• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SEI ULAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SEI ULAR"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SEI ULAR

SKRIPSI

MUHAMMAD YUSUF 131201088

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

1

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SEI ULAR

SKRIPSI

MUHAMMAD YUSUF 131201088

Skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

1

(4)

1

ABSTRAK

MUHAMMAD YUSUF: Analisis Perubahan Tutupan Lahan Daerah Aliran Sungai Sei Ular. Dibimbing oleh: SAMSURI

Perubahan tutupan lahan dipicu oleh pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang sangat cepat. Interaksi antara masyarakat dan lahan menyebabkan terjadinya perubahan tutupan lahan yang berdampak negatif terhadap daerah aliran sungai. Tutupan lahan di daerah aliran sungai dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan. Data dan informasi perubahan tutupan lahan diperlukan sebagai pertimbangan dalam pengendalian perubahan tutupan lahan.

Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk menganalisis perubahan tutupan lahan di daerah aliran sungai Sei Ular. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kelas tutupan lahan dan perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Sei Ular antara tahun 2007 dan 2017. Penelitian ini menggunakan citra landsat 7 TM tahun 2007 dan landsat 8 OLI tahun 2017 dengan klasifikasi terbimbing metode peluang maksimum (Maximum likelihood classifier). Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 9 kelas tutupan lahan di daerah aliran sungai Sei Ular yaitu badan air, hutan, lahan terbuka, mangrove, pemukiman, perkebunan, sawah, semak dan tambak. Perubahan tutupan lahan tahun 2007 dan tahun 2017, yaitu badan air menjadi semak sebesar 431 ha, hutan lahan kering menjadi lahan terbuka sebesar 5.727 ha, lahan terbuka menjadi sawah sebesar 5.003,6 ha, mangrove menjadi lahan terbuka sebesar 430,9 ha, pemukiman menjadi lahan terbuka sebesar 325,7 ha, perkebunan menjadi sawah sebesar 2.119,5 ha, sawah menjadi perkebunan sebesar 4.198,3 ha, semak menjadi lahan terbuka sebesar 3.654,8 ha dan tambak menjadi perkebunan sebesar 1.549,3 ha.

Kata Kunci: daerah aliran sungai, citra landsat, tutupan lahan

i

(5)

1

ABSTRACT

MUHAMMAD YUSUF: Land Cover Change Analysis of Sei Ular Watershed Supervised by: SAMSURI

Land cover change is triggered by rapid population growth and development. The interaction between society and land causes land cover change, emerge negative impact in watershed. Land cover of watershed rapidly changed year to year. Data and information of land cover change is needed as consideration in controling of land cover change. The research was conducted to analyze land cover change in the Sei Ular watershed. The research aims to compare land cover type and land cover change occurred in Sei Ular between 2007 and 2017. This study used landsat 7 TM image 2007 and landsat 8 OLI 2017 and supervised classification of maximum likelihood method. The results showed that there were 9 classes of land cover in Sei Ular watershed, that are water bodies, forests, bare land, mangroves, settlements, plantation estate, rice fields, shrubs and ponds. The land cover changed in 2007 to 2017, were the water bodies into shrubs of 431 ha, dryland forest into bare land of 5,727 ha, bare land into rice fields of 5.003.6 ha, mangrove into bare land of 430.9 ha, settlements into bare land of 325.7 ha, plantation estate into rice fields of 2,119.5 ha, rice fields into plantations estate of 4,198.3 ha, shrubs into bare land of 3,654.8 ha and ponds into plantation estates of 1,549.3 ha.

Keywords: watershed, landsat image, land cover

ii

(6)

1

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Perbaungan pada tanggal 14 Agustus 1995 dari ayah yang bernama Ruslan dan ibu Ainun Marliah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal pertama dimulai pada SD Negeri 101938 Adolina tahun 2001-2007, kemudian melanjutkan pendidikan MTS Al-Washliyah 16 Perbaungan tahun 2007-2010, lalu melanjutkan pendidikan SMA Negeri 1 Perbaungan tahun 2010-2013. Pada tahun 2013 penulis lulus melewati seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) ke Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengikuti kegiatan Praktikum Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2015 di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Aek Nauli, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Pada tahun 2017 penulis melaksnakan kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) di PT. Riau Anadalan Pulp and Paper (RAPP) Estate Pulau Padang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.

Dimasa perkuliahan, penulis aktif sebagai Ketua Divisi Badan Usaha Milik Rain Forest UKM Rain Forest dan Sekertaris Jenderal di Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Kehutanan periode 2016-2017. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Sistem Informasi Geografis tahun 2017.

iii

(7)

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Perubahan Tutupan Lahan DAS Sei Ular”. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kelas tutupan lahan yang ada di Daerah Aliran Sungai Sei Ular dan menganalisis perubahan tutupan lahan yang terjadi di DAS Sei Ular antara tahun 2007 dan 2017. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan di Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada 1. Kedua orang tua, Ayahanda Ruslan dan Ibunda Ainun Marliah yang telah

mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.

2. Kepada bapak Dr. Samsuri, S.Hut, M.Si selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberi berbagai masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini.

3. Kepada bapak Afifuddin Dalimunthe, SP, MP dan bapak Arif Nuryawan, S.Hut, M.Si, PhD sebagai dosen penguji dalam ujian komperehensif/sidang meja hijau yang telah memberi bantuan, arahan, bimbingan, serta masukan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.

4. Staf Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) 1 Medan dan selurus staf pengajar serta pegawai di Fakultas Kehutanan.

5. Kepada adik Siti Suhela dan Dinda Amanda yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis.

iv

(8)

1

6. Saudara dan sahabatku Saiful Abdi, Ulfi Rahmi, Nurhayani, Ulvha Dwi Utami, IlaAmalia, Dimas Adji Sutara, Putri Jelita, Faisal Ridho, M.

