DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Alviani Antika Navitarisa NIM B13002
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ii
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. R UMUR 34 TAHUN P1A0 DENGAN
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Disusun Oleh : Alviani Antika Navitarisa
NIM B13002
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal 8 Juni 2016
Pembimbing
Kartika Dian Listyaningsih, SST., M.Sc NIK. 200884032
iii
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah Disusun Oleh : Alviani Antika Navitarisa
NIM B13002
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Program Studi Diploma III Kebidanan
Pada tanggal 30 Juni 2016
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui, Ka. Prodi D III Kebidanan
Siti Nurjanah, SST., M.Keb NIK. 201188093
Penguji II
Kartika Dian Listyaningsih, SST., M.Sc NIK. 200884032
Penguji I
Deny Eka Widyastuti, SST., M.Kes NIK. 201188075
iv
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny. R Umur 34 tahun P1A0 dengan Perdarahan Uterus Disfungsional di RSU Assalam Gemolong Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Deny Eka Widyastuti, SST., M.Kes, selaku Penguji I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Ibu Kartika Dian L, SST., M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
5. Ibu dr. Wiwiek Irawati., M.Kes, selaku direktur RSU Assalam Gemolong Sragen yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
6. Ny. R yang bersedia menjadi responden dalam pengambilan studi kasus.
7. Seluruh Dosen dan Staff Prodi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
v
Surakarta, Juni 2016 Penulis
vi
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY.R UMUR 34 TAHUN P1A0 DENGAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN xi + 77 halaman + 11 lampiran
INTISARI
Latar Belakang Angka kejadian perdarahan uterus disfungsional (PUD) cukup tinggi tetapi karena PUD pulih sendiri tanpa pengobatan, yang tercatat hanya PUD berat yang sering kali mencapai keadaan kegawatdaruratan hal ini disebabkan keengganan pada wanita usia perimenarche untuk menjalani pemeriksaan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 9 November 2015 data bulan Oktober 2014 hingga Oktober 2015 di RSU Assalam Gemolong Sragen didapatkan 120 kasus gangguan reproduksi yang meliputi perdarahan uterus disfungsional sebanyak 32,5 %.
Tujuan Studi Kasus Melaksanan asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan perdarahan uterus disfungsional dengan menggunakan pendekatan 7 langkah manajemen kebidanan menurut Hellen Varney.
Metodologi Penelitian Jenis studi kasus yang digunakan pada pengambilan data ini yaitu deskriptif yang berlokasi di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan menggunakan format manajemen kebidanan 7 langkah Varney dengan pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder.
Hasil Studi Kasus Setelah dilaksanakan Asuhan Kebidanan selama 4 hari dan sudah dilakukan tindakan operatif keadaan ibu baik, ibu sudah tidak cemas dan gelisah, serta perdarahan sudah berhenti.
Kesimpulan Setelah dilakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada ibu gangguan reproduksi dengan peradarahan uterus disfungsional perawatan selama 4 hari pasien sudah dalam keadaan baik. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan pelaksanaan studi kasus.
Kata Kunci Asuhan kebidanan, gangguan reproduksi, perdarahan uterus disfungsional
Kepustakaan 31 literatur (tahun 2005 s/d 2015)
vii
sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (QS. Al-Insyirah : 7-8)
2. Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan, istiqomah dalam menghadapi cobaan (Muhammad Zainuddin Abdul Madjid) 3. Ikhlas menerima kesalahan dan belajar dari setiap kesalahan, karena itu yang akan menjadikanmu kuat dalam menjalani kehidupan.
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan untuk :
1. Ayah ibu tercinta, motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah jemu mendoakan dan menyayangiku.
2. Adikku tersayang dan keluarga lain terima kasih atas dukungan dan doanya.
3. Ibu Riadini Wahyu Utami, SST., MPH dan Ibu Kartika Dian L, SST., M.Sc selaku pembimbing Proposal dan Karya Tulis Ilmiah terima kasih telah membimbingku dengan sabar dan selalu memberikan semangat.
4. Dosen-dosen yang telah menjadi orang tua keduaku, yang namanya tak bisa ku sebutkan satu persatu yang selalu memberikan motivasi, selalu peduli dan perhatian, ucapan terima kasih yang tak terhingga atas ilmu yang telah kalian berikan.
5. Teman-teman seperjuangan, mari kita lanjutkan perjuangan kita, be professional midwife, mengabdi kepada masyarakat.
6. Almamater tercinta
.
Nama
Tempat / Tanggal Lahir Agama
Jenis Kelamin Alamat
Riwayat Pendidikan
1. SD N Kleco 1 Surakarta 2. SMP Regina Pacis Surakarta 3. SMA Murni Surakarta
4. D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
viii
: Alviani Antika Navitarisa Tempat / Tanggal Lahir : Klaten / 2 Maret 1995
: Islam : Perempuan
: Mangurejo 2/1 Ngesrep, Ngemplak, Boyolali
SD N Kleco 1 Surakarta LULUS TAHUN 2007
SMP Regina Pacis Surakarta LULUS TAHUN 2010
SMA Murni Surakarta LULUS TAHUN 2013
D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada ANGKATAN TAHUN 2013 : Mangurejo 2/1 Ngesrep, Ngemplak, Boyolali
LULUS TAHUN 2007 LULUS TAHUN 2010 LULUS TAHUN 2013 ANGKATAN TAHUN 2013
ix
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
INTISARI ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
CURICULUM VITAE ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Studi Kasus ... 3
D. Manfaat Studi Kasus ... 5
E. Keaslian Studi Kasus ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis ... 7
B. Teori Manajemen Kebidanan ... 20
C. Data Perkembangan ... 34
D. Landasan Hukum ... 35
BAB III METODOLOGI A. Jenis Studi Kasus ... 37
B. Lokasi Studi Kasus ... 37
C. Subjek Studi Kasus ... 37
D. Waktu Studi Kasus ... 38
E. Instrumen Studi Kasus ... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 38
x
A. TinjauanKasus ... 43 B. Pembahasan ... 67 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 74 B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
Tabel 4.1 Riwayat kehamilan, Persalinan, Nifas ... 45
xii
Gambar 2.1 Tata laksana penanganan dysfunctional uterine bleeding ... 15
xiii
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 8. Lembar Observasi
Lampiran 9. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 10. Dokumentasi Studi Kasus (foto) Lampiran 11. Lembar Konsultasi
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak ada penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi- fungsinya serta prosesnya. Pemeliharaan kesehatan reproduksi dilakukan melalui pencegahan dan penyelesaian masalah kesehatan reproduksi (Nugroho, 2012). Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selama hidupnya. Gangguan haid ini dapat berupa siklus haid yang memanjang atau memendek, maupun perdarahan yang abnormal.
