144
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Subjek Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti (sejauh mana pengaruh Intensitas mengikuti bimbingan agama Islam terhadap kecerdasan emosional siswa di MTs YPI Toroh kabupaten Grobogan), dibawah ini akan disajikan data tentang “Intensitas mengikuti bimbingan agama Islam” dan data tentang
“Kecerdasan emosional” di MTs YPI Toroh kabupaten Grobogan.
Penyusunan alat ukur penelitian ini melalui beberapa proses. Untuk memenuhi persyaratan alat ukur yang memiliki validitas dan reliabilitas yang baik, skala yang akan digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu didiskusikan dengan pembimbing skripsi. Melalui beberapa kali diskusi, penulis mendapat beberapa masukan yang sangat berarti untuk menyempurnakan skala yang siap digunakan untuk penggalian data di lapangan. Orientasi lokasi penelitian dan identifikasi calon
subjek penelitian dilakukan melalui observasi dan pencarian informasi data di MTs YPI Toroh kabupaten Grobogan
Setelah persiapan penelitian dianggap cukup, kemudian dilakukan penggalian data di lokasi penelitian. Penggalian data di lapangan dilakukan selama 30 hari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan alat ukur (skala) kepada subjek penelitian. Alat ukur dibagikan kepada subjek secara langsung yang sengaja ditemui dan diidentifikasi telah memenuhi karakteristik populasi.
Alat ukur yang disebarkan kepada subjek penelitian sebanyak 95. Setelah semuanya diisi oleh subjek penelitian kemudian dikumpulkan dan diteliti kembali untuk memastikan tidak ada kesalahan secara teknis.
5.2. Deskripsi Data Hasil Penelitian
5.2.1. Intensitas mengikuti bimbingan agama Islam di MTs YPI Toroh kabupaten Grobogan.
Hasil deskripsi data tentang Intensitas mengikuti bimbingan agama Islam terhadap MTs YPI Toroh Kabupaten Grobogan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Descriptive Statistics
Intensitas Mengikuti Bimbingan Agama Islam N Rang
e Min Max Mean
Std.
Deviatio n Intensitas
mengikuti bimbingan agama Islam
95 45.00 76.0 0
121.0 0
104.873
7 9.18630
Valid N
(listwise) 95
Dari data tentang intensitas mengikuti bimbingan agama Islam siswa MTs YPI Toroh Kabupaten Grobogan di atas diketahui nilai tertinggi 121, nilai terendah 76 dengan rata – rata 104.874 dan standar deviasi 9.186.
Perhitungan hasil konsep diri dibagi menjadi beberapa kategori, perhitungan kategorisasi berdasarkan pada skor hipotetik, karena alat ukur konsep diri ini belum mempunyai norma yang jelas. Dari hasil tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: kategori tinggi, sedang dan rendah. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai rata-rata (mean), nilai rata- rata intensitas mengikuti bimbingan agama Islam adalah 104.874
2. Menentukan standar deviasi (SD), nilai SD intensitas mengikuti bimbingan agama Islam adalah 9.186 3. Kategorisasi
Penelitian memiliki tingkat intensitas bimbingan agama Islam dengan kriteria rendah, sedang dan tinggi seperti tabel 5.2
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Skor Skala Intensitas mengikuti bimbingan agama Islam
Rumusan Kategori Skor Skala
X > (Mean + 1 SD) Tinggi X > 114 (Mean – 1 SD) < X < (Mean + 1 SD) Sedang 96 – 114 X < (Mean – 1 SD) Rendah X < 96
Keterangan:
X = Skor Skala Mean = Nilai Rata – Rata SD = Standar Deviasi
Data diatas berarti bahwa nilai yang rendah < 96, nilai sedang antara 96-114 dan nilai yang tinggi >
114.
