• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI PROVINSI SULAWESI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI PROVINSI SULAWESI "

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI PROVINSI SULAWESI

SELATAN

HASRIANTI A111 14 004

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(2)

i

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI PROVINSI SULAWESI

SELATAN

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

HASRIANTI A111 14004

kepada

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(3)

ii

(4)
(5)

iv

(6)

v

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Di Provinsi Sulawesi Selatan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada program studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini adalah atas izin Allah SWT sebagai pemegang kendali dan penulis sadar bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala.

Namun berkat bantuan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Tidak lepas pula doa dan dukungan dari segenap keluarga besar penulis yang selaku percaya bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan ikhlas dan tulus akan membuahkan hasil yang indah.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Penghormatan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda yang dengan penuh kasih sayang, pengertian dan iringi doanya telah mendidik dan membesarkan saya hingga sekarang menjadi seperti ini. Kupersembahkan kado ini

(7)

vi

untuk mengukir senyuman bangga dibibir kalian sebagai balasan atas kerja keras selama ini. And for me ―you are my everything, I hope mom and dad always healty, saranghaee^^.

2. Bapak Prof. Dr. Abd. Rahman Kadir, SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Ibu Prof. Dr. Siti Khaerani, SE., M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Ibu Dr.

Kartini, SE., M.Si., AK. C.A, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Bapak Dr. Madris DPS., M.Si, selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

3. Bapak Dr. Sanusi Fattah, S.E., M.Si. selaku ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin dan Ibu Dr. Nur Dwiana Sari Saudi, S.E., M.Si.

selaku Sekertaris Departemen Ilmu Ekonomi serta Bapak Dr. Abd.

Rahman Razak, SE., M.S selaku Penasehat Akademik penulis. Terima kasih atas segala bantuan yang senantiasa diberikan hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Ekonomi.

4. Bapak Dr. Ir. Muhammad Jibril Tajibu, SE., M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Munawwarah S. Mubarak, SE., M.Si selaku pembimbing II terima kasih telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya memberikan bimbingan, petunjuk, ide dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin yang telah banyak menginspirasi peneliti selama menjalankan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin serta memberikan ilmu pengetahuan, arahan, bimbingan dan nasihatnya kepada peneliti selama menuntut ilmu di Universitas Hasanuddin.

(8)

vii

Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Ibu Saharibulan, Ibu Saidah, Pak Masse, Pak Aspar, Pak Akbar, Pak Safar, Pak Umar, Pak Bur dan Pak Budi yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

7. Kepada Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan yang telah memberi kemudahan dalam pengambilan data.

8. Buat teman-teman angkatan PRIMES, terimakasih atas support dan segala informasi yang disampaikan, Cepat-cepat miki guys, dan tetap kompak yah pokoknya kalian luar luar binasa hehehe.

9. Buat teman-teman rumah Barbie, Rifka, Tami, Vivit, meri, wiwi, Irma, Nita dan Widodo yang selalu memberikan saya semangat kejar target wisudah eh malah kelewatan dan malah dapatnya bulan 12 padahal dulu maunya kita bersamaan wisuda biar tidak ada yang dapat itu hahahaha.

10. Sahabat sahabat karibku, Masrurah. SE. Sukma Suryanti, Suci Chantika Haq, Asninda, Resky Mr, An Umillah, Kurniati Mansyur, Muhammad Isyah, Imam Maulana, Rika Sukmawati dll, Terimakasih Sobat, teman seperjuangan, kalian telah banyak membantuku dalam meyelesaikan skripsi ini dan memberi hari-hari penuh warna dalam dunia kampus.

11. Lekopancing Squad, partner KKN posko Lekopancing. Kak Hizkia, Farnida yang sudah wisuda periode bulan lalu. Ince Nurul dan Kak Rahmad yang masih berusaha menyelesaikan skripsi. Kalian Luar biasa semoga kita semua bisa berkumpul lagi yah sebenarnya aku rindu sama kalian hehehe.

12. Teman-teman KKN Reguler Gel. 96 Unhas Kec. Tanralili Kab. Maros terima kasih untuk hari-hari yang berkesan selama di lokasi KKN.

(9)

viii

13. Terima kasih juga buat keluarga Starmaker Bang Eril, Bang Agus, Bang Dirga, Bang Rudi, Kanda Romy, Bos Kaifar, Kak Maman, Kak Irma Cantik, kak Wanti manis, Kak Nisa cantik manis dan yang terakhir teman ledak indah.

14. Dan tentunya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang dengan tulus memberikan motivasi serta doa sehingga atas izin Allah subhanahu wata’ala skripsi ini dapat terselesaikan.

Tiada kata-kata yang lebih selain ucapan terima kasih, semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. Akhir kata penulis berharap semoga hasil penulisan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amiien.

Makassar, 13 November 2018

HASRIANTI

(10)

ix

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Hasrianti1

Muhammad Jibril Tajibu2 Munawwarah S. Mubarak3

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin (hasriantirinda@gmail.com)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai total produksi sektor industri manufaktur, upah minimum provinsi, investasi sektor industri manufaktur dan total pengeluaran pemerintah terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Selatan periode tahun 2001-2016. Adapun variabel yang diamati dalam penelitian ini nilai total produksi, upah, total investasi, total pengeluaran pemerintah dan penyerapan tenaga kerja. Dalam penelitian ini menggunakan analisis linier berganda dengan menggunakan eviews versi 9. Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai total produksi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur, upah minimum provinsi berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur, total investasi tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur begitupun dengan total pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur.

Kata kunci: Penyerapan Tenaga Kerja, Nilai Total Produksi, Upah, Total Investasi, Total Pengeluaran Pemerintah.

(11)

x ABSTRACT

ANALYSIS OF THE IMPLEMENTATION OF MANUFACTURING INDUSTRIAL SECTOR SOUTH SULAWESI PROVINCE

Hasrianti1

Muhammad Jibril Tajibu2 Munawwarah S. Mubarak3

Economic and Business Faculty , Hasanuddin University (hasriantirinda@gmail.com)

This study aims to analyze the effect of the value of total manufacturing industry sector, provincial minimum wage, manufacturing industry investment and total government expenditure on employment in the province South Sulawesi for the period 2001-2016. The variables observed in this study are total production value, wages, total investment, total government expenditure and employment. In this study using multiple linear analysis using eviews version 9. Based on the estimation results show that the total production value has a positive effect on labor absorption in the manufacturing industry sector, the provincial minimum wage has a negative effect on employment in the manufacturing industry sector, the total investment has no effect on absorption the manufacturing sector labor force as well as the total government expenditure does not affect the employment of the manufacturing industry sector.

