• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Provinsi Sulawesi Tenggara. Analisis pembangunan manusia difokuskan pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Provinsi Sulawesi Tenggara. Analisis pembangunan manusia difokuskan pada"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama, dilakukan oleh Palayukan (2019) dengan judul penelitian Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia: Studi Kasus Provinsi Sulawesi Tenggara. Analisis pembangunan manusia difokuskan pada indikator pengeluaran pemerintah. Studi ini menggunakan data panel dengan analisis yang digunakan least square dummy variabel (LSDV) atau dikenal juga sebagai fixed effect model dengan metode pooled EGLS (cross section weight). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Belanja pemerintah bidang pendidikan berpengaruh positif terhadap IPM. belanja pemerintah bidang kesehatan berpengaruh positif dan signifikan dalam menentukan besarnya perubahan indeks pembangunan manusia.

Variabel pengeluaran rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan dalam menentukan besarnya perubahan indeks pembangunan manusia. variabel pengeluaran rumah tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia. Variabel growth PDRB berpengaruh positif terhadap IPM.

Untuk variabel tenaga kerja berpengaruh positif terhadap I indeks pembangunan

manusia. Untuk variabel tenaga kerja berpengaruh positif terhadap I indeks

pembangunan manusia berpengaruh positif dan signifikan dalam menentukan

besarnya perubahan indeks pembangunan manusia. Penelitian ini memiliki kesamaan

dengan penelitian Palayukan yakni kedua penelitian sama – sama menganalisis

variabel Indeks Pembangunan Manusia yang diukur dengan indeks pengeluaran juga.

(2)

Sedangkan perbedaannya, penelitian ini juga menggunakan variabel belanja daerah dan konsumsi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi dengan teknik analisis yang digunakan berupa regresi berganda.

Penelitian kedua, dilakukan oleh Deviani (2016) dengan judul penelitian

Analisis Belanja Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pendidikan (Studi

Empiris Kota Dan Kabupaten Di Sumatera Barat). Metode penelitian yang digunakan

kuantitatif dengan jumlah populasi seluruh Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat

yang berjumlah 19 kota kabupaten dan terdiri dari 7 kota dan 12 kabupaten. Adapun

analisis penelitian dengan menggunakan refresi linier berganda. Hasil penelitian

dengan regresi menunjukkan bahwa variabel Lokal Pengeluaran pemerintah yaitu

pertumbuhan rasio pengeluaran modal bertanda positif berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi rasio kontribusi kota secara langsung

berpengaruh negatif berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,

sedangkan rasio belanja modal berpengaruh langsung tidak signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi secara langsung berpengaruh tidak

signifikan terhadap pendidikan. Persamaan dengan penelitian ini adalah penelitian

Deviani juga menganalisis variabel belanja daerah terhadap pertumbuhan ekonomi,

dengan metode analisis regresi berganda. Sedang pada perbedaannya penelitian ini

juga menambahkan variabel bebas yang dianalisis yakni variabel Indeks

Pembangunan Manusia dan konsumsi masyarakat dengan objek penelitian yang

dipilih adalah Provinsi Jawa Timur tahun 2015-2019.

(3)

Penelitian ketiga, dilakukan oleh Kristina (2017) dengan judul penelitain Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Indeks Pembangunan Manusia Dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2016). Metode penelitian dengan menggunakan kuantitatif dan Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan data panel selama kurun waktu enam tahun yaitu dari tahun 2011-2016. Hasil penelitian dengan model yang terpilih Fixed Effectmodel menunjukkan bahwa variabel pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan dengan koefisien sebesar 38.25679, Indeks pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan signifikan dengan koefisien sebesar- 514690.0, Tenaga kerja berpengaruh positif signifikan dengan koefisien sebesar 26.10263. sedangkan nilai koefisien determinasi (R2 ) adalah 0.99 atau 99%, ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel pendapatan asli daerah, indeks pembangunan manusia dan tenaga kerja dalam menjelaskan produk domestik regional bruto sebesar 99%. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menganalisis variabel Indeks Pembangunan Manusia dan objek penelitian di Provinsi Jawa Timur dan teknik analisis sama-sama menggunakan regresi berganda.

Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini juga menganalisis variabel belanja daerah dan konsumsi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi dengan kurun waktu data penelitian sejak 2015 hingga 2019 sehingga data yang diperoleh lebih akurat.

