• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PROFIL ANTROPOMETRI ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN ASIANOTIK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PROFIL ANTROPOMETRI ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN ASIANOTIK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)SKRIPSI PROFIL ANTROPOMETRI ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN ASIANOTIK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN 2014 – 2015. Oleh: RAFIQA AULIA 130100214. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017. Universitas Sumatera Utara.

(2) SKRIPSI. PROFIL ANTROPOMETRI ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN ASIANOTIK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN 2014 – 2015 “Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”. Oleh: RAFIQA AULIA 130100214. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017. Universitas Sumatera Utara.

(3) Universitas Sumatera Utara.

(4) ii. ABSTRAK Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin. Malnutrisi pada anak dengan PJB dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Hal ini disebabkan oleh karena anak tersebut akan lebih sering terkena penyakit, ketidak berhasilan operasi, gangguan pertumbuhan dan peningkatan resiko kematian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil antropometri anak dengan penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik. Penelitian ini bersifat deskriptif. Sampel penelitian ini merupakan total sampling yaitu sebanyak 147 pasien anak (usia 0 – 18 tahun) dengan penyakit jantung bawaan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pengumpulan data menggunakan data yang ada pada rekam medis. Terdapat 147 pasien anak yang didiagnosa dengan PJB. Proporsi pasien anak dengan PJB yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar daripada perempuan. Rentang usia yang paling sering didiagnosis PJB adalah 0 – 144 bulan. Jenis PJB yang paling sering ditemukan adalah DSV. Status gizi terbanyak pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2014 – 2015 merupakan gizi kurang. Perlu dilakukan pengontrolan status gizi secara rutin pada anak dengan penyakit jantung bawaan agar dapat mengurangi angka morbiditas anak akibat kekurangan gizi. Kata Kunci: penyakit jantung bawaan, antropometri, anak. Universitas Sumatera Utara.

(5) iii. ABSTRACT Congenital heart disease (CHD) is a disease with abnormalities in cardiac structure or function of the heart circulatory congenital disorder that occurs due to cardiac structures or failure of development in the early stages of fetal development. Malnutrition in children with congenital heart disease may increase morbidity and mortality. This is caused because the child will more often affected by the disease, several unsuccessful operations, growth disorders and increased risk of death.This study was conducted to determine anthropometric profiles of children with cyanotic congenital heart disease and acyanotic congenital heart disease. This research is descriptive. The research sample represents a total sampling of 147 pediatric patients (aged 0-18 years) with congenital heart disease who meet the inclusion and exclusion criteria. Collecting data using existing data in the medical record. There were 147 pediatric patients diagnosed with CHD. The proportion of male children with CHD was higher than female ones. The age range of the most commonly diagnosed CHD was 0-144 months. The most common type of CHD was DSV. Most nutritional status is in children with congenital heart disease in the H. Adam Malik Hospital in the year 2014 - 2015 is malnutrition. It should be done regularly control the nutritional status in children with congenital heart disease in order to reduce the morbidity of children from malnutrition. Keywords: congenital heart disease, anthropometry, child. Universitas Sumatera Utara.

(6) iv. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Profil Antropometri Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dan Asianotik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Tahun 2014 2015”. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK USU sewaktu saya diterima di Fakultas Kedokteran USU, dan dr. Aldy S. Rambe, Sp.S(K) selaku dekan FK USU yang sedang menjabat. 2. dr. Tina Christina Lumban Tobing, Sp.A(K) dan dr. H. Iman Helmi Effendi, M.Ked(OG), Sp.OG(K) selaku dosen pembimbing atas bimbingan, pengarahan, saran serta dukungan yang berarti kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp. KK(K) dan dr. Cut Aryfa Andra, M. Ked(Cardio), Sp. JP selaku dosen penguji penulis yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis. 4. dr. Sarma Nursani Lumbanraja, Sp. OG, sebagai dosen penasehat akademik penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghormatan atas waktu yang diluangkan dan bimbingan selama masa pendidikan penulis. 5. Staf Instalasi Rekam Medis H. Adam Malik yang telah memberi izin penulis melakukan penelitian. 6. Seluruh staf pengajar FK USU yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan. 7. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Rafi’i Ahmari dan Ibunda (Almh.) Ramsah yang telah membesarkan dengan penuh pengorbanan, kasih sayang dan selalu memberi doa, semangat dan dukungan moril kepada penulis. 8. Teman-teman sejawat saya Ira, Adinda, Dhiyas, Ayezsa, Andini dan Munawir yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan ini dan selalu menemani penulis semasa perkuliahan. 9. Keluarga besar Tim Bantuan Medis (TBM) FK USU yang selalu menghilangkan lara penulis selama ini.. Universitas Sumatera Utara.

(7) v. 10. Teman-teman seperjuangan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2013 yang telah berusaha bersama-sama dalam menyelesaikan studi di kampus ini. Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis masih menyadari bahwa isi skripsi ini masih perlu mendapatkan koreksi dan masukan untuk kesempurnaannya dan penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.. Penulis. Rafiqa Aulia. Universitas Sumatera Utara.

(8) vi. DAFTAR ISI Halaman Lembar Pengesahan. i. Abstrak ............................................................................................................. ii. Abstract ............................................................................................................ iii. Kata Pengantar................................................................................................ iv. Daftar Isi. vi. Daftar Tabel ..................................................................................................... ix. Daftar Gambar ................................................................................................ x. Daftar Singkatan ............................................................................................. xi. Daftar Lampiran ............................................................................................. xii. BAB 1 PENDAHULUAN. 1. 1.1.Latar Belakang. 1. 1.2.Rumusan Masalah. 2. 1.3.Tujuan Penelitian. 2. 1.3.1.Tujuan umum. 2. 1.3.1.Tujuan khusus. 2. 1.4.Manfaat Penelitian. 3. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2.1.Penyakit Jantung Bawaan. 4 4. 2.1.1.Definisi penyakit jantung bawaan. 4. 2.1.2.Epidemiologi penyakit jantung bawaan. 4. 2.1.3.Etiologi penyakit jantung bawaan. 4. 2.1.4.Klasifikasi penyakit jantung bawaan ....................................... 5. 2.1.4.1.Penyakit jantung bawaan non sianotik ........................ 5. 2.1.4.2.Penyakit jantung bawaan sianotik ............................... 10. 2.1.5.Diagnosis penyakit jantung bawaan ........................................ 12. 2.2.Status Gizi .......................................................................................... 14. 2.2.1.Definisi status gizi ................................................................... 14. 2.2.2.Penilaian status gizi ................................................................. 14. Universitas Sumatera Utara.

(9) vii. 2.2.3.Pengukuran antropometri ........................................................ 15. 2.2.4.Penilaian indeks massa tubuh anak ......................................... 16. 2.2.5.Tumbuh kembang pada anak dengan penyakit jantung bawaan.................................................................................... 17. 2.2.5.1.Gagal tumbuh pada penyakit jantung bawaan ............ 17. 2.2.5.2.Mekanisme malnutrisi pada penyakit jantung bawaan ......................................................................... 18. BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN. 21. 3.1.Kerangka Teori Penelitian. 21. 3.2.Kerangka Konsep Penelitian. 22. BAB 4 METODE PENELITIAN. 23. 4.1.Jenis Penelitian. 23. 4.2.Waktu dan Tempat Penelitian. 23. 4.3.Populasi dan Sampel. 23. 4.3.1.Populasi penelitian. 23. 4.3.2.Sampel penelitian. 23. 4.4.Metode Pengumpulan Data. 24. 4.5.Pengolahan dan Analisa Data. 24. 4.6.Definisi Operasional. 25. 4.7.Cara Ukur. 25. 4.8.Alat Ukur. 25. 4.9.Hasil Ukur. 25. 4.10.Skala Ukur. 26. 4.11.Alur Penelitian ................................................................................. 26. BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 27. 5.1.Hasil Penelitian .................................................................................. 27. 5.1.1.Deskripsi lokasi penelitian....................................................... 27. 5.1.2.Deskripsi karakteristik individu............................................... 27. Universitas Sumatera Utara.

(10) viii. 5.1.3.Hasil analisa data ..................................................................... 29. 5.2.Pembahasan ....................................................................................... 30. 5.2.1.Distribusi frekuensi sampel menurut jenis kelamin ................ 30. 5.2.2.Distribusi frekuensi sampel menurut rentang usia .................. 30. 5.2.3.Distribusi frekuensi sampel menurut jenis PJB ....................... 31. 5.2.4. Distribusi frekuensi status gizi sampel berdasarkan indeks massa tubuh dan jenis PJB..................................................... 31. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 33. 6.1.Kesimpulan ........................................................................................ 33. 6.2.Saran .................................................................................................. 33. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34. LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara.

(11) ix. DAFTAR TABEL. Nomor. Judul. Halaman. 2.1.. Etiologi Penyakit Jantung Bawaan ........................................ 5. 2.2.. Beberapa Faktor Lingkungan yang Dapat Menyebabkan PJB ......................................................................................... 5. 2.3.. Kategori Indeks Massa Tubuh ............................................. 16. 5.1.. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Jenis Kelamin ......... 28. 5.2.. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Rentang Usia ........... 28. 5.3.. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Jenis PJB ................. 29. 5.4.. Distribusi Frekuensi Status Gizi Sampel berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan Jenis PJB..................................... 29. Universitas Sumatera Utara.

