• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu ukur tambang (Underground Surveying) adalah suatu. tambang bawah tanah (undergroung mining) untuk mengetahui dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Ilmu ukur tambang (Underground Surveying) adalah suatu. tambang bawah tanah (undergroung mining) untuk mengetahui dan"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II. PENGETAHUAN DASAR UKUR TAMBANG A. Bearlng dan azlnuth

B. Menentukan Titik Dari Suatu Tempat ke Tempat Lain C. Contoh Pembuatan Poligon Dengan Perhitungan Bearing BAB III. UNDERGROUND TRAVERSING

A. Pemberian Nomor Pada patok

B. Pemasangan Instrument Pada Suatu Tititk C. Pemilihan Lokasim Patok

D. Pengukurau sudut dan Jarak Miring E. Pengambilanm Titik Detail

F. Elevasi (altitude)

BAB IV. PROBLEM ARAH DAN JARAK DALAM UKUR TAMBANG A. Mengikat Titik Konsesi ke Seksi Lain

B. Menghubungkan Dua Drift C. Menghubungkan Dua Shaft

D. Hengbubungkan dua level dengan Raise

E. Pelaksanaan Pengukuran dengan Braing serta Dip yang Telah Ditentukan

BAB V. STOPE SURVEY DAN TUNNEL SURVEY f . stope Suvey

B. Tunel Survey

C. Inckined Opening BAB IV. COMPASS SURVEY A. Deklinasi

B. Pencatatan Hasil Survey dengan Kompas C. Manipulasi dengan Kompas

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Ilmu ukur tambang (Underground Surveying) adalah suatu kegiatan kerja yang harus dilakukan dalam beberapa pekerjaan tambang bawah tanah (undergroung mining) untuk mengetahui dan memperoleh data tentang :

1. Kedudukan lubang bukaan terhadap peta topography yang ada

2. Gambaran lunbang-lubang tambang (peta tambang)

3. Kemajuan arah penggalian serta besar tonase penggalian didalam stope.

Peta ukur tambang ini dimaksudkan untuk mengetahui

hubungan daerah kerja tambang dengan batas daerah

pertambangan, sehingga dapat diperoleh suatu keterangan untuk menetapkan arah penggalian lebih lanjut, untuk menghitung berapa besar material (ore) yang telah digali dan kemungkinan berapa banyak ore yang akan digali, jugauntuk memperoleh data dari daerah kerja tambang menurut grafik yang mungkin dibuat, apabiladiadakan suatu penambahan kerja yang effisien.

Mengenai peralatan ukur tambang ini pada umumnya tidakjauh berbeda dengan alat-alat ukur tanah, kecuali apabila alat tersebut tidak dapat digunakan untuk pengukuran dalam tanah (Underground Traversing)maka digunakan atau diperlukan alat-alat khusus.

(3)

Perbedaan yang penting dari Underground Traversing dengan Surface Traversing adalah :

- Penerangan (light) pada Underground Traversing sangat diperlukan, karena untuk pembacaan sudut vertikal atau horizontal pembacaan benang silang pada instrumen serta pada pembacaan alat ukur.

- Kurang begitu nyata atau teliti seperti yang dilakukan pada ukur tanah, jadi pengulangan pembacaan perlu dilakukan untuk mencegah atau memperkecil kesalahan.

- Daerah atau ruang pengukuran tak sebebas seperti pada ukur tanah, sehingga lebih sulit dalam pemasangan instrumen maupun dalam pelaksanaan pengukurannya.

- Yang digunakan dalam surveying ialah plumbob dengan tali penggantungnya pada patok (station).

- Penggunaan rod pada underground traversing boleh dikatakan tidak dilakukan, mengingat tinggi mine haulage tunnel agak kurang dari panjang rod tersebut, dan sebagai pengganti rod adalah patok tadi.

Untuk itu diperlukan penguasaan penggunaan peralatan yang betul-betul mantap,serta ketelitian dalam pengkuran yang dapat dilakukan dengan pengulangan-pengulangan pembacaan sehingga dapat memperkecil kesalahan.

Dalam bab-bab berikut akan diuraikan tentang pengertian

dasar Ukur Tambang, cara-cara pengukuran maupun

(4)

BAB II

PENGETAHUAN DASAR UKUR TAMBANG

Sebelum membicarakan lebih lanjut tentang cara-cara pengukuran di dalam tambang dan cara-cara perhitungannya, perlu diketahui terlebih dahulu tentang dasar-dasar pengertian untuk pengukuran tambang.

A. BEARING DAN AZIMUTH

1. Bearing : Ialah suatu sudut yang diukur ke kiri atau kekanan antara garuis Utara (North), Selatan (South) dengan titik tertentu.

Nama dari bearing tersebut tergantung dari letak empat titik dari kwadran. Contoh : Bearing A – B = N α 0 E Bearing A – C = N β 0 Ε Bearing A – D = N γ 0 Π Bearing A – E = N δ 0 Ш

Jadi bearing tersebut dapat dibuat dari Kutub Utara geografis ke arah kanan atau kiri, demikian pula sebaliknya dari Kutub Selatan ke arah kanan atau kiri.

2. Azimuth : Ialah suatu sudut yang ukur dari titik Utara atau Selatan ke suatu titi tertentu menurut arah jarum jam.

(5)

Untuk mempermudah perhitung, maka umumnya titik Utara digunakan sebagai titik awal pengukuran.

Contoh :

Azimuth 0 – 1 = α 0 Azimuth 0 – 2 = β 0 Azimuth 0 – 3 = γ 0 Azimuth 0 – 4 = δ 0

Bearing dari suatu rintisan (traverse) adalah berurutan (berhubungan satu dengan yang lainnya). Untuk menghitung bearing suatu urutan dari titik, ada dua cara sederhana yang perlu diingat yaitu :

a). Sudut diukur searah dengan perputaran jamrum jam,

azimuth dari arah yang baru adalah azimuth mula-mula + sudut lurus atau angle right antara arah tersebut -1800 b). Kalau jumlah azimuth awal + sudut lurusnya kurang

dari 1800, perlu ditambah 3600 dulu sebelum dikurangi

dengan 1800 atau dapat juga ditambah dengan 1800 saja.

B. MENENTUKAN LETAK SUATU TITIK DARI SUATU TEMPAT KE TEMPAT LAIN

Jika diketahui titik A (x,y), maka titik B (x1,y1) dapat

(6)

y y y1 y2 A (x,y) B (x ,y ) 1 1 £BA HD Tg X - IV + + I + - III - + II -Dicari : Tg £BA = ) 2 1 ( ) 2 1 ( Y Y X X   ,maka di dapat sudut £BA.

x1 = x + Δx Δx = (x1 – x) = HD sin £ x1 = x + HD sin £ y1 = y + y y = y1 - y = HD cos £

Disini perlu diperhatikan tanda pada masing-masing kwadran.

Tanda untuk x dan y ialah : Kwadran I + +

Kwadran II + - Kwadran III - - Kwadran IV - +

(7)

6

7

8

9

10

11

150

0

C. CONTOH PEMBUATAN POLIGON DENGAN PERHITUNGAN BEARING

Jika diketahui data seperti pada tabel di bawah ini, maka hitung bearing dari rintisan tersebut:

FS IS Sudut Lurus (derajat) Jarak Horizontal (meter) Bearing (derajat) FS 5 7 8 9 10 6 7 8 9 10 11 - 280 50 70 00 180 20 25 20 15 30 25 S 300 E ? ? ? ? ? 7 8 9 10 11 12 Gambar : Cara Perhitungan :

Karena diketahui Bearing 6-7 yaitu S 300 E, maka azimuth 6-7 dapat dicari, yaitu : (00 + 1800) - 300 : 1500. Jadi

(8)

Maka selanjutnya dapat dihitung : Azimuth 6 – 7 = N 1500 E Sudut 6 – 7 – 8 = 0 0 430 280 + Azimuth 7 – 8 = 0 0 250 180 - = jadi bearing 7- 8 = S 700 ш Sudut 7 – 8 – 9 = 0 0 300 50 + Azimuth 8 – 9 = 0 0 120 180 - = jadi bearing 8 - 9 = S 600 E Sudut 8 – 9 – 10 = 0 0 190 70 + Azimuth 9 – 10 = 0 0 10 180 - = jadi bearing 9 - 10 = N 100 E Sudut 9 – 10 – 11 = 0 0 10 0 +

= karena 1800,maka harus + 3600

= 0 0 370 360 + Azimuth 10 – 11 = 0 0 190 180 -

(9)

= jadi bearing 10 - 11 = S 100 ш Sudut 9 – 10 – 11 = 0 0 370 180 +

Azimuth 10 – 11 = 1900, jadi bearing 11 – 12

= S 100 ш

a. Untuk menguji perhitungan tersebut dilakukan dengan cara : kalau jumlah sudut (n) genap, ujinya adalah : Azimuth akhir = azimuth awal + sudut lurus – n . 3600

b. Kalau jumlah sudut (n) ganjil,ujinya adalah :

Azimuth akhir = azimuth awal + sudut lurus - 1800 – n . 3600

Pengujian contoh perhitungan di atas : Karena n ganjil, maka ujinya adalah :

1900 = 1500 + 5800 – 1800 – n . 3600 = 1500 + 5800 – 1800 – 5 . 3600 = 1500 + 5800 – 1800 – 18000 1900 = - 12500 = - 12500 + ( 4 x 3600 ) = - 12500 + 14400 1900 = 1900 Terbukti.

