Universitas Kristen Maranatha ix
DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
ABSTRAK
Pesawat nirawak adalah pesawat udara tanpa awak yang dapat dikendalikan secara jarak jauh atau dengan menggunakan remote control oleh pengguna. Pesawat nirawak semakin marak diminati oleh para pecinta teknologi di dunia, termasuk di Indonesia. Pesawat nirawak yang dilengkapi dengan kamera beresolusi tinggi dapat mengambil gambar dan merekam video secara langsung guna kepentingan pemotretan dan pembuatan film. Dengan semakin banyaknya pesawat udara yang beredar, pemilik atau pengguna pesawat nirawak harus memahami ketentuan hukum penggunaan pesawat nirawak agar tidak melanggar hak privat masyarakat maupun melanggar aturan Negara Republik Indonesia yang menguasai wilayah udara. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya kajian khusus terkait pengaturan pesawat nirawak di Indonesia dan pertanggungjawaban hukum bagi pemilik atau pengguna pesawat nirawak yang menimbulkan kerugian bagi hak privat masyarakat.
Penulisan skripsi ini menggunakan metode yuridis normatif yang ditujukan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undang-undang, pendekatan komparatif dan pendekatan konseptual. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan metode ini, tujuan yang diharapkan adalah mengkaji bentuk pengaturan pesawat nirawak di Indonesia dan penggunaannya di area publik ditinjau dari peraturan perundang-undangan serta mengkaji bentuk pertanggungjawaban hukum bagi pemilik/pengguna pesawat nirawak yang menimbulkan kerugian bagi hak privat masyarakat.
Bentuk pengaturan pesawat nirawak di Indonesia sejauh ini masih mengacu pada satu aturan yakni Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 90 Tahun 2015 tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak di Ruang Udara yang Dilayani Indonesia. Peraturan lainnya terkait dengan aturan pesawat nirawak tersebut adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan. Pertanggungjawaban hukum bagi pemilik/pengguna pesawat nirawak yang menimbulkan kerugian bagi hak privasi masyarakat dalam hal ini dapat dilihat sesuai dengan kerugian yang diderita oleh masyarakat. Apabila unsur-unsur perbuatan melawan hukum (PMH) sesuai dengan pasal 1365 KUH Perdata terpenuhi maka sanksi yang dikenakan mengacu kepada ganti rugi. Namun di sisi lain selain PMH, apabila pemilik/pengguna pesawat nirawak melanggar undang-undang yang berlaku serta terpenuhi unsur-unsur pidana yaitu unsur formil dan unsur materil maka sanksi yang akan dikenakan akan berupa sanksi pidana. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah perlu merancang undang-undang yang secara khusus mengatur penggunaan pesawat nirawak sebagai payung hukum sekaligus memberikan perlindungan kepada masyarakat baik secara represif maupun preventif serta perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat, penegak hukum dan pemilik/pengguna pesawat nirawak terhadap pengaturan pengoperasian pesawat nirawak pada kawasan udara publik dan privat.
Universitas Kristen Maranatha x
JUDICIAL ANALYSIS OF THE DRONE REGULATION IN INDONESIA AND THE PROTECTION OF PRIVACY RIGHTS
IN TERMS OF LEGISLATION
ABSTRACT
Unmanned aerial vehicle (UAV), commonly known as a drone, is an aircraft without a human pilot aboard. The flight of drone may be controlled either by a given degree of remote control from an operator or fully autonomously. Drone increasingly widespread demand by the people who interested in technology in the world, including in Indonesia. Drone equipped with high-resolution camera can take pictures and record video directly for photography and filming. With the number of aircraft in circulation, owners or users of drone must understand the legal provisions of using drone in order not to violate the rights of private communities and violates the regulation of the Republic of Indonesia who controlled the airspace. Therefore, there are needs for special assessment concern of arrangements associated drone in Indonesia and legal accountability for owners or users of drone to protect the private rights of the community. This thesis is focused on juridical normative method to recite the application of the norms in positive law. The author uses regulation approach, comparative approach and conceptual approach. The author uses a secondary data which consists of primary legal, used are secondary data consists of primary legal material, secondary material and tertiary material. Under this method, the expected goal is to study the form of arrangement drone in Indonesia and its use in public areas in terms of legislation and review the form of legal liability for the owners / users of drone to incur losses for the private rights of the community.
The regulations of drone in Indonesia is referring to the Regulation of the Minister of Transport of the Republic of Indonesia Number PM 90 Year 2015 concerning Aircraft Operation Control of Unmanned Air Space Served in Indonesia. Other regulations related to the rules of the unmanned aircraft is Act Number 1 Year 2009 concern Aviation, Government Regulation Number 3 of 2001 on Aviation Safety and Security and Government Regulation Number 3 of 2001 on Public Company Institute of Air Navigation Services Operator. Legal liability for the owners/users of drone that cause harm to people 's privacy rights in this case can be viewed in accordance with the losses suffered by the community. If the elements of an unlawful act in accordance with Article 1365 of the Civil Code are met then the sanctions imposed refers to compensation. Nevertheless besides tort, if the owner/user of drone violated laws and regulations, and fulfilled the elements of crime that is the element of formal and material elements of the sanctions to be imposed will be sanctioned. Under these conditions, the government should draft a law that specifically regulates the use of drone as a legal which provides protection to both repressive and preventive as well as the need for dissemination to the public, law enforcement and the owners / users of drone against regulating the operation of drone the public and private air area.
