• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Melalui Litigasi Dan Non Litigasi Di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Melalui Litigasi Dan Non Litigasi Di Medan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

143

Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Melalui Litigasi Dan Non Litigasi Di Medan

Fajriawati

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara E-mail: fajriawati@umsu.ac.id

Abstrak

Undang-undang tentang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008 telah memberikan kompetensi atau kewenangan kepada pengadilan di lingkungan peradilan umum dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah telah mereduksi kompetensi absolut peradilan agama, dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 sangat jelasdisebutkan bahwa peradilan agama mempunyai kompetensi absolut di bidang ekonomi syariah, termasuk di dalamnya mengenai bank syariah. Salah satu ketentuan yang diatur dalam UU No 21 Tahun 2008 adalah Pasal 55 Ayat (1) yang mengatur tentang tempat penyelesaian sengketa perbankan syariah. Pasal itu menyebutkan “Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama”. Namun, ketentuan ayat (2) dan ayat (3) pasal tersebut membuka peluang penyelesaian sengketa di tempat lain.

Syaratnya tempat penyelesaiannya telah diperjanjikan oleh para pihak sebelumnya dalam akad. Dengan kehadiran undang-undang Perbankan Syariah kompetensi pengadilan dalam menangani persolan sengketa perbankan syariah bukan hanya menjadi kewenangan pengadilan agama, akan tetapi pengadilan umumpun mempunyai kewenangan yang sama untuk menangani perkara sengketa perbankan syariah

Kata Kunci:

Manajemen Stres, Kepemimpinan dan Kinerja

How to cite:

Fajriawati, F(2022), “Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Melalui Litigasi Dan Non Litigasi Di Medan, Vol 2(3),143-148.

PENDAHULUAN

Penyelasaian sengketa atau konflik antara masyarakat cenderung banyak melakukan melalui konvensional adapun peyelesaian melalui jalur litigasi ( pengadilan ), dalam penyelesaian konflik ini melalui jalur pengadilan banyak menimbulkan kesan kurang baik bagi para pihak, karena untuk mencapai keputusan yang final dari lemabaga pengadilan para pihak sengketa menuntut untuk benar-benar bertarung di tangan hakim sehingga akan ditentukan siapa yang menjadi pemenang dalam pertaungan atau pertandinga dalam menyelesaikan sengketa. Dalam penyelesai sengketa dipengadilan banyak kelemahan yang melekat pada badan pengedilan dalam menyelesaikan sengketa, diambil kelemahan yang dapat diperbaiki atau tidak maka banyak kalangan yang ingin mencari cara lain atau intitusi untuk menyelesaiakan sengketa diluar badan- badan pengadilan melalui alterlatif penyelesaian sengketa. Suyud Margono mengatakan bahwa proses sengketa terjadi karena tidak adanya titik temu antara pihak-pihak yang bersengketa. Secara potensial dua pihak yang mempunyai pendirian / pendapat yang berbeda dapat beranjak ke situasi sengketa secara umum orang tidak akan mengutarakan pendapat yang mengakibatkan konflik terbuka. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan timbulnya konsekuensinya yang tidak menyenangkan

(2)

144 dimana seorang pribadi atau wakil kelompoknya) harus menghadapi situasi rumit yang mengundang ketidak tentuan sehingga dapat mempengaruhi kedudukannya. Konflik berlanjut kepada sengketa hukum merupakan rangkaian yang terjadi pada umumnya. Salah satu fungsi hukum adalah untuk menyelesaikan konflik di dalam masyarakat. Perselisihan atau sengketa ekonomi merupakan ranah sengketa dalam kegiatan bisnis atau perdagangan. Sengketa ekonomi dapat terjadi sebelum maupun perjanjian disepakati misalnya perjanjian, harga barang dan isi perjanjian ( akad). Timbulnya bentuk-bentuk sengketa ekonomi atau konflik pada umumnya disebabkan oleh berbagai factor.