(10)

Sebagai contoh untuk n genap, maka contoh di atas dihitung pada n genap, misalnya sampai azimuth 8 – 9, yang hasilnya = 1200, maka ujinya adalah :

1200 = 1500 + 3300 – n . 3600 = 1500 + 3300 – 2 . 3600 = 1500 + 3300 – 7200 1200 = - 2400

= - 2400 + 3600 ,

karena tidak ada sudut yang minus. 1200 = 1200 Terbukti,

maka perhitungan di atas benar.

Penting sebagai catatan ialah :

 Bila hasil yang diperoleh setelah dikurangi 1800,

harganya negatif, maka harus ditambah 3600.

 Bila hasil yang diperoleh setelah dikurangi 1800,

harganya lebih besar dari 3600, maka untuk mendapat azimuth baru kurangi dengan 3600.

(11)

BAB III

UNDERGROUNG TRAVERSING

Perbedaan cara pengukuran di dalam tambang bawah tanah atau underground traversing dengan pengukuran dipermukaan atau surface traversing selain mengenai : penerangan, daerah (ruang) pengukuran dan penggunaan plumbob seperti yang tercantum dalam bab terdahulu, juga mengenai :

1. Cara pemasangan Theodolite (transite), di mana pada perintisan di permukaan anting-anting ditepatkan pada titik patok yang berada di bawah, tetapi untuk perintisan tambang bawah tanah titik as dari sumbu I ditepatkan dengan plum bob yang tergantung pada atap (roof), kecuali instrument tersebut tidak ada as sumbu pertamanya (misal Theodolite T0), maka plum bob tersebut dipindahkan dulu ke bawah dengan block station.

2. Data yang perlu diambil disini meliputi :  Pengukuran sudut horizontal (double)  Pengukuran sudut vertical (double)  Pengukuran jarak(slope distance)  Pengukuran tinggi alat

 Pengukuran tinggi plum bob yang digantungkan (HS dan BI)

(12)

3. Harus memperhatikan gangguan aliran air, rembesan air dan sebagainya, juga instrument yang harus dilindungi dari pengaruh rembesan air tersebut.

4. Adanya pengaruh medan magnet, misalnya pada rel, jalan-jalan kereta dorong,pada bijih yang sifatnya magnetik (hematit, pyrolusite dan sebagainya).

Karena pengaruh-pengaruh tersebut diatas maka sangat diperlukan ketelitian pembacaan yang sangat hati-hati. Juga perlu dipehatikan pada daerah sekitar patok yang akan dipasangi instrument tersebut, karena batuan dalam batuan induk (country rock) yang tidak kuat dapat mengakibatkan kecelakaan bagi operator (surveyor) dan istrument itu sendiri.

Perlu diperhatikan untuk tidak memasang instrument pada daerah bebatuan lepas, daerah penirisan maupun pada pitth. Pengukur (transimen) umumnya kurang memperhatikan hal ini, untuk pengukuran jarak pendek akan menimbulkan kesalahan sudut tertentu.

Tim kerja (man crew) cukup tiga orang dengan pembagian tugas sebagai berikut :

 Satu orang mencatat data dala buku  Satu orang sebagaipengukur

(13)

A. PEMBERIAN NOMOR PADA PATOK

Cara pemberian nomor pada patok maupun tanda merupakan salah satu masalah bagi pengukur dalam suatu penambangan, dimana diperlukan drift yang parale, cross cut dan lain-lain, sehingga titik-titik yang tidak dapat berhubungan satu sama lainnya akan mendapat pembacaan tersendiri.

Sistem penomoran akan memusingkan juga, bila ada selective mining untuk suatu level yang bercabang, biasanya titik diberi nama berdasarkan urutan level ke bawah, misalnya level 100 ft akan diberi nomor patok 101, 102, 103, dan seterusnya, dan untuk level 200 dengan nomor 201, 202, 203 dan seterusnya.

Penentuan nomor patok berurutan,yang biasanya dilengkapi dengan beberapanotasi tertentu.

Contoh :

Patok pertama dalam cross cut 9 diawali oleh XC 9 – 1. atau jika cross cut diarahkan kedua sisi drift utama kearah timur, maka pemberian nomor patok cross cut bagian Utara akan menjadi EXC 4 – 12, dan untuk Selatan SXC 2 – 6. nomor cross cut Utara yang mempunyai drift ke Timur dinyatakan dengan N - E – XE 4 – 2.

Patok-patok survei dan stope dinyatakan dalam koordinat dengan level dari mana itu pernah dimasuki. Sebagai contoh stope pertama pada level 500 ft menjadi stope 501, yang

(14)

kedua 502 dan seterusnya pemberian nomor patok pada stope menjadi 501 – 4 dan sebagainya.

Level antara (intermediate level) yang terletak di antara level-level utama biasanya berhubungan untuk tujuan penamaan level dimulainya raise atau winze, nomor winze dibuat dari level 700 ft. ada tinggi tertentu dimulai pembuatan drift, sehingga drift ini disebut intermediate 700 ft. jika drift ini dibentuk sebagai drift nomor 4 akan diberi nomor lokasi intermediate 4 – 700. dan patok pertama dalam drift ini adalah nomor 4 – 700 feet – 1.

B. PEMASANGAN INSTRUMENT PADA SUATU TITIK

Penempatan instrument pada bawah tanah lain dengan dipermukaan, secara praktis penempatan instrument di bawah titik yang berada di atasnya. Hanya pada daerah yang luas seperti rail road tunnel akan praktis untuk menempatkan patok dilantai. Dan hal yang begitu praktis jarang ditemui.

Pada permulaan operasi memamng dirasakan kaku dan lamban tetapi setelah sering melaksanakan akan lebih lancar.

Sebelum penempatan instrument pada undergraound maupun pada surface sebaiknya semua pengunci dikunci.

Plum bob digantungkan pada spad dengan tali simpul agar mudah digeser-geser. Hal ini memungkinkan penyesuaian yang cepat bagi plumb bob,yaitu cukup tinggi pada waktu start.instrument diletakkan di bawah bobs dan kaki-kakinya ditekan ke bawah,sebelumnya lingkaran vertical dibuat nol

(15)

HI

D SET ON ZERO

dengan tanpa pembacaan pada gelas. Gambar I menunjukkan kedudukan instrument.

Untuk pertama kali instrument cukup terletak 3-4 Inchi di bawah bobs, kemudian kaki statip diatur agar instrument tepat di bawah bobs, setelah terletak horizontal, kaki-kaki statipdikunci kembali.

Biasanya akan timbul pertanyaan seberapa teliti titik plumb bobs terpusat di atas titik pusat instrument. Hal ini tergantung pada jarak pengamatan (dari BS dan FS) dan ketelitian yang diinginkan.

(16)

Sebagai contoh dengan jarak pengamatan sejauh 100 ft, instrumen akan berada diluar titik sejauh 0,029 ft, sebelum menimbulkan kesalahan 1 menit sebelumnya pada jarak 20 ft akan menyebabkan kesalahan sebesar kira-kira 0,006 ft. Hal ini yang paling aman adalah mendapatkan titik plumb bob dalam tanda yang dilubangi, instrument acap kali selalu berada di luar BS maupun FS. Gambar menunjukkan pengukuran yang dibuat untuk menentukan HI dan kadang-kadang juga jarak D.

C. PEMILIHAN LOKASI PATOK

Usahakan agar titik patok diletakkan secara permanent dengan maksud bila ada getaran titik tersebut tidak berubah, hal ini untuk menghindari kesalan pembacaan sudut.

Dalam beberapa tambang patok tersebut kadang-kadang ditempatkan pada stull, caps atau bentuk-bentuk timbers lain yang memungkinkan.

Jadi lokasi dari patok yang tepat betul harus

diperhatikan, ini untuk mencegah instrument terhindar dari jatuhnya batuan lepas yang disebabkan oleh kebocoran udara atau getaran akibat ledakan.

Gambar berikut menunjukkan lokasi yang cocok untuk patok. Penempatan titik a sebagai patok menyalahi aturan, karena FS 1, 2 dan 3 tidak dapat dilihat dari suatu tempat.

(17)

F S

1

2

3 4

D. PENGUKURAN SUDUT DAN JARAK MIRING

Yang perlu diperhatikan di sini adalah penerangan atau lampu dan alat pembesar bacaan sudut (magnifaying glass atau loupe) karena dengan mata biasa pembacaan akan kurang teliti jika sampai kemenit. Bila instrument dipasang pengukuran sudut searah jarum jam harus diukur double atau dua kali.

