenis podsolik yaitu sebesar 75,33% dari keseluruhan wilayah.

Karakteristik iklim di Kabupaten Kutai Barat termasuk dalam kategori iklim tropika humida dengan curah hujan berkisar antara 1.500–4.500 mm/thn. Temperatur udara minimum rata-rata adalah 21°C dan maksimun 34°C, dengan perbedaan temperatur siang dan malam antara 5–7°C. Temperatur minimum pada umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Januari, sedangkan temperatur maksimum umumnya terjadi antara bulan Juli hingga Agustus. Kelembapan udara rata-rata mencapai 80%, dengan kecepatan angin rata-rata 5 knot/jam. Wilayah Kabupaten Kutai Barat yang termasuk tipe hutan hujan tropis mempunyai jenis

(5)

tumbuhan yang sangat beraneka ragam dan dari segi ekonomi bernilai tinggi. Jenis pohon umumnya didominasi oleh Shorea dan jenis kayu khas Kalimantan yaitu ulin (Eusideroxylon zwageri) yang sekarang sudah mulai langka. Jenis liana yang berharga adalah jenis rotan (Calamus sp.) dan bermacam-macam jenis epifit seperti anggrek dan kantong semar. Jenis satwa yang banyak terdapat di Kabupaten Kutai Barat terutama adalah owa-owa (Hylobatus mueleri), trenggiling (Manis javanicus), kancil (Tragulus javanicus), babi hutan (Sus barbatus) dan lain-lain. Beberapa di antaranya adalah dari jenis satwa yang dilindungi seperti rusa sambar (Cervus

unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), burung enggang (Bucheros sp.).

Berdasarkan peta sarana perhubungan dari Bappeda Kabupaten Kutai Barat skala 1 : 250.000, sungai-sungai di Kabupaten Kutai Barat berpola percabangan seperti pohon (dentritic pattern). Pola ini terjadi pada lapisan batuan yang memberikan ketahanan yang seragam terhadap terjadinya erosi. Pola ini tampak terlihat pada Sungai Mahakam mulai dari bagian ulu sampai ilir dengan beberapa anak sungainya yang cukup besar yaitu Sungai Tepai, Boh, Nyaan, Pari, Nyerubungan, Muyub, Ninjah dan sungai-sungai lainnya.

Jaringan jalan di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari jalan nasional, perbatasan, provinsi dan jalan kabupaten. Jalan provinsi di Kabupaten Kutai Barat merupakan jaringan jalan lintas tengah yang menghubungkan Provinsi Kalimantan Timur dengan Provinsi Kalimantan Tengah. Dari 21 kecamatan, hanya 15 kecamatan yang sudah dapat dilalui transportasi darat sedangkan 6 kecamatan yaitu Kecamatan Long Apari, Long Pahangai, Long Bagun, Laham, Long Hubung dan Kecamatan Penyinggahan belum dapat dilalui dengan transportasi darat.

Penduduk asli Kabupaten Kutai Barat adalah Suku Dayak Aoheng, Bahau, Kenyah, Tunjung, Benuaq, Bentian dan Kutai, sedangkan penduduk pendatang antara lain Suku Jawa, Banjar, Bugis, Toraja dan Flores. Sebagian besar penduduk Kutai Barat bermata pencaharian sebagai seorang nelayan bagi mereka yang tinggal di daerah pesisir, seorang petani bagi yang tinggal di daerah daratan dan juga sebagai seorang pedagang. Menurut Fitri (2004) yang dikutip dari Anonim (1960), tingkat kategori kepadatan penduduk (jiwa/km²) dibagi menjadi 4 kelas: sangat padat (>400 jiwa/km²), cukup padat (251–400 jiwa/km²), kurang padat (51–250 jiwa/km²) dan tidak padat (<50 jiwa/km²). Berdasarkan data jumlah penduduk dan penyebarannya di Kabupaten Kutai Barat tahun 2006, kepadatan rata-rata penduduk adalah sebanyak 5,21 jiwa/km². Ini berarti masuk dalam kategori tidak padat (<50 jiwa/km²).

