• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Oleh: Mardhatillah Aulia, S.Pd. : Teks Cerpen : Menyimpulkan Unsur-Unsur Pembangun Cerpen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Oleh: Mardhatillah Aulia, S.Pd. : Teks Cerpen : Menyimpulkan Unsur-Unsur Pembangun Cerpen"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Oleh: Mardhatillah Aulia, S.Pd.

Satuan Pendidikan : UPT SMP Negeri 03 Solok Selatan Kelas/ Semester : IX (Sembilan)/ 2 (dua)

Tema : Teks Cerpen

Sub Tema : Menyimpulkan Unsur-Unsur Pembangun Cerpen Pembelajaran ke : 3 (Tiga)

Alokasi waktu : 10 Menit

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah pembelajaran selesai, peserta didik diharapkan:

Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendukung dari teks cerita pendek yang dibaca.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN 1) Pendahuluan ( 2 menit)

a. Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa.

b. Guru mengecek kehadiran peserta didik.

c. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik.

d. Guru mengaitkan pembelajaran dengan pembelajaran sebelumnya.

2) Kegiatan Inti (6 menit)

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Guru dan peserta didik bertanya jawab tentang unsur-unsur pembangun cerpen.

c. Guru membagi siswa menjadi lima kelompok dan nama kelompok berdasarkan nama pengarang cerpen terkenal.

d. Guru membagikan lembar kerja kelompok kepada peserta didik.

e. Guru menjelaskan kerja masing-masing kelompok.

f. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya ke depan kelas dan kelompok lain menanggapinya.

g. Guru bersama peserta didik menyimpulkan diskusi.

(2)

3) Penutup (2 menit)

a) Guru bersama peserta didik menyimpulkan pembelajaran hari ini.

b) Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk menentukan unsur intrinsik cerpen ”Keadilan” karya Putu Wijaya.

c) Guru mengucapkan salam.

C. PENILAIAN PEMBELAJARAN

a) Penilaian sikap : Pengamatan dalam proses pembelajaran.

b) Penilaian pengetahuan : Berdasarkan lembar kerja siswa.

c) Penilaian Keterampilan : Berdasarkan unjuk kerja siswa dalam

menyampaikan pendapat dan memberikan tanggapan.

Padang Aro, Juni 2022

Mengetahui

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

MISRA YULIANA, S.E. , S.Pd. MARDHATILLAH AULIA, S.Pd.

NIP 196607112005012006 NIP 197108251997021002

(3)

Lampiran:

I. Bahan ajar/ Materi Ajar

A. Pengertian cerpen

Cerpen adalah cerita pendek, jenis karya sastra yang memaparkan kisah ataupun cerita tentang manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek.

Atau definisi cerpen yang lainnya yaitu merupakan karangan fiktif yang isinya sebagian kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh saja.

Cerpen adalah suatu kisah tentang kehidupan manusia dan tidak terjadi perubahan nasib pada pelakunya dalam kesatuan waktu yang pendek.

B. Unsur-Unsur Pembangun Cerpen B.1 Unsur Intrinsik

Unsur yang membangun dari dalam karya sastra.

Unsur intrinsik terdiri atas:

1) Tema

Gagasan sentral atau pokok permasalahan yang dikemukakan pengarang dalam karya sastra

Tema biasanya dapat langsung terlihat jelas di dalam cerita atau tersurat dan tidak langsung, dimana si pembaca harus teliti dan dapat menyimpulkan sendiri atau tersirat.

2) Amanat

Merupakan sebuah pesan dari seorang penulis atau pengarang cerita kepada pembaca agar pembaca dapat bertindak atau melakukan sesuatu.

Amanat dalam karya sastra bisa lebih dari satu.

3) Alur

Struktur rangkaian kejadian dalam cerita atau rangkaian peristiwa cerita (rentetan cerita)

(4)

a) Pengenalan

b) Peristiwa mulai bergerak c) Peristiwa mulai memuncak d) Puncak peristiwa

e) Peristiwa mulai menurun f) Penyelesaian

4) Penokohan

Cara pengarang menggambarkan tokoh dan watak tokoh dalam cerita A. Jenis tokoh:

a) Protagonis ialah tokoh yang mendukung jalannya cerita b) Antagonis ialah tokoh yang menentang jalannya cerita

c) Tritagonis ialah tokoh yang mendukun dan menentang jalannya cerita.

