• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. judul penelitian sebelumya, yakni sebagai berikut : 1. Reni Anggraeni, Jurusan IPS-Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. judul penelitian sebelumya, yakni sebagai berikut : 1. Reni Anggraeni, Jurusan IPS-Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

9 A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelusuran yang peneliti lakukan didapati beberapa judul penelitian sebelumya, yakni sebagai berikut :

1. Reni Anggraeni, Jurusan IPS-Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2008. Dengan judul Manfaat Pengelolaan Koperasi Pesantren Sebagai Media Pendidikan Ekonomi Para Santri”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat pengelolaan koperasi pesantren sebagai media pendidikan ekonomi bagi para santri, yang diteliti pada 60 santri putra dan putri di Pondok Pesantren Assalam. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka dan membuat deskripsi secara faktual. Penelitian ini memiliki dua variabel manfaat pengelolaan koperasi pesantren dan media pendidikan ekonomi yang para santri dapatkan. Teknik analisa datanya menggunakan teknik korelasi dengan rumus rank spearman dengan sampel 60 santri Pondok pesantren Assalam.

Hasil penelitian ini diperoleh r = 0,1874 yang menyatakan

bahwa hipotesis alternatif diterima yang menyatakan adanya manfaat

(2)

dalam pengelolaan koperasi pesantren dan adanya media pendidikan ekonomi yang para santri dapatkan.

8

2. Aang Fuad, Jurusan Manajemen Dakwah (MD) IAIN Sunan Ampel.

Dengan judul “Perencanaan Strategis Usaha Koperasi Pondok Pesantren Langitan Kecamatan Widang Kabupaten Tuban”

Berdasarkan analisis penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

perencanaan strategis usaha koperasi di Pondok Pesantren Langitan Kecamatan Widang Kabupaten Tuban sudah berjalan cukup baik serta dengan program kerja, ini terbukti dengan adanya visi dan misi di koperasi tersebut. Memilih tujuan yang baik, perencanaan strategis usaha koperasi Pondok Pesantren Langitan Kecamatan Widang Kabupaten Tuban, juga sudah tersusun secara akurat. Hal ini dibuktikan dengan perencanaan strategis usaha koperasi pondok pesantren yang dilakukan dengan membuat usaha-usaha untuk mewujudkan peranan koperasi dalam mewujudkan kemajuan pondok pesantren dan membentuk masyarakat sekitar pondok pesantren dalam pemenuhan kebutuhannya, yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: tahap analisis lingkungan masyarakat, tahap analisis sarana atau potensi yang dimiliki, tahap identifikasi adanya ketidakseimbangan serta tahap penyusunan rencana strategis untuk menyeimbangkan.

Pelaksanaan perencanaan strategis tersebut dilakukan dengan menjalankan usaha yang sudah didirikan dengan sebuah konsep

8

http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4009Manfaat_Pengelolaan_Koperasi_Pesantren_

Sebagai_Media_Pendidikan_Ekonomi_Para_Santri.pdf online 20 Juli 2011

(3)

pelaksanaan yang bersifat antisipatif dan membangun sebagai faktor pendukung dalam keefektifan pelaksanaan strategis. Namun ada sedikit hambatan yaitu dalam hal permodalan berdasarkan masalah dan kesimpulan tersebut, penelitian ini belum menjawab lebih jauh bagaimana tanggapan masyarakat mengenai perencanaan strategis usaha koperasi Pondok Pesanteren Langitan Kecamatan Widang Kabupaten Tuban.

Kiranya tema ini dapat dijadikan masalah penelitian selanjutnya.

9

3. Sanin, Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial. Fakultas Tarbiyah. Universitas Islam Negeri Malang. Dengan judul “Eksistensi Koperasi Di Dalam Pembangunan Dan Pengembangan Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren An-Nur II Bululawang Malang)”.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Koperasi pondok pesantren memiliki peran yang signifikan dalam pembangunan dan pengembangan Pondok pesantren. Hal ini terlihat di Pondok Pesantren An Nur II Bululawang. Dari hasil Sisa Hasil Usaha Koperasi Pondok Pesantren “An Nuur II Al-Murtadho”.

Pesantren An Nuur II terus melakukan pembangunan dan pembangunan pondok, baik secara kuantitas maupun secara kualitas.

Pengembangan pesantren secara kuantitas, terlihat dari pembangunan fisik yang dari tahun ke tahun terus memperlihatkan peningkatan dan pemenuhan kebutuhan santri yang tinggal di dalam atau di sekitar pesantren. Adapun secara kualitas, Pesantren An Nuur terus

9

http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain--

aangfuadni-8207 online 20 Juli 2011

(4)

mengembangkan pengaruh dan responsibilitinya untuk tetap peduli dengan keadaan masyarakat sekitar. Hal ini ditunjukkan dengan pengadaan bidang usaha kopontren di bidang jasa yang berupa Unit Simpan Pinjam dan Tebu Rakyat.

10

Ada beberapa hal yang membedakan penelitian sebelumnya terhadap penelitian ini adalah: Peneliti melakukan penelitian tentang pengembangan ekonomi santri pada koperasi pondok pesantren, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Reni Anggraeni meneliti tentang manfaat pengelolaan koperasi pesantren sebagai media pendidikan ekonomi para santri, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Aang Fuad meneliti tentang perencanaan strategis usaha koperasi Pondok Pesantren Langitan Kecamatan Widang Kabupaten Tuban, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sanin adalah eksistensi koperasi di dalam pembangunan dan pengembangan pesantren (studi kasus di Pondok Pesantren An-Nur II Bululawang Malang)

Berdasarkan hasil ketiga penelitian diatas, peneliti menegaskan beberapa poin perbedaan antara peneliti dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti lebih memfokuskan pada usaha koperasi dalam mengatasi problematika ekonomi santri, manajemen koperasi dalam pengembangan ekonomi santri (studi kasus di Pondok Pesantren Hidayatul Insan Kota Palangka Raya.

10

http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/fullchapter/01160022.ps online 20 Juli 2011

(5)

B. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian

a. Pengembangan

Dalam Kamus Besar Indonesia Pengembangan diambil dari kata dasar “kembang” adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan.

11

Maka sebab itulah pengembangan merupakan suatu penunjang untuk mencapai keberhasilan dengan menggunakan hal-hal yang diterapkan kepada bentuk-bentuk yang bersifat membangun.

Perkembangan Pondok Pesantren tidak terlepas hubunganya dengan sejarah masuknya Islam di Indonesia bermula ketika orang- orang yang masuk Islam ingin mengetahui lebih banyak isi ajaran agama yang perlu dipeluknya, baik mengenai tata cara beribadah, baca al-Qur’an, dan mengetahui Islam yang lebih luas dan mendalam.

Mereka ini belajar dirumah, surau, langgar atau mesjid. Di tempat- tempat inilah orang-orang yang baru masuk Islam dan anak-anak mereka belajar membaca al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama lainya, secara individual dan langsung.

Perkembangannya untuk lebih memperdalam ilmu agama telah mendorong tumbuhnya pesantren yang merupakan tempat untuk melanjutkan belajar agama setelah tamat belajar di surau, langgar atau masjid. Model pendidikan pesantren ini berkembang di seluruh

11

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 473.

(6)

Indonesia dengan nama dan corak yang sangat bervariasi. Di Jawa disebut pondok pesantren, di Aceh dikenal Rangkang, di Sumatra Barat dikenal Surau, nama sekarang dikenal umum adalah pondok pesantren.