(12) x. DAFTAR GAMBAR. Nomor. Judul. Halaman. 3.1.. Kerangka Teori Penelitian. 21. 3.2.. Kerangka Konsep Penelitian. 22. 4.1.. Kerangka Alur Penelitian. 27. Universitas Sumatera Utara.

(13) xi. DAFTAR SINGKATAN BMI. Body mass index. CDC. Centers for disease control. DAP. Duktus arteriosus persisten. DSA. Defek septum atrium. DSV. Defek septum ventrikel. DSAV. Defek septum atrioventrikularis. IAA. Interrupted aortic arch. IGF. Insulin like growth factor. IMT. Indeks massa tubuh. Koark. Koarktasio aorta. NCHS. National center for health statistics. PDA. Patent ductus arteriosus. PJB. Penyakit jantung bawaan. SA. Stenosis aorta. SD. Standart deviasi. SP. Stenosis pulmonal. TAB. Transposisi arteri besar. TF. Tetralogi fallot. VKAJKG. Ventrikel kanan dengan jalan keluar ganda. WHO. World health organization. Universitas Sumatera Utara.

(14) xii. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. : Kurva Status Gizi WHO dan CDC. Lampiran 2. : Form Data Rekam Medis. Lampiran 3. : Data Induk Responden. Lampiran 4. : Hasil Pengolahan data. Lampiran 5. : Surat Izin Penelitian. Lampiran 6. : Etichal Clearence. Lampiran 7. : Daftar Riwayat Hidup. Universitas Sumatera Utara.

(15) BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.1 Asia dilaporkan memiliki prevalensi kelahiran dengan PJB tertinggi, yaitu 9,3 per 1000 kelahiran hidup. Prevalensi kedua tertinggi adalah Eropa, yaitu 8,2 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Amerika Utara memiliki prevalensi kejadian PJB sebesar 6,9 per 1000 kelahiran hidup.2 Insidens PJB berkisar 8-10 bayi per 1000 kelahiran hidup dan 30 % diantaranya memberikan gejala pada minggu pertama kehidupan. Lima puluh persen kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik.3 Berdasarkan penilitian yang dilakukan Reyhana (2013) di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013 terdapat sebanyak 122 penderita PJB. Anak penderita PJB dengan jenis kelamin laki-laki didapati sebanyak 61 orang (50%) dan anak penderita PJB dengan jenis kelamin perempuan didapati sebanyak 61 orang (50%). Kelompok umur dengan jumlah sampel terbanyak berasal dari kelompok umur 0-24 bulan sebanyak 60 orang (49,2%).4 PJB dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yakni PJB sianotik dan asianotik. Jumlah pasien PJB asianotik jauh lebih besar daripada yang sianotik, yakni berkisar antara 3 sampai 4 kali.4 Malnutrisi pada anak dengan PJB dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Hal ini disebabkan oleh karena anak tersebut akan lebih sering terkena penyakit, ketidak berhasilan operasi, gangguan pertumbuhan dan peningkatan resiko kematian.5 Walaupun anak dengan PJB yang tidak begitu parah biasanya memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang normal, tetapi dengan adanya penyakit. 1. Universitas Sumatera Utara.

(16) 2. jantung yang dimiliknya mereka memiliki risiko yang besar untuk jatuh dalam keadaan nutrisi buruk, anak dengan PJB sering menunjukkan pencapaian berat badan yang tidak baik dan keterlambatan pertumbuhan.6 Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).7 Berdasarkan uraian tersebut, penyakit jantung bawaan mempunyai pengaruh terhadap gizi pada anak. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang masalah gizi dengan penyakit jantung bawaan maka dilakukan penelitian tentang “Profil Antropometri Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2014 - Desember 2015”.. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana profil antropometri anak dengan penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik di RSUP Haji Adam Malik Medan?”. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui bagaimana profil antropometri anak dengan penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2014 - Desember 2015. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui prevalensi pasien anak penderita penyakit jantung bawaan di RSUP. Haji Adam Malik periode Januari 2014 - Desember 2015. 2. Mengetahui jenis-jenis PJB yang didiagnosis pada pasien anak di RSUP. Haji Adam Malik periode Januari 2014 - Desember 2015. 3. Mengetahui profil antropometri anak dengan PJB asianotik. 4. Mengetahui profil antropometri anak dengan PJB sianotik.. Universitas Sumatera Utara.

(17) 3. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bidang Keilmuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang penyakit jantung bawaan. 2. Bidang Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai data untuk penelitian lebih lanjut mengenai profil antropometri anak dengan penyakit jantung bawaan sianotik dan asianotik. 3. Bidang Kesehatan Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang benar bagi masyarakat tentang profil antropometri anak dengan penyakit jantung bawaan.. Universitas Sumatera Utara.

(18) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Jantung Bawaan 2.1.1. Definisi Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.1. 2.1.2. Epidemiologi Asia dilaporkan memiliki prevalensi kelahiran dengan PJB tertinggi, yaitu 9,3 per 1000 kelahiran hidup.2 Insidens PJB berkisar 8-10 bayi per 1000 kelahiran hidup dan 30 % diantaranya memberikan gejala pada minggu pertama kehidupan. Lima puluh persen kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik.3. 2.1.3. Etiologi Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui. Pelbagai jenis obat, penyakit ibu, pajanan terhadap sinar X, telah diduga menjadi penyebab eksogen penyakit jantung bawaan. Penyakit rubela yang diderita ibu pada awal kehamilannya dapat menyebabkan penyakit jantung bawaan pada bayinya, terutama duktus arteriosus persisten, defek septum ventrikel, atau stenosis pulmonal perifer. Disamping faktor eksogen terdapat pula faktor endogen yang berhubungan dengan kejadian penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebabnya adalah multifaktorial, yakni gabungan antara kerentanan individual dengan faktor eksogen. 3. 4. Universitas Sumatera Utara.

(19) 5. Tabel 2.1. Etiologi Penyakit Jantung Bawaan. Etiologi. Persentase. Genetik. 10%. Kromosom. 7%. Monogenik. 3%. Lingkungan. 3%. Multifaktorial. 90%. Sumber: Sastroasmoro S, Madiyono B. Penyakit Jantung Bawaan. Dalam:Sastroasmoro S, Madiyono B editors. Kardiologi anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 1994.p:165-233. Tabel 2.2. Beberapa Faktor Lingkungan yang Dapat Menyebabkan Penyakit Jantung Bawaan. KELAINAN. % DENGAN PJB. KELAINAN JANTUNG UTAMA. Sindrom rubela. 50%. DAP, SP perifer. Embriopati diabetes. 3-5%. TAB, DSV, Koark. Fenilketonuria. 30%. TF, DSV, DSA. Embriopati talidomid. 13%. TF, TAB, VKAJKG. Embriopati isotretinoin. 25%. TF, TAB, IAA. Sindrom janin alkohol. 35%. DSV, DSA, TF. Sindrom janin hidantoin. 10%. SP, SA, DAP. Sindrom janin trimetadoin. 50%. DSV, TF. Sumber: Sastroasmoro S, Madiyono B. Penyakit Jantung Bawaan. Dalam:Sastroasmoro S, Madiyono B editors. Kardiologi anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 1994.p:165-233. 2.1.4. Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan Defek jantung kongenital dapat dibagi menjadi dua kelompok besar didasarkan pada ada atau tidak adanya sianosis, yang dapat ditentukan dengan pemeriksaan fisik, dibantu dengan oksimetri transkutan.8. Universitas Sumatera Utara.

(20) 6. 2.1.4.1. Penyakit jantung bawaan non sianotik Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis. Terdapat 2 kelompok besar PJB non sianotik; yaitu PJB non sianotik dengan lesi atau lubang di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan dan PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung.1 Kelompok PJB non sianotik yang terdapat aliran pirau dari kiri dan kanan: 1. Defek Septum Atrium Defek septum atrium ditandai dengan adanya cacat di septum intra atrial yang memungkinkan aliran balik vena pulmonalis dari atrium kiri ke atrium kanan.9 Defek septum atrial pada bayi dan anak merupakan kelainan jantung bawaan dengan angka kejadian 1 dari 1500 kelahiran hidup dan merupakan 5-10% dari semua penyakit jantung bawaan. Ada 4 tipe DSA, yaitu DSA primum, DSA sekundum, DSA sinus venosus serta DSA sinus koronarius.10 Klasifikasi DSA dibagi menurut letak defek pada septum atrium, yaitu: 1) Ostium Primum, merupakan hasil dari kegagalan fusi ostium primum dengan bantalan endokardial dan meninggalkan defek di dasar septum. 2) Kejadian DSA Ostium primum pada wanita sama dengan pria dan terhitung sekitar 20% dari seluruh kasus PJB. 3) Ostium Sekundum, defek ini terdapat pada daerah fosa ovalis. Ini adalah bentuk defek sekat atrium yang paling sering dan bersama dengan katup atrioventrikular normal. Defek ini mungkin tunggal atau multiple. Wanita beresiko 3 kali lebih banyak dari pada pria. 4) Sinus Venosus, defek terletak pada bagian atas sekat atrium berhubungan dekat dengan masuknya vena cava superior.. Universitas Sumatera Utara.

