• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis terhadap Pengaturan Pesawat Nirawak di Indonesia dan Perlindungan Hak Privasi Ditinjau dari Peraturan Perundang-Undangan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis terhadap Pengaturan Pesawat Nirawak di Indonesia dan Perlindungan Hak Privasi Ditinjau dari Peraturan Perundang-Undangan."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha ix

DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

ABSTRAK

Pesawat nirawak adalah pesawat udara tanpa awak yang dapat dikendalikan secara jarak jauh atau dengan menggunakan remote control oleh pengguna. Pesawat nirawak semakin marak diminati oleh para pecinta teknologi di dunia, termasuk di Indonesia. Pesawat nirawak yang dilengkapi dengan kamera beresolusi tinggi dapat mengambil gambar dan merekam video secara langsung guna kepentingan pemotretan dan pembuatan film. Dengan semakin banyaknya pesawat udara yang beredar, pemilik atau pengguna pesawat nirawak harus memahami ketentuan hukum penggunaan pesawat nirawak agar tidak melanggar hak privat masyarakat maupun melanggar aturan Negara Republik Indonesia yang menguasai wilayah udara. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya kajian khusus terkait pengaturan pesawat nirawak di Indonesia dan pertanggungjawaban hukum bagi pemilik atau pengguna pesawat nirawak yang menimbulkan kerugian bagi hak privat masyarakat.

Penulisan skripsi ini menggunakan metode yuridis normatif yang ditujukan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undang-undang, pendekatan komparatif dan pendekatan konseptual. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan metode ini, tujuan yang diharapkan adalah mengkaji bentuk pengaturan pesawat nirawak di Indonesia dan penggunaannya di area publik ditinjau dari peraturan perundang-undangan serta mengkaji bentuk pertanggungjawaban hukum bagi pemilik/pengguna pesawat nirawak yang menimbulkan kerugian bagi hak privat masyarakat.

Bentuk pengaturan pesawat nirawak di Indonesia sejauh ini masih mengacu pada satu aturan yakni Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 90 Tahun 2015 tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak di Ruang Udara yang Dilayani Indonesia. Peraturan lainnya terkait dengan aturan pesawat nirawak tersebut adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan. Pertanggungjawaban hukum bagi pemilik/pengguna pesawat nirawak yang menimbulkan kerugian bagi hak privasi masyarakat dalam hal ini dapat dilihat sesuai dengan kerugian yang diderita oleh masyarakat. Apabila unsur-unsur perbuatan melawan hukum (PMH) sesuai dengan pasal 1365 KUH Perdata terpenuhi maka sanksi yang dikenakan mengacu kepada ganti rugi. Namun di sisi lain selain PMH, apabila pemilik/pengguna pesawat nirawak melanggar undang-undang yang berlaku serta terpenuhi unsur-unsur pidana yaitu unsur formil dan unsur materil maka sanksi yang akan dikenakan akan berupa sanksi pidana. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah perlu merancang undang-undang yang secara khusus mengatur penggunaan pesawat nirawak sebagai payung hukum sekaligus memberikan perlindungan kepada masyarakat baik secara represif maupun preventif serta perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat, penegak hukum dan pemilik/pengguna pesawat nirawak terhadap pengaturan pengoperasian pesawat nirawak pada kawasan udara publik dan privat.

(2)

Universitas Kristen Maranatha x

JUDICIAL ANALYSIS OF THE DRONE REGULATION IN INDONESIA AND THE PROTECTION OF PRIVACY RIGHTS

IN TERMS OF LEGISLATION

ABSTRACT

Unmanned aerial vehicle (UAV), commonly known as a drone, is an aircraft without a human pilot aboard. The flight of drone may be controlled either by a given degree of remote control from an operator or fully autonomously. Drone increasingly widespread demand by the people who interested in technology in the world, including in Indonesia. Drone equipped with high-resolution camera can take pictures and record video directly for photography and filming. With the number of aircraft in circulation, owners or users of drone must understand the legal provisions of using drone in order not to violate the rights of private communities and violates the regulation of the Republic of Indonesia who controlled the airspace. Therefore, there are needs for special assessment concern of arrangements associated drone in Indonesia and legal accountability for owners or users of drone to protect the private rights of the community. This thesis is focused on juridical normative method to recite the application of the norms in positive law. The author uses regulation approach, comparative approach and conceptual approach. The author uses a secondary data which consists of primary legal, used are secondary data consists of primary legal material, secondary material and tertiary material. Under this method, the expected goal is to study the form of arrangement drone in Indonesia and its use in public areas in terms of legislation and review the form of legal liability for the owners / users of drone to incur losses for the private rights of the community.

The regulations of drone in Indonesia is referring to the Regulation of the Minister of Transport of the Republic of Indonesia Number PM 90 Year 2015 concerning Aircraft Operation Control of Unmanned Air Space Served in Indonesia. Other regulations related to the rules of the unmanned aircraft is Act Number 1 Year 2009 concern Aviation, Government Regulation Number 3 of 2001 on Aviation Safety and Security and Government Regulation Number 3 of 2001 on Public Company Institute of Air Navigation Services Operator. Legal liability for the owners/users of drone that cause harm to people 's privacy rights in this case can be viewed in accordance with the losses suffered by the community. If the elements of an unlawful act in accordance with Article 1365 of the Civil Code are met then the sanctions imposed refers to compensation. Nevertheless besides tort, if the owner/user of drone violated laws and regulations, and fulfilled the elements of crime that is the element of formal and material elements of the sanctions to be imposed will be sanctioned. Under these conditions, the government should draft a law that specifically regulates the use of drone as a legal which provides protection to both repressive and preventive as well as the need for dissemination to the public, law enforcement and the owners / users of drone against regulating the operation of drone the public and private air area.

