PENGALAMAN BEKERJA PADA PENYANDANG DISABILITAS TUBUH (STUDI KUALITATIF FENOMENOLOGI)
I Made Adi Mahardika
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman bekerja penyandang disabilitas tubuh. Penelitian ini mempunyai tiga pertanyaan penelitian. Pertanyaan pertama adalah bagaimana pengalaman bekerja penyandang disabilitas tubuh. Pertanyaan kedua adalah bagaimana penyandang disabilitas tubuh menjalani pekerjaannya, dan ketiga bagaimana sikap penyandang disabilitas tubuh terhadap tantangan. Tiga orang subjek penyandang disabilitas tubuh yang bekerja dipilih dengan
criterion sampling. Pendataan dilakukan terhadap subjek melalui wawancara semi terstruktur. Proses validitas yang digunakan adalah validitas member cheking; validitas member cheking dilakukan dengan memberikan hasil analisis berupa tema-tema kepada subjek agar memiliki pemahaman yang sama diantara subjek dan peneliti. Penelitian ini menggunakan metode analisis fenomenologi deskriptif, sehingga dapat menangkap sedekat mungkin pengalaman yang dialami dan menggambarkan pengalaman tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman bekerja disabilitas tubuh terdapat dua tipe. Secara umum penyandang disabilitas tubuh mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan, diragukan kemampuannya bekerja. Pada tipe pertama adanya keinginan untuk diakui kemampuannya bekerja, menjalin relasi, menunjukkan kemampuannya sehingga dapat diterima dan diakui kemampuannya. Selain itu, pada tipe kedua terdapat pengalaman dimana kurang diterima oleh lingkungan kerjanya. Pengalaman tersebut juga memunculkan sikap terhadap kondisi disabilitasnya yang disandang.
THE EXPERIENCE OF WORK PEOPLE WITH PHYSCAL DISABILITY (QUALITATIVE PHENOMENOLOGY STUDY)
I Made Adi Mahardika
ABSTRACT
The aim of this study is to describe work experience of people with physical disability. This study has three research questions. The first question is how work experience of people with physical disability. The second question is how people with physical disability fulfilled their work and third, how response people with physical disability about challenge. Three subjects are employee with physical disability are selected by criterion sampling. The data are collected from subjects through semi-structure interviews. Validity process that is used is a member cheking validity; member cheking validity is done by giving the results of the analysis that are carried out in the form of the themes to the subjects in order to have a common understanding between the subjects and the researcher. This study uses descriptive phenomenological analysis method, so can capture as closely as possible the experience and also describe it. The results show that the work experience of people with physical disability have two types. In general people with physical disability include difficult to get a job, doubt of the ability to work. First type, the desire to be recognized in ability to work, build relationships, demonstrate the competences to be accepted and recognized. Beside, the second type there is a lack of experience to be accepted by the work environment. The experience also give arise attitudes towards disability conditions.
PENGALAMAN BEKERJA PADA PENYANDANG DISABILITAS
TUBUH
(STUDI KUALITATIF FENOMENOLOGI)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
I Made Adi Mahardika
NIM: 099114042
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iii
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Motto
Motto
Motto
Make success in your life and
Make success in your life and
Make success in your life and
Make success in your life and
Don’t lose your opportunity
Don’t lose your opportunity
Don’t lose your opportunity
Don’t lose your opportunity
Because opportunity not come back twice
Because opportunity not come back twice
Because opportunity not come back twice
Because opportunity not come back twice....
Giving meanin
Giving meanin
Giving meanin
Giving meaning in your life,
g in your life,
g in your life,
g in your life,
If you want to make happy in your life.
If you want to make happy in your life.
If you want to make happy in your life.
If you want to make happy in your life.
Ku persembahkan kepada :
Sri Hari Vishnu sebagai restu hidup saya
Durga Dewi sebagai pelindung saya
Segenap Keluarga yang telah mendukung saya
Alm. Dr. Chirstina Siwi Handayani, M.Si sebagai motivator hidup
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 29 Januari 2014
Penulis,
vi
PENGALAMAN BEKERJA PADA PENYANDANG DISABILITAS
TUBUH
(STUDI KUALITATIF FENOMENOLOGI)
I Made Adi Mahardika
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman bekerja penyandang disabilitas tubuh. Penelitian ini mempunyai tiga pertanyaan penelitian. Pertanyaan pertama adalah bagaimana pengalaman bekerja penyandang disabilitas tubuh. Pertanyaan kedua adalah bagaimana penyandang disabilitas tubuh menjalani pekerjaannya, dan ketiga bagaimana sikap penyandang disabilitas tubuh terhadap tantangan. Tiga orang subjek penyandang disabilitas tubuh yang bekerja dipilih dengan criterion sampling. Pendataan dilakukan terhadap subjek melalui wawancara semi terstruktur. Proses validitas yang digunakan adalah validitas member cheking; validitas member cheking dilakukan dengan memberikan hasil analisis berupa tema-tema kepada subjek agar memiliki pemahaman yang sama diantara subjek dan peneliti. Penelitian ini menggunakan metode analisis fenomenologi deskriptif, sehingga dapat menangkap sedekat mungkin pengalaman yang dialami dan menggambarkan pengalaman tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman bekerja disabilitas tubuh terdapat dua tipe. Secara umum penyandang disabilitas tubuh mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan, diragukan kemampuannya bekerja. Pada tipe pertama adanya keinginan untuk diakui kemampuannya bekerja, menjalin relasi, menunjukkan kemampuannya sehingga dapat diterima dan diakui kemampuannya. Selain itu, pada tipe kedua terdapat pengalaman dimana kurang diterima oleh lingkungan kerjanya. Pengalaman tersebut juga memunculkan sikap terhadap kondisi disabilitasnya yang disandang.
vii
THE EXPERIENCE OF WORK PEOPLE WITH PHYSCAL DISABILITY
(QUALITATIVE PHENOMENOLOGY STUDY)
I Made Adi Mahardika
ABSTRACT
The aim of this study is to describe work experience of people with physical disability. This study has three research questions. The first question is how work experience of people with physical disability. The second question is how people with physical disability fulfilled their work and third, how response people with physical disability about challenge. Three subjects are employee with physical disability are selected by criterion sampling. The data are collected from subjects through semi-structure interviews. Validity process that is used is a member cheking validity; member cheking validity is done by giving the results of the analysis that are carried out in the form of the themes to the subjects in order to have a common understanding between the subjects and the researcher. This study uses descriptive phenomenological analysis method, so can capture as closely as possible the experience and also describe it. The results show that the work experience of people with physical disability have two types. In general people with physical disability include difficult to get a job, doubt of the ability to work. First type, the desire to be recognized in ability to work, build relationships, demonstrate the competences to be accepted and recognized. Beside, the second type there is a lack of experience to be accepted by the work environment. The experience also give arise attitudes towards disability conditions.
viii
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata
Dharma
NAMA
: I MADE ADI MAHARDIKA
NIM
: 099114042
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Pengalaman Bekerja Pada Pengandang Disabilitas Tubuh
(Studi Kualitatif Fenomenologi)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya
memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 29 Januari 2014
Yang menyatakan,
ix
KATA PENGANTAR
Tugas akhir ini dibuat atas dasar kepedulian terhadap pengalaman
penyandang disabilitas tubuh yang bekerja dengan kompleksitasnya.
Peneliti memberikan penghargaan kepada semua pihak yang membantu
penelitian dan penulisannya. Terima kasih penulis haturkan kepada :
1.
Sri Hari Visnu, Dewi Saraswatyai dan Dewa Ganesha atas berkah kehidupan,
penerangan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
2.
Bpk. Siswo Widiatmoko,M.Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma.
3.
Ibu Ratri Sunar Astuti,M.Si selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
4.
Bpk.Agung Santoso, M.A selaku dosen pembimbing akademik.
5.
Bapak V. Didik Suryo Hartoko,M.Si selaku pembimbing skripsi.
