• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH BISNIS DAN PEREKONOMIAN INDONESIA EKONOMI KOPERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MAKALAH BISNIS DAN PEREKONOMIAN INDONESIA EKONOMI KOPERASI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

EKONOMI KOPERASI

Oleh Kelompok 7 :

Adam Anugrah Pratama (1902015054)

Jihan Fadilah (1902015060)

Nila Khusnul Khotimah (1902015116)

Azzura Kania Arthamevia (1902015120)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2021

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai

“Ekonomi Koperasi”. Shalawat serta salam kami curahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan para sahabatnya.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Bisnis dan Perekonomian Indonesia, kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Fauzi selaku dosen mata kuliah Bisnis dan Per ekonomian Indonesia di Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (UHAMKA) yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Ekonomi Koperasi. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami menerima berbagai kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki berbagai Kesalahan dari makalah ini.

Jakarta, 14 Oktober 2021

Penulis

.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

BAB II PEMBAHASAN... 3

2.1

Pengertian Koperasi ... 3

2.2 Teori Ahli ... 3

2.3 Tujuan Koperasi ... 5

2.4 Fungsi Koperasi ... 5

2.5 Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia ... 6

2.6

Faktor-Faktor keberhasilan koperasi dalam melaksanakan peranannya

... 9

2.7 Faktor Penghambat Koperasi Di Indonesia ... 9

2.8 Landasan Koperasi ... 11

2.9 Asas Koperasi ... 12

2.10 Prinsip – Prinsip Koperasi ... 12

2.11 Jenis Koperasi Di Indonesia... 13

2.12 Bentuk Koperasi... 14

2.13 Koperasi Sebagai Cabang Ilmu Pengetahuan ... 15

2.14 Kegunaan Mempelajari Ilmu Koperasi ... 16

2.15 Syarat Mendirikan Koperasi ... 16

2.16 Tahapan dan Prosedur Pendirian Koperasi ... 17

2.17 Kelebihan Koperasi ... 17

2.18 Kekurangan Koperasi... 18

2.19 Study Kasus ... 19

BAB III PENUTUP ... 23

3.1 KESIMPULAN ... 23

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Koperasi merupakan bagian dari tata susunan ekonomi, hal ini berarti bahwa dalam kegiatannya Koperasi turut mengambil bagian dari tercapainya kehidupan ekonomi yang sejahtera, baik bagi orang yang menjadi anggota perkumpulan Koperasi maupun masyarakat sekitarnya. Kopreasi sebagai wadah perkumpulan untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan dibidang pemenuhan kebutuhan bersama para anggota.

Koperasi mempunyai peran yang penting dalam menyusun usaha bersama dari orang-orang yang mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam rangka memajukan kedudukan masyarakat yang memiliki kemampuan terbatas tersebut, maka Pemerintah Indonesia harus memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan perkumpulan-perkumpulan Koperasi yang ada di Indonesia.

Pemerintah Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan Koperasi, karena Koperasi merupakan soko guru dalam system perekonomian Indonesia. Koperasi di Indonesia belum memiliki kemampuan untuk menjalankan peranan yang secara efektif dan kuat. Hal ini disebabkan Koperasi masih menghadapi hambatan structural dalam penguasaaan factor prosuksi khususnya permodalan. Dengan demikian masih perlu perhatian yang lebih luas lagi oleh pemerintah agar keberadaan Koperasi yang ada di Indonesia bisa benar-benar sebagai soko guru perekonomian Indonesia yang merupakan sistem perekonomian yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Cita-cita Koperasi memang sesuai dengan susunan kehidupan masyarakat Indonesia. Meskipun selalu mendapatkan rintangan, namun tidak menyurutkan semangat untuk Koperasi tetap berkembangan. Seiring dengan perkembangan masyarakat, berkembang pula perundang-undangan yang digunakan. Perkembangan dan perubahan perundang-undangan tersebut dimaksudkan agar dapat mengikuti perkembangan jaman.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian koperasi ? 2. Apa tujuan koperasi ?

(5)

3. Apa fungsi Koperasi ?

4. Bagaimana sejarah perkembangan Koperasi di Indonesia?

5. Apa landasan dan Asas Koperasi?

6. Prinsip dan unsur apa saja yang ada dalam Koperasi?

7. Bagaimana jenis koperasi di indonesia ? 8. Bagaimana bentuk Koperasi?

9. Bagaimana modal dan cara mendirikan koperasi?

10. Apa saja kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh Koperasi?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari segala sesuatu yang ada pada “Ekonomi Koperasi” lebih jelas dan detail serta pemenuhan tugas mata kuliah bisnis dan perekonomian indonesia.

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Koperasi

Kata koperasi diambil dari Bahasa Inggris, co-operation yang berarti kerja sama.

Jadi sistem pengelolaan koperasi didasarkan pada asas kekeluargaan dan kehidupan berdemokrasi.

Secara umum, koperasi dapat diartikan sebagai badan usaha yang dimiliki serta dikelola para anggotanya. Namun, ada pengertian lain dari koperasi menurut beberapa ahli. Salah satunya dari Bapak Koperasi, Mohammad Hatta. Menurutnya, koperasi adalah usaha bersama guna memperbaiki atau meningkatkan kehidupan atau taraf ekonomi berlandaskan asas tolong menolong.

Berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, pada Pasal 1 dijelaskan, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang- seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasar prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat atas asas kekeluargaan. Sedangkan perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi.

2.2 Teori Ahli

1. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 753), koperasi merupakan perserikatan yang bertujuan memenuhi keperluan kebendaan para anggotanya dengan cara menjual barang-barang kebutuhan dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung).

2. koperasi menurut Syafi’I Jafri dalam bukunya Fiqih Muamalah adalah ‘As- Syirkah’ menurut bahasa ialah ‘ikhtilah’ (percampuran), sedangkan menurut syara’ diartikan dengan akad antara orang-orang yang berkongsi (berserikat) dalam hal modal dan keuntungan.