Keywords: Labor Absorption, Total Production Value, Wages, Total Investment, Total Government Expenditures.

(12)

xi

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PEGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... ix

ABSTRACK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Konsep Industri ... 9

2.1.2 Konsep Tenaga Kerja ... 11

2.1.3 Konsep Penyerapan TenagaKerja ... 13

2.1.4 Konsep Total Produksi ... 15

2.1.5 Konsep Upah... 18

2.1.6 Konsep Investasi ... 21

2.1.7 Konsep Pengeluaran Pemerintah ... 24

2.2 Pengaruh Antar Variabel ... 26

(13)

xii

2.2.1 Pengaruh Total Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja ... 26

2.2.2 Pengaruh Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 26

2.2.3 Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja... 27

2.2.4 Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Penyerapan tenaga Kerja ... 28

2.3 Penelitian Terdahulu ... 28

2.4 Kerangka Pemikiran ... 30

2.5 Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN... 32

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 32

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.3 Jenis Penelitian... 33

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5 Metode Analisis Data ... 33

3.6 Definisi Operasional Variabel ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 38

4.1.1 Kondisi Geografis ... 38

4.1.2 Kondisi Demografis ... 38

4.1.3 Kondisi Perekonomian ... 39

4.2 Industri Manufaktur ... 40

4.3 Perkembangan Variabel Penelitian ... 42

4.3.1 PenyerapanTenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Di Sulawesi Selatan tahun 2001-2016 ... 42

(14)

xiii

Manufaktur Di Sulawesi Selatan tahun 2001-2016 ... 46

4.3.3 Perkembangan Upah Minimum Regional Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2001-2016 ... 47

4.3.4 Perkembangan Total Investasi Sektor Industri Manufaktur Di Sulawesi Selatan tahun 2001-2016 ... 49

4.3.5 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan 2001-2016 ... 50

4.4 Analisis Hasil dan Pembahasan ... 50

BAB V PENUTUP ... 60

5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN ... 64

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

1.1 Total Produksidan Jumlah Tenaga Kerja yang terserap di Sektor

Industri Manufaktur Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001-2016 ... 4 2.1 Klasifikasi Industri Menurut BanyaknyaTenaga Kerja ... 10 2.2 Klasifikasi Industri Manufaktur Menurut ISIC Dua Digit ... 11 4.1 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas

Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha ... 41 4.2 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja yang Terserap pada Sektor

Industri Manufaktur di Provinsi Sulawesi SelatanTahun 2001-2016 ... 43 4.3 Perkembangan Nilai Total Produksi Sektor Industri Manufaktur

di Provinsi Sulawesi Selatan 2001-2016 ... 45 4.4 Perkembangan Upah Minimum Regional Provinsi Sulawesi

SelatanTahun 2001-2016 ... 47 4.5 Perkembangan Total Investasi Sektor Industri Manufaktur

di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001-2016 ... 48 4.6 Perkembangan Total Pengeluaran Pemerintah di Provinsi

Sulawesi Selatan 2001-2016 ... 49 4.7 Hasil Estimasi Regresi Semua Variabel ... 50 4.8 Perbandingan Hasil Estimasi Model 1, 2, 3, dan 4 ... 53

(16)

xv

1. Tren Populasi Penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan, 2012-2016 ... 2 2. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi

Sulawesi Selatan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2010 ... 3 3. Komposisi Penduduk Dan Tenaga Kerja ... 13 4. Kerangka Pemikiran ... 30 5. Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Provinsi

Sulawesi Selatan Tahun 2001-2016 ... 40

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sulawesi Selatan telah ditetapkan sebagai salah satu koridor utama pembangunan khususnya di Kawasan Timur Indonesia. Pembangunan ekonomi yang mengarah pada industrialisasi dapat dijadikan motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan juga dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk untuk memenuhi lapangan pekerjaan. Jika dilihat dari kebijakan makro ekonomi Pemerintah baik dari sudut kebijakan fiskal maupun moneter, dapat terlihat bahwa sektor industri manufaktur memegang peranan strategis dalam upaya mencapai sasaran pembangunan ekonomi.

Pembangunan ekonomi sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja, karena pada hakikatnya, tenaga kerja merupakan kendaraan yang akan mendorong pembangunan ekonomi. Dalam teori klasik menganggap bahwa manusialah yang merupakan faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena tanah tidak akan ada artinya jika tidak ada sumber daya manusia yang dapat mengolahnya. Dan dalam hal ini teori klasik Adam Smith, juga menyatakan bahwa alokasi sumber daya manusia yang bersifat efektif adalah pemula pembangunan ekonomi. Jika sumber daya manusia dapat bersifat efektif maka akan mampu memberikan sumbangsi terhadap pembangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia adalah faktor utama dalam pembangunan (Mankiw 2007).

Masalah kesempatan kerja tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi akan berdampak pada laju pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi pula. Dilihat dari

(18)

jumlah penduduk Angkatan Kerja

data badan pusat statistik yang paling banyak termasuk dalam kategori tenaga kerja adalah kebanyakan di usia produktif. Berikut adalah data mengenai jumlah penduduk dan angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 1.1 Tren Populasi Penduduk dan Angkatan Kerja diSulawesi Selatan

Sumber : (Badan Pusat Satitistik 2016)

Pada Gambar 1.1 kita dapat menyimpulkan bahwa jumlah populasi penduduk dan jumlah angkatan kerja di Sulawesi Selatan selama kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami peningkatan. Seiring populasi penduduk yang meningkat, maka harus di iringi dengan kesempatan kerja. Karena, jika populasi penduduk tinggi tetapi kesempatan kerja kurang, maka akan menciptakan pengangguran.

Terbatasnya lapangan kerja yang tersedia di Provinsi Sulawesi Selatan tidak diimbangi dengan jumlah angkatan kerja sehingga berdampak pada tingginya jumlah pengangguran. Pada hakekatnya, tingginya angka pengangguran ini akan berdampak pada pembangunan ekonomi. Untuk itu diperlukan peranan pemerintah untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan

(19)

3

Milyar Rupiah

Lapangan Usaha

2012 2013 2014 2015 2016 tersebut. Kebijakan perluasan kesempatan kerja merupakan suatu kebijakan penting dalam pelaksanaan pembangunan karenasalah satu tolak ukur untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu wilayah adalah untuk menciptakan kesempatan kerja.

