• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI DAN POLA SEBARAN AREN (Arenga pinnata) DI DESA SIMANAMPANG KECAMATAN PAHAE JULU KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POTENSI DAN POLA SEBARAN AREN (Arenga pinnata) DI DESA SIMANAMPANG KECAMATAN PAHAE JULU KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI DAN POLA SEBARAN AREN (Arenga pinnata) DI DESA SIMANAMPANG KECAMATAN PAHAE JULU KABUPATEN

TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Roiman Mangapoi Panggabean 131201142

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

POTENSI DAN POLA SEBARAN AREN (Arenga pinnata) DI DESA SIMANAMPANG KECAMATAN PAHAE JULU KABUPATEN

TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Roiman Mangapoi Panggabean 131201142

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan Di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(3)
(4)

ii

(5)

ABSTRACT

ROIMAN M. PANGGABEAN: The Potential and Pattern Distribution of Aren (Arenga pinnata) in Simanampang Village, Pahae Julu District, North Tapanuli Regency, North Sumatra, guided by KANSIH SRI HARTINI

Aren is a type of palm plant that produces fruit, roomie and starch or flour in the stem and the results of aren production can all be utilized and have economic value. This researched was to get the density of sugar palm and get information about the distribution patterns of aren. The method used is by taking samples in the field carried out by transect which is placed by purposive sampling based on the presence of aren represente the area and the distribution patterns are calculated used a standardized Morisita Index. The results of this study indicated the potential of aren in Simanampang Village is good because the number of seedlings is higher than the number of trees. The pattern of aren distribution in the Simanampang village was found in groups because there were many saplings that grew in the shade and still got sunlight

Keywords: Aren, Potential Of Aren, Distribution Pattern Of Aren, Morisita Index

(6)

iv

ROIMAN M. PANGGABEAN: Potensi Dan Pola Sebaran Aren (Arenga pinnata) di Desa Simanampang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara, dibimbing oleh KANSIH SRI HARTINI.

Aren merupakan salah satu jenis tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang dan hasil produksi aren ini semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kerapatan aren dan mendapatkan informasi pola sebaran aren. Metode yang digunakan adalah dengan pengambilan sampel di lapangan yang dilakukan secara transek yang diletakkan secara purpossive sampling berdasarkan keberadaan aren yang mewakili kawasan tersebut dan pola sebaran dihitung menggunakan Indeks Morisita yang telah distandarisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan potensi aren di Desa Simanampang baik karena jumlah semai lebih banyak daripada jumlah pohon. Pola sebaran aren di Desa Simanampang ditemukan secara mengelompok karena banyak ditemukan anakan yang tumbuh disekitar pohon induk dan masih mendapatkan sinar matahari.

Kata kunci: Aren, Potensi Aren, Pola Sebaran Aren, Indeks Morisita.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 16 Januari 1995 dari Ayah Poltak Parulian Panggabean dan Ibu Delima Siagian. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Adapun pendidikan formal yang pernah ditempuh, pada tahun 2000 penulis memasuki pendidikan kanak-kanak di TK Swasta Katolik ASSISI Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis memasuki pendidikan tingkat dasar di SD Swasta Katolik ASSISI Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2007. Pada Tahun 2007 penulis memasuki pendidikan tingkat lanjut di SMP Swasta Katolik Cinta Rakyat 1 Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2010. Tahun 2010 penulis memasuki pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 4 Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2013 dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Kehutanan USU melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2015 di Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli. Kemudian pada tahun 2018 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur.

Selama mengikuti perkuliahaan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sylva USU (HIMAS USU) dan menjadi pengurus pada tahun 2016 – 2017.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemampuan dan pengetahuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Potensi dan Pola Sebaran Aren (Arenga pinnata) di Desa Simanampang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara”. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Kehutanan.

Pada kesempatan in penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Sri Kansih Hartini, S.Hut.,M.P selaku komisi pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan masukan berharga dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak, Ibu dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang dipelukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan penelitian ini masih terdapat kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi optimalnya tulisan ini.

Medan, September 2019

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Aren ... 3

Tempat Tumbuh dan Penyebarannya ... 5

Manfaat ... 6

Pola Sebaran ... 7

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 8

Letak Geografis dan Letak Astronomis Lokasi Penelitian ... 8

Luas dan Batasan Lokasi Penelitian ... 9

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

Alat dan Bahan ... 10

Prosedur Penelitian... 10

Persiapan ... 10

Penetuan Lokasi Penelitian ... 10

Metode Pengumpulan Data ... 10

Pembuatan Petak Pengamatan Kondisi Vegetasi ... 11

Mengidentifikasi aren dalam hal jumlah setiap tingkat pertumbuhan 12

Mencatat data hasil pengamatan kedalam tally sheet ... 12

Analisis Data ... 12

Menghitung Kerapatan Aren ... 12

Pola Sebaran ... 12 HASIL DAN PEMBAHASAN

(10)

viii KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 20

Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN ... 24

(11)

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Tingkat Pertumbuhan Palem-paleman ... 12 2. Tingkat Pertumbuhan Regenerasi Aren ... 14 3. Perhitungan Nilai Indeks Morisitha Aren (Arenga pinnata) ... 18

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Aren (Arenga pinnata) ... 4

2. Tiga Pola Sebaran Spasial Individu Dalam Habitat ... 9

3. Peta Lokasi Penelitian ... 15

4. Desain petak contoh di lapangan dengan metode kombinasi ... 12

5. Kerapatan Aren Berdasarkan Tingkat Pertumbuhannya... 15

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman 1. Jumlah dan Perhitungan Indeks Morisita Aren Tingkat Pertumbuhan

Semai ... 24 2. Jumlah dan Perhitungan Indeks Morisita Aren Tingkat Pertumbuhan

Pancang ... 31 3. Jumlah dan Perhitungan Indeks Morisita Aren Tingkat Pertumbuhan

Tiang ... 37 4. Jumlah dan Perhitungan Indeks Morisita Aren Tingkat Pertumbuhan

Pohon ... 43 5 Dokumentasi Hasil dari Lapangan... 49

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam dengan lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No. 41 Tahun 1999). Hutan sebagai suatu ekosistem merupakan hasil interaksi dari komponen penyusunnya yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi seluruh organisme hidup, baik flora maupun fauna.Sedangkan komponen abiotik seperti tanah, air, temperatur, curah hujan, ketinggian, topografi, dan lain sebagainya.

Aren (Arenga pinnata) adalah hasil hutan bukan kayu yang dapat dijadikan solusi yang ditempuh dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Tanaman aren merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga sangat prospektif dalam pengembangannya dan memiliki peluang yang sangat besar dalam meningkatkan perekonomian suatu wilayah. Aren termasuk salah satu tanaman berpotensi cukup besar dikembangkan di Indonesia, karena tanaman ini merupakan sumber daya alam yang dikenal di kawasan tropika, disebabkan oleh manfaatnya yang beraneka ragam, seperti sagu, ijuk, tangkai, tandan bunga jantan, buah, daun, pelepah, akar dan kulit batang yang banyak dimanfaatkan orang (Sunanto, 1993).