1. mulai dengan sudut titik nol 2. teleskop diputar 1800

Maksud untuk kompensasi kesalahan pengaturan alat acceleration dan kesalahan indeks, demikian juga untuk mengukur sudut vertical. Dalam mengukur jarak miring harus diperhatikan urutan dari angka, titik-titik ditepatkan pada angka dipita, dalam pemeliharaan atau penggunaan pita harus hati-hati, misalnya jangan sekali-kali menarik pita sepanjang daerah yang akan diukur, jika hal ini terjadi pada drift yang basah akan menyebabkan pengumpulan pita dan juga akan kotor.

(18)

Prosedur yang baik untuk pengukuran di bawah tanah ialah : 1. Pasang alat (instrument)

2. Catat HI (tinggi instrument)

3. Catat jarak kanan dan kiri instrument

4. Mulai pada nol dan mengambil BS dengan jarak gerak perlahan-lahan.

5. Lepaskan penggerak atas dan bidik FS.

6. Baca dan catat HA, lepaskan penggerak bagian bawah dan putar di lingkaran vertical ke depan operator dan baca VA.

7. Arahkan teleskop ke BS dengan menggerkkan penggerak ke bagian bawah.

8. Lepaskan penggerak bagian atas dan bidik FS.

9. Baca HA dan VA, pada sudut datar pembacaan VA untuk kedua kalinya tidak perlu. Jika HA dibuat double,

ulangi proses setelah posisi 0 dan tempatkan teleskop dalam posisi langsung.

10. Setelah semua pengukuran regular lengkap, pembantu membawa ujung 0 dari pita ke patok FS dan diukur SO. Sebelum memulai pengukuran instrument harus ditempatkan kea rah patok FS.

11. Gerakkan ke patok FS dan catat HS.

Perlengkapan-perlengkapan yang perlu dibawa diantaranya ialah: 1. poket tape (10 meter)

(19)

1 2 3 4 5 6 7 8 F3 ANGEL RIGHT IN CENTER OF DRIFT TOPAD DISTANCE 3. unting-unting 4. plumb bob

5. magnifying glass (loupe) 6. buku catatan data

7. pencil

8. perlengkapan-perlengkapan lain seperti lampu dan lain-lain.

E. PENGAMBILAN TITIK DETAIL

Yang dimaksud dengan detail ialah pengukuran titik yang dilakukan pada perubahan arah.

Ada dua cara pembuatan detail, yaitu : 1. Metode Angle Right

Gambar 3 dan 4 menunjukkan metode sudut (angle)

(20)

Pada gambar diatas setelah menempatkan FS, operator meletakkan papan-papan pada nol dan terjadi BS yang baru. Pembantu mulai pada saluran patok dan memegang battery, surveyor mengukur dengan angle right 15. Setelah sudutnya diputar, buat tanda pada tembok dengan karbit atau crayon. Operasi ini diteruskan samapi FS kelihatan. Jarak horisontal dipetakan pada tengah drift (pada titik-titik tertentu). Bila lebar drift pada titik tersebut berbeda, maka ambil bagian kanan atau kiri.

Type drift yang lain seperti pada gambar 4, yang menunjukkan beberapa cabang yang bergabung, titik a, b, c, d, dan lain-lain diukur dan jaraknya disambungkan.

Detail dengan metode angle ini mudah dan cepat, merupakan rencana yang lancar.

Gambar 4

(21)

2. Metode Offset

Gambar 5 menmunjukkan metode offset ini. Sedikit sekali yang menggunakan metode ini, bila kekurangan pekerja akan lebih menyulitkan metode ini paling baik dengan 3 orang.

Gambar 5

Detail metode offset

Keadaan pada gambar 4 lebih baik untuk menggunakan metode angle. Pada gambar 5 rencana pada peta panjang garis BS – FS dengan tanda jarak. Offsetnya berada pada sudut-sudut kanan garis.

F. ELEVASI (ALTITUDE)

Ada tiga cara untuk menentukan evaluasi atau ketinggian suatu titik pada Tambang Bawah Tanah, yaitu :

1. dengan menggunakan instrument dan pita ukur 2. dengan menggunakan level watau waterpass

3. dengan mengukur kedalaman suatu shart dengan pita ukur atau spesial case.

Instrumen dan Pita Ukur

Metode ini paling sering digunakan. Denmgan pengukuran biasa HI, BS dan sudut-sudut vertikal cocok untuk

(22)

mengontrolan bawah tanah dan dapat menarik jarak tanpa kesalahan yang besar.

Gambar 6 melukiskan diagram metode transit dan pita ukur dari pada elevasi, rumus-rumusnya lihat pada gambar 7.

Gambar 6 Diagram metode instrumen dan pita ukur

Semua patok yang instrumentnya terletak dibawah titik, HI dikurangi karena alatnya lebih rendah dari pada patok.

Untuk menutup titik itu tambahkan HI. Bila tanggul digunakan untuk bagian muka, biasanya HS diaggap nol (kekecualian pada stopersurvey, dimana HS menunjukkanelevasi tambang pada titik itu). Bila sudut vertikal itu fositif, maka jarak vertikal bertambah (VO = SO sin VA).

Rumus dasar untuk menentukan elevasi adalah : Elevasi FS = elevasi IS + HI + VD + HS

Untuk hampir semua patok underground dapat dituliskan sebagai berikut (lihat gambnar 7) :

Elevasi B = elevasi A – HI + SD sin VA + HS = elevasi A – HI + VD + HS

(23)

A job to memindahkan suatu titik dipermukaan bawah tanah. Biasanya menggunakan alat ukur optis dan atau unting-unting.

SHAFT PLUMBING

Dalam penambangan dibawah tanah (deep mining). Pekerjaan penggalian dilakukan melalui sebuah shaft. Untuk itu memindahkan suatu azimut melalui sebuah bukaan (opening) adalah merupakan tugas yang penting bagi seorang pengukur (engineer). Teknik atau cara pengukuran akan disesuaikan dengan masing masing kasus atau keadaan, tetapi ketelitiannya perlu diperhatikan.

Tujuan dari shaft plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar opening yang digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya hanya karena adanya beda tinggi atau altitude. Walaupun tidak ada shaft, tetapi untuk mengukur daerah-daerah opening adalah dengan menggunakan titik triangulasi dan dari titik ini dibuat beberapa titik tetap

(24)

sebagai base station atau titik tolak dan opening-opening ini diikat pada base station tersebut.

Peralatan-peralatan untuk shaft plumbing

Alat-alat yang diperlukan untuk sharf plumbing

diantaranya adalah :

1. Reels (glondong/gulungan)

Glondongan atau gulngan ini sangat penting untuk mengangkat dan menurunkan kawat. Tanpa gulungan ini sangat sukar untuk mengangkat beban yang berat.

2. Wire centering device (peralatan kawat centering)

Alat ini digunakan untuk menjepit kawat dalam suatu posisi setelah pusat dari ayunan ditentukan. Beberapa teknik (enginer) memilih untukmenentukan pusat ayunan di slamp pada posisi yang tetap sebelum pembidikan.

3.Screw shifter

Digunakan untuk mengeser satu kawat kebidang transit dan kawat lainnya pada station permulaan atau kedua-duanya digeser kemuka dan ke belakang. Dapat juga digunakan untuk menggerakkan kawat guna menentukan arah terlebih dahulu untuk memastikan apakah kawat tersebut tergantung pada suatu sekatan di dalam sharf.

4. Plum bobs

Bobs yang terbuat dari baja dapat terpengaruh oleh daerah tambang yang mengandung magnetik maupun oleh aliran listrik, pipa dari bobs dibubut sehingga mempunyai ukuran

(25)

yang uniform dan permukaan halus, sedang bagian tepi dari pipa berbentuk sepertipisau pemotong (lihat gambar)

Ukuran dan berat dari bobs yang dibutuhkan tergantung dari kecepatanudara dan jumlah air yang jatuh pada shaft, biasanya bobs seberat 50 lb sudah dianggap cukup.

5. Wire (kawat)

Yang biasa digunakanadalah kawat baja dengan ukuran kawat piano nomor 12

2 1

dengan diameter 0,03 Inchi, kawat ini dapat menahan bobs seberat 60 lb.

6. Chain link (rangkain mata rantai)

Biasanya diletakkan pada kawat kira-kira level dengan transit agar memungkinkan pengukur melihat kedua kawat tanpa harus menggerakkan yang lebih dekat. Mereka diperlukan selama kawat yang lebih dekat dapat dengan tanpa stelan yang tepat difokuskan membawa kawat yang lebih jauh ke dalam relief yang kurang terang.

7. Type transit

Tidak ada type khusus dari pada transit untuk pengukuran karena ada yang mempunyai pembacaan 30 secon, tetapiada juga yang satu menit. Dan biasanya mempunyai sekrup penggerak halus atau micrometer di atas sekrup penyetel horizontal atau untuk menggerakkan transit ke dalam bidang dari kawat plumb bobs dan diafragma benang silang untuk membidik kawat.

