• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH KESEHATAN"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

i

KARYA TULIS ILMIAH

STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH KESEHATAN GOUT ARTHRITIS DI DESA

KEBONAGUNG KECAMATAN PORONG SIDOARJO

OLEH : SRI UNTARI NIM.1901011

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO 2022

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH KESEHATAN GOUT ARTHRITIS DI DESA

KEBONAGUNG KECAMATAN PORONG SIDOARJO

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.kep) Di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Oleh : Sri Untari Nim.1901011

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO 2022

i

(3)

SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sri Untari

Nim : 1901011

Tempat, Tanggal lahir : Sidoarjo, 29 April 2000

Institusi : Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ STUDI KASUS PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH KESEHATAN GOUT ARTHRITIS DI DESA KEBONAGUNG PORONG SIDOARJO “ adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan,kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Sidoarjo, Juni 2022 Yang menyatakan

Sri Untari 1901011 Mengetahui,

Pembimbing 1 pembimbing 2

Faida Annisa,S.Kep.,Ns.,MNS Meli Diana, S.Kep.,Ns.,M.Kes NIDN.0708078606 NIDN.0724098402

ii

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Sri Untari

Judul : Studi Kasus Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Kesehatan Gout Arthritis di Desa Kebonagung Porong Sidoarjo

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya tulis Ilmiah pada tanggal :

Oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Faida Annisa,S.Kep.,Ns.,MNS Meli Diana S.Kep.,Ns.,M.Kes NIDN.0708078606 NIDN.0724098402

Mengetahui, Direktur

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia

(Agus Sulistyowati, S.Kep. M.Kes) NIDN. 0703087801

iii

(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diuji dan disetujui oleh tim penguji pada ujian karya tulis ilmiah di program D3 Keperatawan Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Tim penguji tanda tangan

Ketua : Kusuma Wijaya Ridi Putra, S.Kep., Ns.,MNS ..……….

Anggota : 1. Meli Diana, S.Kep.,Ns.,M.Kes ………..

2.Faida Annisa,S.Kep.,Ns.,MNS ………..

Mengetahui, Direktur

Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo

(Agus Sulistyowati, S.Kep. M.Kes) NIDN. 0703087801

iv

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Studi Kasus Penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Kesehatan Gout Arthritis di desa kebonagung porong Sidoarjo” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan program D3 Keperawatan politeknik kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1) Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan, kesehatan dan memberikan kesabaran untuk mengerjakan tugas ini.

2) Agus Sulistyowati, S. Kep., M.kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia.

3) Faida Annisa,Ns.,MNS selaku dosen pembimbing 1 dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

4) Meli Diana, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing 2 dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

5) Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan sebagai bekal perbaikan. Penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Sidoarjo, desember 2021 Penulis

v

(7)

DAFTAR ISI

Sampul Depan ... i

Lembar Judul ... ii

Surat Pernyataan... iii

Lembar Persetujuan ... iv

Lembar Pengesahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Metode Penulisan ... 5

1.5.1. Metode Penelitian ... 5

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data ... 5

1.5.3. Sumber Data ... 5

1.5.4. Studi Kepustakaan ... 6

1.6. Sistematika Penulisan Metode ... 6

BAB 2 TINJAUANPUSTAKA,………...7

2.1. Konsep Penyakit ... 7

2.1.1. Pengertian ... 7

2.1.2. Etiologi ... 8

2.1.3. Faktor Risiko……….9

2.1.4. Manifestasi Klinis ... 11

2.1.5. Patofisiologi ... 12

2.1.6. Diagnosa Banding ... 13

2.1.7. Komplikasi ... 13

2.1.8. Pemeriksaan penunjang ... 14

2.1.9. Pencegahan ... 15

2.1.10. Penatalaksanaan ... 16

2.2 Konsep Keluarga ... 18

2.2.1 PengertianKeluarga ... 18

2.2.2 Tugas Keluaraga Pada Kesehatan ... 18

2.2.3 Karakter Keluarga ... 19

2.2.4 Struktur Keluarga ... 19

2.2.5 Ciri-ciri Struktur Keluarga ... 20

2.2.6 Macam-macam Struktur/Tipe Bentuk Keluarga ... 20

2.2.7 Tahap Kehidupan/Perkembangan Keluarga ... 24

vi

(8)

2.2.8 Peran Perawat Keluarga ... 27

2.3 Konsep asuhan keperawatan ... 27

2.3.1 Pengkajian ...…….27

2.3.2 Diagnose keperawatan Keluarga ...26

2.3.3 Intervensi ...35

2.3.4 Implementasi ...40

2.3.5 Evaluasi ...40

2.3.6 Pathway ...41

BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Asuhan Keperawatan ...42

3.1.1 Data Umum Keluarga ...42

3.1.2 Riwayat Dan Tahapan Perkembangan Keluarga ...45

3.1.3 Lingkungan ...46

3.1.4 Sosial ...47

3.1.5 Struktur Keluarga ...48

3.1.6 Fungsi Keluarga ...48

3.1.7 Stress Dan Koping Keluarga ...49

3.1.8 Spiritual ...50

3.1.9 Riwayat Kesehatan Keluarga...50

3.1.10 Pola Aktivitas Keluarga Sehari-hari ...51

3.1.11 Faktor Resiko Masalah Kesehatan ...51

3.1.12 Pemeriksaan Fisik Keluarga ...52

3.1.13 Tingkat Kemandirian Keluarga ...57

3.1.14 Tahapan Keluarga ...57

3.2 Analisa Data ...60

3.3 Diagnosa Keperawatan ...61

3.4 Intervensi Keperawatan ...74

3.5 Implementasi Keperawatan ...75

3.6 Evaluasi Keperawatan ...75

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian ...77

4.2 Diagnosa Keperawatan ...78

4.3 Intervensi Keperawatan ...79

4.4 Implementasi Keperawatan ...81

4.5 Evaluasi Keperawatan ...82

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...84

5.1.1 Pengkajian ...84

5.1.2 Diagnosa Keperawatan ...84

5.1.3 Intervensi Keperawatan ...84

5.1.4 Implentasi Keperawatan ...84

5.1.5 Evaluasi Keperawatan ...84

5.2 Saran ...85

5.2.1 Bagi Profesi Kesehatan ...85

5.2.2 Bagi Peneliti ...86

5.2.3 Bagi Puskesmas ...86

vii

(9)

DAFTAR TABEL

No Judul tabel Halaman

Tabel 2.7 Intervensi keperawatan ... 41

Tabel 3.1 Data Umum Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 42

Tabel 3.2 Komposisi Keluarga 1 .... ... 42

Tabel 3.3 Komposisi Keluarga 2 .... ... 44

Tabel 3.4 Riwayat Dan Tahapan Perkembangan Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 45

Tabel 3.5 Lingkungan Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 46

Tabel 3.6 Sosial Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 48

Tabel 3.7 Struktur Keluarga 1 Dan Keluarga 2... 48

Tabel 3.8 Fungsi Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 49

Tabel 3.9 Stress Dan Koping Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 49

Tabel 3.10 Spiritual Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 50

Tabel 3.11 Riwayat Kesehatan Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 50

Tabel 3.12 Pola Aktivitas Keluarga Sehari-hari Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 51

Tabel 3.13Faktor Resiko Masalah Kesehatan Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 51

Tabel 3.14 Pemeriksaan Fisik Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 52

Tabel 3.15 Tingkat Kemandirian Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 57

Tabel 3.16 Harapan Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 57

Tabel 3.17 Analisa Data Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 60

Tabel 3.18 Diagnosa Keperawatan Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 61

Tabel 3.19 Skoring Penentuan Prioritas Keperawatan Keluarga 1 ... 61

Tabel 3.20 Skoring Penentuan Prioritas Keperawatan Keluarga 2 ... 62

Tabel 3.21 Diagnosa Keperawatan Keluarga 1 Dan Keluarga 2 ... 73

Tabel 3.22 Implementasi Keperawatan Keluarga 1 ... 74

Tabel 3.23 Implementasi Keperawatan Keluarga 2 ... 74

Tabel 3.24 Evaluasi Keperawatan Keluarga 1 ... 75

Tabel 3.25 Evaluasi Keperawatan Keluarga 2 ... 76

viii

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul tabel Halaman

Genogram Parthway 38

ix

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Informed Concent………93

Lampiran 2 SAP………...95

Lampiran 3 Leaflet………..99

Lampiran 4 Foto……….101 Lampiran 5 Lembar Konsul………..

x

(12)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam urat adalah produk akhir dari katabolisme (pemecahan) zat yang disebut purin. Asam urat adalah produk limbah dari purin ini. Zat purin sendiri merupakan zat alami yang termasuk dalam kelompok stuktur kimia penyusun DNA dan RNA (Susanto, 2013).