B. Penggambaran tokoh

a) Secara analitik: pengarang langsung memaparkan tentang watak dan karakter tokoh.

b) Secara dramatik: menggambarkan perwatakan yang tidak diceritakan langsung.

Tetapi secara:

a. pilihan nama tokoh

b. penggambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh lain, dan sebagainya

c. Melalui dialog antartokoh (seorang tokoh dengan tokoh lain)

5) Latar

Lingkungan tempat, waktu, dan suasana cerita

a. Latar tempat, latar tempat menunjukan lokasi atau tempat peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerpen. Biasanya tempat dalam cerpen disebutkan langsung dalam cerita atau dengan nama tertentu yang bisa berupa inisial.

b. Latar waktu, latar waktu menunjukan kapan terjadinya peritiwa atau kejadian yang diceritakan dalam sebuah cerpen. Dengan mengetahui kapan terjadinya, maka kita akan tahu waktu terjadinya.

c. Latar suasana, menunjukkan keadaan dalam cerpen.

(5)

6) Sudut Pandang Jenis sudut pandang:

1. Pengarang sebagai tokoh cerita: pengarang bercerita tentang keseluruhan peristiwa terutama yang menyangkut diri tokoh

2. Pengarang sebagi tokoh sampingan

Pengarang menceritakan peristiwa bertalian terutama dengan tokoh utama cerita

3. Pengarang sebagai orang ketiga (pengamat)

Pengarang berada di luar cerita sekaligus bertindak sebagai narator.

7) Gaya Bahasa

Bahasa yang digunakan pengarang dalam cerita

Bahasa sastra berbeda dengan bahasa pidato, surat kabar, dan buku pelajaran.

Bahasa sastra bersifat kreatif imajinatif, sedangkan bahasa komunikasi sehari- hari digolongkan ke dalam jenis informatif dan persuasif

B.2) Unsur ekstrinsik

Unsur yang membangun dari luar karya sastra.

Unsur ekstrinsik terdiri atas:

1) Latar Belakang Masyarakat

Latar belakang masyarakat yaitu suatu pengaruh dari kondisi latar belakang masyarakat terhadap terbentuknya sebuah jalan cerita.

Pemahaman tersebut dapat berupa pengkajian ideologi negara, kondisi politik, sosial masyarakat, sampai dengan kondisi ekonomi pada masyarakat itu sendiri atau berdasarkan nilai-nilai yang terdapat pada masyarakat.

2) Latar Belakang Pengarang

Latar belakang pengarang dapat meliputi pemahaman pengarang terhadap sejarah hidup serta sejarah hasil karangan yang telah dibuat sebelumnya.

A. Biografi

Biografi biasanya berisikan tentang riwayat hidup pengarang cerita

(6)

tersebut yang ditulis secara keseluruhan.

B. Kondisi Psikologis

Kondisi psikologis berisi tentang pemahaman kondisi mood ketika pengarang menulis kisah cerita tersebut.

3) Aliran Sastra

Aliran sastra seorang pengarang pastinya akan mengikuti suatu aliran sastra tertentu.

Hal tersebut sangatlah berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakai oleh pengarang dalam menciptakan sebuah kisah dalam cerpen tersebut.

C. Contoh cerpen

Keadilan Cerpen Putu Wijaya

Ada suatu masa, ada saat banyak pedagang es pudeng dari Jawa berkeliaran di Bali. Mereka memakai kostum yang menarik dengan topi-topi kerucut, gendongan es puter mereka desainnya cantik. Gelas-gelas kaca atau plastik ala koktail bergantungan dengan pudeng berwarna-warni. Kalau mereka lewat anak-anak selalu memburunya. Kadang-kadang tidak untuk membeli, tetapi untuk mengerumuninya. Pak Amat termasuk salah satu di antara anak-anak itu. Tanpa merasa malu, ia ikut berebutan untuk membeli es pudeng puter dan merasakan suasana cerianya. Bu Amat sampai malu melihat kelakuan suaminya seperti itu.

Pada suatu hari yang terik, sementara anak-anak di alun-alun menaikkan layangannya, tukang es pudeng itu lewat. Pak Sersan yang rumahnya di sudut alun-alun berteriak memanggil, anaknya merengek-rengek minta es pudeng. Waktu tukang es pudeng itu menuju ke sana, hampir semua anak-anak yang sedang main layangan menolehkan kepalanya. Yang punya duit langsung lari sambil menggulung tali layangannya. Tak terkecuali Pak Amat. Waktu itu ia sedang memperhatikan seorang juragan ayam sedang memandikan ayam-ayamnya. Amat meraba kantongnya, lalu merasakan ada uang di dalamnya. Ia langsung ikut berlari ke rumah Pak Sersan.