3. Chaniago memberi definisi koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang memberikebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerja sama secara kekeluargaan danmenjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan para anggotanya.

4. Konsep koperasi Bung Hatta, didalam ekonomi syariah dikenal dengan syirkah.

Menurut Mardani (2013: 220), syirkah merupakan bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau kepercayaan, dalam

(7)

usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah. Antara koperasi Bung Hatta dengan syirkah, memiliki prinsip yang sama dan sejalan yaitu prinsip kebersamaan.

5. Menurut Echols dan Hassan Shadily (2010: 147), koperasi dikenal dengan istilah co-operation yang artinya kerja sama. Dalam Kamus Belanda-Indonesia (Moeimam dan Hein Steinhauer, 2008: 208) disebut dengan istilah coöperatie yang berarti bekerja sama. Dalam Kamus al-Maurid (2006: 988), dikenal dengan istilah ( ُ اوَوَت (yang artinya kerja sama, dan tolong menolong.

6. Organisasi Buruh Sedunia (International Labor Organization / ILO) dalam resolusinya nomor 127 yang dibuat pada tahun 1966, mendefinisikan koperasi ialah suatu kumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis. Masing- masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan dan bersedia menanggung resiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan (dalam Soesilo, 2008:

4).

7. Erdman mengatakan bahwa koperasi ialah usaha bersama, merupakan badan hukum, anggota ialah pemilik, yang menggunakan jasanya, dan mengembalikan semua penerimaan di atas biayanya kepada anggota, sesuai dengan transaksi yang mereka jalankan dengan koperasi (dalam Subandi, 2010: 19).

8. (Soetrisno, 2001). Dalam kasus Indonesia, hal ini ditegaskan di dalam UUD 1945 Pasal 33 mengenai sistem perekonomian nasional. Berbagai peraturan perundingan yang mengatur koperasi dilahirkan dan juga dibentuk departemen atau kementerian khusus, yakni Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dengan maksud mendukung perkembangan koperasi di dalam negeri.

9. Pandangan dari Soetrisno (2001) tersebut juga didukung oleh Widiyanto (1998) yang mengatakan bahwa keberhasilan usaha koperasi di Indonesia biasanya bergantung pada dua hal. Pertama, program Pemerintah karena koperasi sering dijadikan “kepanjngan” tangan pemerintah dalam mengatur sendi perekonomian. Kedua, keinginan pemenuhan kebutuhan anggota, jadi koperasi- koperasi seringkali dipakai sebagai alat pemenuhan kebutuhan anggota yang biasanya juga berkaitan dengan program yang telah dicanangkan pemerintah.

10. Soetrisno (2001) berpendapat bahwa ciri utama perkembangan koperasi di Indonesia adalah dengan pola penitipan kepada program yaitu : (i) program

(8)

5

pembangunan secara sektoral seperti koperasi pertanian, koperasi desa, KUD;

(ii) lembaga-lembaga pemerintah dalam koperasi pegawai negeri dan koperasi fungsional lainnya; dan (iii) perusahaan baik BUMN maupun BUMS dalam koperasi karyawan.

11. Mubyarto (2003) menjelaskan, pasal 33 merupakan bentuk ekonomi kekeluargaan yang demokratis dan mendorong adanya kemakmuran masyarakat. Pasal tersebut memberikan gambaran bahwa ekonomi Indonesia harus bercirikan nilai yang ada dalam Pancasila, bukan sistem ekonomi kapitalisme yang banyak bertentangan dan merugikan kepentingan bangsa Indonesia.

2.3 Tujuan Koperasi

1. Untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dari para anggotanya.

2. Membantu memperbaiki taraf hidup maupun ekonomi para anggotanya serta masyarakat sekitar.

3. Membantu pemerintah mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur.

4. Meningkatkan tatanan perekonomian di Indonesia.

2.4 Fungsi Koperasi

Di Pasal 4 UU Nomor 25/1992 menyebut, empat fungsi dan peran koperasi, antara lain:

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

(9)

2.5 Sejarah Perkembangan Koperasi Di Indonesia

Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang cocok diterapkan di Indonesia.

Karena sifat kekeluargaan gotong royong dan, maka sifat ini sesuai dengan asasgotong royong saat ini. Sejak lama,orang Indonesia telah mengenal kekerabatan dan gotong royong yang dipraktikkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Kebiasaan yang tidak mencari keuntungan merupakan masukanpasal 33 ayat 1 UUD 19 5 yang dijadikan dasar/pedoman penyelenggaraanperkoperasian.Adat leluhur yangditurunkan secara turun temurunterdapat di berbagai wilayah Indonesia, antara lain Arisan untuk wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, Paketan, mitra CAI dan wilayah RuingMungpulung Jawa Barat, Mapalus di Sulawesi Utara,kerjasamaIrigasi yang terkenal dengan Subak untuk wilayah Bali, dan Julojulo untuk wilayah SumateraBarat,adalah sifat hubungan sosial, nirlaba dan menunjukkan kegiatan ataukegiatan berdasarkan tingkat hati nurani pribadi dan kekerabatan.Bentuk-bentuk yang lebih bersifat kekeluargaan, gotong royong, hubungan sosial, non profit dan kerjasama inilahyang disebutdenganPrecooperative.Masih adapelaksanaan pra-koperasi,sebagian besar di pedesaan, meskipun arus globalisasi terus menyebar ke pedesaan.

Tatanan dunia ekonomi menjadi terpusat pada keuntungan perseorangan, yaitu kaum pemilik modal ( kapitalisme ). Kaum kapitalis atau pemilik modal memanfaatkan penemuan baru tersebutdengan sebaik-baiknya untuk memperkaya dirinya dan memperkuat kedudukan ekonominya. Hasrat serakah ini melahirkan persaingan bebas yang tidak terbatas. Sistem ekonomi kapitalis / liberal memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya kepada pemilik modal dan melahirkan kemelaratan dan kemiskinan bagi masyarakat ekonomilemah.