Penelitian keempat, dilakukan oleh Taher dan Tuasela (2019) dengan judul

penelitian Analisis Pengaruh Belanja Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di

Kabupaten Mimika. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

(4)

kausal komparatif dengan analisis data regresi sederhana. Hasilnya menunjukkan bahwa ada tidak ada korelasi yang signifikan antara belanja daerah dan pertumbuhan ekonomi. Hasil analisis korelasi Bivariat Person menunjukkan nilai rhitung (0,371) <nilai r-tabel (0,632) maka Ho diterima, artinya bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara belanja daerah dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Mimika. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menganalisis variabel belanja daerah terhadap pertumbuhan ekonomi dengan jenis penelitian kuantitatif. Perbedaanya dengan penelitian ini adalah penelitian ini juga menambahkan variabel bebas yang dianalisis yakni variabel Indeks Pembangunan Manusia dan konsumsi masyarakat dengan teknik analisis regresi berganda dan objek penelitian di Provinsi Jawa Timur.

Penelitian kelima, dilakukan Prima dan Kusuma (2019) dengan judul penelitian Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Investasi Swasta Di Indonesia Dengan Pertumbuhan Ekonomi Sebagai Variabel Intervening.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara belanja modal dan investasi swasta adalah hubungan yang positif dan signifikan, hubungan yang terjadi antara PAD dan investasi swasta menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan.

Pengujian hubungan yang terjadi antara belanja modal dan pertumbuhan ekonomi

memiliki hasil negatif dan tidak signifikan. Hubungan yang terjadi antara PAD dan

pertumbuhan ekonomi adalah positif dan signifikan, dan begitu pula untuk hubungan

antara pertumbuhan ekonomi dan investasi swasta. Persamaan dengan penelitian ini

(5)

adalah sama-sama menganalisis variabel pertumbuhan ekonomi dan belanja daerah.

Perbedaanya dengan penelitian ini adalah penelitian ini juga menggunakan variabel Indeks Pembangunan Manusia Dan Konsumsi Masyarakat Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan teknik analisis regresi berganda dan objek penelitian di Provinsi Jawa Timur rentang tahun 2015-2019.

2.2. Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia mempunyai arti yang luas, namun ide dasar dari pembangunan manusia adalah menciptakan pertumbuhan positif dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya dan lingkungan serta perubahan dalam kesejahteraan manusia. Oleh karena itu manusia harus diposisikan sebagai potensi kekayaan bangsa, sehingga pembangunan manusia diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (Human Development Report, 2014). Konsep ini berbeda jika dibandingkan dengan konsep konsep klasik pembangunan yang memberikan perhatian utama kepada pertumbuhan ekonomi bukan pada pembangunan manusia.

Konsep pertumbuhan ekonomi lebih menekankan pada peningkatan produk

nasional dari pada memperbaiki kualitas hidup manusia. Konsep pembangunan

sumber daya manusia melihat manusia sebagai alat atau input dari proses produksi,

bukan sebagai tujuan akhir. Konsep kesejahteraan melihat manusia sebagai penerima

dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses pembangunan. Sedangkan

konsep kebutuhan hanya terfokus pada penyediaan barang dan jasa untuk kelompok

(6)

masyarakat tertinggal, bukan memperluas pilihan-pilihan bagi masyarakat diberbagai bidang.

Sedangkan konsep pembangunan manusia mempunyai cakupan yang lebih luas dari teori konvensional pembangunan ekonomi. Sehingga pembangunan manusia yang dimaksudkan adalah suatu proses memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia. Antara lain yang terpenting adalah pilihan untuk berumur panjang dan sehat, pilihan untuk berilmu, pilihan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Pembangunan manusia merupakan perwujudan pembangunan jangka panjang, yang meletakkan pembangunan disekeliling manusia, bukan manusia di sekeliling pembangunan

Pendekatan pembangunan manusia lebih memfokuskan untuk memerluas pilihan masyarakat untuk hidup secara bebas dan bermartabat. Pembangunan yang dimaksud oleh UNDP bukan hanya sekedar perluasan pendapatan dan kesejahteraan tapi pembangunan manusia yang harus memfokuskan pada manusia. Sedangkan menurut Sen (2011) pemenang nobel dari India mendefinisikan pembangunan manusia sebagai perluasan kebebasan nyata yang dinikmati oleh manusia. Kebebasan bergantung pada faktor sosial ekonomi seperti akses pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan dan politik. Pembangunan manusia adalah cara dan tujuan akhir.

Sedangkan menurut pakar ekonomi asal Pakistan Haq (2016) berpendapat pembangunan manusia merupakan proses perluasan pilihan yaitu kebebasan berpolitik, partisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, pilihan untuk pendidikan, bertahan hidup dan sehat, serta menikmati standar hidup yang layak

Menurut UNDP (2015) dasar pemikiran konsep pembangunan manusia adalah:

(7)

1. Pembangunan harus mengutamakan manusia sebagai pusat perhatian.

2. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan penduduk. Jadi konsep pembangunan manusia harus berpusat pada penduduk secara komprehensif bukan hanya pada aspek ekonomi saja.

