• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN TIPE STAD MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII SMP N 1 SIANTAR NARUMONDA T.A 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN TIPE STAD MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII SMP N 1 SIANTAR NARUMONDA T.A 2014/2015."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN

TIPE STAD MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII SMP N 1

SIANTAR NARUMONDA T.A 2014/2015

Oleh :

Yessy L. Napitupulu NIM. 4113111082

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN

TIPE STAD MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII SMP N 1

SIANTAR NARUMONDA T.A 2014/2015

Yessy L. Napitupulu (NIM:4113111082) ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah melihat perbedaan hasil belajar siswa dengan menerapkan dua model pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TPS menggunakan alat peraga dan model pembelajaraan kooperatif tipe STAD menggunakan alat peraga di kelas VII SMP Negeri 1 Siantar Narumonda T.A 2014/2015.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan populasi seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Siantar Narumonda T.A. 2014/2015. Sampel diambil melalui teknik random sampling , diperoleh kelas VII-A sebagai kelompok eksperimen A sebanyak 23 orang yang diajar dengan Model pembelajaran kooperatif tipe TPS menggunakan alat peraga dan VII-B sebagai Kelas Eksperimen B sebanyak 23 orang yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan alat peraga. Instrument penelitian ini berupa tes hasil belajar yang berbentuk pilihan ganda sebanyak 10 soal. Sebelum tes ini diberikan kepada kelas sampel terlebih dahulu diujicobakan di kelas VIII-A di SMP Negeri 1 Siantar Narumonda.

Selisih hasil tes menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS menggunakan alat peraga dengan model pembelajaran kooperatif STAD menggunakan alat peraga. Pada kelas eksperimen A diperoleh selisih tes adalah 4,65 , dan pada kelas Eksperimen B selisih tes adalah 3,56.

(4)

iii

RIWAYAT HIDUP

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan anugrah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Koperatif Tipe TPS dengan Tipe STAD Menggunakan Alat Peraga pada Materi Himpunan di Kelas VII SMPN 1 Siantar Narumonda ”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Rektor UNIMED Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd beserta seluruh Wakil Rektor sebagai pimpinan UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta wakil dekan FMIPA di lingkungan UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika sekaligus yang menjadi dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs.W.L Sihombing, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.Edy Surya, M.Si, Bapak Drs.Zul Amry, M.Si., Ph.D, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dari perencanaan penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta staf pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED.

(6)

iv

Penghargaan ini penulis persembahkan kepada Ayah tercinta Saudara Napitupulu dan Ibunda tercinta Ruminta Siagian yang selalu mendoakan penulis, memberi motivasi demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Saudara/I penulis (Bang Charly Napitupulu, kak Hanna Napitupulu, Kak Irmawaty Napitupulu, Bang Marusaha Sitorus, Kak Chandra Napitupulu, dan pudan Dies Napitupulu) yang selalu mendoakan penulis dan memberikan saran, motivasi, materi demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada Fajar Pasaribu, yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis demi keberhasilan penulis, dan menjadi teman yang selalu ada dalam suka dan duka.

Teristimewa penulis mengucapkan Terima kasih kepada sahabat-sahabatku sekaligus menjadi saudari-saudari Jubilate Crew (Elisabeth Tujan, Dyna Tujan, Tio Tujan), teman seperjuangan Sarah Mikha, teman seangkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu, khususnya buat kelas Dik B 2011. Terima kasih juga buat teman-teman PPLT 1 Sinatar Narumonda, kost Rela No.107 (teman sekamar Mak Metha, Mak Helan, Mak Prima, Bg Herman, Bg Benroy, Nak Desi,) yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan (Fajar Pasaribu, Mandiri Berutu, Yohana Pardede, Brian Simangunsong, Wan Okto Brada) semoga harapan dan cita cita kita tercapai. Dan kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis telah berupaya dangan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Januari 2016 Penulis,

