• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Derajat Infeksi Malaria Falsip Arum Pada Sediaan Darah Tepi dengan Derajat Beratnya Penyakit Secara Klinis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Derajat Infeksi Malaria Falsip Arum Pada Sediaan Darah Tepi dengan Derajat Beratnya Penyakit Secara Klinis."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

nununsaN,

nsnAJATINrsKsr MALA$S

{A!1ry*+99

. .

pAFA snbmAX'SAAAH

TErI

IIENGAN

nSAAJAT BE&dm{YA

PENYAKIT

SECARA

KLIMS

SKRIPSI

Diajukan kc Fakultas Kedokteran Uniyersitas Andalas sebagai pemenuhan salah

, .-'

safir syarat

untuk

mcndapatkrn gclar Sarjana

Kedokter*n

Oleh

MUHAMMITS

FAFIT

9&120058

'' t' 'l t :

Fakulas

Kedekteran Universitas Andalas

D

.

-r au.lrtx.adantg
(2)

fiuBUNcAF{ oEa.A"tAr

F{FEI(SI

MAt

ARTA

r4qryr$!lul{P-a--*

.,$A'DIAA!{,

.?ffiAg

DS

'Bf Sf,f

I{f;T

SECARA

KLINH;

'

SiPsi

Oleb,:

i:,.

(3)

-:,,,,,,,',"i1gggffiff'nlE

fgfgt,nCa{i4nfAlrAl"ttg

$*{'$AxlA'

.';.',:'

,3nrr

$nffiEryilsfr6$.BsR+.tAfsCftt

r

SECANA

KTINIS

MUHAMMAD.TADIL

NBP:98120058

:

retabAiii.i

i

tiralryrye

.Fa&ult*'K4oktero

,

unr+$6s

rcarg44g1rsgryl9fm

'

t.

;,

:;.;.;.., ,.

Ifarna .

Jab*r*

,Tanda.fanpnr:
(4)

ABSTRACT

THE

RELATION

OF

FALSIFARUM

MALARIA

INFECTIOUS

DEGREE

ON PERIPHE,RAL

SMEARWITH CLINICAL

SIGNS

OT'MAI.ARIA

DECREE Bv

ltluhammad

Fadil

Malaria is the most founded infectious disease in tropical area, causes

1-2,5

million

death annually. Plasmodium falsiparum is responsible

for

this

dea&

which causing severe malaria.

The Cross-sectional shrdy was performed

on

64 patients

of

RSUP dr. M.

Djanil

hospitalized at Internal deparfinent, who diagposd as falsiparum

maluia

in February, March and

April

20A2, selected by simple random sarrpling method,

to know the relation

of

frlsipanrm malaria infectious degree on peripheral

smsr

by counting the amount

of

parasites,

with

clinical signs

of

malaria degree

basd

on

WHO's preferences. Data were taking

from

medical record and conformed straightly

to

parasite count data

in

Pamsitologlr Laboratory

of

Medical School, University of Andalas.

There were three groups classified according to parasite count, low grade malaria (43,7W, mitldle grade malaria (46,9/s\, and high grade malaria tgA%r.

Patients

with

severe ane,nia complications 3,la/a,

with

hyperpyrexia 6,37o, with

aware less 16%. Patients with sweating

fevs

is 75nls, aad patients with shaking
(5)

ABSTRAK

HUBUNGAT{

DERAJAT INFEKSI

MALARIA

FALSIPARUM

PADA

SEDIAAI{ DARAH TEPI

DENGAN

DERAJAT BERATNYA

PENYAKIT

SECARA

KLII{IS

Oleh Muhammad

Fadil

Malaria masih merupakan penyakit infeksi yang paling sering diiumpai

di

negara

tropik

dengan kematian L-2,5 jata pertahun. Kematian

ini

disebabkan karena infeksi Plasrnodiunt falciparum yang menyebabkan malaria berat.

Telah

dilalgkan

suatu penelitian Cross-sectional terhadap pasien rawat

inap

bagipn

penyakit

dalam

RSUP

dr.M. Djamil

yang

terdiagnosa malaria falsiparum selama bulan Februari, Maret dan

April

sebanyak 64 sampel

dipilih

dengan metode simple random sampling,

untuk

mengetahur hubungan antara

derajat infeksi malaria falsipanrm pada sediaan darah tepi msnurutPdrasite count dengan beratrya penyakit secira

klinis

berdasarkan

triteria

WHO. Data -data

yang diperlukan diambil

dmi status

pasien dan dikonfirmasikan dengan

hitmg

pmasit di Laboratorium Parasitologi FK.UNAND.

Berdasarkan parasite count

didapattan

kelompok malaria ringan 43,7 Va'

malaria sedang 46,9a/odan malaria berat 9,4 o/o. Pasien dengan komplikasi anemia

berat

didapatkan sebanyak 3,1yo, dengnn hiperpireksia 6,30/o

dan

dengan

penunrnan kesadaran 16%. Kriteria demarn pasien dengan ciri berkeringat muncul

pada

48

sampel

(75'/t

dan menggigil pada 38 sampel

(59!yi.

Uji

chi-squae menunjukkan

bahwa

tidak

tprdapat hubungan yang bermakna antam derajat

infeksi

malaria falsiparum pada sediaan darah

tepi

dengan beratnya penyakit
(6)

KATA

PENGANTAR

Bi smill ahirralrm anirrahim

Segala puji dan qyukur penulis panjatkan kehadirat

AlHh

SWT yang telah

melimpahkan rahmat, nikmat, kesehatan, motivasi, dan ketabahan kepada penulis sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan slaipsi yang berjudul :

HUBUNGAN DERAJAT

INFEKSI

MALARIA

FALSIPARUM

PADA

SEDIAAN DARAH TEPI DENGAN

DERAJAT

BERATNYA

PENYAKIT

SECARA

KLINIS.

Skripsi

ini

diajukan

sebagai

salah

satu

syarat

untuk

menyelesaikan

progriun studi

Sarjana Kedokteran

(S.Ked) pada

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.

Bantuan moril dan materil telah banyak penulis terima dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah dengan kerendahan hati dan penuh penghargaan pe,nulis

mengucapkan terfuna kasih yang sefirlus- tulusnya kepada :

L

Ibu

Dra. Nuzulia

Irawati,MS selaku pembimbing

I

dan

Bapak dr.

Nasrul

Zubir

selaku pembimbing

II

sekaligus penasehat akademik,

yurg

telah

berkenan meluangkan

waktunya

unnrk

memberikan nasehat,

petunjuk,

dan

saran serta

bimbingan sejak

perencanaan

sampai penyusunan skripsi ini.

2.

Pimpinan

s€xta

sehnuh

civitas

akademika

Fakultas

Kedokteratr

Universitas Andalas.

iii

(7)

4.

Bapak Prof.

dr

Syafril Syahbuddin, Sp.PD

KE,

Ibu dr,

Hj

Rismawati

Yaswir

Sp.PK dan

Ibu

Dra.

Hasmiwati M.Kes, selaku

tim

penguji

skipsi

ini.

Bapak

dr.

Azlrz Jarnal Sp.MK,

Ibu dr.

Indrarvati Lipoeto,MSc,PhD, Bapak

dr. Hafni

Bachtiar, Drs.

Adrial

M.

Kes, Bapak Masrul, Pak

Anwar rekam medik yang

tslah

meluanglian

waktunya

untuk nembanhr penelitian ini.

Papa dan lnama tercinta atas segala nasehat, dorongan dan do'a yang

tulus

dalam mengiringi

langkatrku

untuk

menempuh pendidikan

kedoL:teran, serta mama Taci, Bang

ul, Ifa

dan Fitra tersayang yang

senantiasa meberikan seruangat untuk tetap bertahan dan tabah.

Teman terbaik yang pernah ada, John,

Mia, Udin,

Tataw, Dimas,

Miya, Niman, Najib, Beben,

Riri,

Pail,

Yopi,

Irwan, Roza, Et, Romi, Yani, Uci, Wahyu, Ajo, teman teman angkatan 98, pengunts BEM dan

DLM

yang

tidak

dapat disebutkan satu persatu, terirna kasih atas

dorongan dan motivasinya.

Ibu

dr.

Hj

Erly,

Pak drg. Mustafa, Ibu dr. Eryanti, Ibu

DR.

Justicia,

Bapak

DR. dr.

Rusdi

Aziz,

terima kasih atas perhatian, bimbingan,

kritikan, saran dan pertemanan yang bapak dan ibu berikan pada saya,

Insya Allah saya takkan pernah lupa dan akan berusaha unfuk menjadi lebih baik laei di masa yang akan datang.

Pak Mas, Bu Emi,

Ni

Nur,

Ni

Mar, Bu Rat, Da Mon, Pak Udin, PaIi

Ambo,

Ni

Yanti

dan seluruh karyawan/ti

FK.UNAND

terima kasih

{

6.

7.

(8)

atas segala bantusr dan perlakuan khusus yang telah diberikut kepada

sala-Penulis

menyadari

bahwa

skripsi

ini

jauh

dsri

sempuma, karena

keterbarasan yangilnmlis ndtiki. Untuk inr penulis mohon saran dan *ritikan yang

bersifat menrbangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.

