• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu faktor yang terletak diluar individu yang meliputi faktor lingkungan (fisik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yaitu faktor yang terletak diluar individu yang meliputi faktor lingkungan (fisik"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu faktor yang terletak diluar individu yang meliputi faktor lingkungan (fisik dan non fisik) dengan faktor sosial dan budaya sebagai faktor paling besar perannya dalam membentuk manusia. Selain faktor eksternal, faktor internal yaitu faktor yang terletak didalam diri individu juga mempengaruhi perilaku seperti perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi dan sugesti (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Dinkes,2006). Menurut Negara, dkk (2011) menjelaskan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatannya. Program PHBS agar lebih mengenai sasaran perlu dikenali secara lebih khusus, rinci dan jelas, maka sasaran PHBS dapat dibagi berdasarkan tatanannya yaitu di tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, institusi kesehatan, tempat-tempat umum dan tempat kerja (Dinkes RI, 2001).

(2)

2

Lingkungan kerja petugas sampah adalah ketika menjamah sampah di tempat sampah yang banyak benda-benda runcing dan berbahaya, membawa berbagai jenis penyakit, menimbulkan polusi, menyumbat saluran air dan berbagai akibat negatif lainnya. Biasanya sampah dikelompokkan menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Adapun kotoran manusia (human waste) dan air limbah atau air bekas (sewage) tidak tergolong sampah. Petugas pengumpul sampah padat dari rumah tangga seringkali membawa gerobak sampah sebagai alat penunjang kerjanya. Gerobak sampah adalah alat pemindahan sampah dari penghasil sampah menuju ke TPS di lingkungan pemukiman. Kapasitas gerobak ini adalah 1m3dengan frekuensi pengangkutan 1-3 hari sekali tergantung jumlah gerobak yang tersedia dan luas daerah layanan. TPS berfungsi menampung sampah dari beberapa sumber penghasil limbah dan menunggu diangkut ke TPA. Fasilitas yang ada dalam TPS antara lain gerobak sampah,tempat penampungan sampah atau dipo (bak truk sampah) (Adnani, 2009).

Petugas pengumpul sampah seringkali mengalami cidera akibat sampah yang ditanganinya pada saat melaksanakan tugasnya, bahkan banyak para petugas sampah yang tidak terlindungi dari bahaya yang berpotensi menimbulkan penyakit bawaan akibat sampah seperti (Disentri basiler, Disentri amuba, Thypus

abdominalis, Kholera, Askriasis). Pengetahuan pekerjapengumpul sampah

mengenai jenis APD yang harus dikenakan saat bekerja sebagian masih kurang, pengetahuan pekerjapengumpul sampah tentang penyakit-penyakit bawaan sampah masih kurang memahami, dan perilaku pekerja pengumpul sampah untuk

(3)

3

melindungi dirinya terhadap penyakit bawaan sampah masih kurang.Apabila sampah tidak dikelola dengan baik, maka akan memberikan pengaruh negatif yang besar terhadap kesehatan. Pengaruh negatif tersebut bisa secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung disebabkan karena adanya kontak langsung antara manusia dengan sampah tersebut, sedangkan pengaruh tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya vektor yang membawa kuman penyakit yang berkembangbiak di dalam sampah kepada manusia. Vektor-vektor yang dimaksud tersebut seperti lalat dan tikus yang bisa menyebabkan membawa kuman penyakit (Gakungu dkk, 2012).Pekerja TPS beresiko terkena berbagai macam penyakit sehingga perlu perilaku hidup bersih dan sehat untuk menjaga dan mempertahankan kesehatannya. Oleh karena itu upaya pencegahan dari kedua pengaruh negatif tersebut perlu dilakukan dengan menghindarinya atau mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) (Adnani, 2009).

Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan langkah ampuh untuk menangkal penyakit. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diterapkan oleh semua orang termasuk pekerja pengumpul sampah karena pekerja pengangkut sampah selalu kontak dengan sampah. Kontak langsung dengan sampah dapat mengakibatkan kerentanan terhadap beberapa penyakit bawaan dari sampah seperti penyakit kulit, diare dan cacingan. Penerapan PHBS perorangan pada pekerja sampah dapat memperkecil kemungkinan untuk terkena berbagai penyakit (Mulasari dan Maani,2013). Berdasarkan pendapat diatas maka perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk menjaga kesehatan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari penyakit.