(7)

vi

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 6

(8)

vii

2.1.6. Think-Pair-Share (TPS) 20 2.1.7. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 22

2.1.8 Media Pembelajaran 28

2.1.8.1 Alat Peraga 29

2.2.Himpunan 31

2.2.1. Pengertian Himpunan 32

2.2.2. Irisan Himpunan 32

2.2.3. Gabungan Himpunan 35

2.2.4. Komplemen Suatu Himpunan 35

2.3.Teori Belajar yang Mendukung 36 2.4.Kajian Penelitian Yang Relevan 37

2.5.Kerangka Konseptual 38

2.6.Hipotesis Penelitian 40

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian 42

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian 42

3.2.1.Populasi Penelitian 42

3.2.2.Sampel Penelitian 42

3.3.Variabel Penelitian 42

3.3.1.Variabel Bebas 42

3.3.2.Variabel Terikat 43

3.4.Jenis dan Desain Penelitian 43

3.5.Prosedur Penelitian 44

3.5.1 Penilaian 47

3.6.Instrumen Pengumpulan Data 47

3.6.1.Tes 47

3.7.Uji Instrumen 48

3.7.1.Validitas Tes 48

3.7.1.1.Validitas Isi 48

(9)

viii

3.7.2. Reliabilitas Tes 50

3.7.3. Tingkat Kesukaran Tes 51

3.7.4. Daya Pembeda Soal 53

3.8.Teknik Analisis Data 54

3.8.1.Menghitung Rata-rata Skor 54

3.8.2.Menghitung Standar Deviasi 54

3.8.3.Uji Normalitas 55

3.8.4.Uji Homogenitas 56

3.8.5.Analisis Pengujian Hipotesis 56

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 58

4.1.1. Nilai Pretes Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 58 4.1.2. Nilai Postes Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 59 4.2. Analisis Data Hasil Penelitian 59

4.2.1. Uji Normalitas Data 61

4.2.2. Uji Homogenitas Data 61

4.2.3. Uji Hipotesis Data 62

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 63

4.4. Kendala Penelitian 64

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan 66

5.2. Saran 66

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Irisan Himpunan 34

(11)
(12)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 19

Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok 23

Tabel 2.3 Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 24 Tabel 2.4 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan STAD 27 Tabel 3.1 Pretest-Posttest Control Group Design 42 Tabel 3.2 Validasi Ahli Soal Pretes 48 Tabel 3.3 Validasi Ahli Soan Posttes 49 Tabel 3.4 Validasi Soal Pretes Dan Posttes 50 Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal 52 Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Soal Pretes Dan Posttes 52 Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda Soal 53 Tabel 3.8 Daya Pembeda Soal Pretes Dan Posttes 54 Tabel 4.1 Data Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 54 Tabel 4.2 Data Postes Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 59 Tabel 4.3 Ringkasan Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Kedua Kelas 60 Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa 61 Tabel 4.5 Data Hasil Uji Homogenitas 62 Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis Hasil Belajar Siswa 63

(13)

xi Lampiran 8 : Alternatif Penyelesaian LAS II 121 Lampiran 9 : Kisi-Kisi Tes Pretes 125

Lampiran 10 : Soal Pretes 126

(14)

xii

Baku Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen A dan

Kelas Eksperimen B 163

Lampiran 30: Perhitungan Uji Normalitas Data 165 Lampiran 31: Perhitungan Uji Homogenitas Data 169 Lampiran 32: Perhitungan Uji Hipotesis 170 Lampiran 33: Lembar Observasi Aktivitas Guru 173 Lampiran 34: Dokumentasi Penelitian 177 Lampiran 35: Tabel Harga Kritik dari r Product Momen 182 Lampiran 36: Tabel Nilai Kritis Untuk Uji Lilifors 183 Lampiran 37: Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 184 Lampiran 38: Tabel Distribusi Nilai F 186 Lampiran 39: Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi t 189

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak sumber daya yang bermutu tinggi. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus-menerus. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Kegiatan inti dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar. Melalui proses belajar mengajar akan dicapai tujuan pendidikan dalam bentuk terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri siswa. Menjadi harapan semua pihak agar semua siswa dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Tujuan pendidikan nasional berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 adalah “Menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Salah satunya melalui pendidikan bermutu pada setiap satuan pendidikan di Indonesia.”