Hardiansyah, Fadilla Annisa, Aat Atiqa dan lain-lain yang tidak dapat dituliskan satu per satu yang telah membantu dan memberikan semangat pada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini. Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, September 2018

Penulis

v

(9)

1

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Perubahan Tutupan Lahan dan Penggunaan Lahan ... 4

Daerah Aliran Sungai ... 6

Sistem Informasi Geografis dan Pemanfaatan Pengindraan Jauh .. 7

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ... 10

Alat dan Data ... 11

Prosedur Penelitian ... 11

Analisis Data ... 12

Koreksi Citra ... 12

Penggabungan Citra ... 12

Pemotongan Citra (Cropping) ... 12

Klasifikasi Tidak Terbimbing (Unsupervised Classification) 12 Survei Lapangan ... 13

KlasifikasiTerbimbing (Supervised Classification) ... 13

Perhitungan Akurasi Klasifikasi Citra ... 13

Pemetaan Perubahan Penutupan Lahan ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Tutupan Lahan DAS Sei Ular Tahun 2007 dan Tahun 2017 ... 18

Perubahan Tutupan Lahan DAS Sei Ular ... 24

KESIMPULAN Kesimpulan ... 26

Saran ... 26

vi

(10)

1 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

(11)

1

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta lokasi penelitian ... 11

2. Skema tahapan penelitian ... 17

3. Peta tutupan lahan tahun 2007 ... 22

4. Peta tutupan lahan tahun 2017 ... 23

viii

(12)

1

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ... 11 2. Matrik kesalahan (confusion matrix/error matrix) ... 15 3. Luas tutupan lahan hasil interpretasi citra Landsat 7 TM tahun 2007

dan Landsat 8 OLI tahun2017 DAS Sei Ular ... 18 4. Matrik perubahan tutupan lahan citra Landsat 7 TM Tahun 2007 dan

Landsat8 OLI Tahun 2017 ... 20 5. Perubahan tutupan lahan tahun 2007dan tahun 2017 DAS Sei Ular

pertahun (ha/tahun) ... 24

ix

(13)

1

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Tipe tutupan lahan di DAS Sei Ular ... 29

2. Matrik perubahan tutupan lahan tahun 2007 – tahun 2017 ... 31

3. Matrik kontingensi interpretasi citra Landsat 7 TM tahun 2007 ... 32

4. Matrik kontingensi interpretasi citra Landsat 8 OLI tahun 2017 ... 32

x

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar

Belakang

Perubahan tutupan lahan dipicu oleh pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang sangat cepat. Interaksi antara masyarakat dan lahan menyebabkan terjadinya perubahan tutupan lahan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap daerah aliran sungai. Tutupan lahan di daerah aliran sungai dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Faktor yang menyebabkan perubahan pada lahan yaitu faktor ekonomi, sosial dan biofisik. Dampak dari perubahan lahan tersebut adalah meningkatnya aliran permukaan langsung sekaligus menurunnya air yang meresap ke dalam tanah. Akibat selanjutnya adalah distribusi air yang makin timpang antara musim penghujan dan musim kemarau, debit banjir meningkat dan ancaman kekeringan.

Perubahan penggunaan lahan adalah perubahan pemanfaatan lahan yang berbeda dengan pemanfaatan sebelumnya, baik untuk tujuan sosial, ekonomi, budaya, maupun industri. Sumberdaya fisik suatu wilayah seperti tanah, iklim, topografi, dan geologi sangat menentukan potensi suatu wilayah untuk berbagai jenis penggunaan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Dinamika perubahan penggunaan lahan seringkali menyebabkan perubahan kualitas lahan termasuk sumberdaya air dikarenakan ketidaksesuaian antara kemampuan lahan dan penggunaannya.

Sungai merupakan pendistribusi air yang memegang peranan penting dalam terjadinya banjir maupun kekeringan pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Sejumlah sungai di Sumatera Utara saat ini ada beberapa dalam kondisi

(15)

1

kritis dan cukup berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Kualitas maupun kuantitas yang menurun menimbulkan kekurangan air pada musim kemarau dan menyebabkan banjir pada musim penghujan. Salah satu DAS di Sumatera Utara yang kondisinya cukup berpengaruh pada kehidupan masyarakat adalah DAS Sei Ular (Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai, 2008).

DAS Sei Ular terletak di Provinsi Sumatera Utara yang bermuara di Selat Malaka pada posisi 30 km di sebelah timur kota Medan. DAS Sei Ular melingkupi 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai. Secara geografis DAS Sei Ular berada pada 2o0‟95”

LU – 3o0‟30” LU dan 98o0‟55” BT – 98o0‟55” BT. Panjang sungai Sei Ular sekitar 115 km dan memiliki luas DAS Sei Ular sebesar 12.234,14 km2.

Kesalahan pengelolaan lahan khususnya lahan pertanian di daerah hulu menyebabkan kondisi DAS Sei Ular mengalami kerusakan. Beberapa praktik budidaya yang dilakukan justru memicu meningkatnya aliran permukaan dan erosi tanah, sehingga memperbesar potensi banjir dan mempercepat kehilangan kesuburan tanah. Hal ini disebabkan oleh masyarakat belum memahami akibat pemanfaatan budidaya daerah berlereng terjal serta kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap konservasi tanah dan air. Kemudian dari aktifitas manusia dalam pemanfaatan lahan hutan yang melampaui daya dukung wilayah atau tidak menerapkan kaidah konservasi tanah dan air yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani, serta perilaku orang-orang yang tidak bertanggungjawab terutama dalam pembukaan lahan hutan menjadi lahan budidaya atau untuk penggunaan lainnya.

2

(16)

16

1

Penggunaan lahan di DAS Sei Ular dapat dilihat dari aktifitas perumahan, perkebunan dan pertanian yang berkembang dari tahun ke tahun, sehingga aktifitas yang terjadi kurang memperhatikan daya dukung lahan dan aspek lingkungan. Hal ini lebih memperhatikan kebutuhan ruang bagi penggunanya yaitu sektor swasta, masyarakat dan Pemerintah Daerah yang memanfaatkan sumberdaya di daerah aliran sungai. Sehingga salah satu dampak yang terjadi yaitu menurunya fungsi hidrologi daerah aliran sungai. Saat ini kondisi DAS Sei Ular terancam kelestariannya terutama oleh kegiatan manusia. Keberadaan DAS Sei Ular merupakan anugerah alam yang sangat berharga bagi makhluk hidup yang perlu dikelola dan dikembangan secara baik untuk kepentingan saat ini dan dimasa yang akan datang. Diharapkan analisis terhadap perubahan tutupan lahan di DAS Sei Ular antara tahun 2007 dan 2017 dapat dijadikan arahan dalam pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Membandingkan kelas tutupan lahan di DAS Sei Ular tahun 2007 dan 2017.

2. Menganalisis perubahan tutupan lahan yang terjadi di DAS Sei Ular tahun 2007 dan 2017.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah memberikan informasi bagi pemerintah daerah setempat mengenai perubahan tutupan lahan di DAS Sei Ular sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kegiatan pengelolaan sumberdaya lahan.

(17)

1

TINJAUAN PUSTAKA

Perubahan Tutupan Lahan dan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan secara langsung menyebabkan terjadinya perubahan tutupan lahan. Pengertian tentang penggunaan lahan dan penutupan lahan penting untuk berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolaan yang berhubungan dengan permukaan bumi. Penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada dipermukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu (Nilda, 2014).

