• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGETAHUAN MASYARAKAT MANGGARAI TENTANG MAKNA ARSITEKTUR MBARU GENDANG DI MANGGARAI (TINJAUAN VISUAL DAN FILOSOFI ARTEFAK RUMAH ADAT DI MANGGARAI).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISTEM PENGETAHUAN MASYARAKAT MANGGARAI TENTANG MAKNA ARSITEKTUR MBARU GENDANG DI MANGGARAI (TINJAUAN VISUAL DAN FILOSOFI ARTEFAK RUMAH ADAT DI MANGGARAI)."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Seni Konsentrasi Pendidikan Seni Rupa

Oleh :

Efraim Jehane Pranamantara NIM 1201024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

MANGGARAI (TINJAUAN VISUAL DAN

FILOSOFI ARTEFAK RUMAH ADAT

DI MANGGARAI

)

Oleh

Efraim Jehane Pranamantara

S.Fil Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Seni

© Didi Sukyadi 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

SISTEM PENGETAHUAN MASYARAKAT MANGGARAI TENTANG MAKNA ARSITEKTUR MBARU GENDANG DI MANGGARAI (TINJAUAN VISUAL DAN FILOSOFI ARTEFAK RUMAH ADAT

DI MANGGARAI)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I

Prof. Drs. Jakob Sumardjo NIP 888051002

Pembimbing II

Dr. Tri Karyono, M. Sn NIP 196611071994021001

Mengetahui :

Ketua Program Studi Pendidikan Seni

(4)

ii

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Efraim Jehane Pranamantara. 2014. Sistem Pengetahuan Masyarakat Manggarai Tentang Makna Arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai (Tinjauan Visual Dan Filosofi Artefak Rumah Adat Di Manggarai). Tesis. Program Studi Pendidikan Seni, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Kebudayaan Indonesia sangat beraneka ragam. Semua kebudayaan yang dihasilkan merupakan produk dari ekspresi estetik masyarakat. Di Manggarai salah satu produk dari ekspresi estetik masyarakatnya adalah Mbaru Gendang atau Rumah adat. Arsitektur Mbaru Gendang adalah simbol penghayatan orang Manggarai akan Wujud Tertinggi dan penghormatan kepada para leluhur serta kebersamaan dalam kehidupan komunal. Falsafah persatuan dan kesatuan serta rasa keadilan menjadi ideologi yang ditanamkan dari generasi ke generasi agar persatuan komunal masyarakat tidak terpecah belah. Artefak adalah karya seni hasil kebudayaan, Mbaru Gendang adalah artefak karya seni masyarakat Manggarai, khususnya masyarakat Wae Rebo, karya seni lebih bermakna jika nilai positif yang terkandung di dalamnya bisa direvitalisasikan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya, khususnya dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan dan kesatuan serta semangat memupuk rasa keadilan hendaknya menjadi falsafah hidup Bangsa Indonesia sebagai Bangsa yang terdiri dari banyak perbedaan budaya, ras dan agama. Persatuan dan kesatuan serta rasa keadilan merupakan revitalisasi nilai dari falsafah arsitektur Mbaru Gendang yang dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

(5)

iii

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Efraim Jehane Pranamantara. 2014. Knowledge System of Manggarainese About The meaning of Mbaru Gendang Aechitecture in Manggarai Regency (A Visual Obsevation and Artifact Philosophy of Traditional Hause in Manggarai). Thesis. Arts Department, Master Degree, Indonesia University of Education.

Indonesian has many kind of cultures. All of them are the products that created trough the

society’s aesthetic expression. In Manggarai Regency, one of its products is a Mbaru Gendang or

Rumah Adat. The architecture of Mbaru Gendang can be defined as an appreciation given by the manggarainese as the highest transformation and a respect to their ancestors, and also as a symbol for the togetherness in a communal life. The philosophy of integration and justness

became an ideology which is put at each of society’s generation in aim to avoid things that can separate their unity. The artifact is one of the culture artwork; however the Mbaru Gendang is an artifact and also as an artwork that created by manggarainese themselves, especially the society of Wae Rebo. Moreover this artwork becomes meaningful if its positive values can be revitalized

on people daily life in general, and more specific in context of the Indonesia Nation’s unity. In

addition the unity and awareness in building the sense of justness should become a philosophy of life for Indonesia as a nation which is contained of many cultures, tribes, and religions. Finally,

the unity and sense of justness are becoming a revitalization value of the Mbaru Gendang’s

architecture philosophy which can be applied on life of the nation.

(6)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi A. Ekspresi Estetik Masyarakat dalam Mbaru Gendang ... 16

B. Mbaru Gendang dalam Bentuk dan Simbol……….17

C. Estetika Paradoks ……….19

D. Bahasa Rupa Mbaru Gendang ... 24

1. Bentuk ………. 25

(7)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

3. Warna ……….. 26

E. Mbaru Gendang Sebagai Produk Budaya yang bertransformasi ………. 27

1. Transformasi budaya lewat pendidikan indformal …. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 36

1. Subjek dan lokasi penelitian ...………. 38

2. Teknik pengumpulan data ………...………. 39

B. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV PEMBAHASAN A. Selayang Pandang Tentang Manggarai dan Wae Rebo ... 45