“Jangan ribut!” teriak Pak Sersan membentak anak-anak yang berdatangan itu, “Ada orang sakit di dalam!”

“Sabar…sabar…,” kata tukang es pudeng, “Satu per satu semuanya nanti dapat.”

“Aku dulu, aku dulu,” kata anak-anak sambil mengacungkan uangnya.

“Aku dulu,” teriak Pak Sersan marah, “pudengnya yang merah.”

Tukang pudeng agak panik, ia mengambil pudeng berwarna oren.

“Merah,” teriak Pak Sersan.

Tukang pudeng itu tambah gugup dan menyerahkan pudeng oren. Pak Sersan naik pitam, ia menolak koktail

(7)

berisi pudeng oren hingga jatuh. Anak-anak ketawa.

“Diam! Merah, kamu tahu nggak merah itu apa. Ini merah. Merah seperti matamu itu.” Anak-anak tertawa lagi.

Tukang es meraih satu gelas koktail lagi, tetapi sekali lagi ia salah. Ternyata ia meraih pudeng yang warna hijau.

Pak Sersan berteriak sekali lagi, “Merah….” Lalu ia mengambil koktail warna merah. Tukang es puter nampak ketakutan, ingin cepat-cepat menuangkan es puter ke atas koktail itu. Pak Sersan langsung menyambarnya dan masuk ke dalam rumah.

Anak-anak kemudian menyerbu tukang es pudeng sambil mengacungkan uang minta diladeni terlebih dahulu.

Pak Amat pun tidak mau ketinggalan. Ia meraih salah satu koktail dan mendorongkannya ke tukang es puter.

“Aku esnya dobel dong,” kata Pak Amat.

“Aku dulu, aku dulu,” teriak anak-anak menghalang-halangi Pak Amat. Tukang es puter kewalahan, ia meraih belnya lalu membunyikannya keras-keras. Tapi, akibatnya jelek sekali. Pintu rumah terkuak lebar. Pak Sersan muncul sambil mengacungkan pistolnya.

“Diam kalian. Aku sudah bilang ada orang sakit di dalam.”

“Bukan saya, Pak, anak ini…,” kata tukang es pudeng.

“Tapi kamu gara-garanya!” teriak Pak Sersan tidak mau dibantah.

“Bukan saya, Pak!”

Tiba-tiba Pak Sersan meletuskan pistolnya. Semua mendadak terdiam. Anak-anak ketakutan, tukang es pudeng pucat pasi. Pak Amat mencoba menetralisir keadaan sebelum menjadi runyam. Lalu ia memberanikan diri berbicara.

“Pak Sersan, maaf itu salah saya. Anak-anak itu protes karena saya minta didahulukan. Saya minta maaf, saya yang salah….”

Pak Sersan menggeleng dan menodongkan senjatanya ke tukang es itu.

“Tidak! B*ngs*t ini yang salah. Kalau dia tidak bawa es pudengnya keluar masuk kampung kita, anak-anak tidak akan punya kebiasaan beli es sampai sakit-sakit seperti anakku, yang walaupun sudah sakit masih teriak- teriak minta es, kalau terdengar klenengan-nya lewat. Dan, dia tahu sekali itu. Mingg*t! Sebelum aku tembak kamu. Aku sudah banyak tembak Portugis di Timtim, nambah satu tidak apa! Minggat!”

Pak Sersan lalu menutup pintu dan menguncinya tanpa membayar es yang dibelinya. Tukang es itu pucat pasi, mukanya tak berdarah. Pak Amat menunggu beberapa lama, kemudian berbisik: “Baiknya Bapak pergi sebelum

(8)

Pak Sersan keluar lagi.”

Tukang es itu terkejut seperti mendadak siuman. Ia memandangi Pak Amat lalu berkata: “Bapak yang beli es kemarin yang deket lapangan?”

“Ya.”

“Mana gelasnya, Bapak belum kembalikan. Itu harganya 50 ribu satu gelas, itu gelas kristal.”

Pak Amat terkejut, bengong. Tukang es mendekat dan menadahkan tangannya.

“Ayo bayar.”

Pak Amat merasa itu tidak lucu lagi. Ia merasa telah menyelamatkan nyawa orang itu, tapi orang itu malah menuntut. Pak Amat lalu melangkah, tapi orang itu tiba-tiba mengeluarkan celuritnya dan menyerang. Pak Amat masih sempat mengelak tapi tangannya terluka.

