• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGANALISIS UNSUR-UNSUR PEMBANGUN CERITA PENDEK KELAS XI SMK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGANALISIS UNSUR-UNSUR PEMBANGUN CERITA PENDEK KELAS XI SMK"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MENGANALISIS UNSUR-UNSUR PEMBANGUN CERITA PENDEK KELAS XI SMK

Oleh

Faizatul Hanafiyah, M.Pd.

SMK Islam 1 Blitar

LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NU

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN ISLAM 1 BLITAR

2022

(2)

1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan pendidikan : SMK Islam 1 Blitar Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XI/ Ganjil

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Materi Pokok : Teks Cerita Pendek

Surel : faizatulhanafiyah11@guru.smk.belajar.id

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator

3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek

3.9.1 Menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek

3.9.2 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik cerita pendek

C. Tujuan pembelajaran

Melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, penugasan, presentasi peserta didik dapat:

1. menguraikan unsur-unsur pembangun cerita pendek secara tepat; dan

2. menelaah teks cerita pendek berdasarkan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik cerita pendek secara tepat dan kritis;

(3)

2

sehingga peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, mengembangkan sikap tanggung jawab dan jujur, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi, berkreasi, berliterasi, dan berkarakter.

D. Materi Pembelajaran Fakta

Teks Cerpen Konsep

1. Unsur intrinsik cerpen 2. Unsur ekstrinsik cerpen Prosedur

Langkah-langkah menelaah cerpen

E. Pendekatan, Metode, dan Model Pembelajaran Pendekatan : Saintifik

Model Pembelajaran : Discovery Learning

Metode : Diskusi, tanya jawab, penugasan, dan presentasi F. Media/Alat/ Bahan

1. Teks cerita pendek yang ada dalam majalah sekolah Perspektif 2. Lembar kerja peserta didik

3. Power point berisi materi unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen 4. Papan Tulis

5. LCD 6. Laptop

G. Sumber Belajar :

1. Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indoneisa SMA/MA/SMK.

Bandung: Yrama Widya

2. Suherli, dkk. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

3. Majalah SMK Islam 1 Blitar PERSPKETIF Edisi 8 dan 9

H. Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian

3.9.1 Menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek

3.9.2 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen No Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter

(PPK)

Alokasi Waktu 1. Kegiatan

Awal

a. Menyiapkan kondisi peserta didik untuk mengikuti

pembelajaran, seperti memberi

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama

15 menit

(4)

3

No Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter (PPK)

Alokasi Waktu (Orientasi,

apersepsi, dan motivasi)

salam, memimpin doa, menanyakan kabar, dan mengecek kehadiran peserta didik.

b. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya.

c. Peserta didik menyimak kompetensi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dan manfaatnya dalam

kehidupan sehari-hari.

d. Peserta didik menyimak sistem penilaian yang akan dilakukan untuk kompetensi dasar 3.9 e. Peserta didik menerima informa

si tentang hal-hal yang akan dipelajari, metode dan media, langkah dan penilaian pembelajaran

yang dianutnya.

(religius)

2. Kegiatan Inti

Fase 1: Stimulasi/ pemberian rangsangan

a. Peserta didik secara

berkelompok menerima teks cerpen yang ada dalam majalah sekolah.

b. Peserta didik mulai membaca dan mencermati teks cerpen tersebut

Fase 2: Pertanyaan/ identifikasi masalah

c. Peserta didik bertanya jawab dan berdiskusi tentang unsur- unsur teks cerita pendek d. Peserta didik bertanya jawab

dan berdiskusi tentang

bagaimana menelaah teks cerita pendek berdasarkan unsur intrisik dan ekstrinsik Fase 3: Pengumpulan data

e. Peserta didik diminta untuk mendiskusikan tentang unsur- unsur cerita pendek.

f. Peserta didik berdiskusi untuk mendapatkan data/informasi tentang unsur intrinsik dan ekstrinsik cerita pendek

Mengembangkan sikap tanggung jawab dan cermat, serta dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi, berkreasi, dan berliterasi.

60 menit

(5)

4

No Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter (PPK)

Alokasi Waktu g. Pendidik berkeliling untuk

mengamati kinerja setiap kelompok

h. Peserta didik menuliskan hasil diskusi pada kertas masing- masing

Fase 4: Pengolahan data

i. Peserta didik dalam kelompok menelaah unsur intrinsik dan ekstrinsik dari teks cerpen yang dibaca.

j. Guru memberikan tantangan kepada kelompok. Semua anggota kelompok menentukan unsur pembangun teks cerpen yang sudah dibaca. Anggota kelompok yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti k. Pendidik membantu siswa di

dalam proses penemuan dan pemecahan masalah.

Fase 5: Pembuktian

l. Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok secara bergantian dan peserta didik lainnya menanggapi paparan kelompok yang maju

m. Peserta didik di kelompok lain memperhatikan proses

presentasi

n. Pendidik mempersilakan peserta didik lain untuk bertepuk tangan setelah presentasi selesai, untuk menunbuhkan karakter

menghargai prestasi.

o. Peserta didik dipersilahkan untuk menyampaikan pendapat

terhadap hasil presentasi temannya dan dipersilahkan mengoreksi bila ada kesalahan Fase 6: Penarikan kesimpulan

p. Peserta didik menyimpulkan tentang hal-hal yang muncul dalam kegiatan pembelajaran menganalisis unsur pembangun teks cerita pendek

(6)

5

No Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Nilai Karakter (PPK)

Alokasi Waktu q. Peserta didik menuliskan

kesimpulan hasil pembelajaran menganalisis unsur pembangun teks cerita pendek

3. Kegiatan Penutup

a. Peserta didik dan pendidik melakukan refleksi dan menyimpulkan hasil pembelajaran menganalisis unsur pembangun teks cerita pendek

b. Peserta didik menerima informasi mengenai tindak lanjut pembelajaran dengan memberi informasi kegiatan yang akan datang.

