• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEMASAN DAN HARGA TERHADAP CITRA MEREK (BRAND IMAGE) PRODUK KOSMETIK ETUDE HOUSE PADA MAHASISWA FEB UKSW SALATIGA KERTAS KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEMASAN DAN HARGA TERHADAP CITRA MEREK (BRAND IMAGE) PRODUK KOSMETIK ETUDE HOUSE PADA MAHASISWA FEB UKSW SALATIGA KERTAS KERJA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEMASAN DAN HARGA TERHADAP

CITRA MEREK (BRAND IMAGE) PRODUK

KOSMETIK ETUDE HOUSE PADA MAHASISWA

FEB UKSW SALATIGA

Oleh:

Stephani Faleria Lisiani NIM: 212011044

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

(2)
(3)
(4)

i ABSTRACT

This research is aimed to reveal the influence of packaging and price to South Korean cosmetics product brand image. The cosmetic line is Etude House. The method applied in this research is quantitative method by distributing questionnaires to students of the Economics and Business Faculty of the Satya Wacana Christian University, Salatiga. The respondents number is 50 people. The sampling technique used is Purposive Sampling. Then, primary data were processed by a multiple regression analysis. This research shows that Etude House price and packaging attraction has a positive and significant influence to Etude House product brand image.

Keywords: price, packaging, brand image

SARIPATI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemasan dan harga terhadap citra merek produk kosmetik asal Korea Selatan, Etude House. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif dengan cara menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga sebanyak 50 responden. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Purposive Sampling. Data primer kemudian diolah menggunakan uji regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga dan kemasan produk kosmetik Etude House berpengaruh positif dan signifikan terhadap citra merek produk kosmetik Etude House.

(5)

ii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir dengan judul “Pengaruh Kemasan dan Harga Terhadap Citra Merek Produk

Kosmetik Etude House Pada Mahasiswa FEB UKSW Salatiga”. Penulisan tugas akhir ini merupakan kewajiban yang menjadi salah satu syarat akademik untuk

memperoleh gelar sarjana ekonomi strata satu dari Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Tugas akhir ini meneliti apakah harga dan kemasan mempunyai pengaruh

pada citra merek produk kosmetik asal Korea, yaitu Etude House. Tugas akhir ini

merupakan hasil penelitian yang dilakukan penulis melalui penyebaran kuesioner

pada mahasiswa FEB UKSW Salatiga yang pernah mengonsumsi produk

kosmetik Etude House.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Kritik

dan saran yang membangun akan penulis terima agar dapat melengkapi penelitian

ini. Semoga penelitian ini berguna untuk penelitian selanjutnya dan berguna bagi

pihak-pihak yang membutuhkan referensi.

Salatiga, 26 Februari 2015

(6)

iii UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kasih pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa selama masa penulisan tugas akhir ini ada pihak-pihak yang turut serta memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Hari Sunarto, S.E., MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW.

2. Ibu Roos Kities Andadari, S.E., MBA, PhD selaku Kepala Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW.

3. Ibu Linda Ariany Mahastanti, S.E., M.Sc selaku wali studi penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW.

4. Ibu Ristiyanti Prasetijo, MBA selaku Dosen Pembimbing I penulis yang telah dengan sabar memberikan banyak pencerahan, masukan, dan selalu memotivasi penulis selama penyusunan tugas akhir ini.

5. Ibu Annie Susanto, S.Pd, MM selaku Dosen Pembimbing II penulis yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan yang baik mulai awal penulisan hingga selesainya tugas akhir ini.

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis khususnya Program Studi Manajemen yang telah membagikan pengetahuan dan pengalaman kepada penulis demi kemajuan dan perkembangan akademik penulis. 7. Seluruh staf Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW yang

telah memberikan pelayanan terbaik kepada penulis.

8. Keluarga penulis, serta seluruh keluarga besar penulis yang telah mendukung penulis dengan memberikan doa dan dukungan hingga kertas kerja ini selesai.

(7)

iv 9. Sahabat-sahabat dan teman sepermainan saya, Koko, Melly, Shirley, Vita, Monic serta teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang juga membantu terselesaikannya kertas kerja ini dengan baik.

10. Para responden yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini serta pihak-pihak yang telah ikut andil dalam pengerjaan kertas kerja ini.

Penulis

(8)

v DAFTAR ISI

Abstract ... i

Kata Pengantar ... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Daftar Isi... v

Daftar Lampiran ... vi

Pendahuluan ... 1

Telaah Pustaka dan Pengembangan Hipotesis ... 6

Citra Merek (Brand Image) ... 6

Kemasan ... 8

Harga ... 10

Pengembangan Hipotesis ... 11

Pengaruh Kemasan terhadap Citra Merek ... 11

Pengaruh Harga terhadap Citra Merek ... 12

Metode Penelitian ... 14

Analisis dan Pembahasan ... 24

Kesimpulan ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(9)

vi Daftar Lampiran

Lampiran 1 Kuesioner ... 43

Lampiran 2 Karakteristik Responden... 49

Lampiran 3 Data Jawaban Responden ... 51

Lampiran 4 Deskripstif Statistik ... 54

(10)

1

PENGARUH KEMASAN DAN HARGA TERHADAP CITRA

MEREK (BRAND IMAGE) PRODUK KOSMETIK ETUDE

HOUSE PADA MAHASISWA FEB UKSW SALATIGA

Stephani Faleria Lisiani

Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

PENDAHULUAN

Beberapa tahun belakangan, tren permintaan produk kosmetik impor telah

meningkat. Pertumbuhan penjualan kosmetik impor tumbuh dua kali lipat pada

tahun 2012, sebesar 30% menjadi Rp 2,44 triliun dari sebelumnya Rp 1,87 triliun

di 2011 (www.indonesiafinancetoday.com diunduh 24 September 15.25 WIB).

Distributor produk perawatan tubuh dan kosmetika asal Surabaya, PT. Jayanata

Kosmetika Prima (Jayanata), mencatat dalam 3-5 tahun terakhir permintaan

terhadap kosmetik asal Korea Selatan terus meningkat (www.kabarbisnis.com).

Dahsyatnya fenomena Korean wave di Indonesia memberi dampak pada

produk-produk industri Korea sehingga produk-produk tersebut mulai dikenal masyarakat

Indonesia. Korean wave mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2000-an melalui

drama-dramanya. Peningkatan permintaan produk kosmetik asal Korea Selatan ini

merupakan respon konsumen dari merebaknya tren Korean wave atau disebut juga

Hallyu di Indonesia.

Salah satu merek kosmetik asal Korea Selatan yang populer di Indonesia

(11)

2 Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Hingga saat ini terdapat 32 store Etude

House yang tersebar di seluruh Indonesia (www.etudehouse.co.id).

Ditinjau dari segi harga, Etude House mematok harga yang lebih tinggi

jika dibandingkan dengan kosmetik lokal. Range harga produk Etude House

adalah Rp 20.000,00 – Rp 500.000. Walaupun harga yang ditawarkan cukup jauh

lebih tinggi dengan harga kosmetik lokal, dengan merebaknya tren Korean wave

di Indonesia, Etude House mengalami kenaikan penjualan sebesar 25-30%

(www.tribunnews.com). Menurut Kotler dan Armstrong (2001 : 439), harga yaitu

sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari

seluruh nilai yang ditukar oleh konsumen atau manfaat-manfaat karena memiliki

atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Harga jual yang tidak tepat akan berakibat tidak menarik di mata para

calon konsumen untuk membeli atau menggunakan suatu produk. Harga jual yang

tepat tidak selalu berarti harus rendah ataupun serendah mungkin, konsumen juga

akan mempertimbangkan harga yang ditawarkan dalam membeli suatu produk

(Gitosudarmo, 1999 : 223). Harga suatu produk juga dapat mengindikasikan

kualitas suatu produk dalam persepsi konsumen. Harga yang tinggi diharapkan

diposisikan oleh konsumen sebagai produk yang bagus dan terpercaya sehingga

tercipta citra merek yang positif dalam ingatan konsumen (Tjiptono, 2008).