(3)

Universitas Kristen Maranatha xi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG ... iv

PERSETUJUAN REVISI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Kerangka Pemikiran ... 9

F. Metode Penelitian ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB IIHAK ASASI MANUSIA ATAS RUANG PUBLIK DAN RUANG PRIVAT DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA ... 22

A. Sejarah Hak Asasi Manusia Pada Hukum Positif di Indonesia ... 22

B. Pengaturan Hak Privasi Pada Deklarasi Hukum Indonesia ... 28

(4)

Universitas Kristen Maranatha xii

D. Batasan Ruang Publik dan Ruang Privat di Indonesia ... 37

BAB III PENGATURAN PESAWAT NIRAWAK ... 46

A. Pengertian dan Sejarah Pesawat Nirawak Internasional ... 46

B. Perkembangan Pesawat Nirawak di Indonesia ... 56

C. Klasifikasi Pesawat Nirawak di Indonesia ... 59

D. Pengaturan Pesawat Nirawak Dalam Hukum Positif ... 62

E. Fungsi Pesawat Nirawak ... 65

1. Fungsi Sosial dan Sipil ... 65

2. Fungsi Militer ... 66

F. Perbandingan Aturan Pesawat Nirawak di Indonesia dengan Negara Lain ... 67

BAB IVANALISIS PENGATURAN PESAWAT NIRAWAK DI INDONESIA DAN PERLINDUNGAN HAK PRIVASI DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ... 71

A. Analisis Pengaturan Pesawat Nirawak di Indonesia dan Penggunaannya Pada Ruang Publik ... 71

B. Analisis Tanggung Jawab Hukum Pemilik Dalam Penggunaan Pesawat Nirawak yang Menimbulkan Kerugian Bagi Hak Privasi Masyarakat ... 82

1. Perlindungan Hak Privasi Masyarakat dan Pengguna Pesawat Nirawak yang dibatasi Hak Orang Lain ... 82

2. Perbuatan Melawan Hukum Dalam Penggunaan Pesawat Nirawak ... 94

BAB V PENUTUPAN ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

Daftar Pustaka ... 104

(5)

Universitas Kristen Maranatha xiii

(6)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ilmu

pengetahuan terapan atau keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-

barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.1

Teknologi telah memengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak

cara. Pada banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu

memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini). Perkembangan

teknologi yang sangat pesat di era globalisasi saat ini telah memberikan

banyak manfaat dalam kemajuan di berbagai aspek sosial. Penggunaan

teknologi oleh manusia dalam membantu menyelesaikan pekerjaan merupakan

hal yang menjadi keharusan dalam kehidupan. Perkembangan teknologi ini

juga harus diikuti dengan perkembangan pada Sumber Daya Manusia (SDM).

Berbagai jenis teknologi dan perlengkapan diciptakan untuk membantu

pekerjaan manusia agar lebih efektif, cepat dan mudah. Penciptaan teknologi

baru tidak hanya membawa dampak positif dalam kehidupan manusia, terlebih

penciptaan, pengembangan atau penemuan tersebut membawa manusia dalam

segala hal yang lebih bersifat instan. Dampak negatif yang paling nyata sering

1

(7)

Universitas Kristen Maranatha terjadi di dalam perkembangan teknologi militer atau alat berperang yang

sewaktu-waktu berpotensi mengancam kehidupan manusia.2

Negara-negara maju pada era modern terlihat berlomba-lomba untuk

menemukan, mengembangkan atau menciptakan persenjataan yang lebih

unggul.3 Perlombaan dalam mengembangkan sarana dan metode berperang

oleh banyak negara tersebut justru menimbulkan potensi terjadinya

penyalahgunaan yang akan mengancam pencapaian perdamaian dan

keamanan internasional serta penghormatan terhadap nilai kemanusiaan,

seperti munculnya senjata nuklir, biologi, kimia, peluru kendali, misil

pendeteksi panas dan senjata non-konvensional lainnya pasca perang dunia

kedua yang merupakan contoh nyata dampak negatif dari perkembangan

sarana dan metode berperang. Perkembangan teknologi militer yang

akhir-akhir ini menjadi sorotan dunia internasional adalah lahirnya teknologi

pesawat nirawak yang sebenarnya telah lama ada dan dikenal sebagai pesawat

remote control. Perkembangan pesawat nirawak pada dekade terakhir ini terlihat tidak dapat diimbangi oleh kemajuan pengaturan hukum

internasional.4

Pesawat nirawak (drone) adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi

dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya

2

Robots on the Battleield Contemporary Issues and Implications for the Future, Combat Studies Institute Press, Fort Leavenworth, Kansas, 2014. Hlm. 89-90.

3

Ibid.

4

(8)

Universitas Kristen Maranatha sendiri dengan menggunakan hukum aerodinamika.5 Pesawat nirawak

memiliki manfaat yang sangat besar bagi negara yang memilikinya, terutama

untuk mendukung kegiatan-kegiatan sosial maupun militer. Untuk itu muncul

pemikiran mengurangi penggunaan tenaga manusia sebagai upaya mengurangi

resiko terhadap manusia dan menuntut ketepatan yang tinggi, sehingga

dikembangkanlah sistem pesawat nirawak. Untuk kepentingan tempur

dikembangkanlah pesawat nirawak dengan kemampuan pengendalian jarak

jauh oleh seorang pilot atau operator yang memiliki keakuratan cukup tinggi.

Selanjutnya dengan keunggulan pesawat nirawak tersebut, banyak negara

yang menerapkan kebijakan mengembangkan dan menggunakannya untuk

tujuan kepentingan keamanan nasional.6

Pesawat nirawak muncul pertama kali sebagai alat militer pada abad ke

18 yang digunakan oleh North Atlantic Treaty Organizations (NATO) untuk keperluan pengintaian dan mata-mata.7 Demikian pula Amerika Serikat telah

menggunakan pesawat nirawak sebagai alat pengintai pada perang teluk tahun

1990, bahkan jauh sebelumnya Israel telah menggunakan pesawat nirawak

pengintai pada tahun 1982 dan tahun 1996 di Lebanon. Pesawat nirawak pada

prakteknya memang lebih banyak digunakan sebagai alat militer. Minimnya

resiko dalam melakukan misi-misi berbahaya, tingkat efisiensi penggunaan

yang tinggi serta biaya produksi yang lebih kecil dibandingkan dengan

5

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 90 Tahun 2015 tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak Di Ruang Udara Yang Dilayani Indonesia.

6

Op.Cit., Sarwono Prawihardjo

7

(9)

Universitas Kristen Maranatha pesawat berawak menjadi alasan utama mengapa pesawat tanpa awak sangat

diminati penggunaannya di bidang militer. Keunggulan-keunggulan tersebut

juga menyebabkan pesawat nirawak banyak digunakan dan dikembangkan di

berbagai negara.8

Fungsi positif penggunaan pesawat nirawak pada kegiatan-kegiatan

sosial antara lain, sebagai sarana transportasi logistik di daerah terpencil yang

sulit diakses, pemetaan jalur pipa, kegunaan pertanian, pemadam kebakaran

serta pencarian orang hilang.9 Bahkan kini Amerika Serikat telah memberikan

sertifikasi terhadap pesawat tanpa awak jenis Northrop Grumman Global Hawk untuk dapat digunakan sebagai alat transportasi sipil lintas negara. Pesawat tanpa awak dalam melaksanakan tugas militer pun memiliki

keunggulan yang sangat baik dibandingkan teknologi pesawat udara militer

lainnya, yaitu sebagai alat pengintai, pemburuan terduga militan,

melaksanakan misi pada wilayah-wilayah yang berbahaya, dan untuk

melakukan patroli keamanan secara rutin serta membantu tugas-tugas

kepolisian.10

Pada satu sisi perkembangan teknologi, khususnya pengembangan

pesawat nirawak memang memberikan banyak manfaat yang positif, namun di

sisi lain kemajuan teknologi tersebut tidak dapat diimbangi dengan kemajuan

8

Ibid.