1. Sekilas sejarah Manggarai dan Wae Rebo ... 45

2. Corak kebudayaan Manggarai ... 48

3. Letak Geografis ... 61

B. Visualisasi Mbaru Gendang ... 70

1. Pola kampung dan rumah………. 74

a. Pola Kampung Wae Rebo ... 74

b. Pola rumah ... 77

2. Arsitektur Mbaru Gendang ... 85

a. Proses pembangunan Mbaru Niang ………... 87

b. Desain artistik ... 91

c. Teknologi sederhana yang efektif..…....…………. 92

3. Makna Visual Mbaru Gendang ………… ... 93

C. Makna Filosofis Mbaru Gendang... 117

D. Revitalisasi Nilai Mbaru Gendang………. 139

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……...……….. 151

(8)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(9)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberagaman budaya berbagai suku di Indonesia, bisa jadi yang terbanyak di dunia. Terdapat ratusan suku yang memiliki kekayaan budaya yang berbeda di negara kepulauan ini. Berkah kekayaan bangsa ini nampak dalam barisan beberagaman budaya dari Sabang sampai Merauke yang menjadikan Indonesia negara dengan penuh warna. Hal ini perlu disyukuri dan patut dibanggakan, sebab tidak banyak negara yang mampu merajut kebersamaan dalam perbedaan sampai sekian puluh tahun bila dibandingkan dengan negara lain, misalnya keruntuhan negara Unisoviet yang yang memiliki berbagai suku, ras dan agama berbeda menjadi negara-negara kecil yang homogen.

(10)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa dan bahasa memiliki tingkat kecendrungan perpecahan yang tinggi. Semasa Orde Baru dengan pemerintahan yang otoriter, Indonesia dilihat dari kulitnya sangat menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila sebagai asas Negara di mana rasa persatuan dan kesatuan sebagai suatu bangsa yang besar benar-benar ditanam dalam pemikiran setiap rakyatnya, namun semenjak era reformasi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia itu mulai kelihatan luntur dan seakan tidak meninggalkan jejak. Reformasi dilihat bukan lagi dalam bingkai politik melainkan juga kebebasan yang benar-benar “bebas” dari setiap masyarakat untuk berbuat seturut kehendaknya. Nampaknya rasa persatuan dan kesatuan pada era Orde Baru hanyalah tekanan yang otoriter dari penguasa saat itu.

Bobroknya sistem perpolitikan di Indonesia mejadi salah satu contoh kecil penyebab perpecahan dewasa ini. Banyaknya kepentingan politik dari berbagai elit yang memiliki padangan dan ideologi yang berbeda, salah satunya karena perbedaan budaya disalahgunakan sebagai biang perpecahan yang mengatasnamakan kepentingan bangsa. Hal ini telah mencederai rasa persatuan dan kesatuan masyarakat di Indonesia. Komunikasi yang mandek diantara masyarakat akibat perbedaan ideologi adalah salah satu penyebab utama menurunnya kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara.

(11)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

agama dan bahasa di era modern telah mengalami kemerosotan. Oleh karena itu rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa terlebih dahulu harus diawali dengan menghilangkan kesalahpahaman yang sering terjadi antar masyarakat yang berbeda budaya.

Cara yang paling ampuh dalam mengatasi kesalahpahaman yang sering terjadi di negara ini adalah dengan berkomunikasi. Seorang filsus terkemuka asal Jerman bernama Habermas menggambarkan suatu masyarakat yang kuat dan bebas dari ideologi yang membelenggu adalah masyarakat yang reflektif (cerdas) yang berhasil melakukan komunikasi yang memuaskan. Menurutnya dalam komunikasi itu para partisipan membuat lawan bicaranya memahami maksudnya dengan berusaha mencapai apa yang disebut Habermas “klaim

-klaim kesahihan” (Validity claims). Kalaim-klaim inilah yang dipandang

rasional dan akan diterima tanpa paksaan sebagai hasil konsesus (Hardiman, 2009:18). Karena itu cita-cita komunikasi yang terjalin di antara masyarakat Indonesia diharapkan dapat memberikan jalan keluar untuk memecahkan kebuntuan akibat perpecahan karena perbedaan ideologi.

Contoh komunikasi yang ideal ditemukan oleh penulis dalam kebudayaan masyarakat Manggarai. Falsafah atau pola pikir masyarakat Manggarai nampak dalam artefak Mbaru Gendang. Simbol-simbol yang disajikan dalam Mbaru

Gendang merupakan falsafah orang Manggarai yang sarat dengan rasa

persatuan dan kesatuan dengan dasar yang kuat berupa kehidupan yang mengusung musyawarah dalam pemecahan masalah. Musyawarah antar individu dalam Mbaru Gendang inilah terdapat kehidupan berdemokrasi sebagai hasil dari konsesus bersama masyarakat individu yang mementingkan komunikasi dalam kehidupannya.

(12)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat dan bangsanya. Falsafah Masyarakat Manggarai ini harus diangkat kepermukaan dan dijadikan contoh yang baik bagi setiap orang Indonesia. Karena itu mengkaji kebudayaan Manggarai lewat cara berpikir orang Manggarai adalah tanggung jawab moril penulis dalam usaha menjadikan Indonesia sebagai negara besar dan dihormati negara lain karena nasionalismenya yang kuat akibat rasa persatuan dan kesatuan dalam perbedaan latar belakang budaya. Manggarai memang jauh dari hingar-bingar modernitas, bahkan masih dikategorikan sebagai daerah tertinggal di Indonesia bersama daerah-daerah lain di Nusa Tenggara Timur, namun tidak demikian dengan falsafah atau cara berpikir masyarakatnya yang boleh dibilang sudah mengenal arti demokrasi terpimpin semenjak dahulu.