Perubahan tutupan lahan adalah bergesernya jenis tutupan lahan dari jenis satu ke jenis lainnya diikuti dengan bertambah atau berkurangnya tipe penggunaan dari waktu ke waktu atau berubahnya fungsi lahan pada waktu yang berbeda. Data perubahan tutupan lahan suatu wilayah umumnya bervariasi dan jumlahnya cukup banyak. Contoh variasi perubahan tutupan lahan antara lain semak menjadi sawah, sawah menjadi pemukiman, sawah menjadi jalan dan perubahan-perubahan tutupan lahan lainnya (Batubara, 2013).

Sementara menurut Muiz (2009), perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai suatu proses perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lain yang dapat bersifat permanen maupun sementara dan merupakan konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang baik untuk tujuan komersial maupun industri.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pada lahan yaitu dari faktor ekonomi, sosial dan biofisik. Menurut Darmawan (2002), salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan lahan adalah faktor sosial

(18)

18

1

ekonomi masyarakat yang berhubungan dengan kebutuhan hidup manusia terutama masyarakat sekitar kawasan. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah telah mendorong penduduk untuk membuka lahan baru sebagai pemukiman ataupun lahan-lahan budidaya. Tingginya kepadatan penduduk akan meningkatkan tekanan terhadap hutan. Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah berkaitan erat dengan kegiatan usaha yang dilakukan penduduk di wilayah tersebut.

Permasalahan utama yang berkaitan dengan penggunaan lahan dan hutan di Sumatera Utara adalah perubahan penggunaan lahan atau alih fungsi lahan yang tidak terkendali, baik perubahan penggunaan lahan dari sawah menjadi pemukiman, ataupun hutan yang dirambah menjadi perkebunan kelapa sawit dan lahan kritis akibat penebangan (ilegal logging) maupun kebakaran hutan (forest fire) pada beberapa wilayah di Sumatera Utara. Dari data kerusakan dan konversi

hutan diketahui bahwa penyebab utama kerusakan hutan di Sumatera Utara adalah perambahan. Sedangkan konversi hutan terjadi terutama karena alih fungsi hutan menjadi perkebunan (Ginting, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian Putri (2016), pada Desember 2006 terjadi banjir bandang di wilayah Kabupaten Langkat. Sebanyak 12 Kecamatan terkena dampak langsung dari peristiwa banjir bandang tersebut, salah satunya adalah Kecamatan Besitang. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2005 perubahan lahan hutan yang terjadi cukup besar. Sehingga banjir bandang yang terjadi pada tahun 2006 tersebut selain karena curah hujan yang tinggi juga disebabkan karena besarnya kerusakan hutan yang terjadi di hulu DAS Besitang, pembalakan liar dan alih

(19)

1

fungsi hutan yang terjadi menyebabkan rusaknya ekosistem DAS sehingga dapat menimbulkan bencana.

Penggunaan lahan mengalami pergeseran akibat perubahan ekosistem alam sebagai wujud dari proses pembangunan. Dinamika alih fungsi lahan dapat terjadi pada segala bentuk pemanfaatan lahan, baik pada wilayah perkotaan maupun pedesaan. Pada wilayah perkotaan, tingkat perkembangan urbanisasi merupakan pemicu terjadinya perubahan penggunaan lahan, umumnya terkait upaya penyediaan sarana perumahan dan industri (Rustiadi et al., 2002).

Penggunaan lahan hutan mangrove menjadi selain hutan mangrove adalah konversi untuk areal pertambakan, perkebunan, pemukiman dan areal pertanian lainnya. Selain itu, areal hutan mangrove juga berkurang akibat abrasi yang diawali oleh rusaknya tegakan hutan mangrove akibat konversi dan penebangan dalam skala yang besar. Penurunan luas dan kerusakan hutan mangrove di pesisir timur Sumatera Utara telah menyebabkan; (a) meningkatnya abrasi pantai sampai hilangnya Pulau Tapak Kuda, (b) menurunnya keanekaragaman dan volume hasil tangkap nelayan pesisir dan (c) pada akhirnya menurunkan pendapatan nelayan secara khusus dan umumnya bagi masyarakat pesisir pantai (Onrizal, 2010).

Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaatan sumberdaya alam tersebut.

Beberapa DAS di Indonesia sangat rentan terhadap tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumberdaya alamnya yang intensif sehingga

(20)

1

terdapat indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, banjir, kekeringan, erosi dan sedimentasi (USAID, 2006).

Pengelolaan DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tetap terjaga keseimbangannya dan tidak terdegradasi. Wilayah hulu DAS mengatur aliran air yang dimanfaatkan oleh penduduk di bagian hilir. Erosi yang terjadi di bagian hulu dapat menyebabkan sedimentasi dan banjir di wilayah hilir. Keberadaan vegetasi hutan di hulu DAS sangat mempengaruhi keseimbangan ekosistem DAS tersebut (Effendi, 2008). Menurut Undang-Undang No. 41 tahun 1999 Pasal 12 ayat 1 yaitu, luas kawasan hutan yang harus dipertahankan minimal 30% dari luas daerah aliran sungai dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional.

Sistem Informasi Geografis dan Pemanfaatan Pengindraan Jauh

Karakteristik utama Sistem Informasi Geografi adalah kemampuan menganalisis sistem seperti analisa statistik dan overlay yang disebut analisa spasial. Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering digunakan dengan istilah analisa spasial, tidak seperti sistem informasi yang lain yaitu dengan menambahkan dimensi „ruang (space)‟ atau geografi. Kombinasi ini menggambarkan attribut-attribut pada bermacam fenomena seperti umur seseorang, tipe jalan, dan sebagainya, yang secara bersama dengan informasi

seperti dimana seseorang tinggal atau lokasi suatu jalan (Keele, 1997 dalam Handayani et al., 2005).

