• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN POTENSI EKSTRAK DAUN PEPAYA(Carica papaya L) TERHADAP IMMUNITAS NON SPESIFIK UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) Skripsi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN POTENSI EKSTRAK DAUN PEPAYA(Carica papaya L) TERHADAP IMMUNITAS NON SPESIFIK UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) Skripsi."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

i KAJIAN POTENSI EKSTRAK DAUN PEPAYA(Carica papaya L)

TERHADAP IMMUNITAS NON SPESIFIK UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

Skripsi

Oleh

MONA MONICA

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2017

(2)

iii The Study Of The Potential Papaya Leaf Extract (Carica Papaya L) Agninst

Non Specific Immunity Of Vannamei Shirmp (Vannamei Shirmp) Oleh

Mona Monica1, Wardiyanto2, Oktora S2 Email :monamonica321@gmail.com

ABSTRACK

In the activity of cultivating shrimp there are some obstacles that must be faced such as diseases attack. This research was aimed to study the effect of papaya leaf extract on the non specific immunity of vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei). This research was carried out in July-August which applied with 4 treatments, treatment A (0 mg/l papaya leaf extract), B ( 10 mg/l papaya leaf extract), C (20 mg/l papaya leaf extract), and D (30 mg/l papaya leaf extract). The parameters of this research were total hemocyte count, phagocytosis activity, and phagocytosis index. The result showed that papaya leaf extract as immunostimulant can improve the immune response of vannamei shrimp, and the best concentration is 30 mg/l.

Keyword : vannamei shirmp, papaya leaf extract, diseases, immunostimulant, non specific immune response

1Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

2Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Alamat Korespondensi: Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145

(3)

iv KAJIAN POTENSI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L)

TERHADAP IMMUNITAS NON SPESIFIK UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

Oleh

Mona Monica1, Wardiyanto2, Oktora S2 Email :monamonica321@gmail.com

ABSTRAK

Dalam berbudidaya udang vanameterdapat kendala yang harus dihadapi, salah satunya adalah serangan penyakit.Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap imunitas non spesifik udang vaname (Litopenaeus vannamei).Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli-agustus dengan menggunakan empat perlakuan yang diterapkan yaitu perlakuan A (0 mg/l ekstrak daun pepaya), B (10 mg/l ekstrak daun pepaya), C (20 mg/l ekstrak daun pepaya), dan D (30 mg/l ekstrak daun pepaya). Parameter yang diuji yaitu total hemocyte count, aktivitas fagositosis, indeks fagositosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya sebagai imunostimulan dapat meningkatkan respon imun udang vaname, dan konsentrasi terbaik adalah 30 mg/l.

Kata kunci : Udang vaname, Ekstrak daun pepaya, Penyakit,Imunostimulan, Respon imun non spesifik.

1Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

2Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Alamat Korespondensi: Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145

(4)

v KAJIAN POTENSI EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L)

TERHADAP IMMUNITAS NON SPESIFIK UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

Oleh

MONA MONICA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, pada tanggal 27 Agustus 1995 sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Hidayatulloh, S.H dan Ibu Fitria.

Penulis memulai pendidikan formal dari Taman Kanak-kanak (TK) Bhayangkari diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 Tanjung Aman diselesaikan pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Kotabumi diselesaikan pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Kotabumi diselesaikan pada tahun 2013. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan telah menyelesaikan studinya pada tahun 2017.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan UNILA (HIDRILA) Fakultas Pertanian sebagai anggota bidang Pengkaderan pada periode 2014/2015, sebagai Sekretaris Bidang Hubungan Masyarakat Lembaga Study Mahasiswa Pertanian (LS-MATA) pada periode 2015/2016, sebagai Duta Fakultas Pertanian pada periode 2015/2016, sebagai Sekretaris Departemen Sosial Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian pada periode 2016/2017.

Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Restu Buana, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2017.Penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok,dengan judul “PEMBENIHAN IKAN TIGER

(9)

x BARB (Puntiuz tetrazona)DIBALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGANBUDIDAYA IKAN HIAS” pada tahun 2016.

Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Genetika Ikan pada tahun 2015/2016, mata kuliah Teknologi Produksi Udang pada tahun 2016/2017, mata kuliah Imunologi pada tahun 2017/2018.Penulis melaksanakan penelitian akhir di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan judul “KajianPotensi Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L) Terhadap Immunitas Non Spesifik Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)” pada tahun 2017.

(10)

xi

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT.

Kupersembahkan karya ini untuk keduaorang tuaku Papa dan Mama tersayang yang selalu

mendoakan dan menyemangatiku

Keluarga besar ku yang selalu memberikan motivasi dan semangat untuk terus berjuang Para sahabat yang memberikan motivasi dan

dorongan tiada henti

(11)

xii

“Tragedi dalam kehidupan adalah saat kita terlalu cepat tua, namun terlambat untuk jadi bijaksana”

(Benjamin Franklin)

“Pendidikan bukanlah proses mengisi wadah yang kosong, pendidikan adalah proses menyalakan api

pikiran” (W.B. Yeats)

“Agama tanpa ilmu adalah buta, Ilmu tanpa agama adalah lumpuh” (Albert Einsten)

“Terus mencoba sampai habis gagal-mu, dan hanya Sukses yang tersisa” (Mona Monica)

“Setiap impian besar dimulai dengan seorang pemimpi, ingatlah bahwa kamu memiliki kekuatan, kesabaran,

dan tekad untuk meraih bintang-bintang, untuk

mengubah dunia”(Anonimous)

(12)

xiii SANWACANA

Pujisyukurkehadirat Allah SWT atassegala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehinggapenulis dapatmenyelesaikanskripsi yang berjudul “KajianPotensi Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L) Terhadap Immunitas Non Spesifik Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)”yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Perikanan (S.Pi.) pada Jurusan Perikanan dan Kelautan, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Dalammenyelesaikanskripsiini,

penulisbanyakmendapatbantuandanbimbingandariberbagaipihak. Padakesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua ayahanda Hidayatulloh, S.H, Ibunda Fitria, kakak dan adik saya (Helen, David, Farhan dan Ayu) serta keluarga besar yang telah mencurahkan kasih sayang, doa, dukungan, dan perhatian kepada penulis sehingga dapat tetap berjuang sampai detik ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

4. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P. dan Ibu Oktora Susanti,S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing I dan Pembimbing II atas kesediaan meluangkan waktu dan kesabarannya memberikan bimbingan, dukungan, masukan berupa kritik dan saran selamapenelitianhingga penyelesaian skripsi.