6.
Ibu M. M. Nimas Eki S. M.Si., Psi dan Ibu Ratri Sunar Astuti,M.Si selaku
para dosen penguji.
7.
Ibu Alm. Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si sebagai motivator dan inspirasi
dan selaku dosen yang pernah membimbing skripsi saya ditengah-tengah
perjuangannya.
x
9.
Ibu ML. Anantasari, M.Si., Dewi Soerna A., M.Psi, P. Hernietta PDADS,
M.A, dan Th. Dewi Irianti G.,FCJ., Psi., M. M atas pengalaman pelajaran dan
teman diskusi.
10.
Teman-teman IOPC (
Industrion and Organization Psychology Community
)
terimakasih atas pengalaman, pelajaran kebersamaan dan jurnal-jurnal yang
di berikan.
11.
Mas Gandung, Pak Gik dan Bu Nanik atas kerja samanya selama ini. Mas
Doni atas pinjaman buku-buku dan Mas Muji atas bantuan praktikumnya.
12.
Bpk Ss, Ibu E dan Ibu Nn informan dalam penelitian ini. Semoga Tuhan
memberikan anugerah yang terbaik dalam menjalani hidup ini dan
terimakasih atas pelajaran yang diberikan.
13.
Teman-teman kelas A 2009 dan satu bimbingan atas semangat, diskusi dan
perjuangannya, khususnya Parto, Indri, Wayan, Leo, Deu, Ayu, Tirta, Hani,
Grety.
14.
Teman-teman KMHD Swastika Taruna. Aix, Kak Putu, Eny, Chandra,
Wicak, Manik dan Ayu besar.
xi
Peneliti membutuhkan kritik dan sumbangan pemikiran untuk kepatutan
karya tulus ini.
Yogyakarta, 29 Januari 2014
Penulis,
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
...
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
...
ii
HALAMAN PENGESAHAN
...
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
...
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
...
v
ABSTRAK
...
vi
ABSTRACT
...
vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
...
viii
KATA PENGANTAR
...
ix
DAFTAR ISI
...
xii
DAFTAR TABEL
...
xv
DAFTAR LAMPIRAN
...
xvi
BAB I PENDAHULUAN
...
1
A.
Latar Belakang ...
1
B.
Rumusan Masalah ...
7
C.
Tujuan Penelitian ...
7
D.
Manfaat Penelitian ...
7
1.
Manfaat Teoretis ...
7
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
...
9
A.
Pengalaman Bekerja ...
9
1. Definisi Kerja ...
9
2. Pengalaman Kerja ...
9
B.
Dunia Kerja ...
11
1.
Situasi Bekerja ...
11
2.
Tenaga Kerja ...
19
C.
Kondisi Penyandang Disabilitas Tubuh ...
21
1.
Keterbatasan Aktivitas ...
21
2.
Kondisi Psikososial ...
24
D.
Kerangka Penelitian ...
25
E.
Pertanyaan Penelitian ...
26
BAB III METODE PENELITIAN
...
28
A.
Jenis Penelitian ...
28
B.
Fokus Penelitian ...
29
C.
Subjek Penelitian ...
29
D.
Metode Pengumpulan Data ...
29
E.
Proses Pengumpulan Data ...
31
F.
Metode Analisis Data ...
33
xiv
BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
...
36
A.
Pelaksanaan Penelitian ...
36
B.
Hasil Penelitian ...
37
1.
Subjek 1 ...
37
2.
Subjek 2 ...
44
3.
Subjek 3 ...
49
4.
Struktur Pengalaman Bekerja Subjek 1, 2, dan 3 ...
66
C.
Pembahasan ...
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
...
75
A.
Kesimpulan ...
75
B.
Keterbatasan Penelitian ...
76
C.
Saran ...
76
1.
Bagi Penyandang Disabilitas Tubuh ...
76
2.
Bagi Psikolog atau Konselor ...
76
3.
Bagi Pemerintah dan Departemen Pendidikan ...
77
4.
Bagi Praktisi Industri dan Manajemen ...
77
5.
Bagi Penelitian Selanjutnya ...
77
DAFTAR PUSTAKA
...
78
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Panduan Wawancara ...
30
Tabel 3.2 Jadwal Pengambilan Data Penelitian ...
32
Tabel 4.1 Struktur Umum Pengalaman Bekerja Subjek 1...
40
Tabel 4.2 Struktur Umum Pengalaman Bekerja Subjek 2...
46
Tabel 4.3 Struktur Umum Pengalaman Bekerja Subjek 3...
51
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Pembagian Unit Makna Subjek 1 ...
82
Lampiran 2 Pembagian Unit Makna Subjek 2 ...
90
Lampiran 3 Pembagian Unit Makna Subjek 3 ...
94
Lampiran 4 Intervew Protokol Subjek 1 ...
98
Lampiran 5 Intervew Protokol Subjek 2 ...
126
Lampiran 6 Intervew Protokol Subjek 3 ...
139
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kerja merupakan suatu aktivitas untuk mencari nafkah (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2011). Selain itu, kerja adalah bagian utama dari
kehidupan masyarakat, karena dengan bekerja memungkinkan seseorang
dapat menikmati standar hidup lebih tinggi dan merupakan sumber
dukungan
sosial
(Ruesch,
Graf,
Meyer,
Rossler,
& Hell, dalam Lyn Boo, Loong & Sheng Ng, 2011).
Pada kenyataannya memang terdapat kesenjangan antara kondisi
penyandang disabilitas tubuh dengan tuntutan bekerja. Seseorang dengan
kondisi disabilitas tubuh memiliki kelainan pada anggota gerak dan
mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh, sehingga
menjadi hambatan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari secara layak
(Efendi, 2006; Hikmawati dan Rusmiyati, 2011).
ICF (
The International Classification of Fuctioning, disability and
health
) menjelaskan bahwa terdapat tiga level fungsi pada manusia untuk
dapat beraktivitas secara layak yaitu : fungsi tubuh (
body functions
) dan
struktur (
structures
), aktivitas (
activities
), dan partisipasi (
participation
).
Pada level fungsi tubuh (
body functions
) dan struktur (
structures
)
penyandang disabilitas tubuh memiliki hambatan karena tubuh mereka
baik secara struktural memiliki kekurangan, sehingga secara fungsional
mengalami keterbatasan. Pada level aktivitas (
activities
) para penyandang
disabilitas tubuh memiliki keterbatasan dalam mengeksekusi suatu
aktivitas misalnya seperti berjalan. Sedangkan pada level partisipasi
(
participation
), para penyandang disabilitas tubuh tidak leluasa saat
normal (Hikmawati & Rusmiyati, 2011;
Russell, Turner & Joiner,
2009;Taub, Fanflik & Mclorg, 2003). Penyandang disabilitas tubuh dalam
lingkungan sosialnya mengalami perasaan ketersendirian dan terisolasi
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga berdampak pada kesejahteraan
psikologis penyandang disabilitas tubuh.
Hal tersebut dikarenakan mereka
memiliki banyak tantangan dalam menjaga kesehatan fisik, emosi dan
sosial (Anderson, Kehn, Kroll & Ho, 2007; Rockach, Lechcier-Kimel &
Safarov, 2006).
Dalam dunia kerja seseorang dituntut untuk memiliki kecerdasan,
bakat, sifat dan kepribadian, tingkat pendidikan, kualitas fisik, semangat
kerja dan kedisiplinan kerja (Helmi, 1996). Tidak hanya itu, dalam bekerja
seseorang akan dihadapkan dengan banyak tugas, berbagai aktivitas yang
membutuhkan aktivitas fisik dan tingkat kelelahan yang tinggi, sehingga
dapat memunculkan stres kerja. Dalam bekerja, pekerja juga akan
berinteraksi dengan lingkungan kerjanya dan membutuhkan karyawan lain
untuk menghasilkan kualitas kerja yang baik (Taylor & Pillemer, 2009).
dan merupakan sumberdaya manusia yang dapat berperan dalam proses
pembangunan baik di sektor formal maupun informal (Aminatun &
Murdiyanto, 2007).