Koperasi memang lahir dari penderitaan sebagai mana terjadi di Eropa pertengahan abad ke-18. Di Indonesia pun koperasi ini lahir sebagai usaha memperbaiki ekonomi masyarakat yang ditindas oleh penjajah pada masa itu. Untuk mengetahui perkembangan koperasi di Indonesia, sejarah perkembangan koperasi Indonesia secara garis besar dapat dibagi dalam “ dua masa ”, yaitu masa penjajahan dan masa kemerdekaan.

Koperasi di Indonesia sebelum merdeka

Beberapa tahap penting mengenai perkembangan koperasi di Indonesia :

Karena hal tersebut pada tahun 1896, patih purwokerto yang bernama R. Aria Wiriaatmadja mendirikan koperasi kredit untuk membantu para rakyat yang terlilit

(10)

7

hutang. Mangunkusumo. Setelah Budi Utomo sekitar tahun 1911, Serikat Dagang Islam dipimpin oleh H.Samanhudi dan H.O.S Cokroaminoto mempropagandakan cita-cita toko koperasi , hal tersebut bertujuan untuk mengimbangi dan menentang politik pemerintah kolonial belanda yang banyak memberikan fasilitas dan menguntungkan para pedagang asing. namun pelaksanaan baik koperasi yang dibentuk oleh Budi Utomo maupun SDI tidak dapat berkembang dan mengalami kegagalan, hal ini karena lemahnya pengetahuan perkoperasian, pengalaman berusaha, kejujuran dan kurangnya penelitian tentang bentuk koperasi yang cocok diterapkan di Indonesia.

Upaya pemerintah kolonial belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia ternyata tidak sebatas pada bidang politik saja, tapi kesemua bidang termasuk perkoperasian. Hal ini terbukti dengan adanya undang-undang koperasi pada tahun 1915, yang disebut “Verordening op de Cooperative Vereenigingen” yakni undang-undang tentang perkumpulan koperasi yang berlaku untuk segala bangsa, jadi bukan khusus untuk Indonesia saja. Undang-undang koperasi tersebut sama dengan undang-undang koperasi di Nederland pada tahun 1876 , dengan perubahan ini maka peraturan koperasi di indonesia juga diubah menjadi peraturan koperasi tahun 1933 LN no.108.

Meskipun kondisi undang-undang di indonesia demikian, pergerakan dan upaya bangsa indonesia untuk melepaskan diri dari kesulitan ekonomi tidak pernah berhenti, pada tahun 1929, Partai Nasionalis Indonesia (PNI) di bawah pimpinan Ir.Soekarno mengobarkansemangat berkoperasi kepada kalangan pemuda. Pada periode ini sudah terdaftar 43 koperasi di Indonesia.

Pada tahun 1930, dibentuk bagian urusan koperasi pada kementrian Dalam Negeri di mana tokoh yang terkenal masa itu adalah R.M.Margono Djojohadikusumo.pada tahun 1940, di Indonesia sudah ada sekitar 656 koperasi, sebanyak 574 koperasi merupakan koperasi kredit yang bergerak di pedesaan maupun di perkotaan.

Koperasi di Indonesia setelah merdeka

Keinginan dan semangat untuk berkoperasi yang hancur akibat politik pada masa kolonial belanda dan dilanjutkan oleh sistem kumini pada zaman penjajahan jepang, lambat laun setelah Indonesia merdeka kembali menghangat. Dan sejak saat itu Moh.Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia lebih intensif mempertebal kesadaran untuk berkoperasi bagi bangsa Indonesia, serta memberikan banyak bimbingan dan motivasi kepada gerakan koperasi agar meningkatkan cara usaha dan

(11)

cara kerja, atas jasa-jasa beliau lah maka Moh.Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Beberapa kejadian penting yang mempengaruhi perkembangan koperasi di Indonesia :

1. Pada tanggal 12 Juli 1947, dibentuk SOKRI (Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia) dalam Kongres Koperasi Indonesia I di Tasikmalaya, sekaligus ditetapkannya sebagai Hari Koperasi Indonesia.

2. Pada tahun 1960 dengan Inpres no.2, koperasi ditugaskan sebagai badanpenggerak yang menyalurkan bahan pokok bagi rakyat. Dengan inpres no.3, pendidikan koperasi di Indonesia ditingkatkan baik secara resmi di sekolah-sekolah, maupun dengan cara informal melalui siaran media masa,dll yang dapat memberikan informasi serta menumbuhkan semangat berkoperasi bagi rakyat.

3. Lalu pada tahun 1961, dibentuk Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh Indonesia (KOKSI).

4. Pada tanggal 2-10 Agustus 1965, diadakan (Musyawarah Nasional Koperasi) MUNASKOP II yang mengesahkan Undang-Undang koperasi no.14 tahun 1965 di Jakarta.

Berikut beberapa kejadian perkembangan koperasi di Indonesia pada zaman orde baru hingga sekarang :

1. Pada tanggal 18 Desember 1967, Presiden Soeharto mensahkan Undang- Undang koperasi no.12 tahun 1967 sebagai pengganti Undang-Undang no.14 tahun 1965.

2. Pada tahun 1969, disahkan Badan Hukum terhadap badan kesatuan Gerakan Koperasi Indonesia (GERKOPIN).

3. Lalu pada tanggal 9 Februari 1970, dibubarkannya GERKOPIN dan sebagai penggantinya dibentuk Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN).

4. Pada tanggal 21 Oktober 1992, disahkan Undang-Undang no.25 tahun 1992 tentang perkoperasian, undang-undang ini merupakan landasan yang kokoh bagi koperasi Indonesia di masa yang akan datang.