Penyelesaian sengketa adanya perlakuan wanprestasi atau ingkar janji dapat terjadi dalam bentuk:

a. Tidak melakukan apa yang disangupi akan dilakukannya.

b. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tapi tidak sebagimana yangdi janjikannya c. Melakukan apa yang dijanjikanntapi terlambat

d. Melakukan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukan.

Presiden BJ Habibi telah mengundang-undang nomor 30 tahun 1999 tentang arbitrase dan alternative penyelesaian sengketa. Dan Undang-Undang tersebut ditujukan untuk mengatur penyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan memberikan kemungkinan dan hak bagi para pihak yang bersengketa untuk kenyelesaikan persengketaan atau perselisihan atau perbedaan pendapat diantara para pihak dalam forum yang lebih sesuai denga maksud para pihak suatu forum diharapkan mengakomudir kepentingan para pihak yang bersengketa.

Penyelesaian sengketa atau konflik pada saat ini udah beralih ke perselesaian mengunakan non litigasi atau diluar pengadilan yang disebut dengan alternative Dispute Resolusion ( ADR). Di luar Negeri di Amerika dan Australia hamper 90 Persen peselisihan sengketa diselesaikan non litigasi (diluar pengadilan) terutama dikalangan pengusaha atau usahawan. Penyelesaian sengketa di Indonesia melalui lembaga ini sudah mulai tanpak terutama dikalangan pengusaha walaupun frekuensinya masih sangat sedikit. Penyelesaian sengketa dapat ditempuh dalam langkah- langah yang timbul untuk menyelesaikan perselisihan tersebut secara litigasi dan secara nonlitigasi dan pada jalur litigasi paradilan pasca diundangkanya UU No 3 tahun 2006 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang peradilan Agama. UU no 3 Tahun 2006 badan peradilan yang berwenang menagani perkara ekonomi adalah Peradilan Agama. Penyelesaian sengekta melaui jalur non litigasi yang pada saat ini yang paling umum adalah Negosiasi, mediasi, konsiliasi, arbitrase.Kekuatan hukum arbitrase dalam penyelesaian sengketa dapat dilihat dalam Undang-Undang No.30 Tahun 1999 dijelaskan bahwa arbitrase bewenag menyelesaikan sengketa perdata jika ada perjanjian tertulis yang dibuat anta para pihak.

Dalam pasal 1 ayat (10) menyatakan bahwa alternative penyelesaian sengketa dapat melalui jalur negosiasi, mediasi, konsultasi, konsiliasi atau penilaian ahli.

A. Penyelesaian melalui Peradilan ( litigasi)

Penyelsaian sengekta merupakan kompetensi dan kewenangan Pengadilan Agama yamg didasarkan pada penjelasan poin (1) pasal 49 Undang- undang Nomor 3 tahun 2006 tentang perubahan Perundang- undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama serta ditegaskan kembali dalam Pasal 55 ayat ( 1) Undang- Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mengatakan Apabila apabila terjadi sengketa di bidang perbankan maka penyelesaian sengketa diajukan ke pengadilan Agama.dalam Hal ini Pengadilan Agama mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima, mengadili dan menyelesaikannya.

(3)

145 Hakim selalu dituntut untuk menagani setiap perkara sebelumnya perkara tersebut secara cermat untuk mengetahui subtansinya. Berkaitan dengan hal tersebut dalam hal memeriksa perkara sengketa , khususnya perkara perbankan syraiah dala hal in dapat diperhatikan anatara lain: Pertama pastikan dulu perkara tersebut bukan perkara perjanjian yang mengandung klausula arbitrase. Kedua. Pelajari secara cermat perjanjian ( akad) yang akan mendasari kerjasama antar para pihak.