“Bayar!”

Pak Amat merasa sanggup menghajar orang itu meskipun usianya lebih tua. Semangat mati dalam pertempuran melawan penjajah tiba-tiba bangkit lagi. Tapi rasanya itu tidak sepadan dan tidak gaya untuk berhadapan dengan tuntutan keadilan hanya gara-gara tukang es yang kacau itu. Tanpa merasa takut sedikit pun, Pak Amat menaruh uang sepuluh ribu di atas salah satu gelas tukang es itu. Lalu, dengan perasaan hancur lebur, ia berbalik dan pergi. Siap menghajar kalau tukang es itu mencoba menyerangnya, tetapi tidak.

Sambil menahan air mata, Pak Amat berjalan pulang. Belum sampai satu abad merdeka citra anak bangsa terhadap keadilan sudah sangat berbeda-beda.

“Apa yang sedang terjadi dengan bangsaku ini,” bisik Pak Amat. (*)

(9)

II. Instrumen Penilaian A. Penilaian Sikap

Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Materi : Menyimpulkan unsur-unsur pembangun cerpen Tanggal Pengamatan : Juni 2022

Jumlah Siswa : 25 orang

Berilah tanda centang (√) pada kolom skor sesuai dengan kondisi sebenarnya.

No Kategori Pengamatan Skor dan

Indikator 1 2 3 4 1 Antusias siswa dalam apersepsi

2 Atensi siswa terhadap guru saat penyampaian materi 3 Keaktifan siswa dalam bertanya

4 Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan 5 Keaktifan siswa dalam memberikan tanggapan 6 Interaksi siswa dalam diskusi kelompok

7 Ketertiban siswa dalam mengikuti pembelajaran

8 Penampilan hasil kerja siswa dalam kelompok (presentasi) 9 Pengerjaan evaluasi hasil pembelajaran

Jumlah Persentase Kriteria

Keterangan penilaian:

1. Kurang 2. Cukup 3. Baik

4. Sangat Baik

Padang Aro, Juni 2022 Guru Mata Pelajaran

MARDHATILLAH AULIA, S.Pd.

NIP 197108251997021002

(10)

B. Penilaian Pengetahuan

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Materi : Menyimpulkan unsur-unsur pembangun cerpen Tanggal tugas : Juni 2022

Jumlah Siswa : 25 orang

(1) Tentukan unsur-unsur intrinsik dari cerpen “Anak Rajin dan Pohon Pengetahuan” di bawah ini!

Kerjakan secara berkelompok, dengan rincian:

1) Kelompok Idrus menentukan tema dan amanat.

2) Kelompok Danarto menentukan alur (plot).

3) Kelompok Budi Darma menentukan penokohan.

4) Kelompok A.A. Navis menentukan latar (setting)

5) Kelompok Putu Wijaya menentukan sudut pandang dan gaya bahasa.

Anak Rajin dan Pohon Pengetahuan Oleh: Glory Gracia Chirstabelle

Pada suatu waktu, hiduplah seorang anak yang rajin belajar. Namanya Mogu. Usianya 7 tahun. Sehari- hari ia berladang. Juga mencari kayu bakar di hutan. Hidupnya sebatang kara. Mogu amat rajin membaca. Semua buku habis dilahpnya. Ia rindu akan pengetahuan.

Suatu hari ia tersesat di hutan. Hari sudah mulai gelap. Akhirnya, Mogu memutuskan untuk bermalam di hutan. Ia bersandar di pohon dan jatuh tertidur.

Dalam tidurnya, samar-samar Mogu mendengar suara memanggilnya. Mula-mula ia berpikir bahwa itu hanya mimpi. Namun, di saat ia terbangun, suara itu terus memanggilnya. "Anak muda bangunlah!

Siapakah engkau? Mengapa kau ada disini?" Mogu amat bingung. Dari mana suara itu berasal? Ia mencoba melihat di sekeliling. "Aku disini. Aku pohon yang kau sandari!" ujar suara itu lagi.

Seketika Mogu menengok. Alangkah terkejutngya ia! Pohon yang di sandarinya ternyata memiliki wajah di batangnya.

"Jangan takut! Aku bukan makhluk jahat. Aku Tule, pohon pengetahuan. Nah, perkenalkan dirimu," ujar Pohon itu lagi lembut.