Tanaman aren memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi lahan dan agroklimat, dan toleransi tinggi dalam pola tanam campuran, termasuk dengan tanaman berkayu, serta cepat tumbuh karena memiliki akar banyak dan tajuk lebat. Oleh karena tanaman ini, sangat cocok untuk dikembangkan pada lahan-lahan marginal yang kebanyakan dimiliki oleh petani miskin. Untuk mengatasi peningkatan luas dan jumlah kawasan lahan miskin di Indonesia dengan laju yang semakin tinggi diperlukan tipe tanaman seperti aren. Tanaman ini menghasilkan nira yang layak diusahakan dengan input rendah dan sangat cocok untuk tujuan konservasi air dan tanah. Disamping itu, tanaman aren menghasilkan biomassa di atas dan dalam tanah

(15)

2

yang sangat besar sehingga berperan penting dalam siklus karbon dioksida (Effendi, 2010).

Pohon aren merupakan salah satu jenis tumbuhan palma yang memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang. Hasil produksi aren ini semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi hasil produksi aren yang banyak diusahakan oleh masyarakat adalah nira yang diolah untuk menghasilkan gula aren dan produk ini memiliki pasar yang sangat luas. Negara- negara yang membutuhkan gula aren dari Indonesia adalah Arab Saudi, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Jepang dan Kanada (Sapari, 1994).

Pelestarian aren perlu dilakukan mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari aren tersebut. Aren juga dapat dijadikan sebagai obat yang bermanfaat bagi tubuh. Di Desa Simanampang aren banyak ditemukan yang tumbuh secara alami atau belum dibudidayakan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai potensi dan sebaran aren sebagai acuan pelestarian dan pemanfaatan aren oleh pemerintah maupun masyarakat setempat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendapatkan kerapatan aren di Desa Simanampang

2. Mendapatkan informasi tentang pola sebaran aren di Desa Simanampang Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran bahan pertimbangan bagi pengelolaan jenis tanaman ini sebagai bahan baku pendapatan masyarakat dan atau masukan bagi instansi terkait dalam mengambil kebijakan daerah setempat.

(16)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Aren

Aren berbentuk pohon tegak, warna hijau kecoklatan, berupa roset batang dan berpelepah. Ketinggian tanaman bisa mencapai 25 meter tanpa banir. Batangnya tidak berduri, tidak bercabang, diameter dapat mencapai 65 cm. Tanaman ini hampir mirip dengan pohon kelapa, perbedaannya jika pohon kelapa batang pohonnya bersih (pelepah daun yang tua mudah lepas) sedangkan batang pohon aren sangat kotor karena batangnya terbalut ijuk, sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit diambil atau lepas dari batangnya (Fajariah, 2010).

Klasifikasi dan Sifat Botanis

Menurut Soeseno (1995) taksonomi Aren (Arenga pinnata) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu/monokotil) Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arecales

Family : Arecaceae (suku pinang-pinangan) Genus : Arenga

Spesies : Arenga pinnata

Aren merupakan jenis tanaman tahunan, berukuran besar, berbentuk pohon soliter tinggi hingga 12 m, diameter setinggi dada (DBH) hingga 60 cm. Pohon aren dapat tumbuh mencapai tinggi dengan diameter batang sampai 65 cm dan tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang menjulang di atas batang. Bunga aren jantan dan betina berpisah, besar, tangkai perbungaan muncul dari batang, panjangnya 1 - 1,5 m masing - masing pada rachille. Bunga aren berbentuk tandan dengan malai bunga yang menggantung. Bunga tersebut tumbuh pada ketiak - ketiak

(17)

4

pelepah atau ruas - ruas batang bekas tempat tumbuh pelepah. Bunga jantan berwarna keunguan atau kecoklatan, berbentuk bulat telur memanjang, berdaun bunga tiga, serta berkelopak 3 helai. Sedangkan bunga betina berwarna hijau, memiliki mahkota bunga segi tiga yangberuas-ruas, bakal bijinya bersel tiga, dan berputik tiga. Buah aren terbentuk dari penyerbukan bunga jantan pada bunga betina.

Penyerbukan aren diduga tidak dilakukan oleh angin tetapi oleh serangga. Apabila proses penyerbukan berjalan baik maka akan dihasilkan buah yang lebat. Buah aren tumbuh bergelantungan pada tandan yang bercabang dengan panjang sekitar 90 cm.

Untuk pohon aren yang pertumbuhannya baik, bisa terdapat 4-5 tandan buah. Buah aren termasuk buah buni, bentuknya bulat, ujung tertoreh, 4 x 5 cm, sesil dan terdapat 3 bractea yang tebal, secara rapat berkumpul sepanjang tangkai perbungaan, berwarna hijau, buah masak warna kuning, terdapat 3 biji keras (Ramadani et al., 2008).

Berdasarkan penjelasan diatas, aren dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Aren (Arenga pinatta)

Waktu pohon masih muda batang aren belum kelihatan karenatertutup oleh pangkal pelepah daun, ketika daun paling bawahnya sudah gugur, batangnya mulai kelihatan. Permukaan batang ditutupi oleh serat ijuk berwarna hitam yang berasal dari dasar tangkai daun (Soeseno, 1992). Aren memiliki pola hidup basipetal. Aren akan tumbuh secara vegetatif dahulu kemudian tumbuh seterusnya secara generatif.

Masa vegetatif terpisah dengan masa generatif artinya masa generatif baru akan

(18)

5

dari jumlah tandan bunga yang muncul. Munculnya tandan bunga ini adalah proses pertumbuhan generatif. (Kusumanto, 2008).

Tempat Tumbuh dan Penyebarannya

Menurut Effendi (2009) tanaman aren dapat tumbuh dengan baik di dekat pantai sampai pada dataran tinggi 1200 m dari permukaan laut. Tanaman aren sangat cocok pada kondisi landai dengan kondisi agroklimat beragam seperti daerah pegunungan dimana curah hujan tinggi dengan tanah bertekstur liat berpasir.

Berdasarkan pertumbuhan tanaman ini membutuhkan kisaran suhu 20-25°C, terutama untuk mendorong perkembangan generatif agar dapat berbunga dan berbuah. Sedang untuk pembentukan mahkota tanaman, kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat diperlukan dimana curah hujan yang dibutuhkan antara 1200-3500 mm/tahun agar kelembaban tanah dapat dipertahankan. Aren dapat juga tumbuh di sekitar sungai, namun masyarakat kurang memanfaatkan aren karena jauhnya akses aksesibilitas dan topografi yang curam. Sehingga masyarakat lebih memilih memanfaatkan aren yang tumbuh di sekitar perladangan mereka. Dalam pemanfaatannya, masyarakat belum optimal memanfaatkan aren karena penyadapan nira hanya pekerjaan sampingan.