Universitas Kristen Maranatha xi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERSETUJUAN PANITIA SIDANG ... iv
PERSETUJUAN REVISI ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Kegunaan Penelitian ... 8
E. Kerangka Pemikiran ... 9
F. Metode Penelitian ... 15
G. Sistematika Penulisan ... 19
BAB IIHAK ASASI MANUSIA ATAS RUANG PUBLIK DAN RUANG PRIVAT DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA ... 22
A. Sejarah Hak Asasi Manusia Pada Hukum Positif di Indonesia ... 22
B. Pengaturan Hak Privasi Pada Deklarasi Hukum Indonesia ... 28
Universitas Kristen Maranatha xii
D. Batasan Ruang Publik dan Ruang Privat di Indonesia ... 37
BAB III PENGATURAN PESAWAT NIRAWAK ... 46
A. Pengertian dan Sejarah Pesawat Nirawak Internasional ... 46
B. Perkembangan Pesawat Nirawak di Indonesia ... 56
C. Klasifikasi Pesawat Nirawak di Indonesia ... 59
D. Pengaturan Pesawat Nirawak Dalam Hukum Positif ... 62
E. Fungsi Pesawat Nirawak ... 65
1. Fungsi Sosial dan Sipil ... 65
2. Fungsi Militer ... 66
F. Perbandingan Aturan Pesawat Nirawak di Indonesia dengan Negara Lain ... 67
BAB IVANALISIS PENGATURAN PESAWAT NIRAWAK DI INDONESIA DAN PERLINDUNGAN HAK PRIVASI DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ... 71
A. Analisis Pengaturan Pesawat Nirawak di Indonesia dan Penggunaannya Pada Ruang Publik ... 71
B. Analisis Tanggung Jawab Hukum Pemilik Dalam Penggunaan Pesawat Nirawak yang Menimbulkan Kerugian Bagi Hak Privasi Masyarakat ... 82
1. Perlindungan Hak Privasi Masyarakat dan Pengguna Pesawat Nirawak yang dibatasi Hak Orang Lain ... 82
2. Perbuatan Melawan Hukum Dalam Penggunaan Pesawat Nirawak ... 94
BAB V PENUTUPAN ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 102
Daftar Pustaka ... 104
Universitas Kristen Maranatha xiii
Universitas Kristen Maranatha 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu
pengetahuan terapan atau keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-
barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.1
Teknologi telah memengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak
cara. Pada banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu
memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini). Perkembangan
teknologi yang sangat pesat di era globalisasi saat ini telah memberikan
banyak manfaat dalam kemajuan di berbagai aspek sosial. Penggunaan
teknologi oleh manusia dalam membantu menyelesaikan pekerjaan merupakan
hal yang menjadi keharusan dalam kehidupan. Perkembangan teknologi ini
juga harus diikuti dengan perkembangan pada Sumber Daya Manusia (SDM).
Berbagai jenis teknologi dan perlengkapan diciptakan untuk membantu
pekerjaan manusia agar lebih efektif, cepat dan mudah. Penciptaan teknologi
baru tidak hanya membawa dampak positif dalam kehidupan manusia, terlebih
penciptaan, pengembangan atau penemuan tersebut membawa manusia dalam
segala hal yang lebih bersifat instan. Dampak negatif yang paling nyata sering
1
Universitas Kristen Maranatha terjadi di dalam perkembangan teknologi militer atau alat berperang yang
sewaktu-waktu berpotensi mengancam kehidupan manusia.2
Negara-negara maju pada era modern terlihat berlomba-lomba untuk
menemukan, mengembangkan atau menciptakan persenjataan yang lebih
unggul.3 Perlombaan dalam mengembangkan sarana dan metode berperang
oleh banyak negara tersebut justru menimbulkan potensi terjadinya
penyalahgunaan yang akan mengancam pencapaian perdamaian dan
keamanan internasional serta penghormatan terhadap nilai kemanusiaan,
seperti munculnya senjata nuklir, biologi, kimia, peluru kendali, misil
pendeteksi panas dan senjata non-konvensional lainnya pasca perang dunia
kedua yang merupakan contoh nyata dampak negatif dari perkembangan
sarana dan metode berperang. Perkembangan teknologi militer yang
akhir-akhir ini menjadi sorotan dunia internasional adalah lahirnya teknologi
pesawat nirawak yang sebenarnya telah lama ada dan dikenal sebagai pesawat
remote control. Perkembangan pesawat nirawak pada dekade terakhir ini terlihat tidak dapat diimbangi oleh kemajuan pengaturan hukum
internasional.4
Pesawat nirawak (drone) adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi
dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya
2
Robots on the Battleield Contemporary Issues and Implications for the Future, Combat Studies Institute Press, Fort Leavenworth, Kansas, 2014. Hlm. 89-90.
3
Ibid.
4
Universitas Kristen Maranatha sendiri dengan menggunakan hukum aerodinamika.5 Pesawat nirawak
memiliki manfaat yang sangat besar bagi negara yang memilikinya, terutama
untuk mendukung kegiatan-kegiatan sosial maupun militer. Untuk itu muncul
pemikiran mengurangi penggunaan tenaga manusia sebagai upaya mengurangi
resiko terhadap manusia dan menuntut ketepatan yang tinggi, sehingga
dikembangkanlah sistem pesawat nirawak. Untuk kepentingan tempur
dikembangkanlah pesawat nirawak dengan kemampuan pengendalian jarak
jauh oleh seorang pilot atau operator yang memiliki keakuratan cukup tinggi.
Selanjutnya dengan keunggulan pesawat nirawak tersebut, banyak negara
yang menerapkan kebijakan mengembangkan dan menggunakannya untuk
tujuan kepentingan keamanan nasional.6
Pesawat nirawak muncul pertama kali sebagai alat militer pada abad ke
18 yang digunakan oleh North Atlantic Treaty Organizations (NATO) untuk keperluan pengintaian dan mata-mata.7 Demikian pula Amerika Serikat telah
menggunakan pesawat nirawak sebagai alat pengintai pada perang teluk tahun
1990, bahkan jauh sebelumnya Israel telah menggunakan pesawat nirawak
pengintai pada tahun 1982 dan tahun 1996 di Lebanon. Pesawat nirawak pada
prakteknya memang lebih banyak digunakan sebagai alat militer. Minimnya
resiko dalam melakukan misi-misi berbahaya, tingkat efisiensi penggunaan
yang tinggi serta biaya produksi yang lebih kecil dibandingkan dengan
5
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 90 Tahun 2015 tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak Di Ruang Udara Yang Dilayani Indonesia.
