• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik High Fructose Syrup (HFS) dari Tepung Tapioka Kapasitas Produksi 100.000 Ton/Tahun.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik High Fructose Syrup (HFS) dari Tepung Tapioka Kapasitas Produksi 100.000 Ton/Tahun."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Potensi Indonesia sebagai Negara agraris dan berdasarkan data dari FAO

2007, Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditi singkong terbesar no.4

di dunia sehingga sangat memungkinkan untuk mengembangkan industri yang

berbasis singkong. Di Indonesia, ubi kayu tersebar di berbagai kawasan dengan

pusat perkembangan di Jawa dan Lampung. Daerah penghasil ubi kayu di pulau

Jawa meliputi Jawa Timur (Pacitan, Jember, Kediri, Madiun), Jawa Tengah

(Banyumas, Yogyakarta, Wonogiri) dan Jawa Barat (Bogor, Tasikmalaya).

Daerah penghasil lainnya adalah Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat dan

Timur.

Produksi ubi kayu di Indonesia cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan

sebagai suatu produk Industri olahan berbasis ubi kayu seperti tapioka.

Penggunaan tapioka sebagai bahan baku pembuatan sirup fruktosa merupakan

cara untuk meningkatkan nilai ekonomi dari ubi kayu, selain itu juga sebagai

salah satu bentuk diversifikasi produk olahan berbahan ubi kayu serta memenuhi

kebutuhan gula di Indonesia yang semakin meningkat.

Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat tepat jika pemerintah

mengambil kebijaksanaan yang pada hakekatnya bertujuan untuk mengurangi

ketergantungan terhadap negara lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat

yaitu dengan membangun industri-industri yang dapat mengganti peranan bahan

import. Disamping itu dengan didirikannya pabrik ini akan membuat kesempatan

terciptanya lapangan kerja baru dan juga dengan adanya pabrik ini akan

mendorong berdirinya pabrik-pabrik lain yang menggunakan bahan dasar sirup

fruktosa di Indonesia.

Salah satu industri yang berbasis singkong adalah industri tepung tapioka,

dimana Indonesia merupakan penghasil tepung tapioka terbesar no.2 dengan

kapasitas rata-rata 15.000.000-16.000.000 ton/tahun setelah Thailand.

(2)

memproduksi high fructose syrup (HFS). Ketersediaan bahan baku

memungkinkan untuk mendirikan dan mengembangkan pabrik high fructose

syrup (HFS) di Indonesia.

Campuran glukosa, fruktosa dikenal secara komersial sebagai high fructose

syrup (HFS), biasanya mengandung 42% dan 55% fruktosa. Sirup fruktosa atau

yang biasa disebut high fructose syrup (HFS) merupakan salah satu jenis gula cair

yang popular di industri makanan. High fructose syrup (HFS) adalah sirup gula

campuran dari glukosa dan fruktosa. Saat ini HFS sangat populer digunakan

dalam industri minuman. Gula ini dapat dihasilkan dari semua bahan yang

mengandung karbohidrat, seperti jagung, singkong, beras, kentang, dan lain-lain

(E.A. Borges da Silva, dkk, 2006).

Permintaan HFS semakin bertambah dari tahun ke tahun. Menurut E.A.

Borges da Silva, dkk, 2006, pada chemical engineering journal, pertumbuhan

pemintaan HFS disebabkan beberapa faktor antara lain karena memeberikan cita

rasa yang lebih segar daripada sukrosa, dapat diproduksi dari pati (substrat pada

komposisi makanan) dengan biaya yang lebih rendah sehingga memberikan

keuntungan yang lebih serta resiko lebih rendah bagi penderita diabetes atau yang

mengalami masalah metabolisme tubuh.

Berdasarkan Parker Kay, dkk, 2010, fruktosa lebih manis daripada sukrosa.

