1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Bisnis merupakan kegiatan menjual suatu produk yang dilakukan pelaku usaha ialah perseorangan, kelompok dan organisasi kepada konsumen yang mana untuk mendapat keuntungan. Dalam menjalankan bisnisnya pelaku usaha wajib memperhatikan beberapa aspek dalam mempertahankan kualiatas produk dan menjamin produk yang diterima konsumen dalam keadaan yang baik. Misal dalam kegiatan usaha dibidang kuliner dalam membuat makanan aspek penting dalam menjaga kualitas produk ialah dari segi bahan olahan, cara memasak, tempat penyajian, rasa, dan tentu halal lagi baik.
Semakin berkembangnya ekonomi kreatif di Indonesia khususnya dibidang kuliner membuat banyaknya pelaku usaha mendirikan usaha dibidang tersebut.
1Mereka berlomba- lomba dalam menciptakan makanan yang menarik perhatian konsumen. Mulai dari makanan yang ada di restoran, produk pangan di supermarket, pasar, rumah makan, sampai pedagang pinggir jalan.
Pelaku usaha wajib memperhatikan kualitas produknya karena akan melibatkan konsumen sebagaai pemakai barang dan/atau produk. Pada Pasal 1 “Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen” Konsumen adalah “setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”
2Konsumen berhak mendapat kenyamanan serta keamanan mengkonsumsi sebuah produk dengan mempertimbangkan beberapa aspek-aspek diantaranya: bahan yang terkadung
1
Erin Dwi Fayola Damanik, “Kuliner Memberi Sumbangan Besar bagi Perkembangan IndustriKreatif”https://www.kompasiana.com/erinfayoladamanik/5885045bf57e615617d013a0/kuliner-
memberi-sumbangan-besar-bagi-perkembangan-industri-kreatif (diakses pada 12 Mei 2019, pukul 04.27).
2
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 1.
didalamnya, pengelolaan bahan pangan, proses produksi pangan, proses pengemasan dan harus halal serta baik.
Pasal 1 ayat 2 “Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2013 dan Nomor 2 tahun 2013 tentang Pengawasan Bahan Berbahaya Yang Disalahgunakan Dalam Pangan” pangan adalah “segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengelolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.”
3Klasifikasi produk pangan dibagi menjadi 3 yaitu pangan segar, pangan olahan, dan pangan cepat saji. Dalam Islam, Allah SWT memerintahkan manusia memakan makanan halal serta baik . Makanan halal ialah segala jenis pangan yang dihalalkan Allah SWT dan menjauhi segala yang diharamkan Allah SWT diantaranya ialah yang berbahaya jika dikonsumsi.
Sedangakan makanan yang baik adalah makanan yang mengandung manfaat jika dikonsumsi.
4Pasal 1 ayat 1 “Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2013 dan Nomor 2 tahun 2013 tentang Pengawasan Bahan Berbahaya Yang Disalahgunakan Dalam Pangan” yang dimasud bahan berbahaya adalah “zat, bahan kimia, dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup
3
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2013 dan Nomor 2 tahun 2013 tentang Pengawasan Bahan Berbahaya Yang Disalahgunakan Dalam Pangan Pasal 1 ayat 2.
4
Musthafa Kamal Pasha, Fiqih Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri. 2002. Hlm. 313.
secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenic, korosif, dan iritasi.”
5Makanan yang didalamnya terkandung bahan berbahaya tidak boleh dikonsumsi bahkan jika makanan ini tetap dikonsumsi maka akan berakibat fatal. Parahnya konsumen tidak mengetahui bahwa makanan yang dikonsumsinya berbahaya bagi kesehatan dan baru diketahui setelah masuk rumah sakit.
Bahan kimia berbahaya sering ditemukan dalam pangan meliputi formalin, boraks, rhodamin, dan methanol yellow (kuning metanil).
6(1) Formaldehida atau sering disebut formalin merupakan senyawa kimia berbahaya jika digunakan untuk dikonsumsi seperti pada ikan segar, ayam potong, mie, tahu penggunaan formalin sebagai pengawet sehingga dalam beberapa hari bahan tersebut tidak mudah membusuk. Jika bahan formalin terus-menerus dikonsumsi maka dapat menyebabkan kematian.