6
Op.Cit., Sarwono Prawihardjo
7
Universitas Kristen Maranatha pesawat berawak menjadi alasan utama mengapa pesawat tanpa awak sangat
diminati penggunaannya di bidang militer. Keunggulan-keunggulan tersebut
juga menyebabkan pesawat nirawak banyak digunakan dan dikembangkan di
berbagai negara.8
Fungsi positif penggunaan pesawat nirawak pada kegiatan-kegiatan
sosial antara lain, sebagai sarana transportasi logistik di daerah terpencil yang
sulit diakses, pemetaan jalur pipa, kegunaan pertanian, pemadam kebakaran
serta pencarian orang hilang.9 Bahkan kini Amerika Serikat telah memberikan
sertifikasi terhadap pesawat tanpa awak jenis Northrop Grumman Global Hawk untuk dapat digunakan sebagai alat transportasi sipil lintas negara. Pesawat tanpa awak dalam melaksanakan tugas militer pun memiliki
keunggulan yang sangat baik dibandingkan teknologi pesawat udara militer
lainnya, yaitu sebagai alat pengintai, pemburuan terduga militan,
melaksanakan misi pada wilayah-wilayah yang berbahaya, dan untuk
melakukan patroli keamanan secara rutin serta membantu tugas-tugas
kepolisian.10
Pada satu sisi perkembangan teknologi, khususnya pengembangan
pesawat nirawak memang memberikan banyak manfaat yang positif, namun di
sisi lain kemajuan teknologi tersebut tidak dapat diimbangi dengan kemajuan
8
Ibid.
9
Ibid.
10
Universitas Kristen Maranatha hukum yang ada, sehingga kesenjangan ini menjadikan adanya peluang
terjadinya penyalahgunaan kekuatan militer tersebut.11
Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada ke empat Konvensi Jenewa
1949 mengenai perlindungan korban perang, serta pengaturan-pengaturan
mengenai alat dan metode berperang pada Konvensi-Konvensi Den Haag 1907 telah memberikan petunjuk yang jelas mengenai apa yang dimaksud
sebagai pelanggaran penggunaan kekuatan militer.12 Contoh tindakan yang
merupakan penyalahgunaan kekuatan militer terdapat di dalam Pasal 50
Konvensi Jenewa I 1949 bahwa yang merupakan pelanggaan berat dalam
penggunaan sarana dan metode berperang yaitu, pembunuhan yang disengaja,
penganiayaan atau perlakuan tak berkeperimanusiaan, menyebabkan dengan
sengaja penderitaan besar atau luka berat atas badan dan kesehatan,
pembinasaan luas, tindakan pemilikan atas harta benda yang tidak dibenarkan
oleh kepentingan militer dan dilaksanakan dengan melawan hukum serta
penyerangan yang dilakukan dengan membabi buta. Ketentuan-ketentuan
bersamaan dalam Hukum Humaniter Internasional (HHI) juga telah
mentapkan bahwa segala sarana dan metode berperang harus sesuai dengan
prinsip-prinsip atau asas-asas yang menjadi dasar dalam penggunaan kekuatan
militer di setiap situasi dan kondisi konflik apapun.13 Segala bentuk sarana
dan metode berperang yang bertentangan dengan prinsip dan asas-asas HHI
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Universitas Kristen Maranatha tersebut secara tegas dinyatakan sebagai bentuk pelanggaran penggunaan
kekuatan militer.14
Pada perkembangannya pesawat nirawak tidak hanya digunakan
sebagai alat perang saja, akan tetapi sudah menjadi alat pemuas hobi. Pesawat
nirawak menjadi hobi bagi orang-orang kaya dan penyuka teknologi. Alat
yang bisa dikendalikan dari jarak jauh ini dianggap memiliki nilai masa
depan. Pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicles (UAV) pada awalnya
memang memiliki reputasi untuk memata-matai. Ia dianggap sebagai predator
di daerah konflik, dengan satu rudal di atasnya. Karena relatif baru, banyak
orang masih tidak nyaman melihatnya, khususnya pada saat pesawat nirawak
berada di ruang publik.
Ruang publik (public space) adalah ruang sosial yang umumnya
terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat, misalnya jalan, alun-alun, taman,
pantai, gedung pemerintahan yang terbuka untuk umum, dan perpustakaan
umum.15 Secara yuridis belum terdapat aturan yang bisa menata penggunaan
pesawat nirawak di Indonesia. Salah satu contoh kasus tentang
penyalahgunaan pesawat nirawak di wilayah udara di Indonesia yaitu jatuhnya
sebuah pesawat nirawak di Menara BCA pada tanggal 20 Juli 2015. Salah satu
unsur keberatan masyarakat dalam penggunaan pesawat nirawak tanpa izin
adalah privasi. Penggunaan pesawat nirawak dapat mengganggu privasi warga
negara dikarenakan pesawat nirawak dapat terbang melewati pekarangan
warga dan bisa melaksanakan pengintaian tanpa diketahui oleh target.
14
Ibid.
15
Universitas Kristen Maranatha Pesawat nirawak terkait penggunaannya yang marak oleh berbagai
negara hingga saat ini memang belum memiliki pengaturan khusus dan
pertanggungjawaban pemilik/pengguna, hal ini telah yang mendorong penulis
untuk melakukan pengkajian terhadap ketentuan hukum mengenai pesawat
nirawak yang sebelumnya sudah pernah ditelititi oleh Ichsan Jaya Kelana
sebagai tugas akhir skripsi di Universitas Lampung g ju ul “PESAWAT
TANPA AWAK (UNMANNED AERIAL VEHICLE/UAV) SEBAGAI
ALAT MILITER OLEH AMERIKA SERIKAT DI WILAYAH NEGARA
LAIN MENU UT HUKUM INTE NASIONAL” serta mengumpulkan
ketentuan-ketentuan yang relevan untuk dapat dijadikan sebagai dasar hukum
dalam penggunaan pesawat nirawak. Dengan demikian penulis memilih
p liti g ju ul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP
PENGATURAN PESAWAT NIRAWAK DI INDONESIA DAN
PERLINDUNGAN HAK PRIVASI DITINJAU DARI PERATURAN
PERUNDANG-UN ANGAN”.
B. Identifikasi Masalah
Di dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan guna
mempermudah pembahasan agar pembahasan tidak menyimpang dari materi
pokok penulisan skripsi ini. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk pengaturan pesawat nirawak di Indonesia dan
penggunaannya di area publik ditinjau dari peraturan
Universitas Kristen Maranatha 2. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban hukum bagi pemilik/pengguna
pesawat nirawak yang menimbulkan kerugian bagi hak privat masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengkaji bentuk pengaturan pesawat nirawak di Indonesia dan
penggunaannya di area publik ditinjau dari peraturan
perundang-undangan.