9

Ibid.

10

(10)

Universitas Kristen Maranatha hukum yang ada, sehingga kesenjangan ini menjadikan adanya peluang

terjadinya penyalahgunaan kekuatan militer tersebut.11

Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada ke empat Konvensi Jenewa

1949 mengenai perlindungan korban perang, serta pengaturan-pengaturan

mengenai alat dan metode berperang pada Konvensi-Konvensi Den Haag 1907 telah memberikan petunjuk yang jelas mengenai apa yang dimaksud

sebagai pelanggaran penggunaan kekuatan militer.12 Contoh tindakan yang

merupakan penyalahgunaan kekuatan militer terdapat di dalam Pasal 50

Konvensi Jenewa I 1949 bahwa yang merupakan pelanggaan berat dalam

penggunaan sarana dan metode berperang yaitu, pembunuhan yang disengaja,

penganiayaan atau perlakuan tak berkeperimanusiaan, menyebabkan dengan

sengaja penderitaan besar atau luka berat atas badan dan kesehatan,

pembinasaan luas, tindakan pemilikan atas harta benda yang tidak dibenarkan

oleh kepentingan militer dan dilaksanakan dengan melawan hukum serta

penyerangan yang dilakukan dengan membabi buta. Ketentuan-ketentuan

bersamaan dalam Hukum Humaniter Internasional (HHI) juga telah

mentapkan bahwa segala sarana dan metode berperang harus sesuai dengan

prinsip-prinsip atau asas-asas yang menjadi dasar dalam penggunaan kekuatan

militer di setiap situasi dan kondisi konflik apapun.13 Segala bentuk sarana

dan metode berperang yang bertentangan dengan prinsip dan asas-asas HHI

11

Ibid.

12

Ibid.

13

(11)

Universitas Kristen Maranatha tersebut secara tegas dinyatakan sebagai bentuk pelanggaran penggunaan

kekuatan militer.14

Pada perkembangannya pesawat nirawak tidak hanya digunakan

sebagai alat perang saja, akan tetapi sudah menjadi alat pemuas hobi. Pesawat

nirawak menjadi hobi bagi orang-orang kaya dan penyuka teknologi. Alat

yang bisa dikendalikan dari jarak jauh ini dianggap memiliki nilai masa

depan. Pesawat nirawak atau Unmanned Aerial Vehicles (UAV) pada awalnya

memang memiliki reputasi untuk memata-matai. Ia dianggap sebagai predator

di daerah konflik, dengan satu rudal di atasnya. Karena relatif baru, banyak

orang masih tidak nyaman melihatnya, khususnya pada saat pesawat nirawak

berada di ruang publik.

Ruang publik (public space) adalah ruang sosial yang umumnya

terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat, misalnya jalan, alun-alun, taman,

pantai, gedung pemerintahan yang terbuka untuk umum, dan perpustakaan

umum.15 Secara yuridis belum terdapat aturan yang bisa menata penggunaan

pesawat nirawak di Indonesia. Salah satu contoh kasus tentang

penyalahgunaan pesawat nirawak di wilayah udara di Indonesia yaitu jatuhnya

sebuah pesawat nirawak di Menara BCA pada tanggal 20 Juli 2015. Salah satu

unsur keberatan masyarakat dalam penggunaan pesawat nirawak tanpa izin

adalah privasi. Penggunaan pesawat nirawak dapat mengganggu privasi warga

negara dikarenakan pesawat nirawak dapat terbang melewati pekarangan

warga dan bisa melaksanakan pengintaian tanpa diketahui oleh target.

14

Ibid.

15

(12)

Universitas Kristen Maranatha Pesawat nirawak terkait penggunaannya yang marak oleh berbagai

negara hingga saat ini memang belum memiliki pengaturan khusus dan

pertanggungjawaban pemilik/pengguna, hal ini telah yang mendorong penulis

untuk melakukan pengkajian terhadap ketentuan hukum mengenai pesawat

nirawak yang sebelumnya sudah pernah ditelititi oleh Ichsan Jaya Kelana

sebagai tugas akhir skripsi di Universitas Lampung g ju ul “PESAWAT

TANPA AWAK (UNMANNED AERIAL VEHICLE/UAV) SEBAGAI

ALAT MILITER OLEH AMERIKA SERIKAT DI WILAYAH NEGARA

LAIN MENU UT HUKUM INTE NASIONAL” serta mengumpulkan

ketentuan-ketentuan yang relevan untuk dapat dijadikan sebagai dasar hukum

dalam penggunaan pesawat nirawak. Dengan demikian penulis memilih

p liti g ju ul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

PENGATURAN PESAWAT NIRAWAK DI INDONESIA DAN

PERLINDUNGAN HAK PRIVASI DITINJAU DARI PERATURAN

PERUNDANG-UN ANGAN”.

B. Identifikasi Masalah

Di dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan guna

mempermudah pembahasan agar pembahasan tidak menyimpang dari materi

pokok penulisan skripsi ini. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk pengaturan pesawat nirawak di Indonesia dan

penggunaannya di area publik ditinjau dari peraturan

(13)

Universitas Kristen Maranatha 2. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban hukum bagi pemilik/pengguna

pesawat nirawak yang menimbulkan kerugian bagi hak privat masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini sebagai

berikut:

1. Untuk mengkaji bentuk pengaturan pesawat nirawak di Indonesia dan

penggunaannya di area publik ditinjau dari peraturan

perundang-undangan.

2. Untuk mengkaji bentuk pertanggungjawaban hukum bagi

pemilik/pengguna pesawat nirawak yang menimbulkan kerugian bagi hak

privat masyarakat.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan ini dibagi menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

1. Kegunaan Teoritis

Dalam hal kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan penulis dapat

berguna bagi perkembangan hukum pada umumnya khususnya hukum

yang terkait dengan pengaturan pesawat nirawak.