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam pendidikan formal dan mengambil peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Hal ini disebabkan karena matematika dapat melatih seseorang (siswa) berpikir logis, bertanggung jawab, memiliki kepribadian yang baik dan kemampuan penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa matematika peerlu diajarkan kepada siswa untuk menciptakan manusia dengan sumber daya yang bermutu tinggi.

Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika, seperti yang dinyatakan Cornelius (dalam Abdurrahman, 2012:204) yaitu:

(16)

2

kreativitas, dan(5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Pembelajaran matematika sangat perlu untuk dipahami karena matematika digunakan dalam segala segi kehidupan terutama dalam pemecahan masalah. Hal ini senada dengan pernyataan Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012:204) yang menyatakan alasan perlunya belajar matematika, yaitu:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Matematika disadari sangat penting peranannya. Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa. Banyak siswa yang kurang memahami tentang matematika yang mereka kerjakan. Siswa sering tidak dapat menggunakan pengetahuan matematika yang mereka miliki dalam kehidupan sehari-hari. Matematika sering ditakuti bahkan dibenci siswa karena dianggap pelajaran yang sulit dan membosankan.

Menurut Abdurrahman (2012:202) “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.” Hal senada juga dikatakan oleh Surya (2012: 2) bahwa:

Kenyataan di sekolah hasil belajar matematika rendah karena sebagian besar siswa kurang antusias menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif, enggan, takut atau malu untuk mengemukakan pendapat tidak jarang siswa merasa kurang mampu dalam mempelajari matematika sebab matematika dianggap sulit, menakutkan, bahkan sebagian akan dari mereka ada yang membencinya sehingga matematika dianggap momok oleh mereka. Hal ini menyebabkan siswa menjadi takut atau fobia terhadap matematika.

(17)

3

menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi persiapan siswa dalam proses belajar mengajar. Faktor eksternal meliputi bahan ajar, strategi, model pembelajaran, media pendidikan serta situasi lingkungan. Berdasarkan hal tersebut penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga siswa dalam memahami dan menguasai materi masih kurang dan nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah. Seperti yang dikatakan oleh Surya (2012:12) bahwa “Ketakutan yang muncul dari dalam diri siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi juga didukung oleh ketidakmampuan guru menciptakan situasi dan kondisi yang membawa siswa tertarik pada matematika.”

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMPN 1 Siantar Narumonda selama melaksanakan Program Praktek Lapangan Terpadu (PPLT), guru masih banyak menggunakan model pembelajaran langsung. Model pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru sementara siswa duduk secara pasif menerima informasi, pengetahuan dan keterampilan. Akibatnya aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran seperti bertanya, mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan guru, beradu argumen sangat jarang sekali terjadi. Interaksi siswa dengan siswa lainnya sangat jarang terjadi, bahkan boelh dikatakan tidak ada.

Dari permasalahan di atas perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang mendorong siswa aktif dalam belajar dengan cara membuat siswa terlibat dalam pembelajaran dan saling berinteraksi antar siswa dan kepada guru. Vygotsky menekankan peserta didik mengkontruksi pengetahuan melalui interaksi sosial dengan orang lain dan menekankan belajar sebagai proses dialog interaktif (interaksi sosial).

(18)

4

Model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerjasama, dan membantu teman. Hasil penelitian Suryadi (dalam Isjoni, 2011:12) pada pembelajaran matematika menyimpulkan bahwa salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah cooperatif learning.

Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran matematika diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achiviement Sivision (STAD).