(26)

Gambar 8

A. Screw Shifter B. Plumb Bobs untuk Shaft Plumbing

CARA UNTUK SHAFT PLUMBING

Metode Umum untuk Shaft Plumbing adalah : 1. One Shaft Methode

a. Coplaining(wiggling ataujiggling b. Triangulation

c. Gabungan antara a danb (special cases and b) 2. Two Shaft Methode

1. One Shaft Methode

Prosedur untuk menggantung kawat dan menetapkannya adalah seragam untuk semuanya,yang berarti juga diterapkan pada two shaft methode.

Penggunaan kedua cara (coplaining dan triangulation) tersebut kira-kira sama pembagiannya, tetapi banyak engineer yang menyatakan bahwa coplaining dapat diterapkan pada kondisi dimana triangulation tidak dapat digunakan.

(27)

Perbedaan atara coplaining dan triangulation kurang jelas,boleh dikatakan hampir sama. Untuk ketelitian dengan menggunakan transit 1 menit.Kesalahantidakboleh melebihi dari 1 x 100% :10000 =0,01%. Agar supayamendapat ketepatan,jarak plumb bobs 200 -300 feet (dibawah pengecualian yaitu dalam kondisi yang mengijinkan dapat dikembangkan dalam beberapa feet).

Jarak antara kedua kawat diukur dipermukaan dan di check lagi dengan dibawah,sebaiknya harus mempunyai jarak yang sama. Bila jarak antara kawat kurang dari 4 feet terdapat kesalahan dalam peratusan feet akan menyebabkan terlalu besar kesalahan dalam azimuth.Sebagai contoh jarak antara kawat-kawat 4 feet,satukawat berada 0,02 ft diluar dari pada bidang,maka perpindahan angularnya: tangen-1 atau sin -1 = 0,02/400 = 17’ approx.hanya 20’ bisa diperkenankan bila 1:10000 harus ditetapkan atau dihitung.Ini menyatakan pentingnya mengetahui alasan suatu perbedaan antara kedua pengukuran dan pengoreksian kesalahan.Jarak diantara kawat-kawat biasanya diukur mendekati per seribuan feet.

a). COPLAINING

Ini juga dikenal dengan wiggling.atau jiggling.

Tujuannya: ialah menempatkan alat transit/theodolith tepat satu bidang dengan dua unting-unting yang digantungkan pada shaft.

(28)

- Membuat satu bidang (coplaining)adalah dengan menggerakkan atau memindahkan transit sehingga benang silang vertikal dari transit sebidang dengan unting-unting yang digantungkan pada shaft.

- Pasang blok timah hitam dengan ukuran 4 x 4 x 3 inchi bawah unting-unting yang dipasang pada transit atau theodolith, beri tanda pada blok tersebut,kemudian ukur beberapa kali sudut busur antara dua unting-unting dengan titik D (Titik station permanen pertama).

- Teropong dibalikkandan arahkan kembali kedua unting-unting, usahakan dengan menggeser teropong sehingga garis vertikal teropong (benang silang vertikal) sebidang dengan dua unting-unting tersebut.

- Bila sudut horizontal yang benar adalah rata-ratanya, dan titik station yang benar adalah juga rata-ratanya (dibagi dua atau arah titik pada station).

Gambar 9A dan 9B menunjukkan situasi dari metoda coplaining secara diagram. ( lihat gambar berikut).

(29)

Gambar 10. Contoh dari Coplaning BS IS Sudu t Luru s HD Beari ng Latitude Depertur e koordinat FS N + S - B + W - N - E - 8 9 10 A B 9 10 A B C 2300 1300 1500 1800 2150 190, 0 7,0 4,0 8,5 80,0 N 500 W N 800 W N 800 W N 800 W N 650 W - - 33,8 1 3,0 4 - - - - - 17,2 3 72,5 1 6000 5996,9 6 6030,7 7 4000 3992, 77 3910, 25 10 A B C D Perhitungan Bearing : 360 260 = S 800 W N 310 50 W - 440 180 - 440 130 + 260 180 -= S 800 W C - D 250 180 -= S 800 W 475 215 - 310

Jumlah sudut lurus adalah 7050

Dilakukan pengecekan Untuk bearing

(30)

440 180 - 295 180 -= N 650 W 1015 705 + 100 - 295 720 = N 650 W Terbukti Catatan : 705 dari sigma 130 + 180 + 180 + 215

720 dari sigma 230 + 130 + 180 + 180

Pada garis lurus 10 – C terdapat tiga buah jarak, yaitu 10A, AB dan BC dengan totak jarak keseluruhan adalah :

7,0 + 4,0 + 6,5 = 17,5 feet Log cos S 800 W = 239670 , 9 482708 , 0 = 3,04 Log 17,5 = 1,243038 Log sin S 800 W = 236389 , 1 993651 , 9 = 17,23 = 33,81 Log cos N 650 W = 9,625948 Log 80,0 = 1,903090 Log sin N 650 W = 860366 , 1 957276 , 9 = 72,51 Catatan : 0,482708; 1,236389; 1,529038 dan 1,860366 masing-masing didapat dari log (3,04; 17,23; 33,81 dan 72,51)

Dalam contoh jarak diambil terhadap foot yang terdekat dan sudut pada derajat yang terdekat, untuk memberikan

(31)

0,01 ft dan sudut yang memungkinkan 10 secon, dengan

pengulangan dan perataan disarankan untuk menggunakan metode pencatatan data. Di buat suatu daftar menurut aturan yang membuat suatu tranversing yang berkelanjutan dari operasi shaft plumbing, untuk pencatatan dikantor kolom tambahan perlu disediakan untuk mencatat data elevasi dan slope distance (jarak miring).

b. TRIANGUL ASTON

Untuk menempatkan azimuth dari bidang yang dibuat oleh unting-unting disebut weisbach method dengan persyaratan yang dibuat harus antara secon dan lebih kecil dari 10. Bil sudutnya menjadi sangat besar atau biasanya 600 maksimum method weisbach tidak dapat digunakan.

Dalam bagian ini aplikasinya hanya pada sudut yang sangat datar (weisbach) akan dibahas kemudian penggunaan dari sudut yang besar akan diselidiki, penggantungan dan penetapan kawat adalah sama dengan prosedure pada coplaning.

Gambar berikut menunjukkan kondisi yang dijumpai, perhatian dicurahkan terhadap jarak BC yang hanya bersenrangan dengan jarak fokus dari transit. Pada shaft yang besar atau dalam keadaan tertentu dimana AB jauh lebih besar dari 3,5 sampai 4,5 feet, perbandingan BC dan AB = 1. Bila sudut W pada C hanya beberapa menit, maka AB + BC = AC Jarak diukur dalam perseribu (tiga angka di belakang koma dengan satuan feet, dengan maksud lebih teliti dari perseratusan.

(32)

Metode Triangulasi

Sebetulnya kesalahan beberapa per ratusan dalam

pengukuran hanya menyebabkan perbedaan beberapa secon pada hasilnya ini akan betul bila sudut Weisbach kecil dan BC = AB nilainya. Sebagai contoh AB dianggap S 3,214 ft, BC = 5, 122 ft, AC = 0,332 ft dan pengukuran sudut = 00 15’ 10”. Carilah sudut x pada A.

X = 124 , 3 121 , 5 " 910 x = 00 24’ 10”

Jika kesalahan dibuat dalam pengukuran AB (3,19) dan BC adalah (5,10) maka x = 00 24’ 15 “; dan jika AB = 3,21 dan

BC 5,10 maka x = 00 24’ 06”; dan jika AB = 3,23 dan BC =

5,10 x = 00 23’ 57”

Prosedur yang paling aman untuk memutar sudut weisbach sebagai berikut :

- Plat disetel pada 0,85 (Back Sight) pada kawat yang benar dan putar sudut kecil ke kanan, dengan 1 menit. 6 x repetisi, 3 secara langsung dan 3 dibalik.

(33)

- Balikkan telescop gunakan kawat FS sebagai BS putar sudut luar yang lebih besar ke kanan sejumlah putaran yang pertama.

Jumlah dari sudut-sudut yang harus = 3600 ± 10’ (jika

digunakan 6 x repetisi) jika tidak, dan kawat cukup stabil maka pengukuran harus diulang.

Pada pengecekan dalam batas yang diperkenankan kedua

sudut di atur dengan membagi perbedaan sama, dengan demikian jumlah akan menjadi 3600.

Contoh :

Data yang diketahui dari hasil pengukuran adalah sebagai berikut : Bearing AB = S 450 26’ 20” W Panjang AB = 4,235 feet Panjang BC = 5,043 feet Panjang AC = 9,280 feet Sudut BCA = W = 00 12’ 40” Sudut ACD = 1980 10’ 00” Carilah bearing CD. Penyelesaian :

Pemecahan dari triangel ABC Untuk sudut x dan y dapat dicari dengan salah satu dari dua cara, yang kedua-duanya ditunjukkan di sini. Cara pertama penting bagaimana

Shaft Plumbing dengan Triagulasi

(34)

selama tidak dipergunakan tabel trigonometri atau tabel logaritma untuk sudut-sudut yang kecil.