“Price can be both indicator of the amount of sacrifice needed to purchase a product and an indicator of the level of quality. Higher prices lead to higher perceived quality and consequently to a greater willingness to buy.” (Dodds,

(12)

3 Pada zaman globalisasi ini begitu banyak merek yang berada pada lini

produk yang sama yang ditawarkan pada konsumen. Perlu ada sesuatu yang unik

pada produk supaya lebih menonjol dengan kompetitornya. Sigit (1992:34)

menjelaskan bahwa dengan kemasan pihak konsumen menjadi tertarik, baik

karena warna, gambar, tulisan, tanda-tanda, keterangan yang ada pada

bungkusnya. Kemasan produk berhadapan langsung dengan konsumen dapat

menjadi alat untuk membangun perhatian dan ketertarikan konsumen. Kemasan

produk yang memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam penggunaan dapat

meningkatkan kepuasan pelanggan dan menghasilkan preferensi merek kuat.

Interaksi konsumen dengan produk juga mempengaruhi persepsi tentang merek,

yaitu citra merek (Kok, 2014).

Sesuai dengan 4 konsep dasar Etude House, yaitu kualitas terbaik, harga

terjangkau, desain yang cantik, dan beragam varian warna menarik, kosmetik asal

Korea ini menciptakan kemasan produk yang berbeda dari brand kosmetik

lainnya. “Selain suasana toko yang unik, kemasan kosmetik juga lebih menonjol dari merek-merek lain.” (Reungsinpinya, 2011).

Penciptaan kemasan yang menarik dapat menjadi salah satu alat

pemasaran Etude House. Kemasan tidak hanya berfungsi untuk melindungi

produk dari kemungkinan terjadinya kerusakan, melainkan telah menjadi salah

satu unsur daya tarik konsumen dalam bersaing dengan produk-produk lainnya

terutama yang sejenis (Wiguna, 2007). Dalam merebut pangsa pasar di Indonesia,

Etude House tidak hanya bersaing dengan kosmetik lokal, tetapi juga dengan

(13)

4 juga memanfaatkan tren Korean wave yang sedang mewabah untuk masuk ke

Indonesia.

Dewasa ini, persaingan perusahaan untuk memperebutkan konsumen tidak

lagi terbatas pada atribut fungsional produk seperti kegunaan produk, melainkan

sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi

pemakainya. Citra merek merupakan serangkaian asosiasi yang ada dalam benak

kosumen terhadap suatu merek, biasanya terorganisasi menjadi suatu makna. Citra

yang terbentuk dari asosiasi inilah yang mendasari keputusan membeli bahkan

loyalitas terhadap suatu merek (Aaker,1991). Faktor-faktor yang langsung

maupun tidak langsung berhubungan dengan produk akan menjadi pendorong

untuk mempengaruhi citra merek. Salah satu faktor yang langsung berhubungan

pada produk yaitu kemasan (Ferdiansyah, 2005).

Produk kosmetik dapat dikategorikan pada jenis produk shopping goods,

di mana dalam proses pembeliannya, konsumen membandingkan harga, kualitas,

dan model produk. Etude House merupakan produk kosmetik asal Korea Selatan

yang baru masuk pasar kosmetik Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini juga

telah membuka gerai resminya di kota besar di area sekitar Salatiga, yaitu

Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Penulis mempunyai proposisi bahwa konsumen

membeli produk kosmetik Etude House karena citra merek yang terbentuk dari

harga dan kemasan. Pada penelitian terdahulu, seringkali citra merek sebagai

variabel independen. Pada penelitian ini, penulis mencoba menggunakan variabel

(14)

5 Penelitian ini ingin membuktikan proposisi penulis, apakah dengan harga

produk Etude House yang relatif tinggi akan menaikkan citra merek Etude House

pada mahasiswa FEB UKSW Salatiga? Dan apakah Etude House yang datang

dengan kemasan yang berbeda dengan brand-brand lain sekalipun dengan brand

yang berasal dari negara yang sama dengan Etude House, akan mempengaruhi

citra merek Etude House dalam benak konsumen?

Penelitian ini memodifikasi penelitian Ruslansyah (2013) dengan

mengambil variabel harga sebagai salah satu variabel independen dalam penelitian

ini. Sedangkan untuk variabel kemasan, penelitian ini memodifikasi penelitian

Ferdiansyah (2005). Variabel citra merek pada penelitian ini memodifikasi

penelitian Alfian (2012) dan menjadikan variabel citra merek sebagai variabel

dependen.

Persoalan Penelitian

1. Apakah kemasan berpengaruh positif terhadap citra merek produk Etude

House?

2. Apakah harga berpengaruh positif terhadap citra merek produk Etude

House?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah kemasan berpengaruh positif terhadap citra

merek produk Etude House.

2. Untuk mengetahui apakah harga berpengaruh positif terhadap citra merek

(15)

6 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi apakah kemasan

dan harga berpengaruh positif terhadap citra merek. Selain itu, diharapkan

menjadi masukan bagi perusahaan untuk mengelola merek dan

menyempurnakan produknya sehingga dapat memberikan value yang lebih

pada konsumen.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan masukan untuk

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan citra merek, kemasan,

dan harga.

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Citra Merek (Brand Image)

Citra merek merupakan suatu persepsi atau pandangan masyarakat

terhadap suatu produk. Jika masyarakat memandang suatu produk dengan citra

yang positif maka akan lebih mudah untuk mendorong masyarakat supaya

membeli produk tersebut. Tetapi, masyarakat atau para pembeli mungkin

mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap citra perusahaan atau merek

(Kotler, 2000 : 79). Menurut Keller (2003), citra merek adalah:

1. Anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang berpegang

(16)

7 2. Cara orang berpikir tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran

mereka, sekalipun pada saat mereka memikirkannya, mereka tidak

berhadapan langsung dengan produk.

Membangun citra merek yang positif dapat dicapai dengan program

marketing yang kuat terhadap produk tersebut, yang unik dan memiliki kelebihan

yang ditonjolkan, yang membedakannya dengan produk lain. Sedangkan menurut

Kotler dan Armstrong (2001 : 225), citra merek adalah seperangkat keyakinan

konsumen mengenai merek tertentu. Jadi, citra merek adalah suatu anggapan yang

diyakini oleh konsumen mengenai suatu merek tertentu yang kemudian melekat

dalam ingatan konsumen.