(21) 7. Seringkali, satu atau lebih vena pulmonalis (biasanya dari paru kanan) secara anomali mengalirkan kedalam vena cava superior.8 5) Sinus koronarius, defek ini terletak di bagian septum atrium yang mencakup lubang sinus koroner dan ditandai oleh tidak adanya setidaknya sebagian dari dinding yang biasa memisahkan sinus koroner dengan atrium kiri.11 2. Defek Septum Ventrikel Defek Septum Ventrikel (DSV) adalah lesi kongenital pada jantung berupa lubang pada septum yang memisahkan ventrikel sehinggal terdapat hubungan antara antar rongga ventrikel.12 Defek septum ventrikel merupakan bentuk malformasi jantung paling sering, meliputi 25% penyakit jantung kongenital.8 DSV dapat diklasifikasikan menjadi 4:13 1) DSV perimembranosa Pada jenis ini, sebagian besar defek terdapat pada septum ventrikel pars membranosa, akan tetapi hampir selalu mencakup juga septum pars muskularis yang berdekatan. Oleh karena itu, DSV ini lebih sering disebut sebagai DSV perimembranosa atau infrakirista atau subaorta. DSV perimembranosa merupakan DSV yang paling sering ditemukan, yaitu sekitar 70%. 2) DSV outlet Sekitar. 5-7%. DSV. di. Negara. barat. merupakan. DSV. outlet/infundibular/konal dan di Negara timur jenis ini dilaporkan sekitar 30%. DSV jenis ini terletak di septum outlet/konal dan pinggirnya dibentuk oleh annulus katup aorta dan pulmonalis. Jenis ini dulu disebut juga dengan DSV suprakrista, konal, subpulmonalis atau subarterial. DSV yang terletak tepat di bawah katup aorta dan pulmonalis disebut juga dengan DSV subarterial atau doubly commited subarterial defect atau DSV tipe oriental.. Universitas Sumatera Utara.

(22) 8. 3) DSV intlet DSV intlet berkisar antara 5-8%. DSV terletak di posterior dan inferior dari septum ventrikel pars membranosa, di bawah daun katup trikuspid pars septalis katup dan di inferior dari mukulus papilaris konus. 4) DSV muskularis DSV jenis ini merupakan 5-20% DSV. Defek sering multiple. Berdasarkan lokasinya DSV muskularis dibagi lagi menjadi 4:13 1) Apikalis, DSV terletak di bagian apeks jantung 2) Midmuskularis,. DSV. terletak. posterior. dari. trabekula. septomarginalis. 3) Anterior/marginalis, DSV ini biasanya multiple, kecil dan berliku-liku, terletak sepanjang septal junction ventrikel kanan. 4) Sweet cheese, DSV multiple, mencakup semua komponen septum ventrikel. 3. Duktus Arteriosus Paten Merupakan suatu kelainan dimana vascular yang menghubungkan arteri pulmonal dan aorta pada fase fetal tetap paten sampai lahir.14 Penutupan fungsional duktus normalnya terjadi segera setelah lahir, tetapi jika duktus tetap terbuka ketika tahanan vascular pulmonal turun, darah aorta darah aorta dialirkan ke dalam arteri pulmonalis. PDA merupakan salah satu anomali kardiovaskuler kongenital yang paling sering akibat infeksi rubela ibu selama awal kehamilan.8 4. Defek Septum Atrioventrikular Defek Septum Atrioventrikularis (DSAV) ditandai dengan penyatuan. DSA. dan. DSV. disertai. abnormalitas. katup. atrioventrikular.8 Defek septum atrioventrikular mewakili sekitar 4% dari anomali jantung bawaan dan sering dikaitkan dengan kelainan jantung lainnya. Menurut Spicer, defek septum atrioventrikular mencakup 30-40% dari. Universitas Sumatera Utara.

(23) 9. kelainan jantung pada pasien dengan sindrom Down yang telah diamati.15 Kelompok PJB non sianotik yang tidak terdapat pirau antara lain: 1. Stenosis Aorta Stenosis aorta derajat ringan atau sedang umumnya asimptomatik sehingga sering terdiagnosis secara kebetulan karena saat pemeriksaan rutin terdengar bising sistolik ejeksi dengan atau tanpa klik ejeksi di area aorta; parasternal sela iga 2 kiri sampai ke apeks dan leher. Pada stenosis aorta yang ringan dengan gradien tekanan sistolik kurang dari 50 mmHg tidak perlu dilakukan intervensi. Intervensi bedah valvotomi atau non bedah Balloon Aortic Valvuloplasty harus segera dilakukan pada neonatus dan bayi dengan stenosis aorta valvular yang kritis serta pada anak dengan stenosis aorta valvular yang berat atau gradien tekanan sistolik 90 – 100 mmHg.1 Prognosisnya baik pada kebanyakan anak dengan stenosis aorta ringan sampai sedang. Pada sejumlah kecil penderita yang menderita obstruksi berat, kematian mendadak pernah terjadi. Pada keadaan tersebut biasanya ada bukti hipertrofi ventrikel kiri menyeluruh. Bayi yang datang sesudah umur satu atau dua minggu pertama berespons baik terhadap pengurangan stenosis, dan fungsi ventrikel kiri membaik.8 2. Stenosis Pulmonal Stenosis pulmonal adalah kelainan jantung bawaan yang umum, ditandai dengan obstruksi aliran dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Stenosis pulmonal dapat terjadi sendiri atau dihubungkan dengan jenis lain kelainan jantung bawaan.16 Status gizi penderita dengan Stenosis pulmonal umumnya baik dengan pertambahan berat badan yang memuaskan. Bayi dan anak dengan stenosis pulmonal ringan umumnya asimptomatik dan tidak sianosis sedangkan neonatus dengan stenosis pulmonal berat atau kritis akan terlihat takipnoe dan sianosis.1. Universitas Sumatera Utara.

(24) 10. 3. Koarktasio Aorta Koarktasio aorta adalah penyempitan terlokalisasi pada aorta yang umumnya terjadi pada daerah duktus arteriosus. Koarktasio aorta dapat pula terjadi praduktal atau pascaduktal. Gejala dapat timbul mendadak. Tanda klasik koarktasio aorta adalah nadi brakialis yang teraba normal atau kuat, sedangkan nadi femoralis serta dorsalis pedis tidak teraba atau teraba kecil.17 Kelainan ini memiliki kejadian 1 dari 6000 kelahiran hidup. Koarktasio aorta sering terjadi pada pasien dengan Sindrom Turner (45, XO). 2.1.4.2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau terdapat percampuran darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan–kaki dalah penampilan utama pada golongan PJB ini dan akan terlihat bila reduce haemoglobin yang beredar dalam darah lebih dari 5 gram %.1 1. Tetralogi Fallot Tetralogi fallot secara klasik terdiri atas kombinasi dari penyumbatan aliran keluar ventrikel kanan (stenosis pulmonal), defek sekat ventrikel (DSV), dekstroposisi aorta dengan menumpangi sekat, dan hipertrofi ventrikel kanan.8 Tetralogi Fallot (TF) menggambarkan sekitar 10% dari kasus penyakit jantung bawaan (PJB), terjadi pada 3-6 bayi untuk setiap 10.000 kelahiran dan merupakan penyebab paling umum dari penyakit jantung jantung bawaan sianosis. Kelainan ini mencakup sepertiga dari semua PJB pada pasien yang lebih muda dari 15 tahun.18 Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien TF tergantung dua variable, derajat obstruksi pulmonal dan resistensi vascular sistemik.. Universitas Sumatera Utara.

(25) 11. Sebagian besar pasien dengan TF akan mengalami gangguan pertumbuhan, kadang terjadi sirkulasi kolateral ke paru sehingga dapat mempertahankan pertumbuhan. Hipertrofi ventrikel kanan biasanya tidak terlalu berat, tidak sampai terjadi obliterasi rongga ventrikel kanan, sehingga masih dimungkinkan tindakan reparasi. Bila obstruksi pulmonal tidak terlau berat maka derajat sianosis ringan, dikenal sebagai acyanotic fallot atau pink tetralogy, terkadang dapat ditemui pada dewasa muda.19 2. Transposisi Arteri Besar Pada transposisi arteri besar ini, setiap pembuluh darah besar keluar secara tidak tepat dari ventrikel yang berlawanan, yaitu aorta berasal dari ventrikel kanan sedangkan arteri pulmonal berasal dari ventrikel kiri.20 Kelainan ini mencapai 5-7% dari semua pasien dengan penyakit jantung bawaan di Amerika Serikat. Kejadian pertahun secara keseluruhan adalah 20-30 per 100.000 kelahiran hidup. Transposisi arteri besar terjadi tersendiripada 90% pasien dan jarang berhubungan dengan sindrom atau malformasi ekstrakardiak. Kelainan jantung bawaan ini lebih sering terjadi pada bayi dari ibu yang terkena diabetes.21 3. Atresia Pulmonal dengan Defek Sekat Ventrikel Atresia pulmonal dengan defek sekat ventrikel adalah penyakit jantung bawaan sianotik ditandai dengan tidak berkembangnya saluran keluar ventrikel kanan dengan atresia katup pulmonal dan defek septum ventrikel besar (DSV). Perkiraan terbaik dari frekuensi relatif dari atresia paru dengan defek septum ventrikel adalah 2,53,4% dari semua cacat jantung bawaan. Atresia paru dengan defek septum ventrikel sedikit lebih umum pada laki-laki daripada perempuan.22. Universitas Sumatera Utara.