T€ralftir

penulis menlampaikan mohon maaf yang ssbesu

-

besarnS'a

kepadakita semua.

Padang, 16 Se,ptember 2002

(9)

DAFTAR

ISI

Halaman

ABSTRACT

...

i

ABSTRAK

ii

KATAPENGAI.{TAR...

...'1.:....:.'

iii

DAFTAR

ISL..

vr

DAFTARTABEL

viii

BAB

I

PENDAHULUA}i

1

l.l.Latar

Belakang

l.2.Rumusan

Masalah

4

l.3.TujuanPenelitian

.'..."""

4

l.4.Manfaat

Penelitian

5

BAB

II

TINJAUA}{ PUSTAKA

2.1.Malaria

2.1.1.Pengertian... 2,1.2.Sejarah

2.1.3,Puryebab dan Hospes....

2.l.4.Distribusi

Geogafik

7

2.1.5.DaurHidup...

I

2.1.6.Caralnfeksi...

".'.'..'.'

8

2.1.7.Diagnosis...

.'..."

9

2.2.Malaria Falsiparum

2.2. l .Ptasmodium falsiPanrm

6

6

6

6

7

vl

(10)

2.2.2.Klasifikasi dan Manifestasi

Klinik

Malaria Falsiparum

2.2.3.Malaria Berat

2.2.4.Hiperparasitemia,.. ... ...

BAB

III

METODE PENELITIAN

3.l.Desain Penelitisn

3,2.Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.Cara pengambilan Sampel Penelitian

3.4. Identifikasi dan pengukuran variabel

3.4. I.Definisi operasional variabel

3.4.2.Natdan Bahan

3.5. Tata Laksana Penelitian

3.6. Waltu danTempat Penelitian. 3.7,Teknik tuialisis Data

BAB

IV

HASIL PENELITIAN

BAB

V

DISKUSI

BAB

VI

KESIMPULAN

DAN

SARAN

6.l,Kesimpulan ...

6.2.Saran

DAFTAR

KEPUSTAIi{A}I

LAMPIRAN 11 13 15

l8

18 18

l9

l9

19

2l

?t

))

23 24 29 33 33 34 35 39 40

DAFTARRIWAYAT

HIDUP
(11)

DATTAR

TABEL

Halaman Tabel

IV.l

Distribusi frekuensi sampel menwutpamsite

count

25

Tabel IV.2 Distribusi frekuensi sampel menurut

Hb

*:

25

Tabel IV.3 Distribusi frekuensi sampel menurut

suhu

26

Tabel IV.4 Distribusi frekuensi sampel menurut pelrurunan

kesadaran

26

Tabsl IV.5 Distribusi frekuensi sampel menurut kriteria

demam

27 Tabel IV.6

Uji

kernaknaan hubungan derqiat infeksi malaria

falsiparum pada sdiaan darah tepi menurut

prasite

cotmt dengan beratrya perryakit secara klinis berdasarkan

kriteriawH0

27 [image:11.459.43.421.55.706.2]
(12)

BAB

I

PENDAHULUAT{

1.1.

Latar

Betakang Masalah

Matmia masih menrpakan penyakit infeksi yang paling sering dijrmpai di

negara

tropik

pernah dilaporkan 270

!fia

penderita dengan kematian

l-2,5

j*a

pertahunr. Kematian

ini

disebabkan karena infeksi Plasvnodium falciparum yang

menyebabkan malaria berat. Dari 400 orang yang terkena

gstan

nyanruk malaria,

hanya 200 orang akan terinfeksi oleh Plasrnodium, dan krnang lebih 100 orang

akan memperlihatkan gejala klinis khas malaria, sedangkan yang menjadi malaria

benthanya2Yo2"

Mortalitas malaria

berat

dr

beberapa daerah masih cukup

tingg

(

di Indonesia berkisar 20,9-50V43. Tingginya mortalitas terganfimg

dari

prosedur penanganan penderita

malaria

berat dimulai

dari

kecepatan diagnosa dan

pengobatannya serta fasilitas psnanganm pada fasilitas kesehatan. Faktor laia yang menyebabkan masih tingginya mortalitas ialah patogenesa dari malaria berat yang masih belum jelasl5.

Masalah

lain

yang

tak

kalah pentingnya pada saat

ini

ialah timbulnya resistensi P. falciparura terhadap obat-obat pilihan malmia. Kondisi inilah yang

menimbulkan

hiperparasitemia

dan

perkembangan komplikasi-komplikasi sistenrik yang serius. Peiryakit

ini

me,mpunyai gffinbaran

klinis

ymg

luas dan

sesuai dengan pola organ yang terinfeksi4. WHO, menetapkan kriteria diagnosa

(13)

hip€rptrcit€mi4

malaria serebral, anemia berat, ikterus

,

ganggum asam basa

dm etdfiotit,

gagal

gqial,

hipatermia,

komplikasi

infeksi lain,

edema pang

tlpod*emia,

kolaps sirkulasi, perdarahan

dan

gangguan koagulasi, muntah-nnrnteh pada terapi peroral dan hemoglobinuria pada penderita dengan

benfift

rsdsual

P. falciparums.

Di

Indonesia malaria tersebar

di

pulau pulau dengan derajat etrde'misitas

ymg

berbeda-bda dan dapat bedanekit di daerah dengan ketinggian sampai 1800

ffi€rdiatas

permukaan laut" Angka Annual Parasite Incidence (API) aau insiden

pdasit

per tahun malaria

di

pulau Jawa dan Bali pada

ahun

1997 iatah 0,120

I

1000 penduduk, sedangkan diluar pulau Jalra parasite rate (PR) atau persentase

@ufuk

yang darahnya mengandung parasit malaria pada saat

tertenfi

tetap tinggi yaitu 4,78olo pada tahun 1997, tidak banyak berbda dengan PR tahrn 1990

(4,S4@.SpesiesyangterbanyakdirjumpaiadalahP.falcilnrumdanvivus.

Di

propinsi Sumatera Barat

,

berdasarkar Tabel Data Kesehatan Tahun 1999

Kanwil

De,pkes Sumatera Barat, pemberantasan penyakit malaria masih menjadi prioritas selama Pelita

VI

.

Dari

hasil survei malmiometrik Sumatera

Bua

tahm

1999 diperoleh data Parasite,Rate (PR) 1,52o/o dan Slide Positivity

ftoe

(SPR) atau persentase sediaan danh yang

positif

28,4o/o, dari 7058 sediaan

daah

ymg

diperiksa. Daerah

Tingkat

II

yang

terbanyak kasus malmiarrya ditemukan

di

Kabupaten Padang Pariaman dengan jumlah penderita

klinis

5055

trmg

, diikuti Kabupaten Pesisir Selatan 1170 ormg dan Kabupaten Sawahlunto
(14)

Data

dari

bagian/SMf

Iknu

Penyakit

Dalam RSUP

Manado selarna

periode Januari-Deseurber 19Fr8 tercatat 70 kasus malaria berat dengan persentase

terbanyak malaria dengan ikterus

yaitt

4l,6a/o, malaria dengm

itterus

ditambah komBlikasi lainl4.3sfo disusul oleh malaria serebfal sebanyak ll,4oh,dan malaria dengan gagal

gnjal

akut

l0%.

Pada tahun 1995 (Januari-Desember) tercatat 19

pasien malaria berat, dengan preseirtase malaria dengan

ikterik

36,8Vo,

malria

ikterik dengan komplikasi lain36,9a/o, malaria serebral 21pyo dan malaria dengm gagal grnjal akut 20,67o. Mortatitas malaria berat selama tahun 1998

di

RSUP Manado adalah ll,4yo,sdangkan tahrm 1995 ialah 15,87o3.

Kebijaksanaan

yang

diteurpuh

oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

untuk

menanggulangi kasus malaria

di

Indonesia adalah program

pemberanmsan malaria (Malaria control), dengan penentuan prioriAs didasarkEil

pada kriteria sosial ekonomi, prevalensi penyakit, daerah pengembangan ekonomi

dan pariwisata, ssrta daerah poteirsial wabah, misal daerah fokus dengan dominan

P.

fal

cipnrm

atau resiste,n

obaf

.

Walaupun begitu, sebeuarnya malaria adalah penyakit yang diagnosa dan

terapinya sedelhana, bahkan

jika

dibandingkan dengan penyakit infeksi lainnya kemungkinan hidupnya cukup besar.

Maka

dari

itu

sangatlah penting untuk melahrkan penilaian menyehnuh pada setiap kasus malaria. Salah satu

ptrtrlefer

(15)

1.2.

Rumusan

ll{asahh

Apakah jumlah parasit P.

falsiprunr

dalam darah berhubungan dengan

berat ringannya penyakit malaria?

13.