Sistem pengetahuan suatu masyarakat berpengaruh pada benda-benda budaya yang dihasilkan. Benda-benda budaya ini juga terkait dengan benda-benda seni peninggalan masyarakat pra-modern yang memiliki fungsi masing-masing terhadap kehidupan masyarakat pengguna. Eksistensi benda-benda seni itu masih bisa kita temui sebab masih berfungsi dengan baik, dan masyarakat penggunanya masih ada. Sumarjo (2010 :3-4) menjelaskan bahwa :

(13)

ideal-Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rasional sistem religi dapat ditafsirkan bangunannya. Inilah kunci untuk membaca, dan menafsirkan benda-benda seni mereka.”

Benda-benda budaya itu kebanyakan dibentuk sesuai kebutuhan religi. Menurut Sumarjo pemikiran religi ini tersusun berdasarkan mitos-mitos penciptaan semesta, ragam hias tenun, upacara-upacara adat, sususan kesenian seperti seni rupa, seni musik, seni teater, serta seni sastra, dan yang terakhir yang ingin dikaji oleh peniliti adalah bangunan rumah adat mereka dalam hal ini Mbaru Gendang di daerah Manggarai. Salah satu penyebab terbentuknya

Mbaru Gendang merupakan hasil dari pemikiran masyarakat Manggarai akan

wujud tertinggi, dan pada umumnya di setiap budaya dan subbudaya yang ada di Indonesia bahkan Dunia pada masa pra-modren menghasilkan suatu artefak berdasarkan pemikiran religi (Sumardjo, 2010:4).

Sistem pengetahuan yang menghasilkan pola pikir masyarakat Manggarai dapat dibaca dari bentuk dan makna visual Mbaru Gendang. Nenek moyang orang Manggarai mewujudkan sistem pengetahuan mereka ke dalam suatu gambaran visual sebagai simbol pola pikir berdasarkan refleksi mereka akan kehidupan ideal sebagai pertahanan hidup dalam situasi dan lingkungan hidup mereka. Bentuk visusal yang paling dominan dalam kebudayaan Manggarai adalah lingkaran dan segi tiga. Bentuk lingkaran khususnya nampak dalam

Mbaru Gendang dan bentuk kampung, serta beberapa artefak lain. Estetika

lingkaran ini mengundang banyak misteri, dan dalam kesempatan inilah peneliti ingin mengkajinya.

(14)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diturunkan atau diwariskan kepada generasi muda. Semuanya mengalir pada perilaku sosial masyarakat individu di Manggarai, yang meliputi kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara.

Manggarai adalah nama suatu daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur, terdiri dari tiga Kabupaten yakni Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat. Secara geografis Manggarai terletak di daerah paling barat pulau Flores, NTT. Daerah ini meliputi daerah perbukitan dan dataran tinggi yang cukup subur bila dibandingkan dengan beberapa daerah lain di NTT. Secara historis, Manggarai adalah bekas daerah jajahan kerajaan Bima pada abad 16-17 hingga kedatangan tentara Kolonial Belanda (Toda, 1999:117).

Kebudayaan masyarakat Manggarai juga sedikit dipengaruhi oleh nuansa kerajaan Bima yang pernah berkuasa di daerah ini dan nuansa Minangkabau (Melayu) yang pernah mengungsi ke daerah Manggarai ketika terjadi peperangan dengan Makasar. Pengaruh itu nampak dalam artefak rumah adat Manggarai atau Mbaru Gendang yang dibangun untuk raja Manggarai waktu itu Raja Alexander Baruk (1930) yang menjadi prototipe rumah adat lainnya di Manggarai (Toda, 1999: 277).

Rumah yang menjadi istana Raja Manggarai itu dibangun rumah niang berangkai atau niang dangka (bercabang) rangkap tiga, dengan dua niang tersambung (dwitunggal) dipakai sebagai lutur (ruang tamu/ pertemuan) dan ruang tinggal. Sebuah niang lain yang ukurannya lebih kecil disambung bertangga dengan dua bangunan dwitunggal untuk dijadikan dapur. Model tersebut hampir sama dengan rangkaian bubungan Rumah Gadang Minangkabau. (Toda, 1999:277)

(15)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keseluruhan pada kebudayaan Manggarai. Rumah adat Manggarai juga dibentuk berdasarkan cara dan pola berpikir orang Manggarai yang sarat makna dan nilai. Rumah adat daerah Manggarai menjadi begitu penting dan menjadi sentral kehidupan suku-suku dalam masyakat Manggarai, karena tidak hanya menjadi tempat bersosialisasi antar personal, tetapi juga menjadi tempat yang memediasi antara masyarakat Manggarai dengan Mori Kraѐng (wujud tertinggi

dalam masyarakat Manggarai).

Dalam penelitian ini, penulis mencoba untuk menggali lebih dalam

mengenai rumah adat Manggarai atau Mbaru Gendang untuk mengetahui cara dan pola berpikir religius orang Manggarai, yang ada relevansinya dalam kehidupan sosial keseharian mereka. Mbaru Gendang menyimpan banyak nilai positif yang merupakan kekayaan-kekayaan dari cara berpikir orang Manggarai. Falasafah atau cara berpikir itu melahirkan Estetika Mbaru

Gendang, di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur masyarakat Manggarai yang

patut diangkat ke permukaan dan dilestarikan. Estetika Mbaru Gendang menapakan simbol-simbol atau tanda yang merupakan intisari dari pemikiran orang manggarai. Penulis ingin menggali makna filosofis dari simbol-simbol tersebut dan menghubungkannya dengan konteks kekinian masyarakat modern khususnya masyarakat Manggarai yang nampaknya mulai kehilangan jati diri sebagai orang Manggarai, dan juga sebagai contoh nilai moral bagi masyarakat luas.

