• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau Dari Latar Belakang Pendidikan (Studi Kasus Guru PKn Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau Dari Latar Belakang Pendidikan (Studi Kasus Guru PKn Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta)."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

(Studi Kasus Guru PKn Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Sarjana S-1

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh:

KRESTI YULIANINGRUM A 220 100 079

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN

(Studi Kasus Guru PKn Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta)

Oleh:

Kresti Yulianingrum*, Danang Tunjung Laksono, S.Pd. M.Pd**

 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, FKIP, UMS.

** Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muahammadiyah Surakarta, 2014.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan kompetensi profesionalisme guru Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari latar belakang pendidikan dan pelaksanaannya dalam pembelajaran di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.Penelitian ini menggunakan sumber data kepala sekolah, guru Pendidikan Kewarganegaraan, guru mata pelajaran lain, dan siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan mencatat dokumen atau arsip. Untuk validitas data menggunakan trianggulasi sumber data dan triangulasi teknik atau metode pengumpulan data. Metode penelitian ini, yaitu menggunakan teknik analisis interaktif. Analisis interaktif digunakan untuk membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumen.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Ketiga guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dapat dikatakan profesional, meskipun tidak semua memenuhi syarat yang ditentukan. Karena untuk menjadi profesional, guru harus memenuhi beberapa syarat. Syarat yang ditentukan terkait profesionalisme tersebut belum semuanya dipenuhi misalnya latar belakang pendidikan (kualifikasi akademik). 2) banyak usaha yang dilakukan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam meningkatkan profesionalitasnya, yaitu dengan penguasaan materi, penggunaan TIK, penguasaan metodologi dengan membuat PTK, mengembangkan diri dengan mengikuti MGMP, seminar, workshop, dan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat seperti bakti sosial. 3) dalam usaha guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan kompetensi profesionalismenya, masing-masing menghadapi kendala, antara lain tidak menggunakan TIK, tidak melaksanakan PTK, tidak mengikuti seminar atau workshop. Beberapa kendala yang dihadapi, tidak menjadikan guru Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme. Kata kunci: Kompetensi, Profesionalisme, Guru Pendidikan Kewarganegaraan,

(5)

PENDAHULUAN

Pendidikan dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, masih mengalami permasalahan yang serius. Kunandar (2011:7), menjelaskan bahwa “bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan yang sangat krusial dan multidimensional”. Hampir semua bidang kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat mengalami krisis yang berkepanjangan.

Setiap negara pasti mengharapkan memiliki kualitas pendidikan yang baik, termasuk di Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia banyak diperbincangkan akhir-akhir ini, baik di kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat maupun pihak pengambil kebijakan. Kualitas pendidikan nasional dinilai banyak kalangan belum memadai bila dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand, dan Vietnam. Kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk bila dibandingkan dengan negara-negara besar lainya pada abad ke-21.

Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan benar-benar produktif, sebab pekerjaan produktif pada masa kini adalah pekerjaan yang didasarkan pada akal, bukan tangan. Pembentukan orang-orang terdidik sebagai pendidik merupakan modal yang paling penting suatu bangsa. Pendidik dikatakan seorang guru profesional, apabila memiliki kemampuan standar baik yang berkenaan dengan bidang akademik, paedagogis, kualifikasi, dan sosial.

Janawi (2011:10-11), menjelaskan bahwa salah satu komponen yang harus diperhatikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah guru, karena dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar. Hal tersebut dikarenakan guru adalah “garda terdepan” dalam pelaksanaan pendidikan. Guru adalah sosok yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam mentransformasi ilmu pengetahuan, sekaligus mendidik dengan nilai konstruktif. Guru juga mengemban misi dan tugas berat, sehingga profesi guru dipandang

(6)

sebagai tugas mulia. Walaupun dalam realitanya guru selalu dipandang sebelah mata dan senantiasa disebut sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”.

Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam proses pembelajaran. Peran strategis guru dalam proses pembelajaran ini memiliki dampak pada kompetensi yang dicapai siswa berupa pengetahuan, keterampilan dan moral. Guru yang profesional pasti akan dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Hal ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, sehingga mampu memberikan motivasi dan semangat belajar siswa. Guru profesional akan dapat melaksanakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kreatifitas peserta didik.

Melalui strategi pembelajaran yang tepat dan beragam, peserta didik diharapkan tidak hanya memahami materi saja tetapi juga dapat mendorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Semua itu dapat tercipta karena adanya latar belakang pendidikan guru yang sesuai dengan bidang studi yang diampu, yang dibekali dengan pengetahuan sesuai dengan bidangnya.

Guru profesional tidak hanya dituntut untuk mampu memiliki kepribadian yang matang, penguasaan ilmu yang kuat, keterampilan mengajar, pengembangan profesi, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai bidang studi yang dikuasai. Tetapi pada kenyataan, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa siapapun bisa mengajar sehingga merasa tidak perlu memperhatikan latar belakang pendidikan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian terhadap kompetensi profesionalisme guru. Oleh karena itu dipandang cukup penting untuk mengadakan penelitian tentang kompetensi profesionalisme guru pendidikan kewarganegaraan ditinjau dari latar belakang pendidikan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan kompetensi profesionalisme guru Pendidikan Kewar-ganegaraan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta ditinjau dari latar belakang pendidikannya.

(7)

2. Untuk mendeskripsikan usaha yang dilakukan guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru.

3. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme.

LANDASAN TEORI

1. Kompetensi Profesionalisme Guru

a. Pengertian kompetensi. Sudjana dalam Janawi (2011:30), memahami “kompetensi sebagai kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi”. Menurut Sardiman sebagaimana dikutip oleh Janawi (2011:30), “kompetensi adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki seseorang berkenaan dengan tugasnya”. Jadi, kompetensi adalah kemampuan, kecakapan, keterampilan yang dimiliki seorang pendidik (guru) dalam menjalankan tugasnya.

b. Kompetensi guru. Menurut peneliti, dapat dikatakan bahwa kompetensi guru merupakan segala pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang pendidik (guru) yang memberikan ilmu atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang. Guru dalam melaksanakan tugasnya wajib memiliki kompetensi, dalam rangka keberhasilan pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

c. Macam-macam kompetensi guru. Peneliti merumuskan bahwa setiap pendidik harus mengetahui beberapa kompetensi yang harus dimiliki. Sedikitnya empat kompetensi dalam memegang profesinya. Keempat kompetensi tersebut yaitu kompetensi paedagogik (penguasaan teori), kompetensi profesional (kemampuan atau keahlian), kompetensi kesosialan (kemampuan berinteraksi), dan kompetensi kepribadian (suri teladan).

d. Kompetensi profesionalisme guru. Janawi (2011:48-97), menjelaskan bahwa kompetensi profesionalisme adalah kemampuan dasar tenaga pendidik yang mampu menguasai keahlian dan keterampilan teoritik dan praktik dalam pembelajaran. Seorang guru disebut profesional apabila guru memiliki

(8)

kemampuan standar baik yang berkenaan dengan bidang akademik, paedagogik, kualifikasi dan sosial. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesionalisme guru merupakan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki oleh pendidik (guru) dalam menjalankan tugasnya sesuai bidang yang dikuasai dengan penuh tanggung jawab. Kompetensi profesionalisme yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam mencapai keberhasilan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.

2. Guru Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian guru. Djamarah (2000:1), menyatakan bahwa “guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan”. Guru ialah seseorang yang mendidik dan menyalurkan ilmu pengetahuan baik dalam lingkungan pendidikan formal maupun non formal dengan penuh tanggung jawab, serta teladan kepada peserta didik dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.

b. Pengertian pendidikan kewarganegaraan. Menurut Bakry (2008:3), “Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia”. Dari pengertian tersebut, peneliti

merumuskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang

memfokuskan pada pengembangan peserta didik dalam mengembangkan kecintaan,

kesetiaan, keberanian untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia.