Dalam pengaplikasiannya, SIG menggunakan dua bentuk struktur data yaitu struktur data raster dan struktur data vektor. Kedua struktur data tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Struktur data raster bisa

(21)

1

mempersingkat waktu tumpang susun, akan tetapi informasi yang ditampilkan dalam atributnya tidak selengkap struktur data vektor. Struktur data rester juga memerlukan ruang penyimpanan (hard-disk) yang lebih besar dibandingkan struktur data vektor. Akan tetapi struktur data raster memberikan keunggulan lain yaitu kemampuannya berintegrasi dengan data penginderaan jauh, karena cukup banyak data dasar SIG yang berasal dari penginderaan jauh yang juga berstruktur data raster seperti informasi penggunaan lahan, lereng, dan hujan. Keadaan data raster tersebut memudahkan pengguna mengkombinasikan data-data SIG dengan data-data yang berasal dari penginderaan jauh. Penggunaan SIG berbasis data raster dengan metode nilai piksel pembeda untuk mengkelaskan kemampuan lahan memperlihatkan sebaran kelas kemampuan lahan yang heterogen dan kompleks sehingga memperjelas informasi lahan pada satuan unit lahan yang sempit (Adnyana et al., 2012).

Informasi remote sensing yang dihasilkan dari citra satelit (satellite image) untuk analisis lebih lanjutnya menggunakan SIG. Secara umum data dari remote sensingagar dapat digunakan di SIG harus diinterpretasi dan dikoreksi geometrik

terlebih dahulu (Jaya, 2010). Analisis citra Landsat secara digital dapat dikelompokkan yaitu:

1. Koreksi citra

Koreksi citra merupakan kegiatan yang bertujuan memperbaiki citra ke dalam bentuk yang lebih mirip dengan pandangan aslinya. Perbaikan ini meliputi koreksi radiometrik dan geometrik yang ada pada citra asli. Penajaman citra (image enhancement) Kegiatan ini dilakukan sebelum data citra digunakan dalam analisis visual, dimana teknik penajaman dapat diterapkan untuk menguatkan tampak

(22)

22

1

kontras diantara penampakan dalam adegan. Pada berbagai langkah ini banyak meningkatkan jumlah informasi yang dapat secara visual dari data citra.

2. Penajaman citra

Teknik ini digunakan dalam memperjelas suatu bentuk kontras diantara kenampakan bentuk yang lainnya, langkah ini bertujuan untuk meningkatnya bentuk gambaran yang diinterpretasikan secara visual dari data citra. Baik pemulihaan maupun penajaman citra keduanya termasuk didalam tahap pengelolaan awal sebelum dilakukan interpretasi data secara aktual.

3. Klasifikasi citra (image classification)

Terdapat dua pendekatan dasar dalam melakukan klasifikasi citra yaitu supervised classification (klasifikasi terbimbing) dan unsupervised classification (klasifikasi

tidak terbimbing). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas citra untuk aplikasi kehutanan tropis yaitu tutupan awan, terutama untuk sensor pasif. Awan bisa menutupi bentuk-bentuk yang berada di bawah atau di dekatnya, sehingga interpretasi tidak dimungkinkan. Metode pengkoreksian yang ada untuk menghilangkan pengaruh topografi pada radiometrik belum terlalu maju perkembangannya. Derajat kedetailan dari peta tutupan lahan yaitu semakin detail peta yang ingin dihasilkan maka semakin rendah akurasi dari klasifikasi. Hal ini salah satunya bisa diperbaiki dengan adanya resolusi spektral dan spasial dari citra komersial yang tersedia.

(23)

1

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sei Ular, yang berada di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan September 2017. Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

(24)

1 Alat dan Data

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas alat pengambilan data dan alat analisis data. Alat pengambilan data lapangan antara lain GPS dan kamera. Alat analisis data yang digunakan adalah perangkat keras komputer dan beberapa perangkat lunak yaitu Microsoft Excel, ENVI 4.7, ERDAS Imagine 8.5, dan ArcGis 10.1. Data primer dan data sekunder disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian

No. Nama Data Jenis Data Sumber Tahun

1. Data lapangan (ground check)

Data primer GPS dan kamera digital

2017 2. Citra Landsat 7 TM path 129

row 58

Data sekunder www.earthexplorer.u sgs.gov

2007 3. Citra Landsat 8 OLI TIRS

path 129 row 58

Data sekunder www.earthexplorer.u sgs.gov

2017 4. Peta administrasi Kabupaten

Simalungun, Deli Serdang, dan Serdang Bedagai

Data sekunder Balai Pemantapan Kawasan Hutan 1 Medan

2017

5. Peta batas DAS Ular Data sekunder Balai Pemantapan Kawasan Hutan 1 Medan

2017

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode klasifikasi terbimbing (supervised classification) untuk mengklasifikasikan kelas tutupan lahan. Data sekunder

berupa citra landsat 7 TM tahun 2007, dan citra landsat 8 OLI tahun 2017 yang didapat dari United States Geological Survey (USGS).

11

(25)

1 Analisis Data

1. Koreksi Citra

Citra Landsat 7 TM tahun 2007 dan Landsat 8 OLI tahun 2017 yang telah didownload dari situs www.glovis.usgs.gov dikoreksi radiometris. Koreksi radiometrik dilakukan untuk menghilangkan gangguan yang terjadi pada citra akibat pengaruh atmosfer. Koreksi radiometrik yang dilakukan berupa proses penajaman kontras atau radiometric enhancement. Proses penajaman kontras dilakukan dengan model linear yang terdapat pada software ENVI 4.7.

2. Penggabungan Citra

Untuk keperluan analisis dipilih 3 buah kanal yang dikombinasikan sesuai dengan karakteristik spektral masing-masing kanal dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Penelitian mengenai pemantauan kondisi perubahan tutupanlahan dipilih kanal 6, 5 dan 4 pada Landsat 7 TM dan kanal 6, 5 dan 4 pada Landsat 8 OLI. Hal ini disebabkan karena kanal tersebut peka dan mempunyai nilai refleksi yang tinggi terhadap vegetasi, tanah terbuka, dan unsur air (Hardjowigeno, 1993).

3. Memotong Citra (Cropping)

Pemotongan citra dilakukan untuk mendapatkan area efektif lokasi penelitian yang lebih spesifik. Pemotongan citra dilakukan dengan Software ArcGis 10.1 menggunakan data vector DAS Sei Ular yang diperoleh dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah I Medan.

4. Klasifikasi Tidak Terbimbing (Unsupervised Classification)

Klasifikasi tidak terbimbing memberikan keleluasaan pada komputer untuk mengklasifikasikan citra berdasarkan jumlah kelas yang ditentukan oleh pengguna. Jumlah kelas yang ditentukan dalam klasifikasi tidak terbimbing adalah 12

(26)

1

11 kelas. Klasifikasi tidak terbimbing juga membantu dalam menentukan titik ground check untuk klasifikasi terbimbing dan uji akurasi.