Latar belakang di atas menjadi pokok pemikiran mengapa peneliti ingin mengembangkannya dalam suatu penelitian kualitatif. Karena itu penulis

memberi judul “SISTEM PENGETAHUAN MASYARAKAT

MANGGARAI TENTANG MAKNA ARSITEKTUR MBARU

(16)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka intisari dari penelitian ini berusaha untuk menyelami pola pikir orang Manggarai khususnya suku-suku yang ada di Manggarai Barat lewat sebuah kajian filosofis terhadap artefak rumah adat. Menurut Alwasilah (2002:87) apa yang akan diupayakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam fokus pertanyaan penelitian, hal ini bertujuan untuk menghubungkan pertannyaan dengan tujuan penelitian, serta kerangka konseptual yang akan dibentuk dalam penelitian. Selain itu pertanyaan penelitian ini juga nantinya akan menjadi langkah awal untuk melakukan penelitian, maka peneliti menemukan masalah utama yang menjadi fokus

penelitian, yakni “Bagaimana bentuk pola pikir masyarakat Manggarai yang

nampak pada makna filosofis Mbaru Gendang jika diterapkan dalam kehidupan

bermasyarakat ?”. Peneliti kemudian membagi masalah utama tadi ke dalam sub-sub masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana bentuk visual Mbaru Gendang dalam Masyarakat Manggarai ?

2. Apa makna filosofi Mbaru Gendang bagi masyarakat Manggarai ? 3. Bagaimana implementas nilai dari sistem pengetahuan masyarakat

Manggarai yang tertuang dalam artefak Mbaru Gendang ketika diterapkan dalam kehidupan sosial ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(17)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gendang yang memiliki nilai-nilai penting dalam kehidupan

keseharian suku-suku yang ada di Manggarai.

2. Menganalisis makna yang ada pada visual Mbaru Gendang ke dalam kehidupan orang Manggarai dan menemukan sistem falsafah atau ideologi yang dihidupi oleh masyarakat Manggarai.

3. Menemukan implementasi nilai-nilai positif falsafah dan ideologi orang Manggarai ke dalam kehidupan etika berbangsa dan bernegara. Revitalisasi nilai arsitektur Mbaru Gendang ini diharapkan dapat menjadi pedoman hidup orang Manggarai dan Bangsa Indonesia. Karena itu penelitian ini terlebih dahulu akan dipusatkan pada aspek-aspek yang berhubungan dengan Mbaru Gendang, kemudian peneliti akan menghubungkannya dengan pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakan Manggarai dan kegunaanya bagi masyarakat pada umumnya khususnya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi konflik yang sangat besar karena masyarakatnya yang heterogen.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan referensi

dan bacaan bagi peneliti lain, untuk mengembangankan lebih jauh penelitian

mereka. Tidak menutup kemungkinan juga bagi masyarakat luas untuk

mengenal daerah Manggarai lewat benda peninggalan budayanya seperti

artefak dan cara berpikir, merasa dan bertindak masyarakat Manggarai.

1. Manfaat Akademik

penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang

konsep pendidikan seni formal maupun informal, khususnya seni rupa

berkenaan dengan eksistensi artefak Mbaru Gendang pada masyarakat

(18)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini tertuju kepada semua orang yang tertaraik utuk

mengetahui lebih jauh mengenai Manggarai dan kebudayaannya,

khususnya yang ada di kampung Wae Rebo.

a. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini bagi para peneliti lain, diharapkan

memperoleh pemahaman akan seluk beluk daerah, budaya dan

Masyarakat Manggarai, dan kemudian dijadikan landasan dan

acuan untuk mengembangkan penelitian mereka nanti.

b. Manfaat bagi masyarakat luas

Masyarakat pada umumnya diharapkan bisa mengenal lebih

dekat daera-daerah di Nusa Tenggara Timur yang kaya akan

kebudayaan dan benda-benda budaya, khususnya di daerah

Manggarai.

c. Manfaat bagi Pemerintah Daerah

Pemerintah diharapkan dapat mengambil kebijakan berupa

Peraturan Daerah dengan tujuan agar artefak-artefak di daerah

Manggarai mendapat apresiasi masyarakat dan dukungan

Pemerintah sehingga keberadaan artefak khususnya Mbaru

Gendang terus eksis dalam zaman yang serba modern.

F. Penjelasan Istilah

(19)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harafiah Mbaru adalah rumah Gendang adalah alat musik daerah Manggarai. Mbaru Gendang memiliki ruangan luas untuk beberapa keluarga yang disekat dalam biliknya masing-masing, dan hanya memiliki satu dapur dan Mbaru Gendang hampir bisa ditemukan di setiap kampung di Manggarai.

Segala permasalahan yang ada di dalam masyarakat selalu diselesaikan dan dibicarakan di Mbaru Gendang dengan melibatkan

Tua Golo (ketua adat untuk semua warga dusun). Dengan demikian Mbaru Gendang menjadi legitimasi moral dan sosial bagi masyarakat

Manggarai yang bersifak komunal, terbuka dan transparan.

2. Artefak adalah benda peninggalan budaya yang berbentuk fisik dan non fisik. Menurut Sumardjo (2010:1) semua karya seni adalah artefak, teks, dan membenda. Setiap karya seni itu berwujud auditif, visual, dan visual-auditif. Kebanyakan benda-benda budaya adalah karya seni yang digunakan mayoritas untuk kepentingan religius masyarakat pra-modern.