(4)

4

Menurut Mulasari dan Maani (2013) bahwa perkembangan suatu penyakit yang disebabkan cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berkembang di negara-negara seperti indonesia, dimana faktor kebersihan dan sanitasi lingkungan merupakan faktor penting dari resiko penyakit ini. Meskipun penyakit cacingan ini tersebar luas di daerah pedesaan maupun perkotaan dengan peningkatan yang tinggi dan memberikan dampak yang besar terhadap sumber daya manusia.

Menurut Sankar, dkk (2013) Risiko kesehatan yang terjadi terutama mereka yang bekerja di lapangan tanpa menggunakan sarung tangan yang tepat, seragam, dan sebagainya. Persentase yang tinggi dari para pekerja sampah dan individuyang tinggal di dekat atau di tempat pembuangan terinfeksi parasit gastrointestinal,cacing, dan organisms. Kurangnya perhatian para pekerja TPS dengan rendahnya upaya pencegahan infeksi dan pengobatan cacingan, (Marleta, 2005). Oleh karena itu upaya pencegahan infeksi cacingan pada pekerja pengangkut sampah dapat dikurangi dengan menghindarinya dan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 2 september sampai tanggal 4 september 2015 yaitu dengan melakukan wawancara dan obsevasi pada pekerja tempat pembuangan sampah di Kecamatan Lowokwaru, didapatkan hasil bahwa terdapat 15 TPS dengan masing-masing TPS terdapat 3 pekerja sehingga total seluruh pekerja di 15 TPS ada 57 pekerja. Para pekerja TPS telah diberikan perlengkapan APD dari Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP).Setelah melakukan wawancara dengan 20 pekerja TPS didapatkan hasil 13 pekerja mengaku sering mengalami sakit diare dan

(5)

gatal-5

gatal, serta gangguan pernapasan karena tidak menggunakan masker saat bekerja. Terdapat 12 pekerja yang tidak mengetahui pentingnya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat selama bekerja di TPS, terdapat 15 pekerja TPS setelah mengangkut sampah hanya mencuci tangan tanpa menggunakan sabun, dari hasil observasi didapatkan 26 pekerja tidak memakai APD saat mengangkat sampah. Pekerja hanya memakai topi biasa dan sepatu boot tanpa menggunakan sarung tangan serta masker saat mengangkut sampah. Kondisi seperti ini tidak dapat menjamin petugas sampah terlindungi dari bahaya yang berpotensi menimbulkan penyakit seperti diare, gatal-gatal dan gangguan pernapasan, sedangkan padaperilakunya para pekerja di TPS sehari-hari mengkonsumsi kopi, dan merokok saat melakukan pekerjaan.

Menyadari pentingnya penerapan PHBS ditempat kerja dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya pada seluruh pekerja TPS di Kecamatan Lowokwaru maka perlu diadakan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan PHBS para pekerja. Berdasarkan data yang telah dijelaskan dalam latar belakang ini, maka peneliti bermaksud untuk melakukan sebuah penelitian tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan status kesehatan para pekerja tempat pembuangan sampah (TPS)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kesehatan para pekerja tempat pembuangan sampah?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

(6)

6

Untuk menganalisis hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kesehatan para pekerja tempat pembungan sampah (TPS) di wilayah kerja dinas kebersihan dan pertamanan kota malang.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui PHBS para pekerja tempat pembuangan sampah (TPS). 2. Mengetahui status kesehatan para pekeja tempat pembuangan sampah

(TPS).

3. Mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan status kesehatan pekerja tempat pembuangan sampah (TPS).

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Dapat mengaplikasikan riset untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kesehatan para pekerja tempat pembuangan sampah (TPS).

2. Bagi pekerja tempat pembuangan sampah (TPS).

Informasi dan data dari penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan dalam perilaku hidup bersih dan sehat untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi mengenai pembahasan hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tingkat kesehatan para pekerja tempat pembuangan sampah (TPS) serta untuk menambah kepustakaan jurusan program studi ilmu keperawatan fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah malang.