(26) 12. 4. Atresia Pulmonal dengan Sekat Ventrikel Utuh Pada kelainan ini daun katup pulmonal berfusi sempurna membentuk membrane, dan saluran aliran keluar ventrikel kanan atresia. Karena tidak ada defek sekat ventrikel, tidak ada jalan keluar darah dari ventrikel kanan. Karena duktus arteriosus menutup pada umur beberapa jam atau beberapa hari pertama, bayi dengan atresia pulmonal dan sekat ventrikel utuh menjadi sangat sianotik.8 Di Amerika Serikat atresia pulmonal dengan sekat ventrikel utuh terjadi pada 7 -8 per 100.000 kelahiran hidup dan 0,7-3,1% pada pasien dengan penyakit jantung bawaan.23 5. Atresia Trikuspidal Pada atresia trikuspidal tidak ada jalan keluar dari atrium kanan ke ventrikel kanan dam seluruh vena sistemik kembali masuk ke jantung kiri dengan melalui foramen ovale atau defek sekat atrium (DSA) yang menyertai.8 Bergantung pada derajat obstruksi dan kelainan yang terjadi, atresia trikuspid mungkin dapat menyebabkan kematian saat lahir. Tanpa operasi, pasien jarang bertahan sampai dewasa.24. 2.1.5. Diagnosis Penyakit Jantung Bawaan Diagnosis penyakit jantung bawaan ditegakkan berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dasar serta lanjutan. Pemeriksaan penunjang dasar yang penting untuk penyakit jantung bawaan adalah. foto. rontgen. dada,. elektrokardiografi,. dan. pemeriksaan. laboratorium rutin. Pemeriksaan lanjutan (untuk penyakit jantung bawaan) mencakup ekokardiografi dan kateterisasi jantung. Kombinasi ke dua pemeriksaan lanjutan tersebut untuk visualisasi dan konfirmasi morfologi dan pato-anatomi masing-masing jenis penyakit jantung bawaan memungkinkan ketepatan diagnosis mendekati seratus persen. Kemajuan teknologi dibidang diagnostik kardiovaskular dalam dekade terakhir menyebabkan pergeseran persentase angka kejadian beberapa jenis. Universitas Sumatera Utara.

(27) 13. penyakit jantung bawaan tertentu. Hal ini tampak jelas pada defek septum atrium dan transposisi arteri besar yang makin sering dideteksi lebih awal.25 Makin canggihnya alat ekokardiografi yang dilengkapi dengan Doppler berwarna, pemeriksaan tersebut dapat mengambil alih sebagian besar pemeriksaan kateterisasi dan angiokardiografi. Hal ini sangat dirasakan manfaatnya untuk bayi dengan PJB kompleks, yang sukar ditegakkan diagnosisnya hanya berdasarkan pemeriksaan darah rutin dan sulitnya pemeriksaan kateterisasi jantung pada bayi. Ekokardiografi dapat pula dipakai sebagai pemandu pada tindakan septostomi balon transeptal pada transposisi mempunyai. arteri. besar.. keunggulan. Disamping lainnya. lebih. yaitu. murah,. mudah. ekokardiografi. dikerjakan,. tidak. menyakitkan, akurat dan pasien terhindar dari pajanan sinar X. Bahkan dirumah sakit yang mempunyai fasilitas pemeriksaan ekokardiografi, foto toraks sebagai pemeriksaan rutinpun mulai ditinggalkan. Namun demikian apabila ditangan seorang ahli tidak semua pertanyaan dapat dijawab dengan menggunakan sarana ini, pada keadaan demikian angiografi radionuklir dapat membantu. Pemeriksaan ini disamping untuk menilai secara akurat fungsi ventrikel kanan dan kiri, juga untuk menilai derasnya pirau kiri ke kanan. Pemeriksaan ini lebih murah daripada kateterisasi jantung, dan juga kurang traumatis.25 Tingginya akurasi pemeriksaan ekokardiografi, membuat pemeriksaan kateterisasi pada tahun 1980 menurun drastis. Sarana diagnostik lain terus berkembang,. misalnya. digital. substraction. angiocardiography,. ekokardiografi transesofageal, dan ekokardiografi intrafaskular. Sarana diagnostik utama yang baru adalah magnetic resonance imaging, dengan dilengkapi modus cine sarana pemeriksaan ini akan merupakan andalan dimasa mendatang.25. Universitas Sumatera Utara.

(28) 14. 2.2. Status Gizi 2.2.1. Definisi Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.26. 2.2.2. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara yaitu27: 1. Secara Klinis Penilaian Status Gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan gambaran masalah gizi yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral. 2. Secara Biokimia Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia. 3. Secara Biofisik Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat. tanda. dan. gejala. kurnag. gizi.. Pemeriksaan. dengan. memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya. 4. Secara antropometri Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan. Universitas Sumatera Utara.

(29) 15. komposisi dari berbagai tingkat umur dan gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.. 2.2.3. Pengukuran Antropometri Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak.28 1. Berat dan Tinggi Badan terhadap umur : 1) Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku, beberapa kali secara berkala misalnya berat badan anak diukur tanpa baju, mengukur panjang bayi dilakukan oleh 2 orang pemeriksa pada papan pengukur (infantometer), tinggi badan anak diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan stadiometer. 2) Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk anak usia 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan wanita. 3) Cara canggih yang lebih tepat untuk menetapkan obesitas pada anak dengan kalkulasi skor Z (atau standard deviasi) dengan mengurangi nilai berat badan yang dibagi dengan standard deviasi populasi referens. Skor Z =atau > +2 (misalnya 2SD diatas median) dipakai sebagai indikator obesitas. 2. Lingkar kepala, lingkar lengan, lingkaran dada diukur dengan pita pengukur yang tidak molor. Baku Nellhaus dipakai dalam menentukan lingkaran kepala (dikutip oleh Behrman, 1968). Sedangkan lingkaran lengan menggunakan baku dari Wolanski, 1961 yang berturut-turut diperbaiki pada tahun 1969. 3. Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold Caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul, penting untuk menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar melakukannya dan alatnyapun mahal (Harpenden Caliper).. Universitas Sumatera Utara.

(30) 16. 4. Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah dipakai secara luas, yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2).. Tabel 2.3. Kategori Indeks Massa tubuh. Kategori IMT. (kg/m2). Underweight. <18,5. Normal. 18,5-24,99. Overweight. ≥25,00. Preobese. 25,00-29,99. Obesitas tingkat 1. 30,00-34,99. Obesitas tingkat 2. 35,00-39,9. Obesitas tingakt 3. ≥40,0. Sumber: World Health Organization. 2.2.4. Penilaian Indeks Massa Tubuh Anak Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah jumlah yang dihitung dari berat dan tinggi badan anak. IMT dapat merupakan suatu indikator yang dapat menilai kegemukan tubuh bagi sebagian besar anak-anak dan remaja. Setelah IMT dihitung, hasil IMT diplot pada grafik CDC-IMT ataupun kurva WHO sesuai usia (baik anak perempuan atau anak laki-laki) untuk mendapatkan peringkat persentil. Persentil adalah indikator yang paling umum digunakan untuk menilai ukuran dan pertumbuhan pola masingmasing anak di Amerika Serikat. Persentil menunjukkan posisi relatif dari hasil IMT anak antara anak-anak dari jenis kelamin dan usia yang sama. Grafik pertumbuhan menunjukkan kategori status berat badan digunakan dengan anak-anak dan remaja (underweight, berat badan yang sehat, kelebihan berat badan, dan obesitas).. Universitas Sumatera Utara.

(31) 17. Berikut ini merupakan kategori IMT berdasarkan usia: 1. Kurva CDC < 5th persentil. : Underweight. 5th persentil - < 85th persentil : Normal (Gizi Baik) 85th persentil - < 95th persentil: Overweight >= 95th persentil. : Obesitas. 2. Kurva WHO < 5th persentil. : Underweight. 5th persentil - < 85th persentil : Normal (Gizi Baik) 85th persentil - < 95th persentil: Overweight >= 95th persentil. : Obesitas. Nilai z-score untuk kurva WHO: < -3SD. : Gizi buruk / Kurus sekali. < -2SD s/d -3SD : Gizi kurang / Kurus -2SD s/d +2SD. : Gizi baik / Normal. > +2SD. : Gizi lebih / Gemuk. 2.2.5. Tumbuh Kembang pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan 2.2.5.1. Gagal Tumbuh pada Penyakit Jantung Bawaan Anak dengan penyakit jantung bawaan dapat menunjukkan gangguan pertumbuhan. Gagal tumbuh terjadi sudah sejak masa awal bayi. Beberapa keadaan yang dapat menerangkan gagal tumbuh pada anak dengan penyakit jantung bawaan adalah keadaan hipoksia dan kesulitan bernapas yang menyebabkan persoalan makan pada anak. Anoksia dan kongesti vena pada saluran cerna dapat menyebabkan malabsorpsi makanan, anoksia perifer dan asidosis menyebabkan ketidakcukupan nutrisi serta peningkatan laju metabolik menunjukkan ketidakcukupan masukan makanan untuk pertumbuhan. Anak dengan penyakit jantung bawaan memerlukan. pemantauan. pertumbuhan. untuk. mempertahankan. pertumbuhan linier dan peningkatan berat badan agar berhasil dengan optimal.29. Universitas Sumatera Utara.