(11)

"Aku Mogu. Pencari kayu bakar. Aku tersesat, aku terpaksa bermalam disini, jawab Mogu takut-takut.

"Nak, apakah kau tertarik pada ilmu pengetahuan? Apa kau bisa menyebut kegunaannya bagimu?" tanya Pohon itu.

"Oh, ya ya, aku sangat tertarik pada ilmu pengetahuan. Aku menjadi tahu banyak hal. Aku tak mudah dibodohi dan pengetahuanku kelak akan sangat berguna bagi siapa saja. Sayangnya, sumber pengetahuan di desaku amat sedikit. Sedangkan, kalau harus ke kota akan membutuhkan biaya yang besar. Aku ingin sekali menambah ilmuku tapi tak tau harus bagaimana caranya".

"Dengarlah, Nak. Aku adalah pohon pengetahuan. Banyak sekali orang mencariku, tetapi tak berhasil menemukanku. Hanya orang yang berjiwa bersih dan betul - betul haus akan pengetahuan yang dapat menemukanku. Kau telah lolos dari persyaratan itu. Aku akan mengajarimu berbagai pengetahuan. Bersediakah kau?" tanya si pohon lagi. Mendengar hal itu Mogu sangat girang.

Sejak hari itu Mogu belajar pada pohon pengetahuan. Hari-hari berlalu dengan cepat. Mogu tumbuh menjadi pemuda yang tampan. Pengetahuannya amat luas. Suatu pohon itu berkata, "Mogu, kini pergilah mengembara. Carilah pengalaman yang banyak. Gunakanlah pengetahuan yang kau miliki untuk membantumu. Jika ada kesulitan, kau boleh datang padaku".

Mogu pun mengembara ke desa - desa. Ia memakai pengetahuan untuk membantu orang.

Memperbaiki irigasi, mengajar anak-anak membaca dan menulis. Akhirnya, Mogu tiba di ibu kota. Di sana ia mengikuti ujian negara. Mogu berhasil lulus dengan peringkat terbaik sepanjang abad. Raja amat kagum akan kepintarannya.

Namun, ada pejabat lama yang iri terhadapnya. Pejabat Monda ini tidak senang Mogu mendapat perhatian lebih dari raja. Maka ia mencari siasat supaya Mogu tampak bodoh di hadapan raja. "Tuan, Mogu. Hari ini hamba ingin mengajukan pertanyaan. Anda harus dapat menjawabnya sekarang juga di hadapan baginda,” kata penjabat Monda.

"Silahkan Tuan Monda. Hamba mendengarkan," jawab Mogu. "Berapakah ukuran tinggi tubuhku?" tanyanya.

"Kalau hamba tak salah, tinggi badan Anda sama panjang dengan ujung jari anda yang kiri sampai ujung jari Anda yang kanan bila dirintangkan," jawab Mogu tersenyum. Pejabat Monda dan raja tidak percaya. Mereka menyuruh seseorang mengukurnya. Ternyata jawaban Mogu benar. Raja kagum dibuatnya.

Pejabat Monda sangat kesal, tetapi ia belum menyerah. "Tuan Mogu. Buatlah api tanpa menggunakan pemantik api".

(12)

Dengan tenang Mogu mengeluarkan kaca cembung, lalu mengumpulkan setumpuk daun kering.

Ia membuat api, menggunakan kaca yang dipantul-pantulkan ke sinar matahari. Tak lama kemudian daun kering itu pun terbakar api. Raja semakin kagum. Sementara itu, Tuan Monda semakin kesal.

"Luar biasa! Baiklah, aku punya satu pertanyaan untukmu. Aku pernah mendengar tentang pohon pengetahuan. Jika pengetahuanmu luas, kamu pasti tau dimana letak pohon itu. Bawalah aku kesana," ujar Raja.

Mogu sangat ragu. Setelah berpikir sejenak, "Hamba tahu, Baginda. Tapi tidak boleh sembarangan orang boleh menemuinya. Sebenarnya, pohon itu adalah guru hamba. Hamba bersedia mengantarkan Baginda. Tapi kita berdua saja dengan berpakaian rakyat biasa. Setelah bertemu dengannya, berjanjilah kalau tidak akan memberitahukan pada siapapun," ujar Mogu serius.

Raja menyanggupi. Setelah menempuh perjalanan jauh, sampailah mereka di tempat tujuan.

"Salam Baginda. Ada keperluan apa hingga Baginda datang menemui hamba?" sapa pohon dengan tenang.