Perbedaanya secara langsung anatara satu sama lain tanpa memperhatikan fungsi khusus (dalam contoh ini bukan sinus memberikan hasil yang cukup teliti) pengukuran tersebut adalah identik dengan penyelesaian hukum sinus kecuali bahwa fungsi khusus itu diturunkan dan sudut diubah kedalam secon. Perhitungan : W = 00 12’ 40” = 760” W : AB = x : BC 760 : 4,235 = x : 5,043 -- x = 235 , 4 760 x 5,043 = 904,7” X = 00 15’ 05” Analog untuk y : W : AB = y : AC 760 : 4,235 = y : 9,280 -- y = 235 , 4 760 x 9,280 = 1664,8” y = 00 27’ 45” Dilakukan pengujian : X + W = y 00 15’ 05” + 00 12’ 40” = 00 27’ 45”

Ternyata hasilnya sama, jika ada perbedaan maka selisihnya harus dibagi rata antara x dan y.

Misalnya x + y = 00 27’ 55”, dan setelah dihitung x = 00

(35)

00 27’ 55” - 00 27’ 45” = 10” Koreksinya = 10 : 2 = 55” sehingga :

00 15’ 15” + (1800 - 00, 27’ 45”) + 00 12’ 40” = 1800 00’

10”

Koreksi ini digunakan untuk mengurangi x dan menambah y. X = 00 15’ 15” - 00 00’ 05” = 00 15’ 10”

y = 00 27’ 45” + 00 00’ 05” = 00 27’ 50”

dilakukan pengujian : 1800 = x + (1800 – y) + W

00 15’ 10” + 1800 - 00 27’ 50” + 00 12’ 40” = 1800 00’ 00”

Cara lain adalah dengan menggunakan hukum sinus : Sin W : AB = sin x : BC Sin x = AB W sin BC --- sin x = 235 , 4 " 40 ' 12 0 sin 0 5,043 X = 00 15’ 05” sin y = 235 , 4 " 40 ' 12 0 sin 0 9,280 X = 00 27’ 45”

Cara pengujiannya sama dengan cara pertama : Bearing CD Bearing AB = S 450 25’ 20” W Azimuth = 20 26 225 180   Sudut ABC = 35 58 404 15 32 179     Azimuth BC = 35 58 224 180  

(36)

Sudut W = 8 12 40 Sudut ACD = 15 21 423 00 10 198     Y = 1800 00’ 00” Sudut ABC = " 15 ' 32 179 " 00 ' 00 180 0 0   = 423 21 15 Azimuth BC = 15 21 243 180   = S 630 21’ 15” W Bearing ACD Bearing BA = N 450 25’ 20” E = Azimuth BA Sudut BAC = 15 11 405 55 44 359     Azimuth AC = 15 11 225 180   Sudut X = 3600 00’ 00” Sudut BAC = " 55 ' 44 359 " 05 ' 15 0 0 0     Y = 1800 00’ 00” Sudut ABC = " 15 ' 21 423 " 00 ' 10 198 0 0   Azimuth CD = 15 21 243 180   = S 630 21’ 15” W 2) Two Shaft Method

Cara menggantungkan kabel pada setiap shaft dari dua shaft atau raise dan terus menyusuri antara dua shaft atau

(37)

raise tersebut, memberikan hasil yang paling dapat dipercaya dan akan digunakan pada setiap kesempatan yang baik.

cara pengukuran :

pengukuran dengan dua shaft memberikan hasil yang lebih teliti darainpada cara satu shaft. Biasanya pada satu level mempunyai dua opening yang vertikal, maka pengukurannya dilakukan dengan cara dua shaft.

1. prosedur yang digunakan dengan cara dua shaft adalah, mula-mula dari permukaan tanah diikat titik x dan y yang digantungkan uting-unting dengan cara polygon (traverse) mulai dari titik x sampai dengan y : titik satu diikat dengan base station cara pengukuran tertutup (lihat titik 1 yang diikat).

Setelah dikoreksi dari pengukuran, kemudian dihitung :  Jarak x – y ) untuk pengecekan hasil pengukuran

dari

 Bearing x – y ) bawah tanah

2. Pada bawah tanah, dibuat polygon dari titik x, atau sampai dengan y dengan bearing x – a sebagi titik tolak pengukuran, kemudian diasumsikan (dilakukan dengan kompas) besarnya bearing x –a. pengukuran dilakukan dengan cara tertutup lagi. Hasil pengukuran dari bawah tanah tersebut dapat dihitung :

 Jarak x – y  Bearing x – y

(38)

 Koordinat x untuk bawah tanah, diambil dari hasil pengukuran dari permukaan tanah.

 Jarak x – y bawah tanah harus sama atau beda sedikit dari jarak permukaan, perbedaan harus didistribusikan pada sisi-sisi (jarak-jarak dari titik polygon).

 Beraing x – y dari hasil pengukuran dipermukaan merupakan standart pengukuran dari beraing x – y pada pengukuran bawah tanah.

 Perbedaan bearing harus dikoreksi, besarnya joreksi ditambahkan atau dikurangkan pada bearing x – a yang diasumsikan, kemudian setelah x – a dikoreksi bearingnya, perhitungan polygon dilakukan lagi mulai dari x – a sampai y.

(39)

35 15 Sudut

Lurus HD Bearing

latitude Departure coordinates FS

N S E W N E 2 3 4 X 6 .. x a b c 3 4 X 6 7 X a b c d xs xu xc . . . . . . 150o00 178o30 144o30 188o00 146o30 261o45 191o00 197o15 . . . 100,00 45,00 90,00 60,00 62,50 70,50 42,00 39,50 33,70 186,89 106,92 . . . N 530 w N 830 w N840 30 w S 600 w S 680 w (assumed) S 340 30 w N 630 45 w N 520 45 w N 350 30 w 5850 07’ 20” w 5860 26’ 40” w 5660 40’ 40” w 60,18 8,63 18,58 23,91 27,43 30,00 23,41 58,10 79,86 44,66 89,59 51,96 57,95 39,93 37,67 31,44 19,57 9101,00 9161,18 9166,66 9175,29 9145,29 9137,77 9079,67 9079,67 9122,16 9149,59 10.926,00 10.846,16 10.801,48 10.711,89 10.659,93 10.788,19 10.748,26 10.710,69 10.679,15 10.659,58 4 x 6 7 y a b c d y ys yu yc Catatan :

Xs;ys : equals the surface end of the wires U/ N & E = +

Xo;yu : equals the underground end of the wires S & W = +

(40)

Koreksi :

Pengukuran permukaan : jarak XY dan bearing XY

N (sumbu Y) E (sumbu X) Titik X = 9161,18 titik X = 10.846,14 Titik Y = 9145,29 titik Y = 10.659,93 – Y (latitude) = 15,89 X (departure) = 186,21 Jarak XY = 15,892 186,212 = 186,89 feet

Bearing XY = arc. Tan ∆ X = arc. Tan 186,21

∆Y = 15,99

= S 850 07’ 20” w

Pengukuran bawah tanah : jarak XY dan bearing XY

N (sumbu Y) E (sumbu X) Titik X = 9161,18 titik X = 10.846,14 Titik Y = 9149,59 - titik Y = 10.659,58 - Y (latitude) = 11,59 X (departure) = 186,56 Jarak XY = 2 2 185,56 11,59  = 186,92 feet

Bearing XY = arc. Tan ∆ X = arc. Tan 186,56

∆Y = 15,59

= S 860 25’ 40” w

Bearing yang kita asumsikan harus dikoreksi dengan cara sebagai berikut:

 Lihat hasil pengukuran polygon pada bawah tanah, Y; X; a

 Cari sudut lurus pada X --- Y = 8S dan a – FS  Bearing YX = kebalikan XY = N 850 26’ 40” E

α = α awal + β – 180

ingat rumus : sudut lurus pada satu titik = Az. FS + 1800 – Az. BS sudut lurus pada X = (1800 + 680) + 1800

26’ 40” = 3410 33’ 20” bearing Xa sebenarnya ialah = = azimuth YX (permukaan) + sudut lurus - 1800

(41)

= (N 85007’20”+341033’20”) – 1800

= 2460 40’ 40”

Bearing Xa = S 660 40’ 40” w

Koreksi untuk Xa = 680 – 660 40’ 40” 10 19’ 20”

Jadi semua titik pada pengukuran bawahtanah harus dikoreksi dengan sudut sebesar 10 19’ 20” untuk

setiap bearing. CARA GYRO THEODOLITE

Alat gyro theodolite pertama kali dikembangkan sebagai meridian indicator (azimuth/bearing).