Tingkat kemanisan beberapa pemanis dapat dilihat pada Tabel 1.1,

sebagai berikut :

Tabel 1.1 Tingkat kemanisan pada larutan pemanis 5%

Pemanis Tingkat kemanisan

Sucrose

Invert sugar

Fructose

Glucose

Galactose

Maltose

Lactose

Xylitol

1,0

0,85-1,0

1,3

0,56

0,4-0,6

0,3-0,5

0,2-0,3

(3)

Cyclamates

Acesulfame K (Sunnette ®)

Aspartame (Equal ®, Nutrasweet ®)

Saccharine ( The Pink Stuff)

Stevioside

Sucralose (Splenda ®)

Thaumatin (Talin ®)

30-80

200

100-200

200-300

300

600

2000-3000

Dari Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa fruktosa mempunyai kemanisan

tertinggi dari jenis pemanis alami lainnya ( sukrosa, maltose, laktosa, xylitol,

galaktosa, gula inversi dan glukosa). Meskipun jenis pemanis sintesis mempunyai

tingkat kemanisan yang tinggi, pemanis sintesis tidak bisa menggantikan sukrosa

karena penggunaanya dibatasi oleh peraturan kesehatan Negara yaitu Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/MENKES/ PER/ IX/ 1988

tentang bahan tambahan makanan.

Pabrik high fructose syrup (HFS) dari tepung tapioka dengan proses

enzimatik didirikan dengan alasan agar dapat menurunkan impor sukrosa dan gula

rafinasi yang pada akhirnya akan membantu pemenuhan kebutuhan pemanis

untuk konsumsi masyarakat dan industri dengan memanfaatkan potensi Indonesia

dalam pemenuhan bahan baku. Selain itu dapat memberikan peluang yang bagus

karena pabrik-pabrik high fructose syrup (HFS) di Indonesia masih mempunyai

kapasitas produksi yang kecil serta pengembangan produksi dengan inovasi bahan

baku, yaitu menggunakan tepung tapioka.

Jika ditinjau dari harga, high fructose syrup (HFS) lebih murah karena

dalam proses pembuatannya tidak perlu dilakukan pengkristalan dan pengeringan

seperti pada proses pembuatan sukrosa, biaya proses lebih murah sehingga harga

produk juga lebih murah. Selain industri minuman ringan, industri-industri yang

menggunakan high fructose syrup (HFS) antara lain adalah industri yogurt,

industri cokelat dan industri ice cream yang dapat meningkatkan cita rasa

produk-produk tersebut, dapat mempercepat proses fermentasi dalam pembuatan

(4)

cream. Penggunaan high fructose syrup (HFS) pada industri-industri tersebut akan

memberikan keuntungan ekonomi yang lebih untuk industri-industri tersebut.

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendirian

pabrik high fructose syrup (HFS) dari tepung tapioka mempunyai prospek yang

baik. Pendirian pabrik ini diestimasi dapat menurunkan impor gula tebu (sukrosa)

yang dapat menguntungkan produksi gula nasional karena kebutuhan gula industri

sebagian besar dipenuhi dengan high fructose syrup (HFS) sehingga kebutuhan

sukrosa dapat ditekan. Selain itu, permintaan high fructose syrup (HFS) diestimasi

akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya industri makanan, minuman

dan industri-industri lain yang menggunakan high fructose syrup (HFS) di

Indonesia.

1.2 Penentuan Kapasitas Perancangan Pabrik

Kapasitas produk dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang

dapat diproduksi dalam satuan massa tertentu. Kapasitas rancangan suatu pabrik

ditentukan oleh:

a. Kebutuhan Fruktosa di Indonesia

Penentuan kapasitas produksi didasarkan pada kebutuhan fruktosa yang

masih impor dan kapasitas ini harus diatas atau paling tidak sama dengan

kapasitas minimum pabrik yang sudah beroperasi dengan baik dan

menguntungkan. Apabila dibandingkan dengan besarnya kebutuhan maka

kapasitas pabrik harus lebih besar untuk mengantisipasi kenaikannya. Data

kebutuhan fruktosa di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.2

Tabel 1.2.Data kebutuhan Impor Fruktosa

Tahun Impor (kg/tahun)