(Baradero dkk, 2006; Baziad, 2008). Di antara jenis gangguan haid atau perdarahan yang paling membutuhkan kecermatan penanganan ialah perdarahan uterus disfungsional karena pada keadaan ini tidak dijumpai kelainan organik. Data di beberapa negara industri (Amerika dan Inggris) menyebutkan bahwa seperempat penduduk perempuan dilaporkan pernah mengalami menoragia, 21% mengeluh siklus haid memendek, 17%
mengalami perdarahan antar haid dan 6% mengeluh perdarahan pasca senggama (Baziad, 2008; Prawirohardjo, 2011).
Di Indonesia belum ada angka yang menyebutkan mengenai kejadian perdarahan uterus disfungsional (Wiknjosastro, 2009).
Sebenarnya angka kejadian perdarahan uterus disfungsional (PUD) cukup tinggi karena terjadi hampir pada semua wanita. Tetapi karena sebagian
PUD pulih sendiri tanpa pengobatan, yang tercatat hanya PUD berat yang sering kali mencapai keadaan kegawatdaruratan. Hal ini terjadi 10% dari seluruh kunjungan ginekologik. Sekitar 4% berusia kurang dari 20 tahun, 39% berusia diatas 40 tahun dan sisanya berada pada usia reproduksi.
Kejadian PUD pada usia kurang dari 20 tahun sesungguhnya jauh lebih besar daripada yang dilaporkan. Hal ini disebabkan oleh adanya keengganan pada wanita usia perimenarche untuk menjalani pemeriksaan (Baziad, 2008).
Salah satu kewenangan bidan adalah melakukan asuhan pada gangguan sistem reproduksi wanita dengan perdarahan uterus disfungsional. Berdasarkan Permenkes Nomor 1464 tahun 2010 mengenai izin dan penyelenggaraan praktik bidan, disebutkan bahwa bidan mempunyai kewenangan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi sehingga bidan perlu memiliki pengetahuan mengenai tanda gejala serta penatalaksanaan gangguan kesehatan reproduksi dalam hal ini perdarahan uterus disfungsional.
Penatalaksanaan kasus perdarahan uterus disfungsional sebaiknya dilakukan di rumah sakit. RSU Assalam sebagai salah satu rumah sakit di Kabupaten Sragen melayani berbagai macam pelayanan, salah satunya adalah permasalahan kesehatan reproduksi yaitu perdarahan uterus disfungsional. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 9 November 2015 data bulan Oktober 2014 hingga Oktober 2015 didapatkan 120 kasus gangguan reproduksi yang meliputi perdarahan
uterus disfungsional sebanyak 39 (32,5 %), amenorhea sebanyak 31 kasus (25,8%), mioma uteri sebanyak 20 kasus (16,7%), menoragia sebanyak 15 kasus (12,5%), oligomenorhea sebanyak 8 kasus (6,67%), metroragia sebanyak 7 kasus (5,83%).
Berdasarkan data di atas perdarahan uterus disfungsional menempati urutan pertama penyakit gangguan reproduksi, maka penulis tertarik untuk menyusun studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny. R Umur 34 tahun P1A0 dengan Perdarahan Uterus Disfungsional di RSU Assalam Gemolong Sragen”
sehingga bidan mampu memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif untuk meminimalkan komplikasi bila menemui kasus serupa.
B. Perumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny. R umur 34 tahun P1A0 dengan Perdarahan Uterus Disfungsional di RSU Assalam Gemolong Sragen?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan dengan menggunakan pedekatan proses manajemen kebidanan pada pasien dengan Perdarahan Uterus Disfungsional di RSU Assalam Gemolong Sragen.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu :
1) Melaksanakan pengkajian dengan menyimpulkan semua data yang diperlukan pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional
2) Melakukan interpretasi data dasar pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional
3) Merumuskan diagnosa potensial pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional
4) Melakukan antisipasi segera pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional
5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional
6) Melaksanakan perencanaan secara efisiensi pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional
7) Melakukan evaluasi pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional
b. Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata dilapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional.
D. Manfaat 1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan perdarahan uterus disfungsional melalui pendekatan manajemen kebidanan Varney.
2. Bagi Profesi
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan dalam pemberian pelayanan kebidanan khususnya pada asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan perdarahan uterus disfungsional.
3. Bagi Institusi
Dapat dimanfaatkan sebagai referensi dalam pemberian materi perkuliahan asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan perdarahan uterus disfungsional.
4. Bagi Instansi
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian pelayanan kebidanan khususnya pada asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan perdarahan uterus disfungsional.
E. Keaslian
Studi kasus mengenai perdarahan uterus disfungsional sudah pernah dilakukan oleh:
Nuaryalstonia (2014) Program DIII Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan judul “Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Wanita pada Ny.S P3A0 dengan Perdarahan Uterus
Disfungsional di RSUD Sukoharjo”. Keluhan utama ibu mengatakan perdarahan selama 14 hari. Pemeriksaan dalam didapatkan pengeluaran darah dengan sedikit stolsel USG menunjukkan tidak ada kelainan ginekologis. Dilakukan curretase pada hari ke – 3 pasien datang.
Diberikan terapi precurretase (antifibrinotik, antibiotik dan anestesi) dan postcurretase (antibiotik, analgesik dan roborantia).
Perbedaan studi kasus yang penulis lakukan dengan keaslian studi kasus terletak pada lokasi, waktu dan subjek. Sedangkan persamaan studi kasus terletak pada asuhan yang diberikan. Memberikan asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan perdarahan uterus disfungsional.
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak ada penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta prosesnya (Nugroho, 2012). Menurut Prawirohardjo (2011) salah satu bentuk gangguan reproduksi pada wanita adalah gangguan menstruasi. Gangguan menstruasi dalam masa reproduksi digolongkan menjadi gangguan jumlah darah dan lamanya haid, gangguan siklus haid, gangguan perdarahan di luar siklus haid, serta gangguan lain yang berhubungan dengan haid.
2. Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan endometrium (Maryanti dan Majestika, 2009;
Nugroho, 2012). Menurut Prawirohardjo (2011) haid merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan baku dari sumbu hipotalamus- hipofisis-ovarium (sumbu H-H-O).
8
Menstruasi dikatakan normal bila didapatkan siklus menstruasi tidak kurang dari 24 hari dan tidak melebihi 35 hari, lama menstruasi 3-7 hari, dengan jumlah darah selama menstruasi berlangsung tidak melebihi 80 ml, serta ganti pembalut 2-6 per hari (Prawirohardjo, 2011). Siklus menstruasi dibagi dalam 3 fase, yaitu:
a. Fase Folikuler
Fase folikuler dimulai dari hari ke-1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 fokikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh (folikel de Graaf) dan yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon penurunan kadar estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan.
Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan.
Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3-7 hari, rata-rata 5 hari (Yanti, 2011).
b. Fase Ovulatoir
Fase ovulatoir dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH.
Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian bawahnya, yang berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam (Yanti, 2011).
c. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang menghasilkan sejumlah besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase luteal dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum akan menghasilkan HCG (human chorionic gonadotropin) untuk menghasilkan progesteron sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri (Yanti, 2011).
3. Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) a. Pengertian
Perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan uterus abnormal (jumlah, frekuensi dan lamanya) yang terjadi baik di dalam maupun di luar siklus haid dan merupakan gejala klinis
yang semata-mata karena suatu gangguan fungsional mekanisme kerja poros hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium tanpa adanya kelainan organik alat reproduksi (Baziad, 2008; Mansjoer dkk, 2007).
Dysfungtional uterine bleeding merupakan gangguan perdarahan yang terjadi tanpa adanya kelainan organis dan semata-mata berhubungan dengan psycho-hypothalamo-pytuitary ovarial axis (Manuaba, 2008). Perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan dari uterus yang banyak atau tidak teratur tanpa penyebab yang jelas (Baradero dkk, 2007).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan abnormal yang terjadi baik di dalam maupun di luar siklus haid yang disebabkan oleh gangguan fungsional mekanisme kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium.
b. Etiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus ovulasi maupun anovulasi yang sebagian besar disebabkan oleh gangguan fungsi mekanisme kerja poros hipotalamus – hipofisis – ovarium – endometrium (Prawirohardjo, 2011). Perdarahan uterus disfungsional disebabkan oleh adanya kelainan hormon yang mempengaruhi pengendalian sistem reproduksi oleh hipotalamus dan kelenjar hipofisis (Nugroho dan Bobby, 2014).
c. Patofisiologi
Menurut Baziad dkk (2008) perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus ovulatorik, anovulatorik maupun pada keadaan dengan folikel persisten.
1) PUD pada siklus ovulatorik
Perdarahan yang terjadi pada siklus ovulatorik berbeda dari perdarahan pada suatu haid yang normal.
Dibedakan dalam tiga jenis, yaitu : a) Perdarahan pada pertengahan siklus
Perdarahan yang terjadi biasanya sedikit, singkat dan dijumpai pada pertengahan siklus. Penyebabnya adalah rendahnya kadar estrogen.
b) Perdarahan akibat gangguan penglepasan endometrium Perdarahan yang terjadi biasanya banyak dan memanjang. Keadaan ini disebabkan oleh adanya korpus luteum persisten dan kadar estrogen rendah, sedangkan progesteron terus terbentuk.
c) Perdarahan bercak (spotting) prahaid dan pascahaid Pada masa prahaid perdarahan ini disebabkan oleh insufisiensi korpus luteum sedangkan pada masa pascahaid disebabkan oleh defisiensi estrogen, sehingga regenerasi endometrium terganggu.
2) PUD pada siklus anovulatorik
Perdarahan jenis ini sering dijumpai pada masa reproduksi dan pada masa perimenopause. Dasar perdarahan pada keadaan ini adalah tidak adanya ovulasi karena tidak terbentuk korpus luteum. Dengan demikian siklus ini dipengaruhi oleh keadaan defisiensi progesteron dan kelebihan estrogen.
Penyebabnya diduga adanya gangguan regulasi sentral akibat adanya faktor psikis. Tetapi pada umumnya sekresi gonadotropin tidak terganggu. Perdarahan yang terjadi dapat normal, sedikit atau banyak dengan siklus yang teratur atau tidak teratur.
3) PUD pada keadaan folikel persisten
Keadaan ini sering dijumpai pada masa perimenopause dan jarang pada masa reproduksi.
Endometrium secara menetap dipengaruhi oleh estrogen, sehingga terjadi hiperplasia endometrium, baik jenis adenomatosa maupun atipik. Jenis ini sering menjadi pembakal keganasan endometrium, sehingga memerlukan penanganan yang seksama. Setelah folikel tidak mampu lagi membentuk estrogen, maka akan terjadi perdarahan lucut estrogen.
d. Faktor risiko
Perdarahan uterus disfungsional paling banyak dijumpai pada usia perimenarche, usia reproduksi dan usia perimenopause (Baziad, 2008). Selain itu, stress yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam maupun di luar pekerjaan, kejadian- kejadian yang mengganggu keseimbangan emosional seperti kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian obat penenang terlalu lama dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar (Wiknjosastro, 2009).
e. Keluhan subjektif
Keluhan dapat bervariasi dari ringan sampai berat dan tidak jarang menyebabkan frustasi bagi penderita (Prawirohardjo, 2011). Keluhan yang biasa dikemukakan oleh penderita perdarahan uterus disfungsional adalah mengalami perdarahan di luar atau sewaktu mestruasi dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang lama (Wiknjosastro, 2009).
f. Tanda Klinis
Perdarahan uterus disfungsional menggambarkan spektrum pola perdarahan uterus abnormal yang dapat terjadi setiap saat dan tidak terduga seperti perdarahan akut dan banyak, serta perdarahan irreguler (Prawirohardjo, 2011).
g. Diagnosis
Langkah pertama adalah menyingkirkan kelainan organik.
Pada anamnesis, perlu diketahui usia menarche, siklus haid setelah menarche, lama dan jumlah darah haid, serta latar belakang kehidupan keluarga dan latar belakang emosionalnya.
Pada pemeriksaan fisik umum dinilai adanya hipo/hipertiroid dan gangguan hemostatis seperti petekie. Pemeriksaan ginekologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelaian organik seperti perlukaan genitalia, erosi/radang atau polip serviks, maupun mioma uteri. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pengukuran suhu basal badan atau pemeriksaan hormon FSH dan LH (Mansjoer, dkk, 2007). Selain itu untuk mengkaji masalah struktur dan keganasan, dapat dilakukan USG (Baziad, 2008).
h. Prognosis
Bila perdarahan yang terjadi benar-benar disfungsional, bukan karena kelainan organik, maka dalam masa 48-72 jam pengobatan perdarahan akan berhenti. Dalam 2-3 hari kemudian akan terjadi perdarahan lucut selama 4-6 hari (Baziad, 2008).
Pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi ovulatoar, namun pada wanita dewasa terutama dalam masa premenopause dengan perdarahan tidak teratur,
mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas (Wiknjosastro, 2009).
i. Penatalaksanaan
Gambar 2.1 Tata laksana penanganan dysfunctional uterine bleeding menurut Manuaba (2008)
Dysfunctional Uterine Bleeding
Ovulatoir :
→ Korpus luteum persisten
→ Korpus luteum
insufisiensi Anovulatoir:
→ Graaf folikel tanpa ovulasi
Laboratorium penunjang:
→ Lab. Dasar
→ L.F. test
→ Faal ginjal
→ Faal hemostatis Diagnosis :
→ Anamnesis
→ Pemeriksaan fisik
→ D & C - PA
Pengobatan umum :
→ Infus-transfusi
→ Suportif vit
→ Preparat Fe
Virgin :
→ Rectal toucher spekulum hidung
Sudah kawin
Dilatasi-kuretase
→ Pemeriksaan PA
→ Suportif vit.
→ Hormonal / 3-6 bulan Hormonal :
→ Estrogen, progesteron
→ Oral pil 3-6 bulan
→ Testosteron
Hiperterektomi :
→ Pertimbangan :
• Umur, paritas
• Hasil PA
• DUB berulang Gagal
Berhasil :
→ Oral pil 3-6 bulan
Laparoskopi :
→ Polikistik ovarii
→ Wedge reseksi
j. Terapi atau pengobatan
Terdapat beberapa macam pengobatan atau terapi perdarahan uterus disfungsional yaitu dengan medikamentosa dan dilatasi kuret.
1) Pengobatan medikamentosa hormonal a) Kombinasi estrogen-progesteron
Perdarahan akut dan banyak akan membaik bila diobati dengan kombinasi estrogen dan progesteron dalam bentuk pilkontrasepsi. Dosis dimulai dengan 2x1 tablet selama 5-7 hari dan setelah terjadi perdarahan lucut dilanjutkan 1x1 tablet selama 3-6 siklus. Dapat pula diberikan dengan dosis tapering 4x1 tablet selama 4 hari, diturunkan dosis menjadi 3x1 tablet selama 3 hari, 2x1 tablet selama 2 hari, 1x1 tablet selama 3 minggu kemudian berhenti tanpa obat selama 1 minggu, dilanjutkan pil kombinasi 1x1 tablet selama 3 siklus (Prawirohardjo, 2011).
b) Estrogen
Terapi estrogen dapat diberikan dalam 2 bentuk, intravena atau oral, tetapi sediaan intravena sulit didapatkan di Indonesia. Pemberian estrogen oral dosis tinggi cukup efektif untuk mengatasi PUD, yaitu estrogen konjugasi dengan dosis 1,25 mg atau 17 β
estradiol 2 mg setiap 6 jam selama 24 jam. Setelah perdarahan berhenti dilanjutkan dengan pemberian pil kontrasepsi kombinasi. Rasa mual bisa terjadi pada pemberian terapi estrogen (Prawirohardjo, 2011).
c) Progestin
Pertimbangan di sini bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anovulator sehingga pemberian progesteron dapat menyeimbangkan pengaruh estrogen terhadap endometrium (Wiknjosastro, 2009).
Progestin diberikan selama 14 hari kemudian berhenti tanpa obat selama 14 hari, diulang selama 3 bulan.
Progestin biasanya diberikan bila ada kontraindikasi terhadap estrogen. Saat ini tersedia beberapa sediaan progestin oral yang biasa digunakan yaitu medroksi progesteron asetat (MPA) dengan dosis 2x10 mg, noretisteron asetat dosis 2x5 mg, didrogesteron dosis 2x10 mg dan normegestrol asetat dosis 2x5 mg (Prawirohardjo, 2011).
d) Androgen
Merupakan pilihan lain bagi penderita yang tidak cocok dengan estrogen dan progesteron. Sediaan yang dapat dipakai antara lain adalah proprionas testoterondan metil testoteron. Androgen mempunyai
efek baik terhadap perdarahan yang disebabkan hiperplasia endometrium. Namun terapi ini tidak dapat digunakan terlalu lama mengingat bahaya virilisasi.
Dapat diberikan proprionas testoteron 50 mg intramuskulus yang dapat diulangi 6 jam kemudian dan metil testoteron 5 mg sehari (Wiknjosastro, 2009).
2) Pengobatan dengan senyawa antiprostaglandin
Antiprostaglandin seperti asam mefenamat dapat mengurangi jumlah perdarahan pada penderita dengan perdarahan uterus disfungsional. Asam mefenamat sangat dianjurkan terutama pada penderita yang memiliki kontraindikasi terhadap pemakaian hormon estrogen maupun progesteron. Pemberian asam mefenamat adalah per oral dengan dosis 3x500 mg per hari. Selain asam mefenamat, ibuprofen dapat diberikan dengan dosis 600-1200 mg per hari.
Ibuprofen dan asam mefenamat termasuk dalam kelompok obat antiinflamasi non steroid (NSAID) yang dapat memperbaiki hemostasis endometrium dan mampu menurunkan jumlah darah haid 20 – 50 % (Baziad, 2008 ; Prawirohardjo. 2011).
3) Pengobatan dengan senyawa antifibrinolitik
Endometrium merupakan salah satu organ dengan aktivitas fibrinolisis yang tinggi. Proses ini terjadi akibat adanya aktivitas enzimatik dari plasmin atau plasmonogen
sehingga terjadi degradasi fibrin, fibriogen dan beberapa protein lainnya. Kadar plasminogen pada endometrium yang lebih tinggi dari normal dapat dihambat oleh asam traneksamat dan asam aminokaproat. Dosis yang diberikan adalah 4 gram per hari, dibagi dalam 4 kali pemberian selama 4-7 hari dan dapat diulang pada setiap siklus. Asam traneksamat menghambat plasminogenn secara reversibel dan bila diberikan saat haid mampu menurunkan jumlah perdarahan 40-50 % (Baziad, 2008 ; Prawirohardjo, 2011).
4) Pengobatan operatif
Untuk tujuan menghentikan perdarahan, tindakan curretase ternyata berhasil mengatasi keadaan 40-60% kasus PUD.
Tetapi tindakan curretase bukan merupakan pilihan utama dalam penatalaksanaan PUD karena tindakan ini menyelesaikan proses pada organ sasaran tanpa melihat patofisiologinya. Dipihak lain, pada penderita yang belum menikah, apabila tidak terpaksa, tindakan curretase tidak dianjurkan. Sebaliknya pada usia perimenopause tindakan curretase ini masih mempunyai tempat apabila selain untuk maksud diagnostik juga untuk keperluan terapetik dan terapi hormonal tak berhasil. Histerektomi hanya dilakukan atas indikasi kegagalan curretase terapetik maupun keganasan (Baziad, 2008).
B. Teori Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan 7 Langkah Varney. Dalam penerapannya, manajemen kebidanan pada gangguan reproduksi dengan perdarahan utterus disfungsional menurut 7 langkah Varney meliputi :
I. Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien (Ambarwati, 2010).
A. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Anggraini, 2010).
1. Identitas pasien dan suami a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati, 2010).
b. Umur
Umur klien perlu dikaji untuk mengetahui faktor resiko dari penyakit yang diderita. Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause. Kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan masa akhir fungsi
ovarium (masa pubertas dan masa pramenopause) (Wiknjosastro, 2009).
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa (Ambarwati, 2010).
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Ambarwati, 2010).
e. Suku/ bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ambarwati, 2010).
f. Pekerjaan
Pekerjaan dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang. Dapat pula dihubungkan dengan keadaan ekonomi yang mempengaruhi tingkat stress seseorang.
Stress karena pekerjaan atau penghasilan yang kurang dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar (Wiknjosastro, 2009).
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (Ambarwati, 2010).
2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan kenapa klien datang ke tempat bidan (Walyani, 2015). Keluhan yang biasa dikemukakan oleh penderita perdarahan uterus disfungsional adalah mengalami perdarahan di luar atau sewaktu mestruasi dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang lama (Wiknjosastro, 2009).
3. Riwayat menstruasi
Data yang diperlukan antara lain kapan pertama kali menstruasi, lamanya menstruasi, siklus menstruasi, banyaknya ganti pembalut per hari, jenis dan warna darah menstruasi, serta keluhan atau rasa sakit pada saat menstruasi. Pada pasien perdarahan uterus disfungsional terjadi perdarahan tidak teratur di luar siklus menstruasinya, darah berlebihan (lebih dari 80 ml) dan dengan durasi yang panjang (lebih dari 7 hari) (Prawirohardjo, 2011).
4. Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan yang lalu, untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, hipertensi, asma (Ambarwati, 2010).
b. Riwayat kesehatan sekarang, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita saat ini (Ambarwati, 2010).
c. Riwayat kesehatan keluarga, untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien (Ambarwati, 2010).
5. Riwayat perkawinan
Riwayat perkawinan yang perlu dikaji berupa status perkawinan, usia pertama saat menikah, serta lamanya perkawinan. Hal ini perlu dikaji karena akan mempengaruhi dalam pengobatan perdarahan uterus disfungsional. Pada wanita dewasa muda yang belum menikah pengobatan yang dapat dilakukan dengan terapi hormonal. Sedangkan untuk wanita yang sudah menikah dan melakukan hubungan seksual, kemungkinan terjadi abortus inkomplet yang mengakibatkan perdarahan berkepanjangan sehingga diperlukan tindakan curretase (Prawiroharjo, 2011).
6. Riwayat kontrasepsi
Hal ini perlu ditanyakan antara lain apakah pasien pernah menjadi akseptor KB, jenis kontrasepsi yang digunakan dan lama penggunaan, keluhan selama menggunakan kontrasepsi. Hal tersebut untuk mengetahui apakah perdarahan
yang diderita pasien sebagai akibat penggunaan alat kontrasepsi hormonal atau bukan (Manuaba, 2008).
7. Data Psikososial
Data psikologi perlu dikaji karena dalam ini stress yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam maupun luar pekerjaan, kejadian-kejadian yang mengganggu keseimbangan emosional seperti kecelakaan maupun kematian dalam keluarga dapat mempengaruhi wanita dengan perdarahan disfungsional (Wiknjosastro, 2009).
B. Data Objektif
Data objektif yang bisa digunakan dalam mendukung data dasar dalam kasus perdarahan uterus disfungsional antara lain :
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus perdarahan uterus disfungsional untuk mengetahui keadaan umum dan kesadaran pasien, pengukuran tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah, serta pemeriksaan mulai dari kepala sampai ekstremitas dan berat badan (Baziad, 2008). Pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter dapat berupa pemeriksaan panggul dan kemaluan menggunakan alat yang disebut spekulum yang digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya trauma atau benda asing (Mumpuni dan Tantiri, 2013). Meliputi : a. Status Generalis:
1) Keadaan umum : baik
2) Keasadaran : composmentis
3) TTV : TD : ... mmHg, S : ...0C, R : ... x/menit, N : ... x/menit , normal
b. Pemeriksaan Sistematis 1) Kepala
a) Rambut : meliputi warna, mudah rontok atau tidak dan kebersihannya.
b) Muka : keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan, adakah oedema.
c) Mata : adakah oedema atau tidak, conjungtiva anemis atau tidak, untuk mengetahui adakah kuning pada sklera.
d) Hidung : bagaimana kebersihannya, ada pengeluaran sekret atau tidak.
e) Telinga : bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak
f) Mulut : ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak.
2) Leher : adakah pembersaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe (Sulistyawati, 2013).
3) Dada dan axilla : untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Sulistyawati, 2013).
4) Abdomen : apakah ada luka bekas operasi, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Varney, 2007). Pada kasus perdarahan uterus disfungsional adanya nyeri tekan pada sympisis (Prawirohardjo, 2011).
5) Genetalia : untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi, varices dan perdarahan (sulistyawati, 2013). Kasus perdarahan uterus disfungsional terdapat pengeluaran darah dari vagina yaitu > 80 cc (Prawirohardjo, 2011).
6) Ekstremitas : ekstremitas atas dan bawah ada cacat atau tidak, oedema atau tidak terdapat varices atau tidak.
c. Pemeriksaan khusus pada kasus perdarahan uterus disfungsional adalah :
1) Inspeksi : inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera pengelihatan, pendengaran dan penciuman (Priharjo, 2006).
Inspeksi dilakukan secara berurutan dimulai dari
kepala sampai kaki. Pada kasus perdarahan uterus disfungsional dilakukan inspeksi untuk mengetahui berapa banyak jumlah darah yang keluar, biasanya > 80 cc (Prawirohardjo, 2011).
2) Palpasi : Palpasi adalah teknik pemeriksaan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan (Priharjo, 2006). Pada kasus perdarahan uterus disfungsional adanya nyeri tekan pada sympisis (Prawirohardjo, 2011).
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah data atau fakta yang diperoleh dari hasil pemeriksaan rontgen, USG, pemeriksaan laboratorium seperti cek darah dan urine (Varney, 2007). Pada kasus perdarahan uterus disfungsional pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan darah lengkap). Selain itu untuk mengkaji masalah struktur dan keganasan, dapat dilakukan USG (Baziad, 2008).