2. Untuk mengkaji bentuk pertanggungjawaban hukum bagi
pemilik/pengguna pesawat nirawak yang menimbulkan kerugian bagi hak
privat masyarakat.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan ini dibagi menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.
1. Kegunaan Teoritis
Dalam hal kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan penulis dapat
berguna bagi perkembangan hukum pada umumnya khususnya hukum
yang terkait dengan pengaturan pesawat nirawak.
2. Kegunaan Praktis
Peneliti berharap, penelitian ini dapat berguna bagi para praktisi, dan
penegak hukum yang bergerak dalam hukum bisnis dan dapat digunakan
sebagai referensi bagi pengguna/pemilik pesawat nirawak. Peneliti
berhadap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi
Universitas Kristen Maranatha awal analisis lebih lanjut mengenai pengaturan hukum terkait pesawat
nirawak.
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran atau konseptual merupakan kerangka yang
menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin atau akan
diteliti.16 Sedangkan konsep adalah kata yang menyatakan abstraksi yang
digeneralisasikan dari gejala-gejala tertentu. Secara umum kerangka konsep
mengedepankan definisi-definisi dari suatu permasalahan atau dengan kata
lain merupakan uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.17
Negara hukum tidak dapat diwujudkan apabila kekuasaan negara masih
bersifat absolut atau tidak terbatas, karena pada paham negara hukum terdapat
keyakinan bahwa kekuasaan negara harus di jalankan atas dasar hukum yang
baik dan adil.18 Jadi pada negara hukum dapat dipahami, bahwa hubungan
antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan
belaka, melainkan berdasarkan suatu norma obyektif yang mengikat pihak
yang memerintah. Adapun yang dimasud dengan norma obyektif adalah
hukum yang tidak hanya berlaku secara formal tetapi juga dipertahankan
ketika berhadapan dengan ide hukum.19
Friedrich Julius Stahl (sarjana Jerman) mengkalimatkan pengertian
Negara Hukum sebagai berikut:
16
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hlm.132.
17
Amiruddin dan H.Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hlm.47.
18
Franz Magnis Suseno, Etika Politik(Pinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaran Modern), Cet. 7, Jakarta: PT Gramedia, 2003, hlm.295.
Universitas Kristen Maranatha “Negara harus menjadi Negara Hukum, itulah semboyan dan
sebenarnya juga daya pendorong daripada perkembangan pada zaman baru ini. Negara harus menentukan secermat-cermatnya jalan-jalan dan batas-batas kegiatannya bagaimana lingkungan (suasana) kebebasan itu tanpa dapat ditembus. Negara harus mewujudkan atau memaksakan gagasan akhlak dari segi negara, juga secara langsung, tidak lebih jauh daripada seharusnya menurut suasana hukum. Inilah pengertian Negara Hukum, bukannya misalnya, bahwa negara itu hanya mempertahankan tata hukum saja tanpa tujuan pemerintahan, atau hanya melindungi hak-hak dari perseorangan. Negara Hukum pada umumnya tidak berarti tujuan dan isi daripada Negara, melainkan hanya cara dan untuk mewujudkannya”.20
Negara dalam penyelenggaraannya harus berlandaskan hukum. Hukum yang
dibentuk dan berlaku di masyarakat harus dapat menjadi pedoman serta
mengubah pola dan perilaku masyarakat.
Roscoe Pound memiliki pendapat mengenai hukum yang menitik
beratkan hukum pada kedisiplinan dengan teorinya yaitu: “Law as a tool of
social engineering” bahwa hukum adalah alat untuk memperbaharui atau
merekayasa masyarakat.21 Dengan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di
Indonesia, konsepsi “law as a tool of social engineering” yang merupakan
inti pemikiran dari aliran pragmatic legal realism itu, oleh Mochtar Kusumaatmadja kemudian dikembangkan di Indonesia.22
“To invent an airplane is nothing, to build one is something. But to fly
is everything.” Kutipan dari Otto Lilenthal menggambarkan bahwa dalam
dunia ini, baik dalam perihal bisnis, kesenangan bahkan salah satu mimpi
besar manusia adalah untuk dapat terbang. Mimpi ini terwujud bagi manusia
berkat Wright bersaudara (Wright Brothers) yang pada akhirnya dengan
20
Friedrich Julius Stahl (Sarjana Jerman), Staat and Rechtslehre II, 1878 hlm.137.
21
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung: PT. Citra AdityaBakti, 2007, hlm.34.
22
Universitas Kristen Maranatha berkali-kali kegagalan dan dengan cara try and error, berhasil membangun pesawat terbang walaupun belum modern seperti saat ini. Wright bersaudara,
Orville (19 Agustus 1871 - 30 Januari 1948) kemudian saudaranya Wilbur
(16 April 1867 - 30 Mei 1912) adalah dua orang Amerika yang dicatat dunia
sebagai penemu pesawat terbang karena mereka berhasil membangun
pesawat terbang yang pertama kali berhasil diterbangkan dan dikendalikan
oleh manusia pada tanggal 17 Desember 1903. Dua tahun setelah penemuan
mereka, kedua bersaudara tersebut mengembangkan 'mesin terbang' mereka
ke bentuk pesawat terbang yang memakai sayap yang seperti sekarang kita
kenal. Selepas jaman Wright bersaudara pesawat terbang sudah berubah
menjadi sebuah komoditas yang sangat dikaitkan dengan teknologi.
Pengertian hukum udara menurut Diederiks-verschoor, hukum udara
(air space law) sebagai hukum dan regulasi yang mengatur pengunaan ruang
udara yang bermanfaat bagi penerbangan, kepentingan umum, dan
bangsa-bangsa di dunia.23 Selain pengertian diatas menurut K. Martono ada juga
pengertian lainnya menurut pakar yang mempunyai keyakinan bahwa hukum
udara dan hukum ruang angkasa harus disatukan dalam cabang hukum
tunggal, karena kedua bidang tersebut mewakili bidang hukum yang secara
langsung maupun tidak langsung berlaku pada penerbangan-penerbangan
yang dilakukan manusia. Pengertian ini diawali karena terbitnya sebuah
glossary Tahun 1995 oleh Research Studies Institutes pada Maxwell Air Force Base, dimana ditemui sebuah definisi istilah Aerospace yaitu:
23
Universitas Kristen Maranatha
“The earth’s envelope of air and space above it, the two considered as a single realm for activity in the flight of air vehicles and in the launching, guidance and control of ballistic missiles, earth
satellites, dirigible space vehicles, and the like”.