4. Analisis Prosentase
Penelitian memiliki tingkat intensitas bimbingan agama Islam dengan kriteria rendah, sedang dan tinggi seperti tabel 5.3
Tabel 5.3
Hasil Persentase Variabel
Intensitas Mengikuti Bimbingan Agama Islam Variabel Kategori Kriteria Frekuensi Presentase Intensitas
mengikuti bimbingan agama islam
Tinggi X > 114 11 11.58%
Sedang 96 – 114 69 72.63%
Rendah X < 96 15 15.79%
Data di atas menunjukkan bahwa intensitas mengikuti bimbingan agama islam berada dengan rata- rata 104.874 termasuk dalam kriteria “sedang” yaitu berada pada interval 96 – 114, kategori tinggi berjumlah 11 responden (11.58%), kategori sedang berjumlah 69 responden (72.63%), kategori rendah berjumlah 15 responden (15.79%).
5.2.2. Kecerdasan emosional siswa MTs YPI Toroh kabupaten Grobogan.
Hasil deskripsi data kecerdasan emosional siswa MTs YPI Toroh kabupaten Grobogan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4
Descriptive Statistics Kecerdasan Emosi N Rang
e Min Max Mean
Std.
Deviati on Kecerdasan
emosional 95 47.0 0
86.0 0
133.0 0
114.989
5 9.68822 Valid N
(listwise) 95
Dari data tentang kecerdasan emosional siswa di MTs YPI Toroh kabupaten Grobogan di atas diketahui nilai tertinggi 133, nilai terendah 86 dengan rata- rata 114,99 dan standar deviasi 9,688
Perhitungan hasil kecerdasan emosional siswa dibagi menjadi beberapa kategori, perhitungan kategorisasi berdasarkan pada skor hipotetik, karena alat ukur konsep diri ini belum mempunyai norma yang jelas.
Dari hasil tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori
yaitu kategori tinggi, sedang dan rendah. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan nilai rata-rata (mean), nilai rata-rata kecerdasan emosional siswa adalah 114,99
2. Menentukan standar deviasi (SD), nilai SD kecerdasan emosional siswa adalah 9,688
3. Kategorisasi
Penelitian memiliki tingkat kecerdasan emosional siswa dengan kriteria rendah, sedang dan tinggi seperti tabel 5.5
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Skor Skala Kecerdasan Emosional Siswa
Rumusan Kategori Skor Skala
X > (Mean + 1 SD) Tinggi X > 115 (Mean – 1 SD) < X < (Mean + 1 SD) Sedang 105 – 115 X < (Mean – 1 SD) Rendah X < 105
Keterangan:
X = Skor Skala Mean = Nilai Rata – Rata SD = Standar Deviasi
Data diatas berarti bahwa nilai yang rendah < 105, nilai sedang antara 105-115, dan nilai yang tinggi >
115.
4. Analisis Presentase
Penelitian memiliki tingkat kecerdasan emosional siswa dengan kriteria rendah, sedang dan tinggi seperti tabel 5.6
Tabel 5.6
Hasil Persentase Variabel Kecerdasan Emosional Siswa
Variabel Kategori Kriteria Frekuensi Presentase Intensitas
mengikuti bimbingan agama islam
Tinggi X > 115 56 58.95%
Sedang 105 – 115 35 36.84%
Rendah X < 105 4 4.21%
Data di atas menunjukkan bahwa kecerdasan emosional siswa berada dengan rata-rata 114.99 termasuk dalam kriteria “sedang” yaitu berada pada interval 105–
115, kategori tinggi berjumlah 56 responden (58.95%), kategori sedang berjumlah 35 responden (36.84%), kategori rendah berjumlah 4 responden (4.21%).
5.3. Uji Asumsi
Sebelum di uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi agar diketahui apakah memenuhi syarat untuk menguji hipotesis yang diajukan. Adapun uji asumsi yang dilakukan
adalah uji normalitas, dan heteroskedastisitas.
5.3.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi normal. Dikatakan normal apabila grafik menunjukkan penyebaran titik-titik disekitar garis diagonal mengindikasikan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Analisis normalitas berfungsi untuk menguji penyebaran data hasil penelitian.