2010 102.088.800

2011 167.232.012

2012 368.139.192

2013 610.326.312

2014 853.337.112

(5)

b. Pabrik yang Sudah Berdiri

Tabel 1.3. Data pabrik yang sudah beroperasi

Nama Kapasitas (ton/tahun)

PT. Puncak Gunung Agung 400.000

PT. Associated British Budi 72.000

(http://industri.kontan.co.id)

Perhitungan Kapasitas pabrik,

Dari grafik diatas dapat diambil persamaan yang menghubungkan jumlah

impor fruktosa dan tahun impor fruktosa :

y = 1,95.108 x - 4,2.108

= 1,95.108 x 2019 – 4,2.108

= 2.560.374,702 ton/tahun

Untuk memenuhi 5 % dari kebutuhan impor ditahun 2019

Kapasitas 2019 = 5% x y

=

= 128.018,735 ton/tahun

Dengan melihat pertimbangan pabrik fruktosa yang sudah didirikan dengan

kapasitas 72.000–400.000 ton/tahun, maka kapasitas produksi yang direncanakan

pada pabrik ini sebesar 100.000 ton/tahun dengan pertimbangan peningkatan

(6)

1.3 Lokasi Pabrik

Ada beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam menentukan

lokasi pabrik agar pabrik yang kita rancang dapat mendatangkan keuntungan yang

besar, antara lain : penyediaan bahan baku, pemasaran produk, fasilitas

transportasi dan tenaga kerja.

Alasan pemilihan lokasi untuk lokasi pendirian pabrik HFS yang sesuai

dengan studi kelayakan antara lain :

a. dekat dengan bahan baku

b. ketersediaan sumber air

c. dekat dengan konsumen

d. dekat dengan pelabuhan

Pemilihan lokasi suatu pabrik merupakan salahsatu hal yang harus

diperhatikan. Oleh karena itu, pabrik HFS ini direncanakan dibangun di Provinsi

Lampung. Berikut di bawah ini adalah peta pulau Sumatera dimana provinsi

Lampung sendiri terletak di paling selatan dari pulau Sumatera.

(7)

Pemilihan lokasi pabrik HFS ini sendiri melalui pertimbangan-pertimbangan

sebagai berikut :

1. Ketersediaan bahan baku

Di provinsi Lampung terdapat perusahaan agrobisnis yaitu Sungai Budi

Group. Perusahaan ini mendirikan anak usaha yang bernama PT Budi Acid Jaya

Tbk (BUDI) dan difokuskan sebagai perusahaan penghasil produk berbasis tepung

tapioka. BUDI sendiri adalah produsen tepung tapioka terbesar di Indonesia

dengan menguasai sekitar 20 persen pasaran. Kapasitas dari Pabrik 645.000

ton/tahun.

2. Sarana transportasi

Sarana dan prasarana transportasi sangat diperlukan untuk proses proses

penyaluran bahan baku dan pendistribusian produk. Dengan adanya fasilitas jalan

raya dan pelabuhan Bakauheni di Lampung, maka pemilihan lokasi untuk pabrik

HFS ini sudah tepat.

Gambar 1.2 Pelabuhan Bakauheni

3. Tenaga kerja

Tersedianya tenaga kerja yang terampil juga diperlukan untuk menjalankan

mesin-mesin produksi. Tenaga kerja dapat direkrut dari daerah Lampung dan

sekitarnya di pulau Sumatera atau juga dapat dari pulau Jawa.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 Profinsi

Lampung tercatat 220.619 jiwa pengangguran dengan jenjang pendidikan SD

sampai Sarjana.

4. Penyediaan utilitas

Sarana-sarana pendukung seperti tersedianya air, listrik, dan sarana lainnya

juga harus diperhatikan agar proses produksi dapat berjalan dengan baik. Di

(8)

Sekampung yang bisa digunakan sebagai sumber air dan untuk penyediaan listrik

dapat dilakukan dengan sistem turbin dengan steam boiler atau dengan mensuplai

dari PLN setempat.