(32) 18. 2.2.5.2. Mekanisme Malnutrisi pada Penyakit Jantung Bawaan Berat badan bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan umumnya normal sesuai masa kehamilan. Toleransi makan bayi dengan penyakit jantung bawaan pada awal pemberian makan pada umumnya masih cukup baik, tetapi sesak dan napas yang cepat membuat anak/bayi kelelahan dan kemudian menyebabkan bayi menghentikan makannya. Terdapat beberapa faktor penyebab pertumbuhan pada anak dengan penyakit jantung bawaan tidak optimal. Misalnya ketidakcukupan masukan kalori, malabsorpsi, usia saat operasi dan peningkatan kebutuhan energi. Ketidak cukupan masukan kalori merupakan penyebab gagal tumbuh yang paling banyak.29 1. Masukan Kalori yang Tidak Adekuat Pada anak dengan penyakit jantung bawaan, pemakaian energi meningkat dan seringkali terjadi bersamaan dengan masukan kalori yang tidak adekuat. Masukan kalori yang tidak adekuat terjadi apabila anak dengan penyakit jantung bawaan mulai kehilangan nafsu makan atau akibat oleh ketidakmampuan tubuh memakai zat-zat gizi untuk pertumbuhan bayi/anak oleh karena anoksia, asidosis, malabsorpsi dan peningkatan kebutuhan zat gizi. Pembesaran hati oleh karena gagal jantung kongestif menyebabkan pengurangan volume lambung dan potensial menyebabkan refluks gastro esophageal serta aspirasi. Gagal jantung kongestif juga menyebabkan edema dan hipoksia. Peneliti lain menduga bahwa pada anak dengan penyakit jantung bawaan, terjadi perlambatan maturasi serta fungsi saluran cema yang disebabkan oleh hipoksia kronik. Protein losing enteropathy (enteropati hilang protein) dan steatore adalah dua keadaan kelainan yang sering terjadi. 29,30 2. Peningkatan Laju Metabolik Peningkatan laju metabolik sering dijumpai pada anak dengan penyakit jantung bawaan, terutama bila terjadi gagal jantung kongestif. Peningkatan laju metabolik dinilai dengan mengetahui konsumsi oksigen. Konsumsi oksigen pada anak dengan penyakit jantung bawaan. Universitas Sumatera Utara.

(33) 19. dan gagal tumbuh meningkat jika dibandingkan dengan anak dengan penyakit jantung bawaan tanpa disertai gagal tumbuh (9,4 mL 02 /kg/menit vs 6,5 mL 02/kg/menit). Keadaan yang sama terjadi apabila anak dengan penyakit jantung bawaan mengalami malnutrisi berat dibandingkan dengan anak dengan penyakit jantung bawaan yang pertumbuhan normal.29. Beberapa keadaan dapat meningkatkan laju metabolik, antara lain: 1) Peningkatan metabolisme otak pada anak yang kurang gizi sebesar dua kali lipat. 2) Peningkatan metabolisme yang berkaitan dengan peningkatan jumlah sel-sel tubuh. 3) Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis sebagai respons terhadap gagal jantung kongestif, terutama saraf simpatis pada jaringan-hematopoeisis, otot jantung dan pernapasan. 4) Terjadi infeksi pada anak, seperti penyakit saluran napas, infeksi saluran kemih, infeksi telinga, serta sepsis. Keadaan tersebut akan meningkatkan suhu tubuh dan laju metabolik. Setiap peningkatan suhu tubuh 10 dari suhu tubuh normal akan meningkatkan laju metabolik sampai 13%. 3. Usia Saat Operasi Usia saat dilakukan operasi sangat mempengaruhi masa pemulihan anak dengan penyakit jantung bawaan untuk mengejar tumbuh kembangnya, baik tinggi maupun berat badan. Tanpa nutrisi yang adekuat, tidak akan mungkin dilakukan operasi pada usia lebih dini. Anak dengan berat badan kurang dari 4,5 kg memiliki risiko kematian yang tinggi saat dilakukan operasi. Anak yang berhasil hidup setelah operasi memerlukan waktu pemulihan untuk kenaikan berat badan dalam beberapa bulan, sedangkan tumbuh kejar untuk lingkar kepala dan tinggi badan memerlukan waktu lebih dari satu tahun. Berbagai variabel medis dan non-medis juga mempengaruhi usia saat anak. Universitas Sumatera Utara.

(34) 20. dilakukan operasi, termasuk jenis asuransi kesehatan dan kemudahan akses mencapai fasilitas kesehatan.29 Pada kasus PDA, didapatkan percepatan kenaikan berat badan 28% dan tinggi badan 20% secara bermakna setelah dilakukan operasi. Anak yang lahir dengan berat lahir normal dengan VSD besar dan gagal jantung kongestif menunjukkan kenaikan berat badan, tinggi badan, serta lingkar kepala yang bermakna sesudah dilakukan operasi pada usia dini (kurang dari 7 bulan), perbaikan ini dicapai dalam waktu 6 sampai 12 bulan sesudah operasi.29 4. Hipoksia Seluler Pada pasien dengan penyakit jantung bawaan dapat terjadi gagal tumbuh. Mekanisme terjadinya gagal tumbuh pada penderita ini belum diketahui secara pasti. Metabolisme basal yang meningkat dan kebutuhan energi yang tinggi serta penurunan masukan kalori mungkin terlibat, tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa konsumsi oksigen PJB sianotik lebih rendah daripada PJB non sianotik. Hipoksia diduga menyebabkan berkurangnya pembelahan sel akibat berkurangnya sintesa protein. Mekanisme yang menyebabkan berkurangnya sel lemak pada penderita diduga akibat hipoksia kronis pada saat fase pertumbuhan cepat (awal kehidupan). Pola pertumbuhan pada PJB asianotik lebih dipengaruhi oleh berat badan dibandingkan dengan tinggi badan. Pada PJB didapatkan adanya penurunan faktor-faktor pertumbuhan seperti serum IGF-1(insulin like growth factor 1) dan IGF BP-3 (insulin like growth factor binding protein-3).30. Universitas Sumatera Utara.

(35) BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. 3.1. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :. Gambar 3.1. Kerangka Teori. 21. Universitas Sumatera Utara.

(36) 22. 3.2. Kerangka Konsep Anak dengan penyakit. Profil Antopometri. jantung bawaan. Kurva WHO dan CDC Gambar 3.2. Kerangka Konsep. Universitas Sumatera Utara.

(37) BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan melihat profil antropometri pada anak dengan penyakit jantung bawaan melalui rekam medis. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang.. 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2016 – November 2016. Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Tempat penelitian ini dipilih karena RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan pusat pelayanan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan, khususnya di wilayah Sumatera Utara.. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Populasi penelitian adalah seluruh rekam medis anak dengan penyakit jantung bawaan berusia kurang dari 18 tahun di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2014 – Desember 2015.. 4.3.2. Sampel Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling dimana semua rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjadi sampel penelitian.. 23. Universitas Sumatera Utara.

(38) 24. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah: 1. Kriteria inklusi Seluruh rekam medis pasien penderita penyakit jantung bawaan yang berumur 0-18 tahun di RSUP. Haji Adam Malik periode Januari 2014 – Desember 2015. 2. Kriteria Eksklusi 1) Rekam medis pasien penderita penyakit jantung bawaan yang berumur 0-18 tahun di RSUP. Haji Adam Malik periode Januari 2014 - Desember 2015 yang tidak memiliki data tentang berat badan dan tinggi badan. 2) Rekam medis pasien penderita penyakit jantung bawaan yang berumur 0-18 tahun di RSUP. Haji Adam Malik periode Januari 2014 – Desember 2015 yang lembarannya rusak. 3) Rekam medis pasien penderita penyakit jantung bawaan yang berumur 0-18 tahun di RSUP. Haji Adam Malik periode Januari 2014 – Desember 2015 yang tulisannya tidak dapat dibaca.. 4.4. Metode Pengumpulan Data Data diperoleh dengan melihat berat badan dan tinggi badan pasien yang berumur 0 – 18 tahun dengan penyakit jantung bawaan yang tercatat di rekam medis dari Januari 2014 hingga Desember 2015 di RSUP. Haji Adam Malik Medan.. 4.5. Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dari rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan akan diolah menggunakan sistem komputerisasi. Analisis data dilakukan secara dekriptif dengan menggunakan program komputer statistik yang sesuai. Data yang akan diolah adalah mean dan standar deviasi.. Universitas Sumatera Utara.