Pemanfaatan yang sudah dikomersilkan adalah pengolahan nira menjadi gula aren dan tuak. Sedangkan daun , ijuk, dan akar dimanfaatkan sebagai kebutuhan sehari – hari (Ginting, 2015).

Penyebaran aren terletak antara 20º LU – 11º LS yang meliputi India, Srilanka, Bangladesh, Burma, Thailand, Laos, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Hawai, Philipina dan pulau di sekitar Pasifik. Di Indonesia hampir seluruh Nusantara khususnya daerah berlembah (Baharuddin dan Ira, 2009). Tumbuhan aren memiliki nama yang berbeda disetiap daerah. Nama daerah masing-masing misalnya bak juk daerah Aceh, ijuk daerah Gayo, pola atau paula daerah Karo, bagot atau agaton daerah Toba, bargot daerah Mandailing, peto daerah Nias, poula daerah Mentawai, kawung daerah Sunda, aren daerah Jawa, Madura, hano daerah Bali, kalotu daerah Sumba, maoke daerah Flores, nau daerah Timur, seho daerah Manado dan segeru

(19)

6

daerah Maluku. Penyebaran aren secara alami dengan bantuan binatang luwak (Paradoxurus hermaphroditua) (Muhaemin, 2012).

Sebaran Aren (Arenga pinnata) di beberapa kawasan yang paling banyak ditemui terdapat pada ketinggian 600 – 800 m. Hasil aren yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya adalah gula merah dan tuak. Potensi aren juga dapat dikaji dari segi ekonomi dan pelaku yang terlibat dalam pemasarannya dimulai dari petani aren, pembuat gula merah dan tuak, agen pengumpul dan komsumen akhir (Purba.2014).

Manfaat

Hampir semua bagian tanaman aren dapat dimanfaatkan, mulai dari akar hingga tandan bunga jantan yang dapat menghasilkan nira. Menurut Al Rasjid dan Pratiwi (1989) dalam Prayudi (2011) manfaat tanaman aren berdasarkan bagian tanaman adalah :

a. Perakaran

Akar aren menyebar cukup dalam, sehingga cocok sebagai vegetasi untuk pencegahan erosi. Akar aren juga dapat digunakan sebagai bahan anyaman dan cambuk karena sifatnya yang kuat dan ulet, disamping sebagai bahan obat tradisional untuk penyakit kencing batu, disentri dan penyakit paru-paru.

b. Batang

Batang yang keras dapat digunakan sebagai bahan pembuat alat-alat rumah tangga dan kadang-kadang digunakan sebagai bahan bangunan dan jembatan.Batang jika dibelah dapat dipakai untuk saluran atau talang air. Sedangkan umbutnya yang berasa manis dapat digunakan sebagai sayur mayur.

c. Daun

Daun aren terdiri dari pelepah (tangkai daun), helaian daun dan lidi (tulang daun). Pelepah daun yang sudah tua dapat digunakan sebagai kayu bakar dan pelepah yang masih muda dipakai sebagai peralatan rumah tangga. Kulit dari pelepah dapat

(20)

7

d. Tandan Buah

Tandan buah aren yang terdapat pada batang dapat mengahasilkan nira, yang dapat diolah lebih lanjut menjadi produk olahan nira.

e. Buah

Buah betina menghasilkan sedikit bahkan tidak menghasilkan nira sama sekali, sehingga umumnya dibiarkan menjadi buah. Buahnya apabila diolah akan menjadi kolang-kaling, kola, campuran es dan sebagainya.

f. Ijuk

Sampai saat ini pemanfaatan ijuk dari tanaman aren terutama untuk pembuatan sapu, sikat, tali dan jok.

Struktur Tumbuhan Dan Komposisi Tumbuhan

Struktuk tumbuhan adalah organisasi individu – individu yang membentuk tipe vegetasi atau asosiasi tumbuhan, sedangkan komposisi tumbuhan merupakan jumlah jenis yang terdapat dalam suatu komunitas tumbuhan ( Purborini, 2006).

Kershaw (1973) mengatakan bahwa stuktur vegetasi terdiri atas 3 komposisi yakni a. Struktur vertical : Contoh tinggi pohon dan lapisan tajuk b. Struktur horizontal : Penyebaran jenis dan penyebaran pohon c. Struktur kuantitatif : Jumlah jenis dalam komunitas

Sruktur vegetasi merupakan hasil penataan ruang oleh komponen – komponen tegakan atau masyarakat tumbuhan dalam suatu komunitas baik vertical maupun secara horizontal. Pada penelitian ini struktur vegetasi lebih di tekankan pada struktur secara horizontal sehingga yang diamati hanya terbatas kerapatan, frekuensi, dan dominansi.

a. Kerapatan

Melihat banyaknya jenis penyusun dalam sutu komunitas dapat dilihat dari nilai kerapatannya. Kerapatan suatu jenis berarti jumlah individu suatu jenis persatuan luas pengamatan yang biasanya dinyatakan dalam hektar.

b. Frekuensi

(21)

8

Penyebaran suatu jenis dapat diketahui dari nilai frekuensinya, sedangkan penyebaran suatu jenis terhadap jenis lainnya dapat dilihat dari nilai-nilai frekuensi relative (FR). Frekuensi dipergunakan sebagai ukuran untuk menentukan sebaran jenis di suatu areal terhadap jenis lainnya.

Pola Sebaran

Interaksi yang terjadi antarspesies anggota populasi akan mempengaruhi terhadap kondisi populasi mengingat keaktifan atau tindakan individu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Cox (1972) mengungkapkan bahwa komunitas vegetasi dengan penyebaran spesies yang lebih besar akan memiliki jaringan kerja lebih kompleks daripada komunitas dengan penyebaran spesies yang rendah. Penyebaran spesies tumbuhan dapat terjadi secara vertikal maupun horizontal. Penyebaran secara vertikal suatu spesies sangat dipengaruhi oleh adanya perbedaan intensitas cahaya matahari. Spesies yang memiliki tajuk yang tinggi paling teratas berada pada kondisi yang penuh cahaya (100%), sedangkan spesies dengan tajuk yang rendah dan dekat permukaan tanah berada dalam kondisi yang kurang cahaya. Penyebaran spesies tumbuhan secara horizontal merupakan penyebaran yang sangat komplek.

Penyebaran atau distribusi individu dalam populasi bisa bermacam-macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu (Surasana, 1990) :

1. Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya terjadi apabila faktor lingkungan sangat seragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan tumbuhan.