Adapun prosedur penyelesaian sengketa di Pengadilan Agama adalah antara lain:

Subyek Hukum dalam sengketa Ekonomi Syariah

Subjek hukum adalah setiap pihak sebagai pebdukung ghak dan kewajiban dengan kata lain menpunyai hak dan kewajiban. Dari defenisi tersebut subjek hukum sebagai pelaku yang tekait dengan proses sengketa perbankan syariah adalah pihak- pihak tersebut yang terkait dalam perbankan syariah yang melakukan tindakan hukum yaitu perjanjian (akad) syraiah dan kemudian pihak- pihak tersebut terkait dengan hasil tindakan tersebut bisa perseorangan maupun berupa lembaga.Pada dasarnya subjek hukum yang ada dalam perbankan syrioah tidak mengatur tentang spesifikasi atau kreteria beragamannya akan tetapi hanya mengatur mengenai dasar operasionalnya yaitu denga prinsip syariah, sehingga dapat dikatakan bahwa setiap orang atau badan ukum boleh melakukan akad perbankan syriah sesuai dengan kehendak aytau keinginan atau kesepakatan baik berguna untuk yang beragama islam maupun ayang berguna untuk non muslim. Seorang atau badan hukum yang dilakukan kegiatan perbankan syriah dengan sendirinya ia menyatakan menundukkan diri dengan usaha dan kegitan perbankan syraiah yang mengunakan prinsip syriah. Oleh karena itu ketika terjadi sengeketa, baik orang atau badan hukum tersebut beragama islam akan tetapi telah menundukan diri dengan agama islam maupun secara formil telah beragama islam, badan hukum atau perorangan tesebut termasuk dalam katagori yang termasuk dala pasal 2 dan pasal 49 UUPA dan mereka dapat mencari keadilan dan menyelesaikan sengeketa melalui Pengadilan Agama.

Tata cara pengajuan terhadap sengketa ekonomi syariah di pengadilan

Petraturan Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 2016 memberikan dua kemungkinan penaganan perkara ekonomi Syariah dengan cara sederhana memacu kepada Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2015 tentang tata cara gugatan sederhana atau bisa dikenal dengan istilah Small claim court penaganan perkara ekonomi syariah dengan cara biasa tetap memacu pada peraturan perundang- undangan yang berlaku. Adapun ketentuan- ketentuan penanganan perkara ekonomi syariah secara sederhana diantara nya adanya nilai gugatan materil paling banyak Rp 200 juta para pihak berdomisili di wilayah hukum yang sama, penggugat dan tergugat tidak boleh lebih dari satu alamat tergugat harus diketahui, pendaftaran perkara mengunakan banko gugatan , pengajuan bukti-bukti harus bersamaan dengan pendaftaran perkara, penujukan hakim dan panitra sidang paling lama 2 hari tunggal adanya pemeriksaan pendahuluan tidak ada mediasi, penggugat dan tergugat wajib hadir tanpa didampingi kuasa hukum, gugatan dinyatakan gugur apabila penggugat pada siding pertama tidak hadir tanpa alasan yang sah dalam proses pemeriksaan hanya ada gugatan dan jawaban waktu penyelesaian perkara 25 hari sejek siding pertama: penyampaian putusan paling lama 2 hari setelah putusan diucapkan tidak ada upaya banding maupun kasasi yang ada uapaya hukum pengajuan keberatan yang diajukan 7 hari setelah putusan di ucapkan atau setelah pemeberitahuan putusan. Kewangan relative atau untuk menentukan Pengadilan Agama Mana yang berwenang menagani sengeketa perbankan yang terjadi tersebut dapat digunakan dengan dua cara: pertama , gugatan tersebut dapat diajukan kepengadilan Agama

(4)

146 yang mewilayahi tempat tinggal atau kediaman penggugat atau kedua, gugatan tersebut dapat diajukan kepengadilan agama yang di wilayah temapat tinggal atau tempat kediaman tergugat. Jika tergugat lebih dari satu orang atau beberapa orang tergugat maka gugatan dapat diajukan kepengadilan Agama tempat tinggal tergugat yang terutang utama.