(7)

7 1.5 Keaslian Penelitian

1.5.1 Penelitian 1

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Khumayra, Sulisno, (2012) dengan judul Pengetahuan Dan Sikap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Antara Santri Putra dan Santri Putri di Pondok Pesantren Darussalam Kabupaten Purworejo Tahun 2012. Jenis penelitian yang digunakan peneliti tersebut yaitu

kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Hasil penelitian tersebut

didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan pengetahuan tentang PHBS antara santri putra dan santri putri di Pondok Pesantren Darussalam Kabupaten Purworejo. Ada perbedaan sikap yang signifikan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat antara santri putra dan santri putri di Pondok Pesantren Darussalam Kabupaten Purworejo.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah Variabel independent. Variabel independent dalam penelitian tersebut Pengetahuan dan Sikap, sedangkan variabel independent yang digunakan oleh peneliti yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah antara variabel dependent dengan variabel independent yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

1.5.2 Penelitian 2

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Negara, dkk, Tahun (2014) dengan judul Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Terhadap Kejadian Penyakit Diare Di SDN 003 Kabupaten Polewali Mandar.Metode penelitian yang

(8)

8

digunakan oleh peneliti tersebut yaitu Deskriptive Analitikdengan pendekatan

Cross Sectional. Hasil yang didapatkan ada Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat Terhadap Kejadian Penyakit Diare Di SDN 003 Kabupaten Polewali Mandar. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah variabel dependent.variabel dependent dalam penelitian tersebut yaitu Kejadian Penyakit Diare, sedangkan dependentyang digunakan oleh peneliti yaitu Tingkat Kesehatan Para Pekerja Tempat Pembuangan Sampah. Persamaan variabel penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu variabel independent Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

1.5.3 Penelitian 3

Indra Chahaya S, (2006) dengan judul “Perilaku Tentang Pemakaian Alat Pelindung Diri Serta Keluhan Kesehatan Petugas Penyapu Jalan Di Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan “. Penelitian ini termasuk jeni penelitian survei yang bersifat deskriptif, yaitu untuk melihat pengaruh antara variable independen dan variable dependen, dalam hal ini perilaku tentang pemakaian alat pelindung diri serta keluhan kesehatan. Populasi penelitian adalah seluruh petugas penyapu jalan di jalan kota Medan. Populasi pekerja penyapu jalan sebayak 35 orang. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data menggunakan program computer ,disajikan secara distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 9,42% pekerja penyapu jalan raya tidak menggunakan APD cukup baik diakibatkan tidak ada ketersediaan

(9)

9

APD yang lengkap dan memadai dari dinas kebersihan. Perbedaan penelitian ini dengan penulis adalah teknik pengambilan sample dan penyajian kata.

Referensi

Dokumen terkait

Kebiasaan-kebiasaan pulang bersama itu pada akhirnya mengubah aku, kami, mereka, yang awalnya tak begitu akrab menjadi teman satu geng.. Di awal pulang bersama, aku

Memberikan informasi dan bimbingan kepada lembaga PAUD di wilayahnya (pelatihan, magang, pendampingan, tempat orbservasi, dan lainnya). Menjamin pelaksanaan Program PAUD

ini dapat mengurangi efisiensi antena dan gain, membatasi bandwidth, meningkatkan radiasi end-fire, meningkatkan cross-polarization, membatasi rentang frekuensi kerja dari

Projects, proje ile aynõ solution içinde yer alan bile ş en kütüphanelerini eklemek için kullanõlõr.. Eklenecek assembly nesnesini seçin ve Select dü ğ

Lembaga Penelitian yang merupakan pelaksana akademik pada tataran universitas dalam melaksanakan strateginya perlu diselaraskan dengan rencana strategi (renstra)

Penelitian tentang produksi polihdroksialkanoat (PHA) sudah lama dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Teknologi Bioproses Departemen Teknik Kimia ITB, namun cara yang

Secara internal, dalam diri anak juga terjadi perubahan- perubahan yang mendorongnya untuk lebih interesting (menarik) terhadap interaksi pertemanan dan pergaulan

Dalam kisah Sunan Kalijaga menampilkan tiga potongan kisah terpilih yang menceritakan mengenai media dakwah Sunan Kalijaga dalam bidang seni dan budaya seperti gamelan, wayang,