Tujuan Penelitian

13.1. Umum

Mengetrhui jumlah parasit dalam darah pada pasien rawat inap RSUP DR. M. Djamil Padang, yang terdiagnosa malaria

falsiparun

13.2. Khusus

a'

Mengetatrui distribusi derajat

infeksi

malaria falsiparum menurut

hihmgjenis parasit dalam darah pasien malaria falsiparum

b. Mengetahui distribusi derajat beratnya penyakit malmia secara klinis

menurut hemoglobin pasien rnalaria

falsiprum

c. Mengeuhui disribusi derat'at berahya penyakit malaria secara klinis

menurut suhu pasien malaria falsiparum

d. Mengetahui distribusi derajat beratnya penyakit malmia secara klinis

msnurut penrruRan kesadaran pasien malaria

ftlsipanm

e.

Mengetahui hubungan antara

jumlah

parasit

P.

falsipantm

pada
(16)

1.4.

ManfaatPenelitian

Dengan penelitian ini diharapkan

aee

1.

Dap*

mempermudah doktermtuk menegakkan diagnosa malaria

ber*

sedinimungfuin

2.

Kemungkinan kegagalan diagnostik dan kesalahan penatalaksanam

malaria berat

drya

ditekan bahkan dihindari sehingga penanganamira menjadi lebih efektif.

3.

Dapat menjadi daa awal untuk penelitian selanjutrya.

4.

Sebagar

media

dan

wadah

untuk melatih dan

mengaplikasikan
(17)

penelitim-BAB

II

TINJAUAN KEPUSTAKAAI{

Ll.

Malarh

Ll.L.

Pengsrtian

Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu "Mel Aere

=

udara buruk

:

bad

air"-

lvlaluia

adatah

infeksi

yang disebabkan parasit malaria, sntafrt

prakntn

dffih

yang termasuk datam

phyllum:

Apicomplexa, kelas Sporozoa, subkelas

Cruci&ids,

otdo Eucoccidides, sub-ordo Haemosporidiidea, fannli Plasmodidoe, gerws plasmodium.

Ciri

utalna

famili

Plasrnodiidae adalah adanya siklus hidup

Finl

silklus aseksual yang dimulai pada

vrtebrata

dan seterusnya berlanjut pada

nlimuh

Malaria ditandai dengan demam tinggr, yang sering intenniten, dengan

eemia

dan pembesaran linryall'l2.

?'J'J. Seiarah

Sejarah ditemukannya siklus hidup malaria dimulai oleh Laveran

di Al

@

pada

ahuo

1880 dengan me,nemukan pmasit malaria pada darah manusia

Sdaifilya

pada Ahun 1886 di Italia Golgi menemukan P. vivax dan P. molariae,

6

Cdli

dan Marchiava tahun 1890 menemukm P.

falciparun.

Ross pada tahun

IEgl-1898

di

lndia

menemukan

siklus hidup

parasit pada nyamuk,

dan

filannrm

oleh Grassi, Bignami dan Bastianelli di Italia yang menguraikan siklus

H@

prasit

manusia pada nyamuk anopheles. Tahun 1990 Manssn mengrrraikan

mi

termg

penularan pamsit kepada manusia melalui nyamuk,

Tahm

1934
(18)

Rafflaele menguraikan tentang siklus shzogoni pada erinosit, dilanjutkan antara

tahun

1947-1953

oleh

Garnham,

shst,

Malmos, covell

dan

shute, dengm mengrrraikan

siklus

eksoeritrositik

dali. berbagai spesies plasmodium pada

jaringan hati manusial2

2.1.3. Penyebab dan Hospes

Malaria disebabkan aleh

protozm

dari gerus Plastnodium. pada manusia Plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu p. falciparum,

p.

vivax,

p. malariae,ilaa

P. ovale. Keempat spesies plasmodium terdapat

di

Indonesia yaitu p. fatciparum

yang rnenyebabkan malmia

tropika

P.

vivm

yang menyebabkan malaria tertiana"

P. Malariae yang menyebabkan malaria quartana dan p. ovale yangmenyebabkan

malaria ovales. Penularan malaria dilalarkan

oleh

nyamuk

betina

d;y1i tribas anopheles

(Ross,

19f37).

Dari

sekitar

400

spesies

nyamuk

anopheles tslah ditemukan

67

species

yang

dapat menularkan

malmia

dan

24

diantaranya dit€mukan di Indonesial 3.

2.1.4. Distribusi C eografi

k

Malaria menrpakan penyakit endemis atau hiperendeinis

di

daerah tropis

marrym subtopis dan menyerang ncgara dengan penduduk

pdat..

Diperkirakm pcvalensi malaria

di

seluruh dunia berkisar antara 160-400 juta kasus. Batas dari

peiryebran

malaria adalah 64u

lintang

utara (Rusia)

dan

32o

lintang

selatan
(19)

Di

Indonesia malaria tersebar

di

selurutr pulau dengnn derajat endemisitas

yang berbeda-beda dan dapat berjangkit di daerah

dorgan kstinggian sampai lg00

meter di atas permukaan laut.

spesies yang terbanyak

diirnpai

adarah p.

falciprum

dan

p.

vivax. p.

malariae

drju rai di

Indonesia bagran

tiilur, p.

ovale pernah

diketmukaa

di

Irian Jaya dan

56"

Tenggara Timurs

2.1.5. Daur

Hidup

siklus

hidup semua spesies parasit malaria pada manusia adalah sam4

yaitu mengalami shdium-stadium

vmg

bspindah dari vektor nyamuk ke manusia

dan kembali

ke

nyamuk

lagi. Terdiri dari

siklus

seksual (sporogoni) yang

berlangsung pada nyamuk arnplwles, dan siklus aseksual yang berlangsung pada

manusia yang terdiri dari fase

eritosit

(erythrocytic schizogony)tz.

2.1.6. Cara

Infelsi

Malaria dapat ditularkan melalui dua cara yaitu cara alamiah

dm

bukan

alamiah-a,

Penularan secara alamiah (natural irfection), melalui

ggtan

nyamuk arnpheles.

b.

Penularan bukan alamiah, dapat dibagi m€,rurut cara penularannya,

ialah:

l.

Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada
(20)

bayr yang dikaodungnya. Selain melalui plasenta penularan dari ibu

kepada bayi melalui

ali

pusar

2.

Penularan secaf,a mekanik

terjadi melalui

tansfirsi

darah atau

janln

sunuk Penularan melalui janrm suntikbanyak

tujadi

pada para

pencandu obat bius yang menggrmakan janrm suntik yang tidak steril.

Infeksi malaia melalui transfusi hanya mengbasilkan siklus

eritrosits

karena tidak melatui sporozoit yang memsrlukan siklus hati sehingga

dapat diobati dengan mudah.

3.

Penularan

s@af,a

oral,

pernah dibuktikan pada ayam

(P.

gallinasium). brruns

d^n

(P. relection) danmonyet (P.lffiowlesi).

Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala Hiniss.

2.1.7. Diagnosis

Diagnosis malaria sebagaimana penyakit pada umumnya didasarkan pada

manifestasi

klinis

(termasuk anamnesis),

uji

imunoserologrs dan ditemukanaya parasit (Plasmodiurnl didalam darah penderita. Manifestasi klinis demam malaria

seringkali

tidak

kha$ dan menyerupai pe'lryakit

infeksi

lain tdsnam

dmgo",

demarn

tifoid)

sehingga menyulitkan para

klinisi

untuk mendiagnosis malaria dengan mengnndalkan pffigamaan manifestasi

klinis

saja, untuk

itu

diperlukm

pemeriksaan laboratoris untuk menunjang diagnosis malaria sedini mungkin. Hal

ini

penting m€ngrngat infelrsi oleh parasit Plasmodium (terutama P. folciparum\

dapat berkembang dengan cepat dan menimbulkan penyulit-penyulit yang beraf l.

(21)

Dijumpai riwayat demam dengan ane,mia dan splenomegali m€Rrpakan petmjuk

untuk diagnosa infeksi malaria khususnya didaerah

endemif

Secara

garis

besar diagnosis laboratoris demam malaria digolongkan menjadi dua kelompok yaitu perreniksaan mikroskopis (dengan berbagai teknik

termast*

Quantitative

Buffy Coat) dan

uji

imunoserologis

untgk

mendeteksi

adanya antigen spesifik

aau

antibodi spesifik terhadap Plasmodium. pada tahun

terakhir

ini

dikembangkan sidik

DNA

de,ngan berbagai teknik mulai dari

DNA

lengkap (entire genome probe) sampai porymemse

chain

Reaction @cR) yang

sangat sensitif sehingga dapat mende,teksi pototrgan DNA parasit plasmodiumzs.

2.2.

Malaria

Falsiparum

Malaria falsiparum atau malaria tropika adalah suatu b€rtuk penyakit malaria yang disebabkan oleh p.

fatciparam.

2J.1. plasmo{irrm

falsiprum

P.

falciparum

adalah qpesies yang paring

te*anava

karena poteosial

menimbulkan hiperparasitemia

dan

kmplikasi.

p.

falciparum

paling

utama

bertanggung

jawab untuk

pelbagai

manifestasi

klinis

dan

patologrk

dtr

merupakan suatu bentuk malaria

paling

berat

dm

berkomplikasi, diketahui

sebagai

malaria

frlsiparum,

pemicious, subtertian,

malignan,

atanr

estivoautummal2s.