5. Masuk tahun 2000an hingga sekarang perkembangan koperasi di Indonesia cenderung jalan di tempat.

(12)

9

2.6 Faktor-Faktor keberhasilan koperasi dalam melaksanakan peranannya :

1. Kemampuan menciptakan posisi pasar dan pengawasan harga yang layak dengan cara:

a) Bertindak bersama dalam menghadapi pasar melalui pemusatan kekuatan bersaing dari anggota.

b) Memperpendek jaringan pemasaran.

c) Memiliki manajer yang cukup terampil berpengetahuan luas dan memiliki idealisme.

d) Mempunyai dan meningkatkan kemampuan koperasi sebagai satu unit usaha dalam mengatur jumlah dan kualitas barang-barang yang dipasarkan melalui kegiatan pergudangan, penelitian kualitas yang cermat dan sebagainya.

2. Kemampuan koperasi untuk menghimpun dan menanamkan kembali modal, dengan cara pemupukan pelbagai sumber keuangan dari sejumlah besar anggota.

3. Penggunaan faktor-faktor produksi yang lebih ekonomis melalui pembebanan biaya overhead yang lebih, dan mengusahakan peningkatan kapasitas yang pada akhirnya dapat menghasilkan biaya per unit yang relatif kecil.

4. Terciptanya keterampilan teknis di bidang produksi, pengolahan dan pemasaran yang tidak mungkin dapat dicapai oleh para anggota secara sendiri-sendiri.

5. Pembebasan resiko dari anggota-anggota kepada koperasi sebagai satu unit usaha, yang selanjutnya hal tersebut kembali ditanggung secara bersama di antara anggota- anggotanya.

6. Pengaruh dari koperasi terhadap anggotaanggotanya yang berkaitan dengan perubahan sikap dan tingkah laku yang lebih sesuai dengan perubahan tuntutan lingkungan di antaranya perubahan teknologi, perubahan pasar dan dinamika masyarakat.

2.7 Faktor Penghambat Koperasi di Indonesia

Masalah kelembagaan koperasi dapat dikelompokkan dalam masalah intern maupun masalah ekstern. Dari Sisi Kelembagaan Koperasi :

Masalah Internal :

1. Keanggotaan dalam Koperasi

Keadaan keanggotaan ditinjau dari segi kuantitas tercermin dari jumlah anggota yang semakin lama semakin berkurang. Masalahnya kenggotaan koperasi yang ada

(13)

sekarang belum menjangkau bagian terbesar dari masyarakat. Ditinjau dari segi kualitas masalah keaggotaan koperasi tercermin dalam :

a) Tingkat pendidikan mereka yang pada umumnya masih rendah b) Ketrampilan dan keahlian yang dimiliki oleh para anggota terbatas

c) Sebagian dari anggota belum menyadari hak dan kewajiban mereka sebagai anggota. Kebanyakan anggota koperasi belum menyadari bahwa koperasi merupakan suatu wadah usaha yang dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan mereka. Sebaiknya dalam kelompok tersebut harus ada tokoh yang berfungsi sebagai sebagai penggerak organisatoris untuk menggerakkan koperasi kearah sasaran yang benar.

d) Partisipasi mereka dalam kegiatan organisasi juga masih harus ditingkatkan.

Apabila suatu koperasi mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) banyak anggotanya yang tidak hadir. Akibatnya keputusan-keputusan yang dihasilkan tidak mereka rasakan sebagai keputusan yang mengikat.

e) Banyaknya anggota yang tidak mau bekerjasama dan mereka juga memiliki banyak utang kepada koperasi, hal ini menyebabkan modal yang ada dikoperasi semakin berkurang.

2. Pengurus Koperasi

Dalam hal kepengurusan juga dihadapi kelemahan-kelemahan yang sama. masalah yang menjadi penghambat berkembangnya koperasi dari sisi pengurus adalah:

a) Pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan anggota pengurusnya masih belum memadai

b) Pengurus belum mampu melaksanakan tugas mereka dengan semestinya.

c) Pengurus kurang berdedikasi terhadap kelangsungan hidup koperasi. Ini berarti bahwa kepribadian dan mental pengurus, pengawas, manajer belum berjiwa koperasi sehingga harus diperbaiki lagi.

d) Pengurus kadang-kadang tidak jujur

e) Masih ada koperasi yang anggota pengurusnya kurang berusaha untuk menigkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Kursus-kursus yang diselenggarakan untuk pengurus koperasi sering tidak mereka hadiri.

f) Dalam kepengurusan koperasi sampai saat ini masih belum ada pembagian tugas yang jelas.

g) Pengurus koperasi kebanyakan yang sudah lanjut usia dan para tokoh masyarakat yang sudah memiliki jabatan ditempat lain, sehingga

(14)

11

perhatiannya terhadap koperasi berkurang. h. Pegurus masih belum mampu berkoordinasi dengan anggota, manajer, pengawas, dan instansi pemerintah dengan baik

3. Pengawas Koperasi

Anggota dari badan pengawas koperasi banyak yang belum berfungsi. Hal ini di disebabkan oleh:

a) Kemampuan anggoota pengawas yang belum memadai, terlebih jika dibandingkan dengan semakin meningkatnya usaha koperasi

b) Di pihak lain, pembukuan koperasi biasanya belum lengkap dan tidak siap untuk diperiksa.

c) Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas koperasi sekunder dan kantor koperasi juga belum banyak membantu perkembangan kemampuan anggota pengawas ataupun peningkatan pembukuan koperasi. Pemeriksaan yang mereka lakukan terutama mengarah pada kepentingan permohonan kredit.

Masalah Eksternal :

1. Iklim yang mendukung pertumbuhan koperasi belum selaras dengan kehendak anggota koperasi, seperti kebijakan pemerintah yang belem jelas dan efektif untuk koperasi, sistem prasarana, pelayanan, pendidikan, dan penyuluhan.