Pada fenomena atau kebiasaan-kebiasaan yang sering muncul pada di masyarakat salah satunya yaitu dengan daun kelor sebagai obat anti asam urat yang dipercaya masyarakat dapat menurunkan kadar asam urat. Tetapi masyarakat banyak yang belum tau jika daun kelor mempunyai efek samping dapat mengganggu kerja obat (Johnstone,2005). Asam urat telah dianggap sebagai penyakit keluarga selama beradab-adab. Penyebab utama asam urat adalah kelainan metabolisme bawaan (Noer Sjaifoellah, 1996).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) angka prevalensi penyakit asam urat tahun 2016 mencapai 20% dari penduduk dunia. Penyakit asam urat ini mengalami peningkatan serta mempengaruhi 8,3 juta (4%) pada masyarakat dewasa di Amerika Serikat (Zhu et al., 2011 dalam Sun, 2014). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menemukan bahwa prevalensi penyakit sendi di Indonesia berdasarkan wawancara diagnostic dengan dokter (7,3%). Dengan bertambahnya usia, dokter mendiagnosis prevalensi tertinggi pada mereka yang berusia di atas 75 tahun (18.9%). Prevalensi dignosis dokter berdasarkan usia lebih tinggi pada wanita (8,5%)

1

(13)

Prevalensi penyakit asam urat di Jawa Timur sebesar 17% dibandingkan laki-laki (6,1%) (RISKESDAS, 2018). Sedangkan jumlah orang yang menderita goat arthritis didesa kebonagung rt.33 adalah 5 orang.

Faktor yang dapat menyebabkan penyakit asam urat yaitu, Gangguan metabolisme ini menghasilkan kadar asam urat serum yang tinggi dalam darah.

Selain itu, kadar asam urat juga bergantung pada beberapa faktor, seperti berat badan, konsumsi alkohol, fungsi ginjal dan produksi urin per hari. Konsumsi alkohol berlebihan dan obesitas memicu asam urat (Susanto, 2013). Kadar asam urat yang tinggi atau hiperurisemia dapat menyebabkan asam urat (penyakit yang disebabkan oleh pengendapan kristal monosodium urat/MSU) di jaringan. Ada sifatnya.

Deposisi jaringan kristal natrium urat/MSU dikaitkan dengan berbagai kondisi, termasuk radang sendi akut, radang sendi kronis yang kambuh (arthritis gout), perkembangan tophi (karena akumulasi kristal MSU pada sendi, tulang rawan atau jaringan lunak), dan kerusakan ginjal dapat menyebabkan penyakit. Fungsi (gout nefrotik) pembentukan asam urat di ginjal (Misnadiarly, 2007). Penyakit gout kronis bisa menganggu kenyamanan lansia dalam beraktifitas akibat adanya nyeri pada persendian, dan juga dapat mengakibatkan komplikasi seperti gagal ginjal, maupun batu ginjal.

Penyakit gout kronis perlu penanganan yang sesuai aman serta tepat untuk mengatasi komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit asam urat. Oleh karena itu peran Perawat sangatlah diandalkan untuk menghindari penyakit Asam Urat menjadi sangat parah. Ada juga peranan seorang tenaga kesehatan dalam memberikan perawatan serta mencegah keparahan penyakit Asam Urat dalam upaya promotif yang dilakukan untuk membantu mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kearah

(14)

kesehatan yang optimal dengan cara memberikan. Selain itu juga dilakukan upaya preventif seperti mengontrol asupan makanan dengan mengurangi makanan yang kaya purin seperti kacang-kacangan dan organ dalam, menjaga tubuh tetap ideal, dan olahraga seperti senam (Krisnatuti, 2006). Selain itu, upaya penyembuhan menyuruh pasien minum obat untuk mengatasi Asam Urat. Dan yang terakhir adalah Upaya Rehabilitatif yaitu upaya pemulihan, perawat menyarankan kepada pasien dan keluarga untuk memanajemen stress dengan cara Olahraga teratur dapat meningkatkan kekuatan sendi dan status fleksibilitas serta mengurangi risiko kerusakan sendi akibat radang sendi Contoh olahraga yang dapat anda praktikkan termasuk jalan kaki, olahraga reaktif, dan senam. Olahraga membantu menghindari penimbunan lemak dalam tubuh (Sustrani et al. 2004). Selain itu, olahraga memiliki efek menghangatkan tubuh, mengurangi rasa sakit dan mencegah penumpukan asam urat di ujung tubuh yang dingin akibat suplai darah yang tidak mencukupi (Sustrani et al, 2004)

1.2 Rumusan Masalah

Untuk memahami lebih lanjut dari perawatan penyakit keluarga ini maka penulis akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan Asuhan Keperawatan keluarga pada klien “ Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asam Urat di Desa Kebonagung Porong”?

(15)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Asam Urat di Desa Kebonagung Porong.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengkaji Keluarga Dengan Asam Urat di Desa Kebonagung Porong

1.3.2.2 Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Keluarga dengan Asam urat di Desa Kebonagung Porong

1.3.2.3 Merencanakan Tindakan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga dengan Asam Urat di Desa Kebonagung Porong

1.3.2.4 Melaksanakan Tindakan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga dengan Asam Urat di Desa Kebonagung Porong

1.3.2.5 Mengevaluasi Tindakan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga dengan Asam Urat di Desa Kebonagung Porong

1.4 Manfaat Penelitian

Terkait dengan tujuan tugas akhir ini maka diharapkan dapat memberi manfaat 1.4.1 Secara akademi hasil studi ini merupakan sumbangan untuk ilmu pengetahuan, terkhusus dalam hal Tindakan Keperawatan Keluarga pada Keluarga dengan Asam Urat.

1.4.2 Secara praktik, tugas akhir ini,akan bermanfaat bagi : 1.4.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan di Puskesmas

Hasil studi kasus ini, bisa menjadikan masukan bagi pelayanan di puskesmas agar dapat melakukan Tiindakan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga

(16)

dengan Asam Urat dan dapat melakukan kunjungan kerumah-rumah dengan baik.

1.4.2.2 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadikan salah satu rujukan bagi peneliti atau orang lain berikutnya yang akan memulai studi pada Tindakan Keperawatan Keluarga pada Keluarga dengan Asam Urat.

1.4.2.3 Bagi Profesi Kesehatan

Untuk profesi kesehatan hasil studi ini bisa menjadi sebagian tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Tindakan Keperawatan Keluarga pada Keluarga dengan Asam Urat.

1.5 Metode Penelitian

1.5.1.1 Metode Deskriptif merupakan metode yang bersifat mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.

1.5.2 Teknik pengumpulan data 1.5.2.1 Wawancara

Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan klien keluarga maupun tim kesehatan yang lain.

1.5.2.2 Observasi

Data yang di ambil melalui pengamatan kepada klien.

1.5.2.3 Pemeriksaan

(17)

Terdiri dari pemeriksaan fisik serta laboratorium yang bisa menunjang serta menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.

1.5.3 Sumber Data 1.5.4 Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah, belajar tentang buku yang sumbernya berhubungan dengan judul studi kasus serta apa masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Agar lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari serta memahami studi kasus ini , secara keseluruhan dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1.6.1 Bagian awal, muat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan motto dan persembahan, kata pengantar dan daftar isi.

1.6.2 Bagian ini terdiri dari 5 bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab berikut :

Bab 1: pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian, sistematika, dan penulisan studi kasus.

Bab 2: tujuan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan Tindakan Keperawatan Keluarga Pada Klien dengan Asam Urat serta kerangka masalah.

1.6.3 Bagian akhir yang terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan di uraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan Asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan Gout Arthritis di Desa Kebonagung Porong Sidoarjo. Konsep penyakit akan di uraikan menurut definisi,etiologi, dan cara penanganan secara medis. Asuhan Keperawatan akan di uraikan masalah-masalah yang muncul pada penyakit Gout Arthritis dengan melakukan Asuhan Keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,serta evaluasi.