II. Interpretasi data dasar A. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan pada kasus pasien gangguan reproduksi dengan perdarahan uterus
disfungsional adalah Ny. X umur X tahun PxAx dengan perdarahan uterus disfungsional.Dengan dasar data subjektif dan objektif :
1. Data subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya (Ambarwati, 2010). Keluhan yang biasa dikemukakan oleh penderita perdarahan uterus disfungsional adalah mengalami perdarahan di luar atau sewaktu mestruasi dalam jumlah yang banyak dan dalam jangka waktu yang lama (Wiknjosastro, 2009).
2. Data objektif
Hasil pemeriksaan tentang tanda-tanda vital, inspeksi pengeluaran pervaginam (Ambarwati, 2010). Menurut Varney (2007), yaitu:
a. Keadaan umum : baik
b. Keasadaran : composmentis
c. TTV : TD : ... mmHg, S : ...0C
R : ... x/menit, N : ... x/menit, normal.
d. Muka : terlihat pucat karena perdarahan
e. Mata :conjungtiva pucat karena
perdarahan
f. Genetalia : terdapat pengeluaran darah dari vagina > 80 cc.
g. Pemeriksaan dalam : terlihat pengeluaran darah
h. Abdomen : terdapat nyeri tekan pada sympisis i. Pemeriksaan penunjang :
1) Hasil USG, digunakan untuk mengkaji masalah struktur dan keganasan.
2) Hasil Hb, digunakan untuk mengetahui kadar Hb apakah ibu anemi atau tidak.
B. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pemyataan pasien dan hasil pemeriksaan (Ambarwati, 2010). Masalah yang sering muncul pada klien perdarahan banyak yang berdampak pada psikologi berupa kecemasan dan ketidaknyamanan pada perdarahan uterus disfungsional yaitu mengeluarkan perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak (Prawirohardjo, 2011).
C. Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2013). Pada kasus perdarahan uterus disfungsional kebutuhan yang diberikan adalah kebutuhan Konseling Informasi dan Edukasi (KIE) seperti:
kebutuhan gizi, pola istirahat, personal hygiene (Hidayat, 2011).
III. Diagnosa potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasian masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar- benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini (Ambarwati, 2010). Diagnosis potensial pada kasus perdarahan uterus disfungsional yaitu pada keadaan akut, dimana Hb < 8 gr/dl yang menyebabkan klien mengalami anemia (Baziad, 2008).
IV. Antisipasi atau tindakan segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati, 2010). Pada langkah ini dalam kasus perdarahan uterus disfungsional membutuhkan konsultasi dengan dokter spesialis obstetri ginekologi untuk pemeriksaan penunjang seperti USG dan pemeriksaan patologi – anatomi, konsultasi untuk pemberian terapi yaitu hormonal maupun dilatasi dan kuret, serta kolaborasi laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap, konsentrasi zat besi darah untuk pemeriksaan penunjang (Baziad, 2008; Manuaba, 2008).
V. Perencanaan
Langkah – langkah ini ditentukan oleh langkah – langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010). Perencanaan pada klien dengan kasus perdarahan uterus disfungsional:
1. Informasikan pada klien dan keluarga tentang keluhan yang dialami klien.
2. Pemberian cairan infus.
3. Observasi keadaan umum dan vital sign pasien.
4. Observasi perdarahan pasien.
5. Pemberian informed consent sebelum tindakan.
6. Konsultasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi hormonal atau tindakan operatif (Baziad, 2008 ; Baradero dkk, 2006).
7. Kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan dan pemantauan kadar Hb (Baziad, 2008).
8. Pemberian motivasi dan support mental kepada klien (Mumpuni dan Tantrini, 2013).
9. Pemberian transfusi darah jika terjadi perdarahan akut, dimana Hb kurang dari 8 gr % (Mumpuni dan Tantrini, 2013).
VI. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman (Ambarwati, 2010). Dalam kasus perdarahan uterus disfungsional ini, bidan dapat melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG yaitu dengan melakukan konsultasi dan melakukan tindakan rujukan sehingga mendapatkan pengobatan yang tepat dan terbaik (Varnney, 2007). Penanganan tindakan pada perdarahan uterus disfungsional :
1. Menginformasikan pada klien dan keluarga tentang keluhan yang dialami klien.
2. Memberikan cairan infus.
3. Mengobservasi keadaan umum dan vital sign pasien.
4. Mengbservasi perdarahan pasien.
5. Melakukan pemberian informed consent sebelum tindakan.
6. Melakukan konsultasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi hormonal atau tindakan operatif (Baziad, 2008 ; Baradero dkk, 2006).
7. Melakukan kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan dan pemantauan kadar Hb (Baziad, 2008).
8. Memberi motivasi dan support mental kepada klien (Mumpuni dan Tantrini, 2013).
9. Melakukan transfusi darah jika terjadi perdarahan akut, dimana Hb kurang dari 8 gr % (Mumpuni dan Tantrini, 2013).
VII. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati, 2010).
Evaluasi dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien dengan kasus perdarahan uterus disfungsional adalah :
1. Klien mengerti tentang penyakitnya setelah diberikan penjelasan oleh bidan.
2. Klien mendapat asuhan yang menyeluruh sesuai kebutuhannya.
3. Klien mendapatkan terapi dan tindakan untuk mengatasi keluhan yang dideritanya yaitu perdarahan uterus disfungsional.
4. Perdarahan yang dialami dapat berhenti dan tidak terjadi perdarahan berulang atau pada pasien pubertas siklus menstruasi dapat kembali normal.
C. Data Perkembangan
Dari Tujuh Langkah Varney kemudian disarikan menjadi 4 langkah, yaitu SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment dan Planning) sesuai
dengan SOAP disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan kemajuan keadaan klien (Walyani,2014).
S = Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien pada kasus perdarahan uterus disfungsional melalui anamnesis sebagai langkah I Varney. Pada pasien dengan perdarahan uterus disfungsional data subjektif dari data perkembangan yaitu ibu merasa lebih baik, perdarahan sudah berkurang maupun berhenti.
O = Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain berupa keadaan umum ibu baik, sadar, tanda – tanda vital ibu normal, dalam pemeriksaan inspeksi terlihat perdarahan menstruasi sudah tidak ada dan pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan komplikasi penyakit sistemik.
A = Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa atau masalah potensial serta perlunya tindakan segera pada kasus perdarahan uterus disfungsional. Diagnosa kebidanan pada data perkembangan yang dapat ditegakkan dari kasus perdarahan uterus disfungsional adalah Ny.X PxAx umur x tahun dengan riwayat perdarahan uterus disfungsional.
P = Planning
Menggambarkan pendokumentasian seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan pada kasus perdarahan uterus disfungsional seperti tindakan antisipasi meliputi: observasi keadaan umum, tanda – tanda vital dan perdarahan pervaginam. Tindakan segera yaitu pemberian cairan IV untuk memulihkan kondisi umum pasien.
