• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi yang terdiri dari lapisan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi yang terdiri dari lapisan yang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I. 1. Umum

Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi yang terdiri dari lapisan yang diletakkan diatas lapisan tanah dasar yang berfungsi untuk memikul beban lalu lintas.

Struktur perkerasan harus mampu mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar dengan cara menyebarkannya pada lapisan perkerasan tanpa menimbulkan lendutan pada lapis perkerasan yang dapat merusak struktur perkerasan itu sendiri.

Salah satu jenis perkerasan yang paling umum digunakan adalah perkerasan lentur. Hampir 80 % dari total panjang jalan di Indonesia merupakan perkerasan lentur[2]. Sebagaimana struktur perkerasan pada umumnya, perkerasan lentur juga akan mengalami defisiensi atau penurunan kinerja akibat pengaruh beban lalu lintas dan lingkungan seiiring dengan berjalannya umur rencana perkerasan. Sehingga struktur perkerasan akan membutuhkan upaya-upaya pemeliharaan untuk menjaga kinerjanya.

Untuk mempertahankan kinerja perkerasan, diperlukan beberapa tindakan perbaikan kerusakan, baik berupa pemeliharaan rutin yang dilakukan setiap tahun maupun pemeliharaan berkala yang biasanya dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali.

Keseluruhan pemeliharaan tersebut bertujuan untuk menjaga kinerja perkerasan agar dapat memberikan pelayanan sampai akhir umur rencananya. Pada akhir umur rencana, dimana kondisi perkerasan telah mencapai kondisi kritis, maka jenis penanganan yang diperlukan adalah berupa peningkatan atau betterment, dalam hal ini dapat berupa pemberian lapis tambah maupun rekonstruksi perkerasan[3].

(2)

Salah satu teknik alternatif yang dapat digunakan untuk memperbaiki kerusakan jalan adalah dengan teknik daur ulang perkerasan jalan (pavement recycling).

Teknik daur ulang perkerasan adalah suatu metode perbaikan jalan yang menggunakan kembali material perkerasan jalan eksisting sebagai material untuk perbaikan jalan tersebut dengan penambahan beberapa material tambahan seperti agregat baru, rejuvenator atau recycling agents, semen, aspal emulsi, foamed asphalt ( campuran aspal emulsi dan semen ) dan material lainnya. Dengan teknik ini, material perkerasan lama diolah kembali menjadi material/agregat daur lang untuk selanjutnya digunakan kembali dalam pekerjaan perbaikan jalan, baik langsung pada jalan yang diperbaiki tersebut maupun untuk pekerjaan perbaikan ruas jalan lain.

Saat ini telah terdapat bermacam-macam metode daur ulang yang dapat digunakan untuk memperbaiki kerusakan perkerasan jalan. ARRA[4] membagi metode recycling kedalam beberapa jenis yang berbeda yaitu:

1. Surface Recycling

Yaitu proses daur ulang material lapis aus perkerasan jalan beraspal, baik dengan menggunakan teknik pemanasan maupun tanpa pemanasan, bergantung paada jenis aditif yang digunakan. Pada teknik daur ulang ini, kerusakan yang dapat diperbaiki terbatas pada kerusakan yang terjadi pada lapis aus perkerasan yang bersifat non struktural dengan kedalaman lapisan yang dapat didaur ulang bervariasi antara ¾ sampai 1 ½ inci.

(3)

2. Hotmix Recycling

Yang dimaksud dengan hotmix recycling adalah proses penggunaaan kembali material perkerasan lama beraspal, ditambah atau dikombinasikan dengan campuran agregat dan aspal baru, dengan atau tanpa bahan aditif dimana selama proses pencampurannya digunakan teknik pemanasan[3].