Gambar 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Usaha Berdasarkan Harga Konstan 2010.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

Dapat dilihat dari Gambar 1.2 bahwa sektor terbesar penyumbang PDRB di Sulawesi Selatan merupakan Sektor pertanian. Sektor industri manufaktur sendiri menduduki tempat ketiga penyumbang terbesar PDRB di Provinsi Sulawesi Selatan. Pertumbuhan sektor industri manufaktur dapat dilihat dari kontribusi terhadap PDRB yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang mengindikasikan bahwa pertumbuhan sektor industri memberikan pengaruh yang baik dalam pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan dan dalam hal penyerapan tenaga kerja. Karena sektor industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang berpotensi dalam menyerap tenaga kerja yang banyak. Maka dari itu sektor industri manufaktur dijadikan sebagai sektor andalan di provinsi Sulawesi Selatan.

(20)

Tabel 1.1 Total Produksi dan Jumlah Tenaga Kerja yang terserap di Sektor Industri ManufakturProvinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001-2016.

Tahun

Total Produksi Sektor Industri Manufaktur (Milyar Rupiah)

Jumlah Tenaga Kerja yang diserap (Jiwa)

2001 14.498,12 312.262

2002 14.930,01 245.012

2003 15.414,92 257.753

2004 16.372,58 265.136

2005 17.567,13 232.885

2006 18.835,34 238.329

2007 19.728,33 237.589

2008 21.446,59 234.205

2009 22.227,80 214.608

2010 23.604,46 197.342

2011 25.736,56 223.246

2012 27.966,14 225.880

2013 30.545,25 196.332

2014 33.293,32 202.003

2015 35.506,00 230.459

2016 38.454,81 213.950

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

Dapat dilihat pada Tabel 1.1, secara umum produksi sektor industri manufaktur mengalami peningkatan selama tahun 2001-2016. Produksi sektor industri manufaktur terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun.

Berbanding terbalik dengan penyerapan tenaga kerjanya, faktanya tenaga kerja yang diserap dalam sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun terus berfluktuasi bahkan dengan tren menurun dan yang paling banyak diserap terjadi pada tahun 2001 yaitu sebanyak 312.262 Jiwadan yangpaling sedikit terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak 196.332 Jiwa. Hingga tahun 2016 jumlah tenaga kerja yang bekerja disektor industri mengalami penurunan dengan jumlah tenaga kerja 213.950 Jiwa.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan industri agar terjadi hubungan positif antara pertumbuhan industri dengan penyerapan

(21)

5 tenaga kerja adalah bagaimana agar pembangunan industri dapat memberikan kontribusi yang nyatadalam penyerapan tenaga kerja dan dalam mengatasi pengangguran. Jadi hal inilah yang yang menjadi permasalahan dan perlu dicari pemecahannya faktor apa yang menyebabkan penyerapan tenaga kerjanya berkurang.

Jadi faktor yang menjadi penyebab menurun dan meningkatnya suatu penyerapan tenaga kerja yaitu bisa dilihat dari seberapa total produksi yang dihasilkan dari tahun ke tahun. Secara teori pengaruh total produksi dengan penyerapan tenaga kerja memiliki hubungan yang positif dengan kata lain apabila total produksi bertambah maka jumlah tenaga kerja yang diserap juga akan bertambah teori ini dikemukakan oleh Arthur Okun atau yang dikenal dengan istilah Okun’s Law (Mankiw 2007).

Faktor lain yang juga memiliki pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja adalah seberapa besar nilai investasi. Adapun pendapat Harrod-Domar (Mulyadi 2000) mengenai hubungan antara investasi dengan penyerapan tenaga kerja adalah investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor produksi, otomatis akan ditingkatkan penggunaannya.

Selanjutnya faktor lain yang secara teori berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja adalah tingkat upah. Pada dasarnya persoalan upah masih menjadi topik yang penting untuk dibahas karena upah merupakan masalah yang sensitif bagi buruh terutama di sektor industri manufaktur.Tingkat upah minimum yang selalu meningkat tersebut akan membebani pihak pengusaha sehingga mereka harus mengurangi jumlah tenaga kerja yang ada.

Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat upah minimum yang semakin tinggi akan

(22)

mengurangi jumlah tenaga kerja yang telah bekerja serta mengurangi kesempatan kerja bagi yang belum bekerja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Sulistiawati 2012) menjelaskan bahwa Upah Minimum berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Salah satu faktor lain yang juga memiliki pengaruh pada peningkatan penyerapan tenaga kerja adalah pengeluaran pemerintah. Dalam teori Wagner, menurutnya apabila dalam suatu perekonomian pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan ikut meningkat. Dan apabila pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan maka akan meningkatkan pula penyerapan tenaga kerja pada suatu sektor.

Melihat peran sektor industri di Sulawesi Selatan yang demikian besar memberikan indikasi bahwa sektor tersebut diharapkan dapat berperan dalam memacu pertumbuhan daerah. Pertumbuhan dan perkembangan sektor industri tersebut menjanjikan semakin luasnya kesempatan kerja dan memberikan solusi bagi masalah pengangguran di Indonesia pada umumnya dan Sulawesi Selatan pada khususnya. Dengan adanya Nilai Total Produksi, UMP, Total Investasi, dan Total Pengeluaran Pemerintah yang berlaku dapat mempengaruhi naik turunnya kemampuan sektor Industri manufaktur dalam menyerap tenaga kerja di Sulawesi Selatan.

(23)

7 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana pengaruh nilai total produksi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan.

1.2.2 Bagaimana pengaruh Upah Minimum Provinsi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan.

1.2.3 Bagaimana pengaruh total investasi terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan.

1.2.4 Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh nilai total produksi sektor industri manufaktur terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan.

1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh Minimum Provinsi (UMP) sektor industri manufaktur terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan.

1.3.3 Untuk mengetahui pengaruh total investasi Upah terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan.

1.3.4 Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran Pemerintah terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan.

(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut : 1.4.1 Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan tolak ukurbagi

pemerintah maupun swasta untuk lebih memperhatikan tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan.

1.4.2 Penelitian dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya pada bidang ekonomi pembangunan karena sektor industri manufaktur merupakan sektor yang dapat menjadi jalan keluar bagi permasalahan ketenagakerjaan terutama di Provinsi Sulawesi Selatan.

1.4.3 Sebagai bahan referensi dan pembanding bagi para peneliti lain yang ingin meneliti masalah ini dengan memasukkan determinan atau variabel- variabel lain yang turut mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Sulawesi Selatan.

(25)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep, proposisi yang telah disusun rapi, dan sistematis tentang variabel-variabel dalam sebuah penelitian.