Faktor-faktor Pendukung Citra Merek dalam Keterkaitan dengan Asosiasi Merek

Menurut Keller (1998), citra merek yang positif dapat dibangun melalui

beberapa faktor pendukung dalam keterkaitannya dengan asosiasi merek, yaitu:

a. Kekuatan Asosiasi Merek (Strength of Brand Associations)

Kekuatan asosiasi merek tergantung pada bagaimana informasi masuk ke

dalam ingatan konsumen dan bagaimana informasi tersebut dikelola dan

bertahan menjadi bagian dari citra merek. Kekuatan asosiasi merek dapat

lebih mudah dibangun dalam memori konsumen apabila memiliki kualitas

yang baik, merek yang sudah dikenal masyarakat, serta teknologi dan

(17)

8 b. Keunggulan Asosiasi Merek (Favorability of Brand Associations)

Konsumen percaya bahwa atribut dan manfaat yang diberikan oleh suatu

merek dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, sehingga

menciptakan sikap yang positif terhadap suatu merek. Keunggulan asosiasi

merek dapat dilihat dari banyaknya pilihan yang ditawarkan sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan, menambah rasa percaya diri, dan kemudahan

untuk mendapatkan produk.

c. Keunikan Asosiasi Merek (Uniqueness of Brand Associations)

Suatu merek harus unik dan menarik sehingga terdapat alasan dalam benak

konsumen mengapa mereka harus membeli produk tersebut dan juga dapat

menimbulkan asosiasi yang kuat dalam pikiran konsumen. Diferensiasi

dalam memberikan pelayanan dan kemudahan mendapatkan pelayanan

tersebut dapat menjadi keunikan bagi suatu merek.

Kemasan (Packaging)

Kemasan merupakan suatu bagian untuk mewadahi dan melindungi

produk yang dikemas atau dijual. Menurut Kotler (1999:227), kemasan adalah

kegiatan-kegiatan umum dalam perencanaan barang yang melibatkan penentuan

desain dan pembuatan bungkus atau kemasan bagi suatu barang. Daya tarik

kemasan diharapkan dapat berguna untuk tertangkapnya stimulus oleh konsumen

sehingga konsumen tertarik pada produk tersebut.

Unsur-unsur kemasan menurut Kotler yang diterjemahkan Rusli

(18)

9 1. Ukuran, ukuran produk yang ditetapkan oleh perusahaan telah melalui

beberapa riset pada keputusan konsumen.

2. Warna, warna merupakan unsur yang menghasilkan daya tarik visual

dan lebih mengarah pada daya tarik untuk emosi bukan akal.

3. Bahan, pemilihan bahan kemasan yang sesuai harus memahami

karakter fisik serta keamanan dari produk yang akan dikemas.

4. Bentuk, bentuk akan menghasilkan daya tarik bagi calon konsumen.

5. Gambar, gambar yang baik dan jelas akan lebih mudah diingat oleh

konsumen.

6. Tanda merek, suatu nama dan simbol dimaksudkan untuk

membedakan sebuah produk dari produk yang lain.

7. Label, pesan informatif yang berisikan fakta tertentu suatu produk.

Sedangkan menurut Wirya (1999 : 10), daya tarik visual kemasan dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Daya tarik visual, daya tarik ini mengacu pada penampilan kemasan

atau label suatu produk mencakup warna, bentuk, merk/logo, ilustrasi,

teks/tipografi, tata letak

2. Daya tarik praktis, daya tarik ini merupakan efektifitas efisiensi suatu

kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor atau

pengecer. Menurut Wirya (1999:15), daya tarik kemasan ini antara

lain:

a. Kemasan yang menjamin dapat melindungi produk.

(19)

10 c. Kemasan dengan porsi yang sesuai.

d. Kemasan yang dapat digunakan kembali.

e. Kemasan yang mudah dibawa, dipegang, dan dijinjing.

f. Kemasan yang memudahkan pemakaian dalam menghabiskan dan

mengisinya kembali.

Harga

Harga adalah jumlah uang yang ditetapkan oleh produsen untuk dibayar oleh konsumen guna menutupi biaya produksi, distribusi, dan penjualan pokok

termasuk pengembalian yang menandai atas usaha dan resikonya (Kotler, 2000 :

107). Menurut Tjiptono (2008: 465) secara sederhana istilah harga dapat diartikan

sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan/ atau aspek lain (non- moneter) yang

mengandung utilitas/kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu

produk. Maka, harga merupakan suatu pengorbanan ekonomi berupa uang yang

diberikan oleh konsumen kepada produsen untuk mendapatkan suatu produk atau

jasa.

Jika konsumen mengeluarkan biaya yang lebih besar dari nilai atau

manfaat yang diterima, maka produk tersebut akan memiliki citra merek yang

negatif dalam benak konsumen. Konsumen menjadi mempunyai penilaian yang

buruk atau mengecewakan akan produk tersebut dan mungkin akan mengurangi

konsumsi produk tersebut. Sebaliknya, apabila nilai atau manfaat yang diterima

(20)

11 merek yang positif (Lupiyoadi & Hamdani, 2006 : 99). Menurut Stanton (1998),

empat indikator yang mencirikan harga adalah:

a. keterjangkauan harga,

b. kesesuaian harga dengan kualitas produk,

c. daya saing harga,

d. kesesuaian harga dengan manfaat.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Kemasan Terhadap Citra Merek

Kemasan merupakan salah satu media untuk membangun citra merek,

seperti yang dijelaskan oleh Keller (2003) bahwa citra merek sebagai persepsi

tentang merek yang tercermin dari asosiasi merek yang tersimpan dalam memori

konsumen. “Packaging communicates brand personality via multiple structural

and visual elements, including a combination of brand logo, color, fonts, package materials, pictorials, product description, shapes, and other elements that provide rich brand associations” (Underwood, 2003).

Melalui kemasan yang mempunyai komposisi yang baik misalnya

pemilihan warna, penentuan ilustrasi, bahan kemasan, deskripsi produk, bentuk,

dan elemen lainnya yang dapat menyampaikan brand personality kepada

konsumen yang selanjutnya akan memberikan asosiasi merek yang kaya.

Sigit (1992:34) menjelaskan bahwa dengan kemasan pihak konsumen

(21)

12 yang ada pada bungkusnya. Kemasan produk terus berkomunikasi kepada

konsumen karena berhadapan langsung dengan konsumen.

Kemasan produk yang memberikan kenyamanan, kemudahan dalam

pemakaian, akan meningkatkan kepuasan konsumen dan akan meningkatkan

preferensi merek yang kuat. Interaksi konsumen dengan produk akan

mempengaruhi persepsi tentang suatu merek, yaitu citra merek (Kok, 2014).

Kemasan yang baik dan menarik diharapkan dapat membentuk asosiasi merek

yang positif dalam benak konsumen, walaupun respon konsumen akan asosiasi

suatu merek akan berbeda-beda. Kemasan mungkin akan memiliki pengaruh yang

lebih dalam membentuk citra merek saat konsumen tidak mengetahui tentang

suatu produk (Kok, 2014).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

Hipotesis 1: Kemasan produk berpengaruh positif terhadap citra merek produk kosmetik Etude House.

Pengaruh Harga Terhadap Citra Merek

Tjiptono (2001: 151) mengemukakan bahwa harga merupakan komponen

yang berpengaruh langsung terhadap laba perusahaan. Sementara bila dilihat dari

sudut pandang konsumen, harga sering kali menjadi indikator nilai, bilamana

harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang/

jasa. Nilai (value) dapat didefinisikan sebagai rasio manfaat yang dirasakan

(22)

13 suatu pengorbanan yang dilakukan konsumen terhadap nilai yang diterimanya

setelah melakukan pembelian, dari sini konsumen akan mempersepsi suatu produk

atau jasa tersebut (Kertajaya, 2002).