3. Filosofis merupakan kata benda dari filosof atau filsafat, digunakan untuk mengandaikan sesuatu yang berdasarkan filsafat. Secara etimologis istilah filsafat yang merupakan padanan kata dari falsafah (bahasa Arab) dan philosophy (bahasa Inggris), berasal dari bahasa Yunani ϕιλοσοϕια (philosophia). Kata ini adalah kata majemuk yang

terdiri dari kata ϕιλοσ (philos) dan σοϕια (Sophia). Kata Philos berarti

kekasih, tetapi bisa juga berarti sahabat dan Sophia berarti kebijaksanaan atau kearifan, bisa juga berarti pengetahuan berarti secara harafiah ϕιλοσοϕια atau philosophia berarti mencintai

kebijaksanaan atau sahabat pengetahuan (Rapar, 1996:14).

(20)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maka manusia berfilsafat. Pada mulanya manusia takjub memandang benda-benda aneh di sekitarnya, pada perjalanan kehidupan manusia berikutnya ketakjuban itu juga menyangkut hal-hal yang lebih besar dan luas. Kedua adalah ketidakpuasan, pada awalnya manusia dikuasai oleh mite dan mitos-mitos. Penjelasan yang diberikan oleh mite dan mitos itu tidak memuaskan manusia, dan manusia terus-menerus mencari apa yang dapat memuaskannya. Ketiga adalah hasrat bertanya, ketakjubab manusia melahirkan pertanyaan-pertanyaan, dan ketidakpuasanlah yang membuat pertanyaan tak kunjung habis, dan yang keempat adalah keraguan, pertanyaan-pertanyaan manusia akan kehidupan bersumber dari keraguannya karena sesuatu yang masih abu-abu atau belum jelas (Rapar, 1996:16-18).

Secara konvensional ada beberapa sifat dasar dari filsafat yang harus melekat pada seorang filsuf atau pada sebuah kajian filsafat. Sifat dasar itu adalah pertama, berpikir radikal, berfilsafat adalah berpikir radikal dan filsuf adalah pemikir yang radikal. Kedua adalah mencari asas, dalam memandang keseluruhan realitas filsafat selalu mencari asas paling hakiki dari keseluruhan realitas, ketiga adalah memburu kebenaran, filsuf adalah pemburu kebenaran, berfilsafat berarti memburu kebenaran akan segala sesuatu. Keempat adalah mencari kejelasan dan yang kelima adalah berpikir rasional. Berpikir radikal, mencari asas, memburu kebenaran dan mencari kejelasan tidak mungkin berhasil tanpa berpikir secara rasional (Rapar, 1996:21-23).

(21)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menitikberatkan pada pengalaman rasa, penghayatan realitas. Filsafat

barat lebih “teori’ sedangkan filsafat Indonesia lebih “praksis”. Minat

filsafat Indonesia bukan tertuju pada realitas objektif di luar dirinya, tetapi justru tentang dirinya sebagai subjek-manusia. (Sumadjo, 2010: 36)

Menurut Sumardjo, filsafat Indonesia lebih introspektif, yakni mengetahui tentang diri subjektifnya bukan dalam arti filsafat manusia (antropologia) seperti filsafat Barat, tetapi spiritualitas manusianya. Objek material filsafat Indonesia adalah aspek spiritual manusia. Karena berhubungan dengan urusan yang berbau spiritual, maka hubungannya sangat erat dengan realitas semesta dan realitas Tuhan yang sangat spekulatif. Sifat spekulatif ini harus terbukti dalam praktik hidup, sebab setiap filsafat harus terbukti dalam praktek hidup di dunia. Selanjutnya Sumardjo mengatakan filsafat adalah bukan filsafat bila mana tidak dapat dipraktekkan dalam kehidupan spiritual manusia, contoh konkrit tentang filsafat yang dipraktekkan dalam kehidupan spiritual terdapat dalam aliran-aliran mistisime (Sumardjo, 2010: 36).

4. Sistem pengetahuan dalam konteks kebudayaan adalah kajian tentang alam lingkungan, pengetahuan tentang fauna, tentang flora, tentang tubuh manusia, tentang benda di alam lingkungan, tentang pola tingkah laku manusia dalam interaksi sosial, dan tentang ruang dan waktu (Dagur, 1997: 20).

G. Asumsi Penelitian

Kajian terhadap pola pikir masyarakat Manggarai lewat makna filosofis artefak Mbaru Gendang memberi ruang dan akses kepada masyarakat luas

(22)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maka tak sayang” adalah pepatah klasik yang mau mengungkapkan betapa

pentingnya untuk mengenal seseorang atau mengenalkan diri kepada orang lain. Nilai-nilai luhur dalam Mbaru Gendang tidak saja menjadi konsumsi masyarakat Manggarai, tetapi juga bisa menjadi contoh positif bagi masyarakat luas yang telah mengenal kebudayaan Manggarai.

(23)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IDENTIFIKASI

SISTEM PENGETAHUAN MASYARAKAT MANGGARAI TENTANG MAKNA ARSITEKTUR MBARU GENDANG DI MANGGARAI (TINJAUAN VISUAL DAN

FILOSOFI ARTEFAK RUMAH ADAT DI MANGGARAI).

(24)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan 1.2 Alur Penelitian (Sumber: Dokumentasi Penulis, 2014)

H. Sistematika Penulisan

1. BAB I Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah serta asumsi penelitian

yang digunakan dalam tesis.

2. BAB II Landasan Teoretis

Bab ini mengulas bebagai teori pendukung yang menjadi landasan

dalam menggali kebudayaan Manggarai, khususunya yang berkaitan

dengan arsitektur Mbaru Gendang.