7(2) Boraks ialah campuran garam dan mineral konsentrasi tinggi yang biasanya di pakai untuk membuat makanan tradisional.
Walaupun boraks dikonsumsi dalam pembuatan makanan tapi jika boraks dikonsumsi dengan jumlah yang berlebihan maka tidak baik juga untuk kesehatan.
8(3) Rhodamin adalah pewarna buatan yang gunakan untuk mewarnai kertas dan tekstil, bila digunakan pada pangan tentu akan berbahaya bagi kesehatan. Rhodamin berbentuk serbuk jika dilarutkan dengan air akan berwarna merah terang dan sering disalahgunakan pada makanan yang berwarna merah.
9Dan (4) Methanil yellow adalah pewarna buatan sama seperti rhodamin. Methanol yellow berbentuk serbuk jika dilarutkan akan berwarna kuning. Pewarna ini umumnya digunakan sebagai
5
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2013 dan Nomor 2 tahun 2013 tentang Pengawasan Bahan Berbahaya Yang Disalahgunakan Dalam Pangan Pasal 1 ayat 1.
6
http://puspaman.pom.go.id/bahan/berbahaya (diakses pada 7 Febuari 2020 pukul 17.13 wib).
7
https://id.m.wikipedia.org/wiki/formaldehida diakses pada 7 Januari 2020 pukul 18.11
8
https://id.wikipedia.org/wiki/Boraks diakses pada tanggal 15 Januari 2020 pukul 02.44.
9
http://ik.pom.go.id/bahaya/rhodamin/b/sebagai/pewarna/pada/pangan (diakses pada 20 Febuari 2020
pukul 17.25 wib).
pewarna plastik. Seperti bahan berbahaya yang lain methanol yellow sering disalahgunakan pada makanan yang berwarna kuning.
10Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) adalah badan resmi dimana tugas dan wewenannya diatur dalam peraturan perundang-undangan sebagai badan pengawas dan memberi izin edar bagi produk pangan dan obat. Sedangkan Badan Penyelesaian sengketa konsumen (BPSK) sebagai manifertasi dari bentuk perlindungan konsumen yang disebutkan dalam Pasal 31 untuk membela dan menyelesaikan sengketa bagi konsumen yang telah dirugikan haknya. Duanya memegang peran penting dalam melindungi hak-hak konsumen.
Hasil wawancara dengan Anggota BPSK Bandung ditemukan pada tahun 2019 pengaduan mengenai kerugian konsumen terhadap makanan dan minuman tercatat ada 2 kasus diantaranya mengenai makanan yang ketika dikonsumsi menyebabkan reaksi sakit sehingga harus dibawa kerumah sakit
11serta wawancara dengan Kepala sub bagian BPOM ditemukan pada tahun 2018 melakukan uji laboratorium dari 11 jenis makanan terdapat 365 sampel terdiri dari 125 rhodamin, 114 boraks, 88 formalin, 3 methanil yellow, 28 formalin+boraks, 4 rhodamin+boraks, dan 3 nitrit.
12Dan juga hasil temuan media online kompas.com tanggal 13 Mei 2019 BPOM Bandung melakukan uji sampel makanan buka puasa di Sumedang, ada 20 sampel makanan yang dicek dari 20 sempel makanan tersebut ada 1 sempel makanan yang positif mengandung formalin yaitu sempel makanan tutut (siput).
13Dengan didasarkan latar belakang di atas. Selanjutnya menarik untuk dibahas mengenai persfektif Hukum Ekonomi Syariah terhadap perlindungan konsumen dengan judul
skripsi “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN TERHADAP
10
http://ik.pom.go.id/bahaya/metanil/badan /pengawas/obat/dan/makanan (diakses pada 7 Febuari 2020 pukul 17.31 wib).
11
Hasil wawancara dengan Anggota BPSK Bandung Bapak Fidelisgiawan pada tanggal 5 Febuari 2020.
12
Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian BPOM Bapak Agung Purwanto, S.SI MLQAM pada tanggal 5 Febuari 2020.