Strukutur ekonomi Kabupaten Kutai Barat dapat dilihat melalui kontribusi sektor-sektor produksi yang membentuk nilai PDRB-nya. Sepanjang tahun 2006, sektor pertambangan dan penggalian masih menjadi sektor unggulan yang memberikan kontribusi yang cukup besar, lalu disusul oleh sektor pertanian dan sektor bangunan atau konstruksi.

Gambaran Umum Cagar Alam Padang Luway

(6)

173 Orianto dkk. (2009). Inventarisasi Portensi Wisata Terpadu

BT. Cagar Alam Padang Luway ini mempunyai batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Barong Tongkok; sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sekolaq Darat dan Kecamatan Melak; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Melak dan Kecamatan Muara Lawa; sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Damai. Cagar Alam Padang Luway seluas 5.000 ha ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor: 792/Kpts/Um/10/1982 tanggal 29 Oktober 1982.

Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan dengan petak berukuran 100x100 atau 1 ha didapatkan sekitar 759 individu dari berbagai jenis anggrek, kantong semar dan seragatongau. Jenis anggrek yang mendominasi adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) yaitu sebesar 228,836%, kantong semar (Nepenthes sp.) sebesar 45,947% dan anggrek merpati (Dendrobium cruminatum Sw.) sebesar 44,156%. Jenis anggrek lainnya yang mendominasi di Cagar Alam Padang Luway dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Dominasi Vegetasi Tingkat Epifit

No. Jenis ∑ individu ∑ plot ditemukan suatu jenis N’ (%) Frekuensi F’ (%) SDR2 (%) Nama daerah Nama latin

1 Anggrek Akar Taeniophyllum annuliferum Carr. 2 2 0,568 0,020 2,899 1,733 2 Anggrek Anyaman Dendrobium aloifolium (Bl.) Reich.f 42 24 11,932 0,240 34,783 23,357 3 Anggrek Bambu Dendrobium acuminatissimum Lindl. 1 1 0,284 0,010 1,449 0,867 4 Anggrek Bulu Landak Eria pannea Lindl. 2 2 0,568 0,020 2,899 1,733 5 Anggrek Bulu Rindu Dendrobium uniflorum Griff. 9 7 2,557 0,070 10,145 6,351 6 Anggrek Hitam Coelogyne pandurata Lindl. 352 69 300,855 0,690 156,818 228,836 7 Angggrek Kalajengking 5 4 1,420 0,040 5,797 3,609 8 Anggrek Kipas Bulbophyllum lepidum JJ.Sm. 2 2 0,568 0,020 2,899 1,733 9 Anggrek Kumis Kucing Bulbophyllum vaginatum (Lindl). Reichb.f 13 10 3,693 0,100 14,493 9,093 10 Anggrek Lentera 1 1 0,284 0,010 1,449 0,867 11 Anggrek Merpati Dendrobium cruminatum Sw. 117 38 33,239 0,380 55,072 44,156 12 Anggrek Pandurata Bulat 93 30 26,420 0,300 43,478 34,949

(7)

Tabel 1 (lanjutan) No. Jenis ∑ individu ∑ plot ditemukan suatu jenis N’ (%) Frekuensi F’ (%) SDR2 (%) Nama daerah Nama latin

13 Anggrek Penunjuk Langit Bromheadia finlaysoniana (Lindl.) Miq 4 3 1,136 0,030 4,348 2,742 14 Anggrek Ratap Tangis 2 2 0,568 0,020 2,899 1,733 15 Anggrek Tebu Grammatophyllum speciosum 2 2 0,568 0,020 2,899 1,733 16 Kantong Semar Nepenthes sp. 99 44 28,125 0,440 63,768 45,947 17 Seragatongau Coelogyne foerstermanii Reichb.f 13 10 3,693 0,100 14,493 9,093 Jumlah 759 416,480 2,510 420,586 418,533

Selain anggrek di dalam petak yang berukuran 100x100 m atau 1 ha ini ditemukan juga berbagai jenis vegetasi tingkat pancang yang merupakan inang bagi anggrek. Ditemukan sekitar 555 individu dari berbagai jenis vegetasi tingkat pancang. Jenis yang mendominasi adalah way (Eugenia sp.) yaitu sebesar 71,353%, berengganyi (Vaccinium voringaefolium) sebesar 69,042% dan pelawan (Tristania

obovata) sebesar 39,713%.