2. Banyaknya badan usaha lain yang bergerak pada bidang usaha yang sama dengan koperasi.

3. Kurangnya fasilitas-fasilitas yang dapat menarik perhatian masyarakat dan masih banyaknya masyarakat yang tidak mempercayai koperasi.

2.8 Landasan Koperasi

Landasan koperasi ada 3,yaitu:

1. Landasan Idiil Pancasila yaitu Sebagai sarana untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, koperasi tidak lepas dari landasan-landasan hukum. Sebagai landasan berpijaknya koperasi Indonesia adalah Pancasila.

2. Landasan Struktural UUD 1945 yaitu Undang-undang Dasar 1945 menempatkan Koperasi pada kedudukan sebagai SokoGuru perekonomian nasional.

3. Landasan operasional Pasal 33 UUD 1945 yaitu UUD 1945 pasal 33 ayat 1 :

“perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama atas asas

(15)

kekeluargaan.”Dalam penjelasannya antara lain dinyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran perorangan,dan bentuk perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. UU Koperasi No. 25 1992 tentang Perkoperasian.

2.9 Asas Koperasi

Asas koperasi adalah Kekeluargaan yaitu Adanya kesadaran setiap anggota koperasi untuk mengerjakan segala sesuatu dalam koperasi yang berguna untuk semua anggota dari koperasi itu.

2.10 Prinsip – Prinsip Koperasi

1. Keangotaan bersifat sukarela dan terbuka.

Maksudnya setiap keanggotaan / anggota secara sukarela memberikan modalnya sendiri-sendiri untuk di gabungkan sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan kenggotaan bersifat terbuka maksudnya terbuka untuk siapa saja yang mau menjadi anggota koperasi tersebut

2. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi.

Karena setiap kenggotaan koperasi bebas berpendapat, tetapi yang dimaksud bebas berpendapat harus memakai aturan yang jelas berdasarkan prinsip koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasarkan asas kekeluargaan demi mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

3. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha masing- masing anggota.

Maksudnya setiap hasil usaha (SHU) adalah jasa darj masing-masing anggota dan modal dari masing-masing anggota ,jadi pembagian SHU setiap anggota harus dibayar secara tunai karena disini setiap anggota adalah investor atas jasa modal,selain investor anggota koperasi adalah pemilik jasa sebagai pemakai /pelangan. SHU juga merupakan hak dari setiap anggota koperasi.

4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.

Pembelian balas jasa di dalam anggota koperasi terbatas oleh besarnya modal yang tersedia. Apabila modal sedikit pembelian balas jasanya juga sedikit dan begitu juga sebaliknya, jadi dilihat dari besar-kecilnya modal anggota itu sendiri.

5. Kemandirian.

(16)

13

Maksudnya setiap anggota mempunyai peran, tugas dan tanggung jawab masing- masing atas setiap usaha itu sendiri, selain itu anggota koperasi di tuntut berperan secara aktif dalam upaya mempertingi kualitas dan bisa mengelola koperasi dan usaha itu sendiri.

6. Pendidikan perkoperasiaan

Maksudnya pendidikan perkoperasiaan memberikan bekal kemampuan bekerja setelah mereka terjun dalam masyarakat karena manusia disamping sebagai makhluk sosial juga sebagai makhluk individu, dan melalui usaha-usaha pendidikan perkoperasian dan partisipasi anggota sangat di hargain dan dianjurkan dalam berkehidupan koperasi, selain itu juga melalui pendidikan perkoperasiaan setiap orang dapat memenuhi kebutuhannya masing-masing.

7. Kerjasama antar koperasi.

Maksudnya adanya hubungan kerjasama antar koperasi satu dengan koperasi lainnya untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama dan dengan adanya kerjasama antar koperasi dapat mewujudkan kesejahteraan koperasi tersebut.

2.11 Jenis Koperasi Di Indonesia

Menurut peraturan pemerintah no. 60 tahun 1959, jenis koperasi indonesia adalah kelompok koperasi desa, koperasi pertanian, koperasi industri, koperasi simpan pinjam dan koperasi konsumsi. Selain itu dinyatakan juga tngkatan-tingkatan koperasi yang disesuaikan dengan administratif pemerintah yaitu :

 Tingkat primer meliputi desa

 Tingkat pusat meliputi kabupaten

 Tingkat gabungan meliputi provinsi

 Tingkat induk meliputi nasional (seluruh indonesia)

Selanjutnya menurut pasar 15 UU No. 25 tahun 1992 dinyatakan bahwa koperasi dapat berbentuk koperasi primer atau koperasi sekunder, sedangkan pada tanggal 16 dinyatakan bahwa jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya.

Maka, Koperasi dalam prakteknya di bagi menjadi lima golongan yaitu:

1. Koperasi konsumsi

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang menyelenggarakan fungsi pembelian atau pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan anggota, sebagai

(17)

konsumen akhir. Identitas anggota disini adalah anggota sebagai pemilik, dan sebagai pemilik dan pembeli atau konsumen terhadap koperasinya. Koperasi konsumsi ini meminjamkan barang-barang yang di perlukan setiap hari.

Misalnya: beras, gula, garam, dan minyak kelapa.

2. Koperasi simpan pinjam uang

Koperasi simpan pinjam atau koperasi kredit adalah, usaha yang bergerak pada simpan pinjam uang. koperasi ini didirikan untuk member kesempatan kepada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan murah.

3. Koperasi produksi

Koperasi Produksi adalah, koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang, baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang (anggota) koperasi.

Contohnya: koperasi peternakan sapi perah, koperasi tahu tempe, koperasi batik dan lain-lain.