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, menurut Keller (2003), bila

pemasar dapat menciptakan suatu keunikan atau menjadi suatu pembeda dengan

pesaingnya, maka akan menimbulkan asosiasi merek yang kuat dalam benak

konsumen. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau

mempertahankan citra prestisius (Tjiptono, 2008). Jika harga suatu produk yang

ditawarkan tinggi, diharapkan konsumen akan memposisikan produk tersebut

pada produk yang bagus, terpercaya, dan terjamin sehingga akan membentuk citra

merek yang positif dalam benak konsumen.. Berdasarkan penjelasan tersebut,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis 2 : Harga berpengaruh positif terhadap citra merek produk kosmetik Etude House.

MODEL PENELITIAN

Gambar 1 Model Penelitian

H1

H2

Sumber: Ferdiansyah (2005), Ruslanyah (2013)

Kemasan

Harga

(23)

14 METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Jenis data yang

digunakan adalah data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri

oleh peneliti langsung dari responden (Supramono dan Sugiarto, 1993 : 11).

Penelitian ini memperoleh data primer melalui kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2011), populasi dapat diartikan sebagai “wilayah

generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh mahasiswa dengan jenis kelamin perempuan pada Fakultas

Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga yang

menggunakan produk kosmetik Etude House.

Pada penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik

non-probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan tidak memberikan

kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel dan dengan metode Purposive Sampling, yaitu pengambilan

sampel yang dipilih secara cermat dengan mengambil objek penelitian yang

selektif dan mempunyai ciri-ciri yang spesifik, yaitu yang memenuhi kriteria:  Pernah membeli produk kosmetik Etude House dalam 1 tahun terakhir.

(24)

15  Pernah menggunakan produk kosmetik Etude House dalam 1 tahun

terakhir.

Penelitian ini menetapkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 50

responden yang memenuhi kriteria berdasarkan pada teori Roscoe (1975) dalam

Sekaran dan Bougie (2010) yang menyatakan prinsip-prinsip dasar berikut ini

untuk menentukan jumlah sampel:

1) Jumlah sampel lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 sesuai untuk

sebagian besar penelitian.

2) Jika sampel akan dibagi kembali menjadi sub-sampel; (pria/wanita,

junior/senior, dan lain-lain) jumlah sampel minimal yang diperlukan untuk

setiap kategori adalah 30.

3) Pada penelitian multivariat (termasuk analisa regresi berganda), jumlah

sampel harus beberapa kali lipat (kira-kira sepuluh kali atau lebih) dari

jumlah variabel penelitian.

4) Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kendali eksperimental

yang tegas (matched pairs, dan lain-lain), penelitian yang berhasil bisa

dilakukan dengan jumlah sampel 10 sampai 20.

Pengukuran Konsep

Variabel independen dalam penelitian ini adalah harga dan kemasan.

Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah citra merek yang diukur

menggunakan dimensi menurut Keller (1998) yaitu strength of brand association,

(25)

16 Pengukuran konsep dalam penelitian ini menggunakan skala likert 5 skor,

yaitu skor 5 untuk sangat setuju, skor 4 untuk setuju, skor 3 untuk kurang setuju,

skor 2 untuk tidak setuju, dan skor 1 untuk sangat tidak setuju.

Sedangkan variabel usia dan pendapatan diperoleh melalui data yang diisi

oleh responden dan tidak diukur menggunakan alat ukur khusus. Definisi dan

indikator yang digunakan dalam penelitian adalah:

Tabel 1 Definisi Operasional

No Variabel Dimensi Indikator Empiris

1 Citra Merek (Brand Image): Anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang

berpegang pada ingatan konsumen; Cara orang berpikir tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran mereka, sekalipun pada saat mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan langsung dengan produk. (Keller, 2003) Strength of Brand Association 1) Menawarkan sesuatu yang baru. 2) Merupakan produk kosmetik Korea yang canggih

(26)

17 Tabel 1 Definisi Operasional (Lanjutan)

No Variabel Dimensi Indikator Empiris

3) Memakai produk kosmetik Etude House membuat penampilan menjadi lebih baik. 4) Menghasilkan tata rias yang terlihat natural. 5) Merek Etude House selalu muncul di benak konsumen setiap konsumen membutuhkan kosmetik. Favorability of Brand Association 1). Menawarkan banyak pilihan produk yang memenuhi kebutuhan konsumen.

(27)

18 Tabel 1 Definisi Operasional (Lanjutan)

No Variabel Dimensi Indikator Empiris

2). Produk kosmetik Etude House meningkatkan kepercayaan diri . 3). Produk kosmetik Etude House mudah didapatkan. Uniqueness of Brand Association 1). Counter Etude House yang bertema Princess unik. 2). Pemberian diskon 50% saat pemegang Pink Membership berulang tahun menarik. 2. Kemasan: Kegiatan-kegiatan umum dalam perencanaan barang yang melibatkan penentuan desain dan pembuatan bungkus atua kemasan bagi suatu barang. (Kotler, 1999) Ukuran 1). Ukuran kemasan produk sesuai dengan kebutuhan konsumen.

(28)

19 Tabel 1 Definisi Operasional (Lanjutan)

No Variabel Dimensi Indikator Empiris

Warna 2). Perpaduan warna kemasan serasi. 3). Perpaduan warna produk menarik.

Bahan 4). Bahan kemasan

terbuat dari bahan yang kuat untuk melindungi isi dari produk. Bentuk 5). Bentuk kemasan produk berbeda dengan merek lain. 6). Bentuk kemasan produk enak dipandang.

(29)

20 Tabel 1 Definisi Operasional (Lanjutan)

No Variabel Dimensi Indikator Empiris

Gambar 7). Terdapat

gambar/ilustrasi yang unik pada kemasan.

Merek 8). Simbol merek

pada kemasan terlihat dengan jelas.

Label 9). Tulisan dalam

kemasan dapat dibaca dengan jelas. 10). Informasi dalam kemasan dapat menyampaikan pesan dari produk tersebut.

(30)

21 Tabel 1 Definisi Operasional (Lanjutan)

No Variabel Dimensi Indikator Empiris

3 Harga: jumlah uang yang ditetapkan oleh produsen untuk dibayar oleh konsumen guna menutupi biaya produksi, distribusi, dan penjualan pokok termasuk

pengembalian yang menandai atas usaha dan resikonya. (Kotler, 2000) Keterjangkauan harga Kesesuaian harga dengan kualitas produk 1) Harga produk sesuai dengan kemampuan keuangan konsumen. 2) Harga produk sudah sebanding dengan kualitas produk. Daya saing harga 3) Harga produk lebih murah atau tidak jauh berbeda dengan pesaingnya.

(31)

22 Tabel 1 Definisi Operasional (Lanjutan)

No Variabel Dimensi Kuisioner

Kesesuaian harga dengan manfaat (Stanton, 1998) 4). Harga produk kosmetik Etude House sesuai dengan manfaat yang diterima oleh konsumen.

Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.

Setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan, langkah selanjutnya yaitu membuat

statistik deskriptif masing-masing variabel. Rentang skala likert dari rata-rata

jawaban responden dalam penelitian ini menggunakan rumus:

Interval = nilai maksimum – nilai minimum

Jumlah kelas

= 5 - 1 5

= 0,8

Sehingga rentang skala likert dalam penelitian ini sebagai berikut:

4.20 – 5.00 Sangat Setuju

3.40 – 4.19 Setuju

(32)

23 1.80 – 2.59 Tidak Setuju

1.00 – 1.79 Sangat Tidak Setuju

Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum diolah menggunakan

analisis regresi linier berganda. Uji asumsi klasik merupakan pengujian terhadap

data yang telah diperoleh dari pembagian kuesioner. Adapun uji asumsi klasik

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji multikolinieritas, heterokedastisitas

dan uji normalitas. Setelah data terbukti tidak terdapat gejala multikolinieritas dan

heterokedastisitas serta data dinyatakan normal, berikutnya dilakukan analisis

regresi linier berganda.

Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini akan menghasilkan persamaan regresi yang diharapkan dapat

menjelaskan pengaruh variabel harga dan kemasan terhadap citra merek. Bentuk

umum dari regresi linier berganda yaitu sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:

Y = Citra merek

a = Konstanta

b1, b2 = Koefisien persamaan regresi prediktor X1, X2

X1 = Variabel harga

X2 = Variabel kemasan

(33)

24 Uji Parsial (Uji t)

Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen

secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011 :

98). Dasar pengambilan keputusannya, yaitu:

a. Jika probabilitas <0,05 maka variabel independen secara individu

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika probabilitas >0,05 maka variabel independen secara individu tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Nilai probabilitas dari uji t ini dapat dilihat dari hasil pengolahan

dari program SPSS pada tabel COEFFICIENT kolom sig atau significance.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis

Karakteristik Responden

Gambaran umum responden meliputi usia dan uang saku per bulan dapat

digunakan untuk memperoleh gambaran sampel. Gambaran sampel digunakan

untuk menambah informasi dalam penelitian ini dan untuk menunjang hasil

(34)

25 Tabel 2 Karakteristik Responden

Karakteristik Kategori Jumlah Persentase

Usia >21 tahun 7 14%

21 – 25 tahun 43 86%

Uang saku per bulan Rp 100.000 – 500.000 3 6%

Rp 500.000 – 1.000.000

36 72%

>Rp 1.000.000 11 22%

Sumber: Data Primer diolah, 2015

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden penelitian ini sebagian besar

adalah berada pada rentang usia 21-25 tahun (86%). Sedangkan sebagian besar

uang saku per bulan dari responden penelitian ini yaitu Rp 500.000 - 1.000.000.

Deskripsi dari masing-masing variabel penelitian yaitu meliputi variabel

citra merek, harga dan kemasan dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:

Tabel 3 Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel Rata-Rata Skor Keterangan

Citra Merek 4.01 Setuju

Harga 3.84 Setuju

Kemasan 3.50 Setuju

(35)

26 Berdasarkan tabel di atas, rata-rata skor variabel citra merek adalah setuju.

Sedangkan rata-rata skor pada variabel harga yaitu setuju. Kategori skor pada

variabel kemasan adalah setuju.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu

kuesioner. Bila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut, maka kuesioner tersebut dikatakan valid

(Ghozali, 2006:49).

Pada penelitian ini, validitas dari indikator tiap variabel dianalisis dengan

menggunakan rumus korelasi product moment (r hitung) yang selanjutnya

dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika nilai r hitung positif dan lebih besar dari

nilai r tabel, maka butir pertanyaan dinyatakan valid. Nilai r hitung tiap

pertanyaan dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Sampel

pada penelitian ini berjumlah 50 sehingga nilai r tabel yang digunakan adalah

0,279 pada tingkat signifikansi 5%.

Pada tahap pertama uji validitas, ditemukan 2 indikator dari variabel citra

merek pada dimensi Strength of Brand Association dan 1 indikator dari variabel

kemasan yang dinyatakan tidak valid karena nilai r hitung < r tabel. Pada tahap

kedua uji validitas, indikator yang tidak valid pada tahap pertama tidak

diikutsertakan dan kemudian semua indikator pada variabel citra merek, kemasan,

(36)

27 Setelah melakukan uji validitas, berikutnya dilakukan uji reliabilitas pada

tiap variabel. Uji reliabilitas digunakan untuk mencari tahu sejauh mana

konsistensi alat ukur yang digunakan. Tujuannya supaya bila alat ukur digunakan

kembali untuk meneliti objek yang sama, teknik yang sama walaupun waktu

berbeda, hasil yang diperoleh akan sama (Ghozali, 2006:45). Pada uji reliabilitas

yang telah dilakukan, semua variabel dalam penelitian ini dinyatakan reliabel. Hal

ini dibuktikan dengan nilai cronbach alpha semua variabel > 0,6.

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik pada

SPSS. Hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa data memiliki pola

yang dekat dengan garis diagonal dan menyebar mengikuti arah garis

diagonal. Grafik ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas (Ghozali, 2006:149).

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

independen. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai variance inflation

factor (VIF) dan tolerance. Apabila nilai VIF di atas 10 dan tolerance di

(37)

28 Berdasarkan uji multikolinearitas yang telah dilakukan, didapatkan

hasil bahwa nilai tolerance sebesar 0,991 > 0,1. Hasil ini menunjukkan

bahwa data bebas dari masalah multikolinearitas.

3. Uji Heterokedastisitas

Regresi linier berganda terbebas dari heterokedastisitas yaitu

apabila tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali, 2006:126). Berdasarkan uji

heterokedastisitas yang telah dilakukan, titik-titik terlihat menyebar secara

acak di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil ini menunjukkan

bahwa tidak terjadi heterokedastisitas sehingga model regresi ini layak

dipakai.

Regresi Berganda

Berdasarkan data yang telah diolah, nilai Adjusted R Square yang

diperoleh sebesar 0,136 yang menunjukkan bahwa 13,6% citra merek produk

kosmetik Etude House dipengaruhi oleh harga dan kemasan produk kosmetik

Etude House. Sedangkan sebesar 86,4% dipengaruhi oleh variabel lain selain

variabel harga dan kemasan. Pada bagian coefficient pada lampiran, dapat

disimpulkan persamaan regresi sebagai berikut:

CM = 43,524 + 0,463H + 0,188K + e

Hasil persamaan regresi tersebut menunjukkan pengaruh yang positif

(38)

29 diperoleh menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara harga dan

kemasan dengan citra merek. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi harga sebesar

0,023 dan nilai signifikansi kemasan sebesar 0,028 di mana nilai signifikansi

kedua variabel kurang dari 0,050.

Pembahasan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang positif

antara variabel kemasan terhadap citra merek. Hal ini berarti semakin baik

kemasan yang digunakan Etude House maka semakin tinggi citra merek Etude

House dalam benak konsumen.

Kemasan dapat digunakan menarik konsumen karena berhadapan langsung

dengan konsumen. Jika masyarakat melihat sesuatu yang menarik maka mereka

cenderung lebih banyak mengingat dan percaya terhadap suatu merek walaupun

produk tersebut tidak seperti yang dibayangkan. Kemasan yang menarik akan

meningkatkan citra merek di benak konsumen produk kosmetik Etude House.

Tingkat signifikansi yang diperoleh menunjukkan adanya pengaruh yang

signifikan dari variabel kemasan terhadap variabel citra merek. Hal ini berarti

semakin baik unsur-unsur kemasan, akan semakin baik pula citra merek produk

Etude House di benak konsumen. Ukuran, warna, bentuk, bahan, ilustrasi, logo,

informasi pada kemasan harus tercipta dengan baik dan memperhatikan keinginan

konsumen (Kotler, 2000).