Morfologi topozoit

p.

falciparun

berupa

ring/cincin

kecil

deng;an diameter kurang

hi

t/3

diameter

eritrosit

normal.Benfirk

cincin

ini

halus,
(22)

mempunyai sitoplasma berwarna biru" lffomatin

inti

merah dan

P

falciparum

adalah satu-satrmya spesies

yang

dapat mempunyai

2

laomatin

mti

(double chromatin)rs,Bentuk skizonnya jarang ada

dalm

sirkulasi darah

tepi,

dan

jika

ditenrukan skizon dalam darah tepi hal ini merupakan anda malaria berat. Bentuk gametositnya sangat

lfias

yaitu elips (crescenl berpigp€n wama hitam dengan

sitoplasma kunfug. Pada sediaan tipis mudah diidentifikasikm adanya presipitasi

Hb berupa bintik merah kasar

dalan

sitoplasma

eritosit

terinfeksi yang disebut

btntikMaurert6-P.

falciparum

mempunyai

afinitas

terhadap

setiap eritrosit

tanpa

mernandang umur. Konsekuensinya pada P.

falciparum

angka infeksi eritrosit

adalah sangat

tingg,

sehingga sering memberi komplikasi berat. Berahya malaria

frlsiparum

adalah proporsional terhadap dEnsitas parasit didalam penftuluh

internal dan tidak pada sirkulasi perifer. Pada malaria falsiparum serangannya

sering mendadak" rigcr jarang sekuat pada malmia lain, paroksismalnya

kurmg

teratur dan pada infeksi berat

demm

sering terus menerus.2s

L

2,2.2.

Khsifikasi

dan Manifcstasi

Klinik

nilahria

Fakiparm

Penderita malaria secara umum diklasifikasikm berdasatcan

klinik

dan

parasitologilfe. Klasifikasi

klinik

didasarkan

abs

ada

dau

tidaknya komplikari

dan keadaan rmrum psnderita, hal

ini

penting untuk mengetahui ffira yang tepat

dalam pernberim pengobatan (misalnya pada penderita yang muntah-muntah

sebaiknya diberikan obat parenteral, infeksi yang didapat dari daerah yang resisten

(23)

malaria

memerlukan pengobatan

yang

berbda).

Klasifikasi

parasitologik diperlukan untuk me,nentukan jeiris spesiesnya dan derajat parasitemianyale.

Malaria tropika merupakan bentuk yang

paling

berat, ditandai dengan

panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang

bany*,

dan sering

terjadi

komplikasi. Masa

inkubasi

g-r4

hari. Malaria tropika

mernpunyai

perlangsungan yang cepat, dan parasite,mia yang

tingg

dan me,nyerang s$rnrra bennrk eritrosit. Gejala prodromal yang sering dijumpai yaitu sakit kepala, nyeri

belakang/ttmgkai, lesu, perasaan dingrn, mual, muntah dan diare. parasit

srlit

ditemui pada pe,nderita dengan pengobatan supresif. Panas biasanya iregrrler

dan

tidak

periodit!

sering terjadi hiperpireksia dengan temperahr diatas

40t.

gejala

lain

berupa

konvulsi,

pneumonia

aspirasi

dan

banyak keringat

walaupun

temperatur normal. Apabila infeksi memberat, nadi cepat, mause4 muntah, diare

menjadi berat dan

diikuti

kelainan paru

oatuk)

tztt.

G"jul. malaia

ini

sering

dikelinrkan

de,ngnn

influenza" hepatitis,

gnogguan

lain

yang

menyenryi

komplikasinya seperti meningitis, ensefalitis.

Pada

frse

panas, suhu

tidak tunm

smpai normaf

tmperatur

meirjdi

remiten atau kontinua, bahkan kadang-kadang dengan dua puncak. Kadang-kadang demam

tidak

jelas

atau

tidak

ada, sampai

tinbul

gejala

awal

dari komplikasinya. Hal

ini

disebabkan perbedam stafi$ imrmitas dan sinkronitas dari

skizogoni aseksual dari

parasits-Limpa

membesar dengan cepat,

dan

biasanya teraba minggu pertama

setelah

infeksi.

Limpa membesar setiap

paiode

demam dan menunrn dengan

interval.

Pembesaran disertai

nyeri

pada perabaan, walaupun

limpa

(24)

kadang tidak teraba. Pembesaran hati jugn sering dijurrpai, bahkan pada malaria

di

Sulawesi

Utsra

hati lebih sering msmbesm dibandinekan dengan komplikasi lainnya. Kelainan firngsi hati lebih dominan peningkalan

bilirubin

dibandingkan dengan peningkatan enzim transaminase (hanya 2-3

x

normal). Kelainan giqial juga dapat terjadi sebagai komplikasi malaria falsipanrm. Pada urinalisis dijumpai

albuminuria

granular

dan

cast

hiaka urin

klorida

reirdah walaupun tidak dehidrasi, ini menuqiukkan adanya ganggun fungsi tubulusr?'l8.

Anemia sering terjadi mulai dari iler4jat ringan sempai berat, hemolisis jarang terjadi dan kasus dengan demanr kurcing hitam jarang dilaporkan. Anemia biasanya

normositik dan

sumsum

tulang normoblastik

Leukope,nia biasanya

dengan

hitung

leukosit

3000-6000/mm3,

dengm peilrnman

granulosit dan

peningkatan monositle.

2.23.

Malaria Berat

Malaria berat adalah malaria yang disebabkm oleh infeksi P. falcipantm

staditln ase*sual. WHO menebpkan kriteria diagnosa

nalilia

benat yaitu adanya

satu atau lebih komplikasi sebagai berikut :

Terdapat hiperparasiternia yaitu bila > 5% eritrosit dihingeppi parasit

tvlalmia serebral dengan kesadman meilrnm

(delirirn,

stnpor, koma) Anemia berat, kadar hemoglobin

<7,1

gf&

Ikterus, kadar bilirubin senrm > 50 mmol/l

Hipoglikemia kadang*adang

Mubrmgnn

dengan pengobatan kina

a.

b.

c.

d.

(25)

f-

Gagal glnjal akut, kadar kreatinin serum > 3,0 g/dl, urin kgrang

dari,m

mll24

jam

pada orang dewasa atau

<lz

ml,rlcg

BB

pada

anak-ad

setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin >3mg%o.

g.

Hipertermia atauhiperpireksia, suhu >

3fC

h.

Rlemapanr/ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)

i.

Perdarahan spontan dari hidung, gu$i, tract digestiws, dan/atau diserni

kelainan laboratorik adanya gangsmn koagulasi intravaskuler;

j.

Kejang benrlang

lebih dari

2

kaldz4

jam

setelah pendinginan pada

hipertermia;

k.

Asidemia (pH

.

7.25) dau asidosis (plasma bikmbonat

<

15

mmovl)

I'

Makroskopik hemoglobinuri oleh karena

infeksi

malaria

akut

(bukm

karena obat anti malaria pada kekurangan G-6-pD);

m.

Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada

pembuluh kapiler pada jmingan otak

n.

Syok, hipotsmflJ'E 15

Malaria berat

terutama

malaria

serebral

yang

merupakan komplikasi terberat sering mengakibatkan kematian, sekurang-kurmgnya 2

j$aorang

setiap

tahun di seluruh dunia a'5.

Gambaran

klinis

infeksi malaria yang bervariasi, diduga merupakan hasil

interaksi

yang

kompleks anmra antigen parasit

yang

bervariasi

dan

mudah

berubah, dengan reqpon imun individu2e. interaksi

ini

disamping dapat memberi

perlindungan dan penyembuhan

dari

infeksi,

dapt

pula menimbulkan dampak patologis. Sejumlah

frktor

seeerti ge,netik, status

nutrisi,

status imrmologi,
(26)

keterlarnbatan atau ketidak-tepatan terapi s$ta strain pmasit berpengaruh dalarn terjadinya malaria beraf .

Prognosa penderita malaria berat terganfirng dari kecepatan dari penderita

untnk mendapatkan diagnosa yang tepat dan penanganan yang akurat.

Walaupn

demikian keterlambatan penderita tiba di RS yang mampu melalcukan penanganan

malaria berat merupakan

frktor

yang penting

jugn. Mortalibs

malaria bsrat tergantung dari

jenis

organ dan

jumlah

organ yang terlibat dalam komplikasi. Cangguan kesadaran yang dalam, peningkatan respirasi

(>

35 :r/menit), asidosis,

gagal ginjal, hipoglikemia dan admya leukositosis me,nrpakan faktor utama yang meninggikan angka mortalitas. Dari penelitian di Minahasa yang melibatkan 111

penderita malaria berat,

bila

komplikasi hanya pada satu organ, mortalitasnya

l0,sYo, dengan

2

organ torkena mortalitas 47

$%

dan

bila

3

organ terkena mortalitas 88,9o41e.

2.2.4.