Landasan teori ini akan menjadi dasar yang kuat dalam penelitian yang akan dilakukan. Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. (Sugiyono 2013)

2.1.1 Konsep Industri

Dari sudut pandang teori ekonomi mikro menyatakan bahwa industrimerupakan kumpulan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangaterat. Namun demikian, dari sisi pembentukan pendapatan secara makro industri diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah.

Dalam istilah ekonomi, industri juga mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit, dalam pengertian secara luas industri mencakup semua usaha dan kegiatan di bidang ekonomi yang bersifat produktif, sedangkan pengertian secara sempit industri adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.

Sedangkan menurut BPS sektor industri manufaktur adalah suatu kegiatan

(26)

ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yanglebih nilainya (Teguh 2010).

Menurut (Badan Pusat Satitistik), sektor industri dibedakan menjadi industri besar dan sedang serta industri kecil dan rumah tangga.

Tabel 2.1 Klasifikasi Industri Menurut Banyaknya Tenaga Kerja NO. Klasifikasi Industri Jumlah Tenaga Kerja

1 Industri Besar 100 ke atas

2 Industri Sedang 20 – 99

3 Industri Kecil 5 – 19

4 Industri Rumah Tangga 1 – 4

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

Dalam hal ini, industri manufaktur dipandang sebagai pendorong atau penggerak perekonomian suatu daerah. Seperti umumnya Negara sedang berkembang, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan setiap daerah memiliki keragaman dan keunggulan sumber daya alam. Disisi lain, Indonesia memiliki jumlah penduduk atau angkatan kerja yang sangat tinggi.

Sektor industri manufaktur menjadi media untuk memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah yang pada gilirannya akan mampu menyerap tenaga kerjayang besar.

Selain penggolongan menurut kategori, perusahaan industri dapat dibedakan menurut klasifikasi lapangan usaha yang berdasar kepada International Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC),

yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dengan nama Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).

Industri diklasifikasikan menurut produksi utama yang dihasilkan dalam satu tahun berdasarkan International Standard of Industria Classification (ISIC).

Klasifikasi tersebut selanjutnya disesuaikan dengan keadaan di Indonesia dan

(27)

11 dinamakan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dengan kode 3 adalah sektor industri manufaktur. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya. Secara garis besar ada sembilan jenis industri di bawah ini :

Tabel 2.2

Klasifikasi Industri Manufaktur Menurut ISIC Dua Digit

Kode Kelompok Industri

31 Sektor Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 32 Sektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit

33 Sektor Industri Kayu dan Barang-Barang dari Kayu, Termasuk Perabot Rumah Tangga

34 Sektor Industri Kertas dan Barang-Barang dari Kertas, Percetakan, dan Penerbitan

35 Sektor Industri Kimia dan Barang-Barang dari Bahan Kimia, Minyak Bumi, Batu Bara, Karet, dan Plastik

36 Sektor Industri Bahan Galian Bukan Logam, Kecuali Minyak Bumi dan Batu Bara

37 Sektor Industri Logam Dasar

38 Sektor Industri Barang dari logam, Mesin, dan Peralatannya 39 Sektor Industri Pengolahan Lainnya

Sumber ; Badan Pusat Statistik, 2016

2.1.2 Konsep Tenaga Kerja

Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan dan menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran, serta pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) diarahkan pada pembentukan tenaga profesional yang mandiri dan beretos kerja produktif. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang ditujukan pada

(28)

peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efesiensi, efektif, dan berjiwa wirausaha sehingga mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja (Mankiw 2007).

Tenaga kerja merupakan bagian penting dari perekonomian suatu negara yang merupakan merupakan salah satu dari faktor produksi. Adam Smith menganggap bahwa manusialah sebagai faktor produksi yang utama yang menentukan kemakmuran bangsa - bangsa. Alasannya, alam (tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia yang pandai mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja di Indonesia dibedakan menurut umur. Di Indonesia berdasarkan pengertian sensus penduduk dipilih batas-batas umur minimum 15 tahun ke atas sampai dengan 64 tahun. Dengan demikian tenaga kerja yang dimaksud adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas sampai dengan 64 tahun. Penduduk yang berada dibawah 15 tahun digolongkan sebagai bukan tenaga kerja. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pengertian lebih jelas mengenai tenaga kerja dapat dilihat pada gambar dibawah ini mengenai komposisi penduduk dan tenaga kerja.

(29)

13 Gambar 2.1 Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja

Sumber : (Payaman 1985).

Tenaga kerja (manpower) dibagi menjadi dua yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Adapun yang termasuk angkatan kerja yaitu

tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu tidak sedang bekerja, dan mencari pekerjaan. Sedangkan yang bukan angkatan kerja yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan dimana kegiatan utamanya bukan bermaksud untuk menghasilkan pendapatan atau barang dan jasa contohnya, pelajar, ibu rumah tangga (IRT), pensiunan dll.

2.1.3 Konsep Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam satu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam satu

(30)

unit usaha (badan pusat satitistik, n.d.). Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan (BPS). Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja apabila unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja.

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dengan harga. Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan tenaga kerja berarti hubungan antara tingkat upah dengan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki untuk dipekerjakan. Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Masyarakat membeli barang dan jasa karena barang dan jasa tersebut memberikan kepuasan kepadanya. Sementara pengusaha mempekerjakan seseorang karena orang tersebut membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada masyarakat. Dengan kata lain, pertambahan permintaan terhadap tenaga kerja bergantung pertambahan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang diproduksi. Permintaan tenaga kerja yang seperti itu dinamakan derived demand (Payaman 1985).

(Sudarsono 2007), menyatakan bahwa penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah angkatan kerja yang bekerja yang tersedia di satu daerah.

Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu, permintaan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain naik turunnya permintaan

(31)

15 pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi.

Mengacu pada uraian di atas, maka diperoleh kesimpulan adanya perbedaan antara permintaan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang diminta atau dalam hal ini tenaga kerja yang diserap oleh sektor usaha tertentu di suatu wilayah. Permintaan tenaga kerja adalah keseluruhan hubungan antara berbagai tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang diminta untuk dipekerjakan.

Sedangkan jumlah tenaga kerja yang diminta lebih ditujukan pada kuantitas dan banyaknya permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu. Jadi yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di sektor industri manufaktur provinsi Sulawesi Selatan.

2.1.4 Konsep Total Produksi

Produksi merupakan semua kegiatan untuk menciptakan dan menambahkegunaan suatu barang atau jasa dengan memanfaatkan faktor–

faktor produksi yangtersedia. Faktor–faktor produksi adalah sumber–sumber ekonomi yang harus diolaholeh perusahaan untuk dijadikan barang dan jasa untuk kepuasan konsumen sekaligus memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Produksi merupakan suatu proses yang mengubah input menjadi output.