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji penyebaran data penelitian (Priyatno, 2010: 54). Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov melalui bantuan program Komputer SPSS 16.0. Berdasarkan perhitungan SPSS terlihat bahwa uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Intensitas Mengikuti Bimbingan
Kecerdasan Emosional
N 95 95
Normal
Parameters(a,b)
Mean
104.8737 114.9895
Std. Deviation 9.18630 9.68822
Most Extreme Differences
Absolute
.107 .119
Positive .044 .069
Negative -.107 -.119
Kolmogorov-Smirnov Z 1.046 1.155
Asymp. Sig. (2-tailed) .224 .139
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
Variabel intensitas mengikuti bimbingan agama Islam Menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,224, dan variabel kecerdasan emosional menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,139. Berdasarkan nilai signifikansi tersebut terlihat bahwa angka signifikansi yang diperoleh dari uji normalitas semuanya lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data penelitian dari kedua variabel tersebut adalah normal. Hasil uji normalitas data penelitian selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran. Untuk melanjutkan gambaran uji Normalitas dapat dilihat dalam gambar 1
Gambar 1
Dari gambar di atas, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data penelitian sebagai syarat analisis regresi.
Observed Cum Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: X
5.3.2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variabel X dan Y bersifat homogen atau tidak.
Uji Homogenitas dinyatakan homogen apabila memenuhi persyaratan:
1. Jika signifikansi yang diperoleh > 0,05, maka variansi setiap sampel sama (homogen)
2. Jika signifikansi yang diperoleh < 0,05, maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen)
Dari hasil pengujian muncul hasilnya secara otomatis sebagaimana dalam tabel dibawah ini:
Tabel 5.7
Hasil Analisis Homogenitas Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.987 23 59 ,208
Regression Adjusted (Press) Predicted Value
120 110
100 90
80 Regression Standardized Residual 2
0
-2
-4
Scatterplot
Dependent Variable: X
Tabel 5.8
Rangkuman Analisis Homogenitas Variabel Nilai
Levene Statistik
Signifikan Keterangan
Intensitas mengikuti bimbingan agama Islam
2.978 0.208 0.208 > 0,05 Homogen
Homogenitas hasil penelitian menunjukkan nilai Levene Statistik 2. 987 dengan taraf signifikan 0.208. Ini menunjukkan bahwa sebaran angket homogen.
Dari hasil di atas dapat diketahui signifikansi sebesar 0,208. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data intensitas mengikuti bimbingan agama Islam mempunyai varian sama (homogen).
5.4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis untuk mengetahui intensitas mengikuti bimbingan agama Islam berpengaruh terhadap
kecerdasan emosional siswa MTs YPI Toroh Kabupaten Grobogan, dapat dilihat dari nilai F dan Rsquare yang diperoleh dengan bantuan SPSS 16.00. Hasil perhitungan Freg menunjukkan nilai 89.963 dengan tingkat signifikan 0,000, sebagaimana tabel 5.5 sebagai berikut:
Tabel 5.9 ANOVA(b) Model
Sum of Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 3845.567 1 3845.567 89.963 .000(a)
Residual 3975.380 93 42.746
Total 7820.947 94
a Predictors: (Constant), Y b Dependent Variable: X
Berdasarkan tabel di atas diketahui terdapat intensitas mengikuti bimbingan agama Islam berpengaruh terhadap kecerdasan emosional siswa MTs YPI Toroh Kabupaten Grobogan. Hasil tersebut diperoleh dari Freg sebesar 89.963 kemudian dikonsultasikan dengan harga Ftabel pada taraf signifikan 5% yaitu dan pada taraf 1%, karena Freg = 89.963 >
Ft0,05 = 3.94 dan Freg = 89.963 > Ft0,01 = 6.90. Hasil ini menunjukkan bahwa Freg lebih besar dari F tabel. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan
diterima.
Langkah berikutnya adalah melihat seberapa besar pengaruh intensitas bimbingan agama Islam terhadap kecerdasan emosional melalui koefisien determinasi (R Square). Hasil statistik dengan bantuan program SPSS 16.00 for windows menunjukkan bahwa R Square sebesar 0.492, seperti tabel 5.6 :
Tabel 5.10 Model Summary(b) Mode
l R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .701(a) .492 .486 6.53804
a Predictors: (Constant), Y b Dependent Variable: X
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 49,2%, sedang yang 50,8% sisanya dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini (tidak diteliti). Hal ini artinya intensitas bimbingan agama Islam berpengaruh terhadap kecerdasan emosional sebesar 49,2%, sedangkan 50,8%
dipengaruhi faktor lainnya diluar variabel yang diteliti.