3. BAB III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan ihwal penelitian kualitatif dengan menggunakan

metode deskripsi analitik. Bab ini juga meliputi pembahasan setting

penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik

analisis data.

4. BAB IV Hasil Penelitian

Bab ini meliputi pemaparan dan analisis data untuk menghasilkan

temuan pembahasan atau analisis temuan.

5. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini meliputi penafsiran dan pemaknaan penelitian, terhadap hasil

analisis temuan penelitian dalam bentuk kesimpulan penelitian. Implikasi

dalam penelitian berapa rekomendasi yang ditujukan kepada pengguna

(25)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

(26)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Chaedar Alwasilah mengatakan bahwa penelitian kualitatif itu tidak kaku, fleksibel, dan lebih bisa menerima sesuatu yang baru, yang lebih bisa mencerdaskan (Alwasilah, 2008:96). Penelitian kualitatif sangat cocok digunakan dalam meneliti Mbaru Gendang karena sangat dibutuhkan fleksibilitas dan tidak tertutup pada kemunginan-kemungkinan untuk menerima hal-hal atau fenomena baru yang muncul ketika meneliti. Peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif melalui pendekatan deskripsi analitik dalam penelitian ini.

(27)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengembangan peralatan konseptual yang membantu peneliti memahami proses tersebut, sebagai sesuatu yang berjalan dalam berbagai medan kegiatan budaya.

Penggunaan semiotika ini bermanfaat untuk meneliti aspek-aspek penting dari Mbaru Gendang. Aspek-aspek itu berupa fisik berupa bahan material, simbol-simbol, dan makna filosofis dari Mbaru Gendang, selain itu aspek berikutnya adalah aspek organisasi sosial dari Mbaru Gendang dan aspek meta fisik dari Mbaru Gendang di mana rumah adat menjadi mediasi antara manusia dengan wujud tertinggi atau Mori Kraѐng. Tujuannya agar peneliti dapat mengkaji cara atau pola pikir masyarakat Manggarai berdasarkan makna filosofis dari tanda-tanda atau simbol dari susunan Mbaru Gendang, terutama ketika masyarakat Manggarai bersosialisasi dengan masyarakat Manggarai sendiri dan dengan masyarakat lain di luar Manggarai.

Penulis ingin mengkaji hubungan beberapa aspek, pertama aspek fisik rumah adat daerah Manggarai, dari bahan material, bentuk, serta letak bangunan. Material dan bentuk bangunan rumah adat daerah Manggarai diperoleh dan dibentuk berdasarkan falsafah hidup masyarakatnya. Unsur-unsur simbolik yang ada dibalik bentuk rumah adat memiliki nilai-nilai moral yang ditanamkan dalam diri masyarakat Manggarai. Nilai moral diperoleh berdasarkan hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan wujud tertinggi.

(28)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ketiga, penulis ingin mengkaji aspek organisasi sosial dari rumah adat

berupa aktivitas penggunaan rumah adat dalam kampung, serta peran dan fungsinya bagi masyarakan Manggarai. Mbaru Gendang diketuai oleh seorang tu’a gendang atau tu’a golo (tua kampung atau tua adat), kemudian di bawahnya ada tua teno (berurusan dengan tanah), strata terakhir dalam rumah adat adalah tu’a panga (mengepalai klen-klen). Struktur organisasi sosial ini di dalam Mbaru Gendang ini menjadi pusat pemerintahan kecil yang mengorganisasi suatu kampung. Hampir semua aspek dalam masyarakat dikendalikan dari dalam Mbaru Gendang karena itu Mbaru Gendang menjadi sentral kehidupan masyarakat Manggarai.

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka ada empat tahap penting yang harus dilakukan oleh peneliti yaitu; (1) Pemilihan subjek dan lokasi Penelitian (2) membangun keakraban dengan responden dan lokasi, (2) pengumpulan data, dan (4) menganalisis data (Alwasilah, 2008:114).

1. Subjek dan Lokasi Penelitian a. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Wae Rebo dan Todo, serta orang-orang yang dituakan dan memiliki pengetahuan akan kebudayaan Manggarai, khususnya mengenai rumah adat tradisional atau Mbaru Gendang di Manggarai. Subjek ini yang akan diwawancara adalah para tua adat yang berperan penting dalam organisasi sosial dalam Mbaru Gendang.

b. Lokasi Penelitian

(29)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang masih memiliki tradisi asli Mbaru Gendang atau rumah adat daerah Manggarai, seperti di kampung Wae Rebo dan Todo.

c. Mengakrabi Lokasi dan Responden

Hal ini dilakukan untuk membangun Rapport atau mekanisme untuk mengurangi jarak psikologis, mencairkan ketegangan, dan membangun kepercayaan responden terhadap peneliti. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk merangkul masyarakat Wae Rebo dan Todo agar mereka bisa terbuka membagi informasi mengenai kekayaan budaya yang mereka miliki, oleh karena itu peneliti harus memiliki sifat sensitif, sabar, cerdik, tidak menghakimi, bersahabat, toleransi terhadap masyarakat setempat dan tidak menyerang, mampu menjaga kerahasiaan responden, dan yang terpenting menurut peneliti adalah sifat humoris. Dari tahap inilah peneliti akan melangkah ke tahap pengumpulan data yang diperoleh dari masyarakat dan kebudayaannya.

Dalam penelitian inipenulis mengalami kesulitan komunikasi dengan warga kampung Todo. Jaman dahulu Todo adalah bekas kerajaan Manggarai yang pernah berkuasa di seantero Manggarai Raya. Sifat keninggratan dari beberapa informan di kampung Todo yang agak sedikit memiliki gengsi “darah biru” menyebabkan penulis sulit untuk mendekati informan-informan ini, sehingga dengan waktu yang tidak mencukupi maka, penulis hanya menemukan beberapa informah yang bisa diandalkan dalam penelitian ini.