Cagar Alam Padang Luway yang memiliki tipe hutan kerangas dan hutan hujan tropis merupakan habitat yang sangat tepat bagi satwa untuk berlindung. Jenis-jenis satwa yang terdapat di Cagar Alam Padang Luway ini sangat kompleks, antara lain dari jenis mamalia, reptilia, aves, serangga dan pisces. Salah satu dari satwa yang ada merupakan jenis satwa yang langka sehingga statusnya dilindungi. Daerah penyebaran satwa ini umumnya terdapat di sepanjang aliran Sungai Nabah, Pesing dan Sungai Luway. Jenis satwa yang ada di Cagar Alam Padang Luway ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis-jenis Fauna (Satwa) yang Terdapat di Cagar Alam Padang Luway

No. Jenis Status

Nama daerah Nama ilmiah

A Mamalia

1 Babi Hutan Sus barbatus

2 Warik Macaca fascicularis

3 Owa-owa Hylobatus mueleri

4 Rusa Cervus unicolor Dilindungi

5 Kijang Muntiacus muntjak Dilindungi

6 Kancil/Pelanduk Tragulus javanicus Dilindungi

B Reptilia

1 Kadal Mabouya sp.

(8)

175 Orianto dkk. (2009). Inventarisasi Portensi Wisata Terpadu

Tabel 2 (lanjutan)

No. Jenis Status

Nama daerah Nama ilmiah

C Aves

1 Enggang/Rangkong Bucheros sp. Dilindungi

2 Beo Graculla religiosa Dilindungi

3 Punai Treron sp.

4 Pergam Ducula sp.

5 Parkit

6 Murai Copsycus malabricus

7 Gagak

8 Alap-alap Elanus caeruleus

D Serangga 1 Kupu-kupu Omitopthera sp. 2 Undur-undur 3 Semut 4 Lalat 5 Lebah 6 Capung E. Pisces

1 Gabus Ophiocephalus striatus

2 Lele Clarias batrachus

3 Udang 4 Kepiting

Objek Wisata di Kabupaten Kutai Barat

Objek wisata di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari objek wisata alam dan wisata budaya. Objek wisata alam yang ditawarkan adalah keindahan dan keunikan alam berupa panorama alam sekitar hutan, air terjun, sungai, danau, riam dan gua, sedangkan objek wisata budaya yang ditawarkan adalah gambaran kehidupan masyarakat adat setempat berupa upacara adat, tarian tradisional, rumah adat, situs purbakala. Objek wisata alam dan objek wisata budaya yang ada di Kabupaten Kutai Barat pada jarak 0−10 km, 10−20 km, 20−50 km dan 50−100 km sekitar Cagar Alam Padang Luway dapat dilihat pada Tabel 3.

Untuk memudahkan wisatawan mengunjungi objek wisata alam dan budaya yang ada di Kabupaten Kutai Barat, maka dibuatlah peta objek wisata alam dan peta objek wisata budaya pada jarak 010 km, 1020 km, 2050 km dan 50100 km.