5. Bapak Dr. Ir. Abdullah Aman Damai, M.Si., selaku penguji yang telah memberikan masukan berupa kritik dan saran dalam perbaikan dan penyelesaian skripsi.

(13)

xiv 6. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

7. Teman-teman yang telah direpotkan dan selalu membantu selama penelitian Glenn Valentino, M.Haris Kurniawan, Wulandari, Angga Arista, Rizka Helisia Putri.

8. Keluarga JGHBK’s Aji Pranata Negara, Deki Ariyansah, Glenn Valentino, Vanny Karindra dan Winny Mutiasari terima kasih ataskebersamaan yang penuh canda tawa dan tangis selama 4 tahun perkuliahan.

9. Sahabat-sahabatku Fitria Sari Gunawan, Fatya Alvia Hakim, Rahma Abida, Riska Putri Mulya, Erlina Resti, dan Metha Rahanda terima kasih atas waktu luang yang selalu ada untuk penulis.

10. Teman-Teman angkatan 2013 Regina Fitriani, Ayu Novitasari, , Ari Widodo, Arbi, Aji Kuple, Arga, Anrifal, Arlin, Atik, Ayu wd, Bibin, Binti, Desti, Desvia, Dewi, Diah, Ema, Enggi, Evan, Ida, Ika, Indri, Iyan, Juli, Kurnia, Kurno, Mita, Masna, Tania, Mira, Rara, Ratna, Ricky, Rio, Rufaida, Shinta dan Wahyu terima kasih atas momen kebersamaan selama perkuliahan.

11. Senior-senior angkatan 2010-2012 dan adik-adik angkatan 2014-2016 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas doa dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.Penulismenyadaridalamskripsiinimasihterdapatkekurangan,

olehkarenaitupenulis mengharapakan kritik dan saran yang membangun.Semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Bandar Lampung, Desember 2017 Penyusun

Mona Monica

(14)

xv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

1.4 Kerangka Pemikiran ... 2

1.5 Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Biologis Udang Vaname ... 5

2.1.1 Klasifikasi Udang ... 5

2.1.2 Morfologi ... 5

2.1.3 Habitat ... 6

2.1.4 Reproduksi dan Siklus Hidup ... 6

2.2Daun Pepaya ... 8

2.2.1 Klasifikasi ... 8

2.2.2 Morfologi ... 8

2.3Immunitas pada Udang ... 12

2.4Ekstraksi ... 13

III. METODE PENELITIAN 3.1Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

3.2Alat dan Bahan Penelitian ... 14

3.3Rancangan Penelitian ... 16

3.4 Prosedur Penelitian ... 16

(15)

xvi

3.4.1 Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya ... 16

3.4.2 Aplikasi Imunostimulan pada Hewan Uji ... 17

3.4.2.1 Persiapan Wadah ... 17

3.4.2.2 Persiapan Hewan Uji ... 17

3.4.2.3 Pemeliharaan Udang ... 17

3.4.2.4 Parameter Uji ... 18

1. Pengambilan Hemolymph ... 18

2.Total Hemocyte Count (THC) ... 18

3. Aktivitas Fagositosit/Indeks Fagositosit (AF/IF) .... 18

4. Kualitas Air ... 19

3.5 Analisis Data ... 19

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Ekstraksi ... 20

4.2 Total Hemocyte Count (THC) ... 20

4.3 Aktifitas Fagositosis (AF) ... 22

4.4 Indeks Fagositosis (IF) ... 24

4.5 Kualitas Air ... 25

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

LAMPIRAN ... 30

(16)

xvii DAFTAR TABEL

Tabel 1.Analisis Komposisi Daun Pepaya ... 9

Tabel 2. Alat-alat Penelitian ... 14

Tabel 3. Bahan Penelitian ... 15

Tabel 4. Kisaran Kualitas Air ... 26

(17)

xviii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4

Gambar 2. Morfologi Udang ... 6

Gambar 3.Struktur Senyawa Alkaloid ... 10

Gambar 4.Tata Letak Kolam ... 16

Gambar 5.Hasil Total Hemocyte Count (THC) ... 21

Gambar 6.Hasil Aktifitas Fagositosis (AF) ... 23

Gambar 7.Hasil Indeks Fagositosis (IF) ... 25

(18)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang vaname merupakan komoditas ekspor unggulan dan memiliki produktifitas tinggi di Indonesia. Pada tahun 2015 produksi budidaya udang mencapai 518.600 ton dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan untuk tahun 2016 produksi udang mencapai 600.000 ton. Produksi udang vaname pada tahun 2015 di Indonesia mencapai 70% dari target yang diberikan oleh pemerintah, atau sekitar 420.000 ton (KKP, 2015). Berdasarkan data tersebut peluang untuk membudidayakan udang vaname sangat potensial dalam memenuhi permintaan pasar.

Keberhasilan produksi sangat didukung oleh keberhasilan dalam budidaya. Dalam berbudidaya udang banyak ditemukan kendala yang harus dihadapi oleh pembudidaya, salah satunya adalah adanya serangan penyakit. Bakteri patogen yang umum menyerang dalam budidaya perikanan adalah Vibrio alginolyticus, V.flufialis, V.vulfinicus, dan V.ordalii. Epidemik yang banyak menyerang budidaya udang adalah White Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV) dan Yellow Head Virus (YHV) (Smith et al., 2003).

Salah satu upaya dalam penanggulangan dan pencegahan penyakit udang yaitu melalui peningkatan sistem pertahanan tubuh pada udang, salah satu caranya melalui pemberian imunostimulan, vitamin dan hormon (Johny et al., 2005).

Udang mempunyai daya tahan alami yang bersifat non spesifik terhadap organisme patogen berupa pertahanan fisik (mekanik), kimia, seluler dan humoral.

Daya tahan alami ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, sehingga terdapat tingkatan yang berbeda-beda tergantung strain, lingkungan pemeliharaan, spesies maupun famili (Bellanti, 1989).