(39) 25. 4.6.. Definisi Operasional 1. Anak dengan PJB adalah seseorang yang belum berumur delapan belas tahun dan didiagnosis dengan penyakit jantung bawaan. 2. Penyakit jantung bawaan adalah suatu kelainan pada stuktur atau fungsi sirkulasi jantung yang telah ada saat lahir yang telah didiagnosa oleh dokter spesialis dan telah terbukti dengan pemeriksaan penunjang diantaranya foto toraks, elektrokardiogram, dan echokardiografi. 3. Antropometri adalah metode yang digunakan untuk menilai kondisi tubuh seseorang dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, tebal lipatan kulit dan perhitungan indeks massa tubuh. Pada penelitian ini yg digunakan adalah perhitungan indeks masa tubuh yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2) kemudian di plot kan ke kurva WHO dan CDC.. 4.7.Cara Ukur Cara ukur pada penelitian ini adalah dengan menghitung indeks massa tubuh berdasarkan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang tercatat di rekam medis pasien kemudian di plot kan ke kurva WHO dan CDC.. 4.8.Alat Ukur Alat ukur pada penelitian ini adalah data rekam medis pasien anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode Januari 2014 – Desember 2015.. 4.9.Hasil Ukur Hasil ukur pada penelitian ini adalah: < 5th persentil. : Underweight (Gizi Kurang). 5th persentil - < 85th persentil. : Normal (Gizi Baik). 85th persentil - < 95th persentil. : Overweight. th. >= 95 persentil. : Obesitas. Universitas Sumatera Utara.

(40) 26. 4.10.Skala Ukur Skala ukur yang dipakai pada penelitian ini adalah skala numerik yang kemudian dikonversikan menjadi skala ordinal. 4.11. Alur Penelitian. Persetujuan dosen pembimbing dan penentuan judul penelitian : “PROFIL ANTROPOMETRI ANAK DENGAN PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK DAN ASIANOTIK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014 – 2015”. Survei awal penelitian di Poli Kardiologi Anak dan Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Penulisan proposal penelitian. Sidang proposal penelitian. Pengumpulan data penelitian di Poli Kardiologi Anak dan Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Pengolahan dan analisa data penelitian. Penyusunan hasil penelitian secara keseluruhan. Sidang hasil penelitian. Gambar 4.1. Kerangka Alur Penelitian. Universitas Sumatera Utara.

(41) BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.. Hasil Penelitian Proses pengambilan data dilakukan dengan pecatatan data pada rekam. medis anak berusia kurang dari 18 tahun dengan penyakit jantung bawaan yang dilaksanakan di RSUP. H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu bulan Oktober 2016. 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik sebagai. rumah. sakit. kelas. A. sesuai. dengan. SK. Menkes. No.. 355/Menkes/SK/VII/1990. Rumah sakit ini berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standard dan tenaga kesehatan yang kompeten. RSUP Haji Adam Malik juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang bervariasi. RSUP Haji Adam Malik memiliki bagian instalasi rekam medis yang merupakan tempat pengambilan data pada penelitian ini. 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini merupakan seluruh anak berusia kurang dari 18 tahun dengan penyakit jantung bawaan di RSUP. Haji Adam Malik periode 2014-2015. Jumlah keseluruhan pasien anak PJB berusia kurang dari 18 tahun pada periode Januari 2014 - Desember 2015 yang terdapat dalam rekam medis adalah sebanyak 147 subjek, dengan karakteristik sebagai berikut:. 27. Universitas Sumatera Utara.

(42) 28. Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Subjek menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin. N. Laki-laki. % 74. 50,3. Perempuan. 73. 49,7. Total. 147. 100. Dari tabel 5.1. dapat dilihat terdapat jumlah subjek laki-laki sebanyak 74 orang (50,3%) dan jumlah subjek perempuan sebanyak 73 orang (49,7%).. Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Subjek menurut Rentang Usia Rentang Usia. n. %. 0 - 24 bulan (0-2 tahun). 97. 66,0. 25 – 48 bulan (>2-4 tahun). 6. 4,1. 49 – 72 bulan (>4-6 tahun). 15. 10,2. 73 – 96 bulan (>6-8 tahun). 6. 4,1. 97 – 120 bulan (> 8-10 tahun). 9. 6,1. 121 – 144 bulan (>10-12 tahun). 8. 5,4. >144 bulan (>12 tahun). 6. 4,1. Total. 147. 100,0. Dari Tabel 5.2. jumlah subjek terbanyak berasal dari kelompok umur 0-24 bulan sebanyak 97 orang (66,0%), diikuti oleh kelompok umur 49-72 bulan sebanyak 15 orang (10,2%), kemudian kelompok umur 97-120 bulan sebanyak 9 orang (6,1%), selanjutnya kelompok umur 121-144 bulan sebanyak 8 orang (5,4%), dan kelompok umur 25-48 bulan, 73-96 bulan dan >144 bulan didapati jumlah subjek yang sama yaitu masing-masing sebanyak 6 orang (4,1%).. Universitas Sumatera Utara.

(43) 29. 5.1.3. Hasil Analisis Data Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian menurut Jenis PJB Jenis PJB. N. %. DSA. 33. 22,4. DSV. 48. 32,7. DAP. 35. 23,8. DSAV. 9. 6,1. SP. 1. 0,7. TOF. 14. 9,5. TAB. 2. 1,4. AP. 2. 1,4. AT. 3. 2,0. Total. 147. 100,0. PJB Asianotik. PJB Sianotik. Dari tabel 5.3. dapat dilihat dari 147 subjek jenis PJB yang paling banyak ditemui adalah DSV yaitu sebanyak 48 orang (32,7%), dan yang paling sedikit adalah SP yaitu sebanyak 1 orang (0,7%).. Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Subjek Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan Jenis PJB Jenis PJB. Total. Asianotik. Sianotik. n. %. n. %. n. %. Underweight (gizi kurang). 77. 61,1. 15. 71,4. 92. 62,6. Normal (gizi baik). 31. 24,6. 2. 9,5. 33. 22,4. Overweight. 14. 11,1. 3. 14,3. 17. 11,6. Obesitas. 4. 3,2. 1. 4,8. 5. 3,4. Total. 126. 100,0. 21. 100,0. 147. 100,0. Kategori Status Gizi. Universitas Sumatera Utara.

(44) 30. Berdasarkan Tabel 5.4. untuk jenis PJB Asianotik status gizi yang paling banyak adalah underweight (gizi kurang) yaitu sebanyak 77 orang (61,1%). Untuk jenis PJB Sianotik status gizi mayoritas juga adalah underweight (gizi kurang) sebanyak 15 orang (71,4%).. 5.2.. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi pada anak. dengan penyakit jantung bawaan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data sebanyak 147 subjek dari Januari 2014 sampai Desember 2015 yang memenuhi kriteria inklusi. Data tersebut digunakan sebagai panduan untuk menyusun pembahasan serta hasil akhir.. 5.2.1. Distribusi Frekuensi Subjek menurut Jenis Kelamin Pada penggolongan subjek menurut jenis kelamin, didapatkan jumlah subjek laki-laki sebanyak 74 orang (50,3%) dan jumlah subjek perempuan sebanyak 73 orang (49,7%). Hasil yang tidak jauh berbeda didapatkan dari penelitian yg dilakukan oleh Shah, et al, dimana didapati jumlah subjek laki-laki yaitu sebanyak 51 orang (60,7%) dan jumlah subjek perempuan sebanyak 33 orang (39,3%).31 Hasil yang didapatkan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 oleh Gathari yang mendapatkan jumlah yang seimbang antara subjek laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing sebanyak 61 orang (50%).4 Hasil yang berbeda juga terlihat pada penelitian Windarini pada tahun 2010 yang mendapatkan jumlah mayoritas PJB adalah perempuan yaitu sebanyak 75 orang (57,3%) dan laki-laki sebanyak 56 orang (42,7%).32 Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya dapat disebabkan perbedaan waktu penelitian dan jumlah subjek.. 5.2.2. Distribusi Frekuensi Subjek menurut Rentang Usia Pada penggolongan subjek berdasarkan rentang usia, subjek terbanyak berasal dari kelompok umur 0-24 bulan sebanyak 97 orang (66,0%). Hasil. Universitas Sumatera Utara.

(45) 31. penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Okoromah, et al, yang menunjukkan kelompok usia terbanyak pada kelompok umur 0-59 bulan yaitu sebanyak 64,3%, diikuti kelompok umur 60-120 bulan sebanyak 23,1%, dan kelompok umur >120 bulan sebanyak 12,6%. 5 Distribusi penderita PJB pada anak lebih dominan pada tahun-tahun pertama kehidupan menunjukkan bahwa penegakkan diagnosis PJB dilakukan lebih awal (early diagnosis). Hal ini menandakan bahwa sistem rujukan dalam penanganan kasus menjadi lebih baik. 5.2.3. Distribusi Frekuensi Subjek menurut Jenis PJB Pada penggolongan subjek berdasarkan jenis PJB didapatkan dari 147 subjek jenis PJB yang paling banyak ditemui adalah DSV yaitu sebanyak 48 orang (32,7%) dan yang paling sedikit ditemui adalah jenis SP sebanyak 1 orang (0,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Sjarif et al, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang menunjukkan jenis PJB yang paling banyak ditemukan adalah jenis DSV yaitu sebanyak 23,2%, selanjutnya DAP sebanyak 13,7%, TOF 12,6%, dan DSA 7,4%.33 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Didik Hariyanto di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang pada Januari 2008 – Februari 2011 yang menunjukkan jenis PJB asianotik terbanyak adalah VSD (35,4%), ASD (35,4%) dan PDA (33%), sedangkan pada PJB sianotik yang terbanyak adalah TOF (15%), TAB (8%), dan SV (4%).34 Komplikasi yang sering menyertai DSV salah satunya adalah gangguan status gizi atau malnutrisi. Penelitian yang dilakukan Rahayuningsih di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung memperlihatkan malnutrisi terjadi pada 83% kasus DSV dan malnutrisi ringan yang paling sering ditemukan (33%). 35 5.2.4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Subjek Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan jenis PJB Berdasarkan data yang telah disajikan untuk jenis PJB Asianotik status gizi yang paling banyak adalah underweight (gizi kurang) yaitu sebanyak 77 orang (61,1%). Untuk jenis PJB Sianotik status gizi mayoritas juga adalah. Universitas Sumatera Utara.