Tabel 3. Objek Wisata Alam dan Objek Wisata Budaya pada Jarak 0−10 Km, 10−20 Km, 20−50 Km dan 50−100 Km Sekitar Cagar Alam Padang Luway

Jenis objek wisata

Jarak

(km) Nama objek wisata Letak

Objek Wisata 0–10 Air Terjun Gemuruh Kp. Sekolaq Darat, Kec. Sekolaq Darat Alam Air Terjun Gronggong Kp. Engkuni Pasek, Kec. Barong

(9)

Tabel 3 (lanjutan)

Jenis objek wisata

Jarak

(km) Nama objek wisata Letak

Objek Wisata Alam

0–10 Air Terjun Gancir Dsn. Busur Kp. Barong Tongkok, Kec. Barong Tongkok

Danau Tolan Kp. Lambing, Kec. Muara Lawa 10–20 Air Terjun Manarung Kp. Ombau Asa, Kec. Barong Tongkok

Air Terjun Mapan Kp. Linggang Mapan, Kec. Linggang Bigung

Batu Begulur Kp. Linggang Mapan, Kec. Linggang Bigung

Air Terjun Inar Kp. Temula, Kec. Nyuatan

Simpukng Jaraas Kp. Linggang Bigung, Kec. Linggang Bigung

Telaga Biru Aco Kp. Linggang Melapeh, Kec. Linggang Bigung

Danau Beluq Kp. Dempar, Kec. Nyuatan Danau Bahada Kp. Tering Lama, Kec. Tering Taman Anggrek Kampung Abit Kp. Abit, Kec. Muara Pahu 20–50 Gua Jempangen Kp. Dilang Puti, Kec. Bentian Besar

Danau Jempang Kec. Jempang

Riam Muring Sungai Ratah, Kec. Long Hubung 50–100 Air Terjun Bertingkat Sungai Alan Kp. Batu Majang, Kec. Long Bagun

Riam Udang Kec. Long Pahangai

Air Terjun Biha Nyani Kp. Datah Naha, Kec. Long Pahangai Riam Sungai Mahakam (Riam

Panjang)

Kp. Long Tuyoq, Kec. Long Pahangai Objek Wisata 0–10 Museum Mencimai Papatn Puti Kp. Mencimai, Kec. Barong Tongkok Budaya Lamin Adat Pepas Eheng Kp. Pepas Eheng, Kec. Barong Tongkok

Upacara Adat Kwangkay Kec. Barong Tongkok, Sekolaq Darat, Melak, Muara Lawa, Damai

Upacara Adat Beliatn Kec. Barong Tongkok, Sekolaq Darat, Melak, Muara Lawa, Damai

Tari Gantar Kec. Barong Tongkok, Sekolaq Darat, Melak, Muara Lawa, Damai

Tari Jepen Kec. Melak, Muara Lawa

10–20 Lamin Adat Geleo Baru Kp Geleo Baru, Kec Barong Tongkok Upacara Adat Kwangkay Kec. Nyuatan, Linggang Bigung, Manor

Bulatn, Muara Pahu, Siluq Ngurai Upacara Adat Beliatn Kec. Nyuatan, Linggang Bigung, Manor

Bulatn, Muara Pahu, Siluq Ngurai Tari Ngelewai Kec. Barong Tongkok, Sekolaq Darat,

Melak, Muara Lawa, Damai, Nyuatan, Linggang Bigung, Manor Bulatn, Muara Pahu, Siluq Ngurai

Lamin Adat Tering Kp Tering Lama, Kec. Tering Upacara Adat Laliiq Ugaal Kec. Tering

(10)

177 Orianto dkk. (2009). Inventarisasi Portensi Wisata Terpadu

Tabel 3 (lanjutan)

Jenis objek wisata

Jarak

(km) Nama objek wisata Letak

Objek Wisata 20–50 Lamin Adat Mancong Kampung Mancong, Kec. Jempang

Budaya Tari Perang Kec. Long Hubung, Laham

Tari Enggang Kec. Long Hubung, Laham Upacara Adat Lepoq Majau Kec. Long Hubung

50–100 Upacara Adat Alaaq Ta’u Kampung Batu Majang, Kec. Long Bagun

Tari Hudoq Kec. Laham, Long Bagun, Long Pahangai

Tari Punan Letto Kec. Long Bagun, Long Pahangai Kp. = Kampung. Kec. = Kecamataan

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Threat)

Dalam pengelolaan dan pengembangan objek wisata di Kabupaten Kutai Barat ada kekuatan dan kelemahan yang timbul dari objek wisata itu sendiri, ada pula peluang dan ancaman yang dihadapi. Analisis SWOT berikut memaparkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman keberadaan Cagar Alam Padang Luway dan objek wisata lainnya di Kabupaten Kutai Barat seperti terlihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Keberadaan Cagar Alam Padang Luway (CAPL)

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) 1. CAPL memiliki potensi

dan daya tarik untuk dijadikan objek wisata dengan adanya Anggrek Hitam yang unik dan endemik serta berbagai jenis flora dan fauna lainnya.