Sistem imun udang tergantung pada proses pertahanan non spesifik sebagai pertahanan terhadap infeksi (Lee et al., 2004). Pertahanan pertama terhadap

(19)

2 penyakit pada udang dilakukan oleh haemosit melalui fagositosis, enkapsulasi dan nodule formation. Aktifitas fagositosis dapat ditingkatkan dengan mengaktifkan sistem prophenol oksidase (Pro-PO) yang berada dalam hemosit semi granular dan granular (Selvin et al., 2004).

Imunostimulasi merupakan salah satu cara yang sering digunakan untuk meningkatkan sistem ketahanan tubuh udang, dengan pemberian komponen mikroba seperti β-glukan dan lipopolisakarida (LPS) atau sel bakteri yang telah dimatikan (Smith et al., 2003). Kelemahan dari imunostimulan seperti ini adalah harganya relatif mahal, sehingga diperlukan usaha pencarian sumber alternatif imunostimulan yang murah dan mudah penanganannya, salah satunya adalah dari ekstrak daun pepaya.

Tanaman pepaya merupakan tanaman herbal yang populer di kalangan masyarakat. Tidak hanya buahnya, daun pepaya muda juga dapat dibuat sebagai bahan berbagai ragam sayuran. Dalam pengobatan tradisional, bagian-bagian tanaman pepaya banyak yang dimanfaatkan. Di dalam ekstrak daun pepaya terkandung enzim papain yang memiliki aktivitas proteolitik dan antimikroba, sedangkan alkaloid carpain berfungsi sebagai antibakteri (Ardina, 2007). Selain itu terdapat pula tocophenol dan flavonoid (Markham, 1988) yang memiliki daya antimikroba.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh ekstrak daun pepaya terhadap imunitas non spesifik udang vaname (Litopenaeus vannamei).

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi tentang aplikasi ekstrak daun pepaya sebagai imunostimulan pada udang vaname.

1.4 Kerangka Pemikiran

Udang vaname merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomi penting, namun dalam budidaya sering mengalami kendala seperti adanya

(20)

3 serangan penyakit. Penyakit merupakan salah satu faktor pembatas dalam budidaya udang vaname (Litopennaeus vannamei). Infeksi yang diduga disebabkan oleh virus maupun bakteri patogen pada udang budidaya dapat meningkatkan angka mortalitas udang.

Salah satu solusi untuk menghindari dampak negatif dari penggunaan antibiotik adalah dengan penggunaan imnostimulan. Imunostimulan merupakan senyawa kimia, obat atau bahan lain yang mampu meningkatkan mekanisme respons imun spesifik dan non spesifik udang (Anderson, 1992). Pemberian imunostimulan secara luas dilakukan dengan maksud untuk mengaktifkan sistem imun non spesifik sel hemosit pada udang (Dugger and Jory, 1999). Penggunaan imunostimulan dengan pemberian mikroba atau sel bakteri yang telah dilemahkan akan memerlukan biaya yang tinggi, maka diperlukan penggunaan bahan lain yang tidak memerlukan biaya yang terlalu tinggi dan mudah penanganannya.

Penggunaan bahan alami seperti ekstrak daun pepaya sebagai imunostimulan dapat dijadikan salah satu cara untuk menghindari penggunaan bahan kimia yang terlalu banyak dalam proses budidaya. Salah satu keungulan dari penggunaan daun papaya yaitu ketersediaan yang cukup banyak di alam sehingga mudah didapat saat diperlukan. Selain itu daun papaya mengandung karpain yang merupakan senyawa alkaloid. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen heterosiklik.

Alkaloid bersifat toksik terhadap mikroba, sehingga efektif membunuh bakteri dan virus, antiprotozoa, dan bersifat detoksifikasi yang mampu menetralisir racun dalam tubuh (Naim, 2004). Alkaloid akan dibawa oleh aliran darah menuju sel-sel tubuh. Hasilnya sel-sel tersebut menjadi aktif dan terjadi perbaikan-perbaikan struktur maupun fungsi. Mekanisme kerja dari alkaloid dihubungkan dengan kemampuan berinteraksi dengan DNA (Naim, 2004).

(21)

4 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah diduga ada pengaruh ekstrak daun pepaya sebagai imunostimulan terhadap sistem pertahanan udang vaname.

Budidaya Udang Vaname

Penurunan produktivitas budidaya udang

Penyebaran penyakit

Upaya pencegehan

Pemberian immunostimulan melalui perendamanan dengan ekstrak daun pepaya

Respon imun udang vaname melalui parameter THC dan

AF/IF

Virus Bakteri Parasit

(22)

5 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) 2.1.1 Klasifikasi

Klasifikasi udang vaname menurut Wyban & Sweeney(1991), adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Crustaceae Class : Malacostraca Sub class : Eumalacostraca Ordo : Decapoda Family : Vanameae Genus : Litopenaeus

Species : Litopenaeus vannamei

2.1.2 Morfologi

Udang vaname memiliki tubuh beruas-ruas dan secara morfologis terbagi atas dua bagian yakni chepalotorax dan abdomen. Bagian cephalothorax terlindungi oleh kulit kitin yang tebal atau karapas. Kitin pada udang akan mengelupas (moulting) setiap kali tumbuh membesar, setelah itu kulitnya mengeras kembali. Secara anatomi cephalotorax dan abdomen terdiri dari segmen-segmen. Udang vaname tumbuh dengan panjang maksimum 230 mm dengan panjang karapas 90 mm. Bentuk rostrum memiliki 7 - 10 gigi pada bagian dorsal dan 2 - 4 gerigi pada bagian ventral. Udang jantan dewasa berukuran mulai dari 20 g dan udang betina 28 g pada umur 6 - 7 bulan. Udang dengan berat 30 - 45 g mampu mengeluarkan 100.000 - 250.000 telur dengan diameter 0,22 mm (Holthuis, 1980).

(23)

6 Gambar 2. Morfologi Udang Vaname

Udang vaname tergolong decapoda dengan sepuluh kaki yang terdiri dari lima kaki jalan dan lima kaki renang. Warna vaname putih transparan dan warna biru yang terdapat pada telson dan uropod. Alat reproduksi jantan disebut petasma, sedangkan betina thelycum. Morfologis udang vaname memiliki ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan udang windu akan tetapi lebih besar dibandingkan dengan udang galah (Elovaara, 2001).

2.1.3 Habitat

Udang vaname dewasa secara alami dapat hidup di lautan dengan kedalaman hingga 72 m, sedangkan pada saat juvenil hidup di estuari pantai, laguna atau area mangrove. Udang vaname merupakan jenis udang yang berasal dari timur Samudera Pasifik, mulai dari negara bagian Sonora, Meksiko hingga bagian utara Peru. Hidup mereka terbatas pada perairan bersuhu di atas 20 °C sepanjang tahun.

Udang vaname dewasa hidup pada habitat lautan dengan salinitas ±30 ppt.

2.1.4 Reproduksi dan Siklus Hidup

Udang vaname dewasa akan memijah di laut terbuka. Udang vaname menghasilkan telur yang akan menetas menjadi larva udang lalu bermigrasi kedaerah pesisir pantai atau mangrove sebagai tempat nursery ground. Udang vaname dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan kegiatan pemijahan seperti pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan (FAO, 2016).

(24)

7 Pada udang vaname, ciri-ciri telur yang telah matang berwarna coklat keemasan.

Udang mempunyai karapas yang transparan, sehingga warna dari perkembangan ovarinya dapat terlihat jelas. Pada udang betina, gonad pada awal perkembangannya berwarna kecoklatan, berubah menjadi coklat keemasan atau hijau kecoklatan pada saat hari pemijahan. Menurut Amri dan Kanna (2008), udang memiliki beberapa tahapan siklus hidup, yaitu:

a. Stadia nauplius, stadia ini masih memiliki kuning telur sehingga belum memerlukan makanan. Nauplius bersifat planktonik dan fototaksis positif.

b. Stadia zoea, perubahan bentuk dari nauplius menjadi zoea memerlukan waktu kira-kira 40 jam setelah penetasan. Pada stadia ini larva dengan cepat bertambah besar. Tambahan makanan yang diberikan sangat berperan dan mereka aktif memakan fitoplankton. Stadia akhir zoea juga memakan zooplankton. Zoea sangat sensitif terhadap cahaya yang kuat dan ada juga yang lemah diantara tingkat stadia yang lain.

c. Stadia mysis, larva mencapai stadia mysis pada hari ke lima setelah penetasan. Larva pada stadia ini kelihatan lebih dewasa dari dua stadia sebelumnya. Stadia mysis memakan fitoplankton dan zooplankton, akan tetapi lebih menyukai zooplankton menjelang stadia mysis akhir.

d. Stadia post larva, perubahan bentuk dari mysis menjadi post larva terjadi pada hari ke sembilan. Stadia post larva mirip dengan udang dewasa, dimana lebih kuat dan lebih dapat bertahan dalam penanganan. Kaki renang pada stadia post larva bertambah menjadi tiga segmen yang lebih lengkung. Post larva bersifat planktonik, dimana mulai mencari jasad hidup sebagai makanan.

(25)

8 2.2 Daun Pepaya

2.2.1 Klasifikasi

Menurut Steenis (1978), taksonomi tanaman pepaya adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magholiophyta Kelas : Magholiopsida Ordo : Brassicates Famili : Caricaceae Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L.

2.2.2 Morfologi

Pepaya berasal dari Amerika Tengah. Tanaman buah menahun ini tumbuh pada tanah lembab yang subur dan tidak tergenang air, dapat ditemukan di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Tanaman pepaya merupakan semak yang berbentuk pohon, bergetah, tumbuh tegak, tinggi 2,5-10 m, batangnya bulat berongga, tangkai di bagian atas kadang dapat bercabang. Pada kulit batang terdapat tanda bekas tangkai daun yang telah lepas.

Daun berkumpul di ujung batang dan ujung percabangan, tangkainya bulat silindris, berongga, panjang 25-100 cm. Bagian helaian daun yang bulat seperti telur berdiameter 25-75 cm, berbagi menjari, ujung runcing, pangkal berbentuk jantung, warna permukaan atas hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda, tulang daun menonjol di permukaan bawah. Bunga jantan berkumpul dalam tandan, mahkota berbentuk terompet, warnanya putih kekuningan. Tanaman ini dapat berbuah sepanjang tahun dimulai pada umur 6-7 bulan dan mulai berkurang setelah berumur 4 tahun. Kandungan kimia dari daun pepaya (Carica papaya L) adalah papain, flavonoid, alkaloid, saponin, glikosida, dan senyawa fenol yang menyebabkan daun pepaya memiliki aktivitas antibakteri (Akujobi et al, 2010).

(26)

9 Tabel 1. Analisis komposisi dalam 100 gram daun pepaya

Kandungan Jumlah

Energi (kal) Air (g) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Vitamin A (IU) Vitamin B (mg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Besi (mg) Fosfor (mg)

79 75,4

8 2 11,9 18,25

0,15 140 353 0,8

63

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1979) dalam Kalie (2006)

a. Alkaloid

Daun papaya mengandung alkaloid yang berfungsi antibakteri. Kandungan alkaloid menyebabkan rasa pahit pada daun, sehingga daun papaya yang tua memiliki kandungan alkaloid yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun papaya yang muda. Rasa pahit pada daun pepaya disebabkan oleh kandungan senyawa alkaloid karpainnya (C14H25NO2).

Sebagian besar alkaloid mempunyai kerangka dasar polisiklik temasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung subtituen yang tidak terlalu bervariasi.

Atom nitrogen alkaloid hampir selalu berada dalam bentuk gugus amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedang subtituen oksigen biasanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksil (-OCH3), atau gugus metilendioksi (-O-CH2-

O). Subtituen - subtituen oksigen ini dan gugus N-metil merupakan ciri sebagian besar alkaloid.

(27)

10 Berikut adalah contoh senyawa Alkaloid :

Gambar 3. Struktur Senyawa Alkaloid

Zat ini sangat ampuh digunakan sebagai penurun deman, mereduksi tekanan darah dan membunuh mikroba seperti amuba.Suresh K, dkk (2008) menyatakan bahwa ekstrak daun pepaya memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Klebsiellapneumonia.

b. Enzim papain

enzim papain adalah enzim proteolitik yang berperan dalam pemecahan jaringan ikat, dan memiliki kapasitas tinggi untuk menghidrolisis protein eksoskeleton yaitu dengan cara memutuskan 12 ikatan peptida dalam protein sehingga protein akan menjadi terputus (Nani dan Dian, 1996). Enzim papain dapat banyak ditemukan pada daun pepaya. Walaupun dalam dosis yang rendah, dan apabila enzim papain masuk ke dalam tubuh larva nyamuk Aedes aegypti akan menimbulkan reaksi kimia dalam proses metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan terhambatnya hormon pertumbuhan. Bahkan akibat dari ketidakmampuan larva untuk tumbuh akibatnya dapat menyebabkan kematian pada larva (Nani dan Dian, 1996).

(28)

11 c. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang bersifat racun yang terkandung di dalam daun pepaya. Beberapa sifat khas dari 13 flavonoid yaitu memiliki bau yang sangat tajam, rasanya yang pahit, dapat larut dalam air dan pelarut organik, dan juga mudah terurai pada temperatur tinggi. Dinata (2008), mengatakan bahwa flavonoid merupakan senyawa yang dapat bersifat menghambat makan serangga.

Flavonoid berfungsi sebagai inhibitor pernapasan sehingga menghambat sistem pernapasan nyamuk yang dapat mengakibatkan nyamuk Aedes aegypti mati (Dinata, 2008). Bagi tumbuhan pepaya itu sendiri flavonoid memiliki peran sebagai pengatur kerja antimikroba dan antivirus.

d. Saponin

Senyawa lainpada daun pepaya yang memiliki peran sebagai insektisida dan larvasida adalah saponin. Saponin merupakan senyawa terpenoid yang memiliki aktifitas mengikat sterol bebas dalam sistem pencernaan, sehingga dengan menurunnya jumlah sterol bebas akan mempengaruhi proses pergantian kulit pada serangga (Dinata, 2009). Saponin terdapat pada seluruh bagian tanaman pepaya seperti akar, daun, batang, dan bunga. Senyawa aktif pada saponin berkemampuan membentuk busa jika dikocok dengan air dan menghasilkan rasa pahit yang dapat menurunkan tegangan 14 permukaan sehingga dapat merusak membran sel serangga (Mulyana, 2002).

e. Tanin

Tanin merupakan salah satu senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol yang terdapat dalam tanaman pepaya. Mekanisme kerja senyawa tanin adalah dengan mengaktifkan sistem lisis sel karena aktifnya enzim proteolitik pada sel tubuh serangga yang terpapar tanin (Harborne , 1987). Menurut Harborne (1987), senyawa kompleks yang dihasilkan dari interaksi tanin dengan protein tersebut bersifat racun atau toksik yang dapat berperan dalam menghambat pertumbuhan dan mengurangi nafsu makan serangga melalui penghambatan aktivitas enzim pencernaan. Tanin mempunyai rasa yang sepat dan memiliki kemampuan menyamak kulit. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam

(29)

12 angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Umumnya tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak hewan herbivor dan sebagai pertahanan diri bagi tumbuhan itu sendiri (Harborne, 1987).

2.3 Imunitas Pada Udang

Imunostimulan biasa dilakukan dengan pemberian komponen mikrobia seperti β- glukan dan lipopolisakarida (LPS) atau sel bakteri yang telah dimatikan.

Kelemahan dari imunostimulan ini adalah harganya relatif mahal, sehingga diperlukan usaha pencarian sumber alternatif imunostimulan yang murah dan mudah penanganannya (Smith et al., 2003).

Imunostimulan merupakan strategi alternatif untuk mengsiagakan atau menyiapkan sistem kekebalan (sistem imun) udang sehingga meningkatkan resistensi melawan patogen. Sistem imun udang meliputi reaksi selular dan humoral yang terkait dengan hemolim udang. Beberapa parameter imun yang berhubungan dengan hemolim seperti perhitungan total hemosit (THC), differensial hemosit count (DHC), aktifitas Fagositosis (AF) dan aktifitas phenoloksidase (PO) telah digunakan untuk evaluasi pengaruh imunostimulator dari probiotik pada udang. Kerentanan udang terhadap infeksi patogenik dan oportunistik dipengaruhi kuat oleh kemampuan imunostimulasinya (Rengpipet et al. 1998;2000).

Menurut Smith et al. (2003) kriteria pemilihan imunostimulan untuk udang, yaitu:

Biayanya murah, pemberian mudah, manjur, toksisitas bagi host rendah.

Imunostimulan mendapat perhatian dan tuntutan lebih untuk keberhasilan dalam mendukung kelangsungan hidup krustasea terhadap eksperimen paparan mikroorganisme meliputi lima tipe utama yaitu bakteri hidup, bakteri yang dimatikan (bakterin), glukan, peptidoglikan, lipopolisakarida (LPS). Glukan, peptidoglikan dan lipopolisakarida berasal dari dinding sel bakteri non patogenik dan jamur. Bahan-bahan tersebut digunakan karena pengaruh bahan tersebut

(30)

13 dalam meningkatkan sistem imun udang. Senyawa imunostimulator diberikan melalui perendaman, pakan tambahan dan penyuntikan.

2.4 Ekstraksi

Ekstraksi dapat diartikan sebagai proses penarikan komponen atau zat aktif menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut seperti etanol, methanol, etil asetat, heksana dan air mampu memisahkan senyawa- senyawa yang penting dalam suatu bahan. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada tekstur, kandungan air dan jenis senyawa kimia yang diisolasi dari suatu tumbuhan, sehingga senyawa kimia yang diekstraksi dapat tertarik sempurna tanpa mengalami perubahan sifat dan strukturnya. Ekstraksi tumbuhan dilakukan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Sifat kandungan kimia metabolit sekunder yang akan diisolasi harus diketahui dalam memilih pelarut pengekstraksi. Senyawa polar lebih mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar mudah larut dalam pelarut non polar (Harborne, 1987).

Pengektrasian menggunakan pelarut sesuai dengan kebutuhan kandungan senyawa yang akan diambil dari tumbuhan. Menurut Pranata (1997), alkaloid dengan kondisi terikat asam organic dapat larut baik dalam etanol 96%. Hal ini sesuai dengan Neneng Sartika (2014) bahwa kadar alkaloid total dalam ekstrak etanol menunjukkan jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan kadar alkaloid total dalam ekstrak etil asetat. Hal ini karena alkaloid yang terikat dalam asam organic membentuk garam yang mudah larut dalam pelarut polar atau etanol dibandingkan dalam pelarut etil asetat.