Gambar 1.3 Sungai Way Sekampung

1.4 Tinjauan Pustaka

1.4.1 Macam-macam proses

Prinsip umum hidrolisis pati ada tiga macam, yaitu :

1. Hidrolisis dengan menggunakan asam

2. Hidrolisis dengan menggunakan asam dan enzim

3. Hidrolisis dengan menggunakan enzim-enzim

1.4.1.1 Hidrolisis dengan menggunakan asam

Asam yang biasa digunakan untuk proses ini antara lain adalah asam sulfat,

asam klorida dan asam fosfat. Dalam proses ini asam berfungsi sebagai katalis

yang dapat mempercepat terbentuknya produk. Reaksi yang terjadi pada hidrolisis

pati dengan asam adalah sebagai berikut :

(C6H10O5)n+ n H2O n(C6H12O6) Karbohidrat Air Glukosa

1.4.1.2 Hidrolisis dengan menggunakan asam dan enzim

Hidrolisis dengan menggunakan asam (preliminary) dan enzim (secondary)

menyebabkan range nilai DE (Dextrose equivalent) naik turun. Setelah hidrolisis

dengan asam (preliminary) temperature diturunkan dan pH dinaikkan. DE

(Dextrose equivalent) yang lebih tinggi menurunkan yield glukosa selama

hidrolisis dengan enzim (keberadaan asam menghambat konversi enzimatik),

sementara dengan DE (Dextrose equivalent) lebih rendah dari 10 dapat

menyebabkan starch retrogradation yang dapat menyebabkan permasalahan

(9)

Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati dengan asam enzim adalah sebagai

berikut :

Reaksi dengan asam (primary) :

(C6H10O5)n + n H2O nC6H12O6

2(C6H10O5)n + n H2O nC12H22O11

3(C6H10O5)n + n H2O nC18H32O16

Reaksi dengan enzim (secondary):

C12H22O11 + H2O C6H12O6

C18H32O16 + H2O C6H12O6

1.4.1.3 Hidrolisis dengan menggunakan enzim-enzim

Hidrolisis pati dengan menggunakan enzim-enzim dilakukan dengan 2 jenis

enzim yaitu enzim α-amilase dan gluokoamilase (amilglukosidase). Enzim α

-amilase digunakan pada proses likuifikasi sedangkan enzim gluko-amilase

digunakan pada proses sakarifikasi. Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati

dengan enzim - enzim adalah sebagai berikut :

(C6H10O5)n n(C6H10O5)x

n(C6H10O5)x x n C6H12O6

Dalam pemilihan ini digunakan beberapa kriteria, antara lain:

1. Merupakan proses yang komersial dalam arti telah banyak digunakan.

2. Proses menggunakan alat yang telah umum digunakan, telah dikenal serta

mudah dioperasikan dan diperbaiki.

3. Tidak banyak menggunakan peralatan karena akan memperbesar biaya

investasi.

4. Proses dirancang untuk menghasilkan komposisi fruktosa yang relatif tinggi.

5. Proses beroperasi pada tekanan rendah, hal ini dimaksudkan untuk

mengurangi biaya yang tinggi. asam

asam

asam

enzim

enzim

α-amilase

(10)

Berdasarkan beberapa macam proses hidrolisis pati yang telah diuraikan

diatas, masing-masing proses hidrolisis mempunyai kelebihan dan kekurangan,

berikut merupakan perbandingan dari beberapa macam proses hidrolisis

berdasarkan Tjokroadikoesoemo, 1993, antara lain adalah :