"Aku ingin menjadi muridmu juga. Aku ingin menjadi raja yang paling bijaksana," kata Raja kepada pohon pengetahuan.

"Anda sudah bijaksana. Dengarkalah suara hati rakyat. Pahamilah perasaan mereka.

Lakukanlah yang terbaik untuk rakyat anda. Janganlah mudah berprasangka. Selebihannya, muridku akan membantumu. Waktuku sudah hampir habis. Sayang sekali pertemuan kita begitu singkat,' ujar pohon pengetahuan seolah tahu ajalnya sudah dekat.

Tiba-tiba Monda menyerukan bersama sejumlah pasukan. "Kau harus ajarkan aku!" teriaknya pada pohon pengetahuan.

"Tidak bisa. Kau tak punya hati yang bersih".

Jawaban pohon itu membuat Monda marah. Ia memerintahkan pasukannya untuk membakar pohon pengetahuan. Raja dan Mogu berusaha menghalangi, tetapi mereka kewalahan. Walau berhasil menghancurkan pohon pengetahuan, Monda dan pengikutnya tak luput dari hukuman. Bertahun - tahun kemudian raja mengangkat sebagai raja baru.

(2) Tentukan unsur-unsur instrinsik cerpen “Keadilan” karya Putu Wijaya.

(13)

Penskoran Soal

Nomor Penyelesaian/KunciJawaban Skor

1 Siswa dapat menuliskan jawaban dengan ,lengkap dan benar.

2 Siswa dapat menuliskan jawaban dengan baik dan benar, tetapi kurang lengkap.

3 Siswa dapat menuliskan jawaban tetapi salah sebagian besar.

4 Siswa tidak dapat menjawab dengan benar

Skor maksimum 4

Kriteria yang Dinilai/

Alternatif Pertanyaan Skor Maksimal

Siswa dapat menuliskan jawaban dengan, lengkap dan benar. 4 Siswa dapat menuliskan jawaban dengan baik dan benar, tetapi kurang

lengkap. 3

Siswa dapat menuliskan jawaban tetapi salah sebagian besar. 2

Siswa tidak dapat menjawab dengan benar 1

Padang Aro, Juni 2022 Guru Mata Pelajaran

MARDHATILLAH AULIA, S.Pd.

NIP 197108251997021002

(14)

C. Penilaian Keterampilan

Lembar Kegiatan Siswa

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Materi : Menyimpulkan unsur-unsur pembangun cerpen Tanggal Pengamatan : Juni 2022

Jumlah Siswa : 25 orang

Berilah nilai (angka) pada kolom skor.

No Kategori Penilaian Skor dan

Indikator 1 2 3 4 1 Keterampilan siswa dalam bertanya

2 Keterampilan siswa dalam menjawab pertanyaan 3 Keterampilan siswa dalam memberikan pendapat 4 Keterampilan siswa dalam memberikan tanggapan 5 Interaksi siswa dalam diskusi kelompok

6 Penampilan hasil kerja siswa dalam kelompok (presentasi) Jumlah

Persentase Kriteria

Keterangan penilaian :

1. Nilai 60 - 70 2. Nilai 71 - 80 3. Nilai 81 - 90 4. Nilai 91 - 100

Padang Aro, Juni 2022 Guru Mata Pelajaran

MARDHATILLAH AULIA, S.Pd.

NIP 197108251997021002

(15)
(16)

Referensi

Dokumen terkait

Saudara Loisa Wijaya Berhubungan ada tugas yang mendadak, saya tidak dapat hadir sebagai juri untuk Pemilihan Pelajar Teladan Senin, 9 November 2009 pukul 08.00 di

Memberikan informasi promosi yang ada pada waktu tertentu dan tampilan yang berbeda untuk melihat menu makanan pada restoran “Tea Addict”, sehingga memudahkan

Peserta didik Menyimpulkan unsur- unsur pembangun karya sastra cerpen dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar.. Guru membuka

Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatann saintifik, dengan model saintifik peserta didik dapat menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek, menelaah teks

Dengan menggunakan metode diskusi kelompok peserta didik dapat mengonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen dengan sikap aktif,

Mendata unsur pembangun karya sastra yang terdapat dalam teks cerpen yang dibaca dengan bukti yang mendukung Menyimpulkan unsur-unsur pembangun karya sastra dengan

Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya serta mengajukan pertanyaan untuk

keselarasan telah tercapai antara data output dari simulasi dengan data sejarah produksi, maka model tersebut dinggap telah valid karena sudah dapat menggambarkan profil dari