3. Pembangunan manuisa bukan hanya meningkatkan kemampuan atau kapasitas manusia tapi juga memanfaatkan kemampuan atau kapasitas manusia dengan maksimal.

4. Pembangunan manusia didukung dengan empat pilar pokok yakni:

produktifitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan.

5. Pembangunan manusia sebagai dasar dalam menentukan tujuan pembangunan dan digunakan untuk menganalisis pilihan yang ada untuk mencapainya.

Konsep pembangunan manusia inilah yang akhirnya melahirkan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) yang diperkenalkan pertama kali oleh UNDP pada

tahun 1990 dan sejak saat itu UNDP tidak pernah absen mencatat perkembangan

pembangunan manusia diberbagai negara. Indonesia sendiri mulai menghitung IPM

sejak tahun 1996 hingga sekarang. Ada tiga dimensi pembentuk IPM yaitu umur

panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standart hidup layak. Pada tahun 2010

UNDP melakukan penyempurnaan dalam penghitungan IPM dengan merubah

indikator yaitu dengan menggunakan komponen angka harapan hidup saat lahir

(AHH), rata-rata lama sekolah (RLS), harapan lama sekolah (HLS), dan Produk

Nasional Bruto (PNB) per kapita sedangkan BPS dalam menghitung standart hidup

(8)

layak dengan menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan dengan paritas daya beli (purcashing power parity).

2.2.1. Komponen-Komponen IPM

Ada tiga komponen yang digunakan untuk membentuk indeks pembangunan

manusia komponen kesehatan atau indeks kesehatan yang dihitung menggunakan

indikator angka harapan hidup saat lahir (AHH), komponen pendidikan atau indeks

pendidikan yang dihitung menggunakan indikator rata-rata lama sekolah (RLS) dan

harapan lama sekolah (HLS), dan komponen standar hidup layak atau indeks

pengeluaran yang dihitung menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang

didapat dari produk nasional bruto (PNB) perkapita yang disesuaikan dengan paritas

daya beli (purcashing power parity) (Harahap, 2011)

(9)

Gambar 2. 1

Komponen-Komponen Pembentuk Indeks Pembangunan Manusia

Gambar diatas merupakan gambaran tentang pembentukan IPM dengan

metode baru. Ada dua alasan yang menjadi dasar perubahan metodologi perhitungan

IPM oleh BPS. Pertama, angka melek huruf tidak relevan dalam mengukur

pendidikan karena secara utuh tidak menggambarkan kualitas pendidikan sehingga

diganti dengan harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf

disebagian besar wilayah sudah tinggi sehingga tidak dapat untuk membedakan

tingkat pendidikan antar daerah dengan baik. Selain itu perhitungan indeks PDB per

kapita diganti dengan PNB per kapita karena PDB per kapita tidak dapat

menggambarkan pendapatan disuatu wilayah. Kedua, penggunaan rumus rata-rata

aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah

disuatu dimensi dapat ditutupi dengan capaian tinggi dari dimensi lain (BPS Jatim,

(10)

2019). Komponen-komponen yang digunakan untuk membentuk indeks pembangunan manusia adalah :

1. Indeks Kesehatan

Indeks kesehatan merupakan indeks yang terdiri dari angka harapan hidup saat lahir (AHH), yaitu rata-rata perkiraan banyak tahun yang ditempuh oleh seseorang selama hidup.

2. Indeks Pendidikan

Ada dua indikator yang digunakan untuk menghitung indeks pendidikan, yaitu harapan lama sekolah (expected years of schooling) dan rata- rata lama (mean years of schooling) sekolah. Harapan lama sekolah adalah perhitungan lamanya jumlah waktu sekolah (dalam tahun) yang akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu dimasa mendatang. Harapan lama sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. Indikator harapan lama sekolah digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan diberbagai jenjang yang ditunjukan dalam lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat ditempuh oleh setiap anak.

3. Indeks Pengeluaran

Indeks pengeluran digunakan untuk mengukur kualitas hidup layak.

Standar hidup layak adalah tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh

penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi.

(11)

2.2.2. Manfaat indeks pembangunan manusia (IPM)

Manfaat indeks pembangunan manusia (IPM) menurut (Soleha, 2016) dapat digunakan untuk beberapa hal, antara lain sebagai berikut :

1. Untuk menyadarkan para pengambil keputusan agar lebih terfokus pada pencapaian manusia, karena IPM diciptakan untuk menjadi hal utama dalam pembangunan sebuah negara, bukan pertumbuhan ekonomi

2. Untuk mempertanyakan pilihan-pilihan kebijakan suatu negara. Bagaimana dua negara yang tingkat pendapatan perkapitanya sama dapat memiliki IPM yang berbeda.