IJiprpa

rasitemia

Hubungan antara

tingkat

parasitemia

dan

mortalitas akibat

malaria falsipanrm pertama

kali

dilaporkm oleh Field dan Niven- Mortalitas dilaporkan meningkat pada parasitemia 100.0001pL dan

bila

parasitemia 500.000/pL maka angka kematian mencapai 50o/or5. Tingkat parasitemia dapat digunakan

untrk

menilai berabya penyakitl5'2O. Meskipun demikian, pada daerah endemis malaria, pmasitemia yang

tingg

sering ditemukan pada

individu yang

asimptomatik"

Dilain pihak terdapat kasus kematian akibat malmia dengan tingkat parasitemia

yang

re,ndah. Ketidak-sesuaian

ini

dapat ditoangkan

berdasarkan stadium
(27)

perkembangan parasit dan sinlaonitas infeksi p.

falciparum.

Beraurya pe,nyakit

lebih

ditenfirkan oleh

jumlah

parasit

yang

banekueskasi

ke

dalam

jaringm

daripada

jumlah

parasit

dalam

sirkulasi20. Morfologilstadium

parasit

dalam sediaan apus darah tepi mencerminkan proporsi parasit yang bersekuesfiasi dan mempunyai

nilai

prognostik. adanya sizontemia dan atau fiopozoit matang di

darah tepi merupakan petanda prognosa yang

burukI.

Hiperparasitemia didefinisikan sebagai malaria berat bila hihmg parasit >

5%

Q50.000ipL)30.

Ada

hubungan

yang

erat antara hiperparasitemia dengan

mortalitas/risiko kematian, khususnya

untuk

penderita yang

tidak

imun.

Bila parasitenria

kurang

dari

100.000/pL

mgka

keinatian

ialah

lyo,

dan

bila

parasitemia 500.0001pL

angka

kematian

ialah

50o1o

(kecuali

di

daerah

hiperendemik/holoendemik;1s.

Hal

ini

disebabkan karena adanya kemungkinan terjadi gang$an mikrovaskuler lebih banyak terjadi sehingga akan menyebabkan

kelainan metabolik seperti hipoglikemia dan asidosis metabolikrs. parasitemia

10% cukup banyak dijrrmpai, bahkan parasitemia s0-|'0% pemah

te{adi

pada

kasus

di

Minahasa2a. Penderita tersebut memburuk dengan cepfi, memberikan

gejala malaria serebral, gagal ginjal akut, ikterik yang dalam, anemia, asidosis,

hipoglikemia dan gagal respirasi akut dalam beberapa

jam.

Adanya perdaratran

retina membe,rikan

pcuduk

prognosa yang

jelek.

Bila

terjadi hiperparasitemia

biasanya dijumpai bentuk skizon didarah tepi. Kebalikan

dari

hiperparasitemia

(hitung

parasit

rendah/

0)

tidak

selalu

berarti

penderita

tidak

mengalami msrifestasi berat atau pe,nderita prognosanya baik.

Hal

ini

disebabkan admya
(28)

sekuesffasi pmasit yang m€,ngakibatkan pemeriksaan parasit

di

darah tepi tidak

cocok dengan adanya parasit sebenarnya di

dalamjarin$nt

(29)

BAB

III

METODtr

PENELTTIAN

3.1. Dcsain

Penclitial

Desain penelitian

yang

dipakai

adalah

cross

sectional

yang

bersifat

deskiptif

korelatif. Penulis nelalqukan observasi dah pada suatu periode

t€,fiffhl

kemudian data yang didapat dianalisis hubungan

anttra

satu keadaan dengan

keadaan lainnya berdasadan toori.

3.2. Populasi dan

Sampl

Penelitian

Populasi dalam pe,nelitian

ini

adalah pasien

rawd

inap dengan diagrosa malaria falsiparum dari bagian penyakit dalam RSUP dr. M. Djamit Padang pada

bulan Februari sampai

dengm

AVnlzWz.

Sebagai

saryel

dimbil

berdasartm Rumus Jumlah Sarnpel untuk penelitian Cross-Sectional yatrnil0 :

No=

4P.q

r

Nr=

Ns

1+No/N

No

:

jumlah sarrpel awal

p :

sifat suatu keadam ddam percea

jilo

tidak diketahui dianggap 50

o//o

q:

100%-p

L :

derajat ketepa'tan yang dipergunakaa lazimnya 5 7o

Nr

:

jilnlah

sanrpel yang sebenmnya
(30)

N :

jumlahpopulasilo

Didapatkan

jtmlah

sampel sebanyak 64 orang'

33.

Cara Pengambilan Sampel Penelitinn

Pengambilan sampel dilakukan dengan

cara

simple random sampling dengan pnnslp pokok semua individu mempunyai kesempatan yaag $una untuk

terpilih sebagai samPel

ro-3.4.

Identifikasi dar

Pengukuran

Variabel

3.4.1, Delinisi operasional variabel

a.

Sediaan darah tebal adalah tetesan damh pada kaca objek yang dilebarkan

lebih lnnang

t-2

cm sehingga eritrosit masih menumpuk

dm

penyebararmya tidak terlihat dengan jelas, yang dapat

dffiat

pada sediaan

ini adalah pembacaan parasit berdasarknjrrmlah

lel*osir

b.

Sediaan darah tipis adatah tetesan darah pada kaca objek yang dilebmkan

dengan objek lain setipis mungftin sehingga penyebaran erifrosit dapat

ditihat denganjelas.

c.

Hitung parasit atav pa msi te count terbagi dua yaitu, menghitung jumlah parasit yang dapat dilihat pada sediaan d31'ah t€bal per 200 leukosit dmt

menghitung jumlah parasit yang dapat dilihat pada sediaan darah tipis

pu

1000 eritrosit.

d.

Klasifikasi derajat infeksi malaria pada sediaan darah tepi terbagi meqiadi

3, yaitu ringan, sedang dan berat. Klasifikasi

ini

didapatkan dari
(31)

interprelasi metoda semi kuantitatif untuk hitung parasit pada sediaan

darah tebal" yainr

+

:

1-10 parasitper 100 laPangan

#

=

11-100 parasitper 100 lapangan

+r+ :

1-10 parasitper laPangm

++++

-

> 10 parasit per 1 lapangan

*+-r+*

= > 100 parasit per 1 lapangan 25 .

Setelah dilakukan pengamatafl dan hitung rata-rata didapatkan hasil

I

lapangan setara de,ngnn 10 leukosit dan dikalikm dengan jumlah leukosit

normal rat*rata,yainr 800025. Maka dengAn dernftian metoda

semi-kuantitatif dapat diinterpretasikan kedalam

htuk

kuantitatif.

Penghitungan ini dilakukan oleh seorang staf Laboratoritrm Parasitologi

FK.LINAIID yang telah berpeirgalaman dibidangnya selama lebih dari 20 tahun. Kemudian dikelompokkan menjadi 3

keloryo{yaiar:

ringan ;

*,+r

setara dengan 8-800

Frrasitld

sedang: +++ setam dengan 801-88S parasit/pl

berat

:

++-Fl,.ffi

setara dengan >88m parasit/pl

Klasifikasi infeksi malaria frlsiparum secara Hinis dikelompokkan

menjadi 2 kelompok yaitu malaria berat dan tidak berat, mengacu pada

laiteria WHO15. Penelitian ini mengambil beberapa faktor penyulit yang

meriyebabkao malaria falsiparum menjadi malaia berat, antara lain :

Hb < 7,1 grldl diartikan sebagai anemiaberat.

(32)

suhu >

39"c

diartikan sebagai hipertermia atau hiperpireksia. Terjadinya penunman

kesadaran-3.4.2.

Alet

dan Bahan

a.

Sediaan darah tebal tiap-tiap pasien dari bulan Febuari sampai

April

2W2 dilaboratorium Parasitologi FK

UNAND

b.

Mikroskop binokuler

c.

Mioyak emersi

d.

Stopwatch

e.

Tiga buah rak

f.

Alat -alat tulis

g.

Bgku data pasien Laboratorium Parasitologi

FK UNAND

dari bulan

Febuari sampai APril 2002.

h.

status pasien Baeian penyakit dalam RSU dr.M.Djamil Padang sejak

bulan Febuari sanrpai April 2002.

35.

Tata Lalaana Penelitian

L

sampel yang

tspilih

akan diamati dibawah milroskop binokuler dengan

pe,mbesaran 10

X

100, me,nggunakan minyak enersi.

2.

Hitung

jais

parasit {parasit count),

dilahkan

berdasarkan jumlah pamsit

dan leukosit yang ditemukan.

3.

Pada

tiap

lapangan pandang, parasit

dan leukosit dihitung

kemudian

dihentikan jika

jmlah

leukssit mencapai 200.
(33)

Jumlah leukosit rata-rata 8000lul damh, sehingga densitas parasit dapa dihitung sebagai berikfr :

ParasiVgl darah = jumlah parasit vang dihitung x 8000

jumlah leukosit yang dihitrms (200)25

Contoh:

Hasil : 1500 parasit200leuko

Bila leukosit 80001pL, hitung parasit: 8000/200

x

1500 par. = 60.000/FL25

untuk

mengetahui pencemaran parasit pada eritrosit, maka dilakukal perkalian

jumlah

parasit berdasarkan leukosit dengan 1000 eritrositi200 leukosif6.

6.

setiap hasil yang

didapat

dikonfirmasikan dengan diagnosa klinis

berdasarkan kriteria

wHols

pada status pasien

di

bagian penyakit Dalam

RSU dr.M.Djamil Padang pada bulan Febuari sampai

April

2002.