Alat tersebut adalah alat yang terbaru untuk menetapkan azimuth dipermukaan tanah maupun dibawah tanah. Meridian indicator yang lama bertanya sekitar 1.000 ib, tetapi yang baru beratnya menjadi ringan yaitu sekitar 125 ib termasuk peti beterainya. Type konstruksinya ialah gyroscope yang dipasang dalam sphere. Spindle menghubungi gyroscope pada as vertikal theodolite untuk mengurangi beban spindle, gyroscope terapung diair.

Bila diputar pada keceptan 20.000 rpm atau lebih, roda gyro menjadi alat yang mempunyai ciri untuk menentukan arah utara selatan. Untuk mengurangi pengaruh luar daya magnit pada gyro tersebut, gyro sphere yang terisi air dilapisi dengan metal atau diamagnetic material. Gyro digerakkan oleh baterai

(arus searah), arus bolak balik atau motor

compressor.

Alat tersebut sebelum dipakai perlu dikal;ibrasi lebih dulu pada azimut yang diketahui. Untuk menentukan azimut dibawah tanah diperlukan hanya 2 jam. Bila dengan shaft plumbing saja bisa brjam-jam, ketelitian kurang dari 30 detik.

Kegunaannya adalah untuk menetukan arah permukaan dan dibawah tanah, cukup dengan 1 titik yang diketahui, pada setiap saat dan tidak tergantung pada

(42)

cuaca. Untuk mengontrol polygon dengan cara terbuka dan untuk menentukan titik-titik baru. Berat dari gyro pada saat sekarang 9 – 4,4 ib (2kg).Sedang lama pengukuran orientasi dipermukaan sekitar 20 menit

(43)

BAB IV

PROBLEM ARAH DAN JARAK DALAM UKUR TAMBANG

Dua persolalan yang penting dalam Ukur Tambang ialah : mulai dari arah pengeboran dan penemuan jarak tertentu sehingga pekerjaan penambangan dapat terlaksana dengan hasil yang objektif. Cara permulaan utuk membuat suatu berskala dalam arah yang tertentu dan harus mengetahui berapa jarak lubang tersebut hareus digali (dibuat). Persoalan ini akan kita temui dalam bidang (daerah) horizontal dan vertikal. Pemecahan soal ini dapat dilakukan dengan sistem koordinat, dengan membuat suatu skala, kalau keterangan kasar persoalan ini dapat dilakukan dengan suatu protektor atau skla. Bila skala dari suatu peta tersebut1 : 600 hasinya akan kasar sekali.

Apabila didapat titik yang bertempat disegi panjang tersebut, jarak utara selatan diantaranya diperoleh koordinat yang besar dikurangi yang kecil. Bila hubungan underground termasuk elevasi juga arah dan jarak maka perbedaan dalam elevasi antara dua titik tersebut harus diketahui.

Setelah data-datatersebut dihitung dan sudut-sudut sudah ditentukan, kemudian diaplotkan pada penggambaran dengan skala sehingga dapat diketahui salah atau tidak.

(44)

A. MENGIKAT TITIK KONSESI KE SEKSI LAIN

Gambar berikut menunjukkan problem yang sering terjadi pada ilmu ukur tanah.

Menghubungkan titik konsesi K ke titik triagulasi M. latar belakang Z. titik adalah salah satu titik konsesi atau patok dalam survey konsesi, setiap set dari koordinat di ikat ketitik X perbedaan antara koordinat-koordinat Utara pada titik K dan M adalah latitude (∆Y). perbedaan antara koordinat Timur membentuk garis departure (∆X).

Jarak titik 2 ke M adalah :

HD = 2 2

X) ( Y) (  

Bearing dari titik 2 ke M adalah : Bearing = arc. Tan =

Y

  

Contoh :

Gambar diatas menunjukkan koodinat Utara titik 2 adalah N 1000 dan koordinat M adalah N 406,72, E

2458,57 setelah pengamatan rintisan 1,2,3 dan

seterusnya.

(45)

Perbedaan latitude = 1.000,00 – 406,72 = 593,28 feet Perbedaan departure = 2458,57 – 1.000,00 = 1.658,57 feet Jarak K – M = (593,282)(1.458,572) = 1574,61 feet Bearing K – M = arc. Tan. =

26 , 593 57 , 458 . 1 = 680 08’ E

Titik M adalah sebelah timur dari titik K (koordinat Timurnya lebih besar) dan sebelah selatan dari titik (koordinat Utaranya lebih kecil). Karena itu bearingnya dalah : 5 680 08’ E

B. MENGHUBUNGKAN DUA DRIFT

Jika hubungan itu pendek dan digunakan untuk ventilasi, maka koordinat cukup diperoleh dari sistem pengukuran undergraund yang teratur. Tapi bila panjang dari drift tersebut digunakan untuk pengangkutan atau tamming, maka perlu diuji patok-patok 427 dan 420 dengan pengukuran yang bebas. Problem Ini lazim dalam ukur lubang akan dibicarakan lebih lanjut.

Langkah-langkah yang harus dikerjakan : 1. diketahui koordinat 427 dan 428

(46)

2. cari bearing 427 dan 428

3. cari sudut lurus 425, 427, dan 428 4. hitung beda tinggi titik 250 – 261

Grade = HD VD

x 100 %

5. hitung jarak sebenarnya ---- slope

distance/true distance 6. perlu diingat kembali :

azimut awal + sudut lurus – 1800 = azimuth

akhir

contoh :

gambar berukut menunjukkan dua buah drift yang saling berhubungan hitung jarak, bearing, sudut dan gradenya

Contoh Dua Drift yang Saling Berhubungan

penyelesaian :

Perbedaan latitude = 7960,00 – 6870,00 feet

Perbedaan departure = 10.670,00 – 8.430,00 = 2.240,00 feet

(47)

Bearing 261 – 250 adalah N 640 63’ E sebab dilihat

dari koordinatnya maka titik 250 jauh lebih ke Utara dan Timur dari pada titik 261. bearing 250-261 adalah S 640 03’ w Sudut lurus : Di titik 261, BS 260 : 640 03’ + 1800 – 820 15’ = 1610 48’ Di titik 260, BS 249 : (640 03’ + 1800) + 1800 (75045 + 1800) = 1680 18’ Grade : Perbedaan elevasi = 5.834,00 – 5.822,00 = 12,00 feet Grade = 1 , 249 00 , 12 x 100 % = 0,48 %

C. MENGHUBUNGKAN DUA SHAFT

Prosedur ini diuraikan pada gambar berikut

Bila pengukuran undergraund kurang tepat. Maka rintisan dilakukan dari 1 sampai 9 (triagulasi). Setelah 1 dan 9 itu ditentukan, kawat digantungkan. Tentukan bearing dan koordinat, kemudian kawat dikelurkan dari pengukuran undergraund. Elevasi two shaft terbentuk, dan ditrasperkan undergraund nya. Bila patok shaft belum terbuka, maka bearing kompas perlu

(48)

dikerjakan. Satelah runna kosong itu cukup, mulai pengukuran yang tepat.

D.MENGHUBUNGKAN DUA LEVEL DENGAN RAISE

Gambar berikut termasuk penggunaan koordinat dan elevasi.

Menghubungkan Dua Drift yang Raise

Hal ini sering terjadi. Raise digunakan untuk ventilasi, orepass, waste pass, man way atau simply prospecting.

Dalam pemecahan ini jarak horizontal (hipotenusa dari koordinat triagle) telah didapat. Adanya

(49)

perbedaan elevasi akan menimbulkan garis singgung pada sudut vertikal. Jarak yang benar diperoleh dengan rumus-rumus trigonometri atau dengan rumus

VD HD2 2

Contoh :

Lihat gambar berikut. Hitung bearing A – 216, bearing – A, sudut vertikal α, slope distance, sudut lurus 215 – 216 – A dan sudut lurus 111 – A - 216

Dua drift yang dihubungkan dengan reise

Penyelesaian :

Perbedaan latitude = 4,310,51 – 4,156,22 = 154,29 ft Perbedaan departure = 6,451,46 – 6,306,24 = 145,22 ft

(50)

HD A – 216 = 2 2 29 , 154 22 , 145  = 211,88 feet Bearing = tan-1 = 29 , 154 22 , 145 = 430 16’ Bearing A – 216 = S 430 16’ E Bearing 216 – A = N 430 16’ W

Penyelesain untuk SD dan sudut vertical lihat gambar 21b. tan-1 = 88 , 206 48 , 109 = 270 53’ SD = 206,88 : Cos 270 53’ = 234,1 feet Sudut lurus : 215 – 216 –A = (3600 - 430 16’) + 1800 - 470 30’ = 890 14’ 111 – A - 216 = (1800 - 430 16’) + 1800 - 500 00’ = 2560 44’

E.PELAKSANAAN PENGUKURAN DENGAN BEARING DAN DIP YANG TELAH DITENTUKAN.

Bila dari suatu titik akan dibuat suatu lubang maka kompas akan menggambarkan bearing dan pengeboran

dilakukan paralel dengannya, setelah lubang di bor pancangkan kayu pada lubang dan uji benang yang asli, pekerjaan ini kasar karena kedalaman lubang sekitar 500 feet (penyimpangan itu ada sebelum sampai pada jarak yang dimaksud, meskipun tergantung pada tanah yang dibor).