13
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/regional/read/2019/05/13/18381241/bpom-
bandung-temukan-makanan-berformalin-di-sumedang diakses pada tanggal 15 Januari 2020 pukul 03.02.
PENYALAHGUNAAN BAHAN BERBAHAYA DALAM PANGAN OLAHAN PERSFEKTIF HUKUM EKONOMI SYARIAH”
B. Rumusan Masalah
Bahan berbahaya kimia seperti formalin, boraks, rhodamin, dan methanol yellow di Indonesia telah terjual bebas dan dengan harga yang lebih murah dari bahan pewarna alami sehingga pelaku usaha lebih memilih bahan berbahaya tersebut agar makanan tersebut terlihat menarik dan tahan lama tanpa adanya penjelasan komposis didalam produknya sedangkan dalam Pasal 4 ayat 3 “Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen”
yang berbunyi: “konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa”, serta Pasal 7 ayat 4 yang berbunyi: “pelaku usaha berkewajiban menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku”. Dari rumusan di atas dapat diturunkan pertanyaan antaranya :
1. Bagaimana Kualifikasi Produk Pangan Olahan Yang Baik Dikonsumsi Menurut Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan Dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia ? 2. Bagaimana Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Menurut Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Bandung Dan Tindakan Yang Dilakukan Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Terhadap Penyalahgunaan Bahan Berbahaya Dalam Pangan Olahan ? 3. Bagaimana Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Penyalahgunaan Bahan
Berbahaya Dalam Pangan Olahan Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah ? C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang penulis paparkan di atas maka tujuan penelitiannya ialah:
1. Dapat Memahami Kualifikasi Produk Pangan Yang Baik Menurut Lembaga Pengkajian
Pangan, Obat-Obatan Dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia.
2. Dapat Menggambarkan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Menurut Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Bandung Dan Tindakan Yang Dilakukan Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Terhadap Penyalahgunaan Bahan Berbahaya Dalam Pangan Olahan.
3. Dapat Mengetahui Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Terhadap Penyalahgunaan Bahan Berbahaya Dalam Pangan Olahan Perspektif Hukum Ekonomi Syariah.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Secara Teoritis
a. Menggambarkan beberapa pemikiran-peemikiran mengenai pembahasan hukum ekonomi syariah tentang produk pangan halal lagi baik untuk dikonsumsi dan hukum jual beli
b. Menambah khasanah keilmuan hukum ekonomi syariah dan hukum positif yang berlaku, terutama tentang melindungi hak-hak konsumen yang dirugikan
2. Kegunaan Secara Praktis
a. Menyesuaikan keterkaitan teori dengan penerapannya dalam kehidupan masyarakat.
b. Dapat memberi tambahan pemikiran atau gagasan yang diharapkan bermanfaat untuk peniliti kedepannya.
E. Studi Terdahulu
Karya ilmiah ini berkenaan dengan perlindungan hukum bagi konsumen terhadap penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan olahan perspektif hukum ekonomi syariah.
Terdapat sejumlah hasil penelitian terdahulu yang berupa skripsi, tesis, atau jurnal mengenai
perlindungan hukum bagi konsumen terhadap penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan
olahan. Hal ini perlu dikaji kembali untuk menunjang terhadap penulisan skripsi ini
diantaranya:
Pertama, skripsi yang ditulis oleh “Nasyiatun Fadlilah (2008)” dengan judul
“Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Dan Minuman Kadaluwarsa Di Assalaam Hipermarket Solo Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Hukum” skripsi ini membahas tentang upaya pelaku usaha untuk menyelesaian masalah makanan yang kadaluwarsa, dan penyebab dari yang melatarbelakanginya.
Persamaannya ialah sama-sama membahas tentang perlidungan hukum bagi konsumen, bedanya ialah penelitian ini membahas makanan yang mengandung bahan berbahaya.