3.6.

rffaktu

dan tempat penelitian

Penelitian

dilalilkm

pada bulan

Mei

srmpai bulan

Juni

20a2,

dengan

status pasien

fa*?t

inap bagian penyakit dalam RSUP

dr.

M.

Djamil

dan data

sediaan darah

tepi

pasie,n

pada

bulan

Februari sampai

bulan

April

2002. Pemeriksaan sampel darah

dan

pengumpulan

data

dilakukan dilaboratorium Parasitologi Fakulas Kedokteran Universitas Andalas. Pengumpulan data Hinis

berdasarkan kriteria WHO15 pada status pasien dilakukan di Bagian rekam medik

dan Bagian Penyakit Dalam RSU dr.M.Djamil padang.

4.

5.

(34)

3,7.

Teloik

Anatisis DatN

Data yang didapat

diuji

secara statistik

deirgan

ffia

€hi-squffre

rntr*

me,mbr*tikan apakah terdapat

hubunp

yag

bermah

ffii

jumlah

parasit P.

falciparum

pada

diaan

darah

tepi

terhadap

fr1fi6-fdctr

komplikasi yang berpengmuh terhadap berat ringannya penyakit malaria

(35)

BAB

IV

IIASIL

PDNELITIAN

Telah dilaLukan suatu penelitian c.ross sectional yang bersifat

deshiptif

korelmif longitudinal tertadap pasien fawat inap bagim petryakit dalam RSUP

dr.M. Djamil selama bulan Februari, Maret dan

April

sebanyak 64 sampel, unttrk mengetahui hubnmgan antara dCIajat

infeksi

malaria falsiparum pada sediam

darah

tepi

menurut

parasite

count

dwgAn beramya

penyakit

secara klinis

berdasarkm laiteria WHO"

Populasi didapatkan

dari

status pasien

rawat

inap

yang

terdiagnosa

malaria falsipanrm

di

bagian

rekan

medik

RSUP

dr.

M.

Djamil

dan bagian

penyakit dalam

IRNA C

RSUP

dr. M.

Djamil.

Kemudian didapatkan sampel

berdasmkan Rurnus

Jmlah

Sampel wrtuk penelitian Cross-sectional dan dengm

c31g. Simple Random sampling. Diperoleh sampel dengan jenis kelamin laki-laki

sebanyak

5lS

%

dan

perempuan sebanyak

45,4%.

Ke,mudian

dilah*an

pendataan dengan mengambil data-data yang diperlukm sesuai dengan kriteria

WHO

unttft

malaria berat yainr

}Ib,

Suhg, lama dan laiteria de'maq

peilrurun

kesadaran, dan qplenomegnli.

Data

yurg

didapat dikonfirmasikan dengan mengldtmg parasite count

pada laboratorium

Parasitologi

Fakultas

Kedokteran

Universitas

fuidalas, kemudian data diolah dan diuji sec:ra statistik.
(36)

pada tabet

IV.l

dapat dilihat gambaran derajat infeksi malaria

falsipom

pada sediaan dcah tepi mmpet mentxvt parasite coant

Tabel

IV.l. Disfrtusi

frekuensi sampel menurutparasite count

Derajat Infeksi Malaria Falciparum

Sampel

Frekuensi

(f)

Prosentase (%o)

Ringan Sedang

B€rd

28 30 6 43,75 46,875 9,38

Jumlah

&

100^00

Dafi

64 sampel yang terdiagnosa malaria falsiparum, 28 (43,75W oftIng

pasien digolongkat kedalarn kelompok malaria ringnn berdasarkan hitung parasit

dengan rentang 8-800 pafasit/pl,dan 30 (46,875

W

orang pasien termasuk dalam

kelompok sedang dengan rentang 801-9300 parasit/pl, dan 6

(9,38yi

orangpasieit pada tabel

IV.2

dapat dilihat frekuensi sampel dalam klasifikasi beratnya

peiryakit malaria falsiparum secara

klinis

dengan komplikasi anenria mentrrut

kriteriaWHO

Tabel IV.2 Di$fibusi frekuensi sanrpel menurut Hb Berahya penyakit Maiaria

Falciparum secara klinis

Sampei

Frekuensi

{f}

Prosentase (%)

Tidak berat

Berat

62

2

96,875 3,125

Jumlah

M

100,00

Dmi

tabel

IV.2

tslihat

hanya

2

Q,l25W

saja yang menderita anerria beraf,

denganHb<7.1 grldl.

[image:36.483.58.433.128.244.2] [image:36.483.62.441.451.551.2]
(37)

pada tabel

IV.3

dapat dilihat frekuensi sampel dalam Hasifikasi beratnya

penyakit malaria

falsipanm

dengan komplikasi hiperpireksia menurut kriteria [image:37.493.58.434.201.283.2]

wHo.

Tabel IV.3 Distribusi frekuensi sampelmenurut suhu

Berahya penyakit Malaria Falciparum secara klinis

Sampel

Frekuensi

(fl

Prosentase

(oi)

Tidak berat Berat 60 4 93,75

62s

Jumlah

ffi

100.00

Tabel

IV.3

menunjglckan batrwa

dari

64

sampel, terdapat

4

(

6,25% ) pasien yang mengalami komplikasi hiperpireksia

(

suhu diatas 39 "C

),

sehingga

dapat digolongkan malaria berat berdasarkan kriteria WHO.

Pada tabel IV.4 menunjukkan &ekuensi sampel dalam klasifikasi beratnya

penyakit malaria falsiparum dengan konrplikasi peltunrnan kesadaran menurut kriteria WHO. Pentrunan kesadaran yang dimaksud meliputi apati, somnolen

da

koma

Tabel IV.4 Distribusi frekuensi sampel menurut penufunan kesadaran

Beratnya penyakit Malaria Falciparum secara klinis

Sarnpel

Frekuensi

{fl

Frosentase (%)

Tidak b€rdt Berat 5'.7 7 84 16

Jumlah

&

100.00

Pada

tabel

IV.4

dapat

dilihat,

7

orang pasie'n

(

16

%

)

mengnlmi

penunman kesadaran, sisanya ( 84 a/o) composmmtis cooperatif

[image:37.493.56.437.503.589.2]
(38)

Pada tabel

IV.5

terpapar data frekuensi

lriteria

demam yang diderita

pirsi€rl-Tabel IV.5 Disribusi frekuensi sampel menwut kriteria demam

Kriteria

demam Frekuensi

(fl

Prosentase {7o)

Menggrgil

Berkeringd

Terus menerus

Hilang

timhl

Turun naik

38 48 20

t4

I

59,375 75

312s

21375 l4,t)6

Pada tabel IV.5 dapat terbaca bafuwa gejala

de'mm

malaria srdah san86

bervariasi, bahkan untuk kategori malaria dongan

pryebab

spesies yang sam4

periode demaro pun tidak bisa menjadi acuan lagi. Namun demam dengan

ciri

berkeringat muncul pada 48

(75

o/o

) sampel dan menggigil pada 38 {59,375

%)

sampel.

Tabel

IV.6

Uji

Kemaknaan Hubungan Derajat Infeksi

h{alria

Falsiprum

pada Sediaan Darah Tepi menurut Parasite Count de,ngan neratnlra

Pryakit

Ssara Klinis Berdasarkan Kriteria WHO

\

Kriteria

\rms

\

Kriteria

\

Laboratoris

Malaria Berat MalariaTidak

Berd

Jumlah Ringan

A

3

B

25 28 SedangiB€rat C

I

D28 36

Jumlah

11 53

&

Didapatkan

X2 :1,6

[image:38.497.60.435.139.243.2] [image:38.497.62.440.378.642.2]
(39)

Berdasarkan

tabllzx}

dengan derajat kepercayaan 95 o/omal<a didapatkm batas kemaknaan 3,84. Karena

f

pada

chi-squre

diperoleh

hrang dali

3,84 maka dapat ditarik kesimputan bahwa

tidak

teda@

hubrmgan yang befinakna

antara derajat infeksi

mlaria

falsipanm pada sedimn alarah

tpi

dengnn bcafnya

pe,nyakit secara Hinis.

(40)

BAB

V

DISK['SI

Tujuan penelitian Cross-Sectional

ini

adalah rmtuk mengetahui hubungan

anttra derajat infbksi malaria

falnprum

pada sediaru da.ah tepi menurut hitung

parasit ataa parasite count dengan bera6ya

poyakit

s€cara

kiinis

berdasa*an laiteria WHO. Gotd staruisrd unnrk menegakkan diagrcsis

mairia

sampai sa6

ini

adalah menemukan parasit

pada

sediaan darah

tepi

dan

berdasarkan

pengamatan peneliti beberapa bulm yang dimulai pada awal tahun ini, permintaan

dokter

bagian

penyakit dalam RSUP

dr.

M

Djamil

teftadap

labonatorium Parasitologi F,akultas Kedokteran

unn*

melakukm

Wmsrte corml

segfr

meningkat.

Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini

adalah pasi€il rawat inap bagtan penyakit daiam RSUP dr.

M.