5.5. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan ada pengaruh intensitas mengikuti bimbingan agama Islam terhadap kecerdasan emosional siswa MTs YPI Toroh Kabupaten Grobogan, yang ditunjukkan dengan F reg yang menunjukkan nilai 89.963 dengan tingkat signifikan 0,000 yang di bawah alpha 0,005. Hal itu berarti bahwa intensitas mengikuti bimbingan agama Islam berpengaruh terhadap kecerdasan emosional siswa di MTs YPI Toroh Kabupaten Grobogan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi intensitas mengikuti bimbingan agama Islam, semakin tinggi kecerdasan emosional siswa di MTs YPI Toroh Kabupaten Grobogan. Sebaliknya semakin rendah intensitas mengikuti bimbingan agama Islam, semakin rendah pula kecerdasan emosional siswa di MTs YPI Toroh Kabupaten Grobogan.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abror (2012) yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara bimbingan Islam dan pengembangan kecerdasan emosi terhadap Kepribadian anak-anak di Panti Asuhan Darul
Hadlonah Kabupaten Kendal. Hal ini ditunjukkan = 3.028 > ttabel (0,05=37) = 0,325 dan ttabel (0,01=37) = 0,418 sehingga signifikan karena thitung > ttabel, Begitu juga pada nilai regresi diperoleh hasil perhitungan sebesar Freg = 9.170 > Ft0,05 = 4.10 dan Freg = 9.170>
Ft0,01 = 7.39, sehingga diperoleh Freg > Ftabel dan berarti signifikan. Sehingga hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara bimbingan Islam dan pengembangan kecerdasan emosi terhadap Kepribadian anak-anak di Panti Asuhan Darul Hadlonah Kabupaten Kendal.
Intensitas bimbingan agama Islam berpengaruh terhadap kecerdasan emosional siswa karena bimbingan agama Islam adalah proses pemberian bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau tidak mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu-individu dibantu, dibimbing agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah (Musnamar, 1992: 5), sehingga semakin siswa melaksanakan bimbingan akan menjadikan mereka mampu mengelola emosional dengan baik.
Intensitas mengikuti bimbingan agama Islam mempengaruhi kecerdasan emosional di MTs YPI Toroh Kabupaten Grobogan,
sebesar 49,2% dengan R square 0.492, sedangkan sisanya sebesar 0,508 artinya 50,8% dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor interen meliputi citra diri, jenis kelamin dan faktopr eksteren meliputi peran perilaku orang tua, serta peran faktor sosial.
Hal tersebut didukung pula dengan pendapat Adz-Dzaki (2002: 167-168), yang menyatakan bahwa tujuan bimbingan agama Islam adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak, dan damai, bersikap lapang dada, dan untuk mendapatkan pencerahan taufik hidayah Tuhannya
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya 3. Untuk menghasilkan rasa (emosi) pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong, dan rasa kasih sayang
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya. Ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.
Berdasarkan tujuan bimbingan agama Islam di atas dapat dilihat bahwa bimbingan agama Islam mampu memberikan perubahan dan perbaikan mental, perubahan tingkah laku
seseorang dan menghasilkan emosi yang positif.
Kecerdasan emosional sebagai sebuah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, tentunya tidak diperoleh dengan begitu mudah, tetapi juga tidak dimiliki semata-mata karena pemberian dari orang lain. Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: Pertama, faktor pembawaan atau bakat. Sejak lahir manusia sudah memiliki bakat atau potensi-potensi yang akan mempengaruhi perkembangan hidupnya. Bakat atau potensi inilah yang menentukan seseorang menjadi dokter atau seniman.