3. Untuk memperlihatkan perbedaan di antara negara-negara, di antara provinsi- provinsi (atau negara bagian), di antara gender, kesukuan, dan kelompok sosial ekonomi lainnya. Dengan memperlihatkan disparitas atau kesenjangan di antara kelompok-kelompok tersebut, maka akan lahir berbagai debat dan diskusi di berbagai negara untuk mencari sumber masalah dan solusinya

2.3. Belanja Daerah

Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan

tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah. APBD terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja dan

pembiayaan. APBD menggambarkan hak-hak dan kewajiban pemerintah. Hak

tersebut bersumber dari pendapatan pemerintah sedangkan kewajiban ialah

bersumber dari belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah. Pengeluaran tersebut dapat berupa pembangunan

berbagai fasilitas umum dan peningkatan kualitas pelayanan umum.

(12)

Menurut Halim, (2012) dalam rangka penyelenggaran pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan asas desentralisasi, kepada daerah diberi kewenangan untuk memungut pajak/retribusi dan mengelola Sumber Daya Alam.

Sumber dana bagi daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan (DBH, DAU, dan DAK) dan pinjaman daerah, dekonsentrasi. Tiga sumber pertama langsung dikelola oleh pemerintah daerah melalui APBD, sedangkan yang lain dikelola oleh pemerintah pusat melalui kerja sama dengan pemerintah daerah.

Menurut Halim (2012:73) mengemukakan bahwa “Belanja daerah merupakan penurunan dalam manfaat ekonomi selama periodeakuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau deplesi asset, atau terjadinya utang yang mengakibatkan berkurangnya ekuitas dana, selain yang berkaitan dengan distribusi kepada para peserta ekuitas dana”. Sedangkan menurut PSAP No 2 menyatakan bahwa “Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 21 Tahun 2011 “belanja daerah dapat di definisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang kekayaan bersih”

Menurut Iswanto, (2014), anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) adalah

suatu rencana kerja pemerintah daerah yang mencakup seluruh penerimaan dan

belanja (pengeluaran), pemerintah daerah, baik provinsi ataupun kabupaten dalam

rangka mencapai sasaran pembangunan dalam kurun waktu satu tahun yang

dinyatakan dalam satuan uang dan disetujuan dewan perwakilan rakayat daerah

(13)

(APBD) sama dengan fungsi dan tujuan penyusunan APBD, hanya dalam APBD ruang lingkupnya yang berbeda, APBN berskala nasional sedangkan APBD terbatas pada wilayah daerah dan pelaksanaannya diserahkan pada kepala daerah atau gubernur/bupati/walikota, serta sesuai dengan kebijakan otonomi daerah. sementara itu, APBD disusun oleh pemerintah daerah bersama dengan dewan wakil rakyat (DPR) daerah untuk menjalankan pemerintah daerahnya masing-masing.

Jadi dapat disimpulkan belanja daerah merupakan pengeluaran pemerintah dari rekening kas umum negara/daerah yang dapat mengurangi kekayaan bersih atau ekuitas dana pemerintah

2.3.1. Penyusunan dan Penetapan Belanja Daerah

Menurut UU no 17 tahun 2003 BAB IV pasal 16, penyusunan dan penetapan APBD adalah :

1. APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah.

2. APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan anggaran pembelanjaan.

3. Pendapatan belanja daerah berasal dari pendapatan asli daerah, dana pembangunan, dan lain-lain pendapatan yang sah.

Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

Menurut UUN No 17 tahun 2003 BAB IV pasal 17, penyusunan dan

penetapan APBD adalah:

(14)

1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggra pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah.

2. Penyusunan rancangan APBD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berpedoman pada rencana kerja pemerintah daerah dalam rangka mewujudkan tujuan bernegara.

3. Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, ditetapkan penggunaan surplus tersebut dalam peraturan daerah tentang APBD.

Menurut UU No 17 tahun 2003 BAB IV pasal 18, penyusunan dan penetapan belanja daerah adalah :

1. Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sejalan dengan rencana kerja pemerintah daerah, sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada PDRB selambat-lambatnya pertengahan juni tahun berjalan.

2. DPRD membahas kebijakan umum APBD yang ditujukan oleh pemerintah daerah dalam pembicaraan pendaluan RAPBD tahun anggran berikutnya.

3. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, pemerintahan daerah bersama dengan perwakilan rakyat daerah membahas prioritas dan platform anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap satuan kerja perangkat daerah.

Menurut UU no 17 tahun 2003 BAB IV pasal 19 penyusunan dan penetapan

APBD adalah :

(15)

1. Dalam rangka penyusunan RAPBD, kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pengguna anggara menyusun rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah tahun berikutnya.