Rata-rata skor variabel kemasan yaitu 3,5 yang berada pada range keempat

(39)

30 bahwa ukuran kemasan produk kosmetik Etude House sudah sesuai dengan

kebutuhan mereka. Perpaduan warna pada kemasan produk kosmetik Etude House

juga dinilai menarik dan serasi. Sedangkan bahan kemasan produk kosmetik

Etude House dinilai melindungi isi produk yang dikemas. Secara keseluruhan

responden setuju bahwa bentuk kemasan produk kosmetik Etude House berbeda

dengan merek lain dan enak dipandang. Terdapat ilustrasi yang unik dan mudah

diingat oleh responden pada kemasan produk kosmetik Etude House. Merek pada

kemasan produk kosmetik Etude House dinilai dapat dilihat dengan jelas sehingga

dapat menjadi pembeda dengan merek lain. Secara keseluruhan responden setuju

bahwa tulisan dan informasi dalam kemasan produk kosmetik Etude House

terlihat dengan jelas dan dapat menyampaikan pesan dari produk tersebut.

Hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa variabel kemasan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap citra merek berbeda dengan hasil

penelitian Ferdiansyah (2005). Penelitian Ferdiansyah menyimpulkan bahwa

hipotesis penulis yaitu jika desain kemasan dilakukan dengan benar maka akan

mempunyai pengaruh positif terhadap pembentukan citra merek, tidak dapat

diterima karena hubungan kedua variabel tidak signifikan.

Dari analisis data yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa harga

berpengaruh positif dan signifikan terhadap citra merek. Hal ini berarti semakin

tinggi harga suatu produk maka akan menghasilkan citra merek yang tinggi pula

di mata konsumen. Harga yang tinggi digambarkan oleh konsumen bahwa produk

(40)

31 Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa rata-rata skor (mean) variabel

harga yaitu setuju. Hal ini berarti secara keseluruhan responden setuju bahwa

harga produk kosmetik Etude House sesuai dengan kemampuan keuangan

mereka. Secara keseluruhan responden juga setuju bahwa harga produk kosmetik

Etude House sudah sesuai dengan kualitas dan manfaat yang mereka terima.

Selain itu, harga produk kosmetik Etude House juga dinilai mempunyai daya

saing dengan kompetitornya seperti The Face Shop dan Skinfood. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian Ruslansyah (2013) yaitu variabel harga berpengaruh

positif terhadap citra merek.

Rata-rata skor variabel citra merek yaitu berada pada range setuju. Hal ini

berarti secara keseluruhan responden setuju bahwa Etude House memiliki asosiasi

merek yang kuat, keunikan asosiasi merek, dan keunggulan asosiasi merek.

Hasil Adjusted R Square yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 13,6%.

Hasil ini menunjukkan masih banyak variabel lain yang juga karena adanya faktor

Korean wave yang sedang populer di Indonesia menyebabkan sebesar 86,4%

dipengaruhi variabel lain selain kemasan dan harga. Pada penelitian Yunita (2014)

menunjukkan bahwa sebesar 38% country of origin berpengaruh terhadap brand

reputation. Yunita (2014) mengatakan bahwa hasil penelitiannya sesuai dengan

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Koubaa (2007) bahwa informasi lokasi

pembuatan produk memberikan dampak pada reputasi merek suatu produk.

Menurut Alma (2000), reputation merupakan kekuatan merek yang

(41)

32 dampak yang lebih besar kepada country of origin suatu produk dalam benak

konsumen daripada kemasan dan harga suatu produk.

Kesenangan terhadap tren Korean wave yang berlebihan dapat

menimbulkan ketergantungan dan sulit untuk melepaskan diri pada hal-hal yang

berkaitan dengan Korea. Remaja Korean addict cenderung senang mengkonsumsi

barang yang sebenarnya kurang diperlukan tetapi hanya demi memenuhi hasrat

mereka terhadap hal yang berbau Korea. Apalagi bila konsumen sudah fanatik

dengan seorang atau sekelompok artis tertentu, mereka rela menghabiskan uang

yang mereka miliki untuk membeli produk yang berhubungan dengan idola

mereka (Octricia, 2013).

Pengaruh tren Korean wave yang begitu besar dapat mempengaruhi

konsumen untuk tidak lagi mempertimbangkan hal-hal yang langsung berkaitan

dengan produk seperti variabel dalam penelitian ini yaitu harga dan kemasan

produk. Para konsumen bisa saja tertarik hanya karena produk tersebut berbau

Korea atau artis idola mereka tanpa mempertimbangkan harga produk. Kemasan

yang seharusnya juga bermanfaat untuk memberikan stimulus kepada konsumen

agar konsumen menjadi tertarik menjadi tidak relevan lagi jika konsumen terlalu

(42)

33 KESIMPULAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

pengujian hipotesis (H1) yaitu kemasan berpengaruh positif terhadap citra merek

dapat diterima. Hasil pengujian hipotesis (H2) yang terdiri dari harga berpengaruh

positif terhadap citra merek dapat diterima. Tingkat signifikansi variabel harga

yang diperoleh yaitu sebesar 0,023 menunjukkan bahwa variabel harga memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap citra merek. Sedangkan tingkat signifikansi

variabel kemasan sebesar 0,028 yang berarti kemasan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap citra merek.

Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan yang

dapat diperbaiki atau dikembangkan pada penelitian yang akan datang. Penelitian

ini tidak membahas secara mendalam mengenai pengaruh tren Korean wave yang

masih populer di Indonesia. Penelitian ini tidak membahas peran orang tua yang

mungkin berpengaruh pada kondisi keuangan responden yang kemudian mungkin

berpengaruh terhadap persepsi harga.

Penelitian yang Akan Datang

Melihat jumlah uang saku mayoritas responden dan harga produk

kosmetik Etude House yang tinggi, terdapat kemungkinan bahwa responden tidak

(43)

34 Penelitian yang akan datang dapat mengikutsertakan sumber lain untuk membeli

produk kosmetik Etude House. Dilihat dari segi harga, misalnya untuk harga

bedak 1 pot dapat mencapai Rp 400.000,00 sedangkan uang saku sebagian besar

responden (72%) hanya Rp 500.000 – Rp 1.000.000,00.

Peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel peran pengambilan

keputusan dari orang tua yang tidak dibahas dalam penelitian ini. Peneliti yang

akan datang diharapkan mengambil sampel selain mahasiswa di mana mahasiswa

masih berpenghasilan pasif. Penelitian selanjutnya juga diharapkan menambah

variabel tren Korean wave sehingga dapat membahas lebih dalam mengenai

pengaruh tren Korean wave.

Implikasi Teoritis

Interaksi konsumen dengan produk akan mempengaruhi persepsi tentang

suatu merek, yaitu citra merek (Kok, 2014). Kemasan yang baik mempunyai

komposisi yang baik misalnya pemilihan warna, penentuan ilustrasi yang dapat

menjadikan suatu barang menarik dan dapat menjadi suatu alat stimulus kepada

konsumen agar dapat tertarik atau dengan kata lain kemasan merupakan alat

“point of purchase” menurut Shimp dalam Tjiptono (2000:32).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemasan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap citra merek ini mendukung teori tersebut. Kemasan yang

baik dapat meningkatkan citra merek suatu produk pada memori konsumen. Pada

penelitian ini, hasil analisis data variabel kemasan berpengaruh positif dan

(44)

35 (2005). Penelitian Ferdiansyah menyimpulkan bahwa hipotesis penulis yaitu jika

desain kemasan dilakukan dengan benar maka akan mempunyai pengaruh positif

terhadap pembentukan citra merek, tidak dapat diterima karena hubungan kedua

variabel tidak signifikan.

Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau

mempertahankan citra prestisius (Tjiptono, 2008). Hipotesis dalam penelitian ini

yaitu bahwa harga berpengaruh positif terhadap citra merek, dinyatakan diterima.

Hal ini berarti jika harga suatu produk yang ditawarkan tinggi, maka konsumen

akan memposisikan produk tersebut pada produk yang bagus, terpercaya, dan

terjamin sehingga akan membentuk citra merek yang positif dalam benak

konsumen. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ruslansyah (2013) yang

berjudul “Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk, dan Kualitas Pelayanan

Terhadap Citra Perusahaan Pada CV. Multi General Trading”. Hasil penelitiannya

yaitu harga, kualitas produk, dan kualitas pelayanan berpengaruh positif dan

signifikan secara simultan dan parsial.

Implikasi Terapan

Implikasi terapan dari penelitian ini sebagai rekomendasi kepada Etude

House yaitu sebagai berikut:

1. Mean yang diperoleh pada citra merek sebesar 4,01 yang berarti berada

pada range keempat, yaitu setuju. Hal ini berarti citra merek produk

(45)

36 keseluruhan responden. Etude House sebaiknya mempertahankan citra

merek yang positif yang sudah terbentuk pada memori konsumen.

2. Mean variabel harga yaitu sebesar 3,84 yang berada pada range keempat,

yaitu setuju. Rata-rata skor tersebut menunjukkan bahwa secara

keseluruhan responden setuju bahwa harga produk kosmetik Etude House

sudah sesuai dengan kualitas dan manfaat yang diterima oleh responden.

Etude House diharapkan meningkatkan harga yang berdaya saing dengan

kompetitornya dan makin menyesuaikan harga yang ditawarkan dengan

kualitas, manfaat, dan pangsa pasar produk kosmetik Etude House.

3. Mean variabel kemasan sebesar 3,5 yang juga berada pada range setuju.

Etude House diharapkan terus berinovasi dengan kemasan produk

kosmetik Etude House dan semakin memahami serta mewujudkan

kebutuhan konsumen.

4. Nilai Adjusted R Square yang diperoleh hanya sebesar 13,6% yang berarti

sebesar 86,4% dipengaruhi oleh variabel selain harga dan kemasan. Etude

House sebaiknya tidak terlalu memfokuskan dan mengalokasikan budget

pada harga dan kemasan. Walaupun pengaruh harga dan kemasan

signifikan, tetapi masih banyak variabel lain yang berpengaruh terhadap

(46)

37 DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David A. 1991. Managing Brand Equity: Capitalizing on the value of brand name. New York: Free Press.

Aaker, David. A, 1996. Building Strong Brands 1st ed. New York: Free Press.

Aaker dan Joachimstahler. 2000. Marketing. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.

Alfian B. (2012), Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Mobil Toyota Kijang Innova Pada PT. Hadji Kalla Cabang Polman. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Alma (2000). Manajemen dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Dodds, William B., Kent B. Monroe, and Dhruv Grewal. (1991). Effects of Price, Brand and Store Information on Buyers' Product Evaluations. Journal of Marketing Research.

Ferdiansyah, Eddy (2005), Pengaruh Desain Kemasan Terhadap Pembentukan Citra Merek Pada Two Clothes Skateboard Wear Industries Bandung. Universitas Widyatama. Bandung.

Endang Wijayanti (2006), Pengaruh Harga dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Toyota Kijang (Studi Kasus Pada PT. Nasmoco Kaligawe Semarang). Universitas Diponegoro. Semarang.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

(47)

38 ---. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM

SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gitosudarmo,Indriyo. 1999. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta : BFE YOGYAKARTA.

Keagan, Warren J, Sandra E. Moriarty, Thomas R. Duncan. 1995. Marketing. Third edition. New Jersey: Prentice Hall International Inc.

Keller, Kevin Lane. 1998. Strategic Brand Management, Building, Measuring, and Managing Brand Equity. 1th ed. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

---. 2003. Strategic Brand Management, Building Measurement and Managing Brand Equity. New Jersey: Pearson.

Kertajaya, Hermawan. 2002. Marketing Plus Siasat Memenangkan Persaingan Global. Jakarta:PT Erlangga.

Kok, Sara. 2014. Never Seen, Never Heard, Never Sold (A Study on the Influence of Product Packaging on Brand Image and Purchase Decision). Lulea University of Technology.

Kotler, Philip. 1999a. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Edisi sembilan. Alih bahasa: Hendra Teguh. Jakarta: Prenhallindo.

Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. Edisi sembilan. Alih bahasa: Hendra Teguh. Jakarta: Prenhallindo.

Kotler Philip, diterjemahkan oleh Ronny A Rusli, 2000, Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jakarta: Prenhallindo.

(48)

39 Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2000. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi

keenam. Jakarta: Intermedia.

---. 2001. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: Intermedia

Lupiyoadi, Hamdani. 2006. “Manajemen Pemasaran Jasa”, Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Muchammad Chusnul Akrom (2013), Pengaruh Kemasan, Harga, dan Promosi Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Kripik Paru UMKM Sukorejo Kendal. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Octricia, Citra (2013), Gaya Hidup Konsumtif Remaja Korean Addict (Studi Kasus Terhadap Dua Orang Remaja Putri Korean Addict di Bandung). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Praba Sulistyawati (2011), Analisis Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Laptop Merek Acer di Kota Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang.

Putri, Yunita (2014), Pengaruh Country of Origin dan Brand Reputation Terhadap Customer Perceived Value Produk Kosmetik Korea Selatan. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Reungsinpinya, Mathavee (2011), Comparison of Marketing Strategies Between Japanese and Korean Cosmetics Companies in Thailand’s Market. Waseda University.

(49)

40 R. Ruslansyah (2013), Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk, dan Kualitas Pelayanan Terhadap Citra Perusahaan Pada CV. Multi General Trading. Universitas Bina Nusantara. Jakarta.

Sarwo Edi (2013), Pengaruh Citra Merek, Sikap Konsumen, dan Asosiasi Merek Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Empiris Pertimbangan Mahasiswa UNNES dalam Pembelian Laptop Toshiba). Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Schiffman, Leon dan Leslie L. Kanuk. 2000. Consumer Behaviour. Seventh

edition. USA: Prentice Hall, Inc.

Schiffman, Leon dan Leslie L. Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Edisi ketujuh. Diterjemahkan oleh: Zoelkifli Kasip. Jakarta: Indeks.

Sekaran, Uma and Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. 5th edition. UK: John Wiley & Sons Ltd.

Satriawan, Septianto (2012), Analisis Pengaruh Citra Merek dan Kesadaran Merek Terhadap Keputusan Pembelian Teh Hijau Dalam Kemasan Siap Minum “Nu Green Tea” (Studi pada Konsumen Nu Green Tea di Semarang). Universitas Diponegoro. Semarang.

Sigit, Soehardi. 1992. Marketing Praktis. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE UGM.

Stanton, William, J. 1998. Prinsip Pemasaran. Edisi Ketujuh, Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

(50)

41 Supramono, Sugiarto. 1993. Statistika.Yogyakarta: Andi.

Susanty, Aries (2011), Pengaruh Brand Image Speedy Telkom Terhadap Loyalitas Pelanggan Di Kecamatan Banyumanik Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang.

