BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Dunia bisnis baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil melakukan pengembangan usahanya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam pasar yang semakin global. Akan tetapi dalam perjalanannya, dunia usaha mengalami berbagai hambatan, salah satunya adalah pendanaan. Oleh karena itu, disini manager diberi kepercayaan oleh para pemegang saham untuk mengelola dan menjalankan perusahaanya dalam kebijakan di bidang keuangan.
Suatu perusahaan memerlukan adannya pengelolaan, baik dalam bidang keuangan maupun non keuangan untuk memperlancar kegiatan usaha. Pengelolaan kegiatan usaha dalam perusahaan merupakan tanggung jawab dari seorang manajer, yaitu pihak yang ditunjuk langsung oleh pemegang saham untuk mengelola dan mengatur kegiatan perusahaan, serta bertanggung jawab kepada komisaris. Menurut Riyanto (2008:10) manajer dapat melakukan tiga keputusan keuangan, diantarannya: 1. Keputusan investasi ( investement decision) yaitu pengalokasian dana untuk
investasi yang manfaatnya baru akan dirasakan di waktu yang akan datang. Keputusan investasi akan menentukan jumlah aktiva yang ada pada perusahaan.
2. Kebijakan deviden (devidend decision) yaitu kebijakan pemberian deviden kepada pemilik perusahaan atau pemegang saham.
3. Keputusan pendanaan yakni keputusan keuangan yang berkaitan dengan penentuan sumber dana yang digunakan, penentuan pertimbangan pembelanjaan yang terbaik.
Kebijakan bidang keuangan yang dijalankan perusahaan harus selaras dan serasi dengan tujuan memaksimalkan keuntungan yang merupakan tujuan utama dari perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan perusahaan adalah kegiatan investasi. Dalam kegiatan investasi tersebut perlu mempertimbangkan sumber pendanaan investasi tersebut apakah dari sumber internal atau dari sumber eksternal sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. Dalam hal ini kebijakan tersebut harus mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membiayai kebutuhan kebutuhan rutin serta investasi bagi perusahaan. Selain mendapatkan sumber dana dari modal sendiri yaitu menerbitkan saham preferen, saham biasa, atau juga dari laba ditaha, perusahaan juga dapat mendapatkan sumber dana dari kreditur berupa hutang jangka panjang.Hutang jangka panjang sendiri dapat diartikan sebagai kewajiban perusahaan yang mempunyai waktu lebih dari satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan. Pada umumnya hutang jangka panjang digunakan untuk ekspansi perusahaan, mempunyai jumlah yang besar dan waktu yang lama. Demikian halnya dengan kebijakan hutang sebuah perusahaan dimana keputusan tentang penggunaan hutang digunakan untuk memaksimalkan kemakmuran pemilik perusahaan selain untuk memaksimalkan profit. Maksimisasi kemakmuran pemilik perusahaan diukur dengan pendapatan perlembar saham.Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan karena kebijakan hutang merupakan salah satu bagian dari kebijakan
pendanaan perusahaan.
Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Selain itu kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme monitoring terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan, karena keputusan pembiayaan atau pendanaan perusahaan akan dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan. Antaranya modal internal bersasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan. Dana yang diperoleh dari pemilik merupakan modal sendiri dan dana yang diperoleh dari pihak lain merupakan hutang. Menurut Nurwahyudi dan Mardiyah (2004) dikutip dalam Hidayat (2013, h.5), hutang adalah pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan perusahaan di masa yang akan datang kerena tindakan atau transaksi sebelumnya. Pengorbanan ekonomi dapat berbentuk uang, aktiva, jasa-jasa atau dilakukannya pekerjaan tertentu.
Keputusan pembiayaan melalui hutang mempunyai batasan sampai seberapa besar dana dapat digali atas dasar manfaat yang dapat diperoleh dari hutang tersebut. Biasanya ada standar rasio tertentu untuk menentuk rasio hutang yang tidak boleh dilampaui. Jika rasio hutang melewati standar ini, maka biaya akan meningkat dengan cepat, dan hal tersebut akan mempengaruhi struktur modal perusahaan.Perusahaan yang semakin banyak menggunakan hutang maka akan meningkatkan beban bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar. Hal ini memperbesar kemungkinan perusahaan menghadapi default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran hutang pada waktunya akibat kewajiban semakin
besar, namun apabila perusahaan hanya menggunakan modal sendiri ( laba ditahan ) yang jumlahnya kecil maka akan menutup kesempatan dalam memperoleh keuntungan dari yang diharapkan, sehingga sangat dibutuhkan ukuran penentuan jumlah proporsi hutang yang optimal bagi perusahaan dalam memperoleh manfaat dibandingkan dengan biaya yang dibayarkan.
Penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah hutang mengakibatkan beban bunga yang dapat mengurangi pajak. Menurut Sudana ( 2011 : 149 ), konsekuensi dari penggunaan hutang yaitu jumlah pendapatan yang diterima oleh kreditor dan pemegang saham pada perusahaan yang menggunakan hutang lebih besar dari pada perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Selain itu hutang memiliki saat jauh tempo yang pasti, dilindungi oleh isi perjanjian hutang jangka panjang dan tidak adanya perubahan pengendalian atas perusahaan bila pembiayaan memakai hutang. Kerugiannya antara lain walaupun perusahaan memperoleh laba yang tinggi, namun beban bunga yang harus dibayarkan juga tinggi. Pendanaan dengan hutang juga dapat mengakibatkan biaya keagenan dan biaya kepailitan.
Pengelolaan yang baik oleh manajemen perusahaan tentu akan membawa perusahaan untuk semakin tumbuh dan berkembang dalam mencapai tujuan. Perusahaan yang mencapai tingkat pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan diri dari modal eksternal (Brigham dan Houston Terjemahan, 2007:189). Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat akan lebih mengandalkan pendanaan dari hutang. Tingkat pertumbuhan perusahaan salah satunya dapat diukur dengan indikator pertumbuhan aktiva.
Hutang jugamengakibatkan adanya ikatan yang memberikan hak kepada kreditur untuk mengklaim aktiva perusahaan.Pada saat perusahaan memutuskan untuk menggunakan hutang maka akan muncul biaya hutang. Biaya hutang tersebut dikategorikan sebagai risiko finansial, karena meskipun perusahaan dalam kesulitan keuangan, perusahaan tetap berkewajiban membayar biaya tersebut. Apabila perusahaan memutuskan tidak menggunakan hutang atau pembiayaan dilakukan secara internal maka perusahaan tidak mempunyai kewajiban membayar biaya tersebut. Meskipun tidak semua perusahaan menggunakan modal sendiri tetapi tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut melakukan pinjaman dari luar.
Perusahaan akan lebih suka menerbitkan hutang dibandingkan ekuitas jika dana internal tidak cukup. Gordon Donaldson dalam Sjahrial (2009;207) menyimpulkan bahwa perusahaan lebih senang menggunakan dana dengan urutan laba ditahan dan dana depresiasi, hutang dan penjualan saham baru.
Pendanaan internal lebih disukai dikarenakan pendanaan yang berasal dari laba ditahan tidak menimbulkan adanya biaya modal. Sedangkan keputusan pendanaan dari eksternal (hutang) akan menimbulkan biaya modal sehingga pada analisis yang tepat agar dapat menimbulkan biaya modal. Setiap keputusan pendanaan harus bisa meningkatkan nilai perusahaan. Jika perusahaan memilih menggunakan hutang dapat meningkatkan risiko keuangan dan konsekuensinya (Joni dan Lina, 2010). Meningkatnya penggunaan hutang akan meningkatkan perusahaan mengalami financial distress (Atmaja, 2008;258). Semakin tinggi penggunaan hutang, maka semakin tinggi pula beban biaya bunga sehingga pendapatan perusahaan akan menurun dan hal ini akan menyebabkan financial distress.
Perusahaan yang memilih hutang sebagai sumber pendanaan akan mengurangi pajak yang ditanggung sebab pajak dihitung setelah dikurangi dengan beban bunga kredit.
Berdasarkan penelitian sebelumnya ada beberapa variabel yang diduga mempengaruhi kebijakan hutang suatu perusahan diantaranya adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, struktur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan risiko bisnis. Namun penelitian dibatasi hanya penelitian tentang profitabilitas, ukuran perusahaan, struktur aset, kebijakan deviden, kepemilikan institusional.