Ada dua metode umum untuk menghubungkan drillrods dengan menggunakan instrument yaitu :

(51)

1) Cara yang pertama nilai pekerjaannya tidak

sebanding dengan hasilnya, cara ini terdiri dari penentuan bearing dan pelurusan kawat antara titik-titik itu.Kawat itu melalui pusat drill rod dan mesin bergerak sampai tali menahan posisi ini.

2) Metode lain ialah dari tempat dua titik pada garis, meregangkan rod antara titik-titik ini dan

menggerakkan mesin sampai rod menjadi sama. Setelah lubang di mulai, didapat koordinat collar.Inklinasi diukur dengan klinometer atau kompas Brunton.

Gambar 22 menunjukkan tahapan yang perlu dilakukan:

Cara yang lebih baik untuk pengerjaan ini ialah mengukur atau rintisan dari 616 ke pemboran yang terdekat, yaitu A.Koordinat A ditentukan dan dengan koordinat destinasi, bearing dapat di

hitung ( surveyor mengambil arah underground pada 615 sampai 616 dan koordinat 615 ).Didapat sudut lurus 616-A.dengan transit A dan BS 616 sudut yang diputar.

Gambar 2.2b menunjukkan collar the hole.Dengan asumsi data yang ada betul.Untuk lubang yang dalam, harus diselidiki sehingga penyimpanan itu terencana.

Bearing 429 – A = 1800 - 450 + 1520 00’ - 1800

(52)

HD = 55,0 x cos 40 30’ = 55, 8 feat VD = 56,0 x sin 40 30’ – 4,4 feat Perbedaan latitude A – x =5.600,0–5.243,7=356,3 feat Perbedaan departure A – x = 7,550,0 – 6.533,4 = 1,016,6 ft HD A - x = V 356,32 + 1,016,62 = 1.077,2 feet VA A – x = arc. Tan 2 , 1077 6 , 522 = -250 53’ SD A – x = 1077,2 : cos 250 53’ = 1197,8 feet Bearing A – x = tan-1 3 , 356 6 , 1016 = N 700 41’ E Sudut Lurus 429 – A – x = (700 41’ + 1800) – (1800 - 730 00’) = 1430 41’

(53)

Untuk membuat arah lubang yang dibor dari permukaan adalah sebagai berikut : Setelah lokasinya di levelkan dengan platfom maka couple dikedua sisi platfom digunakan untuk menghubungkan rods. Untuk membuat arah, dengan kemiringan pada inklinasi tertentu dapat menggunakan papan tingkat atau timbangan yang digantungkan pada ketinggian tertentu dari patok elevasi. Papan tingkat I dibuat dari konstruksi segitiga berukuran 1 x 4 Inchi.

(54)

BAB V

STOPE SURVEY DAN TUNNEL SURVEY

A. STOPE SURVEY

Pengukuran pada stope diperlukan untuk :

1. Memperoleh suatu garis batas yang benar dari daerah kerja.

2. Menghitung berat, Tonnage atau Volume.

Penting untuk mengetahui dimana akan dibuat raise dan drift di suatu titik (tempat) tertentu, kecuali itu stope harus diketahui sampai dimana batasnya perlu digali.

Pembuatan ventilasi untuk bekerja juga penting, jika

diketahui dimana lubang ventilasi yang akan menghubungkan daerah tersebut.

Stope survey untuk menghitung berat atau volume, digunakan dalam banyak hal tetapi merupakan perhitungan yang kasar. Lebih teliti lagi untuk mengukur suatu berat atau volume dari ore yang telah digali dengan menghitung berapa banyak shift (machine shift) dan berapa banyak powder yang digunakan.

Perlu diingat bahwa dengan stope survey harus ditambahkan beberapa banyak ore yang telah diangkut. Kesulitannya stope survey pada pengeluaran ore yang telah digali, yaitu bila perlu mengetahui dengan pasti setting dari ore. Dan faktor compacness dari ore secara langsung mempengaruhi perhitungan berat percubit feet perlu diingat pula bahwa cubit feet dari ore dalam fragment

(55)

kering (sear) beratnya berlainan dengan suatu cubit feet ore di stope.

Biasanya dengan penimbangan beberapa kali sehingga diketemukan suatu faktor untuk perhitungannya. Tiap saat tertentu harus dicari faktor baru untuk menghitungnya.

Cara perhitungannya dengan square set, semua mining method menggunakan square set method system.

Ada tiga cara untuk mengukur stope :  Instrument dan pita ukur

 Swing, string atau kompas gantung  Menghitung timber set

Pemilihan ini tergantung pada ukuran, bentuk, tidak tersusunnya serta urutan dari ore body, demikian pula secara penambangannya juga mempengaruhi pemilihan ini.

Usedangkan luas dari seksi dapat dihitung dengan :  Planimeter

 Membagi daerah tersebut ke dalam daerah yang luasnya dapat ditentukan.

 Menimbang seksi-seksi itu.

Planimeter : sangat baik dan teliti jika dikerjakan dengan hati-hati.

Membagi daerah : cara ini dapat dilaksanakan bila tidak diperoleh planimeter. Suatu square set dibuat pada tracing float atau dapat juga pada kertas putih (berat) dan siku ini ditempatkan pada grib. Semua persegi tersebut dihitung, dan bagian yang dikombinasikan memberikan luas seluruhnya bila diketahui luas daerah

(56)

persegi itu maka luas dari seluruh seksi itu dapat dihitung.

Menimbang bagian : dengan cara ini bagian ditambang, pada timbangan analitis dengan pembacaan 0,001 gram, dan kertas yang kwalitasnya betul-betul baik. Bahan kertas sebaiknya uniform. Satuan unit dari luas dipotong dan ditimbang sebagai standart. Jika skala diambil 20 maka luasnya adalah 20 x 20 = 400 meter, kemudian bagian lain dipotong dan ditimbang.

Ukuran Meredian

Untuk memindahkan koordinat yang besar dari permukaan tanah ke dalam tanah (deep mining) merupakan salah satu pekerjaan yang terpenting dan yang tersukar yang harus dilakukan oleh seorang sarjana tambang untuk mencapai operasi yang tepat.

Tidak hanya koordinat tersebut dipindahkan melalui drift, tetapi harus juga dilakukan melalui raise dan shaft di bawah tanah ke elevasi yang lebih tinggi. Maksudnya posisi (keadaan) yang relatif dari ore macam-macam level dapat diketahu dengan cepat. Makin jauh dari itik permukaan makin besar ketelitian yhang harus diperhatikan. Jadi ketelitian tergantung dari faktor jauh dekatnya tunnel yang diukur. Jadi masing-masing pekerjaan terghantung teknik yang digunakan.

Cara untuk memindahkan meredian tergantung dari jalan masuk dari penambangan tersebut. Jadi ada tiga cara untuk pengukuran meredian yaitu :

(57)

# Tunnel

# Inclined opening

# Critical opening : - one shaft - Two shaft TUNNNEL SURVEY

Untuk membahas cara ini perlu dibicarakan lebih lanjut pada bab tersendiri.Kalau tunnel terlalu panjang, sampai 1.000 feet atau 3 kilometer panjangnya, maka diperlukan pembacaan sudut dua kali.Koreksi pengukuran panjang harus diperhatikan, disebabkan oleh tegangan dan temperatur.Cara pengukuran tidak dapat dilakukan dengan bebrapa cara.Satu menit instrument adalah sudah cukup meskipun harus diulangi lebih dari 1 kali, akan lebih teliti daripada menggunakan 30 menit instrument.

INCKINED OPENING

Banyak sekali operasi pertambangan dalam daerah yang miring bila suatu inclined melebihi 500 instrument, dengan telescope yang tetap sukar digunakan.Sudut vertikal tergantung dari jenis instrument, dan besarnya biasanya kurang dari 500.

Untuk daerah miring maka pengukur memerlukan suatu tambahan.Banyak jenis instrument yang didapat dengan memakai cara optik tertentu yang dapat digunakan sebagai teleskope tambahan.

(58)

Biasanya instrument ini kurang dipergunakan.Teleskope tambahan dapat dapat di gunakan dalam dua cara, yaitu:

 Sebagai side teleskope  Sebagai top teleskope

Pemilihan berdasarkan alasan mana yang

terbaik.Sebelumnya pemilihan ini tergantung pada faktor batuan (keadaan batuan).Biasanya kalau instrument digunakan untuk mengontrol pembuatan suatu lubang yang miring (inclined opening), dimana inclined merupakan faktor yang kedua, tetapi azimuth menjadi pengontrolan yang kedua, sedangkan yang pertama, maka pemilihan pada side teleskope.

Disamping itu kalau pekerjaan untuk memindahkan meridian, bukan pekerjaan sehari-hari, maka side teleskope adalah yang terbaik.