Dalam membuat surat gugatan, para pihak harus memenuhi ketentuanketentuan syarat formil gugatan, sehingga memenuhi formulasi gugatan yang jelas. Gugatan bisa diajukan baik secara tertulis maupun secara lisan.

Syarat formil tersebut adalah sebagai berikut : a. Identitas para pihak

Identitas pihak- pihak menurut nama berikut gekar atau alias atau julukan. Bin/ bintinya umur, agama, pekerjaan tempat tinggal terakhir dan sytatus sebagai penggugat/ tergugat.

Kumulasi subjektif, penggungat 1, penggugat 2 dan seterusnya kalau ada pemberian kuasa di cantumkan identitas pemegang kuasa.

b. Fundamentum petendi

berarti dasar gugatan atau dasar tuntutan (grondslag van de lis). Dalam praktik peradilan terdapat beberapa istilah yang akrab digunakan, yaitu : positum atau posita gugatan, dan dalam bahasa Indonesia disebut dalil gugatan. Posita atau dalil gugatan merupakan landasan pemeriksaan dan penyelesaian perkara. Pemeriksaan dan penyelesaian tidak boleh menyimpang dari dalil gugatan. Mengenai peumusan posita terdapat dua teori.

1) Subsatantierings theorie yang mengajarkan, dalil gugatan tidak cukup hanya merumuskan peristiwa hukum yang menjadi dasar tuntutan tapi juga harus menjelaskan fakta- fakta yang mendahului peristiwa hukum yang menjadi penyebab timbulnya peristiwa hukum tersebut.

2) Teori Individualisasi ( Individualiseing theorie) yang menjelaskan peristiwa atau kejadian hukum yang dikemukakan dalam gugatan harus dengan jelas memperlihatkan hubungan hukum yang menjadi dasar tuntutan.

Teori kedua ini dalam rumusan gugatan untuk menghindari terjadinya perumusan

dalil gugatan yang kabur atau obscuur libel atau gugatan yang gelap.

c. Petitum Gugatan

Pentintum adalah pokok tuntunan gugatan yang diajukan didasakan pada dalil- dali gugatan (posita) dengan kata lain antara petitum dan posita harus berkesesuaian (sinkron) tidak boleh antara pentitum dan posita tidak serasi apalagi sampai bertolak belakang

METODE

Penelitian ini mengunakan metode Penelitaian kualitatif pendekatan normatitif atau doctrinal research. Berdasarkan bidang kajian adanya termasuk penelitian hukum normatief dengan tujuan untuk memecahkan isu hukum dan memberikan apa sebenarnya sumber- sumber hukum dalam penelitian ini penulis mengunakan antara lain: a. Bahan Hukum Primer yaitu peraturan perundang- undangan yang mengatur mengenai Arbitrase di Indonesia yaitu Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa. b. bahan sekunder yaitu bahan hukum yang menberikan penjelasan mengenai bahan primer.c.bahan non hukum yaitu bahan di luar bidang ilmu hukum untuk memperkaya wawasan dan membantu dalam memahami persoalan hukum dalam penelitian ini.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis atau tipe penelitian hukum non doctrinal/ yuridis sosiologis. Pendekatan ini di pilih mengikat dalam mencapai tujuan peneletitian ini tidak saja hanya berpijak pada ketentuan hukum asaja namun dapat factor- factor sossiologis yang perlu juga mendapatkan perhatian seperti fenomena sossial yang terkait dengan penyelesaian sengketa perbankan syriah yang terjadi di wilayah propinsi Sumatera Barat tepatnya di kota padang. Metode pengumpulan data dilakukan melalui

(5)

147 wawancara, kuesionair, dan studi literatur. Data yang dikumpulkan meliputi data primer maupun data sekunder. Data hasil penelitian baik itu, data primer maupun data sekunder akan dianalisis secara kualitatifkemudian diidentifikasi serta dilakukan kategorisasi. Dari hasil analisis tersebut kemudian akan ditarik kesimpulan sebagaijawaban atas permasalahan yang ada. Untuk analisis terhadap penelitian ini penulis mengunakan metode pendekatanya adalah Undang- undang ( Statutory Approach) yaitu melakukan kajian terhadap ketentuan perundangan yang relevan dengan isu yang berkembang saat ini yang perlu di bahas dalam penelitian ini.