Menurut Calvey dan Jansz (2005), pengalaman bekerja seseorang
dapat membantu orang lain untuk mengetahui apa yang dialami dan
dirasakan orang tersebut ketika bekerja, sehingga dapat memahami kondisi
seseorang dari sudut pandang orang tersebut. Hal ini dapat menumbuhkan
rasa dan perilaku yang empati, simpati dan saling peduli sehingga dapat
membuat suasana lingkungan kerja yang kondusif. Selain itu, dengan
diketahuinya pengalaman bekerja seseorang dapat mengetahui tantangan
ketika bekerja dan memungkinkan untuk mencari cara dalam mengatasi
tantangan tersebut (Lyn Boo, Loong & Sheng Ng, 2011).
Hasil penelitian Calvey dan Jansz (2005) menemukan pengalaman
kerja berupa pengalaman positif dan negatif. Pengalaman kerja positif
terdiri dari tiga hal, yaitu: a) Adanya pelayanan kesehatan yang diberikan
perusahaan. b) Situasi lingkungan kerja yang simpatik, empatik, peduli
terkait hubungan antar pekerja dan kebijakan perusahaan yang mendukung
tenaga kerja. c) hubungan antara pekerja dan tempat kerja yang kondusif.
Dalam hal ini tempat kerja yang mendukung, yang menyediakan sarana
dan prasarana pendukung.
Selain itu, terjadinya perilaku tidak kooperatif, antagonis atau berprilaku
jahat, diktaktor, otoriter, berkelompok, tidak profesional, sikap egois,
minimnya pendidikan atau persiapan ketika berada di posisi baru, tidak
simpatik, tidak objektif, terjadi demonstrasi dan
birokrasi yang
membingungkan atau menyulitkan pekerja di tempat bekerja.
Penelitian tentang pengalaman bekerja yang dilakukan
Taylor dan
Pillemer (2009), menemukan bahwa ketika seseorang bekerja mereka
mengalami: 1). Mendapatkan banyak tugas, 2). Saat menjalankan tugas
terutama tugas gabungan, membutuhkan kerja sama karyawan lain untuk
menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik, 3). Adanya stres kerja dan
tingkat kelelahan yang tinggi ketika harus berpindah dari satu bagian ke
bagian lain.
Penelitian Lyn Boo, Loong dan Sheng Ng (2011) tentang
pengalaman bekerja seseorang dengan kondisi gangguan mental,
menemukan bahwa seseorang dengan gangguan mental menyadari
dirinya memiliki keterbatasan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu
seperti pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Mereka
merasa seperti orang normal pada umumnya dengan bekerja. Di sisi lain,
mereka dijauhi oleh rekan kerjanya karena merasa takut dan dianggap
ancaman bila sewaktu-waktu mereka tidak dapat mengontrol diri. Pada
akhirnya, sedikit di antara mereka yang menyelesaikan kontrak kerja.
gangguan harian yang signifikan dalam berkomunikasi antar karyawan
sehingga pekerja dengan tuna rungu mengalami banyak kehilangan
interaksi harian di tempat kerja. Selain itu, terjadi persahabatan yang tidak
kompatibel antara pekerja tuna rungu dan pekerja dengan pendengaran
normal. Kurangnya sosialisasi mendorong terjadinya perasaan terisolasi
dan rendah diri.
Penelitian-penelitian sebelumnya, (Calvey & Jansz, 2005; Lyn
Boo, Loong & Sheng Ng, 2011; Taylor & Pillemer, 2009; dan Wells, 2008
) belum melihat pengalaman bekerja dari sudut penyandang disabilitas
tubuh. Beberapa penelitian pengalaman bekerja dan gambaran diri
disabilitas telah dilakukan (Lyn Boo, Loong & Sheng Ng, 2011 dan Wells,
2008) akan tetapi belum dilakukan pada penyandang disabilitas tubuh,
sehingga penelitian ini ingin melihat pengalaman bekerja dan gambaran
diri pada penyandang disabilitas tubuh.
Pada penelitian ini, peneliti menekankan pada pengalaman bekerja
dan gambaran diri penyandang disabilitas tubuh.
Penelitian pengalaman
bekerja ini akan menggunakan pendekatan fenomenologi. Fenomenologi
membantu peneliti memasuki sudut pandang orang lain, sehingga
mengetahui apa yang terjadi pada mereka dan memahami mengapa mereka
demikian. (Mudjiyanto & Kenda, 2010).
B.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana dunia dalam diri dan
pengalaman bekerja penyandang disabilitas tubuh ?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memberikan
gambaran diri dan menggambarkan tentang hal yang terjadi, yang dialami
dan dirasakan ketika penyandang disabilitas tubuh bekerja.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan yang
positif berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang menjelaskan secara
eksplisit tentang fenomena pengalaman bekerja penyandang
disabilitas dan teori yang terkait.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi penyandang disabilitas tubuh yang akan bekerja
mempersiapkan diri terhadap tantangan-tantangan yang mungkin
akan terjadi ketika berada di dunia kerja dan mengetahui cara
pandang penyandang disabilitas yang berhasil bekerja terhadap
kondisi disabilitasnya.
b.
Bagi Praktisi Industri dan Manajemen.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengalaman Bekerja
1.
Definisi Kerja
Kerja merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang
untuk mencari nafkah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001).
Nuzuliana, (2004) juga menambahkan bahwa kerja merupakan usaha
seseorang untuk mendapatkan imbalan. Imbalan yang diperoleh
melalui bekerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
seseorang.
2.
Pengalaman Kerja
Wells (2008), mendefinisikan pengalaman kerja sebagai
interaksi sosial antar pekerja dan pekerja dengan atasan ataupun
pekerja dengan pekerjaannya. Misalnya, pengalaman kerja seseorang
dapat mencakup pertemuan sosial, hal-hal yang dialami ketika
melakukan pekerjaan, perasaan seseorang ketika bekerja dan saat
berinteraksi dengan lingkungan kerjanya.
merasakan interaksi dengan lingkungan kerjanya sehingga menjadi
sebuah pengalaman seseorang ketika bekerja.
Menurut Lyn Boo, Loong & Sheng Ng (2011), pengalaman
seseorang ketika bekerja dapat meliputi dari beberapa hal, seperti:
a. Pengalaman diri dengan pekerjaan
Seseorang yang sadar telah memilih suatu bentuk lapangan
pekerjaan, pada umumnya mengalami suatu pengalaman yang
khusus yang sangat dipengaruhi oleh pekerjaan tersebut.
Pengalaman diri tersebut mulai muncul ketika seseorang
melakukan pekerjaan atau menjalankan suatu bentuk lapangan
pekerjaan yang dipilihnya. Pengalaman tersebut dapat berupa
perasaan yang muncul ketika melakukan pekerjaan, persepsi
terhadap pekerjaannya dan kejadian-kejadian atau peristiwa
tertentu yang terjadi.
b. Hubungan dengan orang lain di tempat kerja
c. Sikap terhadap tantangan
Sikap terhadap tantangan merupakan suatu sikap
yang menentukan pengalaman seseorang ketika bekerja. Hal ini
terkait ketika suatu tantangan atau kesulitan muncul saat bekerja,
kemudian bagaimana mereka menanggapi dan bereaksi terhadap
tantangan tersebut.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa
pengalaman bekerja merupakan sesuatu yang dialami dan
dirasakan seseorang ketika melakukan aktivitas bekerja.
Pengalaman bekerja tersebut meliputi pengalaman diri dengan
pekerjaannya, pengalaman hubungan dengan orang lain di tempat
kerja dan sikap terhadap tantangan.
B.
Dunia Kerja
1.