Djamil yang terdiagnosa malaria fuisiparun dari bulan Februari sampai de,ngan bulan April 2002dipilih dengro metode simple randam

sompling.

Data -data yang diperlukan diambil dari

status

pasieo daa

dikonfirmasikan dengan hitung parasit di LaboratoriumParasitologi FK.UNAND.

Dafi

64

sampel yang terdiagnosa malaria faisiparum, 28 <43,75Vo) orang

pasia

digolongkan kedalam kelompok malaria ringan berdasarkan hitung parasit dengan

rentang 8-S00 parasivlrl,dan

30

{46,8'75

?0

orang

pasien

terrrasuk

dalam kelompok sedang dengan rentang 801-880e1parasi#pl, dan 6 (9,387o; orang pasien

didalam kelompok malaria berat dengan parasit > 8800 parasit ltrl. Hitung parasit

terendah adalah 80 parasitlpl, danyang tertinggr adalah 70.000 paraslt

lpl.

(41)

Dari

tabel

IV.2

terlihat hanya

2

(3,125W

saja yang me'nderita anemia

berat, dengan

Hb

<

7.1

grldl.

Tabel

IY.3

menunjulkan bahwa da1gl

64

sampel terdapat

4

(

6,25ah

)

pasien yang mengalami komplikasi hiperpireksia

(

suhu

diatas 39

og

),

sehingga dapat digolongftan

malria

berat berdasarkas lsiteria

IVHO. Suhu yang diarnbil adalah suhu pasien ketika p€rtama kali masuk rumah

sakit. Pada tabel IV.4 dapat dilihat, ? orang pasien

(

16 o/")mengalami penunman

kesadaran, sisanya

(54

%\

composmentis cooperatif'

Manifestasi demam yang muneul pada tiap'tiap pasien sangatlah

kfb€da

antara satu dengan yang lain, pada tabel IV.5 dapat tertaca bahwa gejala demam

malaria sudah sangat bervariasi, bahkan untuk kateggi

malilia

dengnn pe'nyebab

spesies yang sarna, periode demam pun

tidak

bisa menjadi acran lagi.

Nmrm

demam dengan eiri berkeringpt muncul pada 43

(75

%

)

smpel

dan meirggigil

pada 38

(

59,37 5 % ) sampel.

Uji

chi-squtre

menunjukkan

bdrwa

tidak

terd@

hgbrmgan yang

bsmakua

antara

doajat infe*si

malaria falsipanrm pada

dim

dffih

t€pi

dengan beratnya penyakit secara klinis, terbukti dengAn

Oilae*ann:ra

X2 < 3,84.

Hal

ini

menraparkan dugaan

yang

tua;

bahqa

tsrdryd

multi faktor

yang

mempe,nguuhi patofisiologi

dm

perke,mbang& penyakit

balt

in

vito

maupun

in

vivo.

Pada penelitian ini, kriteria

klinik

yang diambil rmtuk membuat klasifikasi

berafirya penyakit secara

klinis

meliputi

Hb,

Suhu

dm

penunman kesadaran.

Berdasarkan kriteria malaria berat menunrt WHO, disebutkan

jika

terdapat sahl
(42)

atau

lebih

komplikasi

dm

faktor penyulit

dari laiteria

yang dipaparkan pada

tinjauan pustaka dapat dikategorikan sebagai malaria

ber*'

pada kenyataannya 3 dari 14 kriteria

jusru

tidak menur$ukkan hubungan

yang bermakna. Mungkin hal

ini

disebabkan 3 lsiteria ini tidak

mewakili

krit€ria

yang lain, atau dengan tidak menghiraukan kriteria

lain

berarti menghilangkan kemungkinan penegakan diagnosa untuk malaria beraf pada mmpel sehinggn

seharusnya

pasien

yang dapat dikategorikan malaria berat teningkirkan begitu

saja.

Namun ada beberapa pasien

yang

menrmjukkan gejala

klinis

sebagai malaria berat tapi tidak diikuti deirgan t€muan parasitemia yang tinggl, hal ini bisa

dijelaskan dengan patogenesa mataria

yang

disebabkan

P.falsipannn

yang mengakibatkan sitoadherensi dan sekuestrasi pada kapiler alat-alat dalam

Gambaran k:linis infeksi malaria yang bervariasi, diduga menrpakan hasil

interaksi

yang

kompleks antara antigen parasit

yang

bervariasi

dan

mudah

berubah, dengan respotr imun individu2n. inte"aksi

ini

dismping

dryaf memberi perlindungan dan penye,rnbuhan

dad

infeksi, dapct

prla

neirimbulkan dafiIpak

patologis. Sejrrmlah

faktor

seperti genetik, status

nutrisi,

status imunologi, ketslambatan atau ketidak+epatan terapi

s$A #min

parasit berpengnruh

dalm

terj adinya palaria bera( .

Tidak terdapatnya hubungan yang bermakna menurut

uji

chi-square antara

derajat

infeksi malaria fatsipmnn pada

sediaan darah

tepi

dengan beratnya

penyakit secara

klinis

selain didugn disebabkan karena kurang menyeluruhnya

pendataan yang diambil sesuai dengan laiteria malaia berat WHO, mungkin juga

(43)

disebabkan kare,na pengombilan data lait€ria klinis hanya

@a

saat pasi€n masuk

rumah

sakit

saja

nemun

tidak

memantau secaxa keseltnuhan

dari

perjalaom penyakit sipasien.
(44)

BAB

VI

KtrSIMPULAN DAN

SARA'N

6.1. Kesimpulan

Dari

hasil penelitian yang dilalarkan pada pasien rawat inap

di

Bagian Penyakit Dalam RSUP

DR

M.

Djamil, Padang yang terdiagEosa dengan malaria

falsiprum

pada bulan Februari sampai dengan

April

2002, dapat disimpulkan bahwa:

l.

Berdasarkan hitung

jenis

parasit dalam darah didapatkan persentase pasien

malaria falsipanrm dengan deraiat ringpn sebanding dengan derajat sedang; Ditemukan 9,38olo pasien mengalami malaria berat.

2.

Berdasarkan hemoglobin, pada

unffnnya

pasien

tidak

mengalami malaria

berat, hanya 3,125a/oyang mengalami malaria berat secara klinis.

3.

Berdasarkan suhu, sebagian besar pasien

tidak

mwgalami

malaria berdt"

hanya 6,25% pasieir yang mengalami malaria berat.

4.

Berdasarkan penurunan kesadaran sebagian besar pasien

tidak

mengplami malaria berat. Ditemukan l|o/opasien dengan malaria berat'

5.

Derajat infeksi malaria falsiparum pada sediaan darah tepi menurut parasrte

count

tidak

berbanding lurus dengan kriteria

Hinis

malaria berat menunrt hemoglobin, suhu dan penunrnan kEsadarm'
(45)

6J"

$ran

Berdasadru

pmgit*m

inf

terdapat bebe-rapa hal yang

pslu

dipsrhatikan

sebagai

Utm

Bettfu,yain:

1.

fvfeugndakil p€odithn lebih laniut mengenai hubungan derajat hf€k$i

nahria

Afsourm

pgfla sediaan darah tepi me.nurut

prasite

carrl

dengan beratnya

peulrakit

smra

klini s herdasarkan laiteria WHO secara mmyeluruh' sf.hinggn

tidak t€fjadi p€nyitrddran te*adap

kiffiia

klinis Qalaria be,rat yang

laia

Z.

N4dslqrkao

pelitian

lebih

hnjut

dsngan memsstau keadaaa pa$i€o sffiara

menyelurft dari

p€rbffi

ma$ft

rumah salft

saryai

puleg,

dengan

dffiikisn

variabel- variabel penggnn$r dapat

disingkirkan-3.

Menyarankan

kryda

$hak

rumab sakit agar membenahi dan menaa rekam medik agar lehih t€rkordioir dengan baik sehingga populasi dao sanpel yang

didapaCkan lebih rqresenCmif se,xrai dengnn mgka kqiadiany€sg seUenarnya

4,

lv{engffdtrkas kepada retiap dokter agar mmeriksakao

hitmg

parasit pada

pasien yang terdiagnosa ffialaria

falsipruq

s€bagai uBaya antisipatif terhadap

bahaya mataria berat .

(46)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1.

Green WB,

Mrsh

K

Snow R" Why do some african children develop seYere malaia ?

In:

Parasitological today, London, 1991 ; 7 (10)

:276

-281.

2.

Riryrald. P,

Peyron.

F,

lrpers.

JP,

Parasite

vinrlence factors

during

falcipanrm

malaria

:

rosetting,

q,"toadherence,

and

modulation

of

rytoadherence by cytokines, lnfect. Immun, Great

Britain,1993;

61 : 5198

-52M.

3.

Harijanto

PN,

Gejala

klinik

malaria berat. Dalam:

Harijanto

PN

Editor,

Malaria epidemiologi, patogenesis, manifestasi

klinis

dan penanganan, EGC,

Jakarta, 2000; 9: 166-182.

4.

White NJ, The patofisiolory

of

malaria. Advances

in

parasitology, London"

1992;31

:84-

114.

5.