2. Penyebaran secara merata, penyebaran ini umumnya terdapat pada tumbuhan.

Penyebaran semacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat antara individu - individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya

(22)

9

3. Penyebaran secara berkelompok, penyebaran ini yang paling umum terdapat di alam, terutama untuk hewan.

Ketiga pola sebaran tersebut dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Tiga pola dasar sebaran spasial individu dalam suatu habitat (a) acak, (b) mengelompok, (c) seragam (Ludwigs & Reynolds 1988).

Odum (1971), juga menyatakan bahwa individu dalam suatu populasi menyebar mengikuti tiga pola, yaitu acak (random), mengelompok (clumped) dan seragam (uniform). Pola sebaran random sangat jarang ditemui di alam dan hanya akan terjadi bila kondisi lingkungan seragam dan tidak ada kecenderungan terjadinya agregasi. Pola penyebaran uniform akan terjadi bila tingkat kompetisi antar individu sama atau terjadi hubungan antagonis positif yang mendukung penyebaran keruangan. Pola penyebaran clumped merupakan pola penyebaran yang paling umum. Pola ini dibagi lagi menjadi tiga, yaitu random clumped, uniform clumped dan aggregated clumped.

(23)

10

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2018. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Simanampang, Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah komputer/laptop, alat dokumentasi/kamera, alat tulis/kalkulator, meteran, pita ukur, parang, pisau, sarung tangan, GPS (Global Positioning System), dan kompas. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tallysheet dan tali raffia, dan Aren yang diamati.

Prosedur Penelitian Tahap Persiapan

Tahap persiapan terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya adalah pelaksanaan survei lokasi penelitian, pengurusan izin administrasi penelitian kepada berbagai pihak yang terkait, pengumpulan data sekunder dan melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian serta persiapan alat dan bahan untuk pengambilan data lapangan.

Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara kepada key informan (informan kunci) mengenai areal lokasi penelitian yang terdapat pohon aren dengan karakteristik kerapatan tinggi, sedang dan rendah.

Metode Pengumpulan Data Jenis Data

(24)

11

a. Data Primer

Data primer diperoleh melalui observasi (pengamatan langsung) di lapangan untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang habitat aren. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan dan pengambilan data berupa jumlah individu aren pada setiap plot yang akan diamati.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor/instansi terkait, literatur, internet serta laporan-laporan yang berhubungan dengan penelitan ini, meliputi: keadaan umum lokasi penelitian seperti letak wilayah, luas wilayah, dan kondisi fisik lingkungan.

Pembuatan Petak Pengamatan Kondisi Vegetasi

Metode yang digunakan adalah dengan pengambilan sampel di lapangan yang dilakukan secara transek yang diletakkan secara purpossive sampling berdasarkan keberadaan tanaman yang mewakili kawasan tersebut. Menurut Boon dan Tideman (1950) dalam Soerianegara dan Indrawan (1978) untuk kelompok hutan yang luasnya 1.000 ha atau lebih intensitas sampling yang digunakan sebaiknya 2 %, sementara itu jika kurang dari 1.000 ha, maka intensitas sampling sebaiknya digunakan 5 % – 10 %.

Luas total dari lokasi penelitian adalah 310 ha dengan intensitas sampling sebesar 5

% sehingga luas penelitian yang akan dilakukan adalah 15,5 Ha. Petak contoh dibuat memotong garis kontur atau tegak lurus kontur dengan penempatan petak contoh tersebar agar mewakili kondisi vegetasi yang memiliki tingkat kerapatan aren yang tinggi, sedang dan rendah. Ukuran petak contoh ditetapkan 20 meter x 500 meter berbentuk jalur yang dibagi menjadi 25 subpetak ukuran 20 meter x 20 meter.

Subpetak berukuran 20 m x 20 m digunakan untuk pengamatan pohon, sub petak berukuran 10 m x 10 m untuk pengamatan tiang, sub petak berukuran 5 m x 5 m untuk pengamatan pancang dan sub petak berukuran 2 m x 2 m untuk pengamatan semai dan tumbuhan bawah.. Jadi jumlah jalur yang di buat sebanyak 16 jalur yang terdiri dari 400 plot. Metode analisis vegetasi yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.

(25)

12

20m

D

A B C Rintisan 20m A B C

D

Gambar 3. Desain petak contoh di lapangan dengan metode kombinasi (Kusmana 1997) Keterangan:

A= Plot pengamatan tingkat semai 2x2 meter B= Plot pengamatan tingkat pancang 5x5 meter, C= Plot pengamatan tingkat tiang 10x10 meter, D= Plot pengamatan tingkat pohon 20x20 meter,

Mengidentifikasi seluruh tanaman Aren dalam hal jumlah pada setiap tingkat pertumbuhan

Untuk mengetahui struktur tumbuhan pengamatan dilakukan pada setiap tingkat pertumbuhan vegetasi yang dikelompokan kedalam Tabel 1 :

Tabel 1. Tingkat Pertumbuhan Palem-paleman

No Tingkat Pertumbuhan Tinggi Batang Bebas Pelepah (m) 1 Semai ≤ 0,5

2 Pancang > 0,5 – 1,5 3 Tiang > 1,5 – 3,0 4 Pohon > 3 Sumber: Permentan No.134 (2013)

Mencatat data hasil pengamatan kedalam tally sheet yang telah disiapkan.

Analisis Data

Menghitung kerapatan jenis tanaman Aren (K) ,menghitung Potensi aren dengan perbandingan antara banyaknya jumlah pohon dalam luasan contoh Pola Pebaran

Pola penyebaran dihitung menggunakan indeks Morisita yang telah

(26)

13

Keterangan :

Id : Indeks Morisita n : jumlah seluruh petak ukur

Xi : jumlah individu jenis tertentu pada unit contoh ke-i

Pola sebarannya ditunjukkan melalui perhitungan Mu dan Mc sebagai berikut:

Keterangan:

Mu : Indeks Morisita untuk pola sebaran seragam

χ²0,97 : nilai Chi-square tabel dengan derajat bebas n-1 dan selang kepercayaan 97,5%

Mc : Indeks Morisita untuk pola sebaran mengelompok

χ²0,025 : nilai Chi-square tabel dengan derajat bebas n-1 dan selang kepercayaan 2,5%

Standar derajat Morisita dihitung dengan rumus:

Berdasarkan nilai Ip, maka diperoleh kesimpulan pola sebarannya:

a) Jika nilai Ip = 0, maka individu tumbuhan berdistribusi acak (Random) b) Jika nilai Ip > 0, maka individu tumbuhan berdistribusi mengelompok

(Clumped)

c) Jika nilai Ip < 0, maka individu tumbuhan berdistribusi seragam (Reguler).