Yeniate dan Destriana (2010); melakukan penelitian mengenai pengaruh kepeilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan deviden, struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan risiko bisnis berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Hasil yang diperoleh adalah bahwa kepemilikan institusional, struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan kepemilikan manajerial, kebijakan deviden dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Steven dan Lina (2011); melakukan penelitian mengenai pengaruh kebijakan deviden, investasi, pertumbuhan perusahaan, struktur aktiva, ukuran perusahaan, profitabilitas dan kepemilikan manajerial terhadap hutang. Hasil yang diperoleh yakni kebijakan deviden, struktur aktiva dan profitabilitas berpengaruh terhadap hutang. Sedangkan investasi, kepemilikan manajeria, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Elva Nuraini (2011); melakukan penelitian mengenai kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan nilai perusahaan terhadap kebijakan hutang. Hasil yang diperoleh adalah kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan nilai perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.Yulius Kurnia Susanto (2011); melakukan penelitian mengenai kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan deviden, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, ukuran perusahaan, set peluang investasi dan struktur aktiva terhadap kebijakan hutang. Hasil yang diperoleh adalah kepemilikan manajerial, kebijakan deviden, profitabilitas, struktur aktiva berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, set peluang investasi tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Panchawati dan Rachmawati (2012); melakukan penelitian mengenai free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aktiva, laba ditahan dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Hasil yang diperoleh adalah profitabilitas dan struktur aktiva berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Dennys dan Deasy (2012); melakukan penelitian mengenai struktur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan, set peluang investasi, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan deviden dan pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang. Hasil yang diperoleh adalah struktur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan dan set peluang investasi berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Mudrika dan Poppy (2013); melakukan penelitian mengenai kepemilikan manajerial, free cash flow dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang. Hasil yang diperoleh adalah free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Indra E. Tjeleni (2013); melakukan penelitian mengenai kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Hasil yang diperoleh adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh semuah terhadap kebijakan hutang. Elly Astuti (2014); melakukan penelitian mengenai kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang. Hasil yang diperoleh adalah profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
Tabel 1.1 Riset Gap No. Variabel
Independen
Peneliti Terdahulu Hasil
1. Profitabilitas Yeniate dan Destriana (2010), Steven dan Lina (2011), Yulius Kurnia Susanto (2011), Panchawati dan Rachmawati (2012), Dennys dan Deasy (2012), Elly Astuti (2014), Revi Marett, dkk (2015).
Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal
Indra E. Tjeleni (2013), Mudrika dan Poppy (2013) dan Elva Nuraini (2011)
Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal
2. Ukuran perusahaan
Mudrika dan Poppy (2013), Elly Astuti (2014), Dennys dan Deasy (2012) dan Yulius Kurnia Susanto (2011)
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal
Dinar Damayanti dan Titin Hartini (2013), Steven dan Lina (2011), Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani (2009)
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal
3. Struktur asset Steven dan Lina (2011), Dennys dan Deasy (2012) dan Yeniate dan Destriana (2010)
Struktur asset berpengaruh terhadap struktur modal
Dinar Damayanti dan Titin Hartini (2013), Steven dan Lina (2011), Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani (2009)
Struktur asset tidak berpengaruh terhadap struktur modal
4. Kepemilikan Institusi
Indra E. Tjeleni (2013) dan Elva Nuraini (2011) Kepemilikan institusi berpengaruh terhadap kebijakan hutang
Elva Nuraina (2012) y Kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang
Sumber : jurnal-jurnal penelitian
Bedasarkan uraian di atas digambarkan adanya hasil penelitian terdahulu yang berbeda. Maka, penelitian bermaksud untuk melakukan penelitian kembali. Penelitian jugabermaksud untuk melakukan penelitian dengan menggunakan variabel penelitian dari beberapa peneliti terdahulu. Terdapat hasil yang berbeda dari
peneliti terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan, struktur aset dan kepemilikan institusional.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset, maupun modal sendiri(sartono, 2001dalam Febriyani dan Srimindarti 2010: 142). Perusahaan yang lebih profitable menggunakan hutang yang relatif lebih kecil karena sumber pembiayaan kegiatan operasional dan investasinya dapat dihasilkan secara internal dalam bentuk laba ditahan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi pula. Profitabilitas diproksikan dengan return on assets menunjukan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan.
Ukuran perusahaan adalah tingkat penjualan, jumlah tenaga kerja yang terlibat, dan total aset (Umar Mai, 2006 dalam Febriyani dan Srimindarti, 2010: 142). Ukuran perusahaan (size) berhubungan dengan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana dan mendapatkan laba dengan melihat pertumbuhan penjualan perusahaan. Selain menunjukkan besar kecilnya perusahaan, ukuran perusahaan juga bisa menjadi ukuran dalam kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Perusahaan yang besar biasanya memiliki ketahanan dan stabilitas finansial yang lebih baik sehingga lebih dipercaya kreditor dan lebih mudah memperoleh pinjaman sehingga dapat dikatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
Struktur aset adalah komposisi relatif aset tetap berupa perbandingan aset tetap terhadap total aset yang dimiliki perusahaan (Umar Mai, 2006 dalam Febriyani dan Srimindarti, 2010:141). Aset tetap yang dimiliki perusahaan bersifat tangible (berwujud) sehingga dapat dijadikan jaminan bagi kreditur seandainya perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan tidak mampu membayar hutangnya. Perusahaan-perusahaan yang memiliki lebih banyak aset tetap lebih mudah dalam memperoleh pinjaman atau hutang sehingga struktur aset berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang.
Kepemilikan institusional adalah kinerja manajemen yang dianggap dapat memonitor. Kepemilikan institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunistic manajer, yaitu manajer melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya Jensen dan Meckling (1979: 372-373). Selain itu, pengawasan yang efektif dari investor institusional akan memaksa manajer untuk mendistribusikan arus kas sebagai hutang.