4. Koperasi Jasa

Koperasi jasa keuangan syariah berdasarkan keluarnya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha kecil dan MenengahRepublik Indonesia Nomor 91/kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah merupakan realisasi yang tumbuh aubur dalam masyarakat ekonomi Indoensia terutama dalam lingkungan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

5. Koperasi serba usaha

Koperasi serba usaha atau Koperasi Unit Desa (KUD), organisasi yang dibentuk untuk meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat di daerah pedesaan.

Koperasi Unit Desa bertujuan, mengembangkan ideologi dan kehidupan perkoperasian dan mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya, kemampuan daya kreasi, untuk meningkatkan produksi dan penjualan.

2.12 Bentuk Koperasi

Menurut undang-undang perekonomian, Koperasi terdiri dari dua bentuk, yaitu Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder.

Koperasi Primer adalah semua Koperasi yang didirikan oleh orang perorangan dan beranggotakan sekurang-kurangnya 20 orang. Koperasi ini bukan kumpulan modal, melainkan kumpulan orang dengan kepentingan ekonomi yang sama. Wilayah

(18)

15

kerja Koperasi primer meliputi satu lingkungan kerja, kelurahan atau desa. Contoh dari Koperasi primer adalah Koperasi Pegawai dan Koperasi Unit Desa (KUD).

Koperasi Sekunder merupakan Koperasi yang terdiri dari gabungan badan- badan Koperasi serta memiliki cakupan daerah kerja yang luas dibandingkan dengan Koperasi primer. Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 2 Koperasi.

Hak suara dalam Koperasi Sekunder dapat diatur dalam Anggaran Dasar dengan mempertimbangakan jumlah anggota dan jasa usaha Koperasi dengan anggota secara seimbang. Pegertian Koperasi Sekunder meliputi seua Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi Primer dan/atau Koperasi Sekunder. Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisien, Koperasi Sekunder dapat didirikan oleh Koperasi sejenis maupun berbagai jenis dan tingkatan.

2.13 Koperasi Sebagai Cabang Ilmu Pengetahuan

Agar dapat disebut sebagai cabang ilmu pengetahuan maka koperasi harus memenuhi syarat :

1. Objektif

Objektif berarti sesuai dengan objeknya, berkaitan dengan itu apa yang menjadi objek pembahasan dalam koperasi tidak lain daripada kegiatan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya, sebagaimana objek studi dalam ilmu ekonomi. Dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut, manusia menghadapi masalah kelangkaan (scarcity), yaitu terbatasnya alat-alat pemuas kebutuhan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas tersebut.

2. Metodik

Metodik berarti mengikuti suatu metode tertentu atau cara bekerja tertentu agar dapat memahami objek yang menjadi sasaran. Metode berfikir yang umum digunakan adalah metode deduktif dan induktif. Metode deduktif adalah metode berfikir dengan bertitik tolak dari hal-hal yang khusus. Sedangkan metode induktif adalah dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khususmaka metode induktif adalah kebalikannya, yakni bertitik tolah dari hal-hal yang khusus sifatnya dan kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum.

3. Sistematik

Sistematik dalm arti adanya hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain.

Dengan kata lain, ilmu yang bersangkutan tidak berdiri sendiri tetapi terkait dengan ilmu pengetahuan lain karena ilmu pengetahuan merupakan satu kebulatan. Koperasi

(19)

sebagai ilmu pengetahuan berhubungan dengan filsafat, sosiologi, ilmu ekonomi dan juga dengan ilmu jiwa.

2.14 Kegunaan Mempelajari Ilmu Koperasi

Sebagai ilmu pengetahuan koperasi mempunyai kegunaan yakni :

1. Pemikiran koperasi dapat mendorong perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang perkoperasian.

2. Konsep koperasi merupakan alternatif dalam pemecahan masalah-masalah yang timbul dalam sistem perekonomian.

3. Secara praktis, koperasi merupakan laboratorium untuk memperdalam dan penyempurnaan ilmu pengetahuan perkoperasian.

2.15 Syarat Mendirikan Koperasi

Pasal 12 Permen Koperasi dan UKM No. 9/2018 tentang penyenggaraan dan pembinaan Perkoperasian telah mengatur mengenai persyaratan pendirian Koperasi di Indonesia. Pendirian Koperasi dilakukan dengan mengadakan rapat pendirian Koperasi yang harus dihadiri oleh para pendiri, dan juga dihadiri oleh pejabat yang berguna untuk melaukan penyuluhan terkait dengan Koperasi.

Jumlah orang yang hadir dalam pendirian Koperasi akan berbeda tergantung jenisnya. Untuk pendirian Koperasi primer dihadiri oleh 20 orang dan akan lebih sedikt dengan Koperasi Sekunder.

a. Syarat Koperasi Primer

Pendirian Koperasi mengajukan akta pendirian Koperasi baik itu secara tertulis maupun secara elektronik kepada Menteri dengan melampirkan beberapa persyaratan, yaitu :

 Dua rangkap akta pendirian Koperasi (bermaterai)

 Berita acara rapat pendirian Koperasi

 Surat bukti penyetoran modal

 Rencana awal kegiatan Koperasi b. Syarat Koperasi Sekunder

Syarat untuk mendirikan Koperasi Sekunder sama seperti Koperasi primer, namun terdapt beberapa tambahan dokumen berupa :

 Hasil berita acara rapat pendirian

(20)

17

 Keputusan pengesahan badan hukum Koperasi

 NPWP aktif untuk setiap calon anggota Koperasi c. Syarat Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

Terdapat persyaratan khusus untuk KSP yang dapat dilihat pada :

 Pasal 10 ayat 5 Permen Koperasi dan UKM No. 9 tahun 2018

Setelah pengajuan akta pendirian Koperasi dan mendapatkan penilaian terkait anggaran dasar serta persyaratan administrasi. Maka Menteri akan menerbitkan dua opsi surat, yaitu Surat Keputusan (SK) peneriman, atau Surat Penolakan.