Berdasarkan glosarium ini John C. Cooper seorang ahli hukum udara,
sampai pada suatu definisi istilah aerospace yaitu sebagai keseluruhan prinsip
dan ketentuan hukum yang berlaku dari waktu ke waktu, yang menentukan
dan mengatur:
1. a. Aerospace (yang memakai definisi dari glossary);
b. Hubungan dengan daratan dan perairan diatas permukaan bumi;
c. Luas dan karakter hak-hak individu dan negara-negara untuk
menggunakan dan ataupun mengontrol ruang tersebut, atau bagian
daripadanya, atau benda-benda langit yang terdapat di dalamnya,
untuk penerbangan-penerbangan atau tujuan lainnya.
2. a. Penerbangan;
b. Peralatan-peralatan dengan mana penerbangan itu dilakukan, yang
meliputi nasionalitasnya, pemilihan, pemakaian atau kontrol;
c. Fasilitas-fasilitas di permukaan bumi yang memakainya berkaitan
dengan penerbangan seperti bandar-bandar udara, tempat-tempat
peluncuran atau pendaratan lainnya, fasilitas-fasilitas navigasi dan
jalur penerbangan.
3. Hubungan-hubungan dari setiap hal yang berkenaan dengan atau antar
individu, masyarakat atau negara-negara yang timbul dari keberadaan
peralatan-Universitas Kristen Maranatha peralatan ataupun fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam kaitan itu atau
untuk berhasilnya penerbangan itu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapatlah ditarik suatu
definisi hukum udara secara umum. Hukum udara merupakan keseluruhan
norma-norma hukum yang mengatur penggunaan ruang udara, khususnya
mengenai penerbangan, penggunaan pesawat-pesawat terbang dalam
peranannya sabagai unsur yang diperlukan bagi penerbangan. Dengan kata
lain, penerbangan merupakan objek kajian dalam hukum udara karena dalam
kegiatannya menggunakan ruang udara sebagai medianya.
Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi
hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu
perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan
hukum, baik itu yang bersifat preventif maupun dalam bentuk yang bersifat
represif, baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka
menegakkan peraturan hukum.24
Menurut Fitzgerald, teori perlindungan hukum Salmond bahwa hukum
bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan
dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan
terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi
berbagai kepentingan di lain pihak.25 Kepentingan hukum adalah mengurusi
24
Pjillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1987, hlm.2.
25
Universitas Kristen Maranatha hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi
untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.26
Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir
dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh
masyarakat yang pada dasarnya merupkan kesepakatan masyarakat tersebut
untuk mengatur hubungan prilaku antara angota-anggota masyarakat dan
antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan
masyarakat.27
Habermas mengemukakan dua kategori hak dasar kebebasan yang
meliputi dua macam hak privat.28 Hak privat adalah hak untuk kebebasan
bertindak yang dimiliki setiap orang tanpa diskriminasi, seperti misalnya
hak-hak klasik liberal atas hidup, milik dan kebebasan, hak-hak yang berdasarkan
keanggotaan sukarela seseorang dalam sebuah komunitas politis, seperti
misalnya hak-hak warganegara dan hak untuk melepaskan kewarganegaraan
dan hak untuk perlindungan hukum bagi individu dan untuk klaim hukum,
seperti misalnya perlakuan di hadapan hukum.29 Kategori hak privat yang
kedua menurut Habermas yaitu, hak-hak partisipasi terletak di dalam pusat
hak untuk mendapat peluang yang sama untuk berpartisipasi dalam sebuah
proses formasi opini dan aspirasi secara demokratis dan hak untuk
26
Ibid, hlm.69.
27
Ibid, hlm.54.
28
F. Budi Hardiman, Demokrasi Deliberatif, Yogyakarta: Kanisius, 2009, hlm.84.
29
Universitas Kristen Maranatha mendapatkan jaminan atas kondisi-kondisi hidup yang dipastikan secara
sosial, teknis dan ekologis.30
F. Metode Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum
prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu
hukum yang dihadapi.31 Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka.32
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah, penelitian yang akan
dilakukan termasuk dalam penelitian hukum normatif atau penelitian
hukum kepustakaan bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan penelusuran asas-asas hukum kemudian di proses
terhadap aturan yang ada dan diuji dengan prinsip-prinsip hukum umum.
Penelitian hukum normatif memiliki definisi yang sama dengan penelitian
hukum doktrinal yaitu penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum yang
fokusnya membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer dan
sekunder.33
2. Sifat Penelitian
30
Ibid.
31
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan ke-1. Jakarta: Kencana Media Group, 2006, hlm.35.
32
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006, hlm.13.
33
Universitas Kristen Maranatha Penelitian te t g “Ti j u Terhadap Pengaturan Pesawat Nirawak Di
Indonesia Dikaitkan Dengan Perlindungan Hak Privat dan Peraturan
Perundang-U g ”. M up k p liti g m ggu k
penelitian bersifat deskriptif.34
3. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian hukum normatif dikenal beberapa
pendekatan-pendekatan yaitu diantara lain:35
a. Pendekatan undang-undang;
b. Pendekatan kasus;
c. Pendekatan historis;
d. Pendekatan komparatif dan;
e. Pendekatan Konseptual.
Untuk kepentingan penelitian skripsi ini, peneliti akan menggunakan
3 jenis pendekatan yaitu pendekatan undang-undang, pendekatan
komparatif dan pendekatan konseptual. Pada pendekatan undang-undang
peneliti akan menggunakan peraturan perundang-undangan antara lain;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Peraturan
Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 90 Tahun 2015
tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak di
Ruang Udara yang dilayani di Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 2001 tentang Keamaanan dan Keselamatan Penerbangan Indonesia,
dan Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan
34
Op.Cit., Peter Mahmud Marzuki, hlm.22.