Fenomena yang mendasari penelitian ini bahwasanya Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa penjualan rumah jenis residensial mengalami penurunan karena dampak dari kebijakan 'loan to value' (LTV) atau pembatasan pembayaran uang muka dari 20 persen menjadi 30 persen sejak pertengahan 2012. "Penjualan tersebut mengalami penurunan sebesar 46,27 persen dibandingkan pada volume penjualan triwulan sebelumnya. LTV bagi rumah tipe bangunan lebih dari 70 m2 ditetapkan sejak September 2013 sehingga penurunan penjualan didominasi oleh rumah tipe besar."Tidak hanya kebijakan LTV ini yang memengaruhi penjualan rumah, tetapi juga lambatnya siklus ekonomi Indonesia menyebabkan orang menunda membeli
rumah.Meskipun volume penjualan menurun, harga properti residensial di Jawa Tengah tetap tumbuh. Misalnya, indeks harga properti residensial (IHPR) pada triwulan pertama tahun ini tercatat 168,06 atau meningkat sebesar 1,28 persen dari indeks triwulan sebelumnya yang berada di level 165,93.
Disamping hal tersebut peneliti juga melakukan perhitungan rata-rata total asset pada setiap sector perusahaan untuk membandingkan enam sector perusahaan. Dalam hasil perbandingan ini akan mendapatkan perusahaan yang akan memiliki presentase total asset tertinggi dan mengalami kenaikan dalam total asset pada setiap tahunnya. Berikut table perbandingan enam sector perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014.
Table 1.1
Rata-rata Total Asset per Tahun Pada Setiap Sektor Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) 2010-2014
Sektor Perusahaan Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Automotif 1.290.923 10.868.229 17.044.045 19.851.681 1.118.662 Transportasi 4.018.857 4.302.831 2.709.119 3.195.104 10.505.160 Pertambangan 11.380.465 11.337.766 13.278.558 18.062.367 20.296.942 Real Estate dan Property 3.258.911 3.420.954 8.289.561 18.125.681 112.081.285 Elektronik 4.192.570 4.142.933 4.470.602 2.818.913 17.272.948 Insurance 460.745 515.886 489.788 616.052 3.116.342
Sumber :ICMD 2010-2014 diolah
Dalam table 1 adalah rata-rata total asset setiap sector perusahaan yang tedaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) 2010-2014. Dari table tersebut terjadi inkonsistensi pada sector perusahaan Real Estate dan Property dimana terjadi kenaikan rata-rata asset pada setiap tahunnya. Berikut prentasi dari penghitungan
rata-rata asset pada setiap sektor perusahaan yang terdftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) 2011-2014.
Table 1.2
Presentase Rata-rata Total Asset per Tahun Pada Setiap Sektor Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) 2011-2014
Sektor Perusahaan Tahun
2011 2012 2013 2014 Rata-rata
Automotif 741,90 56,82 16,47 -94,36 180,20
Transportasi 7,07 -37,04 17,94 228,79 54,18
Pertambangan 0,38 17,12 36,03 12,37 16,48
Real Estate dan Property
4,98 133,14 127,26 518,36 195,93
Elektronik -1 8 -37 513 121
Insurance 11,97 5,06 25,78 405,8 112,15
Sumber : ICMD 2010-2014 diolah
Dalam Tabel 1.2 adalah presentase perbandingan enam sektor perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) 2010-2014. Dari table tersebut, sektor perusahaan Real Estate dan Property memiliki presentase tertinggi di banding perusahaan lain yaitu sebesar 195,93%. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014.
Bursa Efek Indonesia merupakan suatu tempat transaksi yang memperdagangkan saham perusahaan. Berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak membutuhkan dana. Bursa efek mempunyai peranan sebagai pelaku pasar modal. Bentuk fisik dari pasar modal merupakan Bursa Efek.Berdasarkan penjelasan pada paragraf sebelumnya,dari faktor-faktor pendukung dan pada perusahaan yang akan dijadikan sebagai objek penelitian oleh peneliti. Sehingga penelitian ini berjudul, “Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
Struktur Aset dan Kepemilikan InstitusioanalTERHADAP Kebijakan Hutang pada Perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian atas pemaparan latar belakang di atas, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014?
2. Bagaimanakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014?
3. Bagaimanakah struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014?
4. Bagaimanakahkepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan Real Estate dan Property yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah :
a. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor eksternal perusahaan dari variabel terkait yaitu terhadap kebijakan hutang.
b. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh keterlibatan kebijakan hutang pada perusahaanReal Estate dan Property yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1). Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep dan teori yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan akuntansi, khususnya yaitu pengetahuan mengenai pengaruh profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, likuiditas dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan sumbangan konseptual bagi peneliti sejenis maupun sivitas akademika lainnya dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kemajuan dunia pendidikan.
2) Manfaat Praktis a. Bagi Akademik
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, likuiditas dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang.
b. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan pengalaman berharga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang penelitian ini.