PEMBAHASAN

Peraturan Perundang- Undangan Dalam Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sejak tanggal 30 Maret 2006 telah memberikan payung hukum bagi penerapan Ekonomi Syariah di Indonesiadan sengketa bidang perbankan syariah menjadi kewenangan lingkungan Peradilan Agama, sengketa bidang perbankan syariah menjadi kewenangan lingkungan Peradilan Agama sebagaimana diatur dalam Pasal 49 Undang-undang Nomor3 Tahun 2006 junto Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, yang menyatakan bahwa Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang : a. Perkawinan, b. waris, c. wasiat, d. Hibah, e.

wakaf, f. Zakat, g. Infak, h. Sedekah, dan i. Ekonomi Syariah.Menurut penjelasan Pasal 49 huruf I Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 junto Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, yang dimaksud undang-undang dengan ekonomi syariah adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah antara lain meliputi bank syariah, sehingga dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bank syariah merupakan salah satu bidang ekonomi syariah yang masuk kedalam kewenangan absolut dilingkungan pengadilan Agama. Penjelasan Pasal 55 ayat (2) menyebutkan yang dimaksud dengan “penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi akad” adalah upaya sebagai berikut :a.Musyawarah,b.Mediasi perbankan,c.Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau lembaga arbitrase lain ; dan ataud.Melalui pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.

Berdasarkan ketentuan Pasal 55 tersebut maka penyelesaian sengketa terkait kegiatan ekonomi perbankan syariah diselesaikan dengan dua cara, yatu melalui cara litigasi dan cara non litigasi. Adanya pilihan forum (choice of forum) yang dimungkinkan untuk penyelesaian sengketa dalam Pasal 55 ayat (2), dan (3) undang- undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah Dengan pertumbuhan dan perkembangan kegiatan ekonomi syariah, maka peluang terjadinya sengketa, konflik antara pelaku ekonomi syariah juga semakin besar. Suatu sengketa bermula dari perselisihan paham yang kemudian berlarut-larut tidak terselesaikan antara para subjek hukum yang sebelumnya telah mengadakan hubungan hukum perjanjian, sehingga pelaksanaan hak dan kewajiban yang ditimbulkannya berjalan tidak harmonis.

Penyelesaian sengketa ekonomi secara litigasi di pengadilan merupakan tindakan ultimum remedium melalui lingkungan peradilan yang berwenang . Ultimum Remediumberupa tindakan terakhir yang dapat ditempuh apabila tidak diperoleh upaya penyelesaian secara kekeluargaan. Bertolak dari hal tersebut jelas cakupannya sangat luas, guna mencegah luasnya cakupan tersebut dan untuk memudahkan pembahasan maka permasalahan dalam penelitian ini mengenai penegakan hukum penyelesaian segketa perbankan syariah

.

(6)

148 KESIMPULAN

Undang-undang tentang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008 telah memberikan kompetensi atau kewenangan kepada pengadilan di lingkungan peradilan umum dalam penyelesaian sengketa perbankan syariah telah mereduksi kompetensi absolut peradilan agama, dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 sangat jelasdisebutkan bahwa peradilan agama mempunyai kompetensi absolut di bidang ekonomi syariah, termasuk di dalamnya mengenai bank syariah. Salah satu ketentuan yang diatur dalam UU No 21 Tahun 2008 adalah Pasal 55 Ayat (1) yang mengatur tentang tempat penyelesaian sengketa perbankan syariah.