Mata pelajaran yang diadakan dalam rangka pembentukan warga negara yang

paham dan mampu melaksanakan demokrasi Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

c. Pengertian guru Pendidikan Kewarganegaraan. Guru Pendidikan Kewarganegaraan menurut peneliti adalah seseorang yang mendidik dan menyalurkan ilmu pengetahuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kepada siswa untuk dapat berkorban kepada bangsa dan cinta tanah air Indonesia dengan penuh tanggung jawab dengan memenuhi segala hal yang telah ditetapkan, serta dapat menjadikan peserta didik mampu melaksanakan hak dan

(9)

kewajiban warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945.

3. Latar Belakang Pendidikan

a. Pengertian latar belakang pendidikan. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen pasal 1 ayat (9), latar belakang pendidikan sama halnya seperti Kualifikasi akademik yaitu “ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan”. Latar belakang pendidikan merupakan dasar pendidikan guru. Dasar tersebut berupa ijazah (minimal S-1) yang dimiliki oleh seorang guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Latar belakang pendidikan yang dimiliki guru dalam mengajar, harus sesuai dengan bidang yang digeluti.

b. Macam-macam latar belakang pendidikan guru Pendidikan Kewarganegaraan. Di SMP Muhammadiyah 1 surakarta misalnya, ada tiga orang guru Pendidikan Kewarganegaraan yang mengajar. Ketiga guru Pendidikan Kewarganegaraan tersebut memiliki latar belakang yang berbeda. Pertama, latar belakang PMP yang sekarang PKn, kedua Hukum (Sarjana Hukum), dan ketiga Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

4. Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari

Latar Belakang Pendidikan

Kompetensi profesionalisme merupakan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dimiliki oleh seorang pendifik (guru) dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan bidang yang dikuasai dengan penuh tanggung jawab. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, guru harus memegang profesi sesuai dengan latar belakang pendidikan yang digelutinya. Baik Sekolah Dasar, guru mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa, dan lain sebagainya termasuk

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus sesuai dengan latar belakang pendidikan

tersebut.

Latar belakang pendidikan yang dimiliki guru dalam mengajar, harus sesuai dengan bidang yang digeluti. Guru Pendidikan Kewarganegaraan sejauh ini tidak semua sesuai dengan latar belakang pendidikan Kewarganegaraan. Banyak

(10)

ditemui guru Pendidikan Kewarganegaraan yang berasal dari mata pelajaran lain seperti Sejarah, IPS, atau bahkan Hukum (Sarjana Hukum).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Thohirin (2011:3), penelitian kualitatif adalah:

Penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Subjek penelitian ini terdiri dari kepala sekolah, guru Pendidikan Kewarganegaraan, beberapa guru mata pelajaran lain, dan Siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kompetensi profesional guru PKn di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah: narasumber atau informan yaitu kepala sekolah, guru Pendidikan Kewarganegaraan, beberapa guru mata pelajaran lain, dan Siswa SMP Muhammadiyah 1 Surakarta; tempat dan peristiwa yaitu Tempat penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta untuk memperoleh data yang lebih lengkap, data atau informasi. Peristiwa yang dimaksud adalah mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan untuk meninjau kompetensi profesionalisme guru; arsip atau dokumen dalam penelitian ini adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), ijazah yang dimiliki guru, dan foto dokumentasi sekolah.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan mencatat dokumen atau arsip. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kompetensi profesionalisme guru Pendidikan Kewarganegaraan. Observasi dilakukan untuk dapat mengetahui pelaksanaan

kompetensi profesionalisme guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam

pembelajaran. Mencatat dokumen atau arsip yang dijadikan kajian utama dalah

mengenai kompetensi profesionalisme guru Pendidikan Kewarganegaraan.