Model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS) merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi yang terjadi antara siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini diharapkan siswa untuk bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih diidentikkan dengan pola kejasama daripada individu. Siswa berbagi ilmu yang telah didapatkan kepada seluruh kelas sehingga siswa akan menjadi lebih mengerti mengenai materi yang sedang dipelajari. Ilmu akan lebih mudah untuk dipahami jika diajarkan atu dibagikan dengan orang lain.

Menurut Trianto (2010:81) “ prosedur yang digunakan dalam Think-Pair-Share (TPS) dapat memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, untuk

merespon dan saling membantu.” Hal senada juga dikatakan oleh Anita Lie (2010:57) bahwa:

Teknik belajar mengajar TPS dikembangkan oleh Frank Lyman sebagai struktur pembelajaran kooperatif learning. Teknik ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta kerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa

Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang

(19)

5

siswa-siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok bisa menguasai pelajaran tersebut”.

Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menciptakan interaksi antara siswa dengan siswa dan juga antara siswa dengan guru. Sehingga tercipta suasana pembelajaran yang aktif. Siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi juga belajar dari sesama siswa. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD menuntut keikutsertaan siswa secara aktif dalam diskusi kelompok yang memungkinkan siswa lebih memahami konsep matematika yang abstrak. Ooleh sebab itu TPS dan STAD sama-sama layak digunakan dalam

Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa secara model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dan STAD sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Maka, penulis tertarik ingin melihat bagaimana perbedaan nilai hasil belajar matematika siswa jika model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan STAD dibandingkan pada materi irisan himpunan dan gabungan himpunan.

Salah satu materi matematika yang dapat diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dan pembelajaran kooperatif tipe Student Developmen Achievement Division menggunakan alat peraga blok atribut adalah

materi Himpunan di Kelas VII SMP/MTs Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share menggunakan alat peraga blok atribut, materi himpunan disajikan dengan menggunakan alat peraga.

Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan ibu R.Hasibuan, S.Pd, juga menyatakan bahwa Himpunan masih merupakan salah satu pokok bahasan yang dianggap sulit oleh siswa yang berakibat pada rendahnya nilai hasil belajar mereka. Selain kurangnya persiapan mereka untuk mengikut pembelajaran, mereka juga tidak bisa melihat bendanya secara real atau nyata.

(20)

6

dengan menggunakan media pendidikan dan alat peraga. Sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual anak SD-SMP yang masih dalam tahap operasi konkret, maka siswa SD sampai SMP dapat menerima konsep-konsep matematika yang abstrak melalui benda benda konkret. Anak berumur antara 7 tahun sampai 17 tahun, untuk mendapat daya tangkap dan daya serapnya yang meliputi ingatan, pemahaman dan penerapan masih memerlukan mata dan tangan.Untuk membantu hal tersebut dilakukan manipulasi-manipulasi obyek yang digunakan untuk belajar matematika yang lazim disebut alat peraga.

Berdasarkan keterangan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Dengan Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Menggunakan Alat Peraga

Pada Materi Himpunan Di Kelas VII SMPN 1 Siantar Narumonda”

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:

1. Rendahnya minat belajar siswa terhadap matematika di SMPN 1 Siantar Narumonda yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.

2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran masih kurang aktif, sehingga suasana kelas terlihat monoton.

3. Sekolah belum menggunakan model kooperatif secara maksimal. Sekolah hanya menggunakan metode diskusi kelompok.

4. Rendahnya pemahaman konsep materi mengenai materi himpunan.

1.3Batasan Masalah

(21)

7

banyak tipe kooperatif, maka peneliti membatasi penelitian dengan menggunakan model pembelajaran yang digunakan adalah model pemelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) dengan materi irisan himpunan dan gabungan

himpunan.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dibandingkan dengan tipe Student Teams Achievement Division (STAD) menggunakan alat peraga dalam mengajarkan materi himpunan di SMP Negeri 1 Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2014/2015?

1.5Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) menggunakan alat peraga dengan hasil belajar siswa

yang diajar dengan model pembelajaran kooperati tipe Student Teams Achievement Division (STAD) menggunakan alat peraga dalam mengajarkan

materi himpunan di SMP Negeri 1 Siantar Narumonda Tahun Ajaran 2014/2015.