Tindakan secara komprehensif yaitu memberikan terapi anastesi umum, antibiotik, antifibrinolitik dan roborantia (Manuaba, 2010). Pemberian dukungan serta evaluasi atau follow up dari rujukan sebagai langkah 3, 4, 5, 6 dan 7 Varney (KepMenKes RI No: 938/Menkes/SK/VII/2007).
D. Landasan Hukum (yang melandasi praktek kebidanan)
Kewenangan bidan sesuai dengan kompetensi bidan di Indonesia dalam kasus gangguan sistem reproduksi dengan perdarahan uterus disfungsional, bidan memiliki kemandirian untuk melakukan asuhannya dalam Permenkes No.1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaaan Praktik Bidan. Dalam kasus ini pelayanan kebidanan sesuai yang isinya :
Pasal 9 : Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :
1. Pelayanan kesehatan ibu 2. Pelayanan kesehatan anak
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Pasal 12 : Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 point 3, berwenang untuk :
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
37 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Studi
Studi kasus menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara objektif. Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal, yaitu satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah (Notoatmodjo, 2012). Pada studi kasus ini akan memberikan gambaran tentang asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny.R dengan perdarahan uterus disfungsional di RSU Assalam Gemolong Sragen.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Tempat atau lokasi pengambilan studi kasus ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum (RSU) Assalam Gemolong, Sragen.
C. Subjek Studi Kasus
Dalam penulisan studi kasus ini subjek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk mengambil kasus (Notoatmodjo, 2010).
Subjek dalam penyusunan kasus ini adalah Ny. R umur 34 tahun P1A0
dengan perdarahan uterus disfungsional di RSU Assalam Gemolong, Sragen.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus merupakan kapan pelaksanaan pengambilan studi kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 21 Desember 2015 – 30 Januari 2016.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah dengan menggunakan format asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan 7 langkah Varney dan data perkembangan menggunakan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil data primer dan sekunder :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung diambil dari responden yang menjadi objek dalam penelitian (Saryono, 2011).
Data primer diperoleh dengan cara : a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik, yaitu:
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera pengelihatan, pendengaran dan penciuman (Priharjo,
2006). Inspeksi dilakukan secara berurutan dimulai dari kepala sampai kaki. Pada kasus perdarahan uterus disfungsional dilakukan inspeksi dari kepala sampai kaki.
2) Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan (Priharjo, 2006). Pada kasus perdarahan uterus disfungsional dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen.
3) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk (Priharjo, 2006). Pada kasus perdarahan uterus disfungsional untuk pemeriksaan perkusi tidak akan dilakukan karena pasien sedang dalam observasi perdarahan dan tidak memungkinkan untuk dilakukan reflek patella.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah metode pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran (Priharjo, 2006).
Pada kasus perdarahan uterus disfungsional dilakukan pemeriksaan auskultasi untuk mengetahui tekanan darah ibu.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau
bercakap-cakap berhadaan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2012). Pada studi kasus ini wawancara akan dilakukan pada pasien, keluarga, tenaga kesehatan dengan menggunakan format asuhan kebidanan gangguan reproduksi dan SOAP.
c. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal – hal yang akan diteliti (Hidayat, 2010). Pada studi kasus ini observasi yang dilakukan meliputi: pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik yaitu keluhan umum, kesadaran, tanda – tanda vital, pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan USG dan laboratorium (pemeriksaan Hb).
2. Data sekunder
Data sekunder adalah dokumentasi catatan medis merupakan sumber informasi yang penting bagi tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi masalah untuk menegakkan diagnosa, merencanakan tindakan kebidanan dan memonitor respon pasien terhadap tindakan (Notoatmodjo, 2012).
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2010). Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang diambil dari catatan rekam medik klien di RSU Assalam Gemolong Sragen.
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah bahan – bahan pustaka yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis dalam suatu penelitian (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus pada penelitian ini mengambil dari buku – buku kesehatan tahun 2005 – 2015.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Studi kasus ini akan dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan sebagai berikut :
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data (wawancara) : a. Format pengkajian pada gangguan sistem reproduksi b. Buku tulis dan alat tulis
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan dan observasi : a. Tensi
b. Stetoskop c. Termometer
d. Timbangan berat badan e. Pengukur tinggi badan f. Handscoon
g. Spekulum
h. Bak instrument i. Spuit
j. Bengkok k. Jam tangan l. Hammer
3. Alat dan bahan dalam pengambilan data :
a. Format pengkajian asuhan kebidanan gangguan reproduksi b. Buku tulis
c. Bolpoin H. Jadwal
Bagian ini menguraikan langkah – langkah kegiatan dari mulai menyusum proposal penelitian sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalannya atau berlangsungnya setiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2012). Jadwal studi kasus terlampir.
43 BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Ruang : Multazam 2 No. Registrasi : 055518
Tanggal masuk: 21 Desember 2015
A. TINJAUAN KASUS I. PENGKAJIAN
Tanggal : 21 Desember 2015 Pukul : 09.00 WIB 1. Identitas pasien: Identitas suami:
a. Nama : Ny. R Nama : Tn. P
b. Umur : 34 tahun Umur : 36 tahun
c. Agama : Islam Agama : Islam
d. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa:Jawa, Indonesia e. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta g. Alamat : Ngeseng 2/X Kwangen, Gemolong, Sragen 2. Anamnesa (Data Subyektif)
a. Keluhan Utama : Ibu mengatakan mengalami perdarahan di luar siklus haid sejak tanggal 11 Desember 2015 hingga sekarang banyaknya 4 kali ganti pembalut setiap hari, ibu
merasa lemas, terasa nyeri perut, pusing dan cemas dengan keadaannya.
b. Riwayat Menstruasi :
1) Menarche :Ibu mengatakan pertama kali menstruasi umur 12 tahun.
2) Siklus : Ibu mengatakan jarak menstruasinya
± 27 hari.
3) Teratur / tidak teratur : Ibu mengatakan mentruasinya tidak teratur tiap bulannya.
4) Lama : Ibu mengatakan lamanya haid ± 7 hari.
5) Banyaknya : Ibu mengatakan dulu ganti pembalut 2 kali sehari. Ibu mengatakan sekarang ganti pembalut 4 kali sehari.
6) Sifat Darah : Ibu mengatakan darahnya encer berwarna merah tua kadang ada gumpalan.
7) Dismenorhoe : Ibu mengatakan merasa nyeri saat haid tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas saat menstruasi
c. Riwayat Perkawinan :
1) Umur menikah : 23 tahun dengan suami umur 25 tahun.