(27)

14

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak Geografis dan Letak Astronomis Lokasi Penelitian

Secara astronomis Desa Simanampang berada pada posisi 1º49'0"N - 1º51'30"N dan 99º4'30"E - 99º5'30"E. Desa Simanampang merupakan salah satu desa terpencil di Sumatera Utara. Desa ini terbentuk atas 5 dusun, yaitu

1. Dusun Mobi,

2. Dusun Simanampang 1 3. Dusun Simanampang 2 4. Dusun Huta Bagasan 5. Dusun Huta Habinsaran ( Badan Pusat Statistik, 2017).

Luas dan Batasan Lokasi Penelitian

Badan Pusat Statistik mengatakan Desa Simanampang memiliki luas ± 610 ha. Desa Simanampang terletak diketinggian 700 – 1000 mdpl. Desa Simanampang masuk dalam Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara. Desa Simanampang memiliki batas batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hutabarat dan Desa Lobu Pining 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sitoluama dan Desa Lumban Tongah 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lobupining dan Desa Lobu Pining 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sibaganding dan Desa Lumban

Tongah

Keadaan Sosial Lokasi Penelitian

Penduduk Desa Simanampang berasal dari berbagai daerah yang berbeda – beda, dimana mayoritas penduduknya yang paling dominan berasal dari Suku Batak sehingga tradisi – tradisi musyawarah untuk mufakat, gotong royong, dan kearifan lokal lainnya sudah dilakukan oleh masyarakat sejak adanya Desa Simanampang.

Hal ini secara efektif dapat menghindari adanya benturan – benturan antar kelompok

(28)

15

terdiri dari laki – laki 203 jiwa dan perempuan 283 jiwa. Desa Simanampang terdiri dari 121 KK yang terdiri dalam 5 dusun, yang terdapat padaTabel 2.

Tabel 2. Jumlah penduduk Desa Simanampang

NO Nama Dusun Jumlah Penduduk

1 2 3 4 5

Dusun Mobi Dusun Simanampang 1 Dusun Simanampang 2 Dusun Huta Bagasan Dusun Huta Habinsaran

61 139 114 104 68

Total 486

Berdasarkan penjelasan diatas, gambaran Desa Simanampang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Peta Lokasi Desa Simanampang.

(29)

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi dan Regenerasi Aren ( Arenga pinnata )

Keberadaan aren di Desa Simanampang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara telah ada sejak desa ini terbentuk. Masyarakat yakin bahwa aren merupakan tanaman yang abadi karena masyarakat tidak pernah menanam aren tetapi keberadaan aren selalu ada ditengah masyarakat. Aren yang berada di Desa Simanampang tumbuh secara alami kemudian bereproduksi seterusnya sehingga keberadaannya masih cukup di Desa Simanampang. Tetapi tetap harus dilakukan pengukuran potensi regenerasi untuk mengetahui tingkat keberlangsungannya di Desa Simanampang.

Hasil observasi lapangan diketahui bahwa masyarakat Desa Simanampang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara memanfaatkan aren yang tumbuh liar, biasanya tumbuhan aren dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Simanampang sebagai bahan dasar pembuatan gula merah atau tuak yang dikonsumsi sebagai minuman oleh masyarakat sekitar. Aren yang berada di Desa Simanampang merupakan tanaman liar yang umumnya tumbuh secara alami. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muhaemin (2012) yang menyatakan bahwa aren tumbuh tersebar dan sebagian besar populasinya masih merupakan tumbuhan liar yang hidup subur dan tersebar secara alami pada berbagai tipe hutan.

Potensi tanaman aren di Desa Simanampang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara dapat dilihat kerapatan aren tersebut. Dari hasil penelusuran di lapangan, dihasilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Struktur Populasi Aren ( Arenga pinatta )

NO Tingkat

Pertumbuhan

Jumlah Kerapatan (Individu/ha) 1

2 3 4

Semai Pancang

Tiang Pohon

1323 1018 1308 496

8269 102 327 31

(30)

17

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan jumlah aren sebanyak 4127 individu pada 400 plot yang dibuat. Masing – masing jumlah aren yang di temukan pada setiap tingkat pertumbuhan yaitu jumlah aren pada tingkat pertumbuhan semai sebanyak 1323 individu, jumlah aren tingkat pertumbuhan pancang sebanyak 1018 individu, jumlah aren tingkat pertumbuhan tiang sebanyak 1308 individu, dan jumlah aren pada tingkat pertumbuhan pohon sebanyak 496 individu. Berdasarkan ditemukanya aren yang banyak menunjukkan bahwa aren tumbuh dengan baik di Desa Simanampang Kecamatan Pahae Julu Tapanuli Utara. Aren dapat tumbuh dengan baik di lokasi penelitian ini karena Desa Simanampang berada pada ketinggian 700 mdpl – 1000 mdpl. Hal ini sesuai dengan Permentan No.133 (2017) menyatakan bahwa tanaman aren tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah masam (pH tanah yang rendah).

Aren dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 1.400 meter di atas permukaan laut, pada berbagai agroekosistim dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan tumbuhnya. Namun yang paling baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 700 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1200-3500 mm/tahun. Kelembaban tanah dan curah hujan yang tinggi berpengaruh dalam pembentukan mahkota daun tanaman aren. Untuk pertumbuhan dan pembuahan, tanaman aren membutuhkan suhu 20°c - 25°C. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan, lembah, dekat aliran sungai, daerah dan banyak dijumpai di hutan.

Aren merupakan tanaman palma yang umumnya tumbuh dihutan secara liar.

Karena tumbuh di hutan banyak persepsi masyarakat yang mengira bahwa aren merupakan pohon. Berikut merupakan kriteria pertumbuhan aren, dapat dilihat pada Gambar 6 :

(31)

18

a. Pertumbuhan tingkat semai b. Tingkat pertumbuhan pancang

c. Pertumbuhan tingkat tiang

Gambar 6. Tingkat pertumbuhan Aren

Penemuan jumlah plot aren semai dan aren muda yang banyak mengindikasikan bahwa tingkat regenerasi dari aren muda menjadi aren dewasa dan juga aren dewasa sebagai penyedia benih untuk aren semai adalah tinggi. Widyawati et all (2009) menyatakan bahwa pada dasarnya lama perkecambahan buah aren secara alami adalah selama 3 bulan karena mengalami dormansi dan saat perkecambahan tidak serentak. Sedangkan menurut Smits (1996) perkecambahan aren tidak menentu mulai dari satu bulan bahkan hingga bertahun-tahun. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab tingkat regenerasi pada aren di Desa Simanampang ini tergolong tinggi. Selain itu tingkat regenerasi aren dapat dilihat dari jumlah individu aren setiap tingkat pertumbuhannya.