2. Kegunaan Praktis

Peneliti berharap, penelitian ini dapat berguna bagi para praktisi, dan

penegak hukum yang bergerak dalam hukum bisnis dan dapat digunakan

sebagai referensi bagi pengguna/pemilik pesawat nirawak. Peneliti

berhadap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi

(14)

Universitas Kristen Maranatha awal analisis lebih lanjut mengenai pengaturan hukum terkait pesawat

nirawak.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran atau konseptual merupakan kerangka yang

menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin atau akan

diteliti.16 Sedangkan konsep adalah kata yang menyatakan abstraksi yang

digeneralisasikan dari gejala-gejala tertentu. Secara umum kerangka konsep

mengedepankan definisi-definisi dari suatu permasalahan atau dengan kata

lain merupakan uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.17

Negara hukum tidak dapat diwujudkan apabila kekuasaan negara masih

bersifat absolut atau tidak terbatas, karena pada paham negara hukum terdapat

keyakinan bahwa kekuasaan negara harus di jalankan atas dasar hukum yang

baik dan adil.18 Jadi pada negara hukum dapat dipahami, bahwa hubungan

antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan

belaka, melainkan berdasarkan suatu norma obyektif yang mengikat pihak

yang memerintah. Adapun yang dimasud dengan norma obyektif adalah

hukum yang tidak hanya berlaku secara formal tetapi juga dipertahankan

ketika berhadapan dengan ide hukum.19

Friedrich Julius Stahl (sarjana Jerman) mengkalimatkan pengertian

Negara Hukum sebagai berikut:

16

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hlm.132.

17

Amiruddin dan H.Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hlm.47.

18

Franz Magnis Suseno, Etika Politik(Pinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaran Modern), Cet. 7, Jakarta: PT Gramedia, 2003, hlm.295.

(15)

Universitas Kristen Maranatha “Negara harus menjadi Negara Hukum, itulah semboyan dan

sebenarnya juga daya pendorong daripada perkembangan pada zaman baru ini. Negara harus menentukan secermat-cermatnya jalan-jalan dan batas-batas kegiatannya bagaimana lingkungan (suasana) kebebasan itu tanpa dapat ditembus. Negara harus mewujudkan atau memaksakan gagasan akhlak dari segi negara, juga secara langsung, tidak lebih jauh daripada seharusnya menurut suasana hukum. Inilah pengertian Negara Hukum, bukannya misalnya, bahwa negara itu hanya mempertahankan tata hukum saja tanpa tujuan pemerintahan, atau hanya melindungi hak-hak dari perseorangan. Negara Hukum pada umumnya tidak berarti tujuan dan isi daripada Negara, melainkan hanya cara dan untuk mewujudkannya”.20

Negara dalam penyelenggaraannya harus berlandaskan hukum. Hukum yang

dibentuk dan berlaku di masyarakat harus dapat menjadi pedoman serta

mengubah pola dan perilaku masyarakat.

Roscoe Pound memiliki pendapat mengenai hukum yang menitik

beratkan hukum pada kedisiplinan dengan teorinya yaitu: “Law as a tool of

social engineering” bahwa hukum adalah alat untuk memperbaharui atau

merekayasa masyarakat.21 Dengan disesuaikan dengan situasi dan kondisi di

Indonesia, konsepsi “law as a tool of social engineering” yang merupakan

inti pemikiran dari aliran pragmatic legal realism itu, oleh Mochtar Kusumaatmadja kemudian dikembangkan di Indonesia.22

“To invent an airplane is nothing, to build one is something. But to fly

is everything.” Kutipan dari Otto Lilenthal menggambarkan bahwa dalam

dunia ini, baik dalam perihal bisnis, kesenangan bahkan salah satu mimpi

besar manusia adalah untuk dapat terbang. Mimpi ini terwujud bagi manusia

berkat Wright bersaudara (Wright Brothers) yang pada akhirnya dengan

20

Friedrich Julius Stahl (Sarjana Jerman), Staat and Rechtslehre II, 1878 hlm.137.

21

Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung: PT. Citra AdityaBakti, 2007, hlm.34.

22

(16)

Universitas Kristen Maranatha berkali-kali kegagalan dan dengan cara try and error, berhasil membangun pesawat terbang walaupun belum modern seperti saat ini. Wright bersaudara,

Orville (19 Agustus 1871 - 30 Januari 1948) kemudian saudaranya Wilbur

(16 April 1867 - 30 Mei 1912) adalah dua orang Amerika yang dicatat dunia

sebagai penemu pesawat terbang karena mereka berhasil membangun

pesawat terbang yang pertama kali berhasil diterbangkan dan dikendalikan

oleh manusia pada tanggal 17 Desember 1903. Dua tahun setelah penemuan

mereka, kedua bersaudara tersebut mengembangkan 'mesin terbang' mereka

ke bentuk pesawat terbang yang memakai sayap yang seperti sekarang kita

kenal. Selepas jaman Wright bersaudara pesawat terbang sudah berubah

menjadi sebuah komoditas yang sangat dikaitkan dengan teknologi.

Pengertian hukum udara menurut Diederiks-verschoor, hukum udara

(air space law) sebagai hukum dan regulasi yang mengatur pengunaan ruang

udara yang bermanfaat bagi penerbangan, kepentingan umum, dan

bangsa-bangsa di dunia.23 Selain pengertian diatas menurut K. Martono ada juga

pengertian lainnya menurut pakar yang mempunyai keyakinan bahwa hukum

udara dan hukum ruang angkasa harus disatukan dalam cabang hukum

tunggal, karena kedua bidang tersebut mewakili bidang hukum yang secara

langsung maupun tidak langsung berlaku pada penerbangan-penerbangan

yang dilakukan manusia. Pengertian ini diawali karena terbitnya sebuah

glossary Tahun 1995 oleh Research Studies Institutes pada Maxwell Air Force Base, dimana ditemui sebuah definisi istilah Aerospace yaitu:

23

(17)

Universitas Kristen Maranatha

“The earth’s envelope of air and space above it, the two considered as a single realm for activity in the flight of air vehicles and in the launching, guidance and control of ballistic missiles, earth

satellites, dirigible space vehicles, and the like”.

Berdasarkan glosarium ini John C. Cooper seorang ahli hukum udara,

sampai pada suatu definisi istilah aerospace yaitu sebagai keseluruhan prinsip

dan ketentuan hukum yang berlaku dari waktu ke waktu, yang menentukan

dan mengatur:

1. a. Aerospace (yang memakai definisi dari glossary);

b. Hubungan dengan daratan dan perairan diatas permukaan bumi;

c. Luas dan karakter hak-hak individu dan negara-negara untuk

menggunakan dan ataupun mengontrol ruang tersebut, atau bagian

daripadanya, atau benda-benda langit yang terdapat di dalamnya,

untuk penerbangan-penerbangan atau tujuan lainnya.

2. a. Penerbangan;

b. Peralatan-peralatan dengan mana penerbangan itu dilakukan, yang

meliputi nasionalitasnya, pemilihan, pemakaian atau kontrol;

c. Fasilitas-fasilitas di permukaan bumi yang memakainya berkaitan

dengan penerbangan seperti bandar-bandar udara, tempat-tempat

peluncuran atau pendaratan lainnya, fasilitas-fasilitas navigasi dan

jalur penerbangan.

3. Hubungan-hubungan dari setiap hal yang berkenaan dengan atau antar

individu, masyarakat atau negara-negara yang timbul dari keberadaan

(18)

peralatan-Universitas Kristen Maranatha peralatan ataupun fasilitas-fasilitas yang digunakan dalam kaitan itu atau

untuk berhasilnya penerbangan itu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapatlah ditarik suatu

definisi hukum udara secara umum. Hukum udara merupakan keseluruhan

norma-norma hukum yang mengatur penggunaan ruang udara, khususnya

mengenai penerbangan, penggunaan pesawat-pesawat terbang dalam

peranannya sabagai unsur yang diperlukan bagi penerbangan. Dengan kata

lain, penerbangan merupakan objek kajian dalam hukum udara karena dalam

kegiatannya menggunakan ruang udara sebagai medianya.

Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi

hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan,

kemanfaatan dan kepastian hukum. Perlindungan hukum adalah suatu

perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan

hukum, baik itu yang bersifat preventif maupun dalam bentuk yang bersifat

represif, baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka

menegakkan peraturan hukum.24

Menurut Fitzgerald, teori perlindungan hukum Salmond bahwa hukum

bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan

dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan

terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi

berbagai kepentingan di lain pihak.25 Kepentingan hukum adalah mengurusi

24

Pjillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1987, hlm.2.

25

(19)

Universitas Kristen Maranatha hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi

untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi.26

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir

dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat yang pada dasarnya merupkan kesepakatan masyarakat tersebut

untuk mengatur hubungan prilaku antara angota-anggota masyarakat dan

antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan

masyarakat.27

Habermas mengemukakan dua kategori hak dasar kebebasan yang

meliputi dua macam hak privat.28 Hak privat adalah hak untuk kebebasan

bertindak yang dimiliki setiap orang tanpa diskriminasi, seperti misalnya

hak-hak klasik liberal atas hidup, milik dan kebebasan, hak-hak yang berdasarkan

keanggotaan sukarela seseorang dalam sebuah komunitas politis, seperti

misalnya hak-hak warganegara dan hak untuk melepaskan kewarganegaraan

dan hak untuk perlindungan hukum bagi individu dan untuk klaim hukum,

seperti misalnya perlakuan di hadapan hukum.29 Kategori hak privat yang

kedua menurut Habermas yaitu, hak-hak partisipasi terletak di dalam pusat

hak untuk mendapat peluang yang sama untuk berpartisipasi dalam sebuah

proses formasi opini dan aspirasi secara demokratis dan hak untuk

26

Ibid, hlm.69.

27

Ibid, hlm.54.

28

F. Budi Hardiman, Demokrasi Deliberatif, Yogyakarta: Kanisius, 2009, hlm.84.

29

(20)

Universitas Kristen Maranatha mendapatkan jaminan atas kondisi-kondisi hidup yang dipastikan secara

sosial, teknis dan ekologis.30

F. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu

hukum yang dihadapi.31 Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka.32

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah, penelitian yang akan

dilakukan termasuk dalam penelitian hukum normatif atau penelitian

hukum kepustakaan bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang

dilakukan dengan penelusuran asas-asas hukum kemudian di proses

terhadap aturan yang ada dan diuji dengan prinsip-prinsip hukum umum.

Penelitian hukum normatif memiliki definisi yang sama dengan penelitian

hukum doktrinal yaitu penelitian berdasarkan bahan-bahan hukum yang

fokusnya membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer dan

sekunder.33

2. Sifat Penelitian

30

Ibid.

31

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan ke-1. Jakarta: Kencana Media Group, 2006, hlm.35.

32

Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006, hlm.13.

33

(21)

Universitas Kristen Maranatha Penelitian te t g “Ti j u Terhadap Pengaturan Pesawat Nirawak Di

Indonesia Dikaitkan Dengan Perlindungan Hak Privat dan Peraturan

Perundang-U g ”. M up k p liti g m ggu k

penelitian bersifat deskriptif.34

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian hukum normatif dikenal beberapa

pendekatan-pendekatan yaitu diantara lain:35

a. Pendekatan undang-undang;

b. Pendekatan kasus;

c. Pendekatan historis;

d. Pendekatan komparatif dan;

e. Pendekatan Konseptual.

Untuk kepentingan penelitian skripsi ini, peneliti akan menggunakan

3 jenis pendekatan yaitu pendekatan undang-undang, pendekatan

komparatif dan pendekatan konseptual. Pada pendekatan undang-undang

peneliti akan menggunakan peraturan perundang-undangan antara lain;

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Peraturan

Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 90 Tahun 2015

tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak di

Ruang Udara yang dilayani di Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 3

Tahun 2001 tentang Keamaanan dan Keselamatan Penerbangan Indonesia,

dan Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan

34

Op.Cit., Peter Mahmud Marzuki, hlm.22.

35

(22)

Universitas Kristen Maranatha Umum (Perum) Lembaga Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi

Penerbangan Indonesia. Pada Pendekatan komparatif dilakukan dengan

membandingkan undang-undang suatu negara, dengan undang-undang dari

satu atau lebih negara lain mengenai hal yang sama. Selain itu, dapat juga

diperbandingkan di samping undang-undang yaitu putusan pengadilan di

beberapa negara untuk kasus yang sama.36 Pada pendekatan konseptual

peneliti akan berpijak pada berbagai teori-teori dan doktin-doktrin.

Teori-teori dan doktrin-doktrin yang peneliti gunakan berkaitan dengan

peraturan-peraturan mengenai pesawat nirawak dan pengaturannya bagi

pengguna/pemilik di ruang publik.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Dalam penilitan ini, peniliti menggunakan bahan-bahan hukum sebagai

berikut:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan dan

catatan-catatan resmi.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu termasuk di dalamnya buku-buku

hukum, skripsi, tesis, dan jurnal hukum. Dalam penelitian unu

penelusuran bahan hukum sekunder terdiri dari penelusuran dari

literatur-literatur, buku-buku, jurnal, skripsi dan tesis yang terkait

dengan hukum penerbangan.

36

(23)

Universitas Kristen Maranatha c. Bahan Hukum Tersier

Penelusuran badan hukum tersier dapat ditelusuri dari kamus hukum

dan ensiklopedia.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan pengkajian dan penulusuran terhadap peraturan

perundang-undangan yang relevan dengan penulisan penelitian.

b. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data ini yang diambil oleh

penulis dalam penulisan hukum ini adalah studi kepustakaan atau

studi dokumen (Library Research). Teknik pengumpulan data ini

dengan cara membaca, mengkaji, dan membuat catatan dari

buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen serta tulisan-tulisan

yang berhubungan dengan masalah yang menjadi obyek penelitian.

c. Sehubungan dengan jenis penelitian yang merupakan penelitian

normatif maka untuk memperoleh data yang mendukung, kegiatan

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara

pengumpulan (dokumentasi) data-data sekunder. Teknik pengumpulan

data dilakukan dengan studi kepustakaan untuk mengumpulkan dan

menyusun data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Untuk menunjang kelengkapan perolehan data maka Penulis akan

(24)

Universitas Kristen Maranatha tanggung jawab bank terhadap nasabah apabila terjadi kasus yang

berkaitan dengan pembahasan pada penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penulisan ini menggunakan pendekatan

kualitatif. Setelah rangkaian data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis

data dengan prosedur dan teknis pengolahan analisis data sesuai dengan

konstruksi pembahasan hasil penelitian.

Selain menggunakan pendekatan kualitatif penulis menggunakan

pendekatan deduktif yang berarti suatu metode berpikir yang menerapkan

hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam

bagian-bagian yang khusus. Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta

yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang

logis.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri atas:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang

masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II HAK ASASI MANUSIA ATAS RUANG PUBLIK DAN RUANG

(25)

Universitas Kristen Maranatha Bab kedua ini adalah bab mengenai tinjauan pustaka, membahas

mengenai uraian teori, asas, norma, doktrin yang relevan yang

diteliti baik dari buku, jurnal, perundang-undangan, dan sumber

data lainnya. Bab ini akan membahas mengenai hal-hal apa saja

yang berkaitan antara alasan diadakannya penelitian terhadap

pemilikan benda elektronik terutama yang dilakukan terhadap

pesawat nirawak. Bab II ini meliputi jaminan pemenuhan hak asasi

Warga Negara Indonesia, hak-hak warga negara dalam

kepemilikan benda elektronik, pengaturan hak asasi di ruang publik

dan ruang privat.

BAB III PENGATURAN PESAWAT NIRAWAK DI INDONESIA

Bab ini berisi uraian mengenai objek penelitian, yaitu mengenai

pengertian pesawat nirawak pada umumnya dan pengaturan

pesawat nirawak menurut hukum positif di Indonesia.

BAB IV PENGATURAN PESAWAT NIRAWAK DI INDONESIA DAN

PERLINDUNGAN HAK PRIVASI DITINJAU DARI

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Bab ini berisikan uraian yang memuat mengenai analisis atau

pembahasan sesuai dengan identifikasi masalah, yaitu terkait

dengan bentuk pengaturan pesawat nirawak di Indonesia dan

penggunaannya di area publik ditinjau dari peraturan

(26)

Universitas Kristen Maranatha pemilik/pengguna pesawat nirawak yang menimbulkan kerugian

bagi masyarakat.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, keismpulan merupakan

jawaban atas identifikasi masalah, sedangkan saran merupakan

usulan yang operasional, konkret, dan praktis serta merupakan

(27)

Universitas Kristen Maranatha 101

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan pembahasan yang sudah dijelaskan maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bentuk pengaturan pesawat nirawak di Indonesia sejauh ini masih

mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor

PM 90 Tahun 2015 tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara

Tanpa Awak di Ruang Udara yang Dilayani Indonesia. Namun demikian

terdapat peraturan perundangan lain yang terkait dengan aturan pesawat

nirawak tersebut yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan, Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang

Keamanaan dan Keselamatan Penerbangan dan Peraturan Pemerintah

Nomor 3 Tahun 2001 tentang Perusahaan Umum (Perum) Lembaga

Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan. Penggunaan pesawat

nirawak di area publik dibatasi oleh aturan yang secara spesifik mengatur

mengenai pengoperasian pesawat nirawak. Berdasarkan Peraturan Menteri

Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 90 Tahun 2015 tentang

Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak di Ruang Udara

yang Dilayani Indonesia, pesawat nirawak tidak boleh dioperasikan pada

kawasan udara terlarang (prohibited area), kawasan udara terbatas

(restricted area), dan kawasan keselamatan operasi penerbangan suatu

(28)

Universitas Kristen Maranatha dioperasikan pada ruang udara dengan ketinggian tidak lebih dari 150

meter. Sedangkan berdasarkan peralatan yang dibawa oleh pesawat

nirawak seperti kamera, pesawat nirawak dilarang beroperasi 500 meter

dari batas terluar suatu kawasan udara terlarang (prohibited area) atau

kawasan udara terbatas (restricted area).

2. Pertanggungjawaban hukum bagi pemilik/pengguna pesawat nirawak yang

menimbulkan kerugian bagi hak privasi masyarakat dalam hal ini dapat

dilihat sesuai dengan kerugian yang didapat oleh masyarakat. Apabila

unsur-unsur perbuatan melawan hukum (PMH) sesuai dengan pasal 1365

KUH Perdata terpenuhi maka sanksi yang dikenakan mengacu kepada

ganti rugi. Namun, apabila pemilik/pengguna pesawat nirawak melanggar

undang-undang yang berlaku serta memenuhi unsur-unsur pidana yaitu

unsur formil dan unsur materil maka sanksi yang akan dikenakan akan

berupa sanksi pidana.

B. Saran

Berdasarkan dengan penjelasan dan pembahasan yang sudah dilakukan

maka dapat disarankan bahwa:

1. Pemerintah perlu merancang undang-undang yang secara khusus mengatur

penggunaan pesawat nirawak sebagai payung hukum sekaligus

memberikan perlindungan kepada masyarakat baik secara represif maupun

(29)

Universitas Kristen Maranatha 2. Perlu adanya revisi terhadap peraturan perundangan hukum positif yang

telah ada, hingga menunggu political will pemerintah dalam merancang undang-undang sampai dengan memberlakukan undang-undang tersebut.

3. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat, penegak hukum dan

pemilik/pengguna pesawat nirawak terhadap pengaturan pengoperasian

(30)

Universitas Kristen Maranatha 103

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Aca Sugandhy, Penataan Ruang Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999

Adi Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta:Granit, 2004

Adnan Buyung Nasution (ed), Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006

Amin Soebandrio, “Sains dan Teknologi”, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2009

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada, 2004

Bagir Manan (ed), Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996

Budiyanto, Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara, Jakarta: Erlangga, 2000

Budiyanto, Kewarganegaraan, Jakarta: Erlangga, 2002

Fresco Budi Hardiman, Demokrasi Deliberatif, Yogyakarta: Kanisius, 2009

F. Budi Hardiman, Ruang Publik, Yogkakarta: Kansius, 2010

Franz Magnis Suseno, Etika Politik (Pinsip-prinsip moral dasar kenegaran modern), Cet. 7, Jakarta: PT Gramedia, 2003

H.A.R Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Magelang:

(31)

Universitas Kristen Maranatha Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:

Bayumedia Publishing, 2006

Juniarso Ridwan, Hukum Tata Ruang, Jakarta: Nuansa, 2008

Koentjoro Poerbopranoto, Sistem Pemerintahan Demokrasi, Jakarta: Eresco, 1978

Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung: PT. Citra AdityaBakti, 2007

Locke, Rousseau dan Habermas, Melampaui Negara Hukum Klasik, terjemahan Reza A. Wattimena, Yogyakarta, Kanisius, 2007

Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-Undangan, Yogyakarta: Kanisius, 2007

M. Syaom Barliana, Arsitektur, Urbanitas, dan Pendidikan Budaya Berkota, Yogyakarta: CV Budi Utama, 2012

N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan Edisi Ke-II, Jakarta: Erlangga, 2004

Nirwono Joga, Satire Ruang Terbuka Hijau, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003

Nuri Mentari Dini, Ensiklopedi Transportasi Dunia, Jakarta: Cikal Aksara, 2011

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan ke-1, Jakarta: Kencana Media Group, 2006

Pjillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya:

(32)

Universitas Kristen Maranatha Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000

Singgih Handoyo dan Dudi Sudibyo, Aviapedia: Ensiklopedia Umum Penerbangan, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2011

Sitanala Arsyad, “Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan”, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2008

Soejono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006

Wahyu Untara, Kamus Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris, Yogyakarta: Indonesia Tera, 2014

Widadi A. Suwarno, Tata Operasi Darat, Jakarta: Grasindo, 2010

B. Jurnal / Karya Ilmiah

Tanod, Witny, 2013, Analisis Yuridis Terhadap Penggunaan Kekuatan Bersenjata Dengan Menggunakan Pesawat Tanpa Awak (Unmanned Drones) Dalam Hukum Internasional. Lex Crimen, Volume 2 Nomor 1. http://nela-febriz.blogspot.com diakses pada tanggal 5 September 2015

pukul 16:19 WIB.

Russel Brown, Rethinking Privacy, Alberta Law Review Journal, Volume 43

No. 589, Agustus 2006.

James Siahaan, Ruang Publik: Antara Harapan dan Kenyataan, Jurnal Hukum Tata Ruang, Volume 4, Agustus 2011

(33)

Universitas Kristen Maranatha Adhi Riadhy Arafah, Hukum Udara Nasional dan Internasional, (http://http://caslindonesia.co.id), diakses pada tanggal 5 September

2015 pukul 16:19 WIB.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta UI Press, 1986)

Jurgen Habermas, Demokrasi Deliberatid dan Ruang Publik, 2012, (http://kompasiana.com), diakses pada tanggal 17 Oktober 2015, pukul

11:44 WIB.

Afrizal Mustafa, “Pengertian HAM dan Macam-Macam HAM Menurut Ahli”,

2012, (http://www.pengertian.website.com), diakses pada tanggal 14

Januari 2016, pukul 09:21 WIB.

Elanto Wjoyono, “Kota, Ruang Publik dan Ruang Khalayak”, 2014,

(http://wordpress.co.id), diakses pada tanggal 14 Januari 2016 pukul

10:56 WIB.

Achmad Fazri, Pentingnya Ruang Publik Untuk Masyarakat Indonesia, 2015,

(http://kompasiana.com), diakses pada tanggal 27 Oktober 2015, pukul

16:54 WIB.

Ali Bahtiar, “Mendalami Ruang Publik Sebagai Salah Satu Civil Society”,

2012, (http://www.kompasiana.com), diakses pada tanggal 26 Januari

2016 pukul 13:53 WIB.

Irwan Malik Marpaung, “Teori Jurgen Habermas”, 2008,

(http://www.scribd.com), diakses pada tanggal 26 Januari 2016 pukul

(34)

Universitas Kristen Maranatha

Agus Mulyanto, “Pesawat Drone Paling Mematikan di Dunia”, 2015,

(http://www.pojokmedia.com), diakses pada tanggal 25 Januari 2016

pukul 19:04 WIB.

Eko Prasetyo, “Pasukan Pembunuh Osama Bin Laden”, 2011,

(http://www.intelijen.co.id), diakses pada tanggal 25 Januari 2016

pukul 19:11 WIB.

Aviasi dan Alutsista, Keunggulan Pesawat Tanpa Awak, 2011, diakses dari:

http://www.aviasista.com/2011/12/keunggulan-pesawat-tanpa-awak.html, pada tanggal: 27 Agustus 2015, pukul: 20:45 WIB.

S. Pramudito, “Ruang Publik”, 2013, (http://www.penataanruang.pu.go.id),

diakses pada tanggal 14 Januari 2016 pukul 11:17 WIB.

Alan Santoso, “Militer Indonesia Operasikan Pesawat Tanpa Awak”, 2013,

(http://www.militer.co.id), diakses pada tanggal 25 Januari 2016 pukul

20:13 WIB.

Abdul Kurnia, “Fenomena Drone di Indonesia”, 2015,

(http://www.ilmupengetahuan.org), diakses pada tanggal 25 Januari

2016 pukul 21:58 WIB.

Amal Nur Azis, “Pengembangan Drone di RI”, 2014,

(http://www.viva.co.id), diakses pada tanggal 25 januari 2016 pukul

22:14 WIB.