1. Pengawasan CAPL yang masih kurang intensif. CAPL dengan luas ±5000 ha, dijaga oleh 2 orang pengawas

1. Adanya komitmen untuk terlibat dalam pengelolaan CAPL baik dari pemerintah pusat, kabupaten dan masyarakat sekitar.

1. Ancaman kebakaran hutan di musim kemarau dan adanya titik-titik api.

2. CAPL selama ini menjadi tanggung jawab BKSDA sebagai unit pelaksana teknis di bawah Dirjen PHKA

2. Lemahnya koordinasi antara para pihak yang terkait dengan CAPL.

2. Peluang pengembangan ekowisata yang tidak mengganggu kawasan.

2. Populasi Anggrek semakin menurun akibat kebakaran dan pencurian.

3. Adanya dukungan dari berbagai pihak antara lain Bappeda, Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisata, Kecamatan Sekolaq Darat, Desa yang berbatasan (Sekolaq Darat, Empas dan Keay), LSM Bioma.

3. Perbedaan persepsi antara pihak terkait mengenai kepentingan dan pengelolaan CAPL.

3. CAPL meningkatkan PAD dari retribusi pengunjung. 3. Penurunan kualitas ekosistem CAPL akibat kebakaran hutan yang berulang.

(11)

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) 4. CAPL letaknya

sangat strategis dekat dengan ibukota kabupaten dan mudah dijangkau (darat, sungai maupun udara).

4. Kurangnya pemahaman masyarakat sekitar CAPL mengenai status kawasan konservasi.

4. CAPL berpotensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar melalui pengembangan ekowisata.

4. Sengketa batas kawasan CAPL dengan batas desa oleh masyarakat (terutama desa Keay dan Empas).

5. Penanganan budi daya Anggrek belum serius dan sekarang tidak jalan lagi.

5. CAPL memiliki potensi sebagai tempat penelitian dan pengembangan pendidikan konservasi.

5. Ketidakharmonisan komunikasi antara berbagai pihak yang berkaitan dengan CAPL menimbulkan permasalahan yang semakin rumit. 6. Kurangnya kesadaran

pihak-pihak terlait terhadap CAPL dalam hal tugas dan tanggung jawab.

7. Sarana dan prasarana bagi pengawas CAPL yang kurang memadai.

Tabel 5. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Keberadaan Objek Wisata Alam dan Objek Wisata Budaya di Kabupaten Kutai Barat

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) 1. Kabupaten Kutai Barat

memiliki potensi SDA dan SDM yang dapat dijadikan objek wisata dan berpotensi untuk dikembangkan.

1. Terjadi degradasi lingkungan karena kegiatan industri logging dan pertambangan.

1. Minat wisatawan melakukan aktivitas ekowisata yang berbasis alam dan budaya.

1. Kompetisi kesamaan produk yang ditawarkan negara tetangga. ASEAN, terutama Malaysia. 2. Kemajemukan dan keramahtamahan masyarakat sebagai destinasi pariwisata. 2. Aksesibilitas yang terbatas dan relatif mahal.

2. Tumbuhnya pasar regional di kawasan Asia Tenggara.

2. Adanya persaingan antar daerah dan wilayah lain di Indonesia. 3. Adanya komitmen

yang kuat dari pemerintah kabupaten.