(31)

14 III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2017, berlokasi di Laboratorium Perikanan Gedung K, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini terdapat pada Tabel 2 dan bahan yang digunakan pada penelitian ini terdapat pada Tabel 3.

Tabel 2. Alat yang Digunakan

No. Alat Kegunaan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Akuarium (40x30x30) cm3

Selang aerasi Batu aerasi Spuit 1 cc Gelas ukur

Ice box Cool ice Serokan Mikropipet Timbangan Erlenmeyer

Plastik tahan panas Vortex

Shaker

Wadah pemeliharaan hewan uji.

Menyalurkan aerasi.

Mengoptimal oksigen pada kontainer.

Pengambilan sampel hemolymph.

Untuk menakar volume larutan yang akan digunakan.

Menyimpan sampel hemolimph.

Mempertahankan suhu di dalam cool box.

Sampling udang.

Memindahkan larutan

Untuk menakar bahan yang akan digunakan.

Pencampuran larutan dan bahan.

Membungkus alat saat di autoklaf.

Menghomogenkan larutan.

Menghambat larutan mengendap.

(32)

15 No Alat

Inkubator Autoklaf Spatula

Kaca preparat

Cover glass DO meter pH paper Refraktometer Rotary evaporator Kertas saring

Kegunaan

Menginkubasi mikroba pada suhu terkontrol.

Mensterilkan alat dan bahan uji.

Mengambil bahan saat proses menimbang.

Meletakkan objek yang akan diamati di bawah mikroskop.

Menutup objek di kaca preparat.

Mengukur kadar oksigen terlarut dalam air.

Mengukur kadar keasaman.

Mengukur salinitas media hidup hewan uji.

Menguapkan ekstrak daun papaya agar tidak ada kandungan air didalamnya

Menyaring hasil inkubasi daun papaya 15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

Tabel 3. Bahan yang Digunakan

No. Bahan Kegunaan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Udang vaname ukuran 10gr

Air laut steril Na Sitrat 10%

Ekstrak daun pepaya Safranin 10%

NaCl fisiologis 0,85%

Alkohol 70%

Aquades Etanol 96%

Hewan uji dalam penelitian mengenai uji imunitas.

Sebagai media pemeliharaan hewan uji Antikoagulan saat pengambilan sampel hemolimph

Imunostimulan

Pewarnaan dalam preparasi uji AF/IF.

Larutan pembilas dalam preparasi uji AF/IF.

Disenfektan dan pembilas dalam preparasi uji AF/IF.

Pelarut dalam pembuatan media.

Pelarut serbuk daun papaya.

(33)

16 3.3 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 kali ulangan.

Skema posisi perlakuan dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Tata Letak Kolam Penelitian

Keterangan :

A : Kontrol (Perlakuan tanpa pemberian ekstrak daun pepaya) B : Perlakuan dengan pemberian ekstrak daun pepaya 10mg/l C : Perlakuan dengan pemberian ekstrak daun pepaya 20mg/l D : Perlakuan dengan pemberian ekstrak daun pepaya 30mg/l

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri atas persiapan wadah uji dan pemeliharaan udang, pembuatan ekstrak daun pepaya, pengambilan sampel hemolymph, dan pengamatan sampel. Adapun proses tahapan tersebut, sebagai berikut :

3.4.1 Pembuatan Ekstrak Daun Pepaya Pembuatan ekstrak daun pepaya sebagai berikut :

1. Daun pepaya segar, dicuci dengan air mengalir untuk memisahkan daun dari kotoran yang ada pada permukaan daun,

2. Daun ditiriskan lalu dipotong kecil-kecil sampai menjadi serbuk, 3. Lalu diblender untuk menghasilkan serbuk yang benar-benar halus,

4. Serbuk yang sudah halus dengan perbandingan 50 gr per 500 ml etanol 96% dimaserasi selama 5 jam

A

1

B

1

C

1

D

1

A

3

B

3

B

2

C

2

A

2

D

3

D

2

C

3

(34)

17 5. Dimasukkan kedalam rotary evaporator sampai didapat ekstrak berupa

pasta.

3.4.2 Aplikasi Imunostimulan pada Hewan Uji 3.4.2.1 Persiapan wadah

Persiapan wadah dimulai dari :

1. Disiapkan akuarium dengan ukuran 40x30x30cm3 dengan volume air 10 l sejumlah 12 buah,

2. Akuarium disterilkan dengandibersihkan menggunakan air tawar lalu dikeringkan dibawah sinar matahari,

3. Dimasukkan air laut steril, dan

4. Diberikan aerasi pada setiap akuarium yang digunakan sebagai wadah uji.

3.4.2.2 Persiapan Hewan Uji

Udang vaname yang diuji diperoleh dari kabupaten Pesawaran. Stadia dewasa, dengan rerata bobot 10 gram. Jumlah udang yang digunakan 10 ekor disetiap akuarium, dan udang diaklimatisasi selama 3 hari sebelum perlakuan dilakukan untuk beradaptasi.

3.4.2.3 Pemeliharaan Udang Pemeliharaan udang dimulai dari :

1. Aklimatisasi udang selama 3 hari sebelum aplikasi perlakuan dilakukan, 2. Hewan uji direndam dalam larutan ekstrak dengan konsentrasi 10, 20, 30

mg/l selama 30 menit sebelum pemeliharaan, 3. Hewan uji dipelihara selama 12 hari,

4. Pakan diberikan dengan frekuensi 4 kali dalam satu hari pada pukul 7:00;

12:00; 17:00 dan 22.00 WIB,

5. Sisa pakan dan feses pada wadah uji akan dibersihkan dengan metode siphon yang dilakukan setiap 4-5 hari.

(35)

18 3.4.2.4 Parameter Uji

1. Pengambilan Hemolymph

Prosedur kerja pengambilan sampel hemolymphsebagai berikut :