Berdasarkan lokasi pencampurannya, hotmix recycling terdiri dari dua jenis, yaitu:

a. Hot In Place Recycling

Yaitu teknik daur ulang perkerasan dimana proses pencampurannya dilakukan langsung dilokasi pekerjaan.

b. Hot In Plant Recycling

Yaitu teknik daur ulang perkerasan dimana proses pencampurannya dilakukan di alat pencampur terpusat (Central Mixing Plant)

3. Coldmix Recycling

Yang dimaksud dengan Coldmix Recycling adalah proses penggunaaan kembali material perkerasan lama beraspal, ditambah atau dikombinasikan dengan campuran agregat dan aspal baru, dengan atau tanpa bahan aditif dimana selama proses pencampurannya tidak menggunakan teknik pemanasan[3]. Berdasarkan lokasi pencampurannya, hotmix recycling terdiri dari dua jenis, yaitu:

(4)

a. Cold In Place Recycling

Yaitu teknik daur ulang perkerasan dimana proses pencampurannya dilakukan langsung dilokasi pekerjaan.

b. Cold In Plant Recycling

Yaitu teknik daur ulang perkerasan dimana proses pencampurannya dilakukan di alat pencampur terpusat (Central Mixing Plant)

4. Full Depth Reclamation (FDR)

Yaitu teknik daur ulang dimana keseluruhan lapis perkerasan yang terdiri dari lapis permukaan beraspal, lapis pondasi atas, lapis pondasi bawah dan sebagian lapis tanah dasar yang telah mengalami kerusakan didaur ulang ditempat dengan kedalaman mencapai 300 mm dengan satu kali pengerjaan sekaligus dengan menggunakan peralatan large reclaimer/stabilizer/recycler[11]. Pada beberapa literatur, teknik ini juga

dikenal dengan nama Deep Lift Insitu Pavement Recycling (DLIPR)[15][17][19][20][21]. Pada tulisan ini akan dibahas teknik daur ulang perkerasan jalan dengan mgnggunakan teknik FDR/DLIPR ini.

(5)

Sebagai salah satu metode perbaikan perkerasan jalan, teknik daur memiliki keuntungan-keuntungan yang unik yang tidak dimiliki oleh metode rehabilitasi yang lain. Beberapa keuntungan dari penggunaan teknik daur ulang dalam perbaikan perkerasan jalan antara lain:

1. Mengurangi biaya rekonstruksi

2. Mengurangi pemakaian aspal dan agregat.

3. Menjaga kondisi geometrik perkerasan.

4. Ramah lingkungan.

5. Hemat energi.

1. 2. Permasalahan

Masalah kerusakan jalan merupakan masalah yang seakan tidak ada habisnya, yang selalu dihadapi oleh setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kerusakan dengan berbagai jenis dan tingkatannya sangat sering dijumpai di berbagai daerah. Data dari Dinas Bina Marga Propinsi Sumatera Utara akhir Desember 2008, dari sekitar 2.793,04 km jalan propinsi yang ada di Sumatera Utara, sekitar 25,65 % (716,37 km) kondisinya rusak berat, 10, 47 % (292.36 km) dalam kondisi rusak, 25,52 % (712,66 km) dalam kondisi sedang dan sisanya 38,37 % (1071,65 km) dalam kondisi mantap. Dari sini terlihat bahwa pada tahun 2008 hampir 50% kondisi jalan di Propinsi Sumatera Utara dalam kondisi rusak. Sehingga upaya untuk memperbaiki kondisi jalan tersebut akan memerlukan biaya yang sangat besar.

(6)

Sementara di lain pihak, dana yang dianggarkan untuk perbaikan jalan adalah sangat terbatas, bahkan mengalami penurunan, seperti yang dikemukakan oleh Kepala Dinas Bina Marga Propinsi Sumatera Utara pada harian Medan Bisnis, 2 april 2009, dimana anggaran perbaikan jalan propinsi untuk tahun 2009 mengalami penurunan menjadi Rp. 396 miliar dari sebelumnya Rp. 429,4 miliar pada tahun 2008. Demikina juga halnya pada anggaran untuk perbaikan jalan nasional, hanya sebesar Rp. 17,1 triliun dari sebelumnya Rp. 18,5 triliun pada tahun 2008.

Adanya keterbatasan dana, ditambah lagi dengan banyaknya ruas jalan yang harus diperbaiki membuat perlunya dicari alternatif perbaikan yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan dana yang sangat terbatas untuk memperbaiki kondisi kerusakan jalan. Salah satu metode alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan teknologi daur ulang. Dengan teknik ini, material perkerasan jalan yang telah rusak diolah kembali untuk digunakan sebagai material untuk memperbaiki kerusakan jalan.