1.6Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang berarti yaitu:

(22)

8

2. Bagi Pengelola sekolah, menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk menggunakan model pembelajaran dan alat peraga yang sesuai dalam meningkatkan hasil belajar siswa..

3. Bagi peneliti, menjadi masukan kepada peneliti sebagai calon guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS menggunakan alat peraga dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika.

(23)

66 BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka diperoleh kesimpulan, yaitu: secara statistik dengan menggunakan uji t disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yeng diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS menggunakan alat peraga dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan alat peraga di kelas VII SMP Negeri 1 Siantar Narumonda T.A. 2014.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah: 1. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe TPS sebaiknya dilakukan secara konsisten dan dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

2. Diharapkan Kepada calon peneliti berikutnya, disarankan untuk mengembangkan penelitian ini sehingga hasil penelitian dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan matematika

3. Bagi pihak terkait lainnya seperti pihak sekolah diharapkan untuk lebih memperhatikan kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan matematika dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

(24)

67

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2012). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, Rineka Cipta,.

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosdakaya.

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT.Grafindo Persada.

Asmin dan Abil Mansyur. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia

Uno, H.B. (2011). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara

Djamarah, S. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2006). Manajemen Berbasisi Sekolah, Jakarta: Depdiknas.

Djumanta, W. (2008). Matematika untuk Kelas VII. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Effendi, L. A. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Pascasarjana UPI, Vol. 13 No. 2 Oktober 2012, hal 1-12

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka setia.

Isjoni. (2011). Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Istarani. (2011). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Lie, A. (2010). Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperative Leraning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia

Mawaddah, R. (2012). Perbedaan Model Pembelajaran Koooperatif Tipe

Think-Pair-Share (TPS) Menggunakan Alat Peraga dengan Tanpa

(25)

68

Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ristiyadi,N.,(2011),http://nanangmatematikastema.blogspot.com/2011/05/alat-peraga-matematika-disusun-oleh.html, (tanggal diakses Januari.2015)

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sardiman, A.M. (2011).Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:Raja Grafindo

Siagian, F.K. (2012). Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dan Pembelajaran Konvensional pada Kelas VIII SMP YAPIM Namorambe T.A 2012/2013. .Skripsi, Tidak Diterbitkan.

Sinuhaji, D.J. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Komunikasi Matematika pada Materi Pertidaksamaan Linier Satu Variabel Kelas VII SMP Negeri 1 Pancur Batu T.A 2013/2014. Skripsi, Tidak Diterbitkan.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung :Tarsito.

Sudjana, N. 2005. Penilaian hasil proses belajar mengajar, Bandung : Rosdakarya

Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Surya, E. (2012). Upaya Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Dengan Strategi Konflik Kognitif. Jurnal Pendidikan Matematika.Jurnal Tematik: Universitas Negeri Medan, Vol 001 No 08, April 2012, ISSN1979-0633, hal 1-14

Suryosubroto.B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Gambar

Gambar 2.1 Irisan Himpunan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendiskripsikan proses pembelajaran matematika melalui metode berpikir reflektif yang dilakukan guru dan untuk mengetahui

(2) Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi antara lain: (a) pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran yang sudah

Masing-masing umur telur terdiri dari 30 butir telur tetas, yang digunakan untuk pengamatan berat telur, indeks bentuk telur, kedalaman kantung udara, ketebalan kerabang,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh independensi, komitmen organisasi, budaya organisasi, gaya kepemimpinan dan pemahaman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kebutuhan guru-guru PAUD akan inovasi model- model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak,

Landasan aksiologis (sumber nilai) sistem politik Indonesia adalah dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi “……maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan

Terkadang ada beberapa variabel yang tidak dapat diukur secara langsung pada bioproses maka diperlukan estimasi. Often, considerable delays are involved in

[r]