14Kedua, jurnal yang ditulis oleh“Taufikkurrahman (2016)” dengan judul “Peran BPOM Dan BPKN Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Vaksin Palsu” ini membahas tentang peran dua lembaga penting untuk melindungi konsum secara hukum terhadap dirugikannya konsumen oleh BPKN sebagai lembaga pemerintah khusus melayani konsumen yang tidak mendapatkan haknya dan memberikan jaminan pengawasan yang dilakukan sebelum beredarnya vaksin oleh BPOM. Persamaannya adalah sama-sama membahas perlindungan hukum bagi konsumen serta peran BPOM sebagai badan pengawas obat dan makanan. Perbedaannya adalah dari segi objek penelitiiannya jurnal tersebut membahas peredaran vaksin palsu sedangkan skripsi ini membahas pangan olahan yang terkandung bahan berbahaya dengan BPSK sebagai lembaga perlindungan kosumen dan BPOM sebagai lembaga pengawas atas pangan olahan yang beredar.
15Ketiga, skripsi yang ditulis oleh “Aini Puspita Sari (2018)” dengan judul
“Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Muslim Terhadap Penjualan Makanan Dengan Menggunakan Campuran Daging Babi” skripsi ini membahas tentang melindungi hak konsumen muslim dalam mengkonsumsi makanan yang didalamnya tercampur daging babi.
14
Nasyiatun Fadlilah , “Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Dan Minuman Kadaluwarsa Di Assalaam Hipermarket Solo Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Hukum” (Skripsi S1 FH Universitas Sebelah Maret Surakarta, 2018) di Publikasikan.
15
Taufikkurrahman “Peran BPOM Dan BPKN Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Bagi
Konsumen Terhadap Peredaran Vaksin Palsu” Iqtishadia, Vol. 3 No. 1 Juni 2016.
Kualifikasi makanan yang halal serta melindungi hak konsumen muslim untuk tidak mengkonsumsi yang jelas diharamkan dalam hal ini dengan campuran daging babi.
Persamaannya adalah sama-sama membahas mengenai melindungi hak-hak yang dirugikan pelaku usaha menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan menurut Hukum Ekonomi syariah, sedangkan perbedaannya adalah objek skripsi ini makanan dengan campuran daging babi sedangkan penelitian objeknya pangan olahan dengan bahan berbahaya.
16Tabel 1.1 Studi Terdahulu
NO NAMA/TAHUN JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN
1 Nasyiatun Fadlilah (2008)
Peran BPOM Dan
BPKN Dalam
Memberikan Perlindungan
Hukum Bagi
Konsumen Terhadap Peredaran Vaksin Palsu
sama-sama membahas tentang perlidungan hukum bagi konsumen.
penelitian ini membahas makanan yang mengandung bahan berbahaya
2 Taufikkurrahman (2016)
Perlindungan
Konsumen Terhadap Produk Makanan Dan Minuman Kadaluwarsa Di Assalaam
Hipermarket Solo Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang
sama-sama membahas perlindungan hukum bagi konsumen serta peran BPOM sebagai badan
pengawas obat dan makanan.
segi objek penelitiiannya jurnal tersebut membahas peredaran vaksin palsu sedangkan skripsi ini membahas pangan olahan yang
terkandung
16
Aini Puspita Sari“Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Muslim Terhadap Penjualan Makanan
Dengan Menggunakan Campuran Daging Babi” Skripsi S1 FH Universitas Lampung di Publikasikan.
Perlindungan Hukum
bahan berbahaya dengan BPSK sebagai
lembaga perlindungan kosumen dan BPOM
sebagai lembaga pengawas atas pangan olahan yang beredar.
3 Aini Puspita Sari (2018)
Perlindungan
Hukum Bagi
Konsumen Muslim Terhadap Penjualan Makanan Dengan Menggunakan Campuran Daging Babi
sama-sama membahas mengenai melindungi hak-hak yang dirugikan pelaku usaha menurut
Undang- Undang
Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan menurut
Hukum Ekonomi syariah.
objek skripsi ini makanan dengan
campuran
daging babi
sedangkan
penelitian
objeknya
pangan olahan
dengan bahan
berbahaya.