2. Rencana kerja satuan kerja perangkat daerah disusun dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.

3. Rencana kerja yang dimaksud dalam ayat (1) disertai perkiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun.

4. Rencana kerja dan anggaran dimaksud dalam ayat (1) dan (2) disampaikan ke DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.

5. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusun rancangan peraturan daerah tentang APBD tahun berikutnya.

6. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan satuan kerja perangkat daerah diatur dengan peraturan daerah.

Menurut UU No 17 tahun 2003 BAB IV pasal 20, penyusunan dan penetapan APBD adalah :

1. Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang APBD, disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukung kepada DPRD pada minggu pertama bulan oktober tahun sebelumnya.

2. Pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD, dilakukan sesuai, dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD.

3. DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan

dan pengeluaran dalam rancangan peraturan daerah tentang DPRD.

(16)

4. Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan selambat lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

5. APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, kegiatan, dan jenis belanja.

6. Apabila DPRD tidak menyetujui rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk membiayai keperluan setiap bulan pemerintah daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.

2.3.2. Pengeluaran – Pengeluaran Pemerintah Daerah

1. Pengeluaran pemerintah dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu, Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran pemerintah pusat atau daerah yang diperlukan untuk melaksankan tugas biasa pada dasarnya meliputi sebagai berikut :

a. Belanja pegawai yaitu gaji, pensiun, uang makan uang jalan.

b. Belanja barang yaitu kertas, mobil, pemeliharaan gedung.

c. Pengeluaran ini diperinci per departemen dan per daerah d. Bunga dan cicilan hutang yaitu dalam daerah dan luar daerah.

2. Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran pemerintah daerah yang tujuannya untuk memajukan kegiatan ekonomi dibidang pertanian, perhubungan, kesehatan, pendidikan, perluasan kesempatan kerja.

Pengeluaran-pengeluaran pembangunan tergolong investasi dan

(17)

dilaksanakan dalam bentuk proyek-proyek pembangunan. Melalui pengeluaran ini pemerintah daerah ikut serta dalam arus uang dan arus barang dan jasa dan dengan demikian dapat mempengaruhi seluruh kegiatan kehidupan ekonomi. Pengeluaran pemerintah kini telah mencapai lebih dari 10% dari produk domestik bruto (Gilarso, 2012: 189).

2.4. Konsumsi Masyarakat

Rosyidi (2011: 163) konsumsi diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa-jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Konsumsi atau lebih tepatnya pengeluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa.

Mankiw (2012: 146) konsumsi merupakan pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga. Barang meliputi pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama seperti kendaraan, alat rumah tangga, dan barang tidak tahan lama seperti makanan, pakaian. Jasa meliputi barang yang tidak berwujud seperti potong rambut, layanan kesehatan

Muhamad Halim (2012: 47) Pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli barang-barang dan jasajasa untuk kebutuhan hidup sehari-hari dalam suatu periode tertentu

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsumsi merupakan

pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga atau masyarakat untuk memperoleh

barang dan jasa pada periode tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan.

(18)

2.4.1. Fungsi Konsumsi

Fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat pengeluaran konsumsi dengan tingkat pendapatan.

2.4.2. Perilaku Konsumen

Konsumen adalah salah satu unit pengambil keputusan dalam ekonomi yang bertujuan untuk memaksimumkan keputusan dari berbagai barang atau jasa yang dikonsumsi (Masyhuri, 2014: 24). Konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi kepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain yang tidak untuk diperdagangkan kembali (Ahmadi, 2017: 5).

Menurut James (2014:: 45) "Consumer behavior is defined as the acts of individuals directly involved in obtaining and using economic good services including the decision process that precede and determine these acts". Artinya (Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakantindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut).

Menurut David et all (2014: 22) "Consumer behavior may be defined as

decision process and physical activity individuals engage in when evaluating,

acquairing, using or disposing of goods and services". Artinya (Perilaku konsumen

dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu

secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan

atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa).

(19)

Zaltman et all (2018), "Consumer behavior are acts, process and social relationship exhibited by individuals, groups and organizations in the obtainment, use of, and consequent experience with products, services and other resources”.

(Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainnya)

2.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Masyarakat

Menurut Suparmoko (2018: 79-81) terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi konsumsi selain dari pendapatan, meliputi:

1. Selera Konsumsi masing-masing individu berbeda meskipun individu tersebut mempunyai umur dan pendapatan yang sama, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan selera pada tiap individu.

2. Faktor Sosial Ekonomi Faktor sosial ekonomi misalnya umur, pendidikan, dan keadaan keluarga juga mempunyai pengaruh terhadap pengaluaran konsumsi.

Pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan dan akhirnya turun pada umur tua.