35
Universitas Kristen Maranatha Umum (Perum) Lembaga Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi
Penerbangan Indonesia. Pada Pendekatan komparatif dilakukan dengan
membandingkan undang-undang suatu negara, dengan undang-undang dari
satu atau lebih negara lain mengenai hal yang sama. Selain itu, dapat juga
diperbandingkan di samping undang-undang yaitu putusan pengadilan di
beberapa negara untuk kasus yang sama.36 Pada pendekatan konseptual
peneliti akan berpijak pada berbagai teori-teori dan doktin-doktrin.
Teori-teori dan doktrin-doktrin yang peneliti gunakan berkaitan dengan
peraturan-peraturan mengenai pesawat nirawak dan pengaturannya bagi
pengguna/pemilik di ruang publik.
4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum
Dalam penilitan ini, peniliti menggunakan bahan-bahan hukum sebagai
berikut:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan dan
catatan-catatan resmi.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu termasuk di dalamnya buku-buku
hukum, skripsi, tesis, dan jurnal hukum. Dalam penelitian unu
penelusuran bahan hukum sekunder terdiri dari penelusuran dari
literatur-literatur, buku-buku, jurnal, skripsi dan tesis yang terkait
dengan hukum penerbangan.
36
Universitas Kristen Maranatha c. Bahan Hukum Tersier
Penelusuran badan hukum tersier dapat ditelusuri dari kamus hukum
dan ensiklopedia.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Melakukan pengkajian dan penulusuran terhadap peraturan
perundang-undangan yang relevan dengan penulisan penelitian.
b. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data ini yang diambil oleh
penulis dalam penulisan hukum ini adalah studi kepustakaan atau
studi dokumen (Library Research). Teknik pengumpulan data ini
dengan cara membaca, mengkaji, dan membuat catatan dari
buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen serta tulisan-tulisan
yang berhubungan dengan masalah yang menjadi obyek penelitian.
c. Sehubungan dengan jenis penelitian yang merupakan penelitian
normatif maka untuk memperoleh data yang mendukung, kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara
pengumpulan (dokumentasi) data-data sekunder. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan studi kepustakaan untuk mengumpulkan dan
menyusun data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Untuk menunjang kelengkapan perolehan data maka Penulis akan
Universitas Kristen Maranatha tanggung jawab bank terhadap nasabah apabila terjadi kasus yang
berkaitan dengan pembahasan pada penelitian ini.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penulisan ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Setelah rangkaian data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis
data dengan prosedur dan teknis pengolahan analisis data sesuai dengan
konstruksi pembahasan hasil penelitian.
Selain menggunakan pendekatan kualitatif penulis menggunakan
pendekatan deduktif yang berarti suatu metode berpikir yang menerapkan
hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagian yang khusus. Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta
yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang
logis.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri atas:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang
masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II HAK ASASI MANUSIA ATAS RUANG PUBLIK DAN RUANG
Universitas Kristen Maranatha Bab kedua ini adalah bab mengenai tinjauan pustaka, membahas
mengenai uraian teori, asas, norma, doktrin yang relevan yang
diteliti baik dari buku, jurnal, perundang-undangan, dan sumber
data lainnya. Bab ini akan membahas mengenai hal-hal apa saja
yang berkaitan antara alasan diadakannya penelitian terhadap
pemilikan benda elektronik terutama yang dilakukan terhadap
pesawat nirawak. Bab II ini meliputi jaminan pemenuhan hak asasi
Warga Negara Indonesia, hak-hak warga negara dalam
kepemilikan benda elektronik, pengaturan hak asasi di ruang publik
dan ruang privat.
BAB III PENGATURAN PESAWAT NIRAWAK DI INDONESIA
Bab ini berisi uraian mengenai objek penelitian, yaitu mengenai
pengertian pesawat nirawak pada umumnya dan pengaturan
pesawat nirawak menurut hukum positif di Indonesia.
BAB IV PENGATURAN PESAWAT NIRAWAK DI INDONESIA DAN
PERLINDUNGAN HAK PRIVASI DITINJAU DARI
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Bab ini berisikan uraian yang memuat mengenai analisis atau
pembahasan sesuai dengan identifikasi masalah, yaitu terkait
dengan bentuk pengaturan pesawat nirawak di Indonesia dan
penggunaannya di area publik ditinjau dari peraturan
Universitas Kristen Maranatha pemilik/pengguna pesawat nirawak yang menimbulkan kerugian
bagi masyarakat.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, keismpulan merupakan
jawaban atas identifikasi masalah, sedangkan saran merupakan
usulan yang operasional, konkret, dan praktis serta merupakan
Universitas Kristen Maranatha 101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan pembahasan yang sudah dijelaskan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bentuk pengaturan pesawat nirawak di Indonesia sejauh ini masih
mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 90 Tahun 2015 tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara
Tanpa Awak di Ruang Udara yang Dilayani Indonesia. Namun demikian
terdapat peraturan perundangan lain yang terkait dengan aturan pesawat
nirawak tersebut yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan, Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang
Keamanaan dan Keselamatan Penerbangan dan Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2001 tentang Perusahaan Umum (Perum) Lembaga
Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan. Penggunaan pesawat
nirawak di area publik dibatasi oleh aturan yang secara spesifik mengatur
mengenai pengoperasian pesawat nirawak. Berdasarkan Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 90 Tahun 2015 tentang
Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak di Ruang Udara
yang Dilayani Indonesia, pesawat nirawak tidak boleh dioperasikan pada
kawasan udara terlarang (prohibited area), kawasan udara terbatas
(restricted area), dan kawasan keselamatan operasi penerbangan suatu
Universitas Kristen Maranatha dioperasikan pada ruang udara dengan ketinggian tidak lebih dari 150
meter. Sedangkan berdasarkan peralatan yang dibawa oleh pesawat
nirawak seperti kamera, pesawat nirawak dilarang beroperasi 500 meter
dari batas terluar suatu kawasan udara terlarang (prohibited area) atau
kawasan udara terbatas (restricted area).