1. Hemolymph diambil sebanyak 4 kali, pada hari ke-0, 4, 8, dan 12 sebanyak 0,1 ml tiap ekor,

2. Hemolymph tiap perlakuan diambil dari 3 ekor udang secara acak,

3. Hemolymph tersebut akan didistribusikan untuk uji THC sebanyak 10 µl dan AF/IF sebanyak 20 µl.

2. Total Hemocyte Count (THC)

1. Hemolymph segar (10 µl) diencerkan dengan PBS (20 µl),

2. Kemudian ambil sampel yang telah diencerkan menggunakan mikropipet diletakkan di atas permukaan hemocytometer,

3. Dan diamati dibawah mikroskop,

4. Hitung hemosit yang tampak pada mikroskop kemudian hitung total hemocyte count (THC) dengan rumus:

 THC (sel/ml) = jumlah sel terhitung x pengenceran x 104 (Ridho A dan Pramesti R, 2009)

3. Aktivitas Fagositosit/Indeks Fagositosit (AF/IF)

1. Haemolymph segar (20 µl) dimasukkan ke mikrotube dan ditambahkan dengan 10 µl suspensi bakteri Staphylococcus aureus yang telah dilemahkan dengan 1% formalin selama 24 jam,

2. Campuran hemolymph dan suspensi bakteri diinkubasi pada suhu ruang selama 20 menit,

3. Selanjutnya diambil 5 µl untuk dibuat apusan di atas gelas preparat dengan meletakkan 1 tetes hemolymph pada ujung kaca preparat, kemudian tekan dengan ujung cover glass dan didorong sampai ujung kaca preparat secara merata,

(36)

19 4. Preparat yang sudah kering selanjutnya direndam dalam alkohol 70%

selama 20 menit dan dibilas dengan NaCl 0,85% kemudian dikeringkan kembali,

5. Selanjutnya preparat dicat dengan safranin 10% selama 20 menit dan dikeringkan,

6. Preparat selanjutnya diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x.

Aktifitas fagositosis (AF) dan indeks fagositosis (IF) dihitung dengan:

 AF = (a/b) x 100%

 IF = c/a Keterangan:

a = jumlah sel fagosit

b = jumlah keseluruhan sel yang diamati c = jumlah bakteri yang difagosit

(Anderson,1992)

4. Kualitas Air

Kualitas air sebagai data pendukung dalam pemeliharaan hewan uji, parameter yang akan diukur adalah parameter DO, salinitas, suhu, dan pH. Uji kualitas air akan dilakukan pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan hewan uji. Alat yang digunakan dalam pengukuran kualitas air untuk DO dan suhu menggunakan DO meter, salinitas menggunakan refraktrometer, dan pH menggunakan indikator pH meter.

3.5 Analisis Data

Data parameter imunologi udang vaname akan dianalisis secara statistik dengan uji analisis ragam dan jika terdapat beda nyata akan diuji lanjut dengan Beda Nyata Terkecil (BNT). Sedangkan untuk parameter kualitas air diamati secara deskriptif.

(37)

27 V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pemberian ekstrak daun pepaya sebagai imunostimulan dapat meningkatkan total hemocyte count dan aktifitas fagositosis, sedangkan untuk indeks fagositosis pemberian ekstrak daun pepaya menghasilkan nilai stabil, dengan konsentrasi 30 mg/l.

5.2 Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan kosentrasi yang lebih dari 30 mg/l, untuk mengetahui hasil yang lebih signifikan dalam meningkatkan respon imun udang vaname.

(38)

28 DAFTAR PUSTAKA

Akujobi CN, Ofodeme CN, enwani CA. 2010. Determination of Antibacterial Activity of Carica papaya (Pawpaw) Extract. Nigerian Journal of Clinical Practice. Vol.13(1):55-57.

Alifuddin, M. 2002. Imunostimulasi Pada Hewan Akuatik. Institut Pertanian Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia. 1(2):87-92.

Amri, K. dan I. Kanna. 2008. Budidaya Udang Vannamei. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anderson, D.P. 1992. Immunostimulant, adjuvant and vaccine carrier in fish:

Applications to aquaculture. Annual Review of Fish Diseases. 21:281- 307.

Ardina Y. 2007. Development of antiacne gel formulation and minimum inhibitory concentration determination from Carica Papaya leaves extract (Carica papaya A Linn.). Bogor. IPB.

Bellanti, J. A. 1989. Immunology III, Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Berger, J., & Jarcova, M. 2012. Phagocytosis of insect haemocytes as a new alternative model. Journal of Applied Biomedicin. 10:35-40.

Cordel, A. 1981. Introduction to Alkaloids Approach. John Willey and Sons. New York. Vol 112-113.

Costa, A.M, C.C. Buglione, F.L. Bezerra, P.C.C. Martins, and M.A Barracco.

2009. Immune assessment of farm-reared Penaeus vannamei shrimp naturally infected by IMNV in NE Brazil. Aquaculture. 291:141-146.

CN Ishiwu, Umenwanne CP, Obieghuna SE, Uchegbu NN. 2014. Invitro Assesment of Anti Bacterial Effect of Extracts of Ocinum gratisium and Carica papaya leaves. International Tournal of Applied Science and Technology. 4(1): January 2014.

Dinata. 2008. Lawan Alzheimer dengan Flavonoid.

http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/common/banner.aspx?x=cybermed&id

=18. Diakses tanggal 25 November 2017. Pukul 15.24 WIB.

Damayanti. 2011. Pemberian sInbiotik dengan Dosis Berbeda Pada Pakan Udang Vaname Untuk Pencegahan Infeksi IMNV (Infevtious Myonecrosis Virus). Bogor. Institut Pertanian Bogor.

(39)

29 Dugger, D.M. and Jory, D.E. 1999. Bio-modulation of the non-specific immune response in marine shrimp with beta-glucan. Aquaculture Magazine. 25 (1):81–89.

Elovaara, A., K. 2001. Shrimp Farming Manual. Practical Technology for Intensive Commercial Shrimp Production. United States Of America.

FAO. 2012. Fisheries and Aquaculture topics: Activities - Introduction. Topics Fact Sheets. In: FAO Fisheries and Aquaculture Departmen.

Fontaine, C.T. and Lighter, D.V. 1974. Observation on Phagocytosis and Elimination of Carmine Particles Injected Into the Abdominal Musculature of the White Shrimp . Journal Invertebrate Pathology. 5:11- 40.

Harborne, J.B. 1987. Metodee Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan Padmawinata K, Soediro I, Niksolihin S.