Warrell

DA,

Clinical features

of

malaria.

In:

Gilles

HM,

Warrell.

DA

(Eds) Brucs Chwatt's essential malariolory,

3rdkl,

Edward Arnold, Great Britain,

1993,37

-48.

6.

Departernen kesehatan

Republik

Indonesia,

Epidemiologi malaria

buku pedomannomor

I,

1990.

1.

Djohar

I,.

Prevalensi malaria

dan

penyakit kecacingan pada pengobatan

massal di kecamatan pagai kepulauan mentawai surnatera barat bulari februari

1990. Laporan penelitian laboratorium parasitologi

FK UNAND,

Padang,

1990.

8.

Rampengan.

TH,

Malaria pada anak. Dalam: Hmijanto

PN

Editor, Malaria epiderniologi, patogenesis, manifestasi

klinis

dan penanganarl EGC, Jakarta 2000; 14 :249

-276.

9.

Kakkilaya

BS,

Evaluation

of

Cases

of

malaria.

diakses

dari:

http : /lwww. malariasite. com.it<akliilava/

10.

Azwar

A,

Prihartono

J,

Metodologr penelitian kedokteran

dan

kesehatan

masymakat. Edisi psrtarfia, Percrbit Bina Rupa Aksara, Jakffita,1987.

ll.Gilles

HM,

The malaria parasite.

ln

Giles

HM,

Warrel

DA

(eds) Bruce

-Chwa4s essential malariologr. 3 th ed, Edward Arnold, London. 1993

;12

*

27.

(47)

12. Nugroho A., Wagey

TM,

Siklus hidup plasmoditrm malaria. Dalam: Harijanto

PN

Editor, Malaria

epidemiologi,

patogenesis, manifestasi

klinis

dan

penanganan, EGC, Jakarta, 2000; 4:38

-

52.

13. Wemsdorfer WH, The importancs of maltria in the world. In : Krsier JP (ed) Malaria.

Vol

l.

London : Acedemic Press, 1980:

I

-

93.

14. Takken W, Knols BGJ,

A

taxonomic and and bionomic review

of

the malaria vectors

of

Indonesia.

ln:

Takken

W,

et. al (eds) Environmental meastnes

for

malaria

control

in

Indonesi4

a

historical review

on

species sanitation. Wageningen Agricultural University, Papers, 1990 : 90'97.

15. WHO, Mataria action progatn.

In:

Severe

md

complicated Malaria. Traasc.

of the royal of Tropical Medicine and hygtene, 1990, 84 ( Suppl.

2):31

-32-16. Shute GT, The microscopic diagnosis

of

malaria. In: Gregor M, Wernsdorfer

WH (Eds) Malaria principles and practice of malariolory. Volume I, Churchill

Living Stone, London, 1988 : 781

-

813.

17. White NJ, Malaria. In: Cook GC (ed). Manson's tropical disease. 20ft edition,

WB Saunders, London, 1996: 1087-1164.

18. Harinasuta

T,

Burnag

D,

The clinical features

of

malaria.

In :

Wemsdorfer

WH, Gregor

M

(eds), Principles and practice of malariolory, Vol.

I.

Churchill

Living Stone, London, 1988,: 7A9

-734.

19. Harijanto PN. Gejala

klinik

malaria. Dalam: Harijanto

PN

Editor, Malaria e,pidemiologi, patogenesis, manifestasi

klinis

dan penanganan, EGC, Jakarta,

2000:8:151-165.

20. Silamut K, White N.J. The relation of the stage of parasite, development in the peripheral blood

to

prognosis

in

severe falcipartrm Malaria. Trans.

R.

Soc.

Trop. Med. Hyg. 1993; 87 .436

-

M3.

21. Gilles HM. Diagnosis of Malaria" In: Management

of

severe and complicated malaria. World Health Organization, Geneva

l99l

:39-46.

22. Krogstad DJ, Plasmodium species

{

Malaria}

.

In

Mandell

GL,

Bennet JE,

Dolin

R"

(

eds) Mandell,

Douglas

and Bennets principles and practice

of

infectious diseases, 4fr edition. Churchil

Living

Stone,

USA,

1995:2415

-2421

23. Koneman

EW,

Allen

SD,

Blood

and tissue parasite.

h

: eolour

atlas and

textbook of diagnostic microbiolory, fourth editicn. TB Lippincott Company,

1992:926

-930.

(48)

24.

Harijanto PN, Rotty

L

. Penurunan parasitemia pada diagnosa kasus malaria

berat

dengan pengobatan tambahan

transfusi

ganti.

Makalah

Lengkap

KOPAPDI X, Padang, 1996.

25. Pribadi

W,

Husada SG, Ilahude

FID,

Parasit

malaria

Dalam: Parasitologi kedokteran,

disi

ketiga. Penerbit FKUI, Jakart4 1998.

26. Purwaningsih

S,

Diag,nosis malaria. Dalam: Harijanto

PN

Editor,

Malaria epidemiologi, patogenesis, manifestasi

Hinis

dan penanganan, EGC, Jakarta,

2000; 10: 185

-

193.

27. Cohen S, Lambert PH, Malaria. In: Cohen S, Wrre,n KS (eds), Immunolory

of parasitic infestions. Blackwell Scientific Publication, Oxfords,

1982;422-414.

28. Mmcial

M{

Rojas

RA,

Protozoal and helmentic diseases.

In:

Kissane TM. Ed, Anderon's patholory, 9ft edition,

Vol I.

The

CY

Mosby

Co,

St. L,ouis,

t9XJ;44545A.

29. Hoffinan S, Diagnosis, treatment and prevention

of

malaria. Medical Clinics of Norfh America 1992;1327

-

1355"
(49)

o q

\

t) N $ q 3 (', c) o)

o

s

00 t-c!

o

(t (o

t.

(o o)

f.-o

(or.r)

(t) f.-N ce $

q

t[I

ltl

H

6]

(\t I

@l

lr,l

(ot

N] N] r.- I

(! (o ro ro N c{

\

6t(o (n (o t-t!. c) tf) ^t+l a\l \l

-l

Al,.r

TI

ol

vl

t^]

il >< N I ul i

o

N ct) cti N o? c..l r? N ca c.i UJ I

o

c! oq N oq c\t oq qJ c\l oq I uJ N

q

t

q. F

o

..t C{ F @ cj N f

o

o, C{

o

(') rJ) co c

(

E

o

o (D O

o

l--z

:l

8u

ut<

F3

60

<a

EJ

<I

o-(J

33

e.)

4Z

au

<:

1&s

1u.tZ

c4

m:l

E <Y

?g*

-r

<o

=H

As

fiY

(50)

:l:!'r

!!: . ;

' +1'

:-.

._t

i,.:

WARNTWAYATHIDUP

:

M&ryad

Fadil

:I^mgsa/

3l

Mei

1980

:

Islan

:

: dr. Asykaruddin Sp.A

: Yardek

BA

: Jl. Ade Irma Suryani no 20 A, Payakumtutt

: 1. SD

Pstiwi

Medan, 1986- 1987

2. SDN 2 Payakumbub,lulus tahun 1992

3. MTs PPMI Assalaam,lulus tahun 1995

4. SM{.IN 14 Bandung, lulirs tahrm 1998

5. Fakultas Kedoktera4 Unirersitas Andalas, masuk tahun 1998

t,sqa

TEmpatltans$l

libir

Agatna

Nama OrangTna Ayah Ibu

Alamat Orarrg Trm

Gambar

Tabel IV.l Distribusi frekuensi sampel menwutpamsite count
Tabel IV.2 Di$fibusi frekuensi sanrpel menurut Hb
Tabel IV.4 Distribusi frekuensi sampel menurut penufunan kesadaran
Tabel IV.5 Disribusi frekuensi sampel menwut kriteria demam

Referensi

Dokumen terkait

Suatu survei yang menyangkut veteran Vietnam disebutkan bahwa 15% dari veteran tersebut mengalami gangguan stres paca-traumatik sejak kepulangan mereka

Rajin melalakukan yang baik (Titus 2:14), apapun yang kita lakukan ha- rus lakukan dengan tujuan atau motivasi yang baik, bukan karena su- paya dilihat orang namun kita

Hasil penelitian ini menghasilkan desain laboratorium alam yang nyaman dalam bentuk massa bangunan, penataan massa bangunan, warna, ukuran dan bentuk, perabot

Dalam penelitian ini ingin diketahui pengaruh penambahan propilenglikol 10%, 15% dan 20% terhadap pelepasan dietilammonium diklofenak dari basis gel carbopol ETD

Untuk mendukung kegiatan tersebut, maka dibangunlah suatu sistem informasi kelurahan bagan deli kecamatan medan belawan berbasis web.. Sistem ini di bangun menggunakan

In this category, four questions have been made ( Opportunity assessment results, Employee involvement in performance appraisal process, Effect assessment of the implementation

(dua puluh satu Bulan April Tahun dua ribu tujuh belas) Pokja V Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, Tahun Anggaran 2017

Berdasarkan paparan diatas, untuk mengetahui bagaimana gambaran literasi sains siswa dengan menggunakan model inkuiri, maka penelitian ini mengangkat judul “Deskripsi