• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini angka kejadian kanker di. masyarakat semakin meningkat.hal ini menuntut kita agar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini angka kejadian kanker di. masyarakat semakin meningkat.hal ini menuntut kita agar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Di zaman modern ini angka kejadian kanker di masyarakat semakin meningkat.Hal ini menuntut kita agar lebih peka terhadap salah satu jenis penyakit yang mematikan ini.Limfoma merupakan suatu keganasan pada sel limfoid yang sebagian besar berada di jaringan limfoid (Sabatine, 2011).Limfoma terbagi atas limfoma malignum Hodgkin dan limfoma malignum non Hodgkin.

Perbedaan diantara keduanya terletak pada gambaran histopatologisnya, di mana akan ditemukan sel Reed- Stenberg pada preparat limfoma Hodgkin (Sumantri, 2009).

Penyebab dari limfoma Hodgkin ataupun non Hodgkin kebanyakan masih belum diketahui(Hillman et al., 2011).Limfoma biasanya ditandai dengan adanya limfadenopati yang tidak nyeri dan kebanyakan terdapat di daerah cervical dan supraclavicula (Sabatine, 2011).

Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat 8.500 kasus limfoma Hodgkin setiap tahunnya. Terdapat distribusi bimodal, yaitu usia 15-35 tahun dan usia lebih dari 50 tahun. Berdasarkan jenis kelamin limfoma Hodgkin banyak terjadi pada laki-laki dari pada

(2)

2 perempuan (Sabatine, 2011).Rasio insidensi antara laki- laki dan perempuan yaitu 2:1 (Boediwarsono, 2000).Distribusi bimodal ini biasanya terjadi di negara-negara yang memiliki status ekonomi yang tinggi (Gobbi et al., 2013). Seperti yang dikatakan pada situs Surveilance, Epidemiologi, and End Result (SEER) Program milik National Cancer Institue Amerika Serikat estimasi kasus baru limfoma Hodgkin pada tahun 2014 adalah sekitar 9.190 kasus. Diantara kasus tersebut diperkirakanterdapat 1.190 kematian akibat limfoma Hodgkin.Insidensi limfoma Hodgkin secara internasional bervariasi antara 3-4 kali lipat, kecuali pada negara- negara Asia yang kejadiannya lebih jarang terjadi (Jarret et al., 1996).Limfoma Hodgkin ini memiliki presentasi klinis dan spectrum histopatologis yang berbeda diantara populasi pasien (Punnett et al., 2010).

Untukkasus limfoma non Hodgkin sering ditemukan di wilayah Amerika Utara, Eropa Barat, dan China (Fan et al, 2012). Salah satu jenis yang paling sering terjadi adalah Diffuse large B cell lymphoma. Selain itu terdapat juga jenis lain, yaitu MALT-lymphoma, small lymphocytic lymphoma, serta follicular lymphoma.

Follicular lymphoma merupakan kasus yang sering

(3)

3 ditemukan di negara-negara Barat, namun kasus ini sangat jarang terjadi di negara-negara Asia (Jaffe et al., 2008). Di Amerika Serikat pada tahun 2011 telah dilaporkan sebanyak 70.130 kasus dan diperkirakan 30- 40% dari kasus tersebut adalah diffuse large b cell lymphoma (Fan et al, 2012).

Pola insidensi limfoma ini dapat menunjukkan variasi jika dianalisis berdasarkan usia, jenis kelamin, gambaran histologis, lokasi geografis dan juga ras (Jarret et al., 1996).

Hanya saja dengan adanya kemajuan dari kemoterapi dan juga radioterapi dapat merubah limfoma yang awalnya bersifat letal menjadi dapat disembuhkan (Hillman et al., 2011).

Di Indonesia, penelitian sebelumnya mengatakan bahwa puncak dari insidensi limfoma Hodgkin terjadi pada usia 50-59 tahun. Hal ini berbeda dengan beberapa penulis luar negeri yang memperoleh adanya distribusi bimodal.Kasus limfomma non hodgkin beserta limfoma hodgkin dan leukemia adalah penyakit yang sering terjadi nomor 6 di Indonesia. Jumlah kasus ini terus meningkat setiap tahunnya (Reksodiputro dan Irawan, 2009). Limfoma non Hodgkin biasanya terjadi pada

(4)

4 usia60-an walaupun demikian sebenarnya juga dapat terjadi pada segala usia. Pada kasus limfoma pada anak- anak, jenisDiffuse large B cell menyumbang sekitar 50%

dari kejadian (Kumar, 2010).Limfoma Hodgkin sendiri di Indonesia sangat jarang terjadi dibandingkan dengan limfoma non Hodgkin. Rasio insidensi antara LNH:LH terlihat fluktuatif antara 3,7-8,6:1. Hal ini sangat berbeda dengan hasil yang didapatkan dari negara-negara barat yang menunjukkan kejadian limfoma Hodgkin yang lebih tinggi dari pada limfoma non Hodgkin.Hal ini dikarenakan adanya perbedaan ras dan kondisi social ekonomi (Boediwarsono, 2000).

I.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dapat diketahui bahwa

limfoma merupakan salah satu jenis kanker yang dapat mematikan. Hanya saja dikarenakan tingkat kejadian limfoma ini lebih rendah dibandingkan dengan jenis kanker yang lain, penyakit ini tidak begitu diketahui oleh masyarakat. Beberapa hal yang menjadi masalah adalah hanya sedikit data yang menunjukkan profil limfoma ini khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Atas dasar perumusan tersebut, masalah penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

(5)

5 1. Bagaimana profil limfoma pada layanan kesehatan

swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010- 2014?

2. Bagaimana hubungan antara jenis kelamin dengan gambaran histologis pasien?

3. Bagaimana hubungan antara usia dengan gambaran histopatologis pasien?

4. Bagaimana tingkat kesesuaian diagnosis klinis dengan hasil gambaran histopatologis dari bagian Patologi Anatomi?

I.3. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian yang diusulkan ini memiliki tujuan

untuk mengetahui:

1. Profil dari penyakit limfomapada layanan kesehatan swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu 2010-2014.

2. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan gambaran histopatologis pasien.

3. Mengetahui hubungan antara usia dengan gambaran histopatologis pasien.

4. Mengetahui kesesuaian antara diagnosis klinis dengan hasil gambaran histopatologis dari bagian Patologi Anatomi.

(6)

6 I.4. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian oleh Boediwarsono (2000) membahas

tentang bagaimana masalah manajemen terhadap penyakit limfoma maligna di Indonesia.Hasil yang didapatkan adalah klasifikasi histopatologis yang digunakan di Indonesia masih bervariasi.Pengobatan yang diberikan juga masih bervariasi, bahkan masih banyak masyarakat yang tidak mendapatkan pengobatan dikarenakan keterbatasan biaya.Tindak lanjut dari ketahanan pasien berdasarkan Observed Survival masih sangat tidak akurat.

Penelitian oleh Dhian Handriawan (1999) mengevaluasi kasus limfoma non-hodgkin pada laboratorium Patologi Anatomi FK-UGM tahun 1995- 1997.Dari penelitian ini didapatkan jumlah kasus limfoma non-hodgkin yang diperiksa pada laboratorium Patologi Anatomi FK UGM tahun 1995-1997 adalah 126 kasus.Kasus ini didominasi oleh laki-laki dengan lokasi tumor paling banyak adalah di area limfonodi leher.Jenis limfoma non-hodgkin yang paling banyak adalah jenis DLBCL (Diffuse Large B Cell Lymphoma).

Pada tahun 2011, Dian Nur Pratami telah melakukan penelitian tentang karakteristik Limfoma non Hodgkin

(7)

7 ekstranodal primer kepala dan leher yang hasilnya limfoma non Hodgkin kepala dan leher lebih sering terjadi pada laki-laki dengan perbandingan 1,4:1.