Tabel 1.4 Perbandingan beberapa proses hidrolisis pati

No. Uraian Metode Hidrolisis

Asam Asam-Enzim Enzim-Enzim

1. Kondisi Operasi :

• Tekanan(kg/cm2) 3 1-3 1

• Suhu(oC) 140-160 60-140 60-105

• pH 2,3 1,8-2 4,5-6

2. Proses :

• DE (%) 30-55 63-80 95-98

• Daya Korosi Tinggi Tinggi Rendah

3. Aspek Ekonomi

• Kebutuhan Massa Banyak Banyak Sedikit

• Biyaya Peralatan Mahal Mahal Murah

• Energi Besar Besar Kecil

• Investasi Tinggi Tinggi Rendah

Setelah mencermati kelebihan dan kekurangan proses hidrolisis pati diatas,

maka dipilih proses hidrolisis dengan menggunakan enzim-enzim dengan

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

Nilai DE (dextrose equivalent) tinggi, yaitu antara 95 – 98%.

Kondisi operasi pada suhu dan tekanan yang rendah sehingga membutuhkan

energi yang lebih sedikit.

Kemungkinan korosi kecil.

Dapat mempertahankan rasa dan aroma bahan dasar.

1.4.2 Kegunaan produk

High fructose syrup (HFS) dapat digunakan secara parsial ataupun

menyeluruh sebagai pengganti gula tebu (sucrose) atau gula inverse pada

makanan yang dapat menghasilkan rasa manis dan dapat meningkatan cita rasa.

Selain itu high fructose syrup (HFS) digunakan pada industry minuman ( soft

drink ), industri kue, manisan, industry makanan, produk susu dan lain-lain.

(11)

Freezing Point

Fruktosa mempunyai freezing point yang tinggi.ini menjadi alasan

penggunaan fruktosa sebagai pemanis pada makanan-makanan beku seperti

yogurt beku dan ice cream. Freezing point yang tinggi pada fruktosa membuat

produk mempunyai tekstur yang halus.

Fruit Flavor

Fruktosa disebut juga dengan gula buah karena ketika digunakan pada

produk akan memberikan rasa buah seperti pada fruit-flavoredyogurt.

Glycemic Index rendah

Fruktosa mempunyai glycemic index yang rendah yang menyebabkan

makanan atau produk mempunyai glycemicload yang rendah. Glycemicload

adalah jumlah yang menunjukkan bagaimana makanan atau produk tertentu akan

mempengaruhi kadar gula darah.

Stability

Fruktosa mempunyai kestabilan yang tinggi dan digunakan untuk

meningkatkan cita rasa produk yang mempunyai stabilitas yang tinggi.

1.4.3 Sifat fisika kimia bahan baku dan produk I.4.3.1 Bahan Baku Utama

Sifat fisika Pati:

Formula : C6H10O5

Berat Molekul : 162,14 g/mol

Specific gravity : 1,50 (Perry)

I.4.3.2 Bahan Baku Pendukung

1. Enzim ά-amilase

• Fase : Padat

• Rumus Molekul : CH3COOH

• Densitas : 1,25 kg/L

• Titik Didih : 118ºC pada 1 atm

• Titik Leleh : 1,67ºC pada 1 atm

• Viskositas : 1,22 cp

(12)

• Lama operasi : 2-3 jam

• pH operasi : 6,3-6,5

• Dosis : 0,5-0,8 L/ton pati

(Uhlig, 1998)

2. Enzim Glukoamilase

• Fase : Padat

• Dosis : 1,5-5 mL/kg

• Densitas : 1,25 kg/L

• Suhu optimal : 60°C

• Lama operasi : 24-48 jam

• pH operasi : 4,0-4,5

(Uhlig, 1998)

3. Enzim Glukoisomerase

• Suhu optimal : 60-62°C

• Lama operasi : 15 menit

• pH operasi : 7,4-7,6

• Dosis : 0,3 L/kg glukosa

• Densitas : 0,33 kg/L

(Uhlig, 1998)

4. Hydrogen chloride (HCl)

Sifat – sifat fisika HCl

Berat molekul : 36,47 g/mol

• Densitas : 1,268 kg/L

• Titik didih : -85°C

• Titik lebur : -111°C

(Perry)

Sifat kimia • Bersifat volatil

• Merupakan asam kuat

• Larut dalam air

(13)

• Dapat teroksidasi oleh oksidator kuat

(Greenwood, et.al.,1997)

5. Calcium Chloride (CaCl2)

Sifat – sifat fisika :

• Berat molekul : 110,99 g/mol

• Densitas : 2,152 kg/L

• Titik didih : >1600°C

• Titik lebur : 772°C

(Perry)

Sifat – sifat kimia :

• Bersifat higroskopis.