Terbitan Pertama. Bandung. Institut Teknologi Bandung.

Johny E., Roza D.K., Mahardika, Zafran, & Priyono. 2005. Penggunaan Imunostimulan untuk Meningkatkan Kekebalan Nonspesifik Benih Ikan Kerapu Lumpur, Epinephehelus coiodes terhadap Infeksi imunostimulan.

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11 (5):75-78.

Jusilla, J. 1997. Physiological Responses of Astacid Crayfishes (Crutasea:

Dekapoda) To Conditions of Intensive Culture. Kuppio Uneversity Puplications C. Natural and Environmental Sciences, 67p.

KKP. 2015. KKP Genjot Peningkatan Udang Vaname. Dipetik 12 1, dari Direktorat Jendral Budidaya : http:www.djpb.kkp.go.id.

Lee, M. H. & S. Y Shiau. 2004.Vitamin E Requirements of Juvenile Grass Shrimp, P. monodon and Effects on Nonspecific Immune Responses.

Fish & Shellfish Immunology. 16:475–485.

Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Kosasih Padmawinata (Penerjemah). Bandung. ITB.

McGraw, W. J., & Scarpa, J. (2002). Determining ion concentration for Litopenaeus vannamei culture in freshwater. Global Aquaculture Advocate. 5:36-37.

Mulyana. 2002. Ekstraksi senyawa Aktif Alkaloid, Kuinon, Saponin dari Tumbuhan Kecubung sebagai Larvasida dan Insektisida terhadap Nyamuk Aedes aegypti. (Skripsi). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(40)

30 Nani S. Dan Dian S. 1996. Tinjauan Hasil Penelitian Tanaman Obat di Berbagai

Institut III. Jakarta.

Naim, R. 2004. Senyawa Antimicroba dari Tanaman.

http://www2.kompas.com/kompascetak/0409/15/sorotan/1265264. (5 Juli 2008)

Neneng, S. 2014. Kajian Pengaruh Jenis Pelarut dan Waktu Ekstraksi Senyawa Alkaloid Total Daun Pepaya (Carica papaya L.). e-jurnal fmipa unpak.

Bogor.

Pranata, F., Sinung. 1997. Alkaloid Insulation of natural material. Journal Biota.

2:96-99.

Rengpipat S, P. Menasveta and S. Piyatiratitivorakul. 1998. Effects of Probiotic bacterium on black tiger shrimp Penaeus monodon, survival and growth.

Aquacultur., 167:301-313.

Rengpipat S, S. Rukpratanporn, S. Piyatiratitivorakul and P. Menasaveta. 2000.

Immunity enhancement in black tiger shrimp Penaeus monodon by a probiont bacterium (Bacillus S11). Aquacultur. 191:271–288.

Ridho, A., & Pramesti, R. 2009. Aplikasi ekstrak rumput laut sebagai agen imunostimulan sistem pertahanan non spesifik pada udang (Litopenaeus vannamei). Ilmu Kelautan. 14:133-137.

Selvin J., AJ. Huxleya, & A.P. Lipton. 2004. Immunolodulatory Potential of Marine Secondary Metabolites against Bacterial Diseases of shrimp.

Aquaculture 230:241-248.

Smith VJ, JH. Brown and Ch. Hauton. 2003. Immunostimulation in crustaceans:

does it really protect against infection. Fish and Shellfish Immunology.

15:71–90.

SNI. 2006. Produksi udang vaname (L. vannamei) di tambak dengan teknologi intensif. Jakarta: BSN : SNI-01-7246-2006.

Steenis V. 1978. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Moeso Surjowinoto dkk.

(Penerjemah). Jakarta. Pradnya Paramita.

Subagiyo, & Fatichah, D. I. 2015. Potensi hot water extract rumput laut Caulerpa sp. dan Sargassum sebagai komponen immunonutrisi pada budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Jurnal Kelautan Tropis, 18, 154-159.

Suresh, k., Deepa, P., Harisaranraj, R., dan Vaira, A.V. 2008. Antimicrobial and phytochemical investi gation of the leaves of Carica papaya L.,

(41)

31 Cynodom dactylon (L) Pers. Euphorbia hirta L., Melia azedarach L and Psidiumgvajava L. Ehtnobotanical leaflets. 12:84-91.

Syahailatua, Y. D. 2009. Seleksi bakteri sebagai stimulator sistem imun pada udang vaname Litopenaeus vannamei. (Thesis). Bogor: IPB.

Wyban, J. A., & J., N., Sweeny, (1991). Intensive Shrimp Production Technology.The Oceanic Institute Shrimp Manual. Honolulu, Hawai.

USA

Yin, G., Jeney, G., Racs, T., Xu P., Jun X., Jeney, Z. 2006. Effect of two Chinese herbs (Astragalus radixand Scutellaria radix) on nonspecific immune system of tilapia, Oreochromis niloticus. Aquaculture. 253:39-47.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Pengumuman Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi Nomor : 11/PNG/PAN-APBD.P/IX/2012 tanggal 17 September 2012, diadakan Rapat Penjelasan Pekerjaan antara

Tidak boleh diwakilkan, kecuali kuasa direktur yang mempunyai kewenangan untuk mewakili direktur sesuai tercantum dalam Akta Notaris pendirian dan atau Perubahan

Bongkar satu persatu perangkat drum mulai dari sisi yang paling luar.. Letakkan di tempat

Nyalakan laptop pada bagian tombol on/of (Ø), tunggu beberapa saat sampai.. semua icon shortcut dan menu

pelelangan ini dilaksanakan sampai dengan tahap pengumuman pemenang, selanjutnya untuk tahapan berikutnya akan ditentukan kemudian setelah ada kepastian anggaran yang tersedia

Kepada peserta yang berkeberatan atas Pengumuman Pemenang Pelelangan Umum diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis, selambat-lambatnya 5

Perihal : Pengumuman Hasil Pelelangan Umum di Ruas Jalan Desa Ponokawan s/d Desa Pekerjaan 1 (satu) Paket Pembangunan PJU Watugolong Kec.. Krian sebanyak 20 Unit di

Kerja Jasa Konsultansi ULP Provinsi Jawa Barat telah melaksanakan proses seleksi sederhana Pekerjaan Model Penyelamatan Dini Masyarakat Tsunami (Lelang Ulang) pada Badan