Produksi meliputi semua kegiatan untuk menciptakan/menambah nilai/guna suatu barang/jasa. Adapun fungsi produksi merupakan hubungan antara faktor- faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawanan) dan tingkat produksi yang diciptakan. Dalam kaitannya dengan proses produksi,

(32)

dalam hal ini akan dibahas tentang output yang memiliki keterkaitan penuh terhadap produksi suatu industri.

Total produksi sektor industri manufaktur sendiri terlihat pada besarnya sumbangan sektor ini pada PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB sendiri adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu wilayah tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun yang bersangkutan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung dengan menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar, dan dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan harga konstan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi riil dari tahun ke tahun.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut BPS didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. BPS juga mendefinisikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen.

Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan. PDRB disusun atas dasar harga berlaku atau dikenal dengan PDRB nominal disusun berdasarkan harga

(33)

17 yang berlaku pada periode penghitungan, dan bertujuan untuk melihat struktur perekonomian. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan disusun berdasarkan harga pada tahun dasar dan bertujuan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Keynes bahwa pasar tenaga kerja hanyalah mengikuti apa yang terjadi di pasar barang. Apabila output yang diproduksikan naik, maka jumlah orang yang dipekerjakan juga naik (Hal ini dapat dikaitkan dengan konsep fungsi produksi, yang menyatakan bahwa menaikkan output hanya dapat tercapai apabila input (tenaga kerja) ditingkatkan penggunaannya (Furqon 2014).

Dalam teori ekonomi dikenal istilah Hukum Okun (Okun’s Law), yaitu hukum yang dikenalkan oleh Arthur Okun pada tahun 1962 untuk menguji secara empiris hubungan antara pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi. Hukum Okun menyatakan adanya hubungan negatif yang linear antara pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi: 1% kenaikan tingkat pengangguran akan menyebabkan menurunnya pertumbuhan ekonomi sebesar 2% atau lebih.

Sebaliknya1% kenaikan pada output akan menyebabkan penurunan tingkat pengangguran sebesar 1% atau kurang (Mudrajad kincoro 2015).

Penelitian Okun (1980) dalam Dornbusch (1991) di Amerika Serikat yangdilatarbelakangi anggapan bahwa dari waktu ke waktu angkatan kerja mengalami pertumbuhan sehingga pengangguran akan naik kecuali jika output riil maupun kesempatan kerja mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Dalam bentuk pertumbuhan, Okun membuktikan bahwa tingkat pengangguran akan turun sebesar 0,4 persen setiap laju pertumbuhan PDB riil sebesar 1 persen per tahun. Hukum Okun ini merupakan hasil dari penelitian empiris sehingga hukum

(34)

tersebut bukan merupakan hukum yang tetap, karena angka estimasi atas hubungan antara trend laju pertumbuhan output dan tingkat pengangguran akan berubah dari waktu ke waktu.

Tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan output selama siklus bisnis. Pergerakan ini diidentifikasi pertama kali oleh Arthur Okun, dan sekarang dikenal dengan nama Hukum Okun. Salah satu konsekuensi Hukum Okun adalah PDB riil harus tumbuh secepat PDB potensial untuk menjaga agar tingkat pengangguran tidak meningkat.PDB harus tetap melaju untuk menjaga tingkat pengangguran stabil. Jika pengangguran ingin diturunkan, PDB sebenarnya harus tumbuh lebih cepat dari PDB potensial (Mankiw 2007).

Dengan kata lain, dengan meningkatnya PDB maka akan meningkatkan jumlah tenaga kerja. Oleh karena itu hubungan antara jumlah output dengan penyerapan tenaga kerja adalah apabila terjadi kenaikan permintaan output yang dihasilkan suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut cenderung akan meningkatkan jumlah tenaga kerjanya untuk memenuhi kebutuhan tersebut atau dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang ada.

2.1.5 Konsep Upah

Upah adalah suatu penerimaan berupa imbalan dari pemberi kerja yang diberikan kepada penerima kerja atas pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Permintaan tenaga kerja merupakan fungsi dari tingkat upah. Semakin tinggi tingkat upah, semakin kecil permintaan pengusaha akan tenaga kerja.

Kenaikan tingkat upah akan diikuti oleh turunnya jumlah tenaga kerja yang diminta, yang berarti akan menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran.

Demikian pula sebaliknya, dengan turunnya tingkat upah, maka akan diikuti oleh

(35)

19 meningkatnya permintaan tenaga kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa perrnintaan tenaga kerja mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat upah.

Tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan.

Kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi, yang selanjutnya akan meningkatkan harga per unit produk yang dihasilkan (Haryani 2002).

Badan Pusat Statistik mengartikan upah/gaji bersih sebagai penerimaan buruh/karyawan berupa uang atau barang yang dibayarkan perusahaan/ kantor/

majikan tersebut. Senada dengan hal itu, pengertian upah menurut Undang- Undang Tenaga Kerja No.13 Tahun 2003, Bab I, pasal 1, Ayat 30 yaitu upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha / pemberi kerja kepada pekerja / buruh yang ditetapkan dan di bayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja / buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan jasa yang telah atau akan dilakukan.

Standar upah buruh harus ada batasan minimumnya. Negara berkembang tidak boleh seenaknya menentukan upah buruh serendah mungkin.

Selanjutnya, perwujudan penghasilan yang layak dilakukan pemerintah melalui penetapan UMP atas dasar kebutuhan hidup layak. Kebijakan mengenai upah minimum menimbulkan perbedaan pendapat dikalangan ekonom. Kebanyakan para ekonom menyatakan bahwa kebijakan peningkatan upah minimum sering menyebabkan terjadinya pengangguran sebagian pekerja. Namun, mereka berpendapat bahwa pengorbanan itu setimpal untuk mengentaskan kemiskinan kelompok masyarakat lainnya.

(36)

Teori upah klasik pertama kali dicetuskan oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations pada tahun 1776. Smith mengatakan bahwa upah ditentukan oleh pasar melalui hukum permintaan dan penawaran. Pekerja dan pengusaha secara alamiah akan mengikuti keinginan mereka sendiri; buruh akan tertarik pada pekerjaan dimana buruh lebih dibutuhkan. Smith menambahkan bahwa pekerja membutuhkan kompensasi dengan peningkatan upah jika mereka menanggung biaya untuk memperoleh keterampilan baru, sebuah asumsi yang masih diterapkan dalam teori modal manusia kontemporer.