2.1 KONSEP GOUT ARTHRITIS 2.1.1 Pengertian

Asam urat adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh asam urat yang masuk yang menumpuk di persendian. Masuknya asam urat ke dalam persendian terjadi bila kadarnya melebihi kisaran normal. Kadar normalnya adalah 2-6 mg/dL untuk wanita dan 2-5,7 mg/dL untuk pria. Peningkatan kadar asam urat dalam tubuh manusia dapat menyebabkan gangguan seperti sensasi nyeri pada daerah persendian, seringkali mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa bagi yang terkena. Kelebihan kadar asam urat dalam darah bisa menyebabkan gout hiperurisemia atau yang kita kenal dengan nama asam urat dan sangat berbahaya untuk tubuh sedangkan, kekurangan kadar asam urat dalam darah juga bisa berdampak buruk untuk kesehatan tubuh

7

(19)

manusia. Seperti penelitian yang dilakukan oleh (Trinawati,2014) bahwasannya kekurangan kadar asam urat dalam darah dapat meningkatkan potensi terjadinya Parkinson.

2.1.2 Etiologi

Menurut Setiabudi (2013), faktor-faktor yang terlibat dalam perkembangan asam urat adalah faktor yang menyebabkan hiperurisemia seperti:

2.1.2.1 Gangguan konsentrasi pembentukan asam urat yang berlebihan :

1) Asam urat primer : karena pembentukan langsung asam urat yang berlebih 2) asam urat sekunder : ekskresi asam urat menurun karena perjalanan dan penggunaan obat-obatan.

2.1.2.2 Penyebab penyakit asam urat adalah : 1) Diet tinggi purin

2) Konsumsi minuman beralkohol

3) Efek obat pada kadar asam urat dan efeknya dapat menghambat ekskresi asam urat ginjal (misalnya : aspirin, diuretik).

2.1.3 Faktor Resiko

Menurut Fitriana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi asam urat sebagai berikut:

2.1.3.1 Usia Serangan

(20)

Secara umum, serangan asam urat pada pria terjadi antara usia 40 dan 69 tahun, sedangkan serangan asam urat pada wanita biasanya terjadi sekitar menopause. Karena pada wanita memiliki hormon estrogen, maka hormon ini membantu pelepasan asam urat ke dalam urin dan dapat mengontrol kadar asam urat darah.

2.1.3.2 Jenis kelamin

Pria memiliki kadar asam urat lebih tinggi daripada wanita.

2.1.3.3 Faktor genetik

Faktor pemicu hiperurisemia dan gout bisa terbawa pada gen resesif yang terjadi dikarenakan kelainan kromosom. Pada kromosom tertentu mempunyai pengaruh yang begitu kuat untuk mendorong tubuh memproduksi asam urat dalam jumlah yang lebih banyak di bandingkan oleh gen kromosom normal. Individu dengan kromosom ini memproduksi asam urat dalam jumlah banyak, sedangkan eksreksi asam urat yang berlangsung dalam tubuhnya relatif rendah. Tidak adanya keseimbangan antara reproduksi asam urat endogen asam urat inilah yang membuat asam urat serum cenderung lebih tinggi.

2.1.3.4 Obesitas

Hiperurisemia tidak memandang gemuk dan kurus tubuh seseorang. Namun jika melihat tingkat kecenderungan, orang bertubuh gemuk akan lebih beresiko hiperurisemia dibandingkan dengan orang bertubuh kurus, karena obesitas merupakan sumber munculnya penyakit metabolic. Sebagian besar penderita obesitas mengalami sindrom metabolic sekaligus hiperurisemia.

Penumpukan lemak di bagian perut ini akan cukup menjadi faktor tunggal

(21)

pengacau pada sistem pengaturan asam urat di dalam tubuh. Pada lemak dibagian perut akan mendesak ginjal akhirnya mengganggu kinerja untuk mengekskresikan kelebihan asam urat. Karena keterbatasan tubuh untuk menjaga keseimbangan antara asam urat di ekskresikan saat produksinya meningkat. Hal ini tentunya mengakibatkan terdongkraknya kadar asam urat serum. Apalagi dengan adanya lemak perut akan mengganggu fungsi ginjal untuk mengekskresikan kelebihan asam urat.

2.1.3.5 Penyakit Ginjal

Sebagian besar hiperurisemia ini disebabkan oleh terhambatnya sekresi asam urat. Asam urat terbanyak di ekresikan melalui ginjal. Organ inilah yang bertanggung jawab mengatur sekresi asam urat. Sekresi dan ekresi asam urat akan terganggu jika fungsi ginjal tidak normal. Hiperurisemia akan dipicu oleh penyakit ginjal dan sebaliknya hiperurisemia dapat pula menyebabkan penyakit ginjal. Penyakit ginjal yang banyak di alami oleh penderita hiperurisemia di tandai dengan adanya batu ginjal yang terbentuk dari pengendapan kristal asam urat. Penderita Hiperurisemia yang memiliki batu asam urat di ginjal akan mengalami perkembangan gout secara cepat. Batu asam urat menghambat pembuangan asam urat serum, semakin besar beresiko pembentukan batu asam urat baru.

2.1.3.6 Hipertensi

Tekanan darah tinggi permanen adalah faktor resiko yang bisa berpotensi akan merusak organ ginjal. Kerusakan ginjal merupakan faktor resiko penyebab hipertensi. Hiperurisemia sebagian besar di alami oleh penderita Hipertensi. Meskipun penderita hipertensi tidak selalu menderita

(22)

hiperuriemia, mereka umumnya memiliki kadar asam urat serum yang lebih tinggi. Tekanan darah tinggi permanen akan mengganggu kinerja ginjal, bahkan menyebabkan terjadinya penyakit ginjal kronis.

2.1.4 Manifestasi klinis (Nurarif&kusuma,2015)

Asam urat terjadi dalam empat tahap. Tidak semua kasus mencapai stadium akhir. Ada empat tahap dalam perjalanan penyakit asam urat.

2.1.4.1 Stadium 1 ( tahap Arthritis Gout Akut )

Serangan pertama biasanya terjadi antara usia 40 dan 60 tahun pada pria dan setelah usia 60 tahun pada wanita. Gejala yang terjadi sangat khas, arthritis yang sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa gejala dan bangun dengan rasa sakit yang luar biasa, tidak bisa berjalan. Selain rsa tidak nyaman seperti nyeri , bengkak, kemerahan, dan panas, juga disertai gejala sistematik seperti demam, menggigil, dan kelelahan. Gejala cepat membaik setelah beberapa jam tanpa pengobatan minimal.

2.1.4.2 Tahap 2 ( tahap gout interstisial )

Pada tahap ini, pasien sehat unutk jangka waktu tertentu. Durasi berkisar dari 1 hingga 10 tahun, dengan rata-rata 1 hingga 2 tahun. Lamanya waktu dalam fase ini membuat anda lupa bahwa anda pernah mengalami serangan asam urat.

2.1.4.3 Tahap 3 ( tahap gout arthritis akut intermitten )

Setelah melewati pad masa gout intekritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, akhirnya penderita memasuki tahap ini yang akan ditandai dengan serangan arthritis yang khas. Setelah itu penderita akan mengalami serangan(kambuh) yang jaraknya berkisar antara serangan yang satu dengan

(23)

serangan berikutnya makin lama makin rapat dan makin panjang serta jumlah sendi yang terserang makin banyak.

2.1.4.4 Stadium 4 ( stadium arthritis gout kronis )

Tahap ini terjadi ketika pasien telah sakit selama lebih dari 10 tahun. Selama tahap ini, benjolan terbentuk disekitar sendi rawan peradangan yang dikenal sebagi tospi. Topi adalah massa keras yang diisi dengan bubuk kapur, yang merupakan endapan kristal natrium urat.

2.1.5 Patofisiologi

Penumpukan asam urat yang berlebihan dalam plasma (hiperurisemia) dan penimbunan kristal asam urat di dalam tubuh disebabkan oleh gangguan metabolisme purin dalam tubuh, asupan zat yang kaya asam urat, dan sistem eskresi asam urat yang tidak mencukupi. Akumulasi ini menyebabkan iritasi lokal dan respon inflamasi (Sudoyo, et al., 2009).

Banyak faktor yang terlibat dalam patogenesis artritis gout. Salah satunya yang terkenal adalah konsentrasi asam urat dalam darah. Patogenesis artritis gout akut berkembang dalam beberapa tahap berurutan. Dengan demikian, konsentrasi plasma di atas 9 mg/dL menunjukkan pengendapan kristal monosodium urat yang dapat terjadi di jaringan. Deposisi ini terjadi pada jaringan pra-artikular seperti tulang rawan, sonovium, bursae, tendon, dan membran. Kristal asam urat bermuatan negatif dan ditutupi dengan berbagai jenis protein. Kemasan IgG merangsang neutrofil untuk merespon pembentukan Kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaktik yang memicu respons leukosit PNM, yang mengakibatkan fagositosis kristal lebih lanjut oleh leukosit (Nurarif&Kusuma 2015).