• Larut dalam asam asetat, etanol, dan aseton.

• larutan, tidak seperti senyawa kalsium lainnya yang tidak dapat larut, kalsium klorida dapat berdisosiasi.

• Mempunyai rasa seperti garam sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk makanan.

(Patnaik, 2003)

6. Sodium Hydroxide (NaOH)

Sifat fisika :

Berat molekul : 40.00 g/mol

Densitas : 2,130 kg/L

Titik didih : 139°C

Titik beku : 318,4°C

(Perry)

Sifat kimia:

• Sebagai agen titrasi asam-basa

• Higroskopis

• sangat korosif

• cepat menyerap CO2 dan air dari udara

(14)

7. Magnesium Sulfat (MgSO4)

Sifat Fisika

• Berat molekul : 120,38 g/mol

• Densitas : 2,66 kg/L

• Titik beku : 1185°C

(Perry)

Sifat kimia:

• larut dalam air, aceton dans edikit larut dalam eter

• merupakan garam anhidrat

(Patnaik,2003)

I.4.3.3 Pruduk Utama

Fruktosa

• Rumus Molekul : CH2OH(CHOH)3COCH2OH

•Berat Molekul : 180,16 g/mol

•Specific Gravity : 1,669

•Melting point : 95-105°C

(Perry)

1.4.4 Tinjauan proses secara umum 1. Proses Pencampuran (Mixing)

Proses pencampuran Tepung tapioka yang datang dari proses pengolahan

sebelumnya (pabrik tepung tapioka), mula-mula diencerkan di dalam sebuah

tangki khusus yang dilengkapi dengan alat pengaduk sampai pekat. Setelah semua

persiapan yang lain selesai dikerjakan, kedalam suspensi dibutuhkan enzim

α-amilase (dapat diisolasi dari bakteri) secukupnya.

2. Proses Likuifikasi.

Likuifikasi adalah proses hidrolisis larutan tepung atau pati pada konsentrasi

serta pH dan suhu tertentu oleh enzim (alpha-amylase). Syarat utama enzim untuk

proses ini harus tahan panas dan aktif suhu antara 110-120°C. Melalui proses ini

pati (karbohidrat) akan diubah menjadi dekstrin yang di dalamnya terdiri dari

campuran oligosakarida, disakarida, dan monosakarida. Hidrolisis pati dapat

(15)

perlakuan pendahuluan di dalam tangki pengaduk (static mixer) dipompa

melewati jet cooker menuju ke holding tank dan selanjutnya diteruskan ke tangki

reaktor liquifaction.

3. Proses Sakarifikasi.

Sakarifikasi merupakan proses lanjutan dari larutan liqufikasi. Derajat

keasaman (pH) diatur pada kisaran 4-5 dengan suhu 55-60°C melalui penambahan

enzim gluco-amylase selama 60-70 jam. Dengan demikian larutan akan berubah

menjadi monosakarida-glukosa sehingga diperoleh 47 glukosa yang berkadar

94%. Proses sakarifikasi dilakukan di dalam suatu tangki reaktor atau tangki

tunggal (sistem terputus) atau dalam sejumlah tangki yang disusun secara seri

(sistem kontinyu). Reaktor-reaktor tersebut dilengkapi dengan alat pengaduk,

sistem pendingin atau pemanas, dan isolator yang digunakan untuk membungkus

dan melindungi tangki dari kehilangan panas, sehingga suhu di dalam reaktor

dapat dijaga tetap sekitar (60-61)°C. Proses sakarifikasi berlangsung antara

(24-72) jam, tergantung dosis enzim yang digunakan dan derajat inversi yang

diinginkan. Campuran hasil liquifikasi didinginkan sampai 60°C, suhu yang

optimal untuk proses sakarifikasi. Karena reaksinya endotherm maka ada

kecenderungan proses menyebabkan penurunan suhu, karena itu harus

ditambahkan dan dikendalikan. Pengendalian suhu, sangat penting pada tahap

sakarifikasi.