Situasi Bekerja
Menurut
Wattimena
(1995),
situasi
bekerja
dapat
mempengaruhi pekerja yang ada di dalam perusahaan tersebut. Situasi
dalam bekerja merupakan keadaan seseorang ketika menjalani
pekerjaannya.
lingkungan fisik dimana terjadi interaksi manusia dengan objek
tempatnya bekerja seperti manusia dengan mesin maupun sarana yang
menunjang lainnya. Kedua lingkungan sosial, merupakan hubungan
interaksi antar individu baik dalam perusahaan atau organisasi tersebut
maupun masyarakat tempat dimana perusahaan atau organisasi itu
berada. Ketiga, budaya organisasi yang merupakan sistem yang dianut
oleh suatu organisasi atau perusahaan yang membedakan suatu
organisasi dengan organisasi lainnya (Noyes, 2003).
Ketika seseorang menjalani pekerjaannya, mereka dihadapkan
pada tantangan bekerja. Tantangan bekerja merupakan suatu hal atau
objek yang menggugahkan tekad untuk meningkatkan kemampuan
mengatasi masalah dalam menjalankan pekerjaan (Schultz, 2010).
Terdapat berbagai macam reaksi terhadap tantangan bekerja. Reaksi
tersebut dibagi menjadi dua, yaitu reaksi positif dan reaksi negatif
(Wattimena, 1995).
a.
Reaksi positif
Reaksi positif merupakan suatu bentuk respon positif
terhadap situasi yang dialami, respon tersebut berupa:
1)
Mengerahkan tenaga yang lebih besar
kesukarannya dengan cara sehingga bekerja lebih keras dan
giat.
2)
Berpikir
Bagaimana suatu tantangan yang ditemui memaksa
pekerja untuk berpikir mencari cara menghadapi persoalan
tersebut. Seseorang akan melihat persoalan dari berbagai sisi
dan kemudian membahasnya dari sisi tersebut.
3)
Kompensasi
Tidak hanya dapat mengatasi tantangan dengan
mengerahkan tenaga yang lebih besar, akan tetapi pekerja
juga mengalami keberhasilan di lapangan pekerjaannya
berkat kegigihannya. Seorang pekerja akan sangat mungkin
mendapatkan promosi atau dinilai baik di tempatnya bekerja.
b.
Reaksi negatif
Reaksi negatif, merupakan respon negatif terhadap
tantangan yang muncul ketika bekerja. Respon tersebut yaitu:
1)
Kecewa dan tidak berusaha lagi
2)
Regresi
Regresi merupakan perilaku yang kembali ke pola
reaksi atau tingkat perkembangan yang sebelumnya atau
primitif. Dalam hal ini apa bila seseorang memperlihatkan
tingkah laku yang lebih rendah tarafnya akibat suatu ketidak
mampuan menghadapi kejadian, peristiwa yang dialami atau
mengalami kegagalan. Misalnya seperti kekanak-kanakan,
ingin dikasihani, infantil dan perilaku yang tidak sesuai
dengan tingkat usianya.
3)
Verdrangung
4)
Autisme
Pekerja yang mengalami frustasi dapat mengundurkan
diri dari dunia ciptaannya sendiri, yang tidak sesuai dengan
dunia riil. Dalam dunia tersebut, ia dapat mengadakan
berbagai angan-angan, mengemukakan pendapat-pendapat
yang tidak sesuai dengan realita. Akibatnya, dapat
mengembangkan suatu pandangan yang salah terhadap
sekelilingnya.
5)
Agresi
Agresi merupakan suatu sikap yang menyerang, yang
dapat diperlihatkan seseorang ketika mengalami tekanan.
Sikap ini dapat diperlihatkan pada benda, situasi atau
manusia atau apapun yang menjadi sumber tekanannya. Pada
hakekatnya kebutuhan ini butuh disalurkan, terkadang tidak
disalurkan dengan tepat. Misalnya, pegawai yang gagal akan
melampiaskannya pada istri atau anaknya. Manajer yang
gagal dapat bersikap agresif terhadap bawahannya.
6)
Rasionalisasi dan Proyeksi
Seorang pekerja yang tidak berhasil di lapangan
kerjanya dapat mengadakan berbagai rasionalisasi untuk
memberi semacam pertanggungjawaban untuk kegagalannya.
Rasionalisasi
dapat
merupakan
suatu
cara
untuk
membenarkan suatu tingkah laku. Misalnya, seorang pegawai
yang mengatakan bahwa ia tidak giat bekerja karena
pekerjaannya
terlampau
rendah
bagi
dirinya
yang
berpendidikan tinggi.
7)
Berpindah kerja
Berpindah kerja merupakan suatu reaksi yang terjadi
ketika pekerja tersebut telah lelah berusaha, merasa usahanya
sia-sia, merasa tidak nyaman sehingga memutuskan untuk
mencari pekerjaan lain dimana ia dapat lebih berhasil.
c.
Inferioritas dan Superioritas
Keyakinan Adler (dalam Awilsol, 2009) adalah bahwa
individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang
mengaktifkan perasaan inferioritas. Perasaan inferioritas ini
menggerakkan individu untuk berjuang menjadi sukses atau
superioritas. Perjuangan untuk menjadi superioritas, bisa jadi
memiliki motivasi yang berbeda, akan tetapi semuanya diarahkan
menuju tujuan final. Seseorang dengan perasaan kecil, lemah dan
tidak lengkap sesungguhnya memiliki dorongan untuk tumbuh,
menjadi lengkap atau sukses. Dari perasaan kecil, lemah dan tidak
lengkap ini mereka menetapkan tujuan final untuk menjadi besar,
lengkap dan kuat.
Bagi Adler, setiap tujuan final dapat bersifat fiktif atau
semu. Tujuan semu ini tidak harus didasarkan pada kenyataan,
namun tujuan semu inilah yang dapat membimbing tingkah laku
seseorang untuk berjuang dan memungkinkan seseorang untuk
menghadapi realitas dengan lebih baik.
cinta dan kasih sayang terhadap orang lain, peduli dan hal yang
menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan.
Semua orang memulai hidup dalam keadaan kecil, lemah
dan inferioritas, lalu mengembangkan sistem untuk mengatasi
kelemahan fisik itu menjadi besar, kuat dan superior. Orang yang
sehat akan memperjuangkan inferioritasnya untuk menjadi
superioritas. Hal ini tidak terlepas pada bagaimana pandangan
subyektif orang tersebut pada dirinya sendiri dan pada masa
depan.
2.
Tenaga Kerja
Menutut Helmi, (1996) dalam dunia kerja, seorang pekerja
dituntut untuk memiliki:
a.
Memiliki tingkat kecerdasan
Tingkat kecerdasan seseorang dapat dilihat dari kecerdasan
kognitif dan emosi. Kognitif seorang pekerja akan diukur melalui
tes intelegensia. Tingkat kecerdasan kognitif dianggap penting,
karena memungkinkan untuk semakin tingginya kemungkinan
sukses seorang pekerja.
Sementara tingkat kecerdasan emosi seseorang dinilai juga
sangat penting dimiliki seorang pekerja. Dalam bekerja
kemampuan seseorang menangani beban kerja, stres, interaksi
sosial, pegendalian diri menjadi kunci sukses dalam bekerja
(Schultz, 2010).
b.
Bakat
c.
Sifat kepribadian
Berbagai aspek kepribadian dinilai memiliki hubungan pada
performansi kerja dan kepuasan kerja. Misalnya, pekerja yang
memiliki sifat terbuka terhadap pengalaman baru lebih disukai
untuk menempati posisi tinggi daripada mereka yang tertutup. Sifat
empaty
dan
nurturance
merupakan sifat penting untuk seorang
konselor (Schultz, 2010).
d.
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan dapat membantu seorang pekerja untuk
lebih cepat mendapatkan promosi atau peningkatan karir. Pekerja
yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik, lebih berhasil
dan lebih cepat berkembang dari pada mereka yang tidak memiliki
latar belakang pendidikan yang baik (Schultz, 2010).
e.