(24)

2.1.6 Diagnosa Banding.

Diagnosa banding arthritis gout ( Bruce, 2018) adalah : 2.1.6.1 Arthritis akibat sistemik

2.1.6.2 Pseudogout 2.1.6.3 Selulitis 2.1.6.4 Nefroltiasis

2.1.6.5 Arthritis rheumatoid 2.1.6.6 Arthritis sepsis 2.1.6.7 Osteoarthritis 2.1.7 Komplikasi

Abiyoga (2006) menyatakan bahwa komplikasi yang timbul akibat penyakit asam urat (gout) antara lain:

2.1.7.1 Asam urat kronis dengan Thopus

Serangan asam urat dengan adanya benjolan (tofi) di sekitar persendian, sering meradang. Tofi adalah kumpulan kristal natrium urat di sekitar sendi seperti tulang rawan articular, cairan synovial, bursa atau tendon. Tophi juga ditemukan di jaringan lunak dan otot jantung, katup mitral jantung, retina mata dan laring.

2.1.7.2 Nefropati Gout Kronis

Penyakit paling umun yang disebabkan oleh hiperurisemia terjadi sebagai akibat dari pengendapan kristal urat di tubulus ginjal. Mikrotofisme terbentuk di jaringan ginjal dan dapat menyumbat dan merusak gromeruli.

2.1.7.3 Nefrolitiasis Asam Urat ( Batu Ginjal )

(25)

Terjadinya pembentukan pada massa keras seperti batu di dalam organ ginjal, yang bisa mengakibatkan nyeri pada seluruh tubuh, pendarahan serta penyumbatan aliran kemih ataupun infeksi. Pada air berkemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu seperti kalsium, asam urat, sistin serta mineral struvit (campuran magnesium, ammonium dan fosfat).

2.1.7.4 Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Majority in Dianatia (2013), pengobatan untuk serangan asam urat meliputi:

2.1.8.1 Kolkisin

Dosis dan Cara Pemberian: Dimulai dengan 0,5-0,6 mg atau 1,2 mg setiap jam, kemudian 0,5-0,6 mg setiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau gejala gastrointestinal seperti muntah atau diare berkembang. Dosis maksimum adalah 7-8 mg, tetapi tidak boleh melebihi 7,5 mg dalam 24 jam.

Untuk profilaksis, 0,5 hingga 1,0 mg setiap hari.

2.1.8.2 Obat antiinflamasi nonsteoroid ( NSAID ) Contoh: Indometasin dan Fenilbutazon 2.1.8.3 Penghilang asam urat/antihiperuria

Contoh: allopurinol, probenesid, sulfinpirazon, dan febuxostat.

2.1.8.4 Kortikosteroid

Kortikosteroid sering digunakan untuk meredakan gejala dan mengontrol serangan asam urat. Kortikosteroid sangat berguna pada pasien dengan kontraindikasi golongan NSAID. Pemberian intraartikular paling efektif bila gout bersifat monoartikular. Contoh: dekametason, hidrokortison, prednison.

(26)

2.1.8.5 Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan yang diberikan adalah tentang diet osteoarthritis yang baik (gizi yang baik dan control kadar purin normal).

2.1.9 Pencegahan

2.1.9.1 Sesuaikan gaya hidup dan asupan makanan dengan mengurangi makanan kaya purin seperti kacang-kacangan dan organ tubuh.

2.1.9.2 Latihan seperti senam untuk menjaga tubuh tetap ideal. Olahraga teratur meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas sendi dan mengurangi risiko kerusakan sendi akibat radang sendi.

2.1.9.3 Konsumsi vitamin C, Beberapa penelitian menunjukkan bahwa vitamin C meningkatkan ekskresi asam urat dalam tubuh, sehingga dapat mengurangi risiko asam urat dengan menurunkan kadar asam urat dalam darah. Contoh buah dan sayuran yang tinggi vitamin C antara lain sirsak, jambu biji, jeruk, stroberi, anggur, mangga, kiwi, tomat, cabai dan paprika hijau (Rahima, 2011).

2.1.10 Penatalaksanaan

Menurut Nurarif (2015), pengobatan gout arthritis biasanya dibagi menjadi pengobatan serangan akut dan kronis. Ada tiga fase pengobatan untuk penyakit ini :

1) Mengatasi serangan arthritis gout akut.

2) Menurunkan kadar asam urat dan mencegah kristal asam urat menumpuk di jaringan, terutama persendian.

3) Terapi profilaksis dengan terapi penurun urat.

2.1.10.1 Terapi Non Obat

(27)

Terapi nonfarmakologis adalah strategi penting untuk pengelolaan arthritis gout. Perbanyak istirahat, gunakan kompres hangat, ubah pola makan, kurangi konsumsi alkohol, dan turunkan berat badan.

2.1.10.2 Terapi Obat

Pengobatan arthritis gout terdiri dari manajemen serangan akut dan pengobatan serangan kronis.

1) Serangan akut

Pengobatan segera dengan istirahat dan NSAID, seperti indometasin 200 mg/hari atau diklofenak 150 mg/hari, merupakan terapi lini pertama untuk pengobatan serangan arthritis gout akut kecuali NSAID dikontraindikasikan.

Aspirin harus dihindari karena pengeluarannya dapat bersaing dengan asam urat dan memperburuk serangan arthritis gout akut. Obat-obatan yang menurunkan kadar asam urat serum (inhibitor asam urat seperti allopurinol, probenesid dan sulfinpyrazone) tidak boleh digunakan dengan serangan akut (Nurarif, 2015).

2) Kejang Kronis

Penatalaksanaan hiperurisemia jangka panjang merupakan faktor penting dalam mencegah serangan arthritis gout akut, gout tofagi kronis, keterlibatan ginjal, dan pembentukan batu urat. Kapan memulai obat penurun urat masih kontroversial. Penggunaan allopurinol, uricoulic, dan fevoxostat (dalam pengembangan) untuk pengobatan arthritis gout kronis dijelaskan dibawah ini:

1) Hipourisemia, Arthritis gout kronis pilihan adalah allopurinol. Obat ini tidak hanya mengontrol gejala tetapi juga melindungi fungsi

(28)

ginjal. Allopurinol mengurangi produksi asam urat dengan mnghambat enzim xanthine oxidase. Dosis pada awal allopurinol tidak boleh melebihi 300 mg per 24 jam. Respon terhadap allopurinol ditunjukkan sebagai penurunan kadar asam urat serum 2 hari setelah inisiasi pengobatan dan hingga 7-10 hari setelah inisiasi pengobatan.

Kadar asam urat serum harus diperiksa 2-3 minggu setelah penggunaan allopurinol untuk memastikan kadar asam urat menurun.

2) Asam urat, ekskresi asam hipourat kebanyakan pasien dengan hiperurisemia dapat diobati dengan obat penurun urat. Agen penghilang urat seperti probenesid (500 mg-1 g dua kali sehari) dan sulfinpirazon (100 mg 3-4 kali sehari) dan merupakan alternatif pengganti allopurinol. Obat penghilang urat harus dihindari pada pasien dengan nefropati urat yang menghasilkan terlalu banyak asam urat. Obat ini tidak efekif pada pasien dengan gangguan ginjal (klirens kreatinin <20-30 mL/menit). Sekitar 5% pasien yang mengalami mual, mulas, gas, atau sembelit (Nurarif, 2015).

2.2 KONSEP KELUARGA 2.2.1 Pengertian Keluarga

(29)

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bersatu melalui keturunan, perkawinan, atau adopsi untuk tinggal dalam satu rumah, saling berinteraksi, dan menciptakan serta memelihara budaya dalam perannya masing-masing (Friedman, 2010).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang berfungsi sebagai klien keperawatan. Karena keluarga berada diantara individu dan masyarakat, memberikan layanan perawatan kesehatan kepada keluarga memberi pengasuh dua mnfaat sekaligus. Manfaat pertama adalah memenuhi kebutuhan individu, manfaat kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus memperhatikan berbagai aspek yang berkaitan dengan nilai-nilai keluarga, budaya keluarga, dan keyakinan tentang anggota keluarga (Saiful 2012).

2.2.2 Tugas keluarga pada kesehatan

2.2.2.1 Kenali gangguan perkembangan pada setiap anggota keluarga 2.2.2.2 Membuat keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat

2.2.2.3 Memberi asuhan keperawatan untuk anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak membantu dirinya karena cacat atau usia yang terlalu muda.

2.2.2.4 Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian untuk anggota keluarga.