5. Survei Lapangan

Kegiatan survei lapangan bertujuan untuk pengecekan kebenaran klasifikasi penggunaan lahan dan mengetahui bentuk-bentuk perubahan fungsi lahan di DAS Sei Ular. Pengecekan kelas tutupan lahan di lapangan menggunakan Geografis Position System dengan menggunakan metode purposive sampling.

Masing-masing kelas tutupan lahan diwakili dengan minimal empat titik observasi. Kemudian setiap titiknya dilakukan pendataan, pengamatan serta pencatatan informasi penting.

6. Klasifikasi Terbimbing (Supervised Classification)

Citra Landsat 7 TM tahun 2007 dan Landsat 8 OLI tahun 2017 diolah secara digital dengan menggunakan metode klasifikasi terbimbing (Supervised Classification). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

peluang maksimum (Maximum likelihood classifier). Pada metode ini terdapat pertimbangan berbagai faktor, diantaranya adalah peluang dari suatu piksel untuk dikelaskan ke dalam kelas atau kategori tertentu. Dalam klasifikasi diperlukan suatu penciri kelas. Penciri kelas ini adalah satu data yang diperoleh dari suatu training area (titik sampel). Jumlah piksel yang harus diambil untuk titik sampel

pada masing-masing kelas adalah sebanyak jumlah band yang digunakan plus satu (N+1) (Jaya 2010).

7. Perhitungan Akurasi Klasifikasi Citra

Uji akurasi dimaksudkan untuk mempengaruhi besarnya kepercayaan pengguna terhadap setiap jenis data maupun metode analisisnya (Purwadhi, 2006).

(27)

27

1

Perkembangan pengujian akurasi selalu dilakukan dengan menggunakan metode yang lebih lengkap dan modern. Akurasi sering dianalisis menggunakan matrik kontingensi, matrik ini sering juga disebut “error matrix/ matrik kesalahan”, dimana pengujian dilakukan menggunakan “ error matrix” atau yang sering juga disebut dengan matrik kontingensi (contingency matrix) atau matrik konfusi (confusion matrix) (Jaya, 2010).

Dijelaskan juga bahwa yang dimaksud dengan data referensi adalah sejumlah piksel pada citra yang telah diidentifikasi sebelumnya melalui kegiatan pengecekan lapangan atau interpretasi foto dan diasumsikan benar. Matrik kesalahan sangat efektif untuk mengetahui tingkat akurasi citra hasil klasifikasi beserta kesalahan yang terjadi dalam tahapan klasifikasi.

Akurasi ini biasanya diukur berdasarkan pembagian piksel yang dikelaskan secara benar dengan total piksel yang digunakan (jumlah piksel yang terdapat di dalam diagonal matrik dengan jumlah seluruh piksel yang digunakan).

Secara matematik, akurasi Kappa dihitung dengan rumus sebagai berikut:

100%

N

X N X

X X X

i i 2

r

i

r

i

i i ii

r

i

Keterangan:

Xii = nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i X+i = jumlah piksel dalam kolom ke-i

Xi+ = jumlah piksel dalam baris ke-i N = banyaknya piksel

Perhitungan akurasi dengan menggunakan matrik kontingensi ini juga dapat menghitung besarnya akurasi pembuat (producer’s accuracy) dan akurasi

Akurasi Kappa =

(28)

1

pengguna (user’s accuracy).Secara sistematis skema perhitungan akurasi (pengguna, pembuat dan umum) adalah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Matrik kesalahan (confusion matrix/error matrix)

Kelas referensi Dikelaskan kekelas Jumlah piksel Akurasi pembuat

A B C Total piksel

A X11 X12 X13 X1+ X11/ X1+

B X21 X22 X23 X2+ X22/ X2+

C X31 X32 X33 X3+ X33/ X3+

...

Total piksel X+1 X+2 X+3 N

Akurasi pengguna X11/X+1 X22/X+2 X33/X+3

Sumber: Jaya (2010).

8. Pemetaan Perubahan Penutupan Lahan

Rentang waktu analisis perubahan dalam penelitian ini adalah 10 tahun, yaitu 2007 dan 2017. Dalam rentang waktu tersebut diperkirakan telah terjadi berbagai macam bentuk alih fungsi penggunaan lahan di DAS Sei Ular sehingga dapat dilihat dengan jelas perubahan-perubahan penutupan lahan tersebut.

Metode yang digunakan untuk mengetahui perubahan lahan pada DAS Sei Ular dari citra Landsat tahun 2007 dan 2017 adalah dengan change detection.

Change detection adalah suatu analisis deteksi perubahan yang dilakukan untuk

menentukan tingkat perubahan lahan setiap waktu dimana menggunakan teknologi remote sensing dalam menentukan perubahan di obyek studi khusus di antara dua atau lebih periode waktu.

a) Analisis spasial

Melakukan tumpang susun (overlay) kelas penutupan lahan pada waktu pengamatan awal (T0) dengan kelas penutupan lahan pada waktu berikutnya (T1)

Melakukan analisis objek yang tidak berubah (pada T0 dan T1) dan yang berubah (objek pada T0 dan T1 tidak sama)

(29)

1

Melakukan penghitungan luasan pada objek yang mengalami perubahan b) Analisis Tabular

Melakukan penghitungan luasan pada tiap kelas penutupan lahan pada dua waktu pengamatan,

Melakukan perhitungan perubahan luasan pada kelas tutupan lahan dengan mengunakan rumus berikut:

Keterangan:

PTH perubahan tutupan lahan per tahun pada periode tertentu, dinyatakan dalam luas per tahun (ha/tahun)

A0 luas tutupan lahan pada waktu pengamatan awal, dinyatakan dalam hektar (ha)

A1 luas tutupan lahan pada waktu pengamatan akhir, dinyatakan dalam hektar (ha)

T0 tahun pengamatan awal T1 tahun pengamatan akhir

16

(30)

1

Gambar 2. Skema tahapan penelitian Citra Landsat 7

TM Tahun 2007

Citra Landsat 8 OLI Tahun

2017

Koreksi citra Koreksi citra

Citra Terkoreksi Tahun 2007

Citra Terkoreksi Tahun 2017

Klasifikasi citra Klasifikasi citra

Peta tutupan lahan tahun

2007

Peta tutupan lahan tahun

2017

Tumpang susun (Overlay)

Luas Perubahan Tutupan Lahan Tahun 2007 - 2017

Pengecekan Lapangan

Analisis citra Analisis citra

(31)

1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tutupan Lahan DAS Sei Ular Tahun 2007 dan Tahun 2017

Nilai Kappa Accuracy klasifikasi tutupan lahan tahun 2007 adalah 99,2%

dan tahun 2017 adalah 94,58%, menunjukan tingkat keakuratan peta tutupan lahan tersebut teliti dan dianggap benar, karena memiliki nilai akurasi lebih dari 85%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wicaksono (2006), yaitu nilai dari uji akurasi 85% sangat layak keakuratannya dan banyak digunakan untuk menguji akurasi suatu hasil interpretasi atau klasifikasi.