Berdasarkan hasil analisis vegetasi, jumlah semai lebih banyak ditemukan dari

(32)

19

a) “good”, jika jumlah semai lebih banyak daripada pancang, dan jumlah pancang lebih banyak daripada pohon

b) “fair”, jika semai lebih banyak daripada pancang, pancang lebih kurang atau sama dengan pohon

c) “poor”, jika spesies tersebut hanya di tingkat pancang, tetapi tidak pada tingkat semai (jumlah pancang dapat lebih sedikit, banyak, atau sama dengan pohon)

d) “none”, jika spesies tidak ditemukan di kedua tingkatan pancang dan semai, hanya ditemukan pada tingkat pohon;

e) “new”, jika spesies tidak ditemukan pada tingkat pohon, tetapi hanya semai, dan atau pancang.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka tingkat regenerasi aren di Desa Simanampang termasuk ke dalam kriteria good. Selanjutnya, penilaian kelestarian tumbuhan dilakukan berdasarkan kategori struktur populasi tumbuhan dari Shankar (2001) yaitu kategori lestari jika kondisi regenerasi spesies tumbuhan lebih banyak termasuk ke dalam kategori good, kategori cukup lestari jika kondisi regenerasi tumbuhan lebih banyak termasuk ke dalam kategori fair dan poor, kategori kurang lestari jika kondisi regenerasi spesies tumbuhan lebih banyak termasuk ke dalam kategori none dan new. Berdasarkan kriteria penilaian tersebut, maka kelestarian aren di Desa Simanampang dikatakan lestari karena kondisi regenerasinya termasuk ke dalam kategori good.

Harahap (2017) mengatakan potensi regenerasi aren (Arenga pinnata) di Huta Sijambe Nagori Talun Kondot Kecamatan Panombeian Pane Kabupaten Simalungun cukup tinggi berdasarkan banyaknya plot anakan/semai aren yang ditemukan dilapangan. Dimana dalam 82 plot tersebut terdapat aren dewasa, 40 plot aren muda, dan 69 plot anakan/semai aren. Dengan frekuensi yang cukup tinggi dimana anakan/semai 0,84, muda 0,48, dan dewasa 1.

(33)

20

Kerapatan Aren di Desa Simanampang

Berdasarkan jumlah aren yang ditemukan di Desa Simanampang, kerapatan aren dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik kerapatan aren ( Arenga pinnata )

Kerapatan adalah jumlah individu suatu spesies per satuan luas atau per satuan cuplikan. Jumlah luas plot yang digunakan pada penelitian ini adalah 160 ha.

Menurut Syafei (1994) besarnya suatu populasi di suatu kawasan tertentu biasanya dinyatakan dalam suatu kerapatan atau kepadatan populasi. Menurut Odum (1998) kerapatan populasi adalah besarnya populasi dalam hubungannya dengan satuan ruang. Pada umumnya dinyatakan sebagai jumlah individu, atau biomassa populasi per satuan areal atau volume. Hasil kerapatan penelitian ini dihitung dengan cara membagi jumlah individu yang ditemukan dengan satuan luas area pengamatan yaitu luas plot yang digunakan.

Berdasarkan Gambar 5 dapat dilihat kerapatan aren dalam setiap tingkat pertumbuhan. Pada tingkat pertumbuhan semai memiliki kerapatan aren 8269 individu/ha, tingkat pertumbuhan pancang memiliki kerapatan 102 individu/ha, tingkat pertumbuhan tiang memiliki kerapatan 327 individu/ha, dan tingkat

(34)

21

tingkat pertumbuhan semai dengan kerapatan 8269 individu/ha, sedangkan untuk kerapatan terendah terdapat pada tingkat pertumbuhan pohon yang memiliki kerapatan 31 individu/ha.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan kerapatan aren di Desa Simanampang tinggi dikarenakan masih banyak aren yang belum diolah dalam bentuk hasil produksi atau di biarkan oleh masyarakat setempat. Adapun sebab lainnya banyak aren yang ditemukan di areal – areal yang susah untuk di jangkau masyarakat sehingga masyarakat setempat lebih memaksimalkan hasil pertanian seperti padi, mengambil getah karet, dan beternak hewan. Setiap tumbuhan memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk hidup. Secara ekologis cahaya, temperatur dan air merupakan faktor lingkungan yang penting (Ewusie, 1990).

Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan penyebaran dan pertumbuhan suatu organisme dan tiap jenis hanya dapat hidup pada kondisi abiotik tertentu yang berada dalam kisaran toleransi tertentu yang cocok bagi organisme tersebut (Suin, 2002).

Harahap (2017) mengatakan kerapatan aren (Arenga pinnata) di Huta Sijambe Nagori Talun Kondot Kecamatan Panombeian Pane Kabupaten Simalungun cukup tinggi melihat ditemukan anakan/semai aren dengan nilai kerapatan nya 221800 individu per hektar, aren muda dengan kerapatan 1690 individu/hektar, dan aren dewasa dengan kerapatan 769 individu/ hektar. Penelitian ini dilakukan dengan membuat plot contoh lingkaran yang di tetapkan secara purposive sampling.

Menurut Azhari (2017), dengan metode petak lurus didapatkan kerapatan aren (Arenga pinnata) di Desa Air Merah cukup tinggi berdasarkan 50 plot teridentifikasi sebanyak terdapat aren pada tingkat semai dengan kerapatan 9650 individu/ha, terdapat aren tingkat pancang dengan kerapatan 280 individu/ha, ditemukan aren tingkat tiang dengan kerapatan 2 individu/ha dan sebayak ditemukan aren pada tingkat pohon dengan kerapatan 31 individu/ha.

Berdasarkan hasil observasi lapangan, potensi aren di Desa Simanampang sangat besar dengan regenerasinya baik di daerah tersebut, akan tetapi masyarakat kurang memanfaatkan potensi aren tersebut. Berbagai faktor yang menyebabkan masyarakat seperti kurangnya pengetahuan mengenai pengolahaan aren secara

(35)

22

optimal, sementara jika aren dapat dimanfaatkan secara optimal di Desa Simanampang oleh masyarakat setempat maka akan dapat memberikan manfaat besar yaitu memberikan nilai ekonomi yang sangat tinggi dan menjadi komoditi terbaik desa tersebut. Kurangnya perhatian dari pemerintah setempat tentang pentingnya pemanfaatan tanaman aren yang bisa membantu pendapatan masyarakat juga menjadi kendala di Desa Simanampang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ramadani (2008), yang menyatakan bahwa masyarakat pada umumnya sudah sejak lama mengenal tanaman aren sebagai yang dapat menghasilkan bahan-bahan untuk industri kerajianan. Hampir semua bagian atau produk tanaman ini dapat dikelola atau dimanfaatkan dan memiliki ekonomi. Akan tetapi, tanaman ini kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan atau dibudidayakan secara sungguh sungguh oleh berbagai pihak. Masyarakat Desa Simanampang hanya memanfaatkan air nira, buah aren secara musiman dan ijuk juga secara musiman. Besaran nilai tambah dari olahan tanaman aren di desa tersebut termasuk rendah dikarenakan masyarakat masih mengelola produk tanaman aren tersebut secara tradisional. Kurangnya pengetahuan tentang kreasi olahan tanaman aren adalah salah satu penyebab rendahnya nilai tambah yang didapat masyarakat.