Kualitas fisik
Kondisi fisik yang sehat merupakan salah satu hal penting
yang harus dimiliki oleh seorang tenaga kerja. Beberapa penelitian
menyebutkan terdapat korelasi antara kesehatan fisik dengan
kecelakaan kerja. Pekerja dengan kualitas kesehatan yang kurang
baik sangat beresiko untuk mengalami kecelakaan kerja sehingga
dapat mengganggu produktivitas.
kecelakaan kerja, sehingga penting seorang pekerja memiliki
kualitas fisik yang baik (Schultz, 2010).
f.
Semangat kerja
Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang
baik bila semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang
mendorong seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Apabila merasa bergairah,
bahagia, optimis maka kondisi tersebut menggambarkan seseorang
dengan semangat kerja yang tinggi (Schultz, 2010).
g.
Kedisiplinan kerja
Disiplin kerja merupakan sikap dan prilaku yang didorong
dengan adanya kontrol diri yang kuat. Dalam hal ini, merujuk pada
sikap dan perilaku yang menunjukkan ketaatan karyawan terhadap
peraturan organisasi. Sikap dan prilaku kerja ditandai dengan
berbagai inisiatif, kemauan dan kehendak untuk mentaati peraturan
(Schultz, 2010).
C.
Kondisi Penyandang Disabilitas Tubuh
1.
Keterbatasan Aktivitas
peristiwa-peristiwa tertentu seperti kecelakaan. Penyakit dan pertumbuhan yang
tidak sempurna, seperti kelainan, kelumpuhan pada tulang dan/atau
sendi anggota gerak, tidak lengkapnya anggota atas atau bawah,
sehingga mengakibatkan penurunan kemampuan untuk melakukan
gerakan-gerakan tubuh tertentu (Efendi, 2006; Hikmawati &
Rusmiyati, 2011;Widjopranoto, 2004). WHO (dalam Wirawan, 2007)
menjelaskan bahwa definisi kecacatan tidak hanya terbatas pada
bagian fisik, melainkan ketidak berfungsiannya penyandang disabilitas
tubuh layaknya orang normal.
Wirawan (2007), menjelaskan konsep penyandang disabilitas
tubuh yaitu,
impairment
,
disability
dan
handicap
.
Impairment
merupakan kondisi sementara atau permanen dari abnormalitas
struktur tubuh atau fungsi, baik fungsi fisiologis maupun psikologis.
Disability
, merupakan keterbatasan atau kondisi berkurangnya
suatu kemampuan untuk melakukan aktivitas secara layak sebagai
akibat dari kondisi
impairment
. Akibat dari abnormalitas pada
sebagian atau semua anggota tubuh tertentu, menyebabkan seseorang
mengalami kesulitan untuk melakukan aktifitas manusia normal,
seperti : kesulitan bergerak, naik tangga, mandi, aktivitas kerja dan
sebagainya.
Handicap
merupakan hasil dari penurunan yang dialami
individu akibat kedisabilitasannya karena mengalami
impairment
pemenuhan suatu atau beberapa peran tergantung pada usia, jenis
kelamin, faktor sosial dan budaya. Selain itu,
handicap
merupakan
kondisi dimana seseorang kehilangan atau keterbatasan kesempatan
yang dimiliki untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
ICF (
The International Classification of Fuctioning, disability
and health
) menjelaskan terdapat tiga level fungsi pada manusia untuk
dapat beraktivitas secara layak yaitu : a). fungsi tubuh (
body functions
)
dan struktur (
structures
), b). aktivitas (
activities
), dan c). partisipasi
(
participation
). Pada level fungsi tubuh (
body functions
) dan struktur
(
structures
) penyandang disabilitas tubuh memiliki hambatan karena
tubuh mereka baik secara struktural memiliki kekurangan, sehingga
secara fungsional mengalami keterbatasan. Pada level aktivitas
(
activities
) para penyandang disabilitas tubuh memiliki keterbatasan
dalam mengeksekusi suatu aktivitas misalnya seperti berjalan.
Sedangkan pada level partisipasi (
participation
), para penyandang
disabilitas tubuh tidak leluasa saat berpartisipasi dalam berbagai situasi
kehidupan (dalam Campen, 2007).
aktivitas tertentu. Ketika seseorang mengalami kesulitan atau
keterbatasan melakukan suatu aktivitas karena abnormalitas pada
bentuk tubuh dan penurunan fungsinya, membuat seseorang
mengalami keterbatasan kesempatan untuk berpartisipasi secara
langsung dalam kegiatan peran dimasyarakat.
2.
Kondisi Psikososial
Kondisi disabilitas yang disandang seseorang tidak hanya
mempengaruhi aktivitas fisik, melainkan berdampak juga pada kondisi
psikologis.
Memiliki
keterbatasan
akibat
disabilitas
fisik
memungkinkan untuk mengalami keadaan psikologis yang tidak stabil,
seperti kaget, shok, marah, kecewa bahkan rasa malu (Widjopranoto &
Sumarno, 2004).
Penyandang disabilitas tubuh memiliki kondisi kecenderungan
untuk mengalami stres dan depresi yang tinggi. Kecenderungan stres
dan depresi tersebut membuat mereka cenderung merasa tidak berdaya,
sehingga berpotensi untuk melakukan bunuh diri lebih tinggi dari pada
orang normal (Hikmawati & Rusmiyati, 2011; Russell, Turner &
Joiner, 2009;
Taub, Fanflik & Mclorg, 2003).
sosialnya. (Anderson, Kehn, Kroll & Ho, 2007; Rokach,
Lechcier-Kimel & Safarov, 2006; Russell, Turner & Joiner, 2009).
D.
Kerangka Penelitian
Bekerja dengan kondisi disabilitas tubuh tidaklah mudah.
Seseorang dengan kondisi disabilitas tubuh memiliki kelainan pada bentuk
tubuh, sehingga terjadi penurunan fungsi pada anggota tubuh tersebut. Hal
ini menyebabkan terjadinya seseorang mengalami keterbatasan dalam
melakukan aktivitas tertentu.
Ketika berada di dunia kerja, penyandang disabilitas tubuh akan
dihadapkan oleh berbagai tuntutan pekerjaan. Salah satunya mereka akan
melakukan berbagai aktivitas fisik saat menjalani pekerjaannya. Hal ini
tentunya dapat menyulitkan penyandang disabilitas tubuh ketika menjalani
pekerjaannya.
Ketika bekerja, seseorang juga menjalin relasi atau berinteraksi
dengan lingkungan kerjanya. Di sisi lain kondisi disabilitas tubuh, dimana
ICF menjelaskan bahwa, seorang penyandang disabilitas tubuh juga tidak
leluasa dalam berpartisipasi di lingkungan sosialnya. Selain itu, mereka
juga cenderung untuk menarik diri dari lingkungan karena adanya
perasaan rendah diri atau merasa berbeda dari orang lain.
kerjanya. Saat menghadapi tantangan tersebut maka seseorang akan
memunculkan reaksi tertentu, baik reaksi positif maupun negatif.
Perbedaan antara kondisi disabilitas tersebut dengan tuntutan
pekerjaan tersebut akan memunculkan sikap atau respon tertentu terhadap
tuntutan pekerjaan, ketika penyandang disabilitas tubuh menjalani
pekerjaannya tersebut. Penyandang disabilitas tubuh yang memiliki
semangat kerja, minat sosial yang tinggi dan pandangan yang positif
terhadap
dirinya
akan
bereaksi
positif
serta
memperjuangkan
superioritasnya. Di sisi lain, mereka yang menarik diri, merasa tidak
berdaya dan memiliki pandangan yang negatif terhadap diri akan bereaksi
negatif dan menjadi inferior.
E.
Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif pertanyaan penelitian merupakan hal
yang penting, sehingga peneliti menyusun pertanyaan penelitian
berdasarkan kerangka penelitian. Pertanyaan penelitian disusun menjadi
dua macam yaitu
central question
atau pertanyaan utama dan
subquestion
atau pertanyaan kedua.