F. Kerangka Pemikiran
Fiqh Muamalah terbagi dalam dua kategori, yaitu Al-Muamalah al-madiyah dan Al- Muamalah al-adabiyah. Al-Muamalah al-madiyah ialah yang ditinjau dari sisi benda maksudnya objek tersebut halal, benda haram, benda syubhat, tidak mendatangkan kemadaratan. Jual beli merupakan bagian dari muamalah madiyah. Sedangkan Al-Muamalah Al-adabiyah ialah pembahasan mengenai metode pertukaran dengan memperhatikan hak dan kewajiban para pihak. Perlindungan hak konsumen merupakan bagian dari muamalah adabiyah karena menyangkut hak dan kewajiban.
17Dalam pelaksanaan kegiatan bermuamalah penting mengetahui dan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum ekonomi syariah, diantaranya : prinsip ketuhanan (Tauhid), prinsip amanah, prinsip maslahah, prinsip keadilan, prinsip ibahah, prinsip kebebasan bertransaksi, dan prinsip halal dan menghindari yang diharamkan.
18Jual beli disebut al-bay’ adalah kegiatan jual beli barang atau menukar barang.
Rukun jual beli adalah pelaku usaha, konsumen, ma’qud ‘alaih (objek jual beli), dan shighat (ijab dan qobul).
19Jual beli dikatakan sah apabila memenuhi semua syarat dan rukun jual beli serta terhindar dari jual beli yang mengandung unsur riba, maysir, gharar, dharar, dzalim, haram, ghasy.
Konsumen adalah semua orang yang ingin memenuhi kebutuhannya untuk memelihara kehidupannya, sedangkan pelaku usaha adalah semua orang yang menjalankan usahanya untuk mendapatkan keuntungan.
Hak dan kewajiban harus dijalani dengan penuh tanggung jawab oleh masing-masing pihak tentu pemerintah mempunyai peran besar dalam memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk memahami hak dan kewajiban dalam berkegiatan bisnis oleh sebab itu
17
Suhendi, hendi. Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.4.
18
Soemitra, Andri. Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah Di Lembaga Keuangan Dan Bisnis Kontemporer. (Jakarta Timur : Kencana. 2019), hlm. 7-9.
19
Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), hlm. 73-76.
pemerintah membuat peraturan-peraturan untuk melindungi hak dan kewajiban konsumen yaitu Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen, Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen mengenai pangan ada Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan dan Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2013 dan Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengawasan Bahan Berbahaya Yang Disalahgunakan Dalam Pangan.
Dunia kuliner di Indonesia berkembang sangat cepat sehingga banyak pelaku usaha yang membuka bisnisnya di bidang kuliner. Produk pangan distribusikan diberbagai tempat seperti supermarket, pasar tradisional, sampai ke pedagang kaki lima. Pelaku usaha berlomba- lomba menyajikan makanan yang menarik perhatian konsumen untuk mengkonsumsinya.
Demi mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya pelaku usaha melakukan kecurangan dalam menjalankan usahanya, sehingga konsumen yang menjadi korban dari kelalaian pelaku usaha dengan menambahkan bahan berbahaya kedalam produk olahannya sehingga produk tersebut tampak menarik dan tahan lama.
Pangan olahan ialah segala makanan dan minuman yang dihasilkan dengan cara menambahkan bahan lain atau tidak.
20Bahan berbahaya sering disalahguanakan pelaku usaha untuk produk pangan ialah formalin, boraks, rhodamin, dan methanol yellow. Bahan kimia yang jika dikonsumsi oleh manusia dalam jumlah banyak dapat berdampak untuk kesehatan.
Karena itu, pemerintah bekerja sama dengan lembaga terkait dengan masalah pangan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan konsumen adalah Badan Perlindungan Konsumen Nasional, Lembaga Pelindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, Badan Penyelesaian
20
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan Pasal 1 ayat 19.
Sengketa Konsumen serta Badan Pengawas Obat Dan Makanan dalam menjamin kepastian hukum konsumen serta untuk kebaian pelaku usaha dan konsumen.
Dalam Islam, makanan ialah harus halal dan baik. Makanan yang mengandung bahan berbahaya sudah pasti dilarang karena tidak sesuai apa yang diperintahkan. Perlindungan konsumen merupakan usaha semua pihak baik pemerintah, masyarakat berarti konsumen, dan pelaku usaha.