2.16 Tahapan dan Prosedur Pendirian Koperasi

Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 9 Tahun 2018 telah mengatur tentang tahapan dan tata cara pendirian Koperasi, yaitu :

a. Perencanaan pendirian Koperasi

b. Penyampaian rencana dan konsultasi ke daerah pusat maupun dinas c. Rapat pendirian Koperasi

d. Verifikasi nama Koperasi

e. Pengajuan pengesahan akta pendirian Koperasi f. Verifikasi dokumen permohonan

g. Mekanisme di Sisminbhkop (Sistem Administrasi Layanan Badan Hukum Koperasi)

h. Pengesahan pendirian Koperasi

2.17 Kelebihan Koperasi

Kerena memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya, Koperasi punya berbagai kelebihan yang menguntungkan. Kelebihan Koperasi untuk anggotanya di antara lain adalah :

a. Berhak mendapatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang besar kecilnya berdasarkan atas modal yang ditanam dan keuntungan yang diraih

b. Dengan membeli barang di Koperasi, selain menghemat pengeluaran karena lebih murah, juga akan menguntungkan Koperasi sehingga SHU yang diterima juga lebih besar.

(21)

c. Bisa meminjam uang dengan mudah. Selain membebankan bunga yang lebih rendah, semakin besar nilai pinjaman maka kemungkinan SHU yang diterima juga lebih besar.

d. Anggota Koperasi bisa mendapatkan pelatihan usaha dan memperluas relasi usaha.

e. Koperasi mengutamakan kepentingan para anggotanya. Telah dijalaskan sebelumnya bahwa Koperasi adalah badan usaha berbasis orang/manusia, akan modal/benda. Karena, tanpa anggota tentu Koperasi tidak dapat berjalan dan beroperasi dengan sebagaimana mestinya.

f. Dalam Koperasi, anggota berperan sebagai produsen sekaligus konsumen.

Partisipasi ganda anggota Koperasi sangat diharapkan untuk kelancaran ativitasnya. Anggota diimbau untuk rutin melakukan pinjaman dan juga turut aktif dalam penyimpanan data.

g. Berdasarkan pada prinsip sukarela dan terbuka. Orang yang memutuskan untuk menjadi anggota Koperasi harus bergabung atas kemauan sendiri, tanpa paksaan dari pihak manapun. Tujuannya bergabung di Koperasi juga untuk memperbaiki taraf hidup. Koperasi juga merupakan badan usaha yang terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung.

h. Dalam Koperasi, setiap anggota memiliki suara yang sama. Koperasi menjujung kesetaraan hak suara dan meniadakan diskriminasi, disesuaikan dengan modal yang dimiliki oleh para anggota.

i. Koperasi memudahkan anggotanya untuk mendapatkan modal usaha. Dalam Koperasi, kesetaraan modal didapat dari para anggotanya sehingga mempermudah mendapatkan laba.

2.18 Kekurangan Koperasi

Selain kelebihan yang dimiliki, Koperasi juga memiliki sejumlah kekurangan.

Kelemahan yang dimiliki Koperasi sebagai berikut :

a. Kesadaran berkoperasi para anggota masih lemah. Kelemahan terbesar Koperasi bahwa tidak semua anggotanya memiliki kesadaran yang penuh dan dalam menjalankan prinsip-prinsip kegiatan beroperasi dengan baik.

Contohnya: anggota tidak rutin menyetorkan iuran wajib.

(22)

19

b. Koperasi memiliki daya saing yang lemah. Umumnya diketahui bahwa jika dibandingkan dengan badan usaha lainnya, daya saing Koperasi masih tertinggal jauh.

c. Modal Koperasi terbatas

d. Koperasi kekurangan tenaga professional dalam pengelolaannya. Dalam Koperasi, SDM yang tersedia kadang kala kurang kompeten untuk mengurus dan mengelolannya dengan baik dan tertib. Hal ini sering mengakibatkan kerjasama yang buruk antara pengurus, pengelola, pengawas, dan anggota.

Hal ini salah satu factor penghambat kemajuan Koperasi.

e. Terdapat konflik kepentingan di Koperasi. Dalam setiap perkumpulan atau organisasi, pasti ada gesekan kepentingan antara masing-masing anggotanya.

Begitu pula yang terjadi di Koperasi.

2.19 Study Kasus

a) Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013). Untuk mrndapatkan penelitian yang lebih baik dan terarah diperlukan suatu metode penelitian agar dapat menjawab pokok permasalhan.

Metode penelitian yang digunakan dalam menyelesaikan study kasus ini adalah metode kualitatif, yaitu penulis berusaha menggambarkan kondisi, situasi yang timbul pada objek sehingga sehingga dapat diperoleh sebuah kesimpulan jelas mengenai penelitian yang dimaksud adalah Manajemen Koperasi (Study Kasus Pelayanan Pada Koperasi Serba Usaha Sentosa IKAT di Kota Bukit Tinggi).

Dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran serta memahami dan menjelaskan mengenai Manajemen Koperasi (Study Kasus Pelayanan Pada Koperasi Serba Usaha Sentosa IKAT di Kota Bukit Tinggi) dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini hanya mendeskripsikan atau mewawancara mendalam terhadap subjek penelitian sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai Manajemen Koperasi (Study Kasus Pelayanan Pada Koperasi Serba Usaha Sentosa IKAT di Kota Bukit Tinggi).