Pola Sebaran Aren di Desa Simanampang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara.

Dalam penelitian ini pola sebaran aren di Desa Simanampang di tentukan dengan menggunakan metode Indeks Morisita. Pada penelitian ini diperoleh data berupa nilai indeks Morisita (Ip) perhitungan nilai indeks Morisita dapat dilihat pada Tabel 4 dan Lampiran 1, 2, 3 dan 4.

Tabel 4. Pola penyebaran Aren (Arenga pinnata).

No Tingkat Pertumbuhan

∑xi ∑xi² Id Mu Mc Ip Pola

Sebaran 1

2 3

Semai Pancang

Tiang

1323 1018 1308

5839 3372 5777

1.10 0.91 1.05

0.96 0.61 0.96

1.05 0.95 1.04

0.50 0.49 0.50

Mengelompok Mengelompok Mengelompok

(36)

23

Pola penyebaran dapat diketahui berdasarkan indeks Morisita yang telah distandarisasi, dapat dilihat pada Tabel 5 dan Lampiran 1, 2, 3, dan 4.

Tabel 5. Pola penyebaran aren (Arenga pinnata)

NO Tingkat Pertumbuhan Ip Pola Sebaran

1 2 3 4 5

Semai Pancang Tiang Pohon Total

0,50 0,49 0,50 0,50 0,52

Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok

Berdasarkan hasil pengamatan ditemukan bahwa pola penyebaran aren yang dianalisis berdasarkan tingkat pertumbuhannya adalah mengelompok dengan nilai indeks Morisita (Ip) lebih dari nol (Ip > 0) yaitu 0,50 pada fase semai 0,50, pada fase pancang 0,49, pada fase tiang 0,50, dan 0,50 pada fase pohon. Tetapi dilihat dari hasil tersebut, nilai Indeks Morisita (Ip) yang dihasilkan tidak berbeda jauh antara setiap fase pertumbuhan. Hasil perhitungan juga sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan, bahwa aren banyak ditemukan tumbuh mengelompok terutamanya di lokasi yang ternaungi namun masih mendapatkan cahaya matahari. Pola sebaran secara mengelompok juga terjadi karena reproduksi tumbuhan yang kebanyakan berkembangbiak dengan buah yang jatuh dekat induknya. Selain itu pola sebaran secara mengelompok juga berhubungan dengan lingkungan mikro, dimana habitat bersifat homogen pada tingkat lingkungan makro, tetapi pada lingkungan lebih kecil terdiri atas banyak mikrositus yang berbeda yang memungkinkan penempatan dan pemantapan suatu spesies dengan tingkat keberhasilan yang berbeda pula. Menurut Permentan No.134 (2013) tentang pedoman budidaya Sagu (Metroxylon spp.) yang baik, secara alami pertumbuhan aren berkelompok sehingga ada anggapan bahwa aren membentuk anakan. Hal ini disebabkan buah matang yang jatuh di bawah pohon tumbuh menjadi tanaman

Kondisi fisik lingkungan merupakan faktor yang sangat berperan dalam menentukan pola penyebaran suatu tumbuhan. Pola penyebaran mengelompok dapat terjadi karena disebabkan oleh kondisi fisik lingkungan yang jarang seragam, meskipun pada lokasi yang yang sempit sekalipun. Perbedaan kondisi iklim dan

(37)

24

ketersediaan unsur hara pada suatu lokasi akan menghasilkan perbedaan yang nyata pada suatu organisme. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Sunanto (1993), bahwasannya faktor lingkungan tumbuhnya juga berpengaruh di daerah perbukitan yang lembab dimana disekelilingnya tumbuh banyak tanaman keras, tanaman aren dapat tumbuh dengan subur dan juga tidak membutuhkan sinar matahari yang banyak sepanjang hari.

Maka dalam penelitian ini penyebaran tumbuhan aren dilokasi penelitian didapatkan secara mengumpul atau mengelompok, yang ditandai tumbuhan bereproduksi dengan biji yang jatuh dekat induknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syafe’i (1990), penyebaran secara berkelompok adalah yang paling umum di alam, terutama untuk hewan. Pengelompokan ini disebabkan oleh berbagai hal yaitu respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal dan respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman akibat dari cara atau proses reproduksi maupun regenerasi.

(38)

25

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Potensi aren di Desa Simanampang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara sangat baik melihat kerapatan aren tinggi dengan masing masing kerapatan pada setiap tingkat pertumbuhan yang terdiri dari tingkat kerapatan pertumbuhan semai 8269 individu/ha, tingkat kerapatan pertumbuhan pancang 102 individu/ha, tingkat kerapatan pertumbuhan tiang 327 individu/ha, dan tingkat kerapatan pohon 31 individu/ha.

2. Pola sebaran aren di Desa Simanampang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara merupakan pola sebaran mengelompok

Saran

Kondisi aren di Desa Simanampang masih dalam kondisi bagus. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi dan penyuluhan tentang pengolahan aren sehingga aren dapat dimanfaatkan secara optimal dan tetap memperhatikan asas kelestarian.

(39)

26

DAFTAR PUSTAKA

Azhari,M .G. 2017. Etnobotani Dan Potensi Aren (Arenga pinnata Merr) Pada Masyarakat Suku Rejang Desa Air Merah Rejang Lebong Bengkulu. Skripsi.

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Cox, G. W. 1972. Laboratorium Manual of Ecology. Iowa. Brown Company Publisher.

Effendi,D.S. 2009. Aren, Sumber Energi Alternatif. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Tahun 2009.31(2):1-3

Effendi,D.S. 2010.Prospek Pengembangan Aren (Arenga pinnata merr) Mendukung Bioetanol di Indonesia.Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

Tahun 2010 Vol. 9 No. 1 Hal 36 – 46.

Effendi.D.S. 2013.Studi Potensi Tanaman Aren (Arenga pinnata) di Desa Batang Kulur, Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan.Universitas Lambung Mangkurat.Banjarbaru.

Ewusie, J. Y. (1990). Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: ITB Press.

Fajariah, M. 2010. Produktivitas Pembuatan Gula Aren (Arenga Pinnata Merr) dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Masyarakat di Desa Guntung Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Skripsi. Fakultas Kehutanan.

Universitas Lambung Mangkurat.