Pasal itu menyebutkan “Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama”. Namun, ketentuan ayat (2) dan ayat (3) pasal tersebut membuka peluangpenyelesaian sengketa di tempat lain. Syaratnya tempat penyelesaiannya telah diperjanjikan oleh para pihak sebelumnya dalam akad. Dengan kehadiran undang- undang Perbankan Syariah kompetensi pengadilan dalam menangani persolan sengketa perbankan syariah bukan hanya menjadi kewenangan pengadilan agama, akan tetapi pengadilan umumpun mempunyai kewenangan yang sama untuk menangani perkara sengketa perbankan syariah

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, 2008. Bank dan lembaga keuangan lainya. Edisi Revisi Jakarta: PT.Raja Grafindo Prasada,

M.Bahasaan 2007. Hukum Jaminan dan jaminan kredit perbankan Indonesia Jakrta: PT Raja Grafindo Persada).

Yusna Zaidah,2015 Penyelesaian Sengketa Melalui Peradilan dan Arbitrase Syariah di Indonesia ( Cet II: Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Basuki Rekso Wibowo, Prinsip-Prinsip Dasar Arbitrase sebagai Alternatif penyelesaian Sengketa Dagang diIndonesia ( tulisan dalam Humaniora)

Sarwono, Hukum Acara Perdata (Jakarta: Sinar Grafika, 2011). 64. Berdasarkan Pasal 118 ayat (2) HIR, pengecualian ini juga dapat disimpangi apabila di dalam perjanjian telah ditentukan oleh para pihak yang sedang berperkara tentang domisilinya atau Pengadilan mana yang berhak menangani perkara para pihak

Munir fuady,2005 Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung:

Citra Aditiya Bakti

Sayud Margono, 2000. ADR dan arbitrase- proses pengembngan dan aspek Hukum .Ghalia Indonesia.Jakarta

Saliman Abdul Rasyid, 2005 Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan contoh Kasus, Jakrta: Kencana Prenada media gruap.

Gunawan wijaya . 2001 Seri Hukum Bisnis : Alternatif Penyelesaian Sengketa: Jakarta: Raja Grapindo Persada

Joni Emerson,2001 Alternatif Penyelesaian sengketa di Luar pengadilan, Negosiasi, mediasi, konsialiasi dan arbitrasi,Garamedia Pusaka

Nasikhin,,2010.Perbankan Syariah dan System Penyelesaian Sengketa

Mardani, 2011 Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia ( Bandung, refika aditama) Emirzon Joni, 2008, Hukum Bisnis Indonesia ( Jakarta: CV. Literata Lintas Media)

Referensi

Dokumen terkait

a) Game akan memaparkan cerita dan peristiwa pelaksanaan Sumpah Palapa secara kronologis dalam bentuk leveling , agar pengguna dapat mengetahui dan memahami

Saat ini warga binaan juga telah mampu memutar keuangan hasil berjualan produk jamur segar, mereka mampu membeli sendiri bibit jamur dari hasil penjualan mereka,

Kompensasi, kedisiplinan, dan komunikasi karyawan honor secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai honor Kantor Dinas

Meskipun sudah ada penelitian di SDIT Nur Hidayah Surakarta, bahkan penelitiannya juga bersinggungan dengan proses pembelajaran al- Qur‟an, namun penelitian yang

Setelah pemilihan tema yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik penggunaan media pembelajaran juga sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran tematik integratif karena

2. Seseorang yang mengalami mobilitas sosial dengan status dan peranan yang tetap maka orang tersebut mengalami .... Mobilitas sosial vertikal turun c. Mobilitas sosial horizontal

Maka dari itu adanya tujuan lain dalam penamaan ini disamping sebagai penanda (penetapan) surat, tidak sama dengan perkataan al-Ra>zi> pada ملا, karena di dalamnya

Dari kendala-kendala yang dihadapi dalam membentuk rasa nasionalisme Dari kendala-kendala yang dihadapi dalam membentuk rasa nasionalisme siswa di SMK Negeri 1 Sukasada,