(46) 32. underweight (gizi kurang) sebanyak 15 orang (71,4%). Hasil penelitian Hassan BA et al di Mesir, menunjukkan hasil untuk jenis PJB Asianotik terdapat 64 orang (84,21%) dengan gizi kurang dan 12 orang (15,78%) dengan gizi baik. Untuk jenis PJB Sianotik terdapat 20 orang (83,33%) dengan gizi kurang dan 4 orang (16,66%) dengan gizi baik.36 Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kumala di RSUP dr. Kariadi Semarang menunjukkan hasil untuk jenis PJB Asianotik terdapat 18 anak memiliki status gizi kurang (45%) dan 22 anak memiliki status gizi baik (55%). Untuk jenis PJB Sianotik terdapat hasil 11 anak memiliki status gizi kurang (84,6%) dan 2 anak memiliki status gizi baik (15,4%). 37 Hasil penelitian yang bervariasi dapat disebabkan oleh lokasi pengambilan data dan waktu pengambilan data. Penyebab dari kekurangan gizi pada pasien penyakit jantung bawaan merupakan multifaktorial,. diantaranya. tidak adekuatnya. asupan. nutrisi,. malabsorbsi, meningkatnya energi yang dibutuhkan oleh karena meningkatnya basal metabolisme tubuh. Tidak adekuatnya asupan nutrisi dapat dikatakan sebagai penyebab paling penting pasien dengan penyakit jantung bawaan memiliki status gizi kurang.38,39 Undernutrition pada jenis asianotik lebih tinggi dibandingkan lesi sianotik. Itu dapat disebabkan oleh adanya lesi shunt dari kiri ke kanan yang dapat menyebabkan menurunnya kardiak output ke sistemik. Pasien dengan kegagalan kongestif oleh karena lesi shunt intrakardiak kiri ke kanan, terutama dengan gagal jantung kanan dan elevasi tekanan vena sistemik dapat menimbulkan edema di dinding intestinal dan permukaan mukosa. Hal itu kemudian dapat menghalangi proses penyerapan nutrisi. Faktor lainnya yang dapat menjadi penyebab gizi kurang pada pasien PJB adalah kesulitan makan yang diantaranya disebabkan oleh rasa sesak nafas dan kelelahan saat makan. Itu membuat anak jadi malas makan sehingga asupan nutrisi menjadi berkurang. 33. Universitas Sumatera Utara.

(47) BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. 6.1.. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang diperoleh dari. penelitian ini maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Total pasien anak penderita PJB di RSUP H. Adam Malik periode 2014 – Desember 2015 adalah sebanyak 147 orang. 2. Jenis PJB yang paling sering dijumpai adalah DSV. 3. Profil Antropometri terbanyak anak dengan PJB tipe asianotik adalah underweight (gizi kurang). 4. Profil Antropometri terbanyak anak dengan PJB tipe sianotik adalah underweight (gizi kurang). 6.2.. Saran Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian ini, maka dikemukakan. beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi pelayan kesehatan agar terus meningkatkan pelayanan tehadap pasien, khususnya pasien anak dengan PJB, serta melakukan pencatatan data secara lengkap sehingga bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan penelitian. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini sehingga dapat menjadi sumber informasi yang lengkap.. 33. Universitas Sumatera Utara.

(48) DAFTAR PUSTAKA 1. Roebiono PS. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Avalable from:http://staff.ui.ac.id/system/files/users/poppy.roebiono/material/diagnosisdant atalaksanapjb-2.pdf 2. van der Linde D, Konings E, Slager M, Witsenburg M, Helbing W, Takkenberg J et al. Birth Prevalence of Congenital Heart Disease Worldwide. Journal of the American College of Cardiology. 2011;58(21):2241-47. 3. Sastroasmoro S, Madiyono B. Epidemiologi dan Etiologi Penyakit Jantung Bawaan. Dalam : Sastroasmoro S, Madiyono B. Buku ajar Kardiologi Anak. Jakarta: IDAI; 1994. 4. Gathari R. Status Gizi Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2012-2013. 5. Okoromah C, Ekure E, Lesi F, Okunowo W, Tijani B, Okeiyi J. Prevalence, profile and predictors of malnutrition in children with congenital heart defects: a case-control observational study. Archives of Disease in Childhood. 2011;96(4):354-60. 6. Rosenthal A. Nutritional Considerations in the Prognosis and Treatment of Children with Congenital Heart Disease. In : Suskind RM, Suskind MM, editors. Textbook of Pediatric Nutrition. 2nd ed. New York : Raven Press; 1992. 7. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC; 1995. 8. Bernstein D. The Cardiovascular System. In: Kliegman, RM. et al. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Ed 15; Ed Bahasa Indonesia, A. Samik Wahab. Jakarta: EGC; 2000. 9. Atrial Septal Defect: Background, Pathophysiology, Etiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2015 [cited 2 June 2016]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/162914-overview 10. Noormanto. Diagnosis dan Tatalaksana Dini Atrium Septal Defek. In : Lubis B. et al. Kumpulan Naskah LengkapPIT IV IKA Medan. Medan: USU Press; 2010. 11. Coronary Sinus Atrial Septal Defects: Practice Essentials, Background, Pathophysiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2015 [cited 2 June 2016]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/894363-overview 12. Ventricular Septal Defects: Background, Anatomy, Pathophysiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2015 [cited 2 June 2016]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview 13. Djer MM. Early Diagnosis and Management of Ventricular Septal Defect. In : Lubis B. et al. Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan. Medan: USU Press; 2010. 14. Ghanie A. Penyakit Jantung Bawaan Pada Dewasa. In : Sudoyo AW. et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed V. Jakarta: Interna Publishing; 2009. 15. Atrioventricular Septal Defect Surgery: Background, History of the Procedure, Problem [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2015 [cited 2 June 2016]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/903127-overview 16. Pulmonic stenosis (PS) in neonates, infants, and children [Internet]. Uptodate.com. 2015 [cited 2 June 2016]. Available from:. 34. Universitas Sumatera Utara.

(49) 35. http://www.uptodate.com/contents/pulmonic-stenosis-ps-in-neonates-infants-andchildren 17. Soeroso S, Sastrosubroto H. Penyakit Jantung Bawaan. In: Sastroasmoro S, Madiyono B. Buku ajar Kardiologi Anak. Jakarta: IDAI; 1994. 18. Tetralogy of Fallot: Practice Essentials, Background, Anatomy [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2015 [cited 2 June 2016]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/2035949-overview#a0156 19. Ghanie A. Penyakit Jantung Bawaan Pada Dewasa. In: Sudoyo AW. et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed V. Jakarta: Interna Publishing; 2009. 20. Berg DG, David WB. Congenital Heart Disease. In: Lily LS. Pathophysiology of Heart Disease. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2011. 21. Transposition of the Great Arteries: Background, Pathophysiology, Prognosis [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2015 [cited 2 June 2016]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/900574-overview#a0199 22. Pulmonary Atresia With Ventricular Septal Defect: Background, Epidemiology, Etiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2015 [cited 2 June 2016]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/905119-overview 23. Pulmonary Atresia With Intact Ventricular Septum: Background, Pathophysiology, Etiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2015 [cited 2 June 2016]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/898167overview#a0199 24. Tricuspid Atresia: Background, Pathophysiology, Epidemiology [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2015 [cited 2 June 2016]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/158359-overview 25. Sastroasmoro S, Madiyono B. Buku ajar Kardiologi Anak. Jakarta: IDAI; 1994. 26. Almatsier S. Prinsip Dasar Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2005. 27. Supariasa, dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2001. 28. Narendra M. Pengukuran Antropometri Pada Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak. 2006. Available from : http://old.pediatrik.com/pkb/20060220-873im2pkb.pdf 29. Tumbuh Kembang pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan [Internet]. 2012. [cited 2 June 2016]. Available from:http://www.majalahfk.uki.ac.id/assets/majalahfile/artikel/2012-04-artikel06.pdf. 30. Manfaat Pemberian Diet Tambahan Terhadap Pertumbuhan Pada Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan Asianotik [Internet]. Core.ac.uk. 2016 [cited 2 June 2016]. Available from: https://core.ac.uk/download/pdf/11717811.pdf. 31. Shah SG. Incidence of congenital heart disease in tertiary care hospital. - PubMed - NCBI [Internet]. Ncbi.nlm.nih.gov. 2008 [cited 28 November 2016]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18604112 32. Windarini P. Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Bawaan pada Anak Tahun 2007-2009 di RSUP Haji Adam Malik Medan. 2010. 33. Sjarif D, Anggriawan S, Putra S, Djer M. Anthropometric profiles of children with congenital heart disease. Medical Journal of Indonesia. 2011. 34. Hariyanto D. Profil Penyakit Jantung Bawaan di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Januari 2008 – Februari 2011. 2012.. Universitas Sumatera Utara.