4. Proses Evaporasi.

Sirup murni kemudian dipekatkan di dalam alat penguap vakum (vacum

evaporator). Untuk keperluan penguapan sirup glukosa, sirup maltosa, atau sirup

dekstrosa yang akan diolah lebih lanjut sebagai HFS dan lain-lain, digunakan

sistem penguapan bertingkat (multiple effect evaporator) yang dilengkapi pula

dengan pemanas pendahuluan, separator sentrifugal di dalamnya dan kondensor.

Sedangkan untuk pengolahan sirup dekstrosa 50 atau sirup maltosa tinggi menjadi

kristal dekstrosa atau kristal maltosa, cukup digunakan alat penguap vakum

tunggal (single effect evaporator). Penguapan atau evaporasi adalah proses

perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi

(16)

penguapan dapat dilihat dari hilangnya cairan secara berangsur-angsur ketika

terpapar pada gas dengan volume signifikan.

5. Proses Isomerisasi

Isomerisasi adalah lanjutan dari sakarifikasi. Dalam proses ini glukosa

diubah lagi menjadi fruktosa dengan jalan melewatkannya ke dalam kolom yang

berisi immobilized enzim isomerase. Dengan kondisi pH 8 serta suhu 60°C dan

waktu selama 3 jam akan diperoleh hasil berupa HFS generasi I atau HFS-42.

Adanya oksigen terlarut dapat memblokir reaksi isomerisasi. Enzim dalam kolom

secara cepat berubah secara isomerisasi, glukosa menjadi fruktosa. Kadar sirup

glukosa harus diatur selalu tetap yaitu antara 42,5–43% agar ”flowrate”nya

konstan. Bahan baku untuk pengolahan High Fructose Syrup (HFS) adalah sirup

dektrosa yang dihasilkan melalui cara pengenceran, dekstrinasi, dan sakarifikasi

pati memakai katalisator sistem enzim. Kandungan dekstrosa di dalam sirup yang

Gambar

Tabel 1.1 Tingkat kemanisan pada larutan pemanis 5%
Tabel 1.4 Perbandingan beberapa proses hidrolisis pati

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Rangka Ulang Tahun GSRI Tamansari ke-64, pada hari Sabtu, 29 November 2014, Pk.17.00 WIB akan diadakan acara Kebaktian Pengucapan Syukur HUT dengan tema :.. Bangunkan Jiwaku

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pemberian glutathion pada mencit jantan dewasa yang terpapar asap rokok dapat meningkatkan motilitas progresif

Jika Tuhan kehendaki pada hari Sabtu, 13 Agustus 2011 akan diadakan pengobatan gratis bagi jemaat dan warga sekitar gereja dan pada minggu ke-empat bulan Oktober 2011,

Oleh karena itu, pada penelitian kali ini, akan dibuat komposit silicone rubber dengan filler serat tandan kosong kelapa sawit dengan menambahkan material Barium

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapatmenyelesaikan skripsi dengan judul “ Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Berenuk ( Crescentia cujete

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, PENGALAMAN KERJA SERTA MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA (Survey pada Home Industry Konveksi di Desa Soreang Kabupaten

1) Mengetahui peningkatan kemampuan menulis teks berita melalui teknik pengamatan objek langsung pada peserta didik kelas VIIIC di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta.

Mahasiswa, khususnya mahasiswa yang berada pada kategori baik dan kurang baik bahkan mahasiswa yang berada pada kategori cukup, hendaknya berusaha untuk