• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEPUASAN INSTITUSI DAN REKANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEPUASAN INSTITUSI DAN REKANAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

PENGARUH KEPUASAN INSTITUSI DAN REKANAN

KINERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PADA

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

Oleh:

SONI JUSUF LASIBEY NIM : 1423773429

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dilaksanakan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pasal 1 ayat 8 “Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi Lainnya (K/L/D/I) yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.

ULP pada Politeknik Negeri Kupang dibentuk berdasarkan Permendikbud 04 2012 tentang Pembentukan Unit Layanan Pengadaan (ULP) Politeknik Negeri Kupang. bersifat fungsional, dimana keberadaannya masih melekat pada Bagian Administrasi Politeknik Negeri Kupang.

Pengadaan Barang/Jasa dalam ULP dilaksanakan oleh 4 (Empat) Kelompok Kerja (Pokja). Pelaksanaan pengadaan barang/jasa (pelelangan) yang dilaksanakan oleh ULP Politeknik Negeri Kupang mencakup seluruh proses pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan diseluruh Unit ataupun Jurusan di lingkungan Politeknik Negeri Kupang yang pendanaannya melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Dengan mempertimbangan efektifitas dan kelancaran proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Politeknik Negeri Kupang yang masing-masing memiliki beragam rentang kendali dan besaran organisasi antara lain :

1. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA); 2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK);

3. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

(3)

Hal ini dapat dilihat dari tugas yang diamanatkan kepada PA. Tugas Pengguna Anggaran terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah :

1. Membuat Perencanaan Pengadaan dengan produknya yaitu Rencana Umum Pengadaan

2. Membentuk organisasi pengadaan, dengan mengangkat pihak pihak yang terkait dengan proses pengadaan yang akan dilakukan di satuan kerjanya. Seperti mengangkat KPA, PPK, Pejabat pengadaan (untuk pengadaan langsung), juri untuk sayembara dan kontes).

3. Menetapkan pemenang untuk nilai di atas 100 milyar (barang, konstruksi dan jasa lainnya) dan nilai di atas 10 milyar untuk jasa konsultansi.

4. Menyelesaikan perselisihan diantara para pihak yang diangkatnya, atau dengan pihak lainnya seperti ULP.

5. Tugas-tugas terkait dengan tupoksi keuangan

PA menetapkan PPK sebagai pejabat yang melaksanakan proses pelaksanaan kontrak. Pelaksanaan kegiatan yang memerlukan proses pengadaan barang/jasa dilakukan melalui swakelola dan/atau melalui pemilihan Penyedia Barang/Jasa (Perpres No. 54 tahun 2010, Pasal 3). Pelaksanaan swakelola dilaksanakan langsung oleh SKPD yang bersangkutan sedangkan pelaksanaan yang memerlukan penyedia barang/jasa (rekanan), proses pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan oleh ULP. PPK mendaftarkan paket kegiatan yang dimiliki ke ULP untuk dilanjutkan proses pemilihan penyedia barang/jasa melalui proses pelelangan dengan tahapan-tahapan yang sudah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. PPK berhubungan langsung dengan ULP pada tahap awal proses pemilihan penyedia barang/jasa yaitu proses persiapan, pada saat dilakukan rapat penjelasan, dan saat serah terima hasil proses pelelangan. Merujuk pada tugas pokok masing-masing organisasi, PPK adalah pejabat yang paling banyak berhubungan dengan ULP.

(4)

muncul baik dari pihak rekanan maupun dari pihak Institusi. Praduga yang muncul dari pihak Institusi maupun pihak calon penyedia akan memunculkan ketidakpuasan terhadap kinerja ULP Politeknik Negeri Kupang.

Apabila Institusi tidak puas akan kinerja ULP maka PPK kegiatan dapat menolak melakukan penandatanganan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) dan meminta evaluasi ulang sehingga memperpanjang proses pemilihan penyedia barang/jasa. Sedangkan apabila calon penyedia barang/jasa yang tidak puas maka mereka dapat melakukan sanggahan terhadap proses pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan ULP.

Berdasarkan data dari ULP Politeknik Negeri Kupang pada proses pengadaan Tahun Anggaran 2013 terdapat 8 sanggahan yang disampaikan kepada ULP Politeknik Negeri Kupang. Semua sanggahan tersebut sudah dijawab dan tidak ada sanggahan banding. Proses sanggahan ini bisa masuk keranah hukum yang mengakibatkan terganggunya proses pemilihan penyedia barang/jasa yang sedang dilakukan. Dengan terganggunya proses pemilihan penyedia barang/jasa juga bisa berdampak terhadap pelaksanaan APBN secara keseluruhan.

Berdasarkan praduga yang muncul dan dengan adanya proses sanggahan yang sudah terjadi, maka perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan tingkat kepuasan yang dirasakan baik oleh Intitusi maupun Rekanan terkait dengan pelayanan yang diberikan oleh ULP Politeknik Negeri Kupang. Kepuasan tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dengan kualitas pelayanan.

(5)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian terhadap kinerja Unit Layanan Pengadaan Politeknik Negeri Kupang, maka dapat dikemukakan suatu rumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana Kinerja Unit Layanan Pengadaan Politeknik Negeri Kupang? 2. Faktor-faktor apa yang menghambat kinerja Unit Layanan Pengadaan

Politeknik Negeri Kupang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan di atas maka tujuan penulisan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan Intitusi terhadap kinerja ULP Politeknik Negeri Kupang.