(30)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data menurut Alwasilah (2008:150) dan Marshall bersama Rossman (2006). Metode-metode pengumpulan data ini memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing, jadi untuk memperoleh informasi yang tepat dan jelas metode-metode pengumpulan data ini harus saling melengkapi satu sama lain.

a. Observasi Terlibat

Metode observasi sangat penting dalam penelitian kualitatif, metode ini adalah dasar dari penelitian kualitatif. Lewat observasi peneliti akan memperoleh pemahaman langsung di lapangan, dan pemahaman itu tidak akan diperoleh lewat wawancara dan survei. Dalam metode observasi peneliti harus berhati-hati, karena harus bisa mengambil hati responden agar mereka tidak merasa terancam ketika didokumentasikan.

Observasi terlibat adalah observasi yang menuntut keterlibatan langsung pada dunia sosial yang dipilih untuk diteliti. Metode ini penting karena digunakan untuk mengumpulkan bahan-bahan informasi seni dalam konteks sosial budaya disamping metode-metode penelitian lainnya. Peneliti diberi kesempatan untuk melihat situasi hidup masyarakat Manggarai, mendengar setiap keluhan dan ekspresi masyarakat Manggarai dan mengalami realitas sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat Manggarai (Rohidi, 2011:189).

(31)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(32)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Foto 3.1 dan 3.2

Proses diskusi di Wae Rebo berama Bapak Bruno, Bapak Leo dan ibu-ibu rumah tangga

b. Wawancara Mendalam

Interviu dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi. Melalui interview peneliti dapat memperoleh informasi yang lebih mendalam dan yang paling penting dalam sebuah wawancara atau interviu adalah menjaga sikap agar tidak menyinggung perasaan orang yang diwawancara, hal ini bertujuan agar ada keterbukaan dari kedua belah pihak sehingga akan diperoleh informasi yang jujur.

(33)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berasal dari generasi yang berbeda yang menyebabkan cara pandang mereka juga berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Peneliti berusaha merangkum esensi itu dalam suatu bentuk tulisan.

Kendala yang dihadapi adalah kebanyakan orang tua menggunakan bahasa daerah dalam wawancara, sehingga peneliti yang adalah keturunan Manggarai yang tinggal di luar Manggarai mengalami kesulitan menterjemahkannya kedalam bahasa Indonesia dengan ungkapan Manggarai.

Foto 3.3

Proses wawancara mendalam sambil makan siang bersama

Tua Gendang Bapak Rafael Niwang

c. Analisis Dokumen

(34)

Dokumen-Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dokumen yang berisikan data atau catatan-catatan tentang Manggarai dan Mbaru Gendang-nya harus dianalisis sesuai dengan fokus penelitian dan dilampirkan dalam Tesis karena dokumen merupakan sumber informasi yang selalu aktual, dokumen dapat dijadikan dasar untuk mempertahankan diri dari tuduhan atau kekeliruan interpretasi, dokumen adalah sumber data yang alami, bukan hanya muncul dari konteksnya tapi juga menjelaskan konteks itu sendiri, dokumen relatif mudah dan murah dan terkadang dapat diperoleh dengan cuma-cuma, dokumen merupakan sumber data yang non-reaktif, dan dokumen berperan sebagai sumber pelengkap dan pemerkaya bagi informasi yang diperoleh lewat interviu dan observasi.

B. Teknik Analisi Data

Penelitian terhadap pola pikir masyarakat Manggarai lewat pengkajian artefak Mbaru Gendang harus dianalisi secara konsisten dengan merujuk pada pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuannya adalah setiap tahap pengumpulan data terpadu oleh fokus yang jelas, sehingga observasi dan interviu selanjutnya semakin terfokus, menyempit, dan menukik lebih dalam.

(35)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

(36)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setiap ekspresi kebudayaan di Indonesia memancarkan hal-hal yang positif

setidaknya untuk masyarakat yang menjalankan kebudayaan tersebut. Ekspresi

estetik Masyarakat Manggarai dalam menjalani kehidupan di dunia nampak

dalam penghormatan mereka terhadap Wujud Tertinggi dan arwah para leluhur.

Bentuk ekspresi itu membenda dalam arsitektrur Mbaru Gendang atau Rumah

adat masyarakat Manggarai. Orang Manggarai menjadikan rumah dan Rumah

adat mereka sebagi alam kecil dari pengalaman mereka akan alam yang lebih

besar.

Bagi orang Manggarai rumah adat atau Mbaru Gendang adalah gambaran dari mikrokosmos, makrokosmos dan metakosmos sakaligus. Fenomena ini juga terdapat hampir di setiap suku yang ada di Nusantara. Membangun rumah bukan sekedar masalah mikrosmos atau manusia saja tetapi juga memperhitungkan makrokosmos atau alam yang lebih besar kedudukannya dari manusia. Manusaia membutuhkan alam untuk menghadirkan Metakosmos atau fenomena yang tidak kelihatan seperti Wujud Tertinggi dan arwah para leluhur. Pola Rumah dan Kampung Wae Rebo didominasi oleh lingkaran yang merupakan simbol dari persatuan dan kesatuan orang Wae Rebo. Rumah adat adalah rumah bersama masyarakat dalam kampung, di dalamnya ada aktivitas sakral dan profan, semua masalah bersama di selesaikan dalam Rumah adat, sehingga persatuan dan kesatuan serta keadilan selalu menjadi falsafah atau ideologi yang terus terjaga.