Mengembangkan sikap tanggung jawab dan cermat.

15 menit

I. Penilaian

Penilaian sikap:

Teknik penilaian : Observasi

Bentuk : Lembar observasi Instrument/ rubrik : Terlampir

Penilaian Pengetahuan:

Teknik penilaian : Penugasan

Bentuk : Lembar kerja

Instrument/rubrik : Terlampir Penilaian Keterampilan:

Teknik Penilaian : Portofolio Bentuk : Skala Penilaian Instrumen/ rubrik : Terlampir J. Remedial dan Pengayaan

Remedial

a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi siswa yang capaian KD-nya belum tuntas

b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), tutor sebaya, atau tugas dan diakhiri dengan tes.

c. Tes remedial, dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3 kali tes remedial belum mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.

(7)

6 Pengayaan

Bagi peserta didik yang melaksanakan pengayaan mendapatkan perlakuan antara lain:

a. Peserta didik yang mencapai nilai KKM diberikan materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.

b. Menjadi tutor untuk teman yang belum tuntas IPK-nya.

Mengetahui,

Kepala SMK Islam 1 Blitar

Drs. H. Solihin, M.AP

Blitar, 20 April 2022 Guru Mata Pelajaran

Faizatul Hanafiyah, M.Pd.

(8)

7 LAMPIRAN 1

MATERI PEMBELAJARAN

A. Contoh Teks Cerita Pendek

PIALA RUMI

“Selamat, Rumi! Lagi-lagi kamu meraih juara satu di kompetisi cerdas cermat Nasional.”

“Congratulations!”

“Wih, hebat bener kamu, Rum. Giveaway otak, dong!”

Berbagai ucapan pujian dan selamat didapatkan Rumi dari teman sekelasnya, karena telah berhasil memenangkan sebuah kompetisi cerdas cermat Nasional. Gadis 16 tahun yang bernama lengkap Amertha Narumi itu memang terkenal cerdas. Selain cerdas, dia juga baik hati dan memiliki paras rupawan. Kulitnya putih, bibirnya merah alami tanpa polesan make up, manik matanya yang berwarna coklat muda, serta bulu mata lentik menampakkan pesona yang mengagumkan.

Sejak ujian masuk di SMAN 1 Surabaya, Rumi berhasil menduduki peringkat pertama. Dia ditempatkan di kelas IPA 1. Namun, prestasi tidak membuat Rumi sombong. Sejak SMP Rumi dikenal sebagai gadis pendiam, namun menghanyutkan. 'Talk Less do More' alias minim bicara banyak aksinya.

Rumi, sebagai wali kelasmu, saya sangat bangga atas semua pencapaianmu selama ini.

Selain menjadi siswa terbaik di sekolah ini, kamu juga berhasil memenangkan berbagai lomba, baik di tingkat kecamatan maupun nasional. Rumi, perjuanganmu masih panjang. Teruslah berprestasi semampu kamu, dan jangan lupa untuk menginspirasi teman-temanmu. Kamu dan mereka adalah generasi penerus bangsa, investasi untuk negeri kita ini.

Kalimat terakhir yang diucapkan Bu Sinta, wali kelasnya dulu membuat semangat Rumi berkobar. Bu Sinta sudah meninggal beberapa hari yang lalu dikarenakan penyakit jantungnya. Saat itu Rumi benar-benar kehilangan semangatnya, namun ia kembali teringat dengan kalimat terakhir Bu Sinta di rumah sakit. Untuk itu, Rumi belajar mati-matian. Dia tidak ingin mengecewakan guru kesayangannya itu.

“Rum, mau pulang bareng? Nanti kita mampir di café baru dekat sini, aku mau traktir kamu.”

Ajakan tersebut berasal dari El, sahabat laki-laki Rumi. Tanpa sepengetahuan Rumi, El diam-diam menaruh rasa suka padanya.

“El, aku tidak bisa. Aku harus segera pulang dan memberi tahu kedua orang tuaku atas kemenanganku. Maaf, ya. Emm, mungkin lain kali atau besok saja, bagaimana?”

Rumi menatap wajah El yang terlihat kecewa. Dia merasa tidak enak, padahal El adalah sahabat yang selalu menemani dan mendukungnya selama ini.

“Ya sudah kalau begitu, aku mengerti keadaanmu. Besok kan kita bisa ke sana, jadi kalau sekarang tidak bisa ya tidak apa-apa. Pokoknya semangat, ya! Orang tuamu pasti bangga.”

Wajah kecewa El berubah menjadi senyum terindah yang pernah Rumi lihat.

“Makasih. Kalau gitu aku duluan.”

El mengangguk. Dia menatap punggung Rumi yang kian menjauh dari pandangannya.

***

Rumi menjejakkan kakinya di halaman rumah sederhana dengan cat berwarna biru. Walau tidak mewah, rumah Rumi tetap terlihat asri dan hijau. Hal ini dikarenakan hobi ibu Rumi, yaitu mengoleksi tanaman hias. Rumi tersenyum ketika melihat kucingnya berada di depan pintu.

Dengan wajah girang, Rumi berlari dan mengangkat tinggi kucingnya itu.

“Pico, aku berhasil! Hari ini pasti bapak sama ibu bahagia. Iya ‘kan, Pico?” tanyanya.

Meong ....

“Ehem, kenapa masih di luar?”

Suara Wenda, ibunya membuat Rumi tersadar. Dia meletakkan kembali Pico di teras, dan mencium punggung tangan Wenda.

(9)

8

“Rumi pulang,” ujarnya.

Wenda tersenyum. “Ayo masuk! Ibu sudah siapkan makanan enak untukmu.” Dia menarik lembut tangan Rumi, namun gadis itu tidak segera beranjak dari tempatnya. Hal itu membuat Wenda kebingungan. “Ada apa?” tanyanya dengan dahi berlipat-lipat.