2.2.2.5 Mempertahankan hubungan baik antara keluarga dari lembaga-lembaga medis yang memberitahukan manfaat dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

2.2.3 Karakteristik keluarga ( iver dan page ) 2.2.3.1 Adanya komunikasi sharing serta pengalaman

(30)

2.2.3.2 Pendidikan terarah

2.2.3.3 Saling memperkuat dan mendukung 2.2.3.4 Mengembangkan sifat saling percaya

2.2.3.5 Memiliki garis keturunan sesuai dengan norma yang berlaku 2.2.3.6 Memiliki fungsi ekonomi dalam rangka mencapai kebutuhannya.

2.2.3.7 Memiliki fungsi reproduksi untuk melanjutkan keturunan dan memperbesar anak.

2.2.3.8 Mempunyai tempat tinggal bersama sebagai tempat berkumpulnya anggota keluarga.

2.2.4 Struktur keluarga

2.2.4.1 Patrilinial : Keluarga yang di hubungkan atau di susun melalui jalur garis ayah digunakan oleh hampir semua suku-suku di Indonesia.

2.2.4.2 Matrilinial: Sekeluarga yang di hubungkan atau di susun melalui jalur garis ibu.

2.2.4.3 Patrilokal:Adanya tempat tinggal keluarga yang tinggal bersama kerabat dari pihak suami.

2.2.4.4 Matrilokal:Kehadiran tempat tinggal keluarga yang tinggal bersama kerabat istri

2.2.4.5 Patriarki:dominasi pengambilan keputusan terletak pada laki-laki.

2.2.4.6 Matriarki:dominasi pengambilan keputusan terletak pada perempuan.

2.2.5 Ciri – Ciri Struktur Keluarga

2.2.5.1 Terorganisasi : Menurut Makhfludi, Efendy (2009) Keluarga mencerminkan suat organisasi di mana setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya untuk membantu mencapai tujuan keluarga. Organisasi yang baik

(31)

ditandai dengan hubungan yang kuat antar anggota sebagai bentuk saling ketergantungan untuk mencapai tujuan.

2.2.5.2 Kendala: Setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawab yang unik untuk mencapai tujuan mereka. Dengan demikian interaksi setiap anggota tidak sewenang-wenang dan dibatasi berdasarkan tanggung jawab masing-masing anggota keluarga. Makhfludi, Efendy (2009).

2.2.5.3 Perbedaan dan Karakteristik: Adanya perbedaan peran keluarga menunjukkan bahwa setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsi yang berbeda dan unik. Peran ayah sebagai pencari nafkah utama dan peran ibu sebagai pengasuh anak.

2.2.6 Macam – Macam Struktur/Tipe/Bentuk Keluarga.

2.2.6.1 Klasifikasi tipe keluarga menurut Sussman (1974) dan Maclin (1988).

1. Keluarga tradisional

1) Keluarga inti: Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.

2) Pasangan Nuklir: Keluarga yang hanya terdiri dari satu pria dan satu wanita.

3) Keluarga dengan orang tua tunggal sebagai kepala keluarga.

Sebagian besar bagian dari efek perceraian.

4) Orang lajang hidup sendiri.

5) Keluarga besar yang mencakup tiga generasi.

6) Pasangan paruh baya atau lanjut usia.

7) Jaringan keluarga yang diperluas.

2. Keluarga non tradisional.

1) Pasangan suami istri yang memiliki anak tanpa menikah.

(32)

2) Pasangan hidup bersama tanpa menikah (bersatu kembali).

3) Keluarga homoseksual (gay dan /atau lesbian).

4) Keluarga Komunitas: Keluarga dengan banyak pasangan monogami dengan anak-anak yang berbagi fasilitas dan sumber daya yang ada.

2.2.6.2 Pembagian Tipe Keluarga Menurut Anderson Carter

1) Keluarga inti, yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.

2) Keluarga besar, keluarga inti + saudara, nenek, kakek, keponakan, paman, bibi, dan sebagainya.

3) Keluarga berantai (Contiguous family), yaitu keluarga dimana seorang wanita dan seorang menikah beberapa kali untuk membentuk keluarga inti.

4) Keluarga janda atau duda (single family), keluarga ini terbentuk karena perceraian atau kematian.

5) Kabitas Family, dua orang yang menjadi satu tanpa menikah tetapi membentuk keluarga.

2.2.6.3 Klasifikasi tipe keluarga berdasarkan latar belakang dan pengelompokan ilmiah.

1) Tenaga nuklir tradisional.

Keluarga inti (ayah, ibu, dan anak-anak) tinggal dalam satu rumah, ditentukan oleh saksi-saksi perkawinan yang sah, dan salah satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

(33)

2) Konfigurasi ulang inti.

Terbentuknya keluarga inti baru karena perkawinan kembali seorang suami atau istri, hidup bersama dalam satu rumah tangga dengan anak-anak dari perkawinan sebelumnya atau anak-anak hasil perkawinan baru. Salah satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

3) Pasangan paruh baya atau lanjut usia.

Suami mencari uang, istri bekerja dirumah atau keduanya bekerja diluar rumah, dan anak-anak pindah sekolah, menikah, atau bekerja.

4) Inti binomial.

pasangan tua yang tidak memiliki anak. Keduanya atau keduanya bekerja di luar rumah.

5) Orang tua tunggal.

Keluarga dengan satu orang tua tunggal setelah perceraian atau kematian pasangan. Anak-anak dapat menghabiskan waktu di dalam dan di luar rumah.

6) Pembawa ganda.

Suami dan istri, atau keduanya bekerja tidak memiliki anak.

7) Menikah untuk bekerja.

Pasangan yang sudah menikah, atau keduanya bekerja dan hidup terpisah. Keduanya saling mencari pada waktu tertentu.

8) Dewasa lajang.

(34)

Pria dan wanita hidup sendiri tanpa keinginan untuk menikah.

9) Tiga generasi.

Lebih dari tiga generasi tinggal dalam satu rumah.

10) Kelembagaan.

Anak-anak atau orang dewasa yang tinggal di panti asuhan yang sama.

11) Communal.

Sebuah rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan suami istri yang hidup secara monogami dengan anak-anak dan berbagi fasilitas.

12) Pernikahan kolektif.

Sebuah rumah terdiri dari unit keluarga orang tua dan keturunan mereka.

13) Orang tua dan anak yang belum menikah

Ibu dan anak yang tidak ingin menikah, dan adopsi.

14) Pasangan kumpul kebo.

Dua orang atau pasangan yang tinggal bersama tanpa menikah.

15) Keluarga besar.

Keluarga inti dan anggota keluarga lainnya tinggal dalam satu rumah dan sejajar dengan kepala keluarganya.

2.2.7 Tahap kehidupan atau perkembangan keluarga.

2.2.7.1 Tahap pasangan menikah dan belum memiliki anak (beginning family)

(35)

Pada tahap ini, pria dan wanita akan saling melakukan penyesuaian atas sifat dari masing-masing individu yang baru menjalin pernikahan. Tugas perkembangan fase ini adalah :

1) Membina hubungan intim dan memuaskan.

2) Mendiskusikan visi dan misi keluarga.

3) Menjalin hubungan baik dengan masing-masing keluarga dari suami maupun istri.

2.2.7.2 Tahap kelahiran anak pertama

Tahap ini terjadi ketika pasangan suami-istri tengah menantikan kelahiran anak pertamanya. Tahap perkembangan keluarga ini akan berlangsung hingga anak kemudian lahir dan berusia 30 bulan. Tugas perkembangan pada fase ini adalah:

1) Mempersiapkan diri untuk menjadi orangtua.

2) Melakukan adaptasi menyusul peran sebagai orangtua baru.

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

2.2.7.3 Keluarga dengan Anak Sekolah ( Families With Preschoolers )

Pada perkembangan keluarga ini dimulai saat anak berusia 2,5 tahun hingga 5 tahun. Di fase ini, beberapa keluarga juga mulai memiliki anak kedua sehingga orangtua harus membagi fokus antara menyiapkan keperluan anak sekolah dengan kebutuhan anak kedua yang masih bayi. Pada fase ini, tugasnya adalah:

1) Memastikan rasa aman setiap anggota keluarga.

2) Membantu sang buah hati untuk bersosialisasi.

(36)

3) Beradaptasi pada bayi baru lahir sambil memenuhi kebutuhan anak lain.

4) Memelihara hubungan yang sehat di dalam rumah dan masyarakat.

5) Timeshares untuk individu, pasangan dan anak-anak.