3. Kekayaan Kekayaan secara eksplisit maupun implisit sering dimasukan dalam

fungsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Seperti dalam

pendapatan permanen yang dikemukakan oleh Friedman, Albert Ando dan

Franco Modigliani menyatakan bahwa hasil bersih dari suatu kekayaan

merupakan faktor penting dalam menetukan konsumsi. Beberapa ahli ekonomi

yang lain memasukan aktiva lancar sebagai komponen kekayaan sehingga

(20)

aktiva lancar memainkan peranan yang penting pula dalam menentukan konsumsi.

4. Keuntungan atau Kerugian Capital Keuntungan capital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akanmendorong tambahnya konsumsi, selebihnya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi.

5. Tingkat Bunga Ahli-ahli ekonomi klasik menganggap bahwa konsumsi merupakan fungsi dari tingkat bunga. Khususnya mereka percaya bahwa tingkat bunga mendorong tabungan dan mengurangi konsumsi.

6. Tingat Harga Sejauh ini dianggap konsumsi riil merupakan fungsi dari pendapatan riil. Oleh karena itu naiknya pendapatan nominal yang disertai dengan naiknya tingkat harga dengan proposi yang sama tidak akan merubah konsumsi riil.

Selain menurut Samuelson dan Nordhaus (2013: 169-171) faktor diatas dalam buku lain menyebutkan bahwa faktor-faktor penentu jumlah konsumsi adalah

1. Pendapatan disposabel (pendapatan siap dikonsumsi),

2. Pendapatan permanen (pendapatan tahun ini saja yang digunakan dalam konsumsi),

3. Kekayaan.

2.5. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses perubahan perekonomian suatu Negara secara berkelanjutan menuju keadaan yang lebih baikselama periode tertentu.

Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses terjadinya kenaikan

produk nasional bruto atau pendapatan nasional riil.

(21)

Menurut Sukirno (2011:331) “pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat”. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Di samping itu, tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka.

Menurut Todaro (2012:92) pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses dimana kapasitass produksi dari sutau perekonomian meningkat sepanjang waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang semakin besar.

Menurut (Suryana, 2013: 24) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestic Product (GDP) tanpa memandang apakah terjadi perubahan dalam struktur perekonomiannya atau tidak. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.

2.5.1. Indikator Pertumbuhan Ekonomi

Sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Adisasmita (2014: 91), dalam

bukunya mengatakan bahwa ada beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai

tolak ukur untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah sebagai

berikut:

(22)

1. Ketidakseimbangan Pendapatan

Dalam keadaan yang ideal, di mana pendapatan dengan mutlak didistribusikan secara adil, 80 persen populasi terbawah akan menerima 80 persen dari total pendapatan, sedangkan 20 persen populasi teratas menerima 20 persen total pendapatan. Menurut Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB), susunan pengelompokan penduduk dibagi tiga, yaitu 40 persen populasi terendah, 40 persen populasi sedang, dan 20 persen populasi teratas. Indikator ketidakseimbangan pendapatan dapat diterapkan untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah.

2. Perubahan Struktur Perekonomian

Dalam masyarakat yang maju, pembangunan ekonomi yang dilaksanakan akan mengakibatkan perubahan struktur perekonomian, dimana terjadi kecendrungan bahwa kontribusi (peran) sektor petanian terhadap nilai PDRB akan menurun, sedangkan kontribusi sektor industri akan meningkat. Sektor industri memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan nasional dan regional, sektor industri dapat menyediakan lapangan kerja yang luas, memberikan peningkatan pendapatan kepada masyarakat, menghasilkan devisa yang dihasilkan dari exspor. Oleh karena itu, perekonomian suatu wilayah harus di orientasikan selain sektor pertanian, tetapi harus pula diorientasikan kepada sektor industri.

3. Pertumbuhan Kesempatan Kerja

Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan salah satu

masalah yang stategis dan sangat mendesak dalam pembangunan di Indonesia.

(23)

Penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 240 jiwa, tingkat pengangguran cukup tinggi dan cenderung bertambah luas akibat krisis financial Negara- negara di dunia. Untuk mengatasi krisis ekonomi yang sangat luas tersebut, diperlukan peranan pemerintah. Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah pembangunan prasarana (misalnya jalan). Pembangunan jalan yang menjangkau ke seluruh kantong-kantong produksi, akan mendorong peningkatan produksi berbagai komoditas sektor pertanian dalam arti luas (meliputi tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan) serta barang-barang hasil industri. Pembangunan prasarana dan sarana transportasi akan menunjang berkambangnya berbagai kegiatan di sektor- sektor lainnya ( pertanian, perdagangan, industri, pariwisata dan lainnya).