(50) 36. 35. Rahayuningsih SE. Hubungan antara Defek Septum Ventrikel dan Status Gizi. 2011. 36. Hassan B, Albanna E, Morsy S, Siam A, Al Shafie M, Elsaadany H et al. Nutritional Status in Children with Un-Operated Congenital Heart Disease: An Egyptian Center Experience. Frontiers in Pediatrics. 2015. 37. Kumala EEI. Perbedaan Status Gizi pada Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dan Asianotik. 2012. 38. Varan B, Tokel K, Yilmaz G. Malnutrition and growth failure in cyanotic and acyanotic congenital heart disease with and without pulmonary hypertension. Archives of Disease in Childhood. 1999;81(1):49-52. 39. Arodiwe I, Chinawa J, Ukoha M, Ujunwa F, Adiele K, Onukwuli V et al. Nutritional status of children with congenital heart disease (CHD) attending university of Nigeria teaching hospital ituku – ozalla, Enugu. Pakistan Journal of Medical Sciences. 2015;31(5).. Universitas Sumatera Utara.

(51) LAMPIRAN 1. Kurva Status Gizi WHO. Universitas Sumatera Utara.

(52) Kurva Status Gizi CDC. Universitas Sumatera Utara.

(53) Universitas Sumatera Utara.

(54) LAMPIRAN 2. Form Data Rekam Medis. FORMULIR PENGAMBILAN DATA. Nama. :. Nomor Rekam Medis. :. Umur. :. tahun bulan. Jenis Kelamin. :. Berat Badan. :. kg. Tinggi Badan. :. cm. Jenis Penyakit Jantung Bawaan. :. Universitas Sumatera Utara.

(55) LAMPIRAN 3 DATA INDUK RM Usia 1 1 2 3 3 1 4 1 5 0 6 0 7 0 8 2 9 0 10 74 11 7 12 60 13 100 14 24 15 0 16 4 17 165 18 31 19 11 20 60 21 20 22 65 23 2 24 0 25 51 26 4 27 23 28 0 29 7 30 0 31 0 32 0 33 33 34 132 35 32 36 0. Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki. BB. TB. IMT. 3700 2790 1720 1700 2000 3430 2500 3600 1550 15000 2700 17000 15000 8000 1570 6400 25000 11000 6700 17000 5800 13400 4200 1670 16000 2800 6200 4060 8400 3000 2710 1290 8500 24000 10000 4150. 49 42 44 46 46 48 48 52 43 110 53 112 122 66 38 68 126 79 72 127 67 95 59 44 100 48 71 57 67 49 49 46 81 131 85 54. 15.41 15.82 8.88 8.03 9.45 14.89 10.85 13.31 8.38 12.40 9.61 13.55 10.08 18.37 10.87 13.84 15.75 17.63 12.92 10.57 12.92 14.85 12.07 8.63 16.00 12.15 12.30 12.50 18.71 12.49 11.29 6.10 12.96 13.99 13.84 14.23. Jenis PJB DSA DSV DAP DAP AP DAP DSA DSAV DAP DSA DSA DAP DSA TOF DAP DSV DAP DAP AT DSV TOF TOF DAP DSA DAP DSV DSAV DAP DSV DSA DAP DSA TOF DAP DAP DSA. Status Gizi Normal Normal Underweight Underweight Underweight Overweight Underweight Underweight Underweight Underweight Underweight Underweight Underweight Overweight Underweight Underweight Underweight Overweight Underweight Underweight Underweight Normal Underweight Underweight Normal Underweight Underweight Normal Normal Normal Underweight Underweight Underweight Underweight Underweight Normal. Kategori PJB Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Sianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik. Universitas Sumatera Utara.

(56) 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77. 0 17 10 4 96 84 0 84 2 1 108 144 1 84 120 0 60 0 108 0 1 60 84 1 1 72 0 60 48 0 12 132 67 0 0 1 168 1 7 65 0. Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki. 2870 6300 6000 4600 15000 19000 3100 15000 3300 1680 18000 21500 2500 18000 22000 1570 14000 2800 20000 2710 3650 12000 15000 3700 3700 16000 2870 18000 16500 3910 9400 34000 15000 3170 3290 4800 42000 2800 2300 10000 3800. 42 73 71 59 119 118 46 119 50 45 125 140 48 123 107 38 103 48 112 47 47 100 101 52 52 111 49 112 105 50 66 113 103 46 50 50 144 56 63 95 50. 16.27 11.82 11.90 13.21 10.59 13.65 14.65 10.59 13.20 8.30 11.52 10.97 10.85 11.90 19.22 10.87 13.20 12.15 15.94 12.27 16.52 12.00 14.70 13.68 13.68 12.99 11.95 14.35 14.97 15.64 21.58 26.60 14.14 14.98 13.16 19.20 20.25 8.93 5.79 11.08 15.20. DAP DAP DAP DSA DAP DSV DSV DSV DSV DAP DSV DAP DSV DSV DAP DSV DSA TOF DSAV DSV DSA TOF DSV DSA DSV DSV TOF DAP DSV DSA DSV DSV DSV TOF DAP DSA DSA TOF DSV DSV TAB. Overweight Underweight Underweight Underweight Underweight Underweight Normal Underweight Underweight Underweight Underweight Underweight Underweight Underweight Normal Underweight Underweight Underweight Normal Underweight Obesitas Underweight Normal Normal Normal Underweight Underweight Normal Normal Overweight Overweight Obesitas Normal Overweight Normal Overweight Normal Underweight Underweight Underweight Overweight. Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Sianotik. Universitas Sumatera Utara.

(57) 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118. 0 7 6 2 12 134 1 110 0 0 1 0 14 6 122 0 1 144 3 12 11 0 2 120 0 156 108 116 132 1 5 67 1 2 7 3 12 1 7 48 1. Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan. 3350 6000 5100 2000 5700 34000 2400 29000 3200 3400 3700 3200 6600 5000 19000 1730 1700 21500 4100 5300 4700 3570 1820 19000 3100 28000 21000 29000 16000 1810 3500 14000 1280 4200 7300 4500 5700 2500 6000 13000 3120. 50 63 63 38 67 113 64 137 49 47 48 43 77 67 121 37 38 140 61 68 61 46 37 121 42 145 125 137 116 38 54 99 38 54 62 67 67 42 63 97 42. 13.40 15.12 12.85 13.85 12.70 26.60 5.86 15.45 13.33 15.39 16.06 17.31 11.31 11.14 12.98 12.64 11.77 10.97 11.02 11.46 12.63 16.87 13.29 12.98 17.57 13.32 13.44 15.45 11.89 12.53 12.00 14.28 8.86 14.40 18.99 10.02 12.70 14.17 15.12 13.82 17.69. TAB DSV DSV DSA DSV TOF DAP DSA DSV DAP DAP DSA DSV DSV DSV DAP DSV DSV DSV DSV DSV DSA DSV DSV DSAV DSA DSV DSA DSAV DSV DSA DSV DSAV DSV DSA TOF DAP DSA DSV DSA DSA. Normal Underweight Underweight Underweight Underweight Obesitas Underweight Normal Normal Overweight Normal Overweight Underweight Underweight Underweight Normal Underweight Underweight Underweight Underweight Underweight Overweight Underweight Underweight Overweight Underweight Underweight Normal Underweight Underweight Underweight Normal Underweight Underweight Overweight Underweight Underweight Normal Underweight Normal Overweight. Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik. Universitas Sumatera Utara.

(58) 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147. 3 1 0 156 1 1 0 0 0 156 1 2 137 7 24 5 12 60 6 3 113 168 65 60 8 0 48 5 60. Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki. 1480 2520 3900 25000 1770 4270 2490 2400 770 25000 2600 3350 21000 7300 7000 3500 5700 15000 5000 3600 21000 31000 12000 14000 6400 1950 12000 3500 15000. 38 42 46 138 42 43 39 46 30 138 46 47 128 62 84 54 67 100 67 61 125 147 101 102 67 42 97 54 103. 10.25 14.29 18.43 13.13 10.03 23.09 16.37 11.34 8.56 13.13 12.29 15.17 12.82 18.99 9.92 12.00 12.70 15.00 11.14 9.67 13.44 14.35 11.76 13.46 14.26 11.05 12.75 12.00 14.14. SP DAP DSA TOF DSA DAP DSAV AT DSV TOF DSV DAP DSAV DSA TOF DSA DSV DSV DAP AP DAP DSA DSV DAP AT DAP DSV DSA DSAV. Underweight Normal Obesitas Underweight Underweight Obesitas Overweight Underweight Underweight Underweight Underweight Normal Underweight Overweight Underweight Underweight Underweight Normal Underweight Underweight Underweight Underweight Underweight Normal Underweight Underweight Underweight Underweight Normal. Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik Sianotik Asianotik Asianotik Asianotik Asianotik. Universitas Sumatera Utara.

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Teori
Gambar 4.1. Kerangka Alur Penelitian  Survei awal penelitian di Poli Kardiologi Anak dan

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Depresi

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini yang berjudul “Hubungan Lama

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan , atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Karakteristik Ibu Bersalin Dengan

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi di Rumah

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian karya tulis ilmiah

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala berkah, rahmat, dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan, karena berkat segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis penelitian