Berdasarkan klasifikasi dan interpretasi citra landsat, kawasan DAS Sei Ular memiliki 9 kelas tutupan lahan yaitu badan air, hutan lahan kering, lahan terbuka, mangrove, pemukiman, perkebunan, sawah, semak dan tambak. Hasil klasifikasi dan interpretasi citra Landsat 7 TM tahun 2007 dan Landsat 8 OLI tahun 2017, menunjukan adanya perubahan luas dari masing-masing kelas tutupan lahan. Luas kelas masing-masing tutupan lahan tahun 2007 dan tahun 2017 tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas tutupan lahan citra Landsat 7 TM tahun 2007 dan Landsat 8 OLI tahun 2017 DAS Sei Ular.

Tutupan Lahan Luas Tahun 2007 Luas Tahun 2017

ha % ha %

Hutan Lahan Kering 33.841 34,3 23.215 23,5

Lahan Terbuka 18.943 19,2 21.902 2,.2

Sawah 13.534 13,7 13.687 13,8

Semak 12.378 12,5 6.095 6,1

Perkebunan 12.176 12,3 16.205 16,4

Tambak 2.760 2,8 538 0,5

Pemukiman 2.519 2,5 14.538 14,7

Badan Air 1.278 1,2 1.425 1,4

Mangrove 1.076 1,1 921 0,9

Total 98.530 100 98.530 100

Hasil klasifikasi citra Landsat 7 TM tahun 2007 menunjukan kelas tutupan lahan dengan luasan terbesar adalah hutan lahan kering yaitu sebesar

(32)

1

33.841 ha atau 34,3%, diikuti lahan terbuka yaitu sebesar 18.943 ha atau 19,2%

dan sawah yaitu sebesar 13.534 ha atau 13,7%. Mangrove merupakan luas tutupan lahan terkecil yaitu sebesar 1.076 ha atau 1,1%, diikuti badan air sebesar 1.278 ha atau 1,2% (Tabel 3). Sedangkan hasil klasifikasi citra Landsat 8 OLI tahun 2017, menunjukan kelas tutupan lahan dengan luasan terbesar adalah hutan lahan kering yaitu sebesar 23.215 ha atau 23,5%, diikuti lahan terbuka yaitu sebesar 21.902 ha atau 22,2% dan perkebunan yaitu sebesar 16.205 ha atau 16,4%. Tambak merupakan tutupan lahan dengan luas terkecil yaitu sebesar 538 ha atau 0,5%

(Tabel 3).

Hasil klasifikasi citra Landsat 7 TM tahun 2007 menunjukan tutupan lahan dengan luasan terbesar adalah hutan lahan kering sebesar 33.841 ha atau 34,3%.

Pada tahun 2007 hutan lahan kering di bagian hulu DAS Sei Ular didominasi hutan lindung yang masih dalam pengawasan, sehingga masyarakat di sekitar hutan mematuhi kebijakan yang berlaku dan tidak melakukan perambahan, karena faktor tersebut hutan lindung masih sesuai dengan fungsinya. Sedangkan tahun 2017 luas hutan lahan kering mengalami penurunan yaitu sebesar 23.215 ha atau 22,2%. Penurunan luas hutan lahan kering pada tahun 2017 diakibatkan semakin banyaknya perambahan maupun alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Oksana, et al., (2001), bahwa alih fungsi lahan hutan adalah perubahan fungsi pokok hutan menjadi kawasan non hutan seperti, pemukiman, areal pertanian dan umumnya digunakan untuk areal perkebunan seperti kelapa sawit.

19

(33)

1

Tabel 4. Matrik perubahan tutupan lahan citra Landsat 7 TM tahun 2007 dan Landsat 8 OLI tahun 2017

Perubahan tutupan lahan tahun 2007

Perubahan tutupan lahan tahun 2017

Kelas Tutupan Lahan

Badan air

Hutan lahan kering

Lahan

terbuka Mangrove Pemukiman Perkebunan Sawah Semak Tambak Total

Ha Ha Ha Ha Ha Ha ha ha ha ha

Badan Air 491,7 2,5 12,2 32,2 129,96 81,2 91,1 431,1 6,3 1.278,4

Hutan lahan

kering 37,7 21.526,5 5.737,2 - 2.672,8 2.234 1.443,5 184,4 4,6 33.841

Lahan terbuka 164,7 542,5 4.869,2 275,1 3.514,4 3.021,2 5.003,6 1.536 16,2 18.943,4

Mangrove 61,4 - 430,9 123,2 - 291,8 72,4 - 96,5 1.076,5

Pemukiman 4,5 - 325,7 8,2 2.176,6 6,7 - - 5,7 2.517,7

Perkebunan 120,6 109,7 2716 12,9 1892 3.198,6 2.119,5 1.943,9 75,8 12.189,4

Sawah 308,5 9,9 4.001,7 90,1 2.539,6 4.198,3 1.872,3 421,6 92 13.534,3

Semak 54,6 1.023,9 3.654,8 165,2 1.438,2 1.623,6 2.896,9 1.491,6 29 12.378,8

Tambak 181,9 0,1 154,7 214,2 174,7 1.549,3 187,4 86,5 210,8 2.760,1

Total 1.425,9 23.215,3 21.902,9 921,5 14.538,6 16.205 13.686,1 6.095,2 538,1 98.530 20

(34)

1

Berdasarkan data pada Tabel 4 yaitu matrik perubahan tutupan lahan tahun 2007 ke tahun 2017, telah terjadi perubahan tutupan mangrove menjadi lahan terbuka yaitu sebesar 430,9 ha. Kondisi ini disebabkan pembukaan lahan mangrove oleh masyarakat yang belum memanfaatkan lahan tersebut. Perubahan tutupan lahan perkebunan menjadi sawah yaitu sebesar 2.119,5 ha. Perubahan lainnya disebabkan oleh ketidaksesuaian lahan untuk dijadikan perkebunan khususnya yang berdekatan dengan pesisir pantai, maka masyarakat memilih untuk memanfaatkan lahan tersebut menjadi sawah.

Perubahan tutupan lahan sawah menjadi lahan terbuka sebesar 4.001,7 ha.