2) Lama menikah : 11 tahun 3) Menikah : 1 kali 4) Suami Ke : 1
5) Usia pernikahan dengan suami sekarang : 11 tahun d. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas
Tabel 4.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas
N o
Tgl/th partus
UK (bln)
Jenis Part us
Tem pat part us
Peno long
Anak Nifas
Kead anak skrng JK
(P/
L) BB (gram)
PB (cm)
Kead Lakt asi
1 2005 9 bln Spo ntan
BPS
Bida n
L 3800 49 Baik
Lanc ar
Hidup
e. Riwayat KB
1) Metode yang pernah dipakai : Ibu mengatakan memakai kontrasepsi kondom setelah kelahiran anak pertama sampai sekarang.
2) Lama penggunaan : 10 tahun
3) Keluhan selama pemakaian kotrasepsi : ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun.
f. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan sedang
mengalami perdarahan di luar siklus haid sejak
tanggal 11 Desember 2015 hingga sekarang banyaknya 4 kali ganti pembalut setiap hari, ibu merasa lemas, terasa nyeri perut, pusing dan cemas dengan keadaanya.
2) Riwayat penyakit sistemik
a) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa berdebar-debar di dada bagian kiri kemudian tidak pernah muncul keringat dingin saat beraktivitas.
b) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan sakit pada bagian pinggang kanan dan kiri bawah.
c) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak napas.
d) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk lebih dari 2 minggu, batuk mengeluarkan darah, demam lebih dari 1 bulan, sesak dan nyeri dada, berkeringat malam hari, badan lemah.
e) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah sakit kuning dengan ciri pada mata, kuku, kulit tidak pernah berwarna kuning.
f) DM : Ibu mengatakan tidak sering haus, sering lapar dan sering kencing di malam hari.
g) Hipertensi : Ibu mengatakan hasil tekanan darahnya tidak pernah lebih dari 140/100 mmHg dan tidak pernah mengalami sakit kepala yang menetap.
h) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang sampai mengeluarkan busa dari mulut.
i) Lain – lain : Ibu mengatakan tidak pernah memiliki penyakit lain seperti HIV/AIDS.
3) Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan dari keluarganya maupun suami tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menurun (asma, DM, jantung) dan menular (TBC, hepatitis, HIV/AIDS).
4) Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan dari keluarganya maupun suami tidak mempunyai riwayat keturunan kembar.
5) Riwayat operasi : Ibu mengatakan belum pernah operasi apapun.
g. Data Psikologis : Ibu mengatakan sedikit khawatir dan cemas dengan keadaannya saat ini.
3. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif) a. Status Generalis
1) Keadaan Umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) TTV : TD : 130/90mmHg N : 80 x/menit
R : 22 x/menit S : 370C
4) TB : 157 cm
5) BB : 54 kg
b. Pemeriksaan Sistemis 1) Kepala
a) Rambut : Berwarna hitam, bersih, tidak berketombe
b) Muka : Simetris, tidak oedema dan tidak pucat
c) Mata
(1) Oedema : Tidak oedema (2) Conjungtiva : Merah muda (3) Sklera : Putih
d) Hidung : Simetris, bersih, tidak ada secret dan tidak ada benjolan
e) Telinga : Simetris, bersih dan tidak ada serumen f) Mulut/gigi/gusi : Tidak stomatitis dan lembab/ tidak
caries/ tidak berdarah 2) Leher
a) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran kelenjar gondok b) Tumor : tidak ada benjolan
c) Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe 3) Dada dan Axilla
a) Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
b) Mammae
(1) Membesar : Normal
(2) Tumor : Tidak ada benjolan (3) Simetris : Simetris
(4) Puting susu : Menonjol (5) Kolustrum : Tidak ada c) Axilla
(1) Benjolan : Tidak ada benjolan (2) Nyeri : Tidak nyeri tekan 4) Abdomen
a) Pembesaran hati : Tidak ada pembesaran hati b) Benjolan / tumor : Tidak ada benjolan
c) Nyeri tekan : Ada nyeri tekan sympisis d) Luka bekas operasi : Tidak ada bekas operasi 5) Anogenital
a) Vulva vagina
(1) Varices : Tidak ada varices (2) Luka : Tidak ada luka
(3) Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
(4) Kemerahan : Tidak ada kemerahan (5) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan b) Pengeluaran pervaginam
a. Keputihan : Tidak ada keputihan
b. Keluhan lain : Tidak ada oedema, tidak ada varices, pengeluaran pervaginam berupa darah stolsel dan berwarna merah tua.
6) Inspeculo
Servik / portio : Vagina dalam batas normal, dinding vagina dalam batas normal, portio utuh, OUE tertutup, pengeluaran berupa darah.
7) Pemeriksaan dalam a) Portio / servik
- Keras / lunak : Lunak
b) Tumor / benjolan : Tidak ada benjolan c) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan 8) Anus
Tidak dilakukan pemeriksaan 9) Ekstremitas
a) Varices : Tidak ada varices pada kaki b) Oedema : Sedikit ada pembengkakan
c) Reflek patella : Positif kanan dan kiri 4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang lain:
Pemeriksaan USG pada tanggal 21 Desember 2015 pukul 09.15 WIB yaitu uterus berukuran 10,5 cm x 6,05 cm,
perdarahan intra uteri.
b. Pemeriksaann Laboratorium:
Tanggal 21 Desember 2015 pukul 09.25 WIB dengan hasil :
Hb : 11,1 gr%
Golongan darah : O
Trombosit : 273 103/ UL Leukosit : 7,4 103/ UL II. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 21 Desember 2015 pukul : 09.30 WIB A. Diagnosa Kebidanan
Ny. R P1A0 umur 34 tahun dengan perdarahan uterus disfungsional Data Dasar :
DS :
1. Ibu mengatakan bernama Ny. R umur 34 tahun.
2. Ibu mengatakan pernah melahirkan 1 kali dan belum pernah keguguran.
3. Ibu mengatakan mengalami perdarahan sejak tanggal 11 Desember 2015 hingga sekarang. Banyaknya 4 kali
ganti pembalut setiap hari.
4. Ibu mengatakan merasa sedikit lemas dan pusing.
5. Ibu mengatakan cemas dengan keadaanya.
DO :
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis 3. TTV :
TD : 130/90 mmHg N : 80 x/menit
R : 22 x/menit S : 370C
4. Muka : Simetris, tidak oedema dan tidak pucat 5. Mata
a. Oedema : Tidak oedema b. Conjungtiva : Merah muda c. Sklera : Putih
6. Abdomen : Ada nyeri tekan sympisis 7. Pengeluaran pervaginam
a. Keputihan : Tidak ada keputihan
b. Keluhan lain : Tidak ada oedema, tidak ada varices, pengeluaran pervaginam berupa darah stolsel dan berwarna merah tua.