(11)

Sementara itu, dokumen pendamping berupa silabus, RPP, dan ijazah yang dimiliki oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan.

Penelitian ini menggunakan dua macam trianggulasi. Pertama trianggulasi sumber data berupa informasi tempat, peristiwa, dan dokumen yang diilustrasikan sebagai berikut.

Kedua, triangulasi teknik pengumpulan data berasal dari wawancara, observasi, dan mengkaji dokumen yang diilustrasikan sebagai berikut.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh informasi mengenai kompetensi profesionalisme guru Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari latar belakang pendidikan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun 2012 dengan hasil sebagaimana pemaparan di bawah ini.

Narasumber

Dokumen Silabus, RPP, ijazah yang dimiliki guru PKn, dll. Peristiwa Pelaksanaan kompetensi

profesionalisme guru PKn

Data mengenai kompetensi profesionalisme guru PKn di

SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Kepala Sekolah, guru

PKn, guru lain dan siswa

Wawancara

Observasi

Pelaksanaan kompetensi profesionalisme guru PKn

di dalam maupun di luar kelas

Dokumen

Kompetensi profesionalisme guru PKn, RPP, silabus, ijazah, dan dokumen lainnya

Data mengenai kompetensi profesionalisme guru

PKn di SMP Muhammadiyah 1

Surakarta Kepala Sekolah, guru

PKn, guru lain, dan siswa

(12)

1. Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dapat dikatakan sebagai guru profesional, meskipun masing-masing memiliki kekurangan dalam pelaksanaannya. Guru berlatah belakang pendidikan Hukum memiliki kekurangan dalam hal jarang menggunakan TIK dan strategi pembelajaran, selama mengajar tidak pernah melaksanakan PTK, jarang mengikuti kegiatan diskusi ilmiah seperti seminar, workshop, kecuali pada MGMP sekolah. guru berlatar belakang pendidikan IPS ekonomi, belum memenuhi indikator dalam hal tidak pernah menggunakan TIK dan strategi pembelajaran karena tidak begitu menguasainya, tidak pernah membuat PTK, jarang mengikuti kegiatan diskusi ilmiah seperti seminar, workshop, kecuali MGMP di sekolah. guru lulusan PMP (PKn) hanya kurang memenuhi indikator yang ketiga, yaitu pelaksanaan PTK, karena dalam kurun waktu satu tahun, hanya dapat membuat satu PTK, selain itu indikator yang lain sudah terpenuhi.

2. Usaha yang Dilakukan Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Muhammadiyah

1 Surakarta dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalisme.

Banyak usaha yang dilakukan guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam meningkatkan kompetensi profesionalismenya. Usaha-usaha tersebut adalah mempelajari materi yang akan diajarkan, mengikuti pelatihan TIK yang diadakan oleh pihak sekolah, melaksanakan PTK, mengikuti kegiatan forum ilmiah seperti MGMP sekolah, seminar, workshop, dan lain-lain, selanjutnya juga turut serta dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat.

3. Kendala yang Dihadapi oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalisme.

Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam hal meningkatkan kompetensi profesionalisme, pelaksanaannya tidak selalu berjalan lancar, tetapi juga terdapat kendala yang dihadapi. Masing-masing guru memiliki beberapa kendala dalam seperti tidak pernah menggunakan TIK dalam pembelajaran karena faktor usia, tidak menerapkan strategi pembelajaran karena tidak menguasainya, tidak melaksanakan PTK karena tidak menguasai, tidak pernah mengikuti forum ilmiah

(13)

seperti seminar, workshop, dan lain-lain. Tetapi kendala tersebut tidak menjadi penghambat oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Terbukti bahwa kinerja ketiga guru tersebut di sekolah dinilai bagus dan profesional.