Kondisi ini disebabkan pembukaan lahan sawah oleh masyarakat yang belum memanfaatkan lahan tersebut. Perubahan tutupan hutan lahan kering menjadi pemukiman yaitu sebesar 2.672,8 ha (Tabel 4). Menurut data BPS Sumatera Utara (2017) jumlah pertumbuhan penduduk tahun 2006 ke tahun 2016 di Kabupaten Simalungun mengalami peningkatan sebesar 1,58% per tahun, Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 0,92% per tahun, dan Kabupaten Deli Serdang sebesar 26,82% per tahun. Dilihat dari data tersebut bahwa jumlah penduduk di DAS Sei Ular mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan akan pemukiman merupakan faktor terbesar yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan tersebut.

21

(35)

1

Gambar 4. Peta tutupan lahan tahun 2007

22

(36)

1

Gambar 5. Peta tutupan lahan tahun 2017

23

(37)

1 Perubahan Tutupan Lahan DAS Sei Ular

Berdasarkan Tabel 5, perubahan penutupan lahan tahun 2007 dan tahun 2017 terjadi pada semua kelas penutupan lahan. Tutupan lahan yang mengalami penambahan luas terbesar adalah pemukiman yaitu sebesar 12.019 ha atau 31,14%, diikuti perkebunan dengan penambahan luas yaitu sebesar 4.029 ha atau 10,43%. Namun terjadi penurunan luas terbesar pada hutan lahan kering yaitu sebesar 10.626 ha atau 27,53%, diikuti semak yaitu sebesar 6.283 ha atau 16,28%

(Tabel 5).

Tabel 5. Perubahan tutupan lahan tahun 2007 dan tahun 2017 DAS Sei Ular per tahun (ha/tahun).

Tutupan lahan Perubahan tutupan lahan 2007-2017 Laju perubahan per tahun

ha % ha/tahun

Pemukiman +12.019 +31,14 +1.201,90

Perkebunan +4.029 +10,43 +402,90

Lahan terbuka +2.959 +7,60 +295,90

Sawah +153 +0,39 +15,10

Badan air +147 +0,38 +14,70

Hutan lahan kering -10.626 -27,53 -1.062,60

Semak -6.283 -16,28 -628,30

Tambak -2.222 -5,75 -222,20

Mangrove -155 -0,40 -15,50

Total 38.593 100,00

Keterangan: + Peningkatan - Penurunan

Dari hasil klasifikasi data citra tahun 2007 dan tahun 2017, menunjukan tutupan lahan yang mengalami peningkatan luas terbesar adalah pemukiman yaitu sebesar 12.019 ha atau 31,14% dengan laju perubahan per tahun 1.201,90 ha/tahun. Meningkatnya luas pemukiman dari tahun 2007 ke tahun 2017 disebabkan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun yang mendorong penduduk untuk membuka lahan baru sebagai lahan pemukiman.

Perubahan tutupan lahan perkebunan dari tahun 2007 ke tahun 2017 mengalami peningkatan luas yaitu sebesar 4.019 ha atau 10,43% dengan laju

24

(38)

38

1

perubahan per tahun 402,90 ha/tahun. Perubahan ini disebabkan karena sektor perkebunan sangat membantu perekonomian nasional sehingga perlu dikembangkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Oksana, et al., (2012) menyatakan bahwa Departemen Pertanian menganggap tanaman perkebunan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan devisa dan juga sebagai pendorong pembangunan.

Perubahan hutan lahan kering dari tahun 2007 ke tahun 2017 mengalami penurunan luas terbesar yaitu 10.626 ha atau 27,53% dengan laju perubahan per tahun 1.062,60 ha/tahun. Perubahan ini disebabkan semakin banyaknya alih fungsi hutan menjadi areal perkebunan seperti sawit dan karet dan meningkatnya perambahan liar oleh pihak-pihak tertentu. Penurunan pada hutan lahan kering mengakibatkan meningkatnya luas perkebunan yaitu sebesar 4.029 ha atau 10,43% dengan laju perubahan pertahun 402,90 ha/tahun.

Perubahan tutupan lahan mangrove dari tahun 2007 ke tahun 2017 mengalami penurunan yaitu sebesar 155 ha atau 0,40% dengan laju perubahan per tahun 15,50 ha/tahun, Berdasarkan keadaan di dalam DAS Sei Ular bagian hilir sejak 2017 daerah tersebut sudah banyak mengalami perubahan, yang semula masih ditumbuhi vegetasi mangrove dan didominasi tambak beralih fungsi menjadi perkebunan sawit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Onrizal (2010), bahwa perubahan hutan mangrove menjadi areal non hutan mangrove diakibatkan oleh konversi, terutama pembukaan areal untuk pertambakan, perkebunan, pemukiman dan areal pertanian lainnya.

(39)

1

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. DAS Sei Ular memiliki 9 kelas tutupan lahan yaitu badan air, hutan lahan kering, lahan terbuka, mangrove, pemukiman, perkebunan, sawah, semak, dan tambak. Luas tutupan lahan terbesar tahun 2017 yaitu hutan lahan kering yaitu sebesar 23.215 ha dan luas tutupan lahan terkecil adalah tambak yaitu sebesar 538 ha. Luas tutupan lahan terbesar tahun 2007 yaitu hutan lahan kering yaitu sebesar 33.831 ha dan luas terkecil adalah mangrove yaitu sebesar 1.076 ha.

2. Perubahan tutupan lahan tahun 2007 dan tahun 2017, adalah perubahan badan air menjadi semak sebesar 431 ha, hutan lahan kering menjadi lahan terbuka sebesar 5.727 ha, lahan terbuka menjadi sawah sebesar 5.003,6 ha, mangrove menjadi lahan terbuka sebesar 430,9 ha, pemukiman menjadi lahan terbuka sebesar 325,7 ha, perkebunan menjadi sawah sebesar 2.119,5 ha, sawah menjadi perkebunan sebesar 4.198,3 ha, semak menjadi lahan terbuka sebesar 3.654,8 ha dan tambak menjadi perkebunan sebesar 1.549,3 ha.

Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan di DAS Sei Ular yang lebih dalam dengan menganalisis perubahan penutupan dan penggunaan dalam rentang waktu yang cukup lama, sehingga dapat dilihat bagaimana arah perubahan dari beberapa periode. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perubahan ini mulai diawasi dan diperhatikan untuk mencegah perubahan ke arah yang tidak diinginkan dan dampak yang sulit untuk ditanggulangi.

(40)

1

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, W.S dan A.R. As-syukur. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografi (GIS) Berbasis Data Raster Untuk Pengkelasan Kemampuan Lahan Di Provinsi Bali Dengan Metode Nilai Piksel Membeda. Jurnal. Manusia dan Lingkungan, Vol 19, No. 1, Maret. 2012:21-29.