(37)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagai masyarakat Peladang, pola tiga menjadi pola yang mendominasi, namun selain pola tiga di Manggarai juga terdapat pola dua dan pola lima, hal ini membuktikan bahwa di Manggarai terdapat percampuran budaya Nusantara.

Artefak adalah sebuah karya seni termaksud Mbaru Gendang atau Rumah

adat. Artefak Rumah adat ini memiliki nilai-nilai positif bukan saja untuk

masyarakat penciptanya tetapi juga bagi masyarakat umumnya. Penghargaan

terhadap lingkungan alam dan tradisi alah contoh positif dari masyarakat Wae

Rebo yang patut ditiru. Selain itu nilai persatuan dan kesatuan yang selalu

menekankan rasa keadilan harus bisa menjadi bahan pembelajaran bagi setiap

orang. Hal ini sekaligus menjadi cita-cita Bangsa Indonesia sebagai bangsa

yang heterogen yang disatukan dalam bingkai Pancasila sebagai dasar dan

Ideologi Negara.

B. Saran

Masyarakat Manggarai hendaknya mencontohi teladan masyarakat Wae Rebo dalam upaya menjaga tradisi atau warisan leluhur, misalnya dalam pemugaran artefak Mbaru Gendang. Sebab Rumah adat di Manggarai semakin mengalami perubahan ke arah yang lebih modern, namun sering melupakan esensi dari falsafah dari mana dan mengapa Rumah adat itu terbentuk.

Pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah harus berusaha untuk mensosialisasikan kepada masyarakat Manggarai pentingya menjaga kebudayaan Manggarai. Selain itu Pemerintah harus mengenal lebih dekat setiap daerah di Manggarai yang memiliki potensi pariwisata, karena itu selain sosialisasi Pemerintah harus turun tangan dan terlibat langsung dalam mengidentifikasi setiap artefak yang ada pada masyarakat.

(38)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(39)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Alwasilah, Chaedar A. (2008). Pokoknya Kualitatif. Jakarta; Dunia Pustaka Jaya.

Alwasilah, A. Chaedar, Suryadi Karim dan Karyono Tri. (2009). Etnopedagogi,

Landasan Praktek Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung: Kiblat.

Bertens, K. (2013). Etika. Yogyakarta: Kanisius.

Daeng, Hans J. (2005). Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Dagur, Antony Bagul. (1996). Kebudayaan Manggarai Sebagai Salah Satu

KhasanahKebudayaan Nasional. Surabaya : Ubhara Press.

Danesi, Marcel. (2004). Pesan, Tanda dan Makna. Yogyakarta : Jalasutra.

Deki, Kanisius Teobaldus. (2011). Tradisi Lisan Orang Manggarai, Membidik

Persaudaraan dalam Bingkai Sastra. Jakarta : Parrhesia Institute Jakarta.

Djelantik, A.A.M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Endrawarsa, Suwardi. (2013). Pendidikan Karakter Dalam folklore, Konsep, Bentuk,

dan Model. Yogyakarta: Pustaka Rumah Suluh.

Gollwitzer, Gerhard. (1995). Mari Berkarya Rupa. Bandung : Penerbit ITB.

Hardiman, F. Budi. (2009). Menuju Masyarakat Komunikatif. Yogyakarta : Kanisius.

Koentjaraninggrat. (1990). Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Marshall Chaterine dan Rossman Grethen B. (2006). Designing Qualitative Research. California; Sage Publications, Inc.

Pamadhi, Hadjar, dkk. (2009). Pendidikan Seni di Sd. Jakarta: Universitas Terbuka.

(40)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rapar, J. Hendrik. (1996). Pengantar Filsafat. Yogyakarta; Kanisius.

Rawls, John. (1995). A Theory Of Justice, Teori Keadilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rohidi, R. Tjetjep. (2012). Metode Penelitian Seni. Semarang; Cipta Prima Nusantara.

Sachari, Agus. (2005). Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa, Desain,

Arsitektur, Seni Rupa dan Kriya. Jakarta; Erlangga.

Seran, Sixtus Tey, dkk. (2005). Laporan Hasil Penelitian Arsitektur Rumah

Tradisional Todo Desa Todo, Kecamatan Satar Mese Kabupaten Manggarai.

Kupang : UPTDI Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT.

Sumardjo, Jakob. (2010). Estetika Paradoks. Bandung; Sunan Ambu Press.

Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung; Penerbit ITB.

Sumardjo, Jakob. (2011). Sunda Pola Rasional Budaya. Bandung : Kelir.

Toda S. Dami. (1999). Manggarai Mencari Pencerahan Histografi. Ende: Nusa Indah.

Verheijen, A.J. (1991). Manggarai Dan Wujud Tertinggi. Jakarta: LIPI-RUL.

Dokumen

Laksana, Deddy Award Widya. (2012). “ Desain Identitas Perusahaan”. Bahan ajar

Universitas Dian Nusantoro, Semarang.

Majalah

Antar, Yori. (2012). “Neka Hemong Wae Rebo”. Majalah Backpackin, Edisi

agustus-september 2012. Hal : 30-32 disadur dari Buku Pesan Dari Wae Rebo).

Internet

(41)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://pandukosutan2011.wordpress.com/2011/10/05/kieh-pasambahan-manjapuik-marapulai-penganten-pria-minangkabau/, diakses pada tanggal 13 Februari 2014).

http://www.go-komodotours.com/flores-destination/mbaru-wunut.htm, diakses pada tanggal 14 Februari).

Referensi

Dokumen terkait