2. Pertanggungjawaban hukum bagi pemilik/pengguna pesawat nirawak yang
menimbulkan kerugian bagi hak privasi masyarakat dalam hal ini dapat
dilihat sesuai dengan kerugian yang didapat oleh masyarakat. Apabila
unsur-unsur perbuatan melawan hukum (PMH) sesuai dengan pasal 1365
KUH Perdata terpenuhi maka sanksi yang dikenakan mengacu kepada
ganti rugi. Namun, apabila pemilik/pengguna pesawat nirawak melanggar
undang-undang yang berlaku serta memenuhi unsur-unsur pidana yaitu
unsur formil dan unsur materil maka sanksi yang akan dikenakan akan
berupa sanksi pidana.
B. Saran
Berdasarkan dengan penjelasan dan pembahasan yang sudah dilakukan
maka dapat disarankan bahwa:
1. Pemerintah perlu merancang undang-undang yang secara khusus mengatur
penggunaan pesawat nirawak sebagai payung hukum sekaligus
memberikan perlindungan kepada masyarakat baik secara represif maupun
Universitas Kristen Maranatha 2. Perlu adanya revisi terhadap peraturan perundangan hukum positif yang
telah ada, hingga menunggu political will pemerintah dalam merancang undang-undang sampai dengan memberlakukan undang-undang tersebut.
3. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat, penegak hukum dan
pemilik/pengguna pesawat nirawak terhadap pengaturan pengoperasian
Universitas Kristen Maranatha 103
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Aca Sugandhy, Penataan Ruang Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999
Adi Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta:Granit, 2004
Adnan Buyung Nasution (ed), Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006
Amin Soebandrio, “Sains dan Teknologi”, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2009
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada, 2004
Bagir Manan (ed), Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996
Budiyanto, Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara, Jakarta: Erlangga, 2000
Budiyanto, Kewarganegaraan, Jakarta: Erlangga, 2002
Fresco Budi Hardiman, Demokrasi Deliberatif, Yogyakarta: Kanisius, 2009
F. Budi Hardiman, Ruang Publik, Yogkakarta: Kansius, 2010
Franz Magnis Suseno, Etika Politik (Pinsip-prinsip moral dasar kenegaran modern), Cet. 7, Jakarta: PT Gramedia, 2003
H.A.R Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Magelang:
Universitas Kristen Maranatha Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Bayumedia Publishing, 2006
Juniarso Ridwan, Hukum Tata Ruang, Jakarta: Nuansa, 2008
Koentjoro Poerbopranoto, Sistem Pemerintahan Demokrasi, Jakarta: Eresco, 1978
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung: PT. Citra AdityaBakti, 2007
Locke, Rousseau dan Habermas, Melampaui Negara Hukum Klasik, terjemahan Reza A. Wattimena, Yogyakarta, Kanisius, 2007
Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-Undangan, Yogyakarta: Kanisius, 2007
M. Syaom Barliana, Arsitektur, Urbanitas, dan Pendidikan Budaya Berkota, Yogyakarta: CV Budi Utama, 2012
N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan Edisi Ke-II, Jakarta: Erlangga, 2004
Nirwono Joga, Satire Ruang Terbuka Hijau, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003
Nuri Mentari Dini, Ensiklopedi Transportasi Dunia, Jakarta: Cikal Aksara, 2011
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan ke-1, Jakarta: Kencana Media Group, 2006
Pjillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya:
Universitas Kristen Maranatha Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000
Singgih Handoyo dan Dudi Sudibyo, Aviapedia: Ensiklopedia Umum Penerbangan, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2011
Sitanala Arsyad, “Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan”, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2008
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Wahyu Untara, Kamus Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, Yogyakarta: Indonesia Tera, 2014
Widadi A. Suwarno, Tata Operasi Darat, Jakarta: Grasindo, 2010
B. Jurnal / Karya Ilmiah
Tanod, Witny, 2013, Analisis Yuridis Terhadap Penggunaan Kekuatan Bersenjata Dengan Menggunakan Pesawat Tanpa Awak (Unmanned Drones) Dalam Hukum Internasional. Lex Crimen, Volume 2 Nomor 1. http://nela-febriz.blogspot.com diakses pada tanggal 5 September 2015
pukul 16:19 WIB.
Russel Brown, Rethinking Privacy, Alberta Law Review Journal, Volume 43
No. 589, Agustus 2006.
James Siahaan, Ruang Publik: Antara Harapan dan Kenyataan, Jurnal Hukum Tata Ruang, Volume 4, Agustus 2011
Universitas Kristen Maranatha Adhi Riadhy Arafah, Hukum Udara Nasional dan Internasional, (http://http://caslindonesia.co.id), diakses pada tanggal 5 September
2015 pukul 16:19 WIB.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta UI Press, 1986)
Jurgen Habermas, Demokrasi Deliberatid dan Ruang Publik, 2012, (http://kompasiana.com), diakses pada tanggal 17 Oktober 2015, pukul
11:44 WIB.
Afrizal Mustafa, “Pengertian HAM dan Macam-Macam HAM Menurut Ahli”,
2012, (http://www.pengertian.website.com), diakses pada tanggal 14
Januari 2016, pukul 09:21 WIB.
Elanto Wjoyono, “Kota, Ruang Publik dan Ruang Khalayak”, 2014,
(http://wordpress.co.id), diakses pada tanggal 14 Januari 2016 pukul
10:56 WIB.
Achmad Fazri, Pentingnya Ruang Publik Untuk Masyarakat Indonesia, 2015,
(http://kompasiana.com), diakses pada tanggal 27 Oktober 2015, pukul
16:54 WIB.
Ali Bahtiar, “Mendalami Ruang Publik Sebagai Salah Satu Civil Society”,
2012, (http://www.kompasiana.com), diakses pada tanggal 26 Januari
2016 pukul 13:53 WIB.
Irwan Malik Marpaung, “Teori Jurgen Habermas”, 2008,
(http://www.scribd.com), diakses pada tanggal 26 Januari 2016 pukul
Universitas Kristen Maranatha
Agus Mulyanto, “Pesawat Drone Paling Mematikan di Dunia”, 2015,
(http://www.pojokmedia.com), diakses pada tanggal 25 Januari 2016
pukul 19:04 WIB.
Eko Prasetyo, “Pasukan Pembunuh Osama Bin Laden”, 2011,
(http://www.intelijen.co.id), diakses pada tanggal 25 Januari 2016
pukul 19:11 WIB.