Ginting,N. 2015. Potensidan Pemanfaatan Aren(Arenga pinnata) di Desa Kutambaru, Kecamatan Munthe, Kabupaten Karo. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan

Harahap, F.A. 2017. Studi Potensi Tanaman Aren (Arenga pinnata) di Huta Sijambei Nagori Talun Kondot Kecamatan Panombean Panei Kabupaten Simalungun.

Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Jongjitvimol. T.K. Boontawon.W. Wattanachaiyingcharoen.S. Deowanish. 2005. Nest Dispersion of a Stingless Bee Species, Trigona collina Smith, 1857 (Apidae, Meliponinae) in a Mixed Deciduous Forest in Thailand. The Natural History Journal of Chulalongkorn University 5(2):67-71

Kusmana, C. 1997. Metode Survei Vegetasi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(40)

27

Mace and Lande. 1991. Assesing Extination Threats : Toward a Reevaluation Of IUGN Threatened Spesies Categories. Conservation Biology. Vol 5 No.2 Muhamein. 2012. Budidaya Aren (Arenga saccharifera Labill. Syn. A. Pinnata

(Wurmb)).http://ditjenbun.deptan.go.id/budtanan/images/stories/pdf/budid aya_aren.pdf. Diakses pada tanggal 7 Agustus 2018.

Odum, H. 1993. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian. 2013. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 134 Tahun 2013 tentang Pedoman Budidaya Sagu (Metroxylon spp) yang Baik. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian. 2017. Peratuan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 133 Tahun 2017 tentang Pedoman Budidaya Aren (Arenga pinnata) yang baik. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Prayudi, F.N.S. 2011. Pengaruh Umur Pohon Aren (Arenga pinnata merr.) Terhadap Produksi Nira Di Desa Pulantan Kecamatan Awayan Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan. Skripsi. Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat.

Purba, E. 2014.Nilai Ekonomi dan Sebaran Aren (Arenga pinnata) di Desa Bukum dan Desa Suka Maju, Kecamatan Sibolangit.Skripsi. Fakultas Pertanian . Universitas Sumatera Utara.

Purborini, D.H. 2006. Struktur Dan Komposisi Tumbuhan Di Kawasan Rawapening K abupaten Semarang Jawa Tengah.Universitas Negeri Semarang.

Purdimianto, A. 1997. Pengaruh Pemberian Pupuk Majemuk Lengkap Subur in Pada Komposisi Media Ampas Tebu Terhadap Pertumbuhan Bibit Mahoni (Swietenia macrophylla King). Skripsi Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Tidak dipublikasikan.

Ramadani, P., I. Khaeruddin., A. Tjoa dan I.F. Burhanuddin. 2008. Pengenalan Jenis- Jenis Pohon Yang Umum di Sulawesi. UNTAD Press, Palu.

Sapari, A. 1994. Teknik Pembuatan Gula Aren. Karya Anda, Surabaya.

Shankar U. 2001. A Case of high tree diversity in a sal (Shorea robusta)-dominated lowland forest of Eastern Himalaya: Floristic composition, regeneration and conservation. Curr. Sci. 81:776-786.

(41)

28

Smits, W. T. M. 1996. Arenga pinnata (Wurmb) Merrill dalam Flach M, Rumawas F.

Backhuys. PROSEA – Plant Resources of South East Asia No.9 :Plants Yielding Non-Seed Carbohydrates. Bogor (ID): Procea Foundation. Hlm 53- 59.

Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Departemen Menagemen Hutan. Fakultas Kehutanan. IPB.

Soeseno. S. 1992. Bertanam Aren. P.T. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suin, N. M. (2002). Metode ekologi. Padang: Universitas Andalas.

Sunanto. H. 1993. Aren Budidaya dan Multiguna. Penerbit Kanisius. Yogyakarta..

Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. FMIPA Biologi ITB. Bandung Syafe’i, E. S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan.ITB Press. Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan http://www.dephut.go.id/INFORMASI/UNDANG2/uu_41_99.htmldiakses tanggal 7Agustus 2018

Widyawati dan Nugraheni. 2009. Sukses Investasi Masa Depan Dengan Bertanam Pohon Aren. Lily Publisher. Jakarta.

(42)

49

49 Lampiran 5. Dokumentasi Hasil Penelitian

Berikut merupakan hasil dokumentasi penelitian.

1. Tahap Persiapan.

Diskusi tentang pengambilan sampel, penentuan titik, pembuatan jalur sepanjang 500 m, pembuatan plot dan pembagian tim. Ditahap ini kami juga membahas kemungkinan kendala apa saja yang akan ditemukan dilapangan dan bagaimana cara mengatasi kendala tersebut.

2. Aren yang ditemukan pada setiap pertumbuhan.

( a ) ( b)

Gamabar a menunjukkan anakan aren yang tumbuh dibawah indukan, sedangkan b menunjukkan aren pada tingkat pertumbuhan pancang.

( c ) ( d )

Gambar c menunjukkan aren pada pertumbuhan tingkat tiang sedangkan Gambar d menunjukkan pertumbuhan tingkat pohon

Lanjutan Lampiran 5.

(43)

50

3. Jalur yang dibuat dalam peta penelian.

Gambar

Gambar 1. Aren (Arenga pinatta)
Gambar 2. Tiga pola dasar sebaran spasial individu dalam suatu habitat   (a) acak, (b) mengelompok, (c) seragam (Ludwigs &amp; Reynolds 1988)
Gambar 3. Desain petak contoh di lapangan dengan metode kombinasi (Kusmana 1997)    Keterangan:
Gambar 4. Peta Lokasi Desa Simanampang.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui apakah sikap masyarakat terhadap kehadiran PT.SOL di Kecamatan Pahae Julu termasuk respon positif, netral, atau negatif, maka dilakukan analisis dengan

Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat dan Prospek Pembangunan Hutan Wisata Lumban Julu (Studi Kasus di Desa Sionggang Utara Kecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini karena di kecamatan pahae Julu terkhusus nya terdapat perusahaan baru milik swasta yang nantinya menjadi perusahaan raksasa

Penulis melakukan penelitian pada tahun 2014 dengan judul “ Potensi dan Pemanfaatan Aren di Desa Kutambaru, Kecamatan Munthe, Kabupaten Karo ”

Kajian pengolahan dan sistem pemasaran gula merah aren di Desa Kuta Raja, Tiga Binanga Tanah Karo, Sumatera Utara.. Pusat Litbang Hasil

Potensi dan kajian pemanfaatan tanaman aren di Desa Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.. Universitas

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Onan Hasang kecamatan Pahae Julu Kabupaten

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOZEOLIT DARI ZEOLIT ALAM PAHAE, KABUPATEN TAPANULI UTARA, PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI SRI NINGSIH Y PAKPAHAN 160801052 DEPARTEMEN FISIKA