• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Daun Salam (Syzygium polyanthum walp) Daun Pepaya (Carica Papaya) Atau Daun Katuk (Sauropus androgymus)dalam Ransum yang Disuplementasi Starpig terhadap Kualitas Daging Itik Bali Af.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Daun Salam (Syzygium polyanthum walp) Daun Pepaya (Carica Papaya) Atau Daun Katuk (Sauropus androgymus)dalam Ransum yang Disuplementasi Starpig terhadap Kualitas Daging Itik Bali Af."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

3

PENGARUH PEMBERIAN DAUN SALAM (

Syzygium

polyanthum

Walp), DAUN PEPAYA(

Carica papaya

), ATAU

DAUN KATUK(

Sauropus androgynus

) DALAM RANSUM

YANG DISUPLEMENTASI STARPIG TERHADAP

KUALITAS DAGING ITIK BALI AFKIR

(THE EFFECT OF Syzygium polyanSyzygium polyanthum thum MEAL,

Carica papaya MEAL, OR Sauropus androgynus MEAL OFFERED IN THE

RATION SUPPLEMENTED WITH STARPIG ON MEAT QUALITY

OF CULLER BALI DUCK)

Tjokorda Gede Belawa Yadnya, Ni Made Witariadi , Ni Gst. Ketut Roni, Desak Putu Mas Ari Candrawati dan A.A.A. Sri Trisnade wi.

(belawayadnya_fapet@yahoo.com)

Fakultas Peternakan, Universitas Udayana,Denpasar

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak itik merupakan salah satu

jenis unggas yang mempunyai potensi besar

sebagai sumber protein hewani (daging dan

telur), unggas ini cocok dikembangkan

karena mudah beradaptasi dengan kondisi

alam di Indonesia. Potensi unggul lainnya

dari ternak itik adalah bahwa daging itik

mempunyai komposisi gizi terutama protein

yang setara dengan daging dari jenis unggas

lainnya (Murtidjo, 1988). Dewasa ini

masyarakat mulai menggemari daging itik

sehingga permintaan daging itik terus

meningkat, namun itik yang dijual untuk

keperluan daging kebanyakan adalah itik

petelur yang sudah memasuki masa afkir

(Simanjuntak, 2002). Pada umur muda itik

jantan dipelihara sebagai pedaging

sedangkan itik betina sebagai petelur,

untuk itik petelur yang umurnya sudah tua

tidak ekonomis lagi untuk dipelihara maka

itik diafkir atau dijual sebagai pedaging, hal

ini dikarenakan jumlah telur yang

dihasilkan oleh itik pada masa afkir telah

berkurang. Menurut Yunianta (1990),

biasanya itik betina akan diafkir dan dijual

oleh peternak setelah fase kedua produksi

berakhir, yakni pada umur sekitar 22 – 24

bulan, namun pada kenyataannya

pemasaran itik afkir mempunyai

permasalahan dengan lemaknya yang relatif

tinggi.

Untuk mengatasi permasalahan

perlemakan pada itik Bali

afkir,diperluupaya penambahan bahan

(4)

4 yang diharapkan mampu menurunkan

lemak tetapi dapat meningkatkan produksi

daging karkas itik afkir, seperti daun

pepaya (Carica papaya), daun salam

(Syzygium polyanthum) atau daun katuk

(Sauropus androgynus) yang

disuplementasi dengan campuran Starbio

dan Pignox (Starpig)\

Daun pepaya (Carica papaya) yang

mengandung enzim papain bermanfaat

sebagai enzim proteolitik yang memiliki

kemampuan untuk memecah protein

menjadi asam asam amino. Selain

kandungan papain, daun pepaya juga

mengandung beberapa zat nutrisi lainnya

seperti vitamin, protein, karbohidrat, dan

mineral yang dapat dimanfaatkan oleh itik

untuk meningkatkan kualitas karkasnya

(Muhidin, 2002).. Salah satu usaha untuk

menurunkan kandungan lemak adalah

dengan pemberian daun salam (Syzygium

polyanthum), Thomas (1989) melaporkan

bahwa flavonoid dalam daun salam dapat

mengikat lemak sehingga dapat mengurangi

peningkatan lemak pada dinding pembuluh

darah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa

minyak atsiri yang bersifat antibakteri

dalam daun salam (Syzygium polyanthum)

dapat meningkatkan kecernaan sehingga

terjadi peningkatan penyerapan zat-zat

makanan, akibatnya proses pembentukan

daging menjadi lebih baik. Penambahan

daun katuk (Sauropus androgynus) yang

mempunyai zat gizi tinggi sangat penting

dalam metabolisme lemak, karbohidrat dan

protein untuk membantu meningkatkan

nilai karkas ternak itik. Hasil penelitian

Santoso (1997) melaporkan bahwa

pemberian tepung daun katuk sebesar 3%

menurunkan akumulasi lemak dan

meningkatkan efisiensi pakan tanpa

menurunkan berat badan.

Starbio dan Pignox (Starpig) yang

merupakan probiotik dan mineral yang

berguna untuk meningkatkan nilai dan daya

cerna pakan yang diberikan, dimana Starbio

merupakan salah satu probiotik yang

berasal dari koloni mikroba alami.

Pemberian probiotik Starbio pada pakan

ternak akan meningkatkan kecernaan

ransum, kecernaan protein dan mineral

fosfor (Piao et al., 1999). Sedangkan

Pignox merupakan “feed supplement”

(bahan pelengkap) buatan pabrik (PT

Medion Bandung) yang mengandung

mineral Zn yaitu 20.000 mg/kg dan 40.000

mg/kg methionin. Tillman et al. (1989),

menyatakan mineral Zn sangat berfungsi

sebagai aktivator enzim dalam proses

metabolisme, salah satu enzim tersebut

adalah karboksi peptidase yang berperan

dalam metebolisme protein, sehingga

Pignox dapat membantu kerja dari Starbio

agar proses metabolisme lebih

meningkat,sehingga penampilannya

menjadi lebih baik.

Pemberian daun salam, daun

(5)

5 disuplementasi dengan Starpig dapat

memperbaiki kualitas daging,terutama zat

yang terdapat pada daun salam, daun

papaya, atau daun katuk dapat mengubah

daging yang alot menjadi lembut atau

dengan tektur yang lebih baik. Belawa dan

Candrawati (2004) melaporkan pemberian

daun salam dan Starpig dapat meningkatkan

kualitas daging pada itk Bali.

. Berdasarkan permasalahan yang

ada dalam uraian di atas, maka perlu

dilakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh pemberian daun salam

(Syzygium polyanthum),daun pepaya

(Carica papaya) atau daun katuk (Sauropus

androgynus) dalam ransum disuplementasi

Starpig terhadap kualitas daging itik Bali

afkir”

METODE PENELITIAN Tempat dan waktu pelaksanaan penelitian

Penelitian kandang dilaksanakan di

Desa Guwang, Kabupaten Gianyar

berlangsung selama 4 minggu, bulan juli –

Agustus 2011, dan penelitian laboratorium

berlangsung selama satu bulan (tanggal 1s/d

30 September 2011) di Laboratorium

Teknologi Hasil Ternak, Fakultas

Peternakan , Universitas Udayana.

Materi dan pelaksanaan penelitian

Itik yang digunakan pada penelitian

ini adalah itik Bali yang berumur 2,5 tahun

sebanyak 36 ekor, dengan kisaran berat

awal 1120 ± 22,18 g, yang dipelihara

selama 4 minggu. Itik diperoleh Merta Sari,

Desa Guwang, Kecamatan Sukawati,

Kabupaten Gianyar.

Penelitian ini menggunakan

kandang sistem battery coloni yang tebuat

dari bambu, terdiri atas 2 tingkat sebanyak

12 petak, tiap petak berukuran panjang 80

cm, lebar 60 cm dan tinggi 70 cm. tiap-tiap

petak kandang dilengkapi dengan tempat

pakan dan tempat minum yang terbuat dari

belahan bambu, di bawah lantai kandang

Tabel 2. Kandungan zat nutrisi ransum

diberi alas plastik untuk menampung feses.

Ransum yang digunakan tersusun

atas bahan-bahan : Jagung kuning, bungkil

kelapa, dedak padi, tepung ikan, kacang

kedelai, daun pepaya, daun salam, daun

katuk, minyak kelapa, NaCl dan Starnox.

Selama penelitian air minum yang

diberikan berasal dari perusahaan air

minum (PAM) setempat. Kandungan nutrisi

dari jagung kuning, bungkil kelapa, kacang

kedelai, minyak kelapa dan dedak padi

menurut Scott et al. (1982), daun pepaya

menurut Anon. (2005), daun salam menurut

Kumalaningsih (2008), dan daun katuk Nutrien S atu

an

(6)

6 menurut Santoso (2009). Komposisi bahan

dan kandungan zat – zat makanan dapat

dilihat pada Tabel 1 dan 2

Tabel 1. Komposisi Bahan Ransum Penelitian

Bahan ( % ) Perlakuan

A B C D

Jagung kuning Bungkil ke lapa Dedak padi Tepung ikan Kacang kedela i Minyak kelapa Daun pepaya

Keterangan : Starnox terdiri atas 0,75% Starbio dan 0,25% Pignox.

1) A : Ransum tanpa daun katuk daun salam, daun pepaya dan Starnox sebagai kontrol

B : Ransum mengandung 10,00% daun pepaya dan 1,00% Starnox C : Ransum mengandung 10,00% daun salam dan 1,00% Starnox D : Ransum mengandung 10,00% daun katuk dan 1,00% Starnox 2) dan 3) dari Scott et al., (1982)

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

empat perlakuan, masing- masing perlakuan

terdiri atas tiga ulangan dan setiap ulangan

berisi tiga ekor itik Bali afkir yang berumur

2,5 tahun dengan berat yang homogen.

Keempat perlakuan tersebut adalah :

Ransum tanpa daun pepaya, daun salam,

daun katuk dan Starpig (perlakuan A);

ransum yang mengandung daun pepaya

10,00% dan Star\pig 1,00% (0,75% Starbio

dan 0,25% Pignox) (perlakuan B); ransum

yang mengandung daun salam 10,00% dan

Starpig 1,00% (perlakuan C); ransum yang

mengandung daun katuk 10,00% dan

Starpig 1,00% (perlakuan D)..

Variabel yang diamati dalam penelitian

ini sebagai be rikut :

a) warna daging(USDA,1977), b) pH

dengan pH digital (Soeparno,2005),

c) kadar air dengan pengovenan ((Arka et

al., 1994), d) daya ikat air daging

digunakan alat sentripuge “Clement 2000”.

Soeparno,2005), e)susut masak daging

dengan pemasakan (Soeparno,2005), dan

tekstur daging dengan uji organoleptik

(Larmond et al.,1982).

Data yang diperoleh dianalisa

dengan sidik ragam, apabila terdapat hasil

yang berbeda nyata (P<0,05) diantara

perlakuan maka analisis dilanjutkan dengan

uji jarak berganda dari Duncan (Steel dan

Torrie, 1989).

HASIL DAN PEMBAHASAN Warna Daging

Pengaruh perlakuan terhadap kualitas

daging disajikan dalam Tabel 3. Dari Tabel

3 memperlihatan bahwa pemberian tepung

daun pepaya dalam ransum yang

mengandung Starpig menghasilkan warna

yang paling cerah dibandingkan dengan

perlakuan yang lainnya, karena faktor yang

(7)

7 konsentarsi pigmen mioglobin daging

(Lawrie,1995). Menurut Soeparno(2004),

warna daging yang diperoleh ditentukan

oleh Hue, yang menentukan warna merah,

biru, dan hijau. Value yang menentukan

terang dan gelap, sedangkan krome akan

memberikan cerminan terhadap warna

daging yang dihasilkan . Jika diperhatikan

kandungan protein diantara ketiga tepung

daun ( daun pepaya, daun, dan daun katuk)

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Tepung daun Salam, Daun Pepaya atau Daun Katuk yang disuplementasikan dengan Starpig terhadap Kualitas Daging Itk Bali Afkir

Variabel Perlakuan

A B C D

* Superskrip yang berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata ( P<0,05)

yang dipergunakan ternyata daun pepaya

yang tertinggi(Anon, 2005), yang berarti

semakin banyak mioglobin akan mengikat

pigmen, di samping itu juga dipengaruhi

oleh daya ikat air(DIA),dengan

meningkatnya DIA akan menyebabkan

keadaan serabut otot menjadi lebih banyak

cahaya yang diserap daripada yang

dipantulkan oleh permukaan daging

(Forrest et al.,1975)

Daya ikat air

Daya ikat air pada daging itik yang

mendapatkan tepung pepaya yang tertinggi

yaitu 53,25% sedangkan yang mendapatkan

perlakuan tanpa dedaunan dan Starpig,

daun salam dan Starpig, daun katuk dan

Starpig menghasilkan DIA adalah 48,73%,

51,22%, dan 52,66%. dengan susut masak

dapat meningkatkan kecernaan protein

sehingga asama amino yang dapat diserap

akan lebih banyak ,sehingga protein yang

mengikat air akalebih banyak, sehingga

daya ikat air pada daging menjadi lebih

tinggi dibandingkan dengan pemberian

perlakuan yang lainnya.

pH daging yang terendah diperoleh pada

itik yang mendapatkan perlakuan yang

ransumnya mengandung daun salam dan

Starpig. Hal ini sangat terkait dengan

dibandingkan dengan perlakuan yang

(8)

8 Pada tekstur daging, pemberian tepung

daun salam menghasilkan tekstur yang

lebih baik daripada perlakuan yang lainnya,

karena dalam daun salam mengandung

minyak atsiri ,sehingga dalam proses

pemanasan dapat membantu memutuskan

ikatan sulfahidril(-SH) sehingga jaringan

kolagen berubah menjadi elastin dan lebih

mudahdicerna (Girindra,1990). Keempukan

daging ditentukan oleh tiga komponen,

yaitu miofibril dan status kontraksinya,

kandungan jaringan ikat dan ikatan silang,

serta daya ikat air oleh protein jus daging

(Soeparno,2005).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa pemberian ransum

yang mengandung teung daun pepaya,

tepung daun salam, dan tepung daun katuk

yanbg dikombinasikan dengan Starpig

dapat meningkatkan kualitas daging.

Namun di antara variabel yang

menentukan, pada pemberian tepung daun

pepaya dan Starpig mengahsilkan daya ikat

air tertinggi, dengan susut masak daging

yang terendah, sedangkan pada tekstur

daging pada pemberian daun salam dan

Starpig mengahsilkan tekstur daging yang

paling baik di antara perlakuan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis aturkan

kepada Rektor Universitas Udayana atas

bantuan dana yang telah diberikan dengan

Dana penelitian Dosen Muda melalui

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat, Universitas Udayana, sehingga

artikel ilmiah ini dapat terlaksana dengan

semestinya.

DAFTAR PUSTAKA

.Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir

Dalam Ilmu Makanan Ternak

Unggas. Penerbit Universitas

Indonesia Pres. Jakarta.

Belawa Y,TG dan Candrawati.2004.

Pengaruh pemberian daun salam

dalam ransum yang mengadung

sumber serat yang berbeda terhadap

kualitas daging pada Itik Bali.

Seminar Nasional,2004 di BPTP Bali.

Kumalaningsih, S. 2008. Antioksidan SOD

(Super Oksida Dismutase).

AntiOxidantCenter.com.

http:/antioksidancenter.com [10

Januari 2008].

Murtidjo, B. A. 1988. Mengelola Itik.

Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Piao, X.S., I. K. Han, J. H. kim, W.T. cho,

Y.H. Kim and C. Liang. 1999. Effects

(9)

9 Santoso, U. 1997. Mengenal Daun Katuk

Sebagai Feed Additive pada Broiler,

Dalam Jurnal Urip Santoso,

http://uripsantoso.wordpress.com [ 06

September 2009]

Scott, M. L, Neiheim, M, C. and R.J.

Young. 1982. Nutition of the

Chickens M. K. Scott and Associstes,

New York.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi

Daging. Gadjah Mada Univercity

Press, Cetakan Keempat, Yogyakarta.

Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1989.

Principle And Procedures Of

Statistcs, 2ndEd. McGraw-Hill

International Book Co. London.

Thomas, A. N. S. 1989. Tanaman Obat

Tradisional 2. Penerbit Kanisius,

Yogyakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S.

Reksodoprojo, S. Prawiro Kusumo, S.

Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan

Ternak Dasar. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

USDA. 1977. Poultry Grading Manual.

U.S. Government Publising Office.

Gambar

Tabel 1. Komposisi Bahan Ransum

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat banyaknya jumlah penderita penyakit tulang di Palembang yaitu pada bulan Januari sampai Juli 2014 mencapai sekitar 27.035 jiwa penduduk (sumber: Laporan

Penggunaan istilah anarkis dan anarkisme dalam mendeskripsikan aksi kekerasan dan kerusuhan bisa diganti dengan kata lain yang lebih memadai seperti barbarianism atau pun

Jika 2 titik letis mempunyai paritas yang sama maka sesuai sifat penjumlahan maka dapat dipastikan kedua titik letis memiliki jarak mendatar dan jarak vertikal merupakan bilangan

nasabah yang datang ke kantor pelayanan. Aspek ini merupakan bagian dari dimensi reliability, yang secara umum dipersepsikan dengan memuaskan oleh responden. Namun indikator

Bersama ini kami sampaikan usul pemberian Surat Penugasan (SP) studi lanjut (tugas belajar) dari Sekretariat Negara Republik Indonesia bagi staf pengajar/tenaga kependidikan *)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari; tes kemampuan kreatif matematik, tes pemecahan masalah matematika, lembar observasi, dan

Dari hasil analisis yang dilakukan pada persamaan ketersediaan domestik biji kakao Indonesia, variabel volume ekspor, produksi, pajak ekspor, impor, harga ekspor,