2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan Rekanan terhadap kinerja ULP Politeknik Negeri Kupang.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Kepentingan dunia akademik

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan pengembangan pengetahuan dalam bidang manajemen kualitas terutama yang berhubungan dengan bidang pelayanan publik.

2. Kepentingan Dunia Praktisi

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian ULP dan Proses Pengadaan Barang/Jasa

Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di K/L/D/I (Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya) yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada Pepres 54 Tahun 2010 (pasal 1 angka 6).

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa fungsi utama ULP adalah pelaksanaan pengadaan, artinya unit inilah yang melaksanakan proses pengadaan mulai dari menyusun rencana pemilihan penyedia barang dan jasa sampai dengan melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk. Unit ini bersifat permanen artinya bersifat tetap bukan panitia atau unit ad-hoc. Dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada, karena ULP merupakan unit dari K/L/D/I, maka tentu yang dimaksud dengan berdiri sendiri bukan berarti independepent, tetapi unit dengan tugas pokok tersendiri dalam struktur K/L/D/I. Kedudukan ULP dalam struktur organisasi pengadaan. Pepres 54 Tahun 2010 Pasal 7 ayat (1) menyebutkan bahwa Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Penyedia Barang/Jasa terdiri atas :

a. PA/KPA; b. PPK;

c. ULP/Pejabat Pengadaan;

d. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

(7)

Tugas pokok dan kewenangan Unit Layanan Pengadaan adalah : 1. Menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa

2. Menetapkan Dokumen Pengadaan

3. Menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran

4. Mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di website Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan di portal Pengadaan Nasional

5. Menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi

6. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk

7. Menjawab sanggahan

8. Menetapkan pemenang pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling tinggi Rp 100 Milyar

9. menetapkan pemenang seleksi jasa konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp 10 Milyar

10. Menyampaikan hasil pemilihan dan salinan Dokumen Pemiihan Penyedia Barang/Jasa kepada Pejabat Pembuat Komitmen

11. menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa

12. Membuat laporan mengenai proses pengadaan kepada Kepala Unit Layanan Pengadaan

13. Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa kepada Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran

(8)

(LPSE), Peraturan Kepala LKPP Nomor 1 Tahun 2011 Tentang e-Tendering, Peraturan Kepala LKPP Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Standar Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik.

Ketentuan teknis operasional pengadaan barang/jasa secara elektronik mengacu pada Peraturan Kepala LKPP Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Peraturan Kepala LKPP Nomor 1 Tahun 2011 Tentang e-Tendering, Peraturan Kepala LKPP Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Standar Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik. Terhadap informasi, transaksi elektronik pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik mengacu pada Undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang ITE. Pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik dapat dilakukan dengan e-Tendering atau e-Purchasing :

1. E-Tendering merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan elektronik dengan cara menyampaikan satu kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan.

2. E-Purchasing merupakan tata cara pembelian barang/ jasa melalui sistem katalog elektronik.

(9)

dan Regulasi e-Procurement Direktorat e-Procurement, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Tahun 2012.

2.3 Metode Penelitian

(10)

menentukan informan yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Sehingga untuk memilih sampel yang digunakan bukanlah sampel statistik seperti yang dilakukan pada penelitian kuantitatif. Namun lebih bersifat selektif, dimana peneliti menggunakan berbagai pertimbangan berdasarkan konsep/teoritis yang dipergunakan. Informan dipilih secara sengaja (purposive), Pemilihan informan ini didasarkan atas subjek penelitian yang menguasai masalah, memiliki data dan bersedia memberikan data. Dalam penelitian ini yang menjadi informan awal adalah Kepala ULP Politeknik Negeri Kupang, dan yang akan menjadi key informan adalah Kepala ULP Politeknik Negeri Kupang.

Dalam penelitian kualitatif ini yang menjadi instrumen adalah Peneliti sendiri. Disini untuk mempermudah pengumpulan data, dalam kesempatan ini cenderung menggunakan panduan wawancara. Disamping itu juga digunakan teknik pengumpulan data melalu observasi maupun dokumentasi.

Data primer adalah data yang akan terkumpul dari hasil observasi dan wawancara, data sekunder adalah data yang akan terkumpul dari literatur atau buku, laporan-laporan atau peraturan-peraturan perundangan yang relevan dengan topic penelitian. Sebagai sumber pengumpulan data dalam penelitian ini adalah semua pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di Politeknik Negeri Kupang, yaitu :

(11)

5. Pejabat Pembuat Komitmen

6. Kepala Jurusan pada Politeknik Negeri Kupang 6. Penyedia Barang/Jasa

Referensi

Dokumen terkait

Yuda, Irfani.2013.Penggunaan Media Berbasis Blog untuk meningkatkan Partisipasi Belajar dalam Pembelajaran IPS di Kelas VIII J SMP Negeri 14 Bandung.Bandung: Skripsi UPI

[r]

Dari beberapa jenis informasi yang ada pada Line Today di bawah ini, informasi manakah yang anda butuhkan untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tentang tingkat pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA di Kota Bandung dalam implementasi UU No. 17

Penerapan Tari Polostomo Untuk Meningkatkan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Tari Di SMPN 22 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

lain serta dengan endotel atau jaringan yang cedera. Dengan

kepala sekolah mengusulkan kepada Menteri melalui Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal pada Direktorat Jenderal

1) Apabila terjadi kekurangan dana yang dialokasikan dengan realisasinya, maka akan diperhitungkan pada tahun anggaran berikutnya sesuai dengan ketentuan peraturan