1.
Central Question
: Bagaimana pengalaman bekerja penyandang
2.
Subquestion
adalah pertanyaan yang mengarah pada pertanyaan
penelitian utama.
Subquestion
pada penelitian ini adalah :
a.
Bagaimana penyandang disabilitas tubuh menjalani pekerjaannya
?
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis
fenomenologi deskriptif. Fenomenologi deskriptif ini memungkinkan untuk
mengklarifikasi situasi yang dialami seseorang dalam kehidupan sehari-hari,
mempertahankan fenomena dan konteksnya sebagaimana muncul dalam
dunia. Selain itu, fenomenologi deskriptif memungkinkan peneliti
menangkap sedekat mungkin bagaimana fenomena tersebut dialami di
dalam terjadinya fenomena. Giorgi (dalam Smith, 2009) menyebutkan
metode fenomenologi deskriptif ini terdiri dari empat langkah, yaitu :
1.
Membaca keseluruhan data dengan detail
2.
Membagi data tersebut menjadi unit makna
3.
Melakukan transformasi dari data yang implisit menjadi eksplisit dan
mengubah hal yang partikular menjadi yang lebih umum.
4.
Menangkap struktur pengalaman.
B.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah pada pengalaman bekerja penyandang
disabilitas tubuh. Hal ini terkait pada apa yang pernah dialami, dirasakan,
dipikirkan dan dijalani oleh penyandang disabilitas tubuh ketika bekerja.
C.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian dipilih dengan menggunakan
Criterion Sampling
,
cara penentuan subjek berdasarkan kriteria tertentu dari peneliti yaitu
menyandang disabilitas tubuh dan sedang bekerja. Hal yang terpenting dari
kriteria tersebut adalah memiliki pengalaman atas fenomena yang hendak
diteliti (Creswell, 1998).
D.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif fenomenologi, metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data adalah dengan wawancara. Pendataan yang
digunakan adalah wawancara semi-terstruktur. Metode ini memungkinkan
peneliti dan partisipan terlibat dalam dialog, sehingga pertanyaan dapat
dimodifikasi untuk menggali wilayah menarik dan penting terkait penelitian
selama proses wawancara (Smith & Osborn, 2009).
Tabel 3.1. Panduan Wawancara
No
Pertanyaaan
1.
2.
3.
4.
5.
Bagaimana pengalaman anda sebelum bekerja?
Bagaimana pengalaman anda ketika bekerja ?
Bagaimanakah dampak disabilitas yang anda miliki terhadap
pekerjaan anda?
Bagaimana hubungan anda dengan lingkungan anda selama
bekerja?(teman kerja/masyarakat)
Bagaimana sikap anda terhadap tantangan yang anda hadapi ketika
bekerja?
Tahapan proses wawancara antara lain :
1.
Peneliti mencari subyek untuk menjadi partisipan penelitian.
2.
Peneliti berkenalan, melakukan
rapport
, menjelasan tujuan
penelitian dan memastikan kesediaan subyek untuk menjadi
partisipan penelitian.
3.
Peneliti membuat jadwal untuk melakukan wawancara sesuai
kesepakatan subyek dan peneliti.
4.
Peneliti melakukan wawancara bersama subyek yang menjadi
partisipan penelitian.
untuk mencari atau menambahkan data untuk dianalisis kembali (Creswell,
1998). Proses tersebut dilakukan hingga ditemukan data yang
menggambarkan pengalaman subjek (Creswell, 1998). Peneliti
menggunakan
digital recorder
untuk merekam data selama proses
wawancara dan dilanjutkan dengan menyalin dalam transkrip wawancara
verbatim.
E.
Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data diawali dengan peneliti mencari
penyandang disabilitas tubuh yang bekerja. Peneliti mencarinya di sebuah
instansi yang mempekerjakan penyandang disabilitas tubuh dan di sebuah
yayasan tempat penyandang disabilitas tubuh bekerja. Peneliti melakukan
perizinan kepada pihak yang berwenang. Setelah memperoleh perizinan,
maka peneliti segera melakukan penelitian. Setelah subjek menyetujui untuk
menjadi partisipan penelitian, selanjutnya peneliti membuat rencana
pertemuan untuk melakukan wawancara.
Pada subjek 1,
rapport
dilakukan dengan lancar. Hal ini disebabkan
karena subjek sudah terjalin komunikasi dengan peneliti sebelumnya. Pada
subjek 2
rapport
juga dilakukan dengan baik. Hal ini disebabkan karena
subjek tidak sedang memiliki banyak pesanan. Pada subjek 3
rapport
dilakukan dengan lebih lama karena subjek memiliki kesibukan di
tempatnya bekerja, sehingga peneliti harus beberapakali berkunjung ke
tempatnya bekerja. Akan tetapi, proses wawancara penelitian dapat
dilakukan dengan baik.
[image:50.595.103.518.185.759.2]Secara keseluruhan proses wawancara dilakukan dengan baik dan
lancar. Setiap proses wawancara memiliki durasi yang bervariasi. Hal ini
disebabkan karena beberapa subjek bersemangat dalam bercerita.
Tabel 3.2
Jadwal Pengambilan Data Penelitian
NO SUBJEK TANGGAL DURASI KETERANGAN
1.
NN
18 April 2013
24 April 2013
03 Mei 2013
09.00-09.50
WIB
09.00-09.40
WIB
Rapport
Wawancara I
Wawancara II
2.
SS
15 Juni 2013
26 Juni 2013
29 Juni 2013
15.00-15.45
WIB
15.30-15.50
WIB
Rapport
Wawancara I
Wawancara II
3.
E
1 Juli 2013
3 Juli 2013
10 Juli 2013
14.00-14.40
WIB
13.00-13.30
WIB
F.
Metode Analisis Data
Giorgi (dalam Smith & Osborn, 2009) menjelaskan bahwa, secara
umum fenomenologi deskriptif bertujuan untuk mengklarifikasi situasi
yang dialami dalam kehidupan seseorang sehari-hari. Dalam fenomenologi
deskriptif, analisis data dilakukan dengan empat tahap:
1.
Langkah pertama adalah peneliti membaca secara keseluruhan deskripsi
yang didapat dari partisipan. Hal ini merupakan langkah nyata. Langkah
ini harus dibuat eksplisit, karena metode lain tidak memerlukan syarat
ini. Perspektif fenomenologi bersifat holistik, maka seseorang harus
memahami sisi global dari deskripsi yang ada, sebelum melangkah lebih
lanjut.
2.
Langkah kedua adalah melakukan konstruksi terhadap bagian-bagian
deskripsi. Ketika melakukan analisis psikologis, peneliti akan
menggunakan kriteria yang paling relevan dengan perspektif psikologis.
Oleh karena makna-maknalah yang menjadi tujuan analisis, maka
peneliti akan menggunakan transisi makna dalam melakukan konstitusi
terhadap bagian-bagian. Secara operasional tahapan ini disebut unit
makna yang dihasilkan dari pembacaan ulang deskripsi.
peneliti. Analisis ini dimaksudkan untuk mengungkapkan makna yang
dialami serta melakukan sedikit generalisasi.
4.
Langkah terakhir adalah pembentukan struktur general. Struktur
diperoleh dengan menyelesaikan transformasi terakhir dari pemaknaan
unit-unit yang didapatkan.
.
G.
Validitas Penelitian
Untuk mendapatkan validitas penelitian kualitatif, peneliti
menggunakan tehnik
member checking
.
Member checking
memungkinkan
peneliti untuk mendapatkan timbal balik dari subjek atas data transkrip
wawancara dan analisis tema-tema. Tehnik ini memungkinkan subjek
untuk memeriksa dan mengkoreksi transkrip dan analisis tema peneliti,
sehingga peneliti dapat segera melakukan perevisian apabila terjadi
kesalahan (Creswell, 2009). Hal ini juga memungkinkan untuk terjadinya
kesepahaman antara subjek dan peneliti, sehingga kesalahan dapat
diminimalisir.