Batubara, W.S. 2013. Perubahan Penutupan Lahan Hutan di Cagar Alam Dolok Sibualbuali Tahun 2006 dengan 2013. [Skripsi]. Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

[BPS] Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2017. Provinsi Sumatera Utara dalam Angka 2017. Diakses dari http://Sumut.bps.go.id. [05 Januari 2018] [20.00].

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2007. Provinsi Sumatera Utara dalam Angka 2007. Diakses dari http://Sumut.bps.go.id. [05 Januari 2018] [20.00].

Darmawan, A. 2002. Perubahan Penutupan Lahan di Cagar Alam Rawa Danau.

[Skripsi]. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Effendi, E. 2008. Kajian Model Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu. Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air. Jakarta.

Ginting, A.P. 2017. Analisis Perubahan Penutupan Lahan Taman Alam dan Lahan Agroforestry di Desa Sembahe dan Desa Batu Mbelin. [Skripsi].

Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Handayani, U.N.D., Soelistijadi, R dan Sunardi. 2005. Pemanfaatan Analisis Spasial untuk Pengelolaan Data Spasial Sistem Informasi Geografis.

Jurnal Teknologi Informasi DINAMIKA, Vol 8 No. 2, Hal 108-116.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapres. Jakarta.

Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata guna Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jaya, N. 2010. Analisis Citra Digital: Persepktif Penginderaan Jarak Jauh Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. IPB Press. Bogor.

Muiz, A. 2009. Analisis perubahan penggunaan lahan di kabupaten sukabumi.[Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(41)

41

1

Nilda, 2014. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Dampaknya Terhadap Hasil Air Di Daerah Aliran Sungai Cisadane Hulu. [Tesis]. Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Oksana., Irfan, M dan Huda, M.U. 2012. Pengaruh Alih Fungsi Lahan menjadi Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Sifat Kimia Tanah. Jurnal Argoekoteknologi, Vol 3 No. 1, Hal 29-34.

Onrizal. 2010. Perubahan Penutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1997-2006. Jurnal Biologi Indonesia Vol 6 (2): 163-172.

Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. 2008. Profil Wilayah.

http://serdangbedagaikab.go.id/indonesia/index.php?option=com content

&task. [11 November 2017] [20.00].

Purwadhi, F.S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. PT. Grasindo. Jakarta.

Pusat Pemanfaatan Pengindraan Jauh. 2015. Pedoman Pengelolaan Data Pengindraan Jauh Landsat 8 untuk mangrove. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Jakarta.

Putri, A. 2016. Analisis Perubahan Tutupan Lahan Di Daerah Aliran Sungai Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. [Skripsi]. Program studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Rustiadi, E., Saefulhakim, A dan Panuju, D.R. 2002. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan.

Bogor(ID): Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB.

[USAID] United States Agency International Development. 2006. Survei Tutupan Lahan di DAS Deli Kabupaten Karo dan Deli Serdang, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. Diakses dari Https://issuu.com/esp usaid/docs/survei-tutupan-lahan-di-das-deli. [21 Maret 2018] [20.20].

Wicaksono, M.D.A. 2006 Deteksi Perubahan Penutupan Lahan Hutan Menggunakan Data Landsat di Delta Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. [Skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

(42)

1

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tipe tutupan lahan di DAS Sei Ular

Badan Air Tambak

Mangrove Pemukiman

Sawah Lahan Terbuka

(43)

43

1

Semak Perkebunan Sawit

(44)

44

1 Lampiran 2. Matrik perubahan tutupan lahan tahun 2007 – tahun 2017

Perubahan tutupan lahan tahun 2007

Perubahan tutupan lahan tahun 2017 Kelas

Tutupan Lahan

Badan air Hutan Lahan

Terbuka Mangrove Pemukiman Perkebunan Sawah Semak Tambak Total

Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha

Badan Air 491,7 2,5 12,2 32,2 129,96 81,2 91,1 431,1 6,3 1.278,4

Hutan 37,7 21.526,5 5.737,2 - 2.672,8 2.234 1.443,5 184,4 4,6 33.841

Lahan

Terbuka 164,7 542,5 4.869,2 275,1 3.514,4 3.021,2 5.003,6 1.536 16,2 18.943,4

Mangrove 61,4 - 430,9 123,2 - 291,8 72,4 - 96,5 1.076,5

Pemukiman 4,5 - 325,7 8,2 2.176,6 6,7 - - 5,7 2.517,7

Perkebunan 120,6 109,7 2716 12,9 1892 3.198,6 2.119,5 1.943,9 75,8 12.189,4

Sawah 308,5 9,9 4.001,7 90,1 2.539,6 4.198,3 1.872,3 421,6 92 13.534,3

Semak 54,6 1.023,9 3.654,8 165,2 1.438,2 1.623,6 2.896,9 1.491,6 29 12.378,8

Tambak 181,9 0,1 154,7 214,2 174,7 1.549,3 187,4 86,5 210,8 2.760,1

Total 1.425,9 23.215,3 21.902,9 921,5 14.538,6 16.205 13.686,1 6.095,2 538,1 98.530 31

(45)

45

1 Lampiran 3. Matrik kontingensi interpretasi citra Landsat 7 TM tahun 2007

Lampiran 3. Matrik kontingensi interpretasi citra Landsat 8 OLI tahun 2017

32

(46)

1

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Gambar 2. Skema tahapan penelitian Citra Landsat 7
Gambar 4. Peta tutupan lahan tahun 2007
Gambar 5. Peta tutupan lahan tahun 2017

Referensi

Dokumen terkait

Mengangkat nama-nama seperti tersebut dalam Lampiran Keputusan ini sebagai Dewan Redaksi/Tim Pengelola Jumal lnotek LPPM Universitas Negeri Yogyakarta. Dewan Redaksi/Tim

Menimbang : bahwa sesuai dengan Pedoman Umum PENAS XIII Petani Nelayan 2011 yang dikeluarkan Panitia Pusat PENAS XII Tahun 2011, dalam rangka pelaksanaan Pekan Daerah

: Sauclar, - Sauclara yang r)anranya tcrscbr.rt pucla lunrpiran Kc1;utusrttt itti tttlitlitll l)t'scll Senior sebagai pembinibing dan Dosen Yunior sebagai Dosen yang

Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang

PENGUMUMAN PENYEDIA

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan RI pada Tahun Anggaran 2010 akan melaksanakan pelelangan umum pascakualifikasi melalui Layanan Pengadaan Secara