3. Keterbatasan dana berkaitan dengan pengembangan SDM dan kelembagaan.

3. Visit Indonesia Year 2008. 3. Kerusakan lingkungan dan kebakaran hutan. 4. Akomodasi (penginapan), sarana transportasi yang memadai. 4. Belum adanya informasi data dasar atraksi wisata setempat.

4. Kemajuan teknologi informasi seperti website promotion, media tv, e-business dan lain-lain.

4. Konflik antara pemerintah, swasta dan masyarakat mengenai pemanfaatan dan pengelolaan suatu kawasan. 5. Kurangnya promosi.

(12)

179 Orianto dkk. (2009). Inventarisasi Portensi Wisata Terpadu

Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka dapat diambil suatu keputusan dalam mengembangkan objek wisata yang ada di Kabupaten Kutai Barat, yaitu: (i) perlu diadakan koordinasi antara berbagai pihak yang terkait dengan pengembangan pariwisata di Kabupaten Kutai Barat (ii) pengelolaan dan pengawasan terhadap objek-objek wisata yang ada (iii) akomodasi yang memadai dalam menunjang kegiatan pengembangan pariwisata (iv) promosi dalam usaha menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil inventarisasi di Cagar Alam Padang Luway dengan petak berukuran 100x100 m (1 ha) diketahui terdapat sekitar 759 individu dari berbagai jenis vegetasi tingkat epifit. Jenis yang mendominasi adalah anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) yaitu sebanyak 228,836%, kantong semar (Nepenthes sp.) 45,947% dan anggrek merpati (Dendrobium cruminatum Sw.) 44,156%.

Pada petak berukuran 1 ha tersebut ditemukan sekitar 555 individu berbagai jenis vegetasi tingkat pancang yang merupakan inang bagi anggrek. Jenis yang mendominasi adalah way (Eugenia sp.) sebanyak 71,353%, berengganyi (Vaccinium

voringaefolium) 69,042% dan pelawan (Tristania obovata) 39,713%.

Jenis-jenis satwa yang terdapat di Cagar Alam Padang Luway sangat kompleks antara lain dari jenis mamalia seperti rusa (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus

muntjak), kancil (Tragulus javanicus). Jenis reptilia seperti kadal (Mabouya sp.),

biawak (Varanus sp.). Jenis burung seperti enggang (Bucheros sp.), beo (Graculla

religiosa), punai (Treron sp.). Jenis serangga seperti kupu-kupu (Omitopthera sp.),

undur-undur, lebah. Jenis ikan seperti gabus (Ophiocephalus stratus), lele (Clarias

batrachus), udang dan kepiting.

Wisata alam pada jarak 0–10 km sekitar Cagar Alam Padang Luway adalah Air Terjun Gemuruh, Air Terjun Gancir dan Danau Tolan. Wisata budayanya adalah Museum Mencimai Papatn Puti, Lamin Adat Pepas Eheng, Upacara Adat Kwangkay, Upacara Adat Beliatn dan lainnya. Wisata alam pada jarak 10–20 km adalah Air Terjun Manarung, Air Terjun Mapan, Batu Begulur, Air Terjun Inar, Simpukng Jaraas, Telaga Biru Aco, Danau Beluq, Danau Bahada dan Taman Anggrek Kampung Abit. Wisata budayanya adalah Lamin Adat Geleo Baru, Lamin Adat Tering, Upacara Adat Kwangkay, Upacara Adat Beliatn, Tari Gantar, Tari Jepen dan Tari Ngelewai. Wisata alam pada jarak 20–50 km adalah Gua Jempangen, Danau Jempang dan Riam Muring. Wisata budayanya adalah Lamin Adat Mancong, Upacara Adat Kwangkay, Upacara Adat Beliatn, Hudoq, Tari Gantar, Tari Enggang dan Tari Perang. Wisata alam pada jarak 50–100 km adalah Air Terjun Bertingkat Sungai Alan, Riam Udang, Air Terjun Biha Nyani dan Riam Sungai Mahakam (Riam Panjang). Wisata budayanya adalah Hudoq, Tari Perang, Tari Punan Letto dan Tari Enggang.