Aviasi dan Alutsista, Keunggulan Pesawat Tanpa Awak, 2011, diakses dari:
http://www.aviasista.com/2011/12/keunggulan-pesawat-tanpa-awak.html, pada tanggal: 27 Agustus 2015, pukul: 20:45 WIB.
S. Pramudito, “Ruang Publik”, 2013, (http://www.penataanruang.pu.go.id),
diakses pada tanggal 14 Januari 2016 pukul 11:17 WIB.
Alan Santoso, “Militer Indonesia Operasikan Pesawat Tanpa Awak”, 2013,
(http://www.militer.co.id), diakses pada tanggal 25 Januari 2016 pukul
20:13 WIB.
Abdul Kurnia, “Fenomena Drone di Indonesia”, 2015,
(http://www.ilmupengetahuan.org), diakses pada tanggal 25 Januari
2016 pukul 21:58 WIB.
Amal Nur Azis, “Pengembangan Drone di RI”, 2014,
(http://www.viva.co.id), diakses pada tanggal 25 januari 2016 pukul
22:14 WIB.
Dara Trihapsari, “Jenis-Jenis Pesawat Tanpa Awak”, 2011,
(http://www.blogspot.co.id), diakses pada tanggal 26 Januari 2016
Universitas Kristen Maranatha
Ari Darmaji, “Teknologi Pesawat Terbang Asia Tenggara”, 2014,
(http://www.indodefensetechno.blogspot.co.id), diakses pada tanggal
26 Januari 2016 pukul 10:21 WIB.
Sarwono Prawihardjo, Orasi Ilmiah, Abad 21 Akan Muncul Senjata Pemusnah Massal!, 2009, (http://megapolitan.kompas.com), diakses pada tanggal 17 Oktober 2015, pukul 10:49 WIB.
Tri Wahyuni, “Mengenal Drone Lebih Jauh”, 2015,
(http://www.indowebstore.com), diakses pada tanggal 26 Januari 2016
pukul 09:10 WIB.
Dewi Widya Ningrum, “Pengaturan Drone Dilakukan Untuk Keselamatan Penerbangan”, 2015, (http://hubud.dephub.go.id), diakses pada tanggal 26 Januari 2016 pukul 10:46 WIB.
Andrea Mitchell, Use force, 2015, (http://http://www.defensenews.com) diakses pada tanggal 27 Agustus 2015, pukul 21:55 WIB.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Universitas Kristen Maranatha Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan
Keselamatan Penerbangan
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2015
tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak di Ruang
Udara yang Dilayani Indonesia
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 60 Tahun 2015 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 175 (Civil Aviation Regulation Part 175) tentang Pelayanan Informasi Aeronautika (Aeronautical Informatin Service).
Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2015 tentang Ketentuan Operasional dan Tata Cara Perizinan
Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2014 tentang Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi dapat
dianggap sebagai Alat atau Perangkat Telekomunikasi
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 18
tahun 2014 tentang Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi
sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Komunikasi Dan
Informatika Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015
Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Universitas Kristen Maranatha D. Laman
Aspek-Aspek Drone, 2015, (http://pkps.bappenas.co.id), diakses pada tanggal
5 Februari 2016 pukul 00:56 WIB.
Ani Bee, “Prototype Drones Untuk Komersial”, 2015,
(http://www.anibee.co.id), diakses pada tanggal 3 Februari 2016 pukul 12:33
WIB.
Aturan Batasan Penggunaan Drone di Indonesia, 2015, (http://liputan.com),
diakses pada tanggal 26 Januari 2016 pukul 11:08 WIB.
Drone Law in Japan, 2015, (http://www.dronelawjapan.com), diakses pada
tanggal 16 Februari 2016 pukul 14:48 WIB.
Drone Ubah Perimeter Ofensif, 2013, (http://kompasiana.com), diakses pada
tanggal 4 Februari 2016 pukul 22:28 WIB.
Directorate General Of Civil Aviation Ministry Of Transportation Of Republic
Indonesia, “Pengaturan Drone Dilakukan Untuk Keselamatan Penerbangan”,
2015, (http://hubud.dephub.go.id), diakses pada tanggal 4 Februari 2016 pukul
23:33 WIB.
Drone Ubah Perimeter Ofensif, 2013, (http://kompasiana.com), diakses pada
tanggal 4 Februari 2016 pukul 22:28 WIB
Fungsi Pesawat Tanpa Awak di Masa Depan, 2013, (http://log.viva.co.id),
diakses pada tanggal 27 Januari 2016 pukul 11:02 WIB.
Jenis-jenis Unmanned Drones, diakses pada tanggal 5 September 2015,
Universitas Kristen Maranatha Ketentuan Hukum Dalam Penggunaan Drone di Indonesia, 2014,
(http://www.hrprplwyers.co.id), diakses pada tanggal 5 Februari 2016 pukul
00:49 WIB.
Legislasi Drone, 2015, (http://lifestyle.sindonews.com), diakses pada tanggal
5 Februari 2016 pukul 01:40 WIB.
History Drones, diakses pada tanggal 5 September 2015, www.theuav.com.
Hagrave, “The Aerial Target and Aerial Torpedo in the USA”, 2013,
(http://www.ctie.monash.edu), diakses pada tanggal 27 Januari 2016 pukul
10:55 WIB.
Pengertian Pesawat Tanpa Awak, www.kamusbahasaindonesia.org diakses
pada tanggal 17 Oktober 2015, pukul 10:46 WIB.
Pengaturan Drone Dilakukan Untuk Keselamatan Penerbangan, 2015,
(http://www.dephub.go.id), diakses pada tanggal 4 Februari 2016 pukul 21:08
WIB.
Pesawat Tanpa Awak Buatan Indonesia, 2015, (http://www.antaranews.com),
diakses pada tanggal 27 Januari 2016 pukul 10:48 WIB
United Nations Human Rights, “International Covenant on Civil and Political
Rights”, (http://http://www.ohchr.org), diakses pada tanggal 26 Januari 2016 pukul 12:15 WIB.
Universitas Kristen Maranatha
Hagrave, “The Aerial Target and Aerial Torpedo in the USA”, 2013,
(http://www.ctie.monash.edu), diakses pada tanggal 27 Januari 2016 pukul