4. Tingkat dan Penyebaran Kemudahan

Dalam hal ini “kemudahan” diartikan sebagai kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, baik pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari (seperti sandang, pangan, papan, memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan, kesempatan melakukan ibadah, rekreasi dan sebagainya), maupun pemenuhan kebutuhan untuk dapat melakukan kegiatan usaha misalnya mendapatkan bahan baku, bahan penolong, suku cadang, listrik, air bersih, dan jasa-jasa seperti jasa angkutan, pemasaran, perbankan dan lainnya) 5. Produk Domestik Regional Bruto

Salah satu konsep yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi

regional (wilayah) adalah konsep Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

(24)

PDRB merupakan ukuran prestasi (keberhasilan) ekonomi dari seluruh kegiatan ekonomi.

Salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah adalah dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurut definisi, PDRB adalah jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu tanpa melihat faktor kepemilikan. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah diperoleh dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan yang mencerminkan kenaikan produksi barang dan jasa dari tahun ke tahun.

Menurut badan pusat statistik (BPS) ada tiga cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.

a. Pendekatan produksi

PDRB menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokan menjadi Sembilan sektor lapangan usaha yaitu:

1) Pertanian

2) Pertambangan dan Penggalian 3) Industri Pengolahan

4) Listrik, gas, dan air bersih

5) Bangunan dan Konstruksi

(25)

6) Perdagangan, hotel dan restoran 7) Pengangkutan dan komunikasi

8) Jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan 9) Jasa-jasa

b. Pendekatan Pengeluaran

PDRB menurut pendekatan pengeluaran adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, dari:

1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung (nirlaba)

2) Konsumsi pemerintah

3) Pembentukan modal tetap domestik bruto (investasi) dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

4) Pembentukan stok

5) Ekspor netto (exspor dikurang impor) c. Pendekatan pendapatan

PDRB menurut pendekatan pendapatan adalah jumlah balas jasa

yang diterima oleh faktor yang ikut serta dalam proses produksi disuatu

wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa

faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga

modal, dan keuntungan. Perhitungan tersebut sebelum dipotong pajak

penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB,

kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen pendapatan ini

menurut sektor disebut nilai tambah bruto.

(26)

Untuk memudahkan pemakaian data, maka hasil perhitungan PDRB disajikan menurut sektor ekonomi/lapangan usaha yang dibedakan menjadi dua macam yaitu: PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) menggambarkan jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung mengguanakan harga berlaku pada tahun berjalan. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) menggambarkan jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu yang digunakan sebagai tahun dasar. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah diperoleh dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan.

Dengan demikian perhitungan berdasarkan harga konstan maka perkembangan riil dari kuantum produksi sudah tidak mengandung fluktuasi harga (inflasi/deflasi). Dengan penyajian ADHK ini pertumbuhan ekonomi rill dapat dihitung.

2.5.2. Faktor Pertumbuhan Ekonom

Menurut Laurensius (2018) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara umum, antara lain

1. Sumber daya alam

2. Jumlah dan mutu pendidikan penduduk 3. Ilmu pengetahuan dan teknologi

4. Sistem sosial 5. Pasar

Untuk menilai prestasi pertumbuhan ekonomi haruslah terlebih dahulu dihitung

pendapatan nasional riil yaitu PNB atau PDB yang dihitung menurut harga-harga yang

(27)

berlaku dalam tahun dasar. Nilai yang diperoleh dinamakan PNB atau PDB harga tetap yaitu harga yang berlaku dalam tahun dasar. Tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung dari pertambahan PNB atau PDB riil yang berlaku dari tahun ke tahun.

2.6. Hubungan Variabel

2.6.1. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan manusia mempunyai arti yang luas, namun ide dasar dari pembangunan manusia adalah menciptakan pertumbuhan positif dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya dan lingkungan serta perubahan dalam kesejahteraan manusia. Oleh karena itu manusia harus diposisikan sebagai potensi kekayaan bangsa, sehingga pembangunan manusia diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (Human Development Report, 2014). Konsep ini berbeda jika dibandingkan dengan konsep konsep klasik pembangunan yang memberikan perhatian utama kepada pertumbuhan ekonomi bukan pada pembangunan manusia.

Konsep pertumbuhan ekonomi lebih menekankan pada peningkatan produk

nasional dari pada memperbaiki kualitas hidup manusia. Konsep pembangunan

sumber daya manusia melihat manusia sebagai alat atau input dari proses produksi,

bukan sebagai tujuan akhir. Konsep kesejahteraan melihat manusia sebagai penerima

dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses pembangunan. Sedangkan

konsep kebutuhan hanya terfokus pada penyediaan barang dan jasa untuk kelompok

masyarakat tertinggal, bukan memperluas pilihan-pilihan bagi masyarakat diberbagai

bidang.