2.2.7.4 Keluarga dengan anak-anak ( Families With Children ) fase ini bisa dibilang sebagai tahap perkembangan keluarga dengan aktivitas paling sibuk. Tugas orangtua pada fase ini mirip dengan tahap ke tiga, misalnya membantu anak beradaptasi dengan lingkungan dan menjaga keintiman dengan pasangan.

Sedangkan tugas tambahan lainnya adalah menyiapkan kebutuhan dan biaya kehidupan semakin meningkat.

2.2.7.5 Keluarga dengan anak Remaja ( Families with teenagers )

Remaja disini adalah anak yang berusia mulai dari 13 tahun hingga 19-20 tahun, Tahap perkembangan keluarga ini bisa lebih singkat jika anak pertama yang beranjak remaja memutuskan hidup terpisah dengan orangtua, misalnya mengenyam pendidikan di luar kota. Selain bertugas menjaga keharmonisan keluarga, tahap perkembangan keluarga ini juga menantang orangtua untuk membangun komunikasi yang baik dengan anak.

2.2.7.6 Keluarga dengan Anak Dewasa ( Launching center families )

Fase perkembangan keluarga ini dimulai dengan keputusan anak pertama untuk meninggalkan rumah orang tua. Oleh karena itu, orangtua yang bertugas untuk membantu sang buah hati agar mandiri dan menata kembali peran mereka di dalam rumah tangga serta anggota keluarga yang masih ada.

2.2.7.7 Keluarga usia pertengahan ( Middle age families )

(37)

Tahap perkembangan keluarga memasuki masa-masa akhir ketika anak terakhir telah meninggalkan rumah orangtua menjelang pensiun.

2.2.7.8 Keluarga Usia Lanjut

Terakhir, tahap perkembangan keluarga akan masuk kategori usia lanjut saat suami-istri telah pensiun hingga salah satunya meninggal dunia. Di saat itulah suami dan istri memiliki tugas untuk saling merawat serta menjaga dan mempertahankan hubungan baik dengan buah hati dan sosial masyarakat.

2.2.8 Peran Pengasuh Keluarga

Keluarga juga berperan dalam memberikan kegiatan perawatan, seperti mencegah gangguan kesehatan dan merawat kerabat yang sakit. Keluarga yang dapat menyelesaikan tugas kesehatan dapat menyelesaikan masalah kesehatan.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan.

2.3.1 Pengkajian 2.3.1.1 Pengumpulan data (1) Identitas

Silahkan masukkan nama, usia, jenis kelamin, alamat, latar belakang pendidikan, dan pekerjaan anda. Pada umumnya serangan asam urat pada pria terjadi antara usia remaja dan usia 40 hingga 69 tahun, sedangkan serangan asam urat pada wanita terjadi pada usia yang lebih tua.

(Slamet,2004).

(2) Riwayat dan tahapan keluarga meliputi :

1) Status perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dalam keluarga inti.

(38)

2) Tahap keluarga yang tidak terpenuhi menggambarkan tugas perkembangan yang tidak terpenuhi oleh keluarga ketika kendala menjelaskan mengapa tugas perkembangan keluarga tidak terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti, yaitu riwayat penyakit genetik, riwayat kesehatan setiap anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh keluarga, dan narasi pengalama pelayanan riwayat kesehatan keluarga inti termasuk kesehatan.

4) Riwayat keluarga masa lalu menjelaskan riwayat kesehatan suami dan istri (Slamet, 2004).

(3) Lingkungan

Ini mencakup karakteristik keluarga, karakteristik lingkungan dan komunitas RW, asosiasi keluarga dan interaksi dengan masyarakat, dan sistem dukungan keluarga.

1) Karakteristik Rumah

Ukuran rumah (area rumah), kondisi indoor dan outdoor, kebersihan rumah, ventilasi rumah, saluran pembuangan, air bersih, pengelolaan sampah, kepemilikan rumah, kamar mandi/WC, denah rumah.

2) Karakteristik Lingkungan

Lingkungan adalah semua objek yang baik yang terdiri atas benda hidup, tidak hidup yang ada disekitar kita dimana pada orang berada.

Dalam hal ini lingkungan menjadi peran aktif dalam kepatuhan pasien untuk menjalani diet, jika lingkungan mendukung, maka penderita asam urat akan lebih patuh pada dietnya. Salah satu bentuk

(39)

lingkungan yaitu lingkungan biofisis serta lingkungan psikososial (Slamet, 2004).

(4) Status Sosial Ekonomi 1) Pendidikan

Pada pendidikan tentang kesehatan adalah proses perubahan perilaku individu secara dinamis, peran keluarga sangat penting untuk pemberian pendidikan kesehatan asam urat terhadap pengetahuan dan sikap penderita Asam Urat.

2) Pekerjaan dan Penghasilan

Menurut Kartono (2008) sosial ekonomi merupakan kedudukan pada seseorang maupun keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatannya per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang di sesuaikan dengan harga barang pokok.

3) Status Perkembangan dan riwayat keluarga

Kerangka pengembangan keluarga oleh Evelyn Duvall 2005 memberikan panduan untuk mempelajari dan menganalisis perubahan dan perkembangan tugas-tugas mendasar yang ada dalam keluarga selama siklus hidup. Tingkat perkembangan keluarga ditunjukkan dengan usia anak sulung.

(5) Struktur keluarga 1) Pola Komunikasi

Pola komunikasi merupakan suatu sistem penyampaian pesan melalui lambing tertentu yang mengandung arti, dan pengoperan perangsang untuk mengubah tingkah laku individu yang lain. Komunikasi dalam suatu

(40)

keluarga mencerminkan peran dan hubungan antara anggota keluarga.

(Friedman,2010).

2) Struktur Kekuasaan

Kekuasaan keluarga sebagai karakteristik sistem keluarga adalah kemampuan atau potensial, aktual dari individu anggota keluarga yang lain.

3) Struktur Peran

Peran adalah perilaku yang terkait dengan seseorang dalam posisi tertentu.

Status mengidentifikasi posisi atau tempat individu dalam suatu sistem sosial.

4) Nilai ataupun norma keluarga merupakan penjelasan mengenai nilai-nilai norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.

(6) Fungsi Keluarga 1) Fungsi afektif

Pada fungsi afektif ini, yang dikaji antara lain gambaran diri pada anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi Sosialisasi

Bagaimana sosialisasi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.

3) Fungsi kesehatan

Jaga kesehatan keluarga anda dan tetap produktif. Peran ini berkembang menjadi peran keluarga dalam perawatan kesehatan. Di sisi lain, tanggung jawab keluarga dalam perawatan kesehatan (Friedman, 1998) adalah :

(41)

1) Mengenali gangguan perkembangan setiap anggota keluarga.

2) Membuat keputusan tentang perilaku kesehatan yang tepat.

3) Merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Memelihara suasana keluarga yang kondusif bagi kesehatan keluarga dan pertumbuhan pribadi.

5) Menjaga hubungan antara keluarga dan penyediaan layanan kesehatan.

(7) Stressor dan koping keluarga

a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang.

1) Stressor jangka pendek adalah stressor yang dihadapi keluarga yang membutuhkan penutupan kurang dari 5 bulan.

2) Stressor jangka panjang adalah stressor yang dihadapi keluarga yang harus diselesaikan dalam waktu 6 bulan atau lebih.

b. Kemampuan keluarga untuk merespon situasi/stres .

c. Strategi koping unutk keluarga bermasalah yaitu strategi adaptasi fungsional ketika masalah muncul.

d. Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila menghadapi permasalahan.

(8) Spiritual

Apakah taat beribadah dan mempunyai kepercayaan yang berlawanan dengan kesehatan serta memiliki distress spiritual.

(9) Riwayat kesehatan keluarga

1) Dari ayah ibu dan anak apakah pernah memiliki riwayat kesehatan atau penyakit yang pernah diderita.

2) Apakah sudah pernah program keluarga berencana.

(42)

3) Apakah sudah melakukan imunisasi.

4) Tumbuh kembang anak dari anak pertama dan kedua.

5) Pengetahuan orangtua terhadap tumbuh kembang anak-anaknya.

(10) Pola aktivitas keluarga sehari-hari.

Pada penderita Asam Urat ia tidak merasakan gejala apapun saat tidur, tetapi saat bangun tidur akan merasakan nyeri yang hebat akibat asam urat. Karena itu lebih baik istirahat, ketika orang sakit membutuhkan lebih banyak istirahat dan tidur dari biasanya. Kegelisahan dapat menyebabkan iritabilitas, depresi, kelelahan, dan control emosi (Kozier, 2004).