12

Seiring dengan perkembangan zaman fungsi pondok pesantren pun bertambah. Pondok pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga keagamaan, tetapi berfungsi juga sebagai pusat perkembangan masyarakat diberbagai sektor kehidupan.

Sistem yang dinamakan pesantren, proses internalisasi agama Islam kepada santri berjalan penuh. Dalam pesantren, dengan pimpinan dan keteladanan para kiai dan para ustadz serta pengelolaan yang khas, tercipta satu komunikasi tersendiri, yang didalamnya terdapat semua aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, budaya dan organisasi.

13

Dilihat dari segi pembiayaannya, terdapat dua tipe pesantren, pertama, pesantren yang mandiri dimana sektor ekonomi bersifat otonom yang tidak menerima bantuan dari luar (selektif dalarn proses penggalian dana). Pesantren seperti ini pada awalnya memang sudah mandiri dari segi ekonomi karena umumnya seorang kiai, sebelurn membangun pesantren, telah mandiri secara ekonomi dan aset-aset pribadi kiai yang sering menjadi tumpuan keuangan pesantren. Jadi sejak awal kiai telah mempersiapkan diri

12

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam/Direktorat Pendidikan Kegamaan dan Pondok Pesantren Departemen Agama, Pondok Pesantren Mu’adalah, Jakarta: 2004, h. 1.

13

Ibid., h. 4.

(7)

secara sungguh-sungguh tidak hanya pada aspek mental tetapi juga aspek sosial dan ekonomi. Kedua, pesantren yang dalam pembiaayaannya fifty-fifty (50:50), yakni sebagian dari harta kiai atau menggali potensi yang ada dalam pesantren dan sebagian lagi merupakan bantuan dari luar pesantren. Pesantren yang memiliki tipe seperti ini dalam upayanya untuk membiayai dan mangembangkan pesantren selain menggali potensi ekonomi dari unsur-unsur yang ada dalam pesantren juga mencari peluang untuk menggali dana keluar pesantren.

14

Keberhasilan pondok pesantren dalam menggali potensi ekonomi yang ada dalam pesantren seperti ini, merupakan kebijakan kiai sebagai pengasuh dan pemimpin sekaligus figur sentral dalam kegiatan manajerial pesantren. Adapun dalam praktiknya, keterlibatan dari beberapa unsur sangat mendukung keberhasilannya, antara lain keterlibatan dalam pengelolaan oleh anggota keluarga seperti Ibu Nyai, saudara-saudara kiai, keikutsertaan santri dalam melaksanakan program dan keterlibatan masyarakat sekitar atau alumni yang ikut mendukung kesuksesan pelaksanaan program tersebut. Ini memperlihakan adanya dinamika yang terjadi antara kiai sebagai figur sentral dalam pesantren dengan pihak-pihak yang berada di sekitarnya.

14

TIM Penyusun, Agama Pendidikan Islam dan Tanggung Jawab Sosial Pesantren,

Yogyakarta: UGM dan Pustaka Pelajar, 2008, h. 80.

(8)

b. Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa.

Istilah “ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani oikos yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan nomos, atau “peraturan, aturan, hukum,” dan secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga.”

15

Pengertian ekonomi syariah dalam versi peraturan perundang-undangan diatas, tidak ada salahnya bila penulis mengemukakan pengertian ekonomi Islam.

Ekonomi Islam adalah kumpulan norma hukum yang bersumber dari al-Qur’an dan hadits yang mengatur urusan perekonomian umat manusia.

16

c. Santri

Santri adalah sekelompok orang yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan ulama. Karenanya berbicara tentang kehidupan ulama senantiasa menyangkut pula kehidupan para santri yang menjadi murid dan sekaligus menjadi pengikut dan pelanjut perjuangan ulama yang setia. Santri adalah siswa atau mahasiswa yang dididik di dalam lingkungan pondok pesantren.

17

15

http//id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi.online 20 Oktober 2010.

16

Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 4.

17

Abdul Qadir Djaelani, Peran Ulama dan Santri dalam Perjuangan Politik Islam di

Indonesia, Surabaya, PT Bina Ilmu Offset, 1994, h. 7.

(9)

Penggunaan istilah santri ditujukan kepada orang yang sedang menuntut pengetahuan agama di pondok pesantren. Menurut ilmuwan kata santri berasal dari bahasa Tamil “Santri” yang berarti orang yang tinggal di sebuah rumah miskin atau orang yang tinggal di bangunan keagamaan secara umum.

18

Santri dalam khasanah kehidupan Indonesia dan khususnya umat Islam punya dua makna; Pertama merujuk kelompok peserta sebuah pendidikan pesantren atau pondok yang berarti murid yang belajar ilmu agama Islam di pondok pesantren yang datang dari jauh maupun dekat, dan yang kedua merujuk pada akar budaya sekelompok pemeluk Islam

19

, yang berarti gelar bagi-bagi orang yang sholeh dalam agama Islam

Santri merupakan elemen yang esensial dari suatu pesantren baik yang selama 24 jam tinggal di pesantren atau yang hanya beberapa jam saja dalam setiap harinya dan santri merupakan ciri yang melekat di pondok pesantren tanpa santri sebuah lembaga pendidikan tidak disebut pesantren.

Menurut Zamakhsyari Dhofir

20

, istilah santri terbagi menjadi dua pengertian yang berbeda, yaitu santri mukim dan kalong, menurut pengertian secara lughowi mukim adalah orang yang bertempat tinggal di suatu tempat. Istilah ini kemudian berkembang menjadi santri

18

http://santri-bantat.blogspot.com/2010/08/arti-dan-makna-santri.html

19

Abdul Munir Mulkhan, Runtuhnya Mitos Politik Santri, Yogyakarta:

SIPRES

, 1992, h. 1.

20

Zamasyari Dhofier, Tradisi Pasantren Studi Tentang Pandangan Hidup kyai …, h. 44.

(10)

mukim, yaitu santri yang menetap di pondok pesantren dalam kurun relatif lama dan berasal dari daerah jauh untuk mencari ilmu.

Dahulu santri mukim dalam memenuhi kebutuhan hidupnya ditunjang dengan kerja keras karena di pesantren itu sendiri ditemukan santri-santri yang berstatus mukim tidak mendapat kiriman atau bantuan dari orang tuanya.

Pada awalnya ketika pondok pesantren itu berdiri dan masih memiliki santri yang sedikit maka kiailah yang menanggung kebutuhan hidup sehari-hari santri, terutama mereka yang tidak mampu, mereka secara bersama-sama mengerjakan sawah dan perkebunan kiai. Seperti halnya yang terjadi pada Kiai Haji Toyib pemilik pondok pesantren di Semengko Wringin Anom Gresik. Beliau menghidupi lebih dari dua puluh santri yang ikut mukim bersamanya.

Namun dalam perkembangannya santri mukim dalam memenuhi kebutuhannya tidak ditunjang dengan kerja keras, mereka membekali diri dengan membawa ongkos dari rumah. Hal yang semacam ini sekarang hampir sudah tidak ada lagi kalaupun ada hanya di pondok pesantren yang lokasinya di desa-desa yang jauh dari kota dan sistem pendidikannya masih sederhana dalam arti tidak ada kurikulum sekolah yang ada hanya kitab kuning saja.