Dalam mengembangkan objek wisata di Kabupaten Kutai Barat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, faktor

(13)

eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Kekuatan dalam mengembangkan objek wisata di Kabupaten Kutai Barat adalah potensi sumber daya alam dan budaya yang dimiliki, adanya dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat serta kemajemukan masyarakat sebagai destinasi pariwisata. Kelemahannya adalah lemahnya koordinasi antara pihak terkait, perbedaan persepsi antara pihak terkait mengenai kepentingan dan pengelolaan objek wisata. Peluangnya antara lain objek wisata meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar melalui pengembangan ekowisata.

Ancaman pengembangan objek wisata antara lain persaingan antar daerah dan wilayah lain di Indonesia, kerusakan lingkungan dan kebakaran hutan, kompetisi kesamaan produk yang ditawarkan oleh negara tetangga ASEAN terutama Malaysia dan adanya tuntutan Internasional tentang kualitas lingkungan.

Saran

Perlunya koordinasi antara Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dengan masyarakat sekitar dalam hal pemberdayaan masyarakat dalam mengelola kawasan objek wisata, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dengan terbukanya lapangan kerja dan kawasan objek wisata menjadi lebih aman.

Perlu dicari pemecahan masalah antara Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dengan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya mengenai kepentingan dan pengelolaan Cagar Alam Padang Luway, karena bila masalahnya terus berlarut-larut akan berdampak negatif bagi pengelolaan Cagar Alam Padang Luway ke depan.

Perlu dilakukan promosi untuk menarik minat para wisatawan. Promosi dapat melalui media televisi, internet, brosur dan biro perjalanan. Pada saat mempromosikan suatu objek wisata dibuat semenarik mungkin lengkap dengan penjelasan mengenai daya tarik suatu objek wisata, sarana dan prasarana yang tersedia, aksesibilitas serta biaya perjalanan.

Perlu diadakan pelatihan bagi masyarakat yang lapangan pekerjaannya berkaitan dengan jasa wisata, sehingga mereka dapat menjalankan pekerjaannya dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Program Kehutanan Kabupaten Kutai Barat. KKPKD Kutai Barat, Sendawar. Bratawinata, A.A. 1998. Ekologi Hutan Hujan Tropis dan Metode Analisis Hutan. Laboratorium Ekologi dan Dendrologi Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda.

Curtis, J.T. and G. Cottam. 1964. Plant Ecology Work Book. Burgess Publishing Company, Minnesota.

Fitri, F. 2004. Identifikasi Kawasan Hutan Lindung dan Pola Pemanfaatan Lahan Menggunakan SIG dan Penginderaan Jauh di Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur. Tesis Program Studi Magister Ilmu Kehutanan Fahutan Unmul, Samarinda. 165 h.

Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT. Teknik Membelah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh yang positif bagi Pekon Kuala Stabas ini diantaranya sejak adanya destinasi wisata di Pekon ini membuat nama Kampung yang berada di Tengah- tengah

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis dari penelitian ini diterima yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas layanan pemutaran film dokumenter terhadap

Proses penciptaan Tari Manggala Kridha dengan tema memfokuskan pada figur prajurit sebagai orang yang memiliki keberanian dan kepatuhan dalam menjalankan tugas negara sehingga

KRITERIA PENAPISAN JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TIDAK TERMASUK DALAM DAFTAR JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB MEMILIKI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

Nilai sig tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai Alpha (0,006&lt;0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan

Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Keterampilan Menulis Puisi Bebas Melalui Model Pembelajaran Picture And Picture Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama.. Pengantar Apresiasi Karya

Pada Tabel 3 dapat dilihat yaitu pemberian dosis jamu pada ayam tidak berpengaruh pada kadar kolesterol karena dari semua hasil perlakuan menunjukkan angka yang

Company profile CV. Tirta Telaga 999 Jatim.. 7 kejadian itu, maka Bapak Sucahyo dianggap tepat menjadi kepala bagian gudang. Ditambahnya tugas Bapak Sucahyo sebagai kepala