SIMPULAN

1. Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dapat dikatakan sebagai guru profesional. Meskipun dalam pelaksanaannya belum memenuhi persyaratan yang ditentukan. Persyaratan tersebut seperti latar belakang yang sesuai, memiliki sertifikat guru profesional, dan juga memenuhi indikator profesionalisme guru.

2. Usaha yang Dilakukan Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Muhammadiyah

1 Surakarta dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalisme.

Banyak usaha yang dilakukan guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam meningkatkan kompetensi profesionalismenya. Usaha-usaha tersebut adalah mempelajari materi yang akan diajarkan, mengikuti pelatihan TIK yang diadakan oleh pihak sekolah, melaksanakan PTK, mengikuti kegiatan forum ilmiah seperti MGMP sekolah, seminar, workshop, dan lain-lain, selanjutnya juga turut serta dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat.

3. Kendala yang Dihadapi oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalisme.

Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam hal meningkatkan kompetensi profesionalisme, masing-masing guru memiliki beberapa kendala dalam seperti tidak pernah menggunakan TIK dalam pembelajaran karena faktor usia, tidak menerapkan strategi pembelajaran karena tidak menguasainya, tidak melaksanakan PTK karena tidak menguasai, tidak pernah mengikuti forum ilmiah seperti seminar, workshop, dan lain-lain. Tetapi kendala tersebut tidak menjadi penghambat oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan profesionalitasnya

(14)

SARAN

1. Kepada Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebaiknya memberi ruang untuk diskusi ilmiah, mengadakan berbagai acara diskusi ilmiah seperti seminar, workshop, untuk memudahkan guru dalam partisipasinya, mengirimkan guru-guru untuk mengikuti forum ilmiah di luar sekolah. Kepala sekolah hendaknya lebih selektif dalam menyeleksi calon guru, harus sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki.

2. Kepada Guru

Guru hendaknya menguasai materi yang lebih luas dengan menambah referensi lain yang sesuai, mengikuti pelatihan TIK agar dapat menguasai dan diterapkan dalam pembelajaran, banyak mengikuti pelatihan penelitian (PTK) untuk meningkatkan profesionalitasnya, selalu mengikuti kegiatan dalam pengabdian kepada masyarakat.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti dapat digunakan sebagai wawasan dan pengetahuan untuk mengadakan penelitian selanjutnya. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat, membantu, dan memberi sumbangan pemikiran bagi penelitian yang sejenis selanjutnya.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Noor Ms. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Janawi. 2011. KOMPETENSI GURU Citra Guru Profesional. Bandung: Alfabeta. Kunandar. 2011. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Referensi

Dokumen terkait

Leaflet ini dapat disebarkan dalam event-event yang berhubungan dengan kebudayaan dan lain sebagainya. Leaflet ini dapat juga di letakkan di tempat tempat umum, misalnya

Strategi Radio Sonora Yogyakarta dalam Persaingan Bisnis Siaran Radio, Yogyakarta : Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga.. Effendy, Onong

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa teori monisme-dualisme yang bersifat ex post ini tidak cukup memadai sebagai instrumen untuk mengatribusikan

Untuk menghitung kerugian Head Mayor yang terjadi di sepanjang jaringan pipa dengan cara manual dapat digunakan persamaan Hazzen Williams dimana kapasitas aliran adalah sebesar

Dengan menggunakan kartu cerdas tanpa kontak (Contactless Smart Card), diharapkan dapat menjadi alternatif bagi sistem parkir yang masih online dan menggunakan struk parkir

Hal-hal yang mempengaruhi kinerja tersebut mengacu pada kurangnya motivasi dalam bekerja yang berujung penurunan produktivitas kerja karyawan dalam menyediakan

(1) Permohonan izin usaha depo peti kemas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 diajukan kepada gubernur provinsi setempat dengan tembusan disampaikan kepada Direktur

Pasar nasional dan internasional mengindikasikan tebu merupakan komoditi yang penting.Beberapa Produk Derivat Tebu (PDT) seperti ethanol, papan partikel, pulp, dan