36
BAB IV
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Pelaksanaan Penelitian
Sebelum memulai penelitian, peneliti mencari subjek yang bersedia
menjadi partisipan dan berbagi pengalamannya. Peneliti mencari subjek
penelitian mulai dari instansi hingga personal. Dari informasi yang
didapatkan, peneliti berhasil mendapatkan tiga orang subjek. Peneliti
melakukan pendekatan secara pribadi dengan para subjek penelitian.
Pendekatan ini dilakukan untuk membuat subjek merasa nyaman untuk
berbagi dan menceritakan pengalamannya pada peneliti.
Subjek yang bersedia menjadi partisipan penelitian akan dilanjutkan
pada tahap wawancara. Persetujuan subjek diminta dengan menjelaskan
informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
Wawancara semi terstruktur digunakan untuk mendapatkan data dari subjek
penelitian. Wawancara ini menggunakan pedoman wawancara untuk
menjaga agar pertanyaan sesuai dengan penelitian. Pertanyan-pertanyaan
tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan hal-hal yang penting dan
dianggap menarik oleh peneliti demi kelengkapan data. Selama proses
wawancara,
digital recorder
digunakan untuk merekam informasi yang
didapatkan.
kedalam tabel verbatim. Tabel ini berfungsi untuk mengklarifikasi data yang
diperoleh dari subjek penelitian.
Peneliti membagi verbatim menjadi unit makna, untuk menentukan
tema dari seluruh hasil verbatim subjek penelitian. Hasil dari tema-tema
yang didapatkan dari verbatim membantu peneliti untuk menghilangkan
pernyataan yang tumpang tindih atau tidak sesuai dengan topik.
Pada akhirnya, peneliti membuat tabel pengalaman tentang apa yang
dialami dan bagaimana fenomena itu dialami. Tabel pengalaman ini
merupakan penjelasan dari hasil pengalaman berupa struktur umum.
Terakhir, membuat pembahasan dari setiap pengalaman subjek.
B.
Hasil Penelitian
Penelitian ini melibatkan tiga orang subjek. Setiap subjek
menghasilkan data berupa deskripsi subjek dan struktur general. Struktur
general terdiri dari tiga hal. Pertama, dampak dari kondisi disabilitas tubuh
terhadap dirinya. Kedua, pengalaman bekerja dengan kondisi disabilitas
tubuh dan ketiga, sikap terhadap kondisi disabilitas yang dimilikinya.
Berikut adalah data hasil penelitian:
1.
Subjek 1
a.
Profil
jilbab. Nn memiliki kaki yang kurang proposional. Kaki Nn bagian
kiri berukuran lebih kecil, sehingga harus menggunakan tongkat
untuk dapat berjalan. Kondisi disabilitas yang disandang Nn dialami
sejak bayi karena imunisasi polio,akan tetapi Nn memiliki kondisi
tubuh yang sehat. Nn merupakan wanita yang menikah dan memiliki
dua orang anak. Suami Nn bekerja disalah satu perusahaan Swasta di
Yogyakarta.
Nn merupakan lulusan sarjana hukum di salah satu perguruan
tinggi swasta di Yogyakarta pada tahun 1992. Sebelumnya Nn
bekerja sebagai penjahit di rumahnya selama hampir dua tahun dari
tahun 1992 hingga 1994. Nn kemudian memutuskan untuk bekerja
keluar daerah pada sebuah organisasi untuk pemberdayaan
masyarakat ke daerah-daerah terpencil selama lima setengah tahun.
Nn kemudian memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta karena
menikah dan saat ini Nn bekerja sebagai salah satu komisioner KPU
(komisi pemilihan umum) pada bagian divisi hukum. Nn sudah
menjabat selama dua periode atau sekitar 10 tahun. Disela-sela
pekerjaannya sebagai komisioner KPU, Nn membentuk organisasi
CIQAL (
Center for Improving Qualified Activity in Life People with
Disabilities
) pada tahun 2002 hingga saat ini, untuk pemberdayaan
Tabel 4.1
Struktur Umum Pengalaman Bekerja Subjek 1
Struktur Umum
Uraian
Kondisi
disabilitas
tubuh
dapat
membuat seseorang mengalami
-
Pusat perhatian
“ketika saya disana, dengan kondisi seperti ini kan menjadi tontonan orang juga” “Ketika saya harus jalan-jalan kedesa-desa dan sebagainya tu menjadi tontonan anak-anak, ketika saya jalan kemana anak-anak itu pada ngikuti. Saya dianggap kayak tontonan yang seperti itu”-
Kesulitan
beraktivitas
dan
bergantung pada alat bantu
“Ya..saya pake kursi roda karena saya enggak mampu berjalan jauh itu”
” ya biasa kemana-mana memang saya make kruk. Kalo ga make susah juga jalannya..hahaha”
Pengalaman
penyandang
disabilitas
tubuh saat awal bekerja meliputi:
-
Kesulitan
mendapatkan
pekerjaan
“
ketika saya datangi, membawa stopmapdan sebagainya, nenteng stopmap gitu saya bawa kesana mesti mereka langsung nutup “maaf mbk sudah penuh” padahal baru tadi pagi dibuka. Beberapa kali seperti itu dilakukan”
“Saya baru tau kalo ternyata menjadi
polemik diluar ketika saya masuk bekerja
dengan kondisi seperti itu.”
-
Diragukan
kemampuannya
bekerja
“dia itu cacat! Dia itu orang sakit! Kenapa orang seperti itu bisa di terima” jadi saya masih.di..disangsikan, diragukan bahwa saya bisa menjadi salah satu anggota KPU gitu.”
“
Mereka juga masih belum mempercayaikalo saya mampu melakukan sesuatu, melakukan pekerjaan pekerjaan itu. Masi
Struktur Umum
Uraian
dianggap lelet, tidak bisa mengerjar target ga bisa ini..ga bisa itu”
Pengalaman ini menimbulkan perasaan
-
Marah
“Saya orang lapangan kok tidak dipercayai sebagai orang lapangan marah kan saya.” “Kalo masih disangsikan saya sebagai anggota KPU. Saya sudah dua periode disini” ya marah la saya kalo disangsikan. Saya marah karena saya masi diragukan begitu.”-
Tidak dipahami
“Saya tidak terbiasa denga RT, RW disitu kan harus tanya, harus turun. Kan enggak sopan kalo nanya di atas motor ini. Saya harus turun dengan kondisi seperti ini tidak mudah dan itu tidak dipahami oleh mereka.”-
Putus asa
“Saya diminta sama ibu saya “mbok ya kamu dari pada nganggur begitu ya cari-cari apa la kamu jangan putus asa.Ya..yang namanya cari kerja itu
ya..begitu” dan saya memang sempat merasa gitu”
Tantangan yang muncul saat awal
bekerja mendorong seseorang bersikap
untuk ingin
-
Diakui kemampuan kerjanya
“Ini justru memotivasi saya untuk bagaimana merubah pola pikir seperti mereka. Janganlah melihat kecacatan saya tapi lihatlah kemampuan saya.” “Disinipun juga begitu. Ketika saya berhadapan dengan mereka, saya ingin membuktikan bahwa saya bisa”Dorongan keinginan tersebut membuat
seseorang melakukan
-
Menjalin relasi
“Saya akan mem..membuka pola pikir mereka jangan saya dijadikan tontonan mereka, malah justru mereka akan menjadi teman-teman saya gitu.”Struktur Umum
Uraian
itu supaya tidak memandang disabilitas saya, tapi kemampuan saya dan saya bisa bersosialisasi dengan mereka”
-
Menunjukkan kemampuannya
“Ketika saya di luar saya berani ngomong, berani melakukan sesuatu akhirnya diorganisasi itu saya mendapatkan
kedudukan, beberapakali saya menjabat menjadi ketua-ketua begitu ya”
Hasil dorongan dan usahanya membuat
seseorang menjadi
-
Diterima
“Ternyata di masyarakat saya juga bisa diterima oleh mereka kemudian apa namanya dari sisi temen-temen sendiri juga begitu”-
Diakui kemampuannya
“Justru malah ada orang-orang lain “aku enggak bisa begini begitu tapi kamu malah berani ngelakuin itu”Pengalaman hasil dorongan dan
usahanya tersebut menimbulkan
perasaan
-
Senang
“Saya merasa tidak dikucilkan, saya merasa ada di antara mereka. Kalo saya enggak datang tu pada dicari kok. Kalo saya disini tu udah “Halo..halo..”semua ruangan sudah mendengar. “ki wong siji, orangnya belum keliatan suaranya sudah sampek” hahahaha..jadi kalo tidak ada saya “nek ga ada kamu sepi kantor sini” gitu...hehehehe”-
Nyaman
“Saya merasa bekerja itu sama dengan yang lain ya..apa yang menjadi tugas, kewajiban saya disini dan diluar itu saya lakukan dengan enjoy saja karena saya bisa melakukan itu”Struktur Umum
Uraian
saya, saya merasa tidak ada hambatan karena saya bisa. Apapun yang orang lain lakukan saya bisa kok”
Pengalaman ini membuat sikap terhadap
kondisi disabilitas dipandang sebagai
-
Tantangan
“Tapi ini menjadi tantangan bagi saya. Saya tidak akan sakit hati dan tidak akan rendah diri tapi ini justru tantangan saya dengan kondisi saya yang begini”-
Anugrah Tuhan
“Ini kan sudah anugrah Tuhan, seperti ini juga anugrah Tuhan. Saya yakin dan orang tua yakin bahwa Tuhan memberikan anugrah seperti itu salah satu kaki saya seperti ini, pasti memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. “b.