Smith juga mempercayai dalam kasus di negara-negara maju, tingkat upah harus lebih tinggi dibandingkan tingkat subsistensi untuk memacu pertumbuhan penduduk, karena semakin banyak penduduk yang dibutuhkan untuk memenuhi lapangan pekerjaan tambahan yang diciptakan dari kemajuan ekonomi.

Teori berikutnya mengenai upah adalah teori subsisten.Teori ini lebih condong ke aspek penawaran tenaga kerja dibanding permintaan tenaga kerja.

Menurut teori ini, perubahan dalam penawaran tenaga kerja merupakan kekuatan dasar yang akan mendorong upah riil ke tingkatan upah minimum yang dibutuhkan untuk subsisten (yaitu, untuk kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal). Elemen dari teori ini sebenarnya muncul dalam buku Adam Smith, The Wealth of Nation, dimana Smith menulis bahwa upah yang dibayarkan kepada pekerja haruslah cukup untuk kehidupan sehari-hari dan untuk keluarga mereka (Asruni 2014).

Ekonom klasik Inggris seperti David Ricardo dan Thomas Malthus memiliki pandangan yang pesimis mengenai hal yang dikemukakan Smith tersebut. Ricardo menulis bahwa ―harga alami‖ dari tenaga kerja hanyalah harga yang dibutuhkan oleh buruh untuk bertahan hidup dan melanjutkan keturunan.

(37)

21 Pernyataan Ricardo tersebut sesuai dengan teori Malthus mengenai populasi, dimana populasi akan menyesuaikan diri dari sarana penunjang itu.

Karl Marx, pakar ekonomi dari Prusia juga memiliki pandangan tersendiri mengenai upah. Dalam estimasi Marx, bukanlah tekanan jumlah penduduk yang mendorong upah ke tingkat subsisten melainkan keberadaan jumlah pengangguran yang besar. Marx memperbarui keyakinan Ricardo bahwa nilai tukar dari setiap produk ditentukan oleh jam kerja yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menciptakannya.

2.1.6 Konsep Investasi

Menurut (Sukirno 2006), Investasi didefinisikan sebagai pengeluaran- pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang- barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan.

Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

Investasi dapat digolongkan dengan berbagai pembelian ataupun pengeluaran sebagai berikut: (a) pembelian berbagai jenis barang modal seperti mesin-mesin dan peralatan-peralatan produksi lainnya yang digunakan untuk mendirikan berbagai macam industri atau perusahaan; (b) pembelian untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan- bangunan lain yang memiliki nilai tambah; (c) pertambahan nilai stok barang- barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.

(38)

Investasi memiliki 3 (tiga) peran yaitu 1) merupakan salah satu pengeluaran agregat, dimana peningkatan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional, 2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi di masa depan dan perkembangan ini menstimulir pertambahan produksi nasional dan kesempatan kerja, 3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi, sehingga akan memberikan kenaikan produktivitas dan pendapatan perkapita masyarakat.

Investasi membutuhkan stabilitas di bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Kepastian di bidang hukum akan memberikan kemudahan bagi perkembangan ekonomi dan membantu para pelaku usaha dalam mengambil keputusan ekonomi. Semakin besar tingkat kepastian, maka semakin memungkinkan suatu perusahaan untuk melakukan investasi baik dalam skala rendah, menengah bahkan skala tinggi dan begitu pula sebaliknya, (Suryana 2000).

Menurut teori yang dikemukakan dikemukakan oleh Evsey Domar dan Sir Ray F. Harrod (Harrod-Domar), bahwa kenaikan tingkat output dan

kesempatan kerja dapat dilakukan dengan adanya akumulasi modal (investasi) dan tabungan. Teori ini pada hakekatnya berusaha menerangkan syarat yang diperlukan agar suatu perekonomian mencapai pertumbuhan yang kuat yaitu pertumbuhan yang akan selalu menciptakan penggunaan alat-alat modal dan akan selalu berlaku dalam perekonomian. Dalam teori ini pembentukan investasi dipandang sebagai suatu pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu perekonomian dalam menghasilkan barang-barang maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif masyarakat (menaikkan pendapatan nasional).

(39)

23 Menurut teori ini secara lebih spesifik tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara langsung atau secara ―positif‖ berbanding lurus dengan rasio tabungan (yakni semakin banyak bagian PDB yang ditabung dan diinvestasikan maka akan lebih besar lagi pertumbuhan PDB yang dihasilkannya) dan secara ―negatif‖ atau berbanding terbalik terhadap rasio modal-output nasional maka tingkat pertumbuhan PDB akan semakin rendah (Herdiyanti 2016).

Dalam teori klasik menganggap bahwa investasi merupakan suatu pengeluaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk meningkatkan produksi. Jadi investasi merupakan pengeluaran yang akan menambah jumlah alat-alat produksi dalam masyarakat dimana pada akhirnya akan menambah pendapatan sehingga pertumbuahan ekonomi dapat tercapai.

Dengan adanya kegiatan produksi yang meningkat, maka perusahaan membutuhkan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat meningkat, dan selanjutnya akan menciptakan permintaan di pasar. Pasar akan berkembang dan berarti juga volume kegiatan produksi berkembang, kesempatan kerja dan pendapatan di dalam negeri ikut meningkat.

Dalam teori Neoklasik didasarkan pada pemikiran-pemikiran ekonomi klasik mengenai penentuan keseimbangan faktor-faktor produksi oleh perusahaan-perusahaan. Untuk memaksimumkan keuntungannya, setiap perusahaan akan menggunakan suatu faktor produksi hingga pada suatu tingkat dimana nilai produksinya sama dengan biaya yang dibelanjakan untuk memperoleh satu unit faktor produksi tersebut. Bila diaplikasikan pada tenaga kerja berarti nilai. Dan menurut Boediono di dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu Investasi akan di laksanakan atau tidak, tergantung pada

(40)

perbandingan antara besarnya keuntungan yang di harapkan yang menyatakan dalam persentase satuan waktu di suatu pihak dan biaya penggunaan dana atau tingkat bunga di pihak lain(Boediono 1992).

2.1.7 Konsep Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah (APBD yang ditinjau dari sisi pengeluarannya) adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membeli barang dan jasa, sehingga dapat dikatakan bahwa pengeluaran pemerintah adalah salah satu unsur permintaan agregat yang akan berpengaruh pada pertumbuahan ekonomi dan pada peningkatan tenaga kerja.

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah.Apabila pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Pengeluaran pemerintah mempunyai dasar teori yang dapat dilihat dari identitas keseimbangan pendapatan nasional yaitu Y = C + I + G + (X-M) yang merupakan sumber legitimasi pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Dari persamaan diatas dapat ditelaah bahwa kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikan atau menurunkan pendapatan nasional.