Adapun usia puncak terjadinya penyakit ini adalah pada rentang 51-60 tahun dengan lokasi tersering adalah pada kavum nasi dan sinus paranasal. Untuk limfoma non Hodgkin ekstranodal primer kepala dan leher lebih banyak ditemui pada tipe sel B dari pada tipe sel T.

Selain itu, masih ditahun yang sama Riski Abri laksono telah meneliti tentang frekuensi ekspresi protein Epstein Barr Virus (EBV) EBNA-1 pada non Hogdkin lymphoma ekstranodul primer di kepala dan leher. Dari penelitian ini didapatkan hasil ekspresi EBNA-1 lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan, hanya saja perbedaan ini tidaklah signifikan. Ekspresi EBNA-1 paling banyak terdapat pada usia 41-60 tahun.

Dan lebih banyak terdapat jenis sel B daripada sel T.

Pada tahun 2014, Stefani Anindita juga telah melakukan penelitian tentang profil histopatologis limfoma di RSUP DR.SARDJITO tahun 2009-2013. Dari hasil penelitian tersebut terjadi peningkatan insidensi limfoma yang bermakna secara statistik. Selain itu juga didapatkan hasil bahwa penyakit limfoma ini lebih

(8)

8 banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki dari pada perempuan dengan rasio (1,6:1) dengan usia 55-64 tahun.

Dari penelitian ini dapat diketahun bahwa predileksi limfoma terseringa adalah sinonasal dan faring (17,8%).

Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah jenis limfoma yang dievaluasi, ruang lingkup, dan juga jangka waktu dari penelitian.Penelitian ini mengevaluasi profil limfoma keseluruhan dengan ruang lingkup layanan kesehatan swasta di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Jangka waktu dari penelitian ini sendiri adalah dari awal tahun 2010 sampai dengan akhir tahun 2014.

I.5. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh

informasi mengenai profil limfoma Hodgkin pada layanan kesehatan swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010-2014.Selain itu juga dari penelitian ini didapatkan informasi tentang hubungan antar karakteristik penyakit limfoma.Sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi klinisi dalam menentukan diagnosis yang berkaitan dengan penyakit Limfoma.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa tekanan hampir tidak dirasakan oleh siswa, dimana hal tersebut dapat dilihat dari seringnya siswa mengisi waktu luang

Pemantauan lingkungan dapat digunakan untuk memahami fenomena-fenomena perubahan lingkungan yang terjadi mulai dari tingkat sekitar proyek, sampai ke tingkatan ekosistem, kawasan,

Untuk tetap menjaga adanya Syncronisasi dan koordinasi dari semua Perusahaan-perusahaan Perkebunan Negara, maka tugas Direksi dari perusahaan ini dilakukan oleh Badan Pimpinan Umum

besarnya rata-rata dapat diketahui bahwa kelompok B (aerobik) lebih baik dibanding kelompok A

Dengan merubahnya menjadi tali plastik kemudian di proses melalui teknik tekstil yang menarik bagi produk aksesoris fesyen, apalagi bisa berdampak ekonomis bagi pengrajin dan

Masa tunas gonore sangat singkat yaitu sekitar 2 hingga 5 hari pada pria. Sedangkan pada wanita, masa tunas sulit ditentukan akibat adanya kecenderungan untuk bersifat

Mitra perubahan cukup memahami kebutuhan pasar, sudah mampu melihat persaingan yang semakin ketat, oleh karena itu mitra perubahan menyadari bahwa Bank Jateng

Tabel Hubungan Teknik Gerak, Kelenturan dan Peniruan Gerak Teknik Gerak Kelenturan Peniruan Gerak TEKNIK GERAK : KELENTURAN : PENIRUAN merupakan cara merupakan ekspresi GERAK : dan