(59)

BAB VI COMPASS SURVEY

Umumnya sering sekali digunakan untuk pengukuran pada tambang.Kompass Bruntondigambarkan dalam gambar berikut :

Brunton Compass

DEKLINASI

Sebelum mulai suatu survey, cocokkan atau stel deklinasi tepat pada kompas Brunton.Bila deklinasinya Timur, putarlah lingkaran kompas searah jarum jam pada titik penunjuk dekat arah dari alat (instrument), dan jika deklinasinya Barat, putar dia berlawanan arah perputaran jarum jam.

Bila digunakan kompas dimana deklinasi magnetisnya tidak dapat disetel, maka semua pembacaan harus dikoreksi terhadap deklinasi.

Tabel berikut akan sangat menolong dalam hal ini. Untuk memperoleh trus bearing (sebenarnya)

(60)

Magnetik bearing Deklinasi Timur Deklinasi Barat Timur-laut Tenggara Barat-Laut Barat Daya Deklinasi tambah Deklinasi kurang Deklinasi kurang Deklinasi tambah Deklinasi kurang Deklinasi tambah Deklinasi tambah Deklinasi kurang

PENCATATAN HASIL SURVEY DENGAN KOMPASS

Fungsi dari pengambilan catatan dalam survey adalah merupakan sesuatu hal yang sangat penting.Banyak sekali enginer-enginer yang tidak memperhatikan hal itu, sehingga diperoleh sejumlah cara untuk mencatat data yang memusingkan.

Pemilihan terhadap sistem pencatatannya dapat

dipengaruhi oleh ada tidaknya tarikan magnetis yang berkekuatan cukup, yang mengganggu pembacaan magnetis yang benar.

Gambar 27 a menunjukkan sistem yang sangat berguna dan dapat dengan mudah dimengerti bila tidak ada tarikan.Bila kompas dipakai dalam daerah kerja yang praktis datar, tidak memerlukan sudut vertikal, maka kolom untuk SD, VA dan VD dicoret.Pencatatan kearah kiri dan kanan dibuat kolom REMARK (keterangan).

Kondisi yang tidak ada tarikan luar sangat jarang didapat sebaliknya banyak terdapat timbunan pipa-pipa untuk pentilasi atau rel kereta, peralatan bor dll, tidak begitu jarang untuk itu data yang disarnkan pada gambar

(61)

27 b, mungkin diperlukan.Format memberi ruang untuk keduanya yaitu bearing BS dan FS.

Perlu diperhatikan waktu membalikkan kuadrat bagi bearing.

Catatan survey dengan Compass

BS sebelum menghitung angel right ini dapat dihindarkan dengan membalikkan kompas waktu mengambil arah belakang (BS) atau membalikkan pencatatan waktu mencatat data, tetapi pertolongan waktu demikian tidak dinasehatkan untuk digunakan.

Catatan bahwa juga berpengaruh dari luar dicamtumkan pada station 35. dari 34 ke 35 bearingnya adalah 340 38’ SW dan BS dari 35 ke 34 adalah N 420 30’ E beda 80 bila tidak ada tarikan BS akan dibaca N 340 30’ E.

Sepanjang dengan beruntun lebih menguntungkan jika dicantumkan kolom lain, yaitu “Calculated Bearing”.

(62)

Gambar berikut menunjukkan cara lain untuk mencatat data survey dengan kompas. Cara ini lebih disukai dari pada cara yang lain. Bila dilakukan survey datanya diplotkan kira-kira sama jarak dan arah. Tidak digunakan busur derajat ataupun skala kesalahan-kesalahan dalam pembacaan kompas, kesalahan jarum, kesalahan kwadran, kesalahan angular, dan kadang-kadang.

Pengaruh magnetis luar seketika didapat karena data yang di plot tidak sesuai dengan penempatan sebenarnya seperti yang nampak pada peninjauan.

(63)

MANIPULASI DENGAN KOMPASS

Perlu diuraikan dari yang pertama kali mulai atau mengunakan kompass.

Bagian ujung cermin kompas (lihat gambar kompass) di pegang bertentangan dengan perut, instrument disangga dengan tangan kiri, ibu jari tangan kanan menekan ringan

pengatur jarum (disebelah kanan sekrup pengatur

deklinasi). Cermin cadangan terbuka masing-masing dinaikkan atau diturunkan.

Masing-masing dinaikkan atau diturunkan pada sendi pintu atau engsel samapai sinar arah depan (FS) dan pandangan nampak dicerminpada saat yang sama nivo dijaga seimbang. Kompas diputar dengan tangan kiri dari badan sinar pandangan terbuka dan garis pada cermin segaris. Jarum diklem dengan tekanan halus untuk memperlambat dan menekan gerakan jarum, jarum di klem pada titik tengah dari ayunan. Atau posisi maksimum dan minimum di amati dan di ambil rata-ratanya. Metode pertama lebih dikuasai,

ketelitian harus diperhatikan untuk menempatkan

instrument datar dan untuk melihat bahwa jarum tidak slip sebelum di klem.

Pelaksanaannya tidaklah sesukar seperti kedengarannya, setelah sedikit praktek dapat dilakukan dengan cepat dan memuaskan.

Untuk mengukur sudut vertical, kompas dimiringkan ke dalam bidang tegak, ½ sehingga ujung sepanjang cermin dan kotak kompas akan sejajar dengan garis pandangan. Sinar

(64)

pandangan depan, titik pandangan dan garis cermin diluruskan, dan nivo tabung diimbangkan, baru sudut verticalnya di baca.

Prosedur lain yang bisa dipakai yaitu menempatkan kompas pada batuan yang miring dan membaca sudutnya. Rata-rata dari sejumlah pembacaan memberikan kira-kira sama oleh kedua cara itu. Untuk menghitung strike (arah lapisan) dipegang seperti yang telah diuraikan untuk traversing.

D. MENGHILANGKAN PENGARUH MAGNETIS

Dalam pelaksanaan survey yang mempunyai pengaruh magnetis engineer harus tetap menjaga terhadap pengaruh-pengaruh tersebut jarum kompas dapat disimpangkan dari deviasi normal (pandangan normal) dengan daerah bagian magnetis di seberang pandangan (magnetis, cormite, pyrotite, dan sebagainya bebrapa mineral tidak hanya sedikit magnetisnya tetapi dalam masa yang besar molekuk dapat mempengaruhi jarum mengakibatkan kesalahan besar).

Adanya pengaruh-pengaruh demikian telah diketahui dengan mengambil bearing pada setiap ujung dari garis. Suatu variasi dari 10 mungkin kesalahan orangnya dalam manipulasi. Variasi yang lebih besar menunjukkan anomali dari beberapa…..

Untuk memperoleh survy dengan kompas yang betul, pembacaan jarum ke patok depan dan belakang harus

(65)

diambil. Kalau bergerak atau sedikit perubahan dalam posisi pengaruh pada magnetute dari tarikan.

Tidak boleh terlalu percaya terhadap ketelitian survey dengan kompas. Jika jarak pendek dan padat dapat dikaitkan pada patok transit atau monumen yang terkenal atau obyek-obyek lain, dan memberikan rata-rata yang memuaskan dari kontrol pelaksanaan. Dalam banyak tambang, raise, winse, cross cuts, stope, strances.

Jika suatu kemungkinan kesalahan dari beberapa feet dalam jarak kasar ratusan feet adalah frekuensi yang kecil, kompas dapat dipakai atau digunakan.

Gambar

Gambar 3 dan 4 menunjukkan metode sudut (angle)
Gambar 9A dan 9B menunjukkan situasi dari metoda  coplaining secara diagram. ( lihat gambar berikut)
Gambar 10. Contoh dari Coplaning  BS  IS  Sudut  Luru s  HD  Bearing  Latitude  Deperture  koordinat N  FS  +  S -  B +  W -  N -  E -  8  9  10  A  B  9  10 A B C  230 0 1300 1500 1800 2150 190,0  7,0 4,0 8,5  80,0  N 50 0  W N 800 W N 800 W N 800 W N 650
Gambar Gyro Theodolite
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Jurusan

Untuk menjaga kualitas hasil penilaian proposal maka akan diselenggarakan Bimtek calon penilai PKM tahun 2021.. Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengundang Saudara

Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan konsep, tema, proses visualisasi, dan bentuk dari penciptaan lukisan ekspresionistik yang terinspirasi memori

Setiap guru senantiasa mengharapkan agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar secara maksimal baik dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun pada

Nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat desa Beji Kecamatan Ngawen Gunung kidul tercermin dalam pandangan hidup , sikap dan perilakunya terhadap

Proses indigenisasi dari luar menyajikan modifikasi maupun perluasan dari teori-teori psikologi yang telah ada, pendekatan psikologi indigenous melakukan sebuah perubahan

Menyebutkan kembali fungsi sosial, struktur Menyebutkan kembali fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan beberapa teks recount teks dan unsur kebahasaan beberapa

Selama proses GLS, peneliti melakukan pembelajaran dengan memberikan materi teknik pembelajaran menulis dan membaca kepada siswa, selanjutnya memberikan instrumen untuk