(28)

Menurut Sukirno (2011:331) “pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat”. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

2.6.2. Pengaruh Belanja Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan.

APBD menggambarkan hak-hak dan kewajiban pemerintah. Hak tersebut bersumber dari pendapatan pemerintah sedangkan kewajiban ialah bersumber dari belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah. Pengeluaran tersebut dapat berupa pembangunan berbagai fasilitas umum dan peningkatan kualitas pelayanan umum.

Menurut Halim, (2012) dalam rangka penyelenggaran pemerintahan dan

pelayanan kepada masyarakat berdasarkan asas desentralisasi, kepada daerah diberi

kewenangan untuk memungut pajak/retribusi dan mengelola Sumber Daya Alam. Sumber

dana bagi daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan (DBH, DAU,

dan DAK) dan pinjaman daerah, dekonsentrasi. Tiga sumber pertama langsung dikelola

oleh pemerintah daerah melalui APBD, sedangkan yang lain dikelola oleh pemerintah

pusat melalui kerja sama dengan pemerintah daerah.

(29)

Kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor- faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Di samping itu, tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka.

2.6.3. Pengaruh Konsumsi Masyarakat Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Konsumen adalah salah satu unit pengambil keputusan dalam ekonomi yang bertujuan untuk memaksimumkan keputusan dari berbagai barang atau jasa yang dikonsumsi (Masyhuri, 2014: 24). Konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi kepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain yang tidak untuk diperdagangkan kembali (Ahmadi, 2017: 5).

Rosyidi (2011: 163) konsumsi diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa-jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Konsumsi atau lebih tepatnya pengeluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa. Mankiw (2011: 146) konsumsi merupakan pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga. Barang meliputi pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama seperti kendaraan, alat rumah tangga, dan barang tidak tahan lama seperti makanan, pakaian. Jasa meliputi barang yang tidak berwujud seperti potong rambut, layanan kesehatan

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses perubahan perekonomian suatu Negara secara berkelanjutan menuju keadaan yang lebih baikselama periode tertentu.

Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses terjadinya kenaikan

produk nasional bruto atau pendapatan nasional riil.

(30)

2.6.4. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Belanja Daerah Dan Konsumsi Masyarakat Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan manusia mempunyai arti yang luas, namun ide dasar dari pembangunan manusia adalah menciptakan pertumbuhan positif dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya dan lingkungan serta perubahan dalam kesejahteraan manusia. Oleh karena itu manusia harus diposisikan sebagai potensi kekayaan bangsa, sehingga pembangunan manusia diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (Human Development Report, 2014).

Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Konsumen adalah salah satu unit pengambil keputusan dalam ekonomi yang bertujuan untuk memaksimumkan keputusan dari berbagai barang atau jasa yang dikonsumsi (Masyhuri, 2015: 24).

Menurut Sukirno (2011:331) “pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai

perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa

yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat

meningkat”. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu

perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Kemampuan suatu negara untuk

menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

(31)

2.7. KerangkaBerpikir

2.8. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang sebenarnya harus diuji secara empiris. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan perlu dibuktikan atau dugaan yang sifatnya masih sementara (Hasan, 2008:140). Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini berdasarkan kerangka pemikiran diatas adalah :

Jika Variabel Indeks Pembangunan Manusia, Belanja Daerah, Konsumsi Masyarakat Tidak Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur 2015-2019 maka hasilnya tidak berpengaruh.

Indeks Pembangunan Manusia

Konsumsi Masyarakat

Belanja Daerah Pertumbuhan

Ekonomi

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

(32)

Tetapi jika Variabel Indeks Pembangunan Manusia, Belanja Daerah, Konsumsi

Masyarakat Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Timur 2015-2019

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Aspek Penilaian Skor Nilai 0 1 2 3 4 Mengidentifi- kasi unsur- unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang

Materi ajar merupakan seperangkat pokok bahasan yang digunakan mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan. Materi ajar dan tujuan pendidikan harus selaras.

Kesehatan gigi dan mulut penting untuk anak usia sekolah. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah gigi dan mulut diantaranya upaya

Hal tersebut menjadi dorongan bagi pelaku untuk menyerang korban, (2) Perhatian positif; keberpihakan, peniruan, rasa hormat, dan ketakutan untuk mela- wan yang

Variabel-variabel independent pada model DeLone dan McLean dan UTAUT dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu faktor manusia (terdiri atas variabel ekspektasi kinerja, ekspektasi

Sebelum tes diberikan pada saat evaluasi terlebih dahulu diuji cobakan pada kelas IV Sekolah Dasar Negeri Ngrambitan untuk mengetahui validitas, metode

Mata Diklat ini berisikan pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penilaian dan administrasi dalam jabatan fungsional OTS. Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan

1) Pola Asuh Otoriter. Dalam pola asuh ini orang tua menerapkan seperangkat peraturan kepada anaknya secara ketat dan sepihak, cenderung menggunakan pendekatan yang