“Rumi ada sesuatu untuk ibu. Taraaa ~~~ Rumi berhasil memenangkan kompetisi cerdas cermat nasional.” Rumi menunjukkan piala hasil kompetisinya.

Wajah Wenda berubah datar. Dia mengambil piala di tangan Rumi dan melemparnya ke teras. “Apa yang kamu banggakan dari benda plastik itu?! Jangan sia-siakan waktumu hanya untuk memperebutkan benda tidak penting itu. Bukankah sebaiknya kamu membantu ibumu ini bekerja.

Pokoknya setelah lulus SMA, ibu tidak akan membiayai kuliah kamu.”

Setelah berkata seperti itu, Wenda langsung masuk. Meninggalkan Rumi yang kini banjir air mata. Rumi kecewa. Mengapa di saat anak lain mendapat pujian dari orang tuanya karena sebuah prestasi, justru dia mendapat cacian?

Menangis dan menyerah tidak ada gunanya. Bangkilah dan buktikan kepada semua orang bahwa kamu bisa!

Satu kalimat dari guru SMP-nya tiba-tiba terngiang di pikirannya Rumi. Kalimat tersebut Rumi dapatkan ketika mendapat ejekan dari teman sekelasnya, karena posisi Rumi saat itu masih tertinggal. Pak Ridwan, selaku guru matematika mencoba menghibur Rumi. Pada akhirnya Rumi bisa berada di titik ini. Semuanya berkat mereka yang kini telah tiada, namun bagi Rumi kenangan mereka tetaplah ada. Rumi yakin jika ia bisa membuktikan prestasinya kepada kedua orang tuanya, terutama sang ibu.

***

Sore menjelang malam. Rumi menanti kedatangan sang bapak di teras rumah. Tiba-tiba ada yang menyentuh pundaknya. Pada awalnya ia terkejut, namun ekspresinya berubah datar ketika tahu yang menyentuh pundaknya adalah Wenda.

“Sudah mau maghrib, sana sholat!”

Rumi mengangguk patuh. Dia masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan satu kalimat pun. Dia masih merasa kecewa kepada Wenda. Sejak dulu Wenda selalu seperti itu. Saat Rumi berhasil memenangkan kompetisi untuk pertama kalinya, Wenda malah memarahi Rumi. Awalnya Rumi berpikir jika prestasinya selama ini kurang, maka dari itu dia belajar mati-matian agar sang ibu senang. Namun, semua terasa sia-sia sekarang. Tidak! Rumi tidak menyerah. Ia akan

membuktikan dengan segala cara agar sang ibu menerima pialanya. Semua itu memang tidak semudah yang dibayangkan, tetapi Rumi yakin dengan potensi yang ada dalam dirinya.

Malam itu juga Rumi mulai belajar. Beberapa menit yang lalu, dia mendapat kabar dari Bu Resi --- wali kelasnya yang baru jika sebentar lagi ada olimpiade Matematika, oleh karena itu ia ingin membuktikan sekali lagi. Bukan hanya kepada sang ibu saja, namun membuktikan kepada mereka yang sering meremehkan Rumi.

Tok … tok … tok!

Terdengar pintu diketuk. Secepat mungkin Rumi membuka pintu kamar. Kini di hadapannya berdiri sang bapak dengan sebuah nampan di tangannya.

“Bapak? Ada apa?”

“Kamu pasti lapar, makan dulu, Nduk. Nanti belajarnya dilanjutkan lagi, ya.”

Dengan wajah gembira Rumi menerima nampan yang berisi makanan itu. “Makasih ya, Pak. Rumi akan berusaha semaksimal mungkin.”

Pak Harun --- bapaknya mengusap lembut puncat kepala Rumi. “Semangat! Kamu pasti bisa. Nanti setelah lulus SMA, bapak ingin sekali kamu kuliah. Masalah biaya kamu tidak perlu khawatir.”

Betapa bahagianya hati Rumi. Bapaknya ini memang sosok yang pengertian dan penyabar.

Dia sangat menyayangi Rumi. Selain karena anak semata wayangnya, Rumi juga mempunyai perilaku yang baik. Sewaktu kecil, Rumi tidak pernah meminta mainan mahal seperti anak-anak lainnya. Dia mengerti jika kondisi ekonomi keluarganya tidak begitu membaik.

“Yasudah, bapak pergi dulu, ya.”

Rumi mengangguk mantap. Sepeninggal Pak Harun, Rumi langsung membuka lembar demi lembar materi soal. Ia membacanya dengan seksama. Jika ada yang tidak ia mengerti, ia tidak mencari jawaban lewat internet, melainkan bertanya kepada guru pembimbingnya.

(10)

9

Hingga waktu telah menunjukkan pukul 10 malam. Rumi memutuskan untuk mengakhiri acara belajarnya. Dia berdiri dari kursi, namun rasa sakit tiba-tiba mendera kepalanya. Ia juga merasakan darah mengalir dari hidungnya. Dengan langkah sempoyongan, Rumi berjalan ke kamar mandi. Dia membersihkan darah yang kini sudah mengotori bajunya.

“Ya Allah, Rumi kenapa?” tanyanya pada dirinya sendiri. Ia menatap wajah pucatnya di cermin. Terlihat menyeramkan baginya. “Rumi pasti baik-baik saja, ‘kan?’

Cairan liquid mengalir deras dari pelupuk matanya. Dia memikirkan banyak hal yang akan terjadi pada dirinya. “Nggak papa, Rumi. Kamu itu kuat, katanya mau buktiin prestasi kamu sama ibu. Masa kepala pusing sama mimisan aja kamu nangis? Jangan lemah, semangat!” Dia tersenyum di cermin, menyemangati dirinya sendiri.

***

Sinar mentari menyinari kota Surabaya. Beberapa orang berlalu lalang menjalankan aktifitasnya masing-masing, sedangkan Rumi bersiap untuk pergi ke sekolah. Dia menaiki bus dan duduk di pojok belakang dengan memainkan ujung jaketnya. Padahal hawa pagi ini tidak begitu dingin, tetapi Rumi mengenakan jaket yang begitu tebal. Dia merasa seperti berada di Negeri Sakura saat musim dingin.

“Rumi, akhirnya kita ketemu di sini.” Rumi terkejut dengan kehadiran seseorang yang tiba- tiba duduk di sampingnya. “Pagi Rumi, kamu kok kayak kaget gitu lihat saya. Ada apa?”

“B-bu Dewi? Maaf, saya tidak fokus.”

Dewi adalah guru matematika kelas sebelas sekaligus tetangga dekat Rumi. Selain sosoknya yang cantik, Dewi memiliki watak penyabar. Tidak seperti guru matematika lain yang ditakuti oleh semua siswa, Dewi cenderung dirindukan. Cara mengajar Dewi juga mudah dipahami, walau begitu Dewi adalah sosok yang tegas.

“Kamu kok pakai jaket? Padahal hawanya tidak dingin. Jangan-jangan kamu sakit?”

Rumi segera menggeleng. “Tidak, saya baik-baik saja. Oh, iya, Bu sebentar lagi Rumi ‘kan mau ikut olimpiade matematika, Rumi bisa minta bantuan Ibu untuk bimbing Rumi tidak? Soalnya tadi pagi Rumi dapat kabar dari guru matematika Rumi, katanya dia sedang mengurus les pagi untuk siswa kelas dua belas.”

“Tentu saja saya mau, kamu bisa datang ke rumah saya nanti malam. Pintu rumah saya selalu terbuka untukmu.”

Rumi mengangguk senang. “Terima kasih banyak, Bu.”

“Sama-sama, kamu juga harus semangat. Saya sangat senang dengan semangat kamu.

Mungkin itulah yang membedakan kamu dengan siswa lain, jika saja mereka mau berusaha, mereka pasti bisa. Dan ini bukan soal pintar atau bodoh, karena sejatinya tidak ada anak yang bodoh di dunia ini, mereka hanya malas.”

Rumi setuju dengan ucapan Bu Dewi. Memang benar, semangat belajar generasi muda zaman sekarang kian menurun. Mereka terlalu sibuk dengan dunia maya, hingga lupa bahwa merekalah generasi penerus bangsa, yang akan menentukan nasib bangsa Indonesia ini ke depannya. Jika memang tidak ada yang mampu, maka Rumi yang akan melakukannya. Rumi berjanji pada dirinya sendiri untuk meraih prestasi sebanyak mungkin. Rumi tidak ingin bangsanya tertinggal. Apakah itu terdengar naif? Memang benar, mungkin di mata siswa lain keinginan Rumi itu terlalu muluk-muluk, namun Rumi tetaplah Rumi. Dia tipe orang yang tidak mendengar cacian orang lain. Dia akan melakukan sesuatu yang ia anggap benar. Setidaknya Rumi ingin memajukan sekolahnya. Semua bisa dimulai dari hal kecil, bukan?

***

Dan inilah hari yang Rumi nantikan. Hari Senin, tanggal 15 Januari 2019. Hari di mana Rumi akan mengikuti olimpiade Matematika. Olimpiade diadakan di SMAN 3 Surabaya. Dia mengikuti olimpiade ini tidak sendiri. Ada Rosa, teman sekaligus saingan Rumi, dan El, sahabat Rumi. Hanya saja Rosa mengikuti olimpiade fisika, sedangkan El olimpiade kimia.

“Saingan kita kayaknya berat-berat, apa kita bisa memenangkan olimpiade ini, ya?” Belum apa-apa, Rosa sudah pesimis. Hal ini membuat kedua telapak tangan Rumi gatal, ingin menepuk pipi chubby gadis itu.

“Kok udah pesimis aja, sih? Semangat dong, masa kalah sama El.”

“Iya sih, eh, tapi El ada di mana?”

(11)

10

Rumi menoleh ke samping. Awalnya El ada di sana tadi, namun kini hilang entah ke mana.

“Cowok itu pasti muter-muter dulu. Huh, biarin ajalah, nanti juga balik sendiri. Dia ‘kan kayak jelangkung, datang tak diantar, pulang tak dijemput,” ujar Rumi.

“Tapi dia itu tipe jelangkung ganteng. Lihat aja, banyak cewek dari kelas lain yang tiba- tiba nembak dia,” balas Rosa diiringi tawa cekikikan.

Rumi menggelengkan kepalanya, heran. Menurut Rumi, tingkah cewek di sekolahnya itu seperti kurang belaian. Bukannya sibuk belajar, malah sibuk mengejar cowok. Tetapi Rumi tidak bisa menentang atau menghalangi keputusan mereka, semua orang ‘kan punya hak atas hidupnya masing-masing.

“Kamu juga suka sama El, Ros?”

Rosa menggeleng cepat. “Nggak lah! Aku mau fokus sekolah, bukan mengurus hal kayak begituan, dan juga … aku ‘kan mau ngalahin kamu.”

Rumi terkekeh. Percakapan mereka pun hanya sampai di sini karena terdengar pengumuman agar semua peserta berkumpul di aula.

***

Sepuluh menit sejak upacara pembukaan dimulai, kepala Rumi mulai terasa sakit, tetapi dia mencoba menahannya. Lima menit kemudian upacara usai, Semua peserta dihimbau untuk mencari ruangan masing-masing. Rumi yang masih merasa pusing mencoba berjalan, mengikuti peserta dari sekolah lain. Dia terpisah dengan Rosa dan El, karena mereka berbeda mapel.

Aku pasti bisa! Jangan lemah, Rumi!

Walau dengan kondisi fisik yang tidak memungkinkan, Rumi berhasil menjawab soal dengan mudah. Mengingat usaha kerasnya dalam belajar, didampingi oleh Bu Dewi. Rumi mengorbankan waktu bermain bersama teman-temannya, semua itu ia lakukan demi menoreh banyak prestasi.

Setelah menyelesaikan soal terakhir, Rumi tidak bisa lagi menahan rasa sakit yang mendera kepalanya. Kali ini ia juga merasakan cairan mengalir dari hidungnya. Pandangannya mengabur, setelah itu semuanya menjadi gelap.

***

Rumi menatap lembar kertas berwarna putih di tangannya dengan nanar. Benar kata guru ngajinya dulu, jika Tuhan selalu memiliki kejutan untuk hambaNya. Kejutan itu bisa berupa kesenangan maupun kesedihan.

“Rumi, yang sabar, ya.” Rosa langsung memeluk Rumi. Setelah kejadian di ruang olimpiade kemarin, Rumi langsung dilarikan ke rumah sakit. Dia tidak bisa mengikuti upacara penutupan, tetapi ia mendapat kabar atas kemenangannya.

“Sa, leukimia itu berbahaya nggak sih?”

Rosa tidak menjawab. Bukan tidak tahu, tetapi Rosa tidak sanggup menjelaskan. Tidak sedikit pasien yang menderita penyakit leukimia atau kanker darah ini harus meregang nyawa.

Salah satu pengobatan yang bisa dilakukan adalah kemoterapi dan operasi. Dua hal ini tentu membutuhkan biaya yang sangat mahal.

“Kamu nggak kasih tau ibumu?”

Bukannya menjawab, Rosa malah menanyakan hal lain.

“Enggak kayaknya, kalau mereka tau pasti mereka bakal kerja habis-habisan, apalagi bapak. Aku nggak tega, biaya pengobatannya kan sangat mahal. Aku hanya yakin dengan satu hal, Mau aku punya penyakit atau tidak kalau Dia berkehendak buat ambil nyawaku, pasti itu akan terjadi. Yang aku pentingkan sekarang adalah gimana aku bisa melihat senyum ibu untuk terakhir kalinya.”

Rosa langsung membungkam mulutnya. Air matanya mengalir deras. Dia benar-benara kagum dengan pemikiran Rumi. Sosok rival sekaligus teman yang mampu menggugah hatinya.

“Semangat, ya.”

Rumi tersenyum. “Makasih Rosa, karena kamu aku jadi tidak didiskualifikasi.”

“Kamu tidak harus berterima kasih sama aku, sudah pantas kamu menang, karena kamu berhasil menjawab semua soal dengan benar. Duplikat piala sama hadiah uangnya bisa kamu ambil di sekolah.”

Rumi mengangguk. Mereka berdua berjalan beriringan, meninggalkan area rumah sakit.

(12)

11

Keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih prestasi. Jangan pernah takut untuk bermimpi. - Achmad Zulkarnain.

Rumi tersenyum ketika mengingat salah satu kalimat dari tokoh inspiratif, kalimat yang membuatnya yakin bahwa ia harus meraih prestasi sebanyak mungkin, tidak peduli dengan penyakit yang kini bersarang di tubuhnya. Rumi ingin melihat senyum ibunya.

***

Sesampainya mereka di sekolah, sambutan teman sekelas menanti mereka. Rumi melihat El yang berjalan ke arahnya dengan membawa sebuket bunga.

“Tara ~~ ini semua dari teman sekelas sebagai ganti karena kamu nggak dapat bunga kemarin.”

Hari ini Rumi menjadi orang yang paling bahagia sedunia. Ada teman-temannya yang selalu mendukung Rumi. “Makasih semuanya.”

“Nah, gimana kalau kita hari ini pulang bareng, bisa ‘kan?” tawar El, namun buru-buru Rumi menggeleng.

“Maaf untuk sekali lagi El, aku mau pulang naik bus aja, nggak papa ‘kan?”

El mendesah kecewa. Lagi-lagi ia gagal untuk pulang bersama Rumi. Rosa yang ada di sampingnya langsung menyenggol siku El, lalu tertawa cekikikan.

“Paan si?”

“Haha, kasihan gagal pdkt, deh. Kamu ngajak orang yang salah.”

“Dih, siapa juga yang mau pdkt?”

Tidak mau berlama-lama di sekolah, Rumi bergegas pulang. Ia meninggalkan kedua insan yang saling mengejek itu. Dengan wajah ceria, dia berjalan cepat menuju halte bus. Panas matahari tidak berasa sama sekali untuk Rumi. Dia sudah tidak sabar melihat wajah bahagia sang ibu.

Lebih baik naif daripada pesimis. Mungkin itu salah satu gambaran dari Rumi.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya bus datang. Siang ini penumpang terlihat ramai sampai Rumi harus berdesak-desakan. Beruntungnya ia bisa mendapat tempat duduk favorit, yaitu pojok belakang. Untuk menghilangkan rasa bosan, Rumi membuka buku pelajarannya. Rumi tidak menyadari jika bus berjalan dengan kecepatan laju. Semua penumpang terlihat panik, tidak terkecuali dengan sopir bus itu sendiri. Dia berusaha menginjak remnya yang ternyata blong.

Drt...

Rumi baru tersadar ketika mendengar getaran dari hpnya. Ia terkejut dengan apa yang terjadi. Namun, ia masih berusaha untuk mengangkat telepon yang ternyata berasal dari sang ibu.

Rumi, kamu di mana? Kenapa berisik sekali? Kamu baik-baik saja,‘kan?

Rumi tersenyum haru, dia merasa seperti orang yang sangat dicintai, tidak peduli dengan keadaan bus saat ini. Bahkan beberapa penumpang berteriak histeris ketika tahu jika di depan sana terdapat jurang. Rumi baru menyadari setelah melihat ke depan.

RUMI, JAWAB IBU! K-KENAPA BERISIK SEKALI? KAMU DI MANA? BAIK-BAIK SAJA, ‘KAN?

Air mata Rumi tumpah begitu saja, sebelum akhirnya ia menjawab, “a-aku baik-baik saja kok. Intinya aku berhasil, Bu ....”

Bersamaan dengan kata terakhir Rumi, kecelakaan bus pun terjadi. Bus masuk ke jurang diiringi dengan teriakan histeris penumpang. Rumi sebisa mungkin memegang pialanya dengan erat. Keinginannya untuk memberikan piala tersebut kepada sang ibu telah gagal. Tuhan memiliki rencana lain untuknya. Rencana yang tidak bisa kita duga sebelumnya. Angan dan cita-cita Rumi harus berhenti sampai di sini.

***

BIODATA NARASI : Adila Trisnawati, lahir di Lumajang, pada tanggal 15 September 2004.

Hobi menulis dan membaca. Mengenal dunia kepenulisan melalui wattpad pada tahun 2018.

Karya-karyanya bisa dibaca di wattpad @AdilaTrisnawati0.

(13)

12 B. Pengertian Cerpen

Cerpen adalah karangan bebas berupa kisah yang bercerita dengan jumlah kata dan halaman yang relatif lebih singkat serta mengandung plot yang lebih terbatas. Salah satu ciri terkuat dari cerpen adalah ceritanya dapat dibaca hingga selesai dalam sekali duduk (satu sesi). Hal itu tentunya berbeda dengan novel yang dapat menghabiskan waktu berhari-hari untuk menyelesaikannya.

C. Struktur Teks Cerpen 1) Abstrak (sinopsis).

2) Orientasi (pengenalan cerita).

3) Komplikasi (puncak konflik).

4) Evaluasi (komentar).

5) Resolusi (penyelesaian akhir).

6) Koda (komentar akhir terhadap keseluruhan isi cerita).

D. Unsur Intrinsik Cerpen

Unsur intrinsik adalah berbagai unsur atau elemen yang membentuk suatu cerpen dari dalam cerpen-nya sendiri. Tentunya mengetahui berbagai unsur pembentuk cerpen adalah langkah selanjutnya dari pemahaman pengertian cerpen. Beberapa unsur intrinsik cerpen adalah sebagai berikut.

1. Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku cerita dengan sifat dan perannya sendiri. Tokoh diklasifikasikan menjadi:

2. Alur dan Pengaluran / Plot

Alur adalah bagaimana cerita dirangkai, apakah maju yang berarti kisah berawal dari rentang waktu sekarang hingga ke masa depan, atau justru mundur dari masa depan ke masa kini.

Alur juga dapat mengandung banyak kilas balik dalam suatu rangkaian alur maju yang membuatnya beralur maju-mundur.

3. Latar

Latar merupakan tempat, hubungan waktu, dan lingkungan serta keadaan sosial dan tempat terjadinya berbagai rangkaian peristiwa dan tempat tinggal serta beraktivitas para tokoh yang diceritakan.

4. Gaya Bahasa

Bagaimana gaya bahasa yang digunakan dalam cerita pendek, atau cara mengungkapkan cerita untuk mencapai efek estetis dan memiliki kekuatan daya ungkap yang menggugah seperti majas dan pemilihan diksi (kata) yang indah.

5. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah bagaimana cara menyampaikan cerita. Misalnya penulis cerpen menggunakan sudut pandang pertama (Aku) atau sudut pandang orang ketiga (Dia, mereka).

6. Tema

(14)

13

Adalah pokok gagasan dari keseluruhan cerita atau kisah. Beberapa contoh tema cerpen di antaranya adalah: cinta, kekuasaan, peperangan, isu sosial, politik, feminisme, dsb.

7. Amanat

Merupakan pesan moral yang dapat ditarik dari cerita yang disampaikan. Amanat dalam cerpen tidak disampaikan secara langsung, namun diperlihatkan melalui berbagai peristiwa dan watak tokoh yang ada, terdapat tokoh yang baik untuk dicontoh dan bagaimana

keburukan akan menimpa tokoh yang memiliki sifat yang tidak baik, dsb.

E. Unsur Ekstrinsik Cerpen

Unsur ekstrinsik adalah berbagai unsur pembentuk yang membentuk cerpen di luar dari cerpen-nya sendiri, misalnya: latar belakang penulis, latar belakang masyarakat yang menyelubungi cerpen, norma di masyarakat, dsb. Berikut adalah penjelasannya:

1. Latar belakang penulis.

Latar belakang penulis memberikan pengaruh tidak langsung terhadap cerpen. Bagaimana cara penulis memandang hidup, apa ideologinya, kondisi psikologis hingga ke aliran tulisan yang diusungnya.

2. Latar belakang masyarakat.

Melalui bahasa yang digunakan dalam cerpen, secara tidak langsung cerpen juga akan mendapatkan berbagai latar belakang masyarakat penuturnya. Misalnya bagaimana waktu shalat dapat menjadi penunjuk waktu juga dalam bahasa Indonesia. “Saya akan berangkat ke rumahmu ba’da ashar” (sore). Selain itu, kondisi politik, ekonomi dan keadaan sosial dari suatu negara di mana masyarakat tersebut juga dapat secara tidak langsung berpengaruh pada cerpen.

3. Nilai atau norma di masyarakat.

Berbagai nilai yang dijunjung oleh masyarakat di mana penulis hidup dan tinggal juga dapat memberikan ke-khas-an tersendiri pada cerpen yang ditulisnya. Nilai agama apa yang

menjadi mayoritas, seperti apa nilai budayanya, apakah moralnya terhitung lurus, Bagaimana etika yang dijunjung, dsb.

(15)

14 LAMPIRAN 2

MENGANALISIS UNSUR PEMBANGUN TEKS CERPEN Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/semester : Xi/I

Materi Pokok : Teks Cerpen Waktu : 2 x 45 menit

Kompetensi Dasar 3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek

Indikator Pencapaian Kompetensi

3.9.1 Menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek 3.9.2 Menelaah teks cerita pendek berdasarkan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik cerita pendek

Materi Pokok Faktual

a. Contoh teks cerpen Konseptual

a. Unsur intrinsik teks cerpen b. Unsur ekstrinsik teks cerpen Prosedural

a. Langkah-langkah menganalisis teks cerpen Alokasi Waktu 2 x 45 menit

Tujuan Pembelajaran Melalui kegiatan diskusi, tanya jawab, penugasan, presentasi peserta didik dapat:

3. menguraikan unsur-unsur pembangun cerita pendek secara tepat; dan

4. menelaah teks cerita pendek berdasarkan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik cerita pendek secara tepat dan kritis;

sehingga peserta didik dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, mengembangkan sikap tanggung jawab dan jujur, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi, berkreasi, berliterasi, dan berkarakter.

LKPD

(16)

15 Kegiatan 1

Menganalisis Unsur Pembangun Teks Cerpen

Petunjuk:

1. Bacalah Teks Cerpen yang berjudul “Piala Rumi” yang ada di Majalah Perspektif Edisi 9!

2. Analisislah unsur intrinsik cerpen tersebut tersebut. Kerjakan dalam format berikut.

No Unsur Analisis Kutipan Teks

a. Tema b. Alur

c. Setting/Latar d. Tokoh/Penokohan

e. Amanat

f. Sudut Pandang g. Gaya Bahasa

3. Analisislah unsur ekstrinsik cerpen tersebut! Kerjakan dalam format berikut!

No Unsur Analisis Kutipan Teks

a. Latar Belakang Penulis

b. Nilai-nilai

a. Nilai Religi b. Nilai Moral c. Nilai Sosial d. Nilai Budaya e. Nilai Estetika

(17)

16 LAMPIRAN 3

INSTRUMEN PENILAIAN A. PENIALIAN SIKAP

1. Penilaian Observasi

Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik sehari- hari, baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum. Pengamatan langsung dilakukan oleh guru.

Instrumen Penilaian Sikap No Nama Peserta

Didik

Aspek Perilaku yang Dinilaiz

Skor sikap Bekerja

sama

Jujur Tanggung jawab

Disiplin

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Dst

Catatan :

1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:

100 Sangat Baik

75 Baik

50 Cukup

25 Kurang

2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 = 400 3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75

4. Kode nilai / predikat :

75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB) 50,01 – 75,00 = Baik (B)

25,01 – 50,00 = Cukup (C) 00,00 – 25,00 = Kurang (K)

(18)

17 2. Penilaian Diri

Seiring dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru kepada peserta didik, maka peserta didik diberikan kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya sendiri. Namun agar penilaian tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penilaian diri ini, menentukan kompetensi yang akan dinilai, menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan, dan merumuskan format penilaiannya.

Format Penilaian Diri

No Pernyataan Ya Tidak Jumlah

Skor

Skor Sikap

Kode Nilai 1 Selama diskusi, saya ikut serta

mengusulkan ide/gagasan.

2

Ketika kami berdiskusi, setiap anggota mendapatkan

kesempatan untuk berbicara.

3

Saya ikut serta dalam membuat kesimpulan hasil diskusi kelompok.

Catatan :

1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50

2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 4 x 100 = 400

3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (250 : 400) x 100 = 62,50 4. Kode nilai / predikat :

75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB) 50,01 – 75,00 = Baik (B)

25,01 – 50,00 = Cukup (C) 00,00 – 25,00 = Kurang (K)

5. Format di atas dapat juga digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan dan keterampilan

3. Penilaian Teman Sebaya

Penilaian ini dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menilai temannya sendiri. Sama halnya dengan penilaian hendaknya guru telah menjelaskan maksud dan tujuan penilaian, membuat kriteria penilaian, dan juga menentukan format penilaiannya. Berikut Contoh format penilaian teman sebaya :

Nama yang diamati : ...

Pengamat : ...

No Pernyataan Ya Tidak Jumlah

Skor

Skor Sikap

Kode Nilai 1 Mau menerima pendapat teman.

(19)

18 2 Memberikan solusi terhadap

permasalahan.

3 Memaksakan pendapat sendiri kepada anggota kelompok.

4 Marah saat diberi kritik.

Catatan :

1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 untuk pernyataan yang positif, sedangkan untuk pernyataan yang negatif, Ya = 50 dan Tidak = 100

2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 5 x 100 = 500

3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (450 : 500) x 100 = 90,00 4. Kode nilai / predikat :

75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)

50,01 – 75,00 = Baik (B)

25,01 – 50,00 = Cukup (C)

B. PENILAIAN PENGETAHUAN

INSTRUMEN TES TERTULIS

Satuan Pendidikan : SMK Islam 1 Blitar Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia - Wajib

Kelas : XI

Kompetensi dasar : 3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek Indikator : 3.9.1 Menentukan unsur-unsur

pembangun cerita pendek 3.9.2 Menelaah teks cerita pendek

berdasarkan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik cerita pendek

Materi : Teks Cerpen

Tes Tertulis

1. Bacalah Teks Cerpen yang berjudul “Piala Rumi” yang ada di Majalah Perspektif Edisi 9!

2. Analisislah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik erpen tersebut tersebut!

(20)

19

Rubrik Penilaian Menganalisis Unsur Pembangun Teks Cerpen

No. Aspek Deskripsi Skor

a. Tema • Peserta didik didik dapat menentukan tema dan kutipan teks dengan sangat tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan tema dan kutipan teks dengan tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan tema dan kutipan teks dengan cukup tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan tema dan kutipan teks dengan kurang tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan tema dan kutipan teks dengan tidak tepat

5 4 3 2 1 b. Alur • Peserta didik didik dapat menentukan alur dan kutipan

teks dengan sangat tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan alur dan kutipan teks dengan tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan alur dan kutipan teks dengan cukup tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan alur dan kutipan teks dengan kurang tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan alur dan kutipan teks dengan tidak tepat

5 4 3 2 1 c. Setting/Latar • Peserta didik didik dapat menentukan 3 latar dan

kutipan teks dengan tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan 2 latar dan kutipan teks dengan tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan 1 latar dan kutipan teks dengan tepat

3 2 1 d. Tokoh/Penoko

han

• Peserta didik didik dapat menentukan tokoh/penokohan dan kutipan teks dengan sangat tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan tokoh/penokohan dan kutipan teks dengan tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan tokoh/penokohan dan kutipan teks dengan cukup tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan tokoh/penokohan dan kutipan teks dengan kurang tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan tokoh/penokohan dan kutipan teks dengan tidak tepat

5 4 3 2 1 e. Amanat • Peserta didik didik dapat menentukan amanat dan

kutipan teks dengan sangat tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan amanat dan kutipan teks dengan tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan amanat dan kutipan teks dengan cukup tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan amanat dan kutipan teks dengan kurang tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan amanat dan kutipan teks dengan tidak tepat

5 4 3 2 1

(21)

20

f. Sudur Pandang • Peserta didik didik dapat menentukan sudut pandang dan kutipan teks dengan sangat tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan sudut pandang dan kutipan teks dengan tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan sudut pandang dan kutipan teks dengan cukup tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan sudut pandang dan kutipan teks dengan kurang tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan sudut pandang dan kutipan teks dengan tidak tepat

5 4 3 2 1 g. Gaya Bahasa • Peserta didik didik dapat menentukan gaya bahasa dan

kutipan teks dengan sangat tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan gaya bahasa dan kutipan teks dengan tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan gaya bahasa dan kutipan teks dengan cukup tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan gaya bahasa dan kutipan teks dengan kurang tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan gaya bahasa dan kutipan teks dengan tidak tepat

5 4 3 2 1 h. Latar Belakang

penulis

• Peserta didik didik dapat menentukan latar belakang penulis dan kutipan teks dengan sangat tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan latar belakang penulis dan kutipan teks dengan tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan latar belakang penulis dan kutipan teks dengan cukup tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan latar belakang penulis dan kutipan teks dengan kurang tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan latar belakang penulis dan kutipan teks dengan tidak tepat

5 4 3 2 1 i. Nilai-Nilai • Peserta didik didik dapat menentukan 5 nilai dan

kutipan teks dengan tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan 4 nilai dan kutipan teks dengan tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan 3 nilai dan kutipan teks dengan tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan 2 nilai dan kutipan teks dengan tepat

• Peserta didik didik dapat menentukan 1 nilai dan kutipan teks dengan tepat

5 4 3 2 1

Jumlah nilai maksimal 45

Nilai= Perolehan skor x 100 Jumlah skor maksimal

(22)

21 C. PENILAIAN KETERAMPILAN

INSTRUMEN PENILAIAN PORTOFOLIO Satuan Pendidikan : SMK Islam 1 Blitar

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia - Wajib

Kelas : XI

Kompetensi dasar : 3.9 Menganalisis unsur-unsur pembangun cerita pendek dalam buku kumpulan cerita pendek Indikator : 3.9.1 Menentukan unsur-unsur

pembangun cerita pendek 3.9.2 Menelaah teks cerita pendek

berdasarkan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik cerita pendek

Materi : Teks Cerpen

Petunjuk:

a. Simpan setiap tugas yang diberikan ke dalam map individu peserta didik (warna map sesuai dengan kelas masing-masing/tiap kelas beda warna map) b. Buat rangkuman dari setiap tugas yang telah diberikan dan rangkuman dibuat

pada kertas folio bergaris.

c. Batas waktu pengumpulan tugas adalah di pertemuan terakhir.

Pedoman Penskoran

KRITERIA YANG DINILAI SKOR

MAKSIMAL Peserta didik menyimpan semua tugas yang telah dikerjakan

dengan lengkap, dan tugas dikerjakan dengan benar, serta dikumpulkan tepat waktu

4

Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, dan sebagian besar benar tapi kurang lengkap, serta

dikumpulkan tepat waktu

3

Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, namun sebagian besar salah, kurang lengkap, dan tidak dikumpulkan tepat waktu

2

Peserta didik menyimpan tugas-tugas yang telah dikerjakan, namun tugas yang dikerjakan salah, dan kurang lengkap, serta tidak dikumpulkan tepat waktu

1

Peserta didik tidak menyimpan satu pun tugas-tugas yang diberikan karena tidak pernah mengumpulkan tugas

0

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan informasi promosi yang ada pada waktu tertentu dan tampilan yang berbeda untuk melihat menu makanan pada restoran “Tea Addict”, sehingga memudahkan

Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatann saintifik, dengan model saintifik peserta didik dapat menentukan unsur-unsur pembangun cerita pendek, menelaah teks

Saudara Loisa Wijaya Berhubungan ada tugas yang mendadak, saya tidak dapat hadir sebagai juri untuk Pemilihan Pelajar Teladan Senin, 9 November 2009 pukul 08.00 di

Bagi pendaftar Program Studi Magister Keperawatan (S- 2), harus memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun setelah pendidikan ners. Bagi pendaftar Program Studi

Dengan menggunakan metode diskusi kelompok peserta didik dapat mengonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen dengan sikap aktif,

 Peserta didik membaca teks cerpen untuk menentukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen..

Setelah proses pembelajaran diharapkan peserta didik dapat menyimpulkan unsur- unsur pembangun karya sastra dengan bukti yang mendudkung dari teks cerita pendek yang

Peserta didik Menyimpulkan unsur- unsur pembangun karya sastra cerpen dengan bukti yang mendukung dari cerita pendek yang dibaca atau didengar.. Guru membuka