Dalam Islam, potensi atau bawaan yang dibawa oleh manusia sejak lahir disebut fitrah. Dalam hal ini fitrah manusia adalah segala apa yang diciptakan Allah pada manusia yang berkaitan dengan jasmani dan rohani (Shihab, 2004: 284-285)
Kedua, faktor lingkungan. Pengalaman dan lingkungan seseorang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan emosionalnya. John Locke berpendapat bahwa seorang anak yang baru lahir bagaikan selembar kertas putih yang belum ternoda oleh apapun. Kemudian orang tuanya (lingkungan) yang akan memberikan noda tinta kepada kertas putih itu. Teori itu kemudian
disebut teori Tabularasa. Jadi perkembangan kecerdasan seorang anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman- pengalaman orang tersebut.
Menurut Sartain sebagaimana yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, lingkungan adalah semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku seseorang, pertumbuhan, perkembangan atau life process seseorang kecuali gen-gen (Yusuf, 2000: 34-43). Adapun faktor lingkungan yang mempengaruhi kecerdasan emosional, terdiri atas: Pertama, lingkungan keluarga. Dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan marga. Keluarga sangat berperan dalam mengembangkan pribadi dan kecerdasan emosional anak. Kasih sayang dan pendidikan agama maupun umum dari orang tua merupakan faktor esensial dalam mempersiapkan anak menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan cerdas. Keluarga merupakan faktor penentu (determinant factor) yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang. Keluarga yang berpegang teguh pada nilai-nilai luhur dan akhlaq mulia akan menghasilkan
generasi yang cerdas, baik intelektual, emosional maupun spiritual. Hal ini disebabkan karena keluarga merupakan tauladan (contoh) bagi anak dan merupakan pola bagi way of life anak (Yusuf, 2000: 44-47).
Kedua, lingkungan sekolah. Sekolah adalah lembaga
pendidikan formal yang membantu siswa mengembangkan potensinya dengan baik menyangkut aspek moral, emosional, spiritual, intelektual, maupun sosial. Kemampuan seorang guru menangani peserta didiknya dengan baik adalah contoh kecerdasan emosional. Keberhasilan seorang guru mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mengendalikan emosinya akan menghasilkan perilaku dan akhlak peserta didik yang baik. Ada dua kemungkinan apabila sekolah (bimbingan) berhasil mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik.
Pertama, emosi yang terkendali akan membuat fikiran dan otak berfungsi secara optimal. Kedua, emosi yang terkendali akan menghasilkan akhlak dan perilaku sosial yang baik.
Ketiga, teman sebaya. Teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan yang sangat penting bagi
perkembangan kepribadian dan kecerdasan emosionalnya. Dari kelompok ini remaja belajar tentang: 1) bagaimana berinteraksi dengan orang lain, 2) bagaimana mengontrol emosi dan tingkah laku sosial, 3) mengembangkan ketrampilan dan minat mereka, 4) saling bertukar perasaan dan masalah (Yusuf, 2000: 59-60).
Sekolah menjadi faktor eksternal yang sangat mempengaruhi siswa dalam pembentukan sikap. Bimbingan agama Islam di sekolah dapat membantu siswa meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Bimbingan agama Islam dengan materi yang diberikan di dalamnya, dapat membantu siswa mengembangkan sikap, pengetahuan, daya cipta, emosi dan ketrampilan yang dimilikinya. Dalam agama Islam, metode bimbingan dapat dilakukan dengan cara menyentuh perasaan, mendidik jiwa, mengarahkan emosi dan mengembangkan semangat menjalankan agama (keberagamaan) pada anak.
Sehingga anak menjadi shaleh, beriman, taat beribadah, berakhlak terpuji (Daradjat, 1995: 40).
Berbagai uraian pendapat di atas dapat memperkuat hipotesis penelitian ini, yaitu intensitas bimbingan agama Islam
berpengaruh terhadap kecerdasan emosional siswa MTs YPI Toroh Kabupaten Grobogan. Dengan demikian, bimbingan agama Islam menjadi salah satu faktor yang menentukan kecerdasan emosional seseorang, termasuk dalam konteks ini bagi siswa MTs YPI Toroh Kabupaten Grobogan.