(23)

b) Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Koperasi Serba Usaha Sentosa IKAT yang beralamat di Jalan Anggur, Pintu Kabun, Kecamatan Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat. Alasan pemilihan tempat penelitian tersebut karena penulis ingin mengetahui Manajemen Koperasi (Study Kasus Pelayanan Pada Koperasi Serba Usaha Sentosa IKAT di Kota Bukit Tinggi) yang terjadi di lokasi penelitian.

c) Informasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan untuk melakukan penelitian yang berkait dengan tujuan penelitian. Informan atau sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil untuk mewakili populasi yang akan dijadikan informan dalam penelitian. Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti memilih orang yang berkompeten dan dianggap mengetahui secara mendalam objek yang akan diteliti. Adapun informan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Kepala Dinas Koperasi Kota Bukittinggi

2. Pengawas Koperasi Serba Usaha Sentosa IKAT 3. Ketua Koperasi Serba Usaha Sentosa IKAT 4. Staf Analisis Koperasi Serba Usaha Sentosa IKAT 5. Tata Usaha Koperasi Serba Usaha Sentosa IKAT 6. Anggota Koperasi Serba Usaha Sentosa IKAT d) Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan yang menjadi objek penelitian berupa informasi yang relevan dari masalah-masalah yang berkaitan dengan kinerja pengurus Koperasi Serba Usaha Sentosa IKAT Kota Bukittinggi.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber data lain yang dibutuhkan. Sumber data ini diperoleh dari jurnal atau laporan-laporan peneliti terdahulu, buku, internet dan sumberlainnya yang relevan dengan penelitian.

(24)

21

e) Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui :

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah teknik pengambilan dan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung di lapangan terhadap objek yang akan diobservasi. Bentuk observasi yang dlakukan dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah non partisipan di mana peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pangamat independent dengan teknik pengamatan terbuka di mana keberadaan pengamat diketahui oleh subjek yang diteliti dan subjek membei kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi.

2. Wawancara

Wawancara atau interview merupakan teknik pengumpualan data yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaansecara lisan kepada informan. Pertanyaan dalam wawancara ini tidak disusunterlebih dahulu, melainkan disesuaikan dengan keadaaan dan ciri yang unik dari informan, pelaksanaan tanya jawab dilakukan secara mengalir seperti percakapan biasa pada umumnya dengan menggunakan Bahasa sehari-hari. Proses wawancara dimulai dengan pertanyaan point-point pokok yang nantinya akan dikembangankan pada saat wawancara berlangsung. Hal ini dimaksud agar proses wawancara berlangsung alami dan mendalami seperti yang diharapkan pada penelitian kualitatif.

3. Dokumentasi

Penggunaan dokumentasi dalam penelitian adalah sebagai bukti resmi bahwa telah diselenggarakannya penelitian. Dokumen yang dimaksud mencakup surat-surat, data/informasi catatan, foto-foto kegiatan dan lainnya yang relevan serta berkas laporan yang telah disusun berbagai pihak yang mengikuti penelitian tersebut.

(25)

f) Teknik Analisa Data

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian telah terkumpul, maka data tersebut akan dikelompokkan. Kemudian data akan dianalisa secara kualitatif dengan cara menggambarkan secara utuh dan nyata dari hasil penelitian di lapangan, dokumentasi serta data lainnya.

Menurut Bodgan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat dipahami dengan mudah dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedala unit-unit, melakukan sistematis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting untuk dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan dari data tersebut selanjutna dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis itu dapat diterima aau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.

(26)

23 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Koperasi merupakan soko guru perekonomian Indonesia, maka dari itu keberadaan dan eksistensinya dijamin Undang-Undang. Untuk itu, kita sebagai bangsa Indonesia harus ikut serta dalam membangun perekonomian Indonesia yang berasaskan kekeluargaan yaitu menjadikan Koperai menjadi wadahnya. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran Koperasi sebagi berikut : a. Membangun dan mengembangnkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan bermasyarakat.

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagia dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai soko gurunya.

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Dengan melaksanakan dan menerapkan keseluruhan dari peran dan tugas serta prinsip tersebut diharapkan perekonomian Indonesia dapat mewujudkan dirinya sebagai bdan usaha sekaligus sebagai gerakkan ekonomi rakyat yang berwatak social.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Anhari. Ally Sultan Al. 2010. “analisis laporan keuangan pada koprasi”. Skripsi. Surakarta Arifin, Johar. 2002. Manajemen koprasi. Jakarta: Gramedia

Chianiago, Arifinal. 1987. Perkoprasian Indonesia. Bandung: Angkasa

Mardalena. 2011. Manajemen Koperasi Tentang Perkoperasian Perkembangan Sisa Hasil Usaha pada Koperasi Credit Union Sumber Rejeki Cabang Buntok Tahun Buku 2006/2010, Jurnal Penelitian,

Purwantini, Sri. 2016. Kajian Pengelolaan Dana Koperasi Simpan Pinjam Konvensional Kota Semarang. Jurnal. Dinamika Sosial Budaya,

Sujadi. 2003. Manajeman Koprasi. Surakarta: fakultas ekonomi UMS

Sutantya R. H. 2002. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, Virgina, Tirsa. 2011. Koprasi Indonesia: Potret dan tantangan. Jurnal.

Referensi

Dokumen terkait

Turistička geografija Pitanja s ispita... cc cccccccc, ccc

Pasal 44 ayat (2) di atas menyatakan bahwa hakim dapat memerintahkan pengadilan untuk memasukkan seseorang yang telah melakukan delik ke rumah sakit jiwa paling

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh penggunaan faktor produksi bahan baku ubi kayu, tenaga kerja dan volume kolam perendaman terhadap

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap perubahan ekonomi nasabahnya melalui empat aspek yaitu aset usaha, omzet

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Kanrung

Dengan kata lain, pandangan ini hampir serupa dengan pendapat para pakar yang menelaah menara mesjid dari sudut pandang makna keagamaan, bahwa ada atau tidak adanya

Dan yang menjadi sasaran dari dana bergulir ini adalah kelompok yang mempunyai kegiatan pengelolaan simpanan dan pinjaman dengan prioritas kelompok yang rumah tangga miskin