(11) Faktor resiko masalah kesehatan

1) Apakah sering atau jarang melakukan pemeriksan kesehatan.

2) Apakah pada keluarga sosial ekonomi berkecukupan atau kekurangan.

3) Rumah dan lingkungan yang ditempti apakah sehat bersih atau kotor.

4) Apakah hubungan keluarga harmonis atau tidak.

5) Mengkonsumsi alkohol atau zat aditif lainnya atau tidak.

6) Apakah pernah mengalami obesitas.

7) Bagaimana status gizi pada klien.

8) Pernah merokok atau tidak.

9) Apakah kesehariannya sering minum kopi atau tidak.

10) Mengkonsumsi garam berlebih atau tidak.

11) Apakah mengkonsumsi gula berlebih atau tidak.

(12) Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga.

(43)

Pemeriksaan Fisik Keluarga, menjelaskan tentang pemeriksaa fisik oleh seluruh anggota keluarga meliputi (ayah, ibu, anak 1 anak 2, dan anggota keluarga yang lain), pemeriksaan fisi keluarga bersifat head to toe:

1) Keadaan Umum, biasanya klien dengan asam urat cenderung lemah 2) Kesadaran, composmentis

3) TTV : TD120/80 mmHg N 60-100 x/menit

Pernafasan 12-20 x/menit S 36,5-37,5 °C

4) Kepala

Rambut : persebaran rambut merata, tidak ada kebotakan, warna rambut hitam

Mata : pupil isokor, tidak memakai alat bantu, tidak anemis

Hidung : simetris, tidak keluar cairan, tidak terdapat benjolan, tidak adanya nyeri tekan

Mulut : tidak sumbing, bibir simetris, tidak ditemukan kesusahan menelan, gigi tidak caries, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

5) Dada/Thorax

Inspeksi : dada simetris, tidak ada reraksi otot bantu nafas, tidak terjadi sesak nafas, pola nafas teratur tidak menggunkan alat bantu pernafasan.

Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, vocal fremitus sama.

Perkusi : sonor.

(44)

Auskultasi : suara pernafasan reguler, tidak ada suara nafas tambahan seperti wheezing dan ronchi.

6) Perut/Abdomen

Inspeksi : tidak distensi abdomen.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak kembung.

Perkusi : normalnya timpani.

Auskultasi : normal bising usus 5-35 x/menit.

7) Genetalia/Anus.

Inspeksi : tidak ada keluar cairan, tidak ada benjolan.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

8) Ekstermitas

Inspeksi : biasanya terdapat edema di daerah pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan pada penderita asam urat.

Palpasi : akral hangat, pada penderita asam urat biasanya mengeluh nyeri pada daerah yang terkena asam urat.

(13) Tingkat kemandirian keluarga

Pada tahap ini apakah keluarga masuk pada tahap KM I, KM II, KMIII, atau KM IV.

(14) Harapan keluarga Apa harapan yang diinginkan oleh keluarga pada pola kesehatan .

2.3.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga Dengan Penderita Asam Urat yaitu:

2.3.2.1 Ketidakmampuan Koping Keluarga ( D.0093 )

(45)

2.3.2.2 Penurunan Koping Keluarga ( D. 0097 )

2.3.2.3 Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko ( D. 0099 ) 2.3.2.4 Defisit Pengetahuan.( D. 0111 )

2.3.2.5 Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif ( D.0115 ) 2.3.2.6 Manajemen Kesehatan Tidak Efektif ( D.0116 )

2.3.3 Intervensi Keperawatan Tabel Intervensi Keperawatan.

DIAGNOSA TUJUAN SERTA

KRITERIA HASIL

INTERVENSI

Ketidakmam puan koping keluarga ( D.0039 )

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan status koping pada keluarga membaik dengan kriteria hasil :

1.perasaan diabaikan menurun.

2.kekhawatiran tentang anggota keluarga menurun.

3.kemampuan

memenuhi kebutuhan anggota keluarga meningkat.

4.komitmen pada perawatan/pengobatan meningkat.

observasi :

1.mengidentifikasi respon emosi pada keadaan pasien saat ini.

2.mengidentifikasi beban prognosis pada pasien secara psikologis.

3.meng identifikasi kepada pasien pemahaman tentang keputusan perawatan seusai pulang.

4.Identifikasi kesesuaian dengan harapan klien, tenaga medis, serta keluarga pasien.

Teraupetik :

1. mendengarkan masalah serta perasaan dan pertanyaan pada keluarga pasien.

2. menerima nilai-nilai keluarga pasien dengan cara tidak boleh menghakimi.

3.mendiskusikan perencanaan medis serta perawatan .

(46)

5.komunikasi antara anggota keluarga meningkat.

6.kepuasan terhadap perilaku meningkat.

7. bantuan anggota keluarga lin meningkat.

8. keterpaparan informasi membaik 9.perasaan tertekan menurun.

10.perilaku menyerang menurun.

11.perilaku menghasut menurun.

12.gejala pikosomatis menurun.

13.perilaku menolak perawatan menurun.

14.uterus teraba membulat menurun.

15.perilaku

bermusuhan menurun.

16.perilaku individualisme menurun.

17.ketergantungan pada anggota keluarga lain menurun.

18.perilaku

overprotektif menurun.

19.toleransi membaik.

4.fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau antar anggota keluarga.

Edukasi :

1.informasikan kemajuan pasien secara berkala.

2.informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang tersedia

Kolaborasi :

1.rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu.

(47)

20.perilaku bertujuan membaik.

21.perilaku sehat membaik.

Kesiapan peningkatan pengetahuan ( D.0113 )

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil : 1.perilaku sesuai anjuran meningkat.

2.verbalisai minat dalam belajar meningkat.

3.kemampuan menjelaskan

pengetahuan tentang suatu topik meningkat.

4.kemampuan

menggambarkan suatu topik meningkat.

5.kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik meningkat.

Observasi :

1.identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2.Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.

Teraupetik :

1.sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.

2. jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.

3.berikan kesempatan untuk bertanya.

Edukasi :

1.Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.

2.ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.

3.Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

(48)

6.perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat.

7.pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun.

8. persepsi yang keliru terhadap masalah menurun.

9.menjalani

pemeriksaan yang tidak tepat menurun.

10. perilaku membaik.

Gangguan pola tidur ( D.0055 )

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola tidur pada klien meningkat dengan kriteria hasil : 1.Keluhan sulit tidur menurun.

2.Keluhan sering terjaga menurun.

3.Keluhan tidak puas tidur menurun.

4.Keluhan pola tidur berubah menurun.

5.Keluhan istirahat tidak cukup menurun.

Observasi :

1..Identifikasi pola aktivitas tidur.

2.Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik atau psikologis).

3. identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis,kopi,teh,alkohol,makan mendekati waktu tidur, minum bnyak air sebelum tidur.

4.identifikasi obat tidur yang dikonsumsi.

Teraupetik :

1.Modifikasi lingkungan misalnya pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur).

2. batasi waktu tidur siang 3.Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur

(49)

6.Kemampuan

beraktivitas meningkat.

4.Tetapkan jadwal tidur rutin 5,lakukan prosedur untuk

meningktkan kenyamanan (mis,pijat, pengaturan posisi,terapi akupresur).

6. sesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan unutk menunjang siklus tidur-terjaga.

Edukasi :

1.Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.

2. anjurkan kebiasan menepati waktu tidur.

3.Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang bisa megganggu tidur.

4. anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM.

5. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur(mis, psikologi,gaya hidup, sering berubah shift bekerja).

6.Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologis lainnya.

Gangguan integritas kulit/jaringan ( D.0129 )

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan integritas kulit dan jaringan pada klien

Observasi :

1..Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis,perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas).

(50)

membaik dengan kriteria hasil : 1.Elastisitas kulit/jaringan membaik.

2.hidrasi meningkat.

3.perfusi jaringan membaik.

4.Kerusakan jaringan menurun.

5.Kerusakan lapisan kulit menurun.

6.Nyeri menurun.

7.perdarahan menurun.

8. kemerahan menurun.

9.hematoma menurun.

10.pigmentsi abnormal menurun.

11.jaringan parut menurun.

12. nekrosis menurun.

13.abrasi kornea menurun.

14.Suhu kulit membaik.

15.sensasi membaik.

16.Tekstur kulit membaik.

17. pertumbuhan rambut membaik.

Teraupetik :

1.Ubah posisi 2 jam jika tirah baring 2..lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang,jika perlu.

3. bersihkan perineal dengan air hangat,terutama selama priode diare 4. gunakan produk berbahan

petroleum atau minyak pada kulit kering.

5. gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergi pada kulit sensitive.

6.Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering.

Edukasi :

1.Anjurkan menggunakan pelembab ( mis,lotion,serum).

2.Anjurkan minum air yang cukup.

3.Anjurkan meingkatkan asupan nutrisi.

4.anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur.

5.anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim.

6.Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berda diluar rumah.

7.anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya.

(51)

2.3.4 Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi klien dan mencapai kesehatan yang lebih baik, yang menggambarkan kriteria untuk hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).

2.3.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dri proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistemis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).

2.4 Pathway

Faktor Genentik, Lingkungan (diet tinggi purin, alkohol, obesitas), penyakit ginjal Gangguan metabolisme

Kemampuan eksresi asam urat terganggu/menurun

Asam urat dalam serum meningkat (hiperuresemia) Terapi : obat, pengaturan diet, latihan fisik

Tugas keluarga pada kesehatan

(52)

Gambar 2.1 Kerangka Masalah (&,)

Gambar Pathway Gout Arthritis.

Keluarga sering mengingatkan untuk minum obat dan pantangan

(53)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengkajian

3.1.1 Data Umum Keluarga

Tabel 3.1 data umum keluarga Ny.S dan keluargaNy.K

Keluarga Ny.S Keluarga Ny.K

Nama kepala keluarga Ny.S Ny.K

Usia 47 tahun 69 tahun

Agama Islam Islam

Pendidikan SD sederajat SD sederajat

Pekerjaan IRT IRT

Suku / Bangsa Indonesia Indonesia

Alamat Kebonagung rt 33 rw

06 porong sidoarjo

Kebonagung rt 33 rw 06 porong sidoarjo Tipe keluarga Keluarga inti Keluarga inti

Sifat keluarga: Keluarga 1 Keluarga 2

a. Pengambilan keputusan

Tn.K Tn.P

b. Kebiasaan sehari hari : 1. Kebiasaan tidur

atau istirahat

Keluarga mengatakan hanya tidur malam saja pada Tn. K dikarenakan bekerja, dan pda Ny.S tidur siang dan malam, sedangkan pada Nn.R tidur dimalam hari saja.

Keluarga mengatakan pola tidur pada keluarga cukup.

2. Kebiasaan rekreasi keluarga mengatakan lekreasi diwaktu tertentu saja seperti pada hara raya idul fitri dan tahun baru.

klien mengatakan jarang rekreasi bersama keluarga.

3. Kebiasaan makan keluarga

keluarga mengatakan makan 3x sehari dengan porsi cukup.

keluarga mengatakan

makanan yang

dikonsumsi oleh Ny.K sama seperti seluruh anggota keluarga, yang bertugas memasak adalah Ny.T (anaknya) dikarenakan kadang Ny.T tidak mengetahui pantangan

43

(54)

apa yang tidak boleh dimakan oleh Ny.K Status social ekonomi

keluarga:

Keluarga Ny.S Keluarga Ny.K a. Total yang dihasilkan

keluarga perbulan

Diatas Rp. 600.000 Rp. 1.000.000s/d Rp.

2.000.000 b. Apakah penghasilan

keluarga cukup untuk kegiatan sehari hari.

Cukup Cukup

c. Apakah keluarga mempunyai tabungan

Iya Iya

d. Apakah ada anggota keluarga yang membantu keuangan dalam keluarga

Ada , suami dan anak Ada, anak, menantu serta cucu.

e. Siapa yang mengelola keuangan dalam keluarga

Ny.S Ny.T

f. Adakah dana yang disiapkan keluarga untuk masalah kesehatan anggota keluarga.

Ada Ada

g. Untuk masalah penanganan kesehatan anggota keluarga dana diperoleh darimana

BPJS BPJS

Kebiasaan keluarga terkait dengan kesehatan ( baik secara

kesukuan/kebudayaan/agama

Tidak ada Tidak ada

Aktivitas rekreasi

a. Kebiasaan rekreasi keluarga

Tidak tentu Tidak tentu b. Penggunaan waktu

senggang

Menonton TV Menonton TV

Tabel 3.2 Komposisi keluarga Ny.S No Nama Usia Jenis

kelamin

Tanggal lahir

Pendidikan Pekerjaan Keterangan 1. Tn.K 48 L 20-04-

1974

SD swasta Sehat

2. Ny.S 47 P 15-08- 1975

SD IRT Sakit

3. An.R 19 L 27-05- 2003

SMK Swasta Sehat

(55)

Tabel 3.3 Komposisi keluarga Ny.K No Nama Usia Jenis

kelamin

Tanggal lahir

Pendidikan Pekerjaan Keterangan 1. Ny.K 69 P 23-06-

1953

SD IRT Sakit

2. Tn.P 48 L 13-14- 1974

SMP SWASTA Sehat

3. Ny.T 47 P 21-09- 1975

SMK SWASTA Sehat

4. An.H 20 L 25-03- 2002

SMK SWASTA Sehat

Genogram keluarga Ny.S :

: Laki-Laki : Perempuan

: Meninggal : Satu Rumah : Klien

(56)

Gambar Genogram Keluarga Ny.S Genogram keluarga Ny.K:

: Laki-Laki : Perempuan

: Meninggal : Satu Rumah : Klien Gambar Genogram Keluarga Ny.K

3.1.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga.

Tabel 3.4 Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga Ny.S Dan Keluarga Ny.K Keluarga Ny.S Keluarga Ny.K

Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Ny.S dengan anak remaja

Keluarga Ny.K dengan anak dewasa dan mempunyai satu anak Tugas perkembangan

keluarga

Dapat dijalankan Dapat dijalankan

(57)

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

keluarga sudah mmenuhi komunikasi terbuka dan sudah mempersiapkan sistem peran serta peraturan anggota keluraga

yaitu mendorong kemandirian anak dan memperluas fungsi ekonomi secara mandiri

Riwayat keluarga inti Ny.S mengalami penyakit asam urat sejak dua tahun yang lalu dan unutk anggota keluarga yang lain tidak ada riwayat penyakit.

Ny.K menderita penyakit asam urat ini bukan dari keturunan melainkan penyakit yang diderita diusia tua dan yang lain tidak ada penyakit

Riwayat keluarga sebelumnya ( pihak suami/istri)

Keluarga mengatakan dari pihak suami atau istri tidak ada yang menderita penyakit

Keluarga mengatakan dari pihak suami atau istri tidak ada yang menderita penyakit

3.1.3 Lingkungan

Tabel 3.5 lingkungan keluarga Ny.S dan keluarga Ny.K

Keluarga Ny.S Keluarga Ny.K Perumahan :

a. Jenis Rumah. permanen permanen

b. Luas Bangunan. 28 m 30 m

c. Luas Penerangan. 10 W 10 W

d. Status rumah Milik pribadi Milik pribadi

e. Atap rumah Genteng Genteng

f. Ventilasi rumah ada ada

g. Bila ada berapa luasnya

> 10% >10%

h. Tinggi langit langit rumah

i. Apa cahaya dapat masuk rumah pada siang hari

Ya Ya

j. Penerangan Listrik Listrik

k. Lantai Keramik Keramik

l. Bagaimana kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan

Bersih Bersih

Pengelolaan sampah : a. Apa keluarga

mempunyai tempat pembuangan

sampah

Iya Ya

Referensi

Dokumen terkait

Karya tulis ilmiah ini menggunakan desain studi kasus dengan cara pendekatan deskriptif dalam bentuk intervensi, yaitu penerapan terapi musik klasik pada pasien

Metode : Penulisan karya ilmiah akhir ners ini menggunakan desain penelitian dengan pendekatan bentuk studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan

keperawatan antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka. Terdapat kesenjangan pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus yaitu tidak semua diagnosa yang ada

(1) Proses keterampilan manajemen kelas yang dilakukan dengan konsisten akan menciptakan kondisi kesiapan fisik, kesiapan berpikir, kesiapan pemusatan, dan kesiapan fokus yang

Metode : Penulisan karya ilmiah akhir ners ini menggunakan desain penelitian dengan pendekatan bentuk studi kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan

Sehingga diharapkan trajektori status dari sistem dapat dengan cepat menuju permukaan luncur agar sistem menjadi tidak peka akan perubahan parameter maupun gangguan

Validasi akan dilakukan kembali bila ada perubahan PIC pengumpul data, sumber data, numerator dan denomerator. Melakukan edukasi ke staf medis untuk mempertahankan

- Sikap, tindakan atau keputusan yang diambil oleh Direksi didalam menjalankan, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan kerja tertentu atau menyelesaikan suatu