Banyak pertimbangan yang mendasari pengambilan keputusan pemerintah dalam mengatur pengeluarannya. Pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijaksanaan pengeluarannya. Tetapi juga harus memperhitungkan sasaran antara yang akan menikmati kebijaksanaan tersebut.

Memperbesar pengeluaran dengan tujuan semata-mata untuk meningkatkan pendapatan nasional atau memperluas kesempatan kerja adalah tidak memadai.

(41)

25 Melainkan harus diperhitungkan siapa yang akan terpekerjakan atau meningkat pendapatannya. Pemerintah pun perlu menghindari agar peningkatan perannya dalam perekonomian tidak melemahkan kegiatan pihak swasta (Dumairy 1997).

Teori Peacock dan Wiseman, teori mereka didasarkan pada suatu analisis penerimaan pengeluaran pemerintah. Pemerintah selalu berusaha memperbesar pengeluarannya dengan mengandalkan memperbesar penerimaan dari pajak, padahal masyarakat tidak menyukai pembayaran pajak yang besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut. Meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Dalam keadaan normal meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar.

Menurut Keynes, untuk menghindari timbulnya stagnasi dalam perekonomian, pemerintah berupaya untuk meningkatkan jumlah pengeluaran pemerintah (G) dengan tingkat yang lebih tinggi dari pendapatan nasional sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan yang akan berdampak terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja. Dan dalam teori Wagner juga menekankan pada perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang semakin besar terhadap GNP. Menurutnya apabila dalam suatu perekonomian pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan ikut meningkat.

Dan apabila belanja pemerintah mengalami peningkatan maka akan meningkatkan pula penyerapan tenaga kerja pada suatu sektor atau perusahaan.

(42)

2.2 Pengaruh Antar Variabel

2.2.1 Pengaruh Total ProduksiTerhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Pengaruh antara total produksi (PDRB) dengan tenaga kerja. Menurut Okun, terdapat hubungan yang negatif antara Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dengan pengangguran (Mankiw, 2007). Pernyataan tersebut dapat diartikan PDB atau PDRB dengan kesempatan kerja memiliki hubungan positif atau dengan kata lain apabila terjadi kenaikan PDRB, maka akan diikuti dengan kenaikan jumlah tenaga kerja. Sebaliknya jika PDRB mengalami penurunan, maka jumlah tenaga kerja juga akan ikut mengalami penurunan.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Keynes, bahwa pasar tenaga kerja hanyalah mengikuti apa yang terjadi di pasar barang. Apabila output yang diproduksikan naik, maka jumlah orang yang dipekerjakan juga naik (Hal ini dapat dikaitkan dengan konsep fungsi produksi, yang menyatakan bahwa menaikkan output hanya dapat tercapai apabila input (tenaga kerja) ditingkatkan penggunaannya (Furqon,2014).

2.2.2 Pengaruh Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Upah memainkan peranan yang penting dalam ketenagakerjaan.Upah merupakan salah satu faktor yang jika dilihat dari sisi penawaran dan permintaan, ketenagakerjaan mempengaruhi terhadap penyerapan tenaga kerja.

Menurut Todaro (2000), yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat upah yang ditawarkan kepada tenaga kerja hal ini akan menurunkan tingkat penyerapan tenaga kerja.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh (Sumarsono 2003), besar kecilnya upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan.

Biaya produksi yang tinggi meningkatkan harga produk yang pada akhirnya

(43)

27 membuat permintaan terhadap produk berkurang. Kondisi ini memaksa produsen untuk mengurangi jumlah produk yang dihasilkan, yang selanjutnya juga dapat mengurangi permintaan tenaga kerja. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat upah mempunyai hubungan yang negatif dengan tenaga kerja.

2.2.3 Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Pengaruh antara investasi dengan tenaga kerja telah di nyatakan oleh (Sukirno 2000) bahwa kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan taraf kemakmuran berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Adanya investasi akan mendorong terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan kerja baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga kerja yang pada gilirannya akan mengurangi pengangguran. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Harrod-Domar (Mulyadi, 2000), hubungan antara investasi dengan penyerapan tenaga kerja adalah investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor produksi, otomatis akan ditingkatkan penggunaannya.

Berbeda dengan pendapat (Todaro 2000) yang menyatakan bahwa, adalah hubungan negatif antara investasi dan penyerapan tenaga kerja terjadi karena adanya akumulasi modal untuk pembelian mesin dan peralatan canggih yang tidak hanya memboroskan keuangan domestik serta devisa tetapi juga menghambat upaya-upayadalam rangka menciptakan pertumbuhan penciptaan lapangan kerja baru.

(44)

2.2.3 Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari kebijakan fiskal yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian sektor industri pengolahan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan belanja pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional. Melalui pengeluaran pemerintah dapat memperbesar output yang dihasilkan oleh suatu sektor ekonomi.

Menurut teori Keynes, untuk menghindari timbulnya stagnasi dalam perekonomian, pemerintah berupaya untuk meningkatkan jumlah pengeluaran pemerintah (G) dengan tingkat yang lebih tinggi dari pendapatan nasional sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan yang akan berdampak terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja. Kemudian dalam teori Wagner juga menekankan pada perkembangan persentase pengeluaran pemerintah yang semakin besar terhadap GNP. Menurutnya apabila dalam suatu perekonomian pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah akan ikut meningkat. Dan apabila pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan maka akan meningkatkan pula penyerapan tenaga kerja pada suatu sektor atau perusahaan.

2.3 Penelitian Terdahulu

(Azhar 2011), dengan judul penelitian ―Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Manufaktur Besar dan Menengah pada Tingkat Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa total upah, bahan baku industri, jumlah perusahaan, dan produksi industri

(45)

29 manufaktur secara signifikan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur.

(Abdul Karib 2012), dengan judul penelitian ‖Analisis pengaruh produksi, investasi dan unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Sumatera Barat.‖ Penelitian menggunakan data time series dengan rentang waktu tahun 1997-2008. Berdasarkan pada penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa ketiga variabel tersebut yaitu produksi, investasi dan unit usaha berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Sumatera Barat.

(Asruni 2014), dengan judul penelitian ―Pengaruh Faktor Upah Minimum Kabupaten, Investasi Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Kecil Di Kabupaten Tanah‖. Hasil analisis menunjukkan bahwa upah minimum kabupaten dan pengeluaran pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri kecil. Sementara itu, investasi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja disektor industri kecil, yang berarti investasi berpeluang dalam penyerapan tenaga kerja.