Kebutuhan sehari-hari santri mukim ditunjang oleh kiriman

dari orang tuanya melalui biro jasa tertentu. Semula mereka

memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan mandiri, namun setelah

(11)

pondok pesantren mengalami perkembangan pesat, berbagai sarana dan fasilitas tersedia, akhirnya segala kebutuhan santri tidak hanya dikerjakan sendiri melainkan memerlukan bantuan dari pihak lain.

Istilah santri yang kedua adalah santri kalong yang mempunyai arti bahwa santri yang bersangkutan tidak menetap di pondok pesantren, mereka pergi ke pondok pesantren dan pulang ke rumah dalam sehari begitu pula pada hari berikutnya, mereka tidak menginap di pesantren. Disebut santri kalong karena mereka diibaratkan seperti binatang kelelawar, pada waktu siang hari tinggal di rumah dan pada waktu malam hari mereka pergi mencari makan. Para santri kalong terdiri dari anak-anak desa yang tinggal di sekitar pondok pesantren, dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan sistem wetonan yaitu para santri datang berduyun- duyun pada waktu-waktu tertentu.

21

Santri kalong dalam mengikuti pendidikan di pesantren tidak dikenakan biaya mengaji seperti halnya santri mukim, mereka (santri kalong) tidak diwajibkan membayar uang syahriyah kepada kiai dengan alasan karena mereka tidak menetap di pondok pesantren.

21

Mujamil Qomar, Pesantren (Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratis

Institusi), Jakarta: Erlangga, t,th, h. 1.

(12)

Seorang santri pergi dan menetap disuatu pesantren karena berbagai alasan:

1) Ia ingin mempelajari kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam dibawah bimbingan kiai yang memimpin pesantren tersebut.

2) Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian, maupun hubungan dengan pesantren-pesantren terkenal.

3) Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya. Disamping itu dengan tinggal disebuah pesantren yang sangat jauh letaknya di rumah sendiri menyebabkan ia tidak mudah pulang pergi, meskipun kadang-kadang menginginkannya.

22

d. Ekonomi Santri

Pesantren adalah tempat para santri menjalani hidup dan belajar selama masa tertentu dibawah bimbingan kiai. Dalam menjalani hidup secara bersama-sama para santri senantiasa dihadapkan pada satu problematika salah satunya adalah problematika ekonomi. Problematika ini dapat mengganggu kelangsungan hidup santri di pesantren dan disamping itu bisa memperlambat upaya pengembangan pesantren.

22

http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/unsur-unsur-pondok-pesantren.html

(13)

Pondok pesantren dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, tentu saja pesantren tidak akan berkembang dengan baik jika tidak didukung oleh dana-dana tradisional. Upaya pengembangan pesantren tidak berjalan mulus jika kondisi pesantren masih lemah dalam arti masih kekurangan dana karena sumber dana inilah yang nantinya dipergunakan untuk menghidupi pesantren guna melaksanakan misinya yang baru.

Sebagaimana yang telah dilakukan Makras Amin direktur yayasan yang ada di pesantren Darul Najah Ulujami Jakarta Selatan, dalam membiayai kegiatannya di pesantren salah satunya dengan melalui Syahriah santri. Iuran santri ini digunakan sebagai pengembangan pesantren.

23

Sumber dana pesantren dapat diperoleh dengan masukan iuran bulanan santri dimana santri dimana santri dalam memenuhi kebutuhannya biasanya ditunjang dengan menggunakan kiriman dari orang tuanya per bulan. Setiap santri mendapat tarikan uang setiap bulanannya, tarikan uang yang harus dibayar oleh seorang santri disebut dengan “uang pembeli minyak”

24

karena secara simbolis berkaitan dengan pengajaran yang diberikan oleh sang kiai yang memberi penerangan kepada santrinya tentang kebajikan kehidupan.

Sebaliknya sumber keuangan tidak dapat diperoleh manakala santri

23

Shobirin Nadj, “Pesantren Darun Najah : Prespektif Kepemimpinan dan Manajemen Pesantren, Dalam M. Dawam Rahardj”, Jakarta: h. 136.

24

Pradjarta Dirojosanjoto, Memelihara Umat Kiai Pesantren-Kiai Langgar, Yogyakarta:

LkiS, 1999, h. 152.

(14)

mengalami kesulitan dalam membayar iuran SPP/syahriyah bulanan dibanyak pesantren cukup memprihatinkan hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi santri yang lemah. Disamping itu keterlambatan pembayaran bisa juga dikarenakan adanya keterlambatan kiriman santri yang diterima dari orang tuanya.

Dalam memenuhi kebutuhannya para santri biasanya ditunjang dengan kiriman dari orang tua, salah satunya adalah kiriman uang, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya yang merupakan kewajibanya sebagian santri itupun menunggu datangnya kiriman uang sebagai bekal hidup dan mencari ilmu di pesantren. Jika kiriman tersebut datang tidak tepat waktu tentunya para santri merasakan adanya problematika yang muncul, walaupun kelihatan sepele namun jika tidak segera diselesaikan akan menjadi berat.

Kesanggupan untuk membayar syariah sebagian santri dapat

melakukannya dan sebagian tidak terlaksana, hal ini karena adanya

faktor salah satunya adalah kondisi ekonomi keluarga mereka kurang

mencukupi. Sering dengan keterangan ini Syaiful Mujab seorang

pengusaha muslim Yogyakarta mengatakan bahwa santrinya sulit

sekali memberikan kontribusinya secara finansial, ini karena para

santrinya berasal dari kalangan bawah ekonomi menengah, hal senada

dikatakan Affandi yang juga termasuk pengusaha muslim mengatakan

bahwa pesantren pada umumnya dan khususnya di Yogyakarta

santrinya berasal dari kalangan kebawah sedangkan yang berasal dari

(15)

kalangan atas hanya menjadi santri “kalong” saja.

25

Namun biasanya dari pihak pengasuh pesantren dalam hal ini memberi keringanan untuk menyarankan tinggal di rumah kiai, mereka seringkali ikut makan di tempat kiai, mereka dikenal dengan sebutan santri ndalem, santri ndalem yaitu santri yang latar belakang keluarganya dari keluarga tidak mampu.

Berdasarkan keterangan yang dituangkan Pradjarta Dirjosanjoto dalam bukunya menceritakan pesantren Al-Fatah desa Keding Santri Pati di pesantren tersebut diceritakan bahwa santri yang kurang mampu diberikan keringanan ikut makan di rumah kiai tanpa membayar. Hal ini membuktikan adanya kedekatan seorang kiai dengan santrinya, ia memiliki sikap perasaan tanggung jawab terhadap santrinya. Rasa persaudaraan yang ada di pesantren seorang santri tidak mungkin mengalami tidak bisa makan, seorang santri ketika kehabisan bekal dengan mudah mendapat pertolongan baik dari sesama santri maupun pengasuh pesantren.

e. Koperasi

Koperasi berasal dari perkataan ko/co dan operasi/operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan. Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai

25

Mumtahanah dan Syamsul Mua’wanah, Pemberdayaan Ekonomi Pesantren, Majalah,

Edisi III, h.42.

(16)

anggota, dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

26

Secara harfiah kata “koperasi” berasal dari: Cooperation (Latin), atau Cooperation (Inggris), Co-operatie (Belanda), dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai: bekerja bersama, atau bekerjasama, atau kerjasama, merupakan koperasi.

27

Sedangkan Menurut Edilius dan Sudarsono adalah :

Koperasi yang kita maksudkan di sini dalam kaitannya dengan demokrasi ekonomi, adalah koperasi sebagai organisasi atau lembaga ekonomi modern yang mempunyai tujuan, mempunyai sistem pengelolaan, mempunyai tertib organisasi.

28

2. Landasan Hukum dan Kedudukan Koperasi a. Landasan Hukum menurut Al-Qur’an

Koperasi menitik beratkan pada bentuk kerjasama dan saling tolong-menolong dalam Islam sendiri memperbolehkan sebagaimana ayat dibawah ini.

































29

26

http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4009Manfaat_Pengelolaan_Koperasi_Pesantren Sebagai_Media_Pendidikan_Ekonomi_Para_Santri.pdf online 20 Juli 2011

27

Edilius dan Sudarsono, Koperasi dalam Teori dan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1992, h. 1.

28

Ibid., h. 1.

29

Q.S. An-Nisa [04] : 85.

(17)

Artinya : “Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan Barangsiapa memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) dari padanya”.

30

Koperasi dibina atas landasan yang sehat dan merupakan sistem perekonomian yang sesuai dengan ajaran Islam.

Koperasi Indonesia termasuk koperasi Madrasah dan pondok pesantren dalam melaksanakan kegiatannya berpedoman pada landasan yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1996 tentang Pokok-pokok Perkoperasian Indonesia, landasan tersebut antara lain.

31

b. Landasan Hukum menurut Hadits

Didalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Ahmad dari anas bin Malik RA. Berkata Bahwa Rasulullah SAW bersabda:

ْ ﻮُﻠْﻈَﻣ ُﻪُﺗ ْ ﺮ َﺼَﻧ اَﺬَﻫ ِﷲا ُل ْ ﻮ ُ ﺳ َ رﺎ َﻳ َ ﻞْﻴ ِﻗ ﺎ ًﻣ ْ ﻮُﻠْﻈَﻣ ْ وَا ﺎ ً ﻤِﻟ ﺎَﻇ َكﺎ َﺧَا ْ ﺮ ُﺼْﻧ ُ◌ ا

َﻒْﻴَﻜَﻓﺎ ًﻣ ﺎ ً ﻤِﻟ ﺎَﻇ َن ﺎَﻛاَﺬﺷا ُﻩ ُ ﺮ ُﺼْﻧَا ,

ﺬَﻓ ِﻢْﻠﱡﻈﻟا َ ﻦ ِﻣ ُﻪ ُﻌَـﻨَْﲤ َ و ُه ُ ﺮ ُﺠَْﲢ َلﺎَﻗ

ﻩ ُ ﺮ ْﺼَﻧ َﻚِﻟ

ُ ◌

Artinya: “Tolonglah saudaramu yang menganiaya dan aniaya dan aniaya, sahabat bertanya: Ya Rasulullah aku dapat menolong orang yang dianiaya, tapi bagaimana menolong yang menganiaya? Rasulullah menjawab: kamu tahan dan mencegahnya dari menganiaya itulah arti menolong daripadanya”.(HR. Imam Bukhari dan Ahmad)

32

30

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Balai Pustaka, 2005, h. 662

31

Ek. Mochtar Effendy, Membangun Koperasi di Madrasah dan Pondok Pesantren, Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1986, h. 10.

32

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, h. 298.

(18)

Hadits tersebut dapat dipahami lebih jauh (luas), maka dapat dipahami bahwa umat Islam dianjurkan untuk menolong orang-orang yang ekonominya lemah (miskin) dengan cara berkoperasi dan menolong orang-orang kaya jangan sampai mengisap darah-darah orang miskin, seperti dengan cara mempermainkan harga, menimbun barang, membungakan uang dengan cara yang lain-lainya.

c. Landasan Hukum menurut UUD 1945

Landasan strukturil Koperasi Indonesia adalah Udang-Undang dasar 1945 dan Landasan Geraknya pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya. pasal UUD 1945 berbunyi:

Landasan ideal koperasi yaitu seluruh kegiatannya didasarkan atas falsafah Pancasila yang telah dirumuskan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang terdiri dari lima sila yang terjalin menjadi satu kesatuan dalam Pancasila merupakan jiwa karakter koperasi Indonesia. Kelima sila tersebut adalah:

1) Ketuhanan yang maha Esa

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab 3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas

azas-azas kekeluargaan”. Dan penjelasannya berbunyi: “Dalam pasal

33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh

semua untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota-

(19)

anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi.

33

Landasan struktural koperasi didasarkan atas UUD 1945, yang dimaksud dalam undang-undang dasar tersebut adalah:

1) Pembukaan

2) Batang tubuh undang-undang dasar 1945 yang terdiri dari 16 bab dan 37 pasal, beserta 4 pasal aturan peralihan dan 2 aturan tambahan.

3) Penjelasan undang-undang dasar 1945.

34

d. Kedudukan Hukum Koperasi

Bahwa kedudukan koperasi di Indonesia berdasarkan Menurut UU Koperasi No. 12 Tahun 1967, adalah sebagai berikut :

Bagian 13

Kedudukan Hukum Koperasi Pasal 41

Koperasi yang akte pendiriannya disahkan menurut ketentuan undang-undang ini adalah badan hukum

1) Wewenang untuk memberikan badan hukum koperasi ada pada Menteri.

2) Menteri dapat memberikan kepada pejabat wewenang untuk memberikan badan hukum koperasi yang dimaksud dalam ayat (1) di atas.

Pasal 43

33

G. Kartasapoetra, Bambang S., A. Setiady, Koperasi Indonesia yang Berlandaska Pancasila dan UUD 1945, Jakarta: PT Reneka Cipta, 1993, h. 6-7.

34

Edilius dan Sudarsono, Koperasi dalam Teori dan Praktek …., h. 73.

(20)

1) Badan Hukum koperasi termaksud dalam pasal 21 dinyatakan dalam akta pendirian yang memuat anggaran dasar yang isinya tidak boleh bertentangan dengan undang- undang ini.

2) Menteri menentukan pedoman tentang isi dan cara-cara penyusunan anggaran dasar koperasi.

35

3. Koperasi Pondok Pesantren

Koperasi Madrasah dan koperasi pondok pesantren ialah koperasi yang anggotanya terdiri dari siswa-siswa Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsnawiyah, Madrasah Aliyah, dan lembaga pendidikan yang setaraf, atau santri-santri pondok pesantren.

36

Menurut Departemen Agama pengertian koperasi berbeda dengan keduanya dalam keduanya dalam bukunya yang berjudul Pembinaan Dan Pengembangan Koperasi, Koperasi Pondok Pesantren memiliki pengertian sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Koperasi Nomor 25 tahun 1992, yaitu badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.

37

Ada beberapa keuntungan dengan adanya koperasi pondok pesantren. Keuntungan tersebut antara lain :

a. Sebagai sarana pendidikan para siswa atau para santri;

b. Sebagai sarana tempat pendidikan keterampilan;

35

Tim, Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan Pembinaan Koperasi / KUD, Jakarta:

Rineka Cipta, 1991, h. 15.

36

Ek. Mochtar Effendy, Membangun Koperasi …, h. 3.

37

Departemen Agama, Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Pondok

Pesantren, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003, h. 10.

(21)

c. Sebagai sarana meringankan beban biaya hidup dan belajar para siswa dan santri.

38

a. Fungsi Koperasi Pondok Pesantren

1) Pendidikan kemandirian dan latihan santri

Orientasi pendidikan pesantren sekarang ini mementingkan masa depan santrinya, untuk itu pesantren yang mendidik para santrinya agar memiliki jiwa “kewiraswastaan” yang dibarengi

“kemandirian” maka pesantren sering mengadakan latihan-latihan keterampilan, bengkel kerja, usaha perkoperasian dan yang lainnya, sehingga para lulusan (santri) mampu bersikap mandiri dalam ekonomi. Bahkan menjadi pelopor masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka dengan perbaikan-perbaikan dalam bidang ekonomi, perindustrian, perdagangan dan berbagai usaha wiraswasta lainnya.

Pendidikan keterampilan dan kejujuran dikembangkan di pondok pesantren untuk kepentingan dan kebutuhan para santri sebagai modal untuk berwiraswasta dan sekaligus menunjukkan pembangunan masyarakat di lingkungan pesantren.

Masa-masa sulit ekonomi pembaharuan pesantren banyak berkenaan dengan pemberian keterampilan, hal ini dikarenakan

38

Ek. Mochtar Effendy, Membangun Koperasi …, h. 42.

(22)

pesantren memiliki tujuan agar menjadi bekal para santri disamping untuk menunjang ekonomi pesantren itu sendiri.

39

Koperasi pondok pesantren merupakan salah satu usaha pesantren dalam pendidikan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat latihan organisasi santri dan juga untuk memenuhi kebutuhan santri maupun bagi pengasuh bahkan masyarakat yang ada di sekitarnya, juga sebagai wahana pendidikan bagi santri dan seluruh warga pesantren dalam arti kata pendidikan kemandirian. Dengan pengenalan keterampilan organisatoris untuk mengelola suatu jenis usaha dalam bentuk koperasi. Koperasi pondok pesantren akan dapat mencapai tujuan sampingan berupa pembekalan para santri dengan keterampilan kerja yang akan mereka lakukan dalam kehidupan nanti, penciptaan koperasi santri sebagai wahana bagi pengenalan lembaga- lembaga kerja yang dibutuhkan masyarakat dan harus dan dikelola sebaik-baiknya dalam kehidupan pedesaan.

Mujamil Qomar mengatakan bahwa seorang kiai perlu memberikan pelajaran keterampilan kepada santrinya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kyai telah menyadari kemandirian pesantren dan ini harus menjadi doktrin kiai pada santrinya, sehingga kiai bisa beranggapan bahwa kemandirian tersebut memiliki tujuan di samping agar santri mampu hidup secara mandiri ditengah-tengah

39

Mujamil Qumar, Pesantren …, h. 135.

(23)

masyarakat juga membuka wawasan berfikir ke dunia.

40

Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Suismanto yang mengatakan bahwa seorang kiai telah menyadari bahwa kemandirian di zaman yang penuh persaingan ditengah dunia usaha yang memerlukan keahlian dan keterampilan ini tidak cukup hanya berbekal keberanian untuk bersikap mandiri tetapi perlu perihal kemandirian itu sendiri.

41

Hal ini semua bertujuan untuk melengkapi pengetahuan praktisi para santri yang disertai prasarana pendidikan dan latihannya, agar tahap demi tahap usaha peningkatan pondok pesantren dapat direalisasikan, sehingga pesantren sebagai lembaga pendidikan yang bersejarah dan besar jumlahnya mampu mencetak kader-kader penyuluhan masyarakat yang tidak saja “takwa” tetapi juga cakap dan tampil untuk membangun dirinya, keluarganya, masyarakat dan bangsanya sesuai dengan perwatakan yang dimilikinya. Dengan demikian koperasi pondok pesantren disamping merupakan usaha sampingan sebagai keterampilan yang diberikan pada santri ini juga sebagai pemenuhan terhadap tuntutan perubahan.

2) Membantu meringankan kebutuhan ekonomi santri

Masalah koperasi bagi pesantren bukanlah masalah atau kegiatan baru melainkan sudah menjadi budaya pesantren. Realisasi bekerja selama ini diwujudkan dengan kegotong royongan atau tolong menolong untuk membeli kitab, memenuhi kebutuhan sehari-hari,

40

Ibid., h. 134.

41

Suismanto, Menelusuri Jejak Pesantren, Yogyakarta: Alief Press, 2005, h. 5.

(24)

serta membantu meringankan beban ekonomi yang lainnya. Hal ini sudah sejak lama ada dan berjalan mulainya adanya pondok pesantren itu sendiri. Ini semua bertujuan untuk melengkapi pengetahuan praktis para santri yang disertai prasarana pendidikan dan latihannya, agar tahap demi tahap usaha peningkatan pondok pesantren dapat direalisasikan.

Sehubungan dengan adanya problem yang berhubungan dengan kebutuhan santri di pesantren seperti pemenuhan kebutuhan perlengkapan belajar santri maka keberadaan koperasi pesantren sangatlah penting, karena demi memperlancar proses pembelajaran santri di pesantren maka para santri memerlukan seperangkat buku, kitab dan alat-alat tulis. Oleh sebab itulah perlunya pesantren mengembangkan salah satu unit usaha yang menyediakan sarana belajar semisal toko buku, kitab, alat tulis, dan fotocopy. Selain itu para santri juga perlu memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum, telepon, asrama, pakaian dan lain sebagainya.

Melihat semua kebutuhan yang diperlukan santri tersebut maka perlu kiranya pesantren membentuk satu wadah yang bersifat kooperatif guna menciptakan satu kesejahteraan bersama.

Disamping melihat pada kebutuhan perlengkapan belajar perlu

kiranya melihat pada potensi ekonomi pesantren. Sebagaimana

lazimnya pendidikan formal pondok pesantren didalamnya pasti ada

murid. Bagi murid sudah barang tentu dikenai kewajiban membayar

(25)

syahriyah (istilah SPP untuk pondok pesantren dan madrasah). Uang syahriyah ini diperlukan bagi pesantren untuk menambah sumber dana mengingat perlunya pesantren harus berperan aktif dalam pembangunan masyarakat sekitarnya.

Dana pesantren tentunya tidak akan mencapai pada hasil yang diinginkan jika pesantren menghadapi suatu persoalan SDM (Sumber Daya Manusia) sampai sumber dana. Adanya keterlambatan kiriman santri menjadikan santri terlambat pula dalam memenuhi kewajibannya, seperti halnya kewajiban membayar syahriyah bulanan.

Problematika tersebut merupakan problem yang dialami santri yang

tentunya juga merupakan problem bagi pesantren karena santri itu

sendiri merupakan salah satu elemen yang ada di pesantren sehingga

merupakan pekerjaan rumah tangga pesantren yang tak berkesudahan,

dan problem ini dapat menghambat proses pengembangan pondok

pesantren, hal ini bisa terjadi jika pembiayaan pendidikan dan

pengajaran sepenuhnya tergantung pada iuran bulanan santri. Sebagai

mana yang dikatakan oleh K.H. Ahmad Zainal Jinan pengasuh dan

pendiri pesantren Al-Qodariyah Srikaton Gunung Balok Lampung,

beliau telah mengalami pengalaman menghadapi problematika

tersebut. Beliau mengatakan seretnya masukan iuran bulanan santri

mengakibatkan pembayaran honor bagi perkembangan pesantren

menjadi tertunda. Dalam hal ini beliau mengatakan perlunya merintis

(26)

usaha-usaha yang diharapkan ada hasilnya demi kelangsungan pesantren.

Pondok pesantren dengan kegiatan koperasinya diharapkan dapat membantu untuk menyelesaikan problematika ekonomi yang telah dialami santri. Sebagai mana yang telah dikatakan oleh Waluyo dalam mengartikan problematika beliau mengatakan bahwa yang mana problematika itu memerlukan jalan keluar.

Mengenai keterlambatan santri membayar syahriyah merupakan problematika berarti memerlukan jalan keluar, maka peran koperasi untuk mensejahterakan anggotanya sangatlah diperlukan, karena keberadaan koperasi dapat membawa keuntungan khususnya bagi anggotanya serta masyarakat pada umumnya.

b. Jenis Usaha yang Dikelola Koperasi Pondok Pesantren

Koperasi merupakan perkumpulan sekelompok orang yang menjalankan usaha dalam bidang bisnis (perekonomian) yang memerlukan modal untuk menjalankan bisnis tersebut. Modal usaha akan berkembang apabila dikelola dengan baik dan sesuai kebutuhan dan kemampuan menjalankan usaha tersebut. Seperti halnya koperasi-koperasi yang bergerak dibidang produksi dan simpan pinjam, koperasi konsumsi seperti koperasi pondok pesantren juga membutuhkan modal untuk menjalankan usahanya.

42

42

http://Digilib.Uin-Suka.Ac.Id/Gdl.Php?Mod=Browse&Op=Read&Id=Digilib-Uinsuka--

Amrullahfu-3108

(27)

Koperasi merupakan usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan bisnis dan kesejahteraannya.

Oleh karena itu koperasi memfokuskan diri pada kebutuhan ekonomi anggota.

Anggota koperasi secara individu ataupun rumah tangga mempunyai kebutuhan ekonomi yang sama, hal ini dikarenakan koperasi yang mereka miliki merupakan alat untuk memperbaiki ataupun mengurusi kepentingan ekonomi mereka.

Koperasi pesantren terbagi menjadi dua wilayah, yang pertama wilayah pondok pesantren itu sendiri dengan sarana komunitas santri.

Yang kedua wilayah luar pondok pesantren dengan sarana masyarakat sekitar pesantren.

43

Koperasi pondok pesantren disesuaikan dengan kebutuhan santri yang menjadi anggotanya. Kebutuhan sehari-hari para santri umumnya berupa alat pelajaran dan bahan pokok sehari-hari. Kebutuhan demikianlah yang perlu disediakan oleh koperasi pondok pesantren.

Keberadaan koperasi pondok pesantren ini telah membawa angin baru dalam rutinitas sehari-hari para santri. Sejak saat itu, kegiatan pesantren menjadi lebih hidup. Para santri tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu pelajaran sekolah saja, namun juga diajarkan bagaimana bertahan hidup dengan pelatihan ketrampilan.

43

Halim dkk, Manajemen Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005, h. 307.

(28)

Pembentukan koperasi pondok pesantren beserta unit-unit usahanya ini didasari keinginan untuk mengembangkan fungsi pondok pesantren, yang semula hanya digunakan untuk menimba ilmu agama saja, dikembangkan menjadi pusat pengembangan ekonomi rakyat. Adapun kegiatan usaha yang dapat dikelola oleh koperasi pondok pesantren untuk memenuhi kebutuhan santri yang menjadi anggotanya, antara lain sebagai berikut:

1) Pengadaan buku-buku pelajaran

Kebutuhan utama setiap siswa atau santri ialah alat-alat tulis dan buku-buku pelajaran, baik buku cetak maupun buku tulis.

Kebanyakan madrasah ataupun pondok pesantren terletak di luar kota atau jauh dari pusat pasar oleh karena itu, para siswa atau santri akan tertolong jika koperasi menyediakan kebutuhan mereka tersebut, terutama dari segi waktu dan biaya transport. Sebaiknya koperasi memesan buku-buku pelajaran dan alat-alat tulis dalam jumlah besar, karena penerbit atau toko-toko buku biasanya memberikan potongan harga yang menyenangkan, bahkan bisa sampai 30-50 potongan harga (rabat) karena membeli dalam jumlah besar merupakan keuntungan bagi koperasi, yang pada gilirannya keuntungan itu akan dapat dinikmati oleh anggota koperasi.

2) Pengadaan alat praktik sekolah

Dewasa ini ada Madrasah atau pondok pesantren mengadakan

latihan-latihan kerja, misalnya praktik pertanian atau kerajinan tangan,

(29)

seperti yang dilakukan oleh Darul Falah di Bogor. Pada pondok pesantren seperti itu para siswanya memerlukan alat-alat untuk praktik, seperti alat-alat suntik untuk hewan, alat pertanian yang ringan, pupuk, dan lain-lain. Pondok pesantren demikian itu sangat penting karena sesuai dengan kebutuhan dewasa ini. Bagi santri atau siswa biasanya disediakan kebun atau perternakan sendiri, sebagai tempat praktik.

Dalam situasi yang demikian koperasi pondok pesantren dapat menyediakan alat-alat peternakan atau pertanian, pupuk, makanan ternak, dan lain-lain. Bahkan koperasi ini dapat memasarkan hasil produksi siswa atau santrinya.

3) Cafetaria

Unit madrasah atau pondok pesantren juga dapat membuka cafetaria, sebagai tempat berbelanja makanan atau minuman kecil bagi para santri atau siswa selama jam istirahat. Dengan demikian, para siswa atau santri dapat berbelanja dengan murah, sehat, dan bersih.

Membuka cafetaria dalam lingkungan madrasah atau pondok

pesantren merupakan salah satu bagian dari usaha koperasi madrasah

atau pondok pesantren. Usaha ini mempunyai potensi besar untuk

berkembang. membuka cafetaria sangat besar manfaatnya bagi para

siswa, antara lain mereka dapat belajar administrasi dan memperoleh

keterampilan dalam pelayanan jasa boga (catering) khususnya

restoran, serta mungkin dapat berlatih memasak, dan menyediakan

(30)

makanan. Dengan demikian, banyak dampak positifnya yang dapat diserap oleh para siswa dan santri dalam membuka cafetaria.

4) Usaha Simpan Pinjam

Koperasi madrasah atau koperasi pondok pesantren juga dapat membuka usaha simpan pinjam. Sebenarnya usaha simpan pinjam ini biasanya merupakan suatu usaha koperasi yang berdiri sendiri. Usaha ini penting dan bersifat mendidik karena santri atau siswa semenjak masa remaja dibiasakan menabung (saving) dari kelebihan uang sakunya. Hal ini mendidik untuk menjauhi sifat dan sifat hidup yang konsumtif, semenjak remaja mereka didik untuk bersifat positif, dapat menahan diri (mengendalikan nafsu) dalam membelanjakan uangnya di luar kemampuan atau terhadap yang kurang perlu.

44

5) Usaha penjualan kebutuhan sehari-hari para siswa atau santri

Seperti diketahui bahwa kebanyakan siswa atau santri datang dari luar daerah, karena itu mereka bertempat tinggal di asrama dan umumnya mereka memasak sendiri untuk memenuhi keperluan makannya sehari-hari. Dengan demikian koperasi dapat membantu mereka dengan membuka usaha yang menjual keperluan sehari-hari, seperti beras, asam, kecap, garam, minyak goreng, sayur mayur, sabun, pasta gigi, dan lain-lain.

44

Ek. Mochtar Effendy, Membangun Koperasi …, h. 33-34.

(31)

Melalui koperasi barang-barang tersebut dapat dibeli dengan harga lebih murah karena koperasi membeli dalam partai besar, serta dapat berlangganan atau juga bisa secara konsinyasi.

45

6) Unit usaha warung telekomunikasi

Usaha memenuhi kebutuhan bidang komunikasi, kopontren juga mendirikan komunikasi jarak jauh yaitu kios telepon. Pendirian kios telepon ini ternyata mampu mendapat income yang banyak. Kios ini didirikan untuk melancarkan komunikasi santri.

46

7) Unit Usaha Agribisnis

Kegiatan atau usaha dalam memproduksi hasil-hasil pertanian dalam macam-macamnya. Banyak macam kegiatan yang dapat dilakukan berkaitan dengan bidang agribisnis seperti halnya tanaman pangan dan perkebunan, peternakan kehutanan dan perikanan.

Koperasi dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pondok yang diupayakan oleh pondok pesantren dalam bidang agribisnis. Misalnya pengusaha bibit unggul padi jagung, pupuk organik dan anorganik, bibit ayam unggul, makanan ternak dan banyak lagi.

47

8) Unit Usaha Perbankan dengan Sistem Syari’at Islam

Perbankan syariah atau perbankan Islam adalah satu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam.

Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama

45

Ibid., h. 35.

46

http://www.maskumambang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=48

&Itemid=11

47

http://bbpp-batangkaluku.com/index.php?option=com_content&task=view&id=64

(32)

Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan produksi makanan, minuman haram, usaha media yang tidak Islami dan lain- lain), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.

48

9) Unit usaha percetakan

Bidang usaha percetakan ini mempunyai aktivitas yang sangat padat terutama dalam cetak-mencetak buku pelajaran, majalah, kalender, brosur dan lain-lain. Keberadaan unit usaha percetakan ini, selain mendukung program pondok juga merupakan potensi pasar yang sangat signifikan, karena percetakan ini didukung oleh tenaga-tenaga operasional yang kreatif, inovatif dan profesional.

49

10) Unit Usaha Konveksi

Lembaga pendidikan Islam, pesantren memang harus mampu mendorong santrinya untuk mendalami pengetahuan agama, namun tujuan tinggal di pesantren bukan hanya mendalami pengetahuan agama saja namun perlu adanya keterampilan. Pesantren perlu mengadakan keterampilan-keterampilan seperti halnya konveksi.

Walaupun memang tujuan pesantren bukan belajar konveksi.

Koperasi pesantren perlu mengadakan unit usaha konveksi seperti halnya keterampilan menjahit, karena disamping memberi

48

http://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah

49

http://al-amien.ac.id/yayasan-al-amien/biro-ekonomi/

(33)

kesempatan pada santri untuk mengembangkan usaha jahit- menjahit juga bisa menghasilkan banyak keuntungan. Keuntungan ini bisa menambah modal koperasi disamping itu untuk menunjang ekonomi pesantren itu sendiri.

50

11) Unit Usaha Perbengkelan

Kegiatan usaha di bidang perbengkelan di pondok pesantren adalah kegiatan usaha yang jarang dimiliki oleh pondok pesantren.

Namun cukup potensial jika diupayakan oleh pondok pesantren, terutama yang menyelenggarakan bidang keterampilan perbengkelan, terlebih lagi jika pondok pesantren itu hanya memiliki lahan yang tidak begitu luas atau berada di daerah perkotaan.

Kegiatan perbengkelan terletak pada usaha reperasi dan modifikasi barang-barang yang berkaitan dengan elektronik, seperti kulkas, televisi, radio, AC, dan komputer.

c. Manajemen Koperasi

Manajemen merupakan upaya kegiatan mengkombinasikan manusia, uang, barang, perangkat keras, dan perangkat lunak, dengan tujuan untuk mendapatkan hasil dengan efisiensi yang setinggi-tingginya.

Manajemen koperasi berarti semua upaya dan kegiatan didalam mengkombinasikan para anggota dengan keinginannya, serta simpan pokok yang pada gilirannya dijadikan modal untuk dioperasikan agar mendapat hasil setinggi-tingginya untuk kepentingan para anggota

50

http://Www.Jeparakab.Go.Id/Index.Php?Option=Com_Content&View=Article&Id=601

:Industri-Konveksi-Terus-Berkembang&Catid=67:Ekonomi&Itemid=647

(34)

koperasi. Inilah secara garis besarnya menyelenggarakan manajemen koperasi.

Jika dilihat dari pembagian fungsinya, manajemen mencakup perencanaan, pengorganisasian, staf, pengarahan dan kontrol. Semua fungsi ini akan selalu terdapat didalam setiap organisasi apapun tidak terkecuali koperasi.

Perencanaan koperasi dapat diputuskan dalam rapat anggota dan untuk pengorganisasian dapat dilakukan oleh pengurus, demikian juga staf dapat dilakukan oleh pengurus dengan petunjuk dari rapat anggota, sedangkan kontrol dapat dilakukan oleh Badan Pemerintah dan badan lain yang diangkat oleh rapat anggota. Inilah lingkaran manajemen suatu koperasi secara garis besarnya.

Semua fungsi ini hanya dapat berjalan dengan baik, jika dilakukan manajemen secara terbuka, seperti yang dianut oleh koperasi Indonesia yang tertuang di dalam undang-undang koperasi yaitu Undang-Undang Nomor 12 tahun 1967.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 itu, fungsi manajemen ini disebut alat perlengkapan organisasi. Alat perlengkapan organisasi ini berfungsi menjalankan manajemen koperasi.

1) Rapat anggota

2) Pengurus

3) Pengawas

4) Badan pemeriksa

(35)

5) Penasehat 6) Pelaksana

7) Susunan organisasi

51

Usaha kerja sama secara koperasi seperti halnya bentuk-bentuk organisasi bisnis lainnya tunduk pada prinsip-prinsip manajemen yang diakui secara umum. Ciri yang rumit dari suatu organisasi koperasi adalah organisasi tersebut harus secara bijaksana menghubungkan prinsip-prinsip kerjasama untuk menolong dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi maupun sosial. Untuk itu, harus dipahami secara jelas, bahwa pada dasarnya tidak ada benturan nilai antara prinsip-prinsip manajemen.

Pada kenyataanya manajemen telah didefinisikan sebagai pengetahuan manusia dengan segala fasilitasnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan.

Apabila struktur dan operasi bisnis suatu usaha koperasi dianalisis kritis, akan diketahui bahwa tidak hanya kriteria keuntungan yang menjadi tujuannya melainkan juga yang perlu diperhatikan adalah partisipasi para anggota penerima jasa dan pengelola manajemen.

52

51

Ibid., h. 23-24.

52

Hamdan Nasution, Mengenal Koperasi, Jakarta: PT BALAI PUSTAKA (Persero),

1983, h. 7-8.

(36)

d. Manfaat koperasi pondok pesantren 1) Sebagai sarana pendidikan

Kehadiran koperasi dan ikut sertanya para siswa dan para santri di dalam koperasi secara aktif, dapat membentuk watak mereka, antara lain percaya pada diri sendiri, adanya semangat tolong menolong (ta’awun) adanya disiplin mengendalikan nafsu yang konsumtif, adanya kesadaran menabung sehingga membentuk jiwa yang toleran yang merupakan esensi dari jiwa yang demokratis.

Melalui koperasi mereka dapat didik dan dilatih mengendalikan nafsu sehingga dapat diharapkan mampu menahan diri untuk tidak berlaku konsumtif, jadi koperasi membentuk pribadi yang produktif.

Dalam hal ini koperasi memberikan dampak yang positif bagi para santri menyongsong masa depannya.

Koperasi juga dapat dijadikan sebagai tempat mendidik para santri agar mereka dapat tenggang menenggang dan menghargai pendapat dan pikiran orang lain, atau dapat membentuk jiwa toleransi.

Karena setiap anggota koperasi harus dapat menghargai pendapat orang lain. Sikap toleransi dilihat dari esensinya merupakan bagian dari jiwa yang demokratis. Setiap muslim itu haruslah seorang demokrat.

2) Sebagai wadah pelatihan keterampilan

(37)

Koperasi yang ada dalam lingkungan madrasah dan pondok pesantren dapat dipergunakan sebagai tempat latihan keterampilan tangan, pengetahuan administrasi, dan teknis.

53

Koperasi dapat pula sebagai wadah pelatihan keterampilan teknis. Semisalnya, madrasah atau pondok pesantren menyerahkan tanah lahan kepada para santri untuk dapat ditanami berbagai tanaman, yang hasilnya dijual oleh koperasi dan menjadi penghasilan koperasi, atau tanah lahan yang dapat tambak ikan, yang hasilnya juga untuk dijual koperasi, ataupun koperasi dapat memberikan pinjaman bibit ayam untuk diternakkan oleh siswa yang berminat, hasilnya dapat dijual melalui koperasi. Dalam keadaan demikian para anggota terpaksa mengikuti pendidikan keterampilan mengenai bercocok tanam. Umpamanya, koperasi dapat menyediakan tenaga untuk memberikan pendidikan keterampilan teknis kepada para anggotanya.

3) Sebagai sarana meringankan biaya hidup dan biaya belajar

Sudah diketahui oleh umum bahwa kebanyakan siswa atau santri madrasah atau pondok pesantren berasal dari keluarga petani atau buruh kecil, yang pada umumnya relatif kurang berada (miskin).

Oleh karena itu menjadi kewajiban bagi para pendidik, para ustadz, para kiai, untuk memikirkan cara yang dapat ditempuh untuk meringankan beban hidup para santri sekaligus meringankan biaya pendidikan para santri. Dengan jalan membentuk koperasi, mereka

53

Ek. Mochtar Effendy, Membangun Koperasi …, h. 42-43.

(38)

dapat membeli keperluan hidup sehari-hari dengan lebih murah, karena koperasi membeli dalam jumlah yang besar.

Untuk menambah pendapat mereka, koperasi dapat membuka proyek usaha seperti ternak unggas (ayam), tambak ikan, kerajinan tangan, dan lain-lain, yang dapat dijual melalui koperasi, yang berarti dapat menambah daya beli mereka yang sangat minim itu. Dengan demikian, mereka mendapat kesempatan berproduksi yang berinduk koperasi pondok pesantren ini, yang berarti sekaligus kita telah melatih santri pondok pesantren itu berwiraswasta. Berwiraswasta adalah sikap hidup yang produktif, mandiri dan percaya diri sendiri. Bagi santri berwiraswasta tidak sukar karena mereka datang dari keluarga petani atau kerja lepas.

54

C. Kerangka Fikir Dan Pertanyaan Penelitian 1. Kerangka Fikir

Dalam rangka usaha untuk membantu mengatasi problematika ekonomi santri, maka koperasi punya peranan yang sangat penting, mengingat adanya perkembangan yang pesat di lingkungan pondok pesantren maka kebutuhan yang harus dipenuhi para santri juga banyak.

Kemudian mengingat keberadaan koperasi dalam kaitannya dengan usaha membantu mengatasi problematika ekonomi santri di pesantren maka fungsi koperasi pesantren adalah membantu jalannya proses

54

Ibid., h. 45.

(39)

pengembangan ekonomi pesantren terhadap masyarakat pada umumnya dan santri pada khususnya.

Koperasi Pondok Pesantren Hidayatul Insan Palangka Raya adalah salah satu koperasi yang ada beroperasi di wilayah pondok berperan besar untuk kesejahteraan santri, dan pengembangannya sangat bermanfaat sekali. Yang menjadi permasalahan di sini adalah bagaimana pihak santri mengelola koperasi dengan benar dan jenis usaha apa yang digunakan dalam rangka mensejahterakan kebutuhan santri. Agar lebih jelas pada penelitian ini maka digambarkan pada kerangka fikir di bawah ini:

2. Pertanyaan penelitian

a. Usaha apa sajakah yang dilakukan oleh koperasi pondok pesantren Hidayatul Insan Kota Palangka Raya dalam membantu mengatasi problematika ekonomi santri ?

1) Jenis usaha apa yang ada di koperasi pondok pesantren Hidayatul Insan Kota Palangka Raya?

2) Bagaimana penentuan jenis usaha dilakukan oleh koperasi pondok pesantren Hidayatul Insan Kota Palangka Raya?

KOPERASI PESANTREN

PENGEMBANGAN EKONOMI SANTRI PENGELOLAAN

KOPERASI JENIS USAHA

KOPERASI

(40)

3) Apa tujuan jenis usaha yang dipilih oleh koperasi pondok pesantren Hidayatul Insan Kota Palangka Raya?

b. Bagaimana pengelolaan koperasi pondok pesantren Hidayatul Insan dalam memenuhi kebutuhan santri ?

1) Bagaimana sistem permodalan pada koperasi pondok pesantren Hidayatul Insan kota Palangka Raya?

2) Bagaimana pengembangan usaha koperasi pondok pesantren Hidayatul Insan kota Palangaka Raya?

3) Bagaimana tanggung jawab koperasi terhadap keberhasilan para anggotanya ?

c. Bagaimana pengembangan ekonomi santri pada koperasi pondok Pesantren Hidayatul Insan kota Palangka Raya?

1) Bagaimana cara koperasi dalam mengembangkan ekonomi santri?

2) Bagaimana kegiatan koperasi dalam membantu ekonomi santri?

3) Bagaimana peran koperasi dalm mengembangkan ekonomi santri?

4) Apakah koperasi sudah mampu mengatasi permasalahan-

permasalahan ekonomi santri?

Referensi

Dokumen terkait

parsial terhadap kepuasan konsumen Puri Saron Hotel Seminyak Kuta. e) Berdasarkan hasil analisis nilai t hitung variabel empati berpengaruh secara. parsial terhadap

4 S obzirom na činjenicu da ove dnevne novine, odnosno njihove elektroničke eksten- zije ulaze u medijske glavne struje, a za razliku od nekih web informativnih portala, iz

Analisis Check Dam Sebagai Bangunan Pengendali Sedimen Pada Sungai Ciliung Dengan Dua Alternatif Debit Banjir, Asep Kurnia Hidayat, Ivan Nurandi.. Analisis Potensi

Data jumlah penduduk digunakan untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk untuk 20 tahun kedepan, dari hasil perhitungan tersebut berkaitan untuk menghitung jumlah kebutuhan

Kepala Program Study Ilmu Bedah Dekan FK Unsri atau yg mewakilkan Dengan para Sp.B Baru.. Sesi

Keluarga yang tidak mempunyai kebiasaan membaca, fasilitas membaca yang kurang memadai, koleksi perpustakaan yang kurang, tingkatan ekonomi yang rendah, kurangnya

Proximal convoluted tubule space Efferent arteriole Pedicel Podocyte Endothelium of glomerulus..

Berdasarkan data yang di ambil dari teknik wawancara Mahasiswa Maluku angkatan 2013 yang menempuh kuliah di kota Malang memiliki jumlah 60 mahasiswa yang