Pelaku usaha yang mencampurkan produknya dengan bahan berbahaya dengan sengaja dapat berakibat buruk untuk konsumen bahkan sudah melanggar hak konsumen yakni mengenai kenyamanan, keamanan, dan keselamatan. Fakta dilapangan bahwa masih ada saja ditemukan bahan berbahaya didalam produk pangan, tentu sangat dirugikan adalah konsumen untuk itu peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam mengecek produk pangan dan sosialisasi kepada para pihak tentang pentingnya memahami hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan penuh tanggungjawab dalam melekasanakannya.
G. Langkah-Langkah Penelitian
Dalam melakukan penelitian penting untuk mengikuti segala tahapan-tahapan penelitian, antara lain :
1. Metode Penelitian
Penulis dalam membuat penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu memaparkan penelitian mengenai keadaan suatu kejadian secara berurutan dan objektif dalam menjelaskan serta mengurai dari suatu permasalahan.
21Karenanya penulis akan meanalisis mengenai perlindungan hukum bagi konsumen terhadap penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan olahan.
21
Burhanuddin Cumene, https://www.academia.edu/18550389/Penelitian_Deskriptif “Penelitian
Deskripsi” (diakses pada 19 Mei 2019, pukul 05.37).
2. Jenis Data
Dengan menggunakan metode deskritif untuk data yang akan digunakan penulis adalah data kualitatif, yaitu menjelaskan dengan tertulis secara detail mengenai suatu kejadian sehingga akan terungkap tentang suatu makna dari sebuah data.
22Data kualitatif yang dimaksud ialah dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada badan yang terkait dalam penelitian ini serta data yang diambil dari beberapa sumber yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi konsumen terhadap penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan olahan.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
23a. Sumber Data Primer adalah data utama atau pokok dari objek penelitian yaitu berupa hasil wawancara dengan anggota Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan kepala sub bagian Badan Pengawas Obat dan Makanan dan laporan tahunan BPOM Bandung tahun 2018.
b. Sumber Data Sekunder yaitu data tambahan yang melengkapi data primer berupa data yang bersumber dari buku, skripsi, tesis, jurnal, media infomasi berkenaan dengan perlindungan hukum bagi konsumen terhadap penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan olahan.
4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara
Teknik wawancara ini adalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan seputar informasi mengenai penelitian kepada responden Bapak Fidelisgiawan sealku anggota BPSK Bandung dan Bapak Agung Purwanto, S.Si, MLQAM sealku kepala sub bagian umum BPOM
22
Suharsimi Arikunto., Prosedur Pendekatan Praktik, Edisi Revisi,Cet 14, (Jakarta : Rineka Cipta,2010), hlm. 24.
23
Kusnawan, Dadang. Metode Penelitian Sosial, Cet ke-1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm.
129.
Bandung yang berkaitan dengan isu yang diangkat dalam penelitian ini secara data yang akurat atau valid
24tentang perlindungan hukum bagi konsumen terhadap penyalahgunaan bahan berbahaya dalam pangan olahan.
b. Studi Dokumentasi
Adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan gambaran darri sudut pandang objek melalui suatu media dan dokumen lainnya yang tertulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.
25c. Studi Pustaka
Pengumpulan data dengan mengumpulkan beberapa infomasi yang berkenaan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Informasi yang didapat berupa segala hal yang berkaitan dengan perlindungan konsumen, hukum halal dan haram makanan, dan hukum jual beli.
5. Analisis Data
Dalam menganalisis suatu data harus terstruktur mengikuti tahapan-tahapannya, diantaranya:
26a. Memahami data adalah proses berpikir untuk mengetahui dari data-data yang diperoleh baik data sekunder maupun primer.
b. Mengumpulkan data adalah proses pemilihan dan pengelompokkan data yang didapat untuk memudahkan dalam pengelolahan data selanjutnya.
c. Menyeleksi data, adalah menyusun data yang sudah diseleksi agar teratur sehingga memudahkan dalam menganalisis.
24
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Sosial lainnya, Cet ke-3, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 108.
25
Haris, Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. (Jakarta: Salemba Humanika), hlm. 143.
26