(Tanti Siti Rochmani, Yunastiti Purwaningsih 2016), dengan judul penelitian ‖Analisis penyerapan tenaga kerja sektor industri di Provinsi Jawa Tengah.‖Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel secara bersama-sama laju pertumbuhan ekonomi, upah minimum kabupaten/kota dan jumlah unit usaha berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah.

Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi dan upah minimum kabupaten/kota berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga sektor industri, sedangkan jumlah unit usaha industri tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.

(46)

(Buchari 2016), dengan judul penelitian ―Pengaruh Upah Minimum Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Di Pulau Sumatera Tahun 2012-2015‖. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa upah minimum dan tingkat pendidikan secara signifikan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri manufaktur di Pulau Sumatera. Berdasarkan hasil analisis upah minimum memiliki koefisien negatif tapi upah minimum tidak memberikan dampak secara parsial dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, tingkat pendidikan pemberian dampak signifikan positif pada penyerapan tenaga kerja.

2.4 Kerangka Pemikiran

Dengan memperhatikan uraian yang telah dipaparkan terdahulu, maka pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan penulis sebagai landasan berpikir untuk kedepannya. Pada Gambar 2.2 dapat kita lihat bahwa, variabel nilai total produksi (X1), UMP (X2), total investasi (X3), dan total pengeluaran pemerintah (X4) sedangkan Penyerapan Tenaga Kerja(Y) yang objek penelitiannya yaitu pada sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Total Produksi (X1)

UMP (X2)

Penyerapan Tenaga kerja Sektor Industri Manufaktur Investasi (X3) (Y)

Pengeluaran Pemerintah (X4)

(47)

31 2.5 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2013), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan, maka hipotesis yang disusun adalah sebagai berikut :

2.5.1 Diduga Nilai Total Produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Sulawesi Selatan.

2.5.2 Diduga Upah Minimum Provinsi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Sulawesi Selatan.

2.5.3 Diduga Total Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Sulawesi Selatan.

2.5.4 Diduga Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur di Sulawesi Selatan.

(48)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini membahas mengenai jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor industri manufaktur yang dipengaruhi oleh total produksi sektor industri Manufaktur, investasi sektor industri manufaktur, upah minimum provinsi dan Pengeluaran Pemerintah di Provinsi Sulawesi periode tahun 2001- 2016.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur,buku-buku, serta dokumen perusahaan. Adapun sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan, BKPMD Sulawesi Selatandan Direktoral Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK online) dalam bentuk time series periode waktu 16 tahun yaitu tahun 2001-2016 yang meliputi :

3.2.1 Data jumlah tenaga kerja sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2001-2016.

3.2.2 Data nilai total produksi sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2001-2016.

3.2.3 Data upah minimum provinsi (UMP) di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2001-2016.

3.2.4 Data investasi sektor industri manufaktur di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2001-2016.

(49)

33 3.2.5 Data Pengeluaran Pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan periode

2001-2016.

3.3 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yakni kegiatan penelitian dalam usaha pencapaian kesimpulan atas hipotesis yang diajukan dengan melakukan analisis data-data kuantitatif. Adapun data-data kuantitatif yang terdapat dalam penelitian ini adalah data-data yang disajikan dalam bentuk angka-angka yang meliputi data time series.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah studi pustaka dalam hal ini BPS, sebagai metode pengumpulan data untuk mendukung suatu teori sehingga tidak diperlukan teknik sampling serta kuesioner. Sebagai pendukung data juga diperoleh dari buku- buku, jurnal, browsing internet, dan laporan tertulis lainnya yang ada hubungannya industri manufaktur dan ketenagakerjaan, demikian pula referensi kepustakaan yang berkaitan dengan tema yang diteliti.

3.5 Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisis model Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression). Persamaan regresi Linier berganda adalah persamaan regresi yang melibatkan dua atau lebih variabel dalam analisa. Tujuannya adalah untuk menghitung parameter- parameter estimasi dan untuk melihat apakah variabel bebas mampu

(50)

menjelaskan variabel terikat dan memiliki pengaruh. Variabel yang akan diestimasi adalah variabel terikat, sedangkan variabel-variabel yang mempengaruhi adalah variabel bebas. Model ini memperlihatkan hubungan variabel bebas dengan variabel terikat, digunakan untuk melihat pengaruh antara Nilai Total Produksi, Total Investasi, UMP dan Total Pengeluaran Pemerintah terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Selatan.

Pengaruh Nilai Total Produksi, Total Investasi, UMP dan Total Pengeluaran Pemerintah terhadap penyerapan tenaga kerja dirumuskan sebagai berikut:

Y = F(X1,X2,X3,X4)………..(1)

Berdasarkan fungsi pertama, dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan linear sebagai berikut:

Y = α01X1+ α2X23X3+ α4X4+ e...(2) Keterangan :

Y : Penyerapan tenaga kerja sektor industri manufaktur (Jiwa) X1 : Nilai Total Produksi sektor industri manufaktur (Rupiah) X2 : Upah Minimum Provinsi (Rupiah)

X3 : Total Investasi sektor industri manufaktur (Rupiah) X4 : Total Pengeluaran pemerintah (Rupiah)

α0 : Nilai Konstanta

α1 : Pengaruh Nilai Total Produksi terhadap penyerapan tenaga kerja α2 : Pengaruh UMP terhadap penyerapan tenaga kerja

α3 : Pengaruh Total Investasi terhadap penyerapan tenaga kerja α4 : Pengaruh Total Pengeluaran pemerintah terhadap penyerapan

tenaga kerja e : Terms of error

Referensi

Dokumen terkait

Berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada Peneliti sehingga dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul "Pengaruh Model

Interaksi antara pemberian naungan plastik transparan x kerapatan tanaman x dosis pupuk N tidak terjadi terhadap hasil bobot umbi segar (saat panen), bobot umbi kering eskip

Berdasarkan hasil pembahasan yang di lakukan pada bab sebelumnya, dapat di ambil simpulan bahwa pada pembentukan portofolio optimal saham BUMN menggunakan model indeks

Pengertian dari sebuah informasi data flow diagram Level 0 yang merupakan bagian akademis pada SMK Negeri 10 Surabaya yang memiliki empat proses utama yang

18/16/PBI/2016 pada Bab II bagian keempat, tentang pembiayaan tambahan (top up) atau sebagai pembiayaan baru berdasarkan properti yang masih menjadi agunan KP atau PP

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan deskripsi fisik tokoh utama dalam novel Hujan Bulan Juni, Pingkan Melipat Jarak dan Yang Fana Adalah Waktu karya

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang