EF'EKTIYITAS PELAKSANAAIY
PERATT]RAN
DAERAII
KOTA BT]KITTINGGI NOMOR
8
TAHT]N
1997
TENTA}IG
RENCANA
T]MT]M
TATA RUA}IG
KOTA
Oleh:
S
AL
MAl\
8P.06
211 056
PROGRAM
PASCA SAR.IANA
UNWERSITAS
AIYDALAS
PADANG
EFEKTIVITAS
PELAKSAIYAAIV
PERATURAN
DAERAII KOTA
BUKITTINGGI
NOMOR
8
TAHUN
1997
TENTANG RENCANA
TJMT]M
TATA RUANG
KOTA
Oleh:SALMAN
Dibawah bimbingan :Prof.Dr.
Yuliandri,SH,MH,
danyuslim,SH,MH
ABSTRAK
Ngarai
sianok
warisan
alam
yang
sangat berhargaa
bagi
masyarakatMinangkabau, sebagai anugerah
Allah
yang
sangat berharga sudah
pantasnya masyarakat dan Pemerintah KotaBukittinggi
untuk senantiasa menjaga kelestariannyasehingga
keunikan dan
keindahanNgarai
Sianok
ini
tidak
hanya
dinikmati
olehgenerasi pada
hari
ini
saja akantetapi
dapat dipertanggungiawabkan kelestariannya dan dapat diwariskan untuk generasi yang akan datang.Sementara
itu
secara alamiah,Ngarai
Sianok merupakan Daerah yangmemiliki
kondisi
geologisyang komplek
dan rawan terhadap perubahankondisi
lingktrnganserta cendrung mengalami degradasi dan longsor.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor
47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional pasal 38, menyatakan :Kriteria
kawasan lindung untuk kawasanrawan
bencanaalam
sebagaimanadimaksud dalam
pasal
fi
ayat
(7) yaitu:Kawasanyang diidentifikasi
sering dan berpotensitinggi
mengalami bencanaalam seperti lefusan gunung berapi,gempa
bumi
dan tanah longsor serta gelombang pasang dan banjir.Untuk melindungi
kawasanNgarai
Sianokdari
berbagai ancaman dan gangguan yang dapat merusak keututran danisi
yang terkandungdidalamnyq
maka PemerintahKota
Bukittinggi
telah menetapkan peraturan Daerah Kotamadya DaerahTingkat
II
Bukittinggi
Nomor 8 Tatrun 1997 TentangRencana Umum Tata Ruang Kota.Penelitian
ini
merupakanpenelitian
hukum
sosiologis
yang
benifat
deskriptif
analisis,
jenis
datanyameliputi
datahukum primer
datahukum
skunderdan
datahukum tertier.
Teknik
pengumpulan data wawancara dan penyebaran angket serta studi dokumentasi.Dalam
penelitian terungkap bahwa
pelaksanaan Perdatersebut
belum
efektiv
karena
terbukti
masih
banyaknya masyarakatyang
bermukim
dikawasan lindungBAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
lVlasalahPada perubahan keempat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal
I
ayat (3) ditegaskan bahwa, "Negara Indonesia adalah Negara hukum". t Konsep negarahukum
dapat
diartikan
sebagaisuafu
negarayang
memiliki
legalitas
atauberdasarkan kepada
aturan
hukum. Artinya,
penyelenggaraan pemerintahanharus
berdasarkan
aturan hukum
dan
konstitusi,
yaitu
apapun
kontekspenyelenggaraan negara
harus
didasarkan atasaturan
hukum yang
disebut dengan"rule
of
low" .Dalam
penegakan suatunegilra
hukum,
maka
negara tersebut harusmemiliki
suatukonstitusi,
di
manakonstitusi
merupakanhukum
dasar yangdijadikan
pegangandalam
penyelenggaraan suatu negara.Konstitusi
dapatberupa
hukum
dasartertulis
yang
lazim
disebut Undang-Undang Dasar dan dapat pulatidak tertutis.
Tidak
semua negaramemiliki
konstitusi tertulis
atauundang-undang dasar.
Kerajaan
Inggris
biasa
disebut negara konstitusional,namun
tidak
memitiki
naskah Undang-Undang
Dasar
sebagai
konstitusitertulis.2
t
Redaksi Karvan Pustaka" Undang-UndangDasar
1915dan
PentbahannyaSustman Kabinet
N
Lengkap, Katvan Pustaka, Jakarta: 2006, hal. 3Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun
1945 sebagai dasar hukum Negara KesatuanRepublik
Indonesia pada BabVI
Pasali8
ayat(1)
menyatakan bahwa "Negara KesatuanRepublik
Indonesiadibagi
atas daerah
propinsi
dan daerahpropinsi
itu
dibagi
atas kabupaten dan kota,yang tiap-tiap propinsi,
kabupatendan
kota
itu
mempunyai
pemerintahandaerah, yang diatur dengan undang-undang.i
Dalam rangka
melaksanakan amanat Undang-UndangDasar
NegaraRepublik Indonesia 1945 tentang
Pemerintahan
Daerah
telah
ditetapkanberbagai
undang-undang,yaitu
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004tentang
PemerintahanDaerah
Pasal
1
angka
2,
menjelaskan:
'?emerintah
Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut
asasotonomi dan
tugas
pembantuandengan prinsip
otonomi
seluas-luasnya dalam sistem danprinsip
Negara KesatuanRepublik
Indonesia
sebagaimanadimaksud dalam
Undang-Undang
Dasar
NegaraRepublik
Indonesia Tahun 1945". Propinsidi
sampingmemiliki
status sebagai daerah otonorn,juga
berkedudukan sebagaiwilayah administratif,
sedangkandaerah kabupaten dan daerah
kota
berkedudukan sebagai daerahotonom,
di
mana menurut
Undang-UndangNomor
32
Tahun 2004 dialtikan
sebagaikesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai
batas-bataswilayah
yang berwenangmengatur
dan
mengurusurusan
pemerintahandan
kepentinganmasyarakat setempat
menurut
prakarsa
sendiri
berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Inclonesia".aKota Bukittinggi
adalah salah satukota
yang adadi
Sumatera Barat,memiliki
3
(tiga)
kecamatan,yaitu
KecamatanGuguk
Panjang(7
[tujuh]
kelurahan);
KecamatanMandiangin
Koto
Selayan(9
fsembilan]
kelurahan);dan
Kecamatan
Aur
Birugo Tigo
Baleh
(8
fdelapan] kelurahan),
denganjumlah penduduk
104.278j
iwa.sKota
Bukittinggi
sering disinggahi
oleh
orang-orangdari
berbagaidaerah,
baik dari
daerah-daerahyang
adadi
Pulau
Sumatera sendiri maupun dari daerah luar Pulau Sumatera.Hal
tersebut dapat disebabkan oleh beberapafaktor,
antara lain:1.
Di
Kota
Bukittinggi
terdapat beberapa objek wisata sepertiNgarai
Sianok,Panorama
Alam,
Lobang
Jepang
dan
sebagainya,
sehingga
Kota
Bukittinggi
dikenal sebagaiKota
Wisata;2.
Kota Bukittinggi
merupakankota
perdagangandi
Pulau
Sumatera yangjuga
memiliki letak yang
strategis
sehingga memungkinkanBukittinggi
sebagai kota
transit
(persinggahan) bagi para pedagang yang, berbelanjadi
sana.
Kota
Bukittinggi
yang
terletak hampir
di
tengah-tengah
pulauo (Indang-Undang Pemerintah Daerah, Pasal
I
ayat (6)Sumatera,
di
atas jajaranBukit
Barisan dengankonfigurasi
fisik
berbukit
danberlembah serta berhawa sejuk.
Di kota ini
terdapat objek-objek wisata alamdengan pemandanga&
yang indah,
d.enganluas wilayah
25.239 km2,
yangterdiri dari
bukit
dan
lembah, dengan lembah
yang
sangatterkenal
yaituNgarai Sianok
yangterletak
padasisi
Barat
Kota Bukittinggi
berupa jurangdengan
kedalam 100
m
serta
mempunyai
kemiringan 80-90 derjat
yangmenjadi daya
tarik
wisata.Ngarai
Sianok
merupakanwarisan
alam yang
sangat berharga bagi masyarakatMinangkabau.
Sebagaianugerah
Allah
yang
sangat berharga,sudah sepantasnya masyarakat
Kota Bukittinggi untuk
senantiasa menjagakelestariannya,
sehingga keunikan
dan
keindahan
Ngarai Sianok
ini
tidak
hanya
dinikmati
oleh
generasi
pada
had
ini
saja,
akan tetapi
dapatdipertanggungjawabkan kelestariannya
dan dapat diwariskan
untuk
generasi yang akan datang.Sementara
itu,
secara alamiahNgarai Sianok
merupakan daerah yangmemiliki kondisi
geologis
yang
kompleks. Faktor-faktor geologis
yang mempengaruhi adalahlitologi
batuan yang mudah tererosi, curah hujantinggi,
tebing terjal hampir vertikal dan
intensitas gempa yang
tinggi
serta
letakNgarai
Sianok yang bertepatan berada pada zona Sesar Besar Semangka yangsangat
aktif,
sehinggawilayah
ini
termasukdalam
wilayah
waspada gempabumi.
Sesar
Besar
Semangka
yang tercatat masih
aktif
hingga saat ini
yang
tidak stabil dan
sensitif
terhadap perubahankondisi
lingkungan
serta cenderung mengalami degradasi.'Berdasarkan Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 26
Tahun2007 tentang Penataan Ruang Pasal I
I
ayat (1l),
berbunyi:"
Wewenang
Pemerintah
Daerah
Kabuoaten/Kota
oalan. penye lengg ar aan penataan ruang meliput i:a.
Pengaturan pembinaan
dan
pengawasanterhadap
pelaksanaanpenataan
ruang wilayah
Kabupaten/Kota
dan
kawasan
strategisKabupaten/Kota.
b.
Pelaksanaan penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota.c.
Pelaksanaan penataanruang kawasan strategis
Kabupaten/Kota,dan
d.
Kerja
sama penataan antar Kabupaten/Kota.Peraturan Pemerintah
Republik
Indonesia
Nomor
47
Tallr'n
1997tentang
Rencana
Tata
Ruang Wilayah Nasional Pasal
38,
menyatakan:"Kriteria
kawasanlindung untuk
kawasan rawan bencanaalam
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal
10ayat
(7)
yaitu
kawasanyang
diidentifikasi
seringdan berpotensi
tinggi
mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi,gempa bumi dan tanah longsor serta gelombang pasang dan
banjir".
Perattran Menteri
DalamNegeri Republik
IndonesiaNomor
1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang terbuka Hrjau Kawasan Perkotaan Pasal 3huruf
"a"
"Fungsi RTHKP"
adalah:a.
Pengamanan keberadaan kawasanlindung
perkotaan.
u
Badan Pengendati dampak Lingkungan DaerahPropinsi
Sumatera Barat,Untuk
melindungi kawasanNgarai
Sianok dari berbagai ancaman dan gangguan yang dapat merusak keutuhan dan isi yang terkandungdi
dalamnya,maka Pemerintah
Kota Bukittinggi
telah
menetapkan beberapa peraturan,di
antaranya:
1.
Surat
Keputusan
Walikota Bukittinggi Nomor
168.45-18-1997 tentangLarangan
Kegiatan
Pengambilan Pasir Tanah padaBukit
Dalam
DaerahTingkat
II
Bukittinggi;
2.
PeraturanDaerah Kotamadya Daerah
Tingkat
II
Bukittinggi Nomor
8Tahun
1997 tentang RencanaUmum
Tata Ruang Kota dengan KedalamanRencana
Detail Tata
Ruang
Kota
Kotamadya Daerah
Tingkat
II
Bukittinggi.
Penetapan Peraturan Daerah
ini
dimaksudkan
untuk
mengaturpemanfaatan mang kota yang disusun
untuk
menjaga keserasian pembangunanantar
sektor
dalam rangka pelaksanaan progfam-program pembangunan kotadan
untuk
menjaga danmenghindari
aga.r anggota masyarakattidak
menjadikorban
bencanaalam
akibat
longsor tepi-tepi
ngaraiyang diakibatkan oleh
gempa dan curah hujan
yang
tinggi
serta akseslain
yangtimbul
akibat tidak
dipatuhinya Peraturan Daerah tersebut,
Di
sisi lain,
dengan ditetapkannya Peraturan Daerahdimaksud,
maka penjabaran dalam pengisian ruangkota
harus sesuai dengan fungsi yang telahPeraturan Daerah
Kota
Bukittinggi Nomor
8
Tahun
1997
tentangRencana
Umum tata
Ruang
Kota
tersebut
belum
memberikan
hasil
yangmaksimal.
Hal ini
dibuktikan
dengan
masih
ditemuinya
pemukimanmasyarakat yang berada
di
areal kawasanNgarai
Sianok yang telah ditetapkansebagai kawasan
lindung
oleh
Peraturan DaerahNomor 8
tahun
1997 pada BabV
yang mengatur tentang"Lokasi
Pemanfaatan RuangKota"
dan BabVI
tentang
"Pelaksanaan Rencana
Umum
Tata
Ruang
Kota",
yang
artinyaterdapat
suatu
perbedaanantara konsep
peraturan
yang telah
ditetapkandengan penerapan yang
terjadi di
masyarakat (das sein dengan dassoillen)"
.Suatu
produk
PeraturanDaerah
belum
dapat dikatakan
efektif
danbermanfaat, walaupun telah dinyatakan sah dan diberlakukan, kecuali apabila
dia
telah
sungguh-sungguhberlaku
efektif
di
tengah-tengah kehidupan nyatamasyarakat. Karena
untuk
mewujudkan tercapainyatujuan
pembuatan suatuPeraturan
Daerah,
tidaklah
semudahyang
dibayangkan, walaupun
prosespembentukan Peraturan
Daerah
itu
telah
sesuai dengan amanat
Undang-Undang
Nomor
10Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan danlain-lain.
Akan tetapi, permasalahannya akan menjadi dilematis,bila
PemerintahanDaerah dalam
hal
ini
Pemdadan DPRD-nya akan
bisamembuat Peraturan Daerah, akan
tetapi kurang
memaksimalkan fungsinyadi
dalam mengawali
dan
mengawasi penegakan Peraturan Daerah tersebutdi
tengah-tengah kehidupan nyata masyarakatnya.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian-uraian seberumny4
baik dari hasil
penelitian
maupundalam bahasan fokus masalah, dapatdiambil kesimpulan
sebagai
berikut;
.1'
Bahwa pelaksanaan Peraturan DaerahKota
Bukittinggi
Nomor
g
Tahun1997 tentang Rencana
umum
Tata RuangKota
bagi
masyarakat yangtinggal
di
tepi Ngarai SianokBukittinggi
belumefektif
pelaksan mnnya . Halini
terlihat bahwa sejakdikel
perdaini,
masyarakat kurang
mengetahui akan kehadiran peraturan
ini
dan aparat terkait puntidak
ada mensosialisasikan perahuanini
secara komprehensif.Di
sisi lain, ketidakefektifan perda
ini
juga dikarenakan tidak
terlaksananya pengawasan
dan penindakan oleh aparat pengawas dan penindak perda.
Hal
ini
dapat
dibuktikan dari
hasil
peneritian
dan
pengarnatan dilapangan, dimana pemukiman penduduk dikawasan tindunhg sepanjang
ngarai Sianok tetap saja bertambah
baik
sebelumperda
Nomor
g tahun1997 dalalnfuanmaupun sesudahnya.
2'
Kendala
yang
dihadapi dalam
penegakan
peraturan Daerah
Kota
Bukittinggi
Nomor
g rahun
1997 Tentang Rencanaumum
tata Ruang
Kota
khususnyabagi
masyarakatyang tinggal ditepi ngarai
sianok
adalah
tingginya
alih
fungsi
rahanberfirngsi
lindung
me4iadi
tempat150
pemukiman yang mengakibatkan pen-urunan
kualitas lingkungan
hidupserta
banyaknya pengembangankegiatan
yang
tidak
sesuai dengankarakteristik
kawasan
baik dilihat
dari
jenis
maupun
intensitasnya dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadapPerda
Nomor
8
Tahun
1997 serta bahaya longsor yang setiap saat bisamenimpamereka.
3.
Langkah- langkah
untuk
mengantisipasikendala
yang
dihadapi
dalam penegakan PerdaNomor
8 Tahun 1997 khususnys bagr masyarakat yangtinggal ditepi ngarai sianok
adalah dengan menganalisakembali
tahapperencaruum tata
ruang
sertatahip
pemanfaatan ruangdan
selanjutnya tahap pengendalian dan penindakan secarakontiniu
dan konsistenbag
setiap pelanggaran yang terjadi terhadap perda
Nomor
g tahun 1997.B.
SaranDalam upaya mewujudkan
kondisi
ideal dari suatu rencana tata ruang dengankondisi penggunaaq maka disarankan hal-hat sebagai berikut:
l.
sosialisasi tentang
perda yang dilanjutkan
dengan
pengawasan danpengendalian terhadap pelaksanaan Perda agar benar benar dilaksanakan
oleh
aparatterkait
secara konsisten dengan penerbitanizin
pemanfaatan ruang secara selektif serta pengenaan sangsi yang tegas dan konsisten padaDAFTAR PUSTAKA
A.
Buku
Abdullah, Rozali,
Pelaksanaan OtanomiLuos
donIsu
Federalisme sebagai Suatu Alternatif,
Raj awali press, J akarta: 1999Arikunto,
Suharsimi, Manajemenpeneritian,
Jakarta: Rinekacipta
1993, Prosedur
Penelitian:
Suatu Pendekntsn Praldek, Jakarta: RinekaCipta
1998Arsyad,
Lincolin,
Pengantar perencanasn
dan
pembangunan
EkanomiDaerah, BPFE, Yogyakarta, 1999
Asshiddiqie,
Jimly, Konstitusi
dan Kanstitusianalisme Indonesia, SekretariatJenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,
Jakarta:2006
Bambang sunggono, Metodologi penelitian Hulatm,
pr
Raja
GrafindoPersada, Jakarta:2006
Basah, sjachran, Permasalshan
Arti
Kepentingan
(Jmum,pr
Justitis,JumalMajalah FH
UNAND,
Bandung,Nomor
lg,
Junil9g3
Fahmil, Muin,
Peran
Asas-asas (Jmumpemerintahsn
ysng Lcysk
dalamMewujudknn Pemerintahan yang
Bersih,ull
pressyo
gyal<afia: zooaHadjerat,
M.,
Memori
pasar
Fond Bukittinggi, Bukittinggi:
pemerintahKotamadya
Bukitringgi,
I 95I
Haris,
Syarnsudin, Desentralisasidsn otonomi
Daerah,
LIpI
press, Jakarta: 2005J.J.H,
Bruggink,
RefleksiHuhtm, alih
bahasaB. Arief
Sidhart4
citra Aditya
Bhakti, Bandung: 1999
Kushandayani,
Good
Governancedalam
otonomi
Daerah,
pustaka utama,Yogyakarta:2001
Latief, Abdul,
Hukum
dan
peratursn
Keb$alcsanaanDaerah,
IIII
Press, Yogyakarta : 2005pada
PemerintahManan,
Bagir,
Hubungan
antara pusst dan
Daerah
Menurut
(IUD
1945,