Swastha, Basu. 1996. Azas-azas Marketing. Edisi ketiga. Penerbit: Liberty. Yogyakarta.

Tjiptono, Fandi. 2000. Strategi Pemasaran Modern. Yogyakarta: Andi.

---. 2001. Manajemen Jasa. Edisi 2 Cetakan 5. Yogyakarta: Andi.

---. 2008. Strategi Bisnis Pemasaran. Yogyakarta: Andi.

Underwood, R. L. (2003). The communicative power of product packaging:

creating brand identity via lived and mediated experience. Journal of

Marketing Theory and Practice.

Wiguna, Satrio Pandu (2007). Pengaruh Kemasan Produk Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli Produk Jajan Khas Kota Gresik. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Malang.

Wirya, Iwan. 1999. Kemasan yang Menjual: Menang Bersaing Melalui Kemasan. Cetakan pertama. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

http://www.tribunnews.com/bisnis/2012/06/23/etude-house-target-bangun-8-gerai-per-tahun?page=2 (diunduh pada hari Kamis, 25 September 2014, pukul

(51)

42

http://ift.co.id/posts/penjualan-dua-emiten-kosmetik-lokal-turun (diunduh pada

hari Rabu, 24 September 2014, pukul 15.25 WIB)

http://www.kabarbisnis.com/read/2846997 (diunduh pada hari Rabu, 24

September 2014, pukul 16.40 WIB)

http://etudehouse.co.id/index.php/etude-indonesia#.VNQCxJIk6m4 (diunduh pada

(52)
(53)

43 dan Harga Terhadap Citra Merek (Brand Image) Produk Kosmetik Etude House Pada Mahasiswa FEB UKSW, Salatiga” saya mohon ketersediaannya untuk mengisi kuisioner ini. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang mendukung untuk penelitian ini. Data yang diperoleh bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk penelitian. Atas kerjasama serta bantuannya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Stephani Faleria Lisiani

KUESIONER

Pengaruh Kemasan dan Harga Terhadap Citra Merek (Brand Image) Produk Kosmetik Etude House Pada Mahasiswa FEB UKSW, Salatiga

Data Responden

1. Usia: ... tahun 2. Apakah Anda bekerja?

a. Iya b. Tidak

3. Uang saku per bulan:

a. Rp 100 ribu - Rp 500 ribu b. Rp 501 ribu - Rp 1 juta c. > Rp 1 juta

(54)

44 S : Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Citra Merek

Strength of Brand Association

NO. PERNYATAAN PENILAIAN SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) 1. Produk kosmetik Etude House

menawarkan sesuatu yang baru.

2. Etude House merupakan produk kosmetik Korea yang canggih.

3. Memakai produk kosmetik Etude House membuat penampilan saya menjadi lebih baik.

4. Hasil tata rias dengan produk kosmetik Etude House terlihat natural.

(55)

45

Favorability of Brand Association

NO. PERNYATAAN PENILAIAN SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) 1. Produk kosmetik Etude House

menawarkan banyak pilihan produk yang memenuhi kebutuhan saya.

2. Peningkatan kepercayaan diri dengan menggunakan produk kosmetik Etude House.

3. Kemudahan mendapatkan produk kosmetik Etude House.

Uniqueness of Brand Association

NO. PERNYATAAN PENILAIAN SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) 1. Menurut saya, counter Etude House

(56)

46 3. Produk kosmetik Etude House memang

spesifik untuk wanita muda.

Kemasan NO. PERNYATAAN PENILAIAN SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) 1. Ukuran kemasan produk kosmetik Etude

House sudah sesuai dengan kebutuhan saya.

2. Perpaduan warna kemasan kosmetik Etude House serasi.

3. Perpaduan warna kemasan kosmetik Etude House menarik.

4. Bahan kemasan produk kosmetik Etude House terbuat dari bahan yang kuat untuk melindungi isi produk.

5. Bentuk kemasan produk kosmetik Etude House berbeda dengan merek lain.

6. Bentuk kemasan produk kosmetik Etude House enak dipandang.

(57)

47 8. Merek pada kemasan produk kosmetik

Etude House terlihat dengan jelas.

9. Tulisan dalam kemasan produk kosmetik Etude House dapat dibaca dengan jelas.

10. Informasi dalam kemasan produk kosmetik Etude House dapat menyampaikan pesan dari produk tersebut. Harga NO. PERNYATAAN PENILAIAN SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1) 1. Harga produk kosmetik Etude House

sesuai dengan kemampuan keuangan saya.

2. Menurut saya, harga produk kosmetik Etude House sudah sebanding dengan kualitas produk.

3. Harga produk kosmetik Etude House tidak jauh berbeda dengan pesaingnya (The Face Shop, Skinfood)

(58)
(59)

49 Responden Usia Status

Uang Saku Mahasiswa (Bulan) 1 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 2 21 Tidak Bekerja Rp 100.000 - Rp 500.000 3 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 4 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 5 22 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 6 21 Tidak Bekerja > Rp 1.000.000 7 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 8 22 Tidak Bekerja > Rp 1.000.000 9 21 Tidak Bekerja Rp 100.000 - Rp 500.000 10 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 11 22 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 12 22 Tidak Bekerja Rp 100.000 - Rp 500.000 13 22 Tidak Bekerja > Rp 1.000.000 14 22 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 15 23 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 16 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 17 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 18 21 Tidak Bekerja > Rp 1.000.000 19 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 20 21 Tidak Bekerja > Rp 1.000.000 21 20 Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 22 19 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 23 21 Tidak Bekerja > Rp 1.000.000 24 20 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 25 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 26 18 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 27 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 28 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 29 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 30 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 31 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 32 22 Tidak Bekerja > Rp 1.000.000

(60)

50 37 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 38 21 Tidak Bekerja > Rp 1.000.000 39 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 40 22 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 41 19 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 42 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 43 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 44 20 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 45 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 46 21 Tidak Bekerja > Rp 1.000.000 47 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 48 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000 49 21 Tidak Bekerja > Rp 1.000.000 50 21 Tidak Bekerja Rp 501.000 - Rp 1.000.000

Gambar

Gambar 1   Model Penelitian
Tabel 1 Definisi Operasional
Gambar  7). Terdapat
Tabel 3 Deskripsi Variabel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Fosfor merupakan salah satu bahan kimia yang keberadaannya sangat penting bagi semua makhluk hidup, terutama dalam pembentukan protein dan transfer energi di dalam sel seperti

Analisis Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, Iklan, Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Wardah (Studi Kasus Pada Mahasiswi Jurusan

Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), total assets turnover (TAT) dan net profit margin (NPM) secara

Sapi adalah hewan ternak. Sapi yang telah dikebiri dan biasanya digunakan untuk membajak sawah dinamakan lembu. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya

Hipotesis dalam penelitian ini, dengan judul Pengaruh Label Halal, Citra Merek, Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian kosmetik wardah pada mahasiswi manajemen

Puji dan syukur Penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyeleslesaikan tesis dengan judul Analisis Penerapan

Alhamdulliahirobbilalamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat nya sehingga penulis dapat menyusun laporan skripsi ini dengan hidayah dan

Asumsi yang diajukan pada hipotesis Citra Merek yang menyatakan bahwa citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian handphone merek Oppo pada