I. 3. Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk membuktikan apakah penggunaan teknik daur ulang dalam perbaikan perkerasan jalan mampu memberikan penghematan dalam penggunaan biaya bila dibandingkan dengan teknik rehabilitasi konvensional yang selama ini digunakan.

I. 4. Pembatasan Masalah

Banyaknya jenis metode daur ulang yang dapat dijadikan sebagai teknik alternatif membuat penulis membatasi permasalahan pada perbandingan faktor biaya pada tipikal desain perkerasan yang digunakan oleh Dinas Bina Marga untuk

(7)

Kabupaten Tapanuli Selatan, secara konvensional maupun dengan menggunakan teknik daur ulang.

I. 5. Sistematika Penulisan

Untuk mencapai tujuan penulisan, penulis membagi garis-garis besar penulisan sebagai berikut :

Bab. 1. Pendahuluan

Bab ini berisikan gambaran mengenai konstruksi perkerasan jalan, kondisi umum perkerasan jalan di Propinsi Sumatera Utara, permasalahan yang akan dibahas, maksud dan tujuan pembahasan serta sistematika penulisan.

Bab II. Kerusakan Dan Rehabilitasi Jalan

Berisikan uraian tentang konsep pelayanan jalan, sebab-sebab kerusakan jalan, konsep rehabilitasi jalan serta stabilisasi material perkerasan jalan.

Bab III. Metode Daur Ulang Sebagai Alternatif Rehabilitasi Jalan

Bab ini berisi uraian mengenai teknik Deep Lift Insitu Pavement Recycling sebagai teknik alternatif rehabilitasi jalan, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya, sejarah perkembangan metode ini serta kinerja jalan yang direhabilitasi dengan teknik ini.

Bab IV. Analisa Dan Diskusi

Pada bab ini akan disajikan pembahasan mengenai perbandingan faktor ekonomis dari tipikal desain perkerasan daur ulang yang digunakan Dinas Bina Marga pada pekerjaan rehabilitasi jalan propinsi ruas jalan jurusan Pal XI – Aek Godang Kabupaten Tapanuli Selatan, secara konvensional maupun dengan menggunakan teknik daur ulang.

(8)

Bab V. Kesimpulan Dan Saran

Berisi kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan masalah dari bab-bab sebelumnya serta saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan teknik daur ulang selanjutnya.

Adapun metode penelitian pada tugas akhir ini dapat digambarkan dalam bentuk Flow chart berikut ini :

Gambar 1. 1. Bagan Alir Penulisan Maksud Dan Tujuan

Penulisan

Tinjauan Pustaka.

Gambaran Umum Daur Ulang Perkerasan Jalan Jenis-jenis kerusakan dan

perawatan jalan.

Kesimpulan Dan Saran.

Analisa Teknik Perbaikan Jalan Yang Paling Ekonomis Antara Teknik

Daur Ulang Dan Teknik Konvensional

Gambar

Gambar 1. 1. Bagan Alir Penulisan Maksud Dan Tujuan

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran aktif berdasarkan kajian terhadap amalan GCPI sebagaimana yang ditunjukkan dalam Jadual 1 menyentuh enam perkara, iaitu peranan guru, peranan pelajar,

Yuli Hidayati (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa. Setiap peserta didik memiliki gaya

sejarah melalui modul antara lain; dapat digunakan untuk belajar secara mandiri ( stand alone ) dan tidak terikat oleh guru, sehingga pembelajaran menggunakan

Nilai konstanta sebesar -2.371889 menunjukkan bahwa apabila profitabilitas, likuiditas, leverage , ukuran perusahaan, dan pertumbuhan perusahaan konstan, maka

Penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, persamaannya terletak pada objek yaitu marga Colocasia dan tujuan dari

Untuk mendapatkan pembagi bersama terbesar matriks polinomial, diperlukan matriks struktur kiri/kanan yang diperoleh dari bentuk Smith matriks polinomial1. Definisi

Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu

Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang dianggarkan dalam APBD untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/atau bencana sosial, termasuk