Struktur Umum Pengalaman Bekerja Subjek 1
Kondisi
disabilitas
tubuh
yang
disandang
subjek,
menyebabkan kesulitan beraktivitas dalam kesehariannya dan
bergantung pada alat bantu khusus untuk membantunya beraktivitas.
Saat beraktivitas, subjek sering menjadi pusat perhatian orang-orang
disekitarnya.
Ketika bekerja subjek berusaha menjalin relasi dengan
lingkungan kerjanya dan menunjukkan kemampuannya bekerja,
sehingga subjek dapat diterima lingkungan kerjanya dan diakui
kemampuannya bekerja. Pengalaman ini menimbulkan perasaan
senang dan nyaman ketika bekerja. Subjek juga merasa dirinya tidak
memiliki
kekurangan
sebagai
penyandang
disabilitas
dan
menganggap kondisi disabilitasnya sebagai tantangan dan anugrah
Tuhan.
2.
Subjek 2
a.
Profil
Subjek kedua berinisial Ss. Ss merupakan seorang laki-laki
berusia 36 tahun dan bekerja sebagai penjahit di Dusun Kembangan,
Pakem-Yogyakarta. Ss memiliki postur tubuh yang kurus, tinggi dan
berkulit coklat. Ss memiliki bentuk kaki yang kurang proposional.
Kaki Ss bagian kiri terlihat bengkok dan bagian kanan sedikit
bengkok, sehingga saat berjalan Ss terlihat seperti menyeret kakinya.
Kondisi disabilitas yang disandang Ss dialami sejak kanak-kanak
karena sakit polio, akan tetapi Ss memiliki kondisi tubuh yang sehat.
Ss juga merupakan pribadi yang terbuka dan ramah.
Ss merupakan lulusan sekolah menengah pertama di salah
satu SMP di daerah Pakem. Ss bermula bekerja di yayasan
penyandang disabilitas Yakkum pada bagian kerajinan seperti
menjahit kerajinan-kerajinan pada tahun 1999. Ss memutuskan untuk
berhenti karena tidak sesuai dengan karakteristik pekerjaannya yang
dianggap seperti pekerjaan perempuan dan berpenghasilan minim
pada awal tahun 2005. Lama tidak memiliki pekerjaan, Ss
memutuskan untuk kembali bekerja di Yakkum namun pada bagian
kerajinan kayu dan tidak sampai setahun. Ss kemudian memutuskan
untuk menjadi buruh tani pada tahun akhir 2005. Pada tahun 2006, Ss
memutuskan untuk mencoba berbagai usaha seperti budidaya ikan
lele selama satu setengah tahun. Ss kemudian memutuskan berhenti
dan bekerja sebagai pengepak barang di sebuah usaha mebel milik
temannya selama tiga tahun.
Saat, wawancara Ss merespon pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan oleh intervewer dengan baik. Hal ini terlihat dari
banyaknya pengalaman Ss yang diceritakan kepada intervewer. Ss
juga terlihat sering berkeluh kesah ketika wawancara berlangsung.
Tabel 4.2
Struktur Umum Pengalaman Subjek 2
Struktur Umum
Uraian
Kondisi disabilitas tubuh membuat
seseorang mengalami
-
Keterbatasan beraktivitas dan
bergantung pada alat bantu
“Saya kalo jalan kaki sangat bermasalah. Ibaratnya saya jalan kaki ke depan yang deket sana aja masnya itu capek.
saya sangat-sangat tergantung dengan motor kemana-mana beli bahan, nganter anak, nganter pesenan walaupun itu cuma deket itu tu sangat tergantung.”
-
Dipandang rendah
“Masyarakat mandang anak cacat itukan macem-macem, ada yang biasa aja, ada yang seperti orang kaya memandang orang miskin. Itu, dibilang..”ah itu orang rendahan, saya lebih tinggi derajatnya” kayak gitu”Pengalaman penyandang disabilitas
tubuh saat awal bekerja meliputi :
-
Kesulitan mendapatkan pekerjaan
“pas ngelamar gitu orang baru liat “ah anak cacat” meskipun kerjanya bagus tapi pas jalannya ketingkrik-ketingkrik gitu langsung bilang “maaf ya mas..”.-
Diragukan kemampuannya
bekerja
Struktur Umum
Uraian
-
Kurang diterima di lingkungan
kerja
“Soalnya, nek serawung itunya kurang, ya kayak tadi kan ga semua mau serawung sama orang cacat”
-
Tidak mendapatkan upah yang
layak
“Ya jelas yang utama itu penghasilan. Mesakke lo mas dikit banget, enggak cocok juga disitu saya kerja jait-jait yang kayak perempuan itu. Udah kerjaan cewek hasilnya juga kecil toh jadi males saya.”
Pengalaman tersebut menimbulkan
perasaan
-
Rendah diri
“Kalo yang enggak menyenangkan itu ya, secara umum aja ya mungkin orang normal lo ya, bukan penyandang cacat seperti orang miskin di lingkungan orang kaya. Ya, mungkin orang miskin, orang yang rendah derajatnya lalu masuk di lingkungan orang biasa, orang kaya”-
Tidak dapat menerima diri
“Nek orang bilang orang “cacat itu mesti punya kelebihan” kelebihan apanya, nek orang cacat itu banyak yang bodoh, sudah bodoh, punya katerbatasan fisik dan banyak problemnya buat cari nafkah.”-
Marah
“Ya, yang namanya hidup begini itu ya, saya itu ya, cuek aja, pandai-pandai menempatkan diri. Ya udah si kalo mereka enggak mau serawung dengan kita”-
Tidak dipahami
“Tuhan itu ngasi gitu karena gini-gini, mesti punya gini-gini. Nah menurut saya itu keliru. Adanya keterbatasan dan perlu kepedulian lingkungan.”Pengalamannya tersebut membuat
dirinya bersikap
-
Menjalin relasi
“Kalo terus di rumah mau ngapain, dirumah terus pengetahuannya juga
Struktur Umum
Uraian
-
Meningkatkan kemampuan
“Saya bekerja. Pelan-pelan saya nyaripengalaman untuk meningkatkan
kemampuan lah istilahnya. Baru
kemudian nyoba cari kerja di