Dara Trihapsari, “Jenis-Jenis Pesawat Tanpa Awak”, 2011,

(http://www.blogspot.co.id), diakses pada tanggal 26 Januari 2016

(35)

Universitas Kristen Maranatha

Ari Darmaji, “Teknologi Pesawat Terbang Asia Tenggara”, 2014,

(http://www.indodefensetechno.blogspot.co.id), diakses pada tanggal

26 Januari 2016 pukul 10:21 WIB.

Sarwono Prawihardjo, Orasi Ilmiah, Abad 21 Akan Muncul Senjata Pemusnah Massal!, 2009, (http://megapolitan.kompas.com), diakses pada tanggal 17 Oktober 2015, pukul 10:49 WIB.

Tri Wahyuni, “Mengenal Drone Lebih Jauh”, 2015,

(http://www.indowebstore.com), diakses pada tanggal 26 Januari 2016

pukul 09:10 WIB.

Dewi Widya Ningrum, “Pengaturan Drone Dilakukan Untuk Keselamatan Penerbangan”, 2015, (http://hubud.dephub.go.id), diakses pada tanggal 26 Januari 2016 pukul 10:46 WIB.

Andrea Mitchell, Use force, 2015, (http://http://www.defensenews.com) diakses pada tanggal 27 Agustus 2015, pukul 21:55 WIB.

C. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(36)

Universitas Kristen Maranatha Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan

Keselamatan Penerbangan

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2015

tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat Udara Tanpa Awak di Ruang

Udara yang Dilayani Indonesia

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 60 Tahun 2015 tentang Peraturan

Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 175 (Civil Aviation Regulation Part 175) tentang Pelayanan Informasi Aeronautika (Aeronautical Informatin Service).

Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2015 tentang Ketentuan Operasional dan Tata Cara Perizinan

Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 18

Tahun 2014 tentang Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi dapat

dianggap sebagai Alat atau Perangkat Telekomunikasi

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 18

tahun 2014 tentang Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi

sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Komunikasi Dan

Informatika Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015

Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan

(37)

Universitas Kristen Maranatha D. Laman

Aspek-Aspek Drone, 2015, (http://pkps.bappenas.co.id), diakses pada tanggal

5 Februari 2016 pukul 00:56 WIB.

Ani Bee, “Prototype Drones Untuk Komersial”, 2015,

(http://www.anibee.co.id), diakses pada tanggal 3 Februari 2016 pukul 12:33

WIB.

Aturan Batasan Penggunaan Drone di Indonesia, 2015, (http://liputan.com),

diakses pada tanggal 26 Januari 2016 pukul 11:08 WIB.

Drone Law in Japan, 2015, (http://www.dronelawjapan.com), diakses pada

tanggal 16 Februari 2016 pukul 14:48 WIB.

Drone Ubah Perimeter Ofensif, 2013, (http://kompasiana.com), diakses pada

tanggal 4 Februari 2016 pukul 22:28 WIB.

Directorate General Of Civil Aviation Ministry Of Transportation Of Republic

Indonesia, “Pengaturan Drone Dilakukan Untuk Keselamatan Penerbangan”,

2015, (http://hubud.dephub.go.id), diakses pada tanggal 4 Februari 2016 pukul

23:33 WIB.

Drone Ubah Perimeter Ofensif, 2013, (http://kompasiana.com), diakses pada

tanggal 4 Februari 2016 pukul 22:28 WIB

Fungsi Pesawat Tanpa Awak di Masa Depan, 2013, (http://log.viva.co.id),

diakses pada tanggal 27 Januari 2016 pukul 11:02 WIB.

Jenis-jenis Unmanned Drones, diakses pada tanggal 5 September 2015,

(38)

Universitas Kristen Maranatha Ketentuan Hukum Dalam Penggunaan Drone di Indonesia, 2014,

(http://www.hrprplwyers.co.id), diakses pada tanggal 5 Februari 2016 pukul

00:49 WIB.

Legislasi Drone, 2015, (http://lifestyle.sindonews.com), diakses pada tanggal

5 Februari 2016 pukul 01:40 WIB.

History Drones, diakses pada tanggal 5 September 2015, www.theuav.com.

Hagrave, “The Aerial Target and Aerial Torpedo in the USA”, 2013,

(http://www.ctie.monash.edu), diakses pada tanggal 27 Januari 2016 pukul

10:55 WIB.

Pengertian Pesawat Tanpa Awak, www.kamusbahasaindonesia.org diakses

pada tanggal 17 Oktober 2015, pukul 10:46 WIB.

Pengaturan Drone Dilakukan Untuk Keselamatan Penerbangan, 2015,

(http://www.dephub.go.id), diakses pada tanggal 4 Februari 2016 pukul 21:08

WIB.

Pesawat Tanpa Awak Buatan Indonesia, 2015, (http://www.antaranews.com),

diakses pada tanggal 27 Januari 2016 pukul 10:48 WIB

United Nations Human Rights, “International Covenant on Civil and Political

Rights”, (http://http://www.ohchr.org), diakses pada tanggal 26 Januari 2016 pukul 12:15 WIB.

(39)

Universitas Kristen Maranatha

Hagrave, “The Aerial Target and Aerial Torpedo in the USA”, 2013,

(http://www.ctie.monash.edu), diakses pada tanggal 27 Januari 2016 pukul

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR SENAM LANTAI GULING DEPAN DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN INKLUSI PADA SISWA KELAS XI TGB SMK

Sejauh ini belum banyak dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan teknologi dan sistem informasi akuntansi terhadap kualitas pelaporan kinerja keuangan pada

Terkait dengan dinamika perubahan penggunaan lahan pada lahan gambut seperti terlihat dalam Tabel 2, dapat dikemukakan bahwa lahan gambut di Sumatera yang

Tahapan penelitian ini meliputi penyulingan minyak atsiri serai wangi, identifikasi komponen kimia minyak atsiri dengan GC-MS, pengujian toksisitas minyak atsiri,

Christina, Y., 2010, Perbandingan Harapan dan Kenyataan Terhadap Kualitas Pelayanan untuk Menggambarkan Kepuasan Konsumen dengan Resep Obat di Apotek Kimia Farmas Area Manajer

Penugasan jasa review (SSARS Review) memungkinkan akuntan untuk mengekpresikan kayakinan yang tebatas bahwa laporan kauangan telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi

arena itu, pada perencanaan siklus kriteria tersebut yakni, menginformasikan kembali aspek-aspek yang akan dinilai dalam pelaksanaan asemen dan membuat kesepakatan

Kemampuan mengajar terkait dengan kemampuan membuat perencanaan pembelajaran termasuk dalam hal ini keterampilan dalam pengelolaan proses belajar mengajar agar dapat diperoleh