• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERCAYA DIRI (SELF CONFIDENCE) DENGAN DEPRESI PADA MAHASISWA ANGKATAN 2010 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PERCAYA DIRI (SELF CONFIDENCE) DENGAN DEPRESI PADA MAHASISWA ANGKATAN 2010 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN PERCAYA DIRI (SELF CONFIDENCE) DENGAN DEPRESI

PADA MAHASISWA ANGKATAN 2010 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

RULITA RIRIN P.

G.0009195

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)

ABSTRAK

Rulita Ririn P., G0009195, 2013. Hubungan Percaya Diri (Self Confidence) dengan Depresi pada Mahasiswa Angkatan 2010 Fakultas Kedokteran UNS. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar Belakang : Manusia menjadi titik sentral dalam pembangunan di mana manusia yang berkualitas adalah manusia yang sehat secara fisik dan mental. Manusia yang berkualitas tidak jauh dari peran pendidikan yang menciptakan mahasiswa yang memiliki kemampuan, pengetahuan dan kepribadian yang baik. Percaya diri merupakan salah satu unsur kepribadian yang baik. Kurangnya rasa percaya diri ini akan menimbulkan rasa pesimis dan dapat menyebabkan kegagalan akibatnya timbul depresi. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa terdapat hubungan percaya diri (self confidence) dengan depresi pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran UNS.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di Fakultas Kedokteran UNS. Subyek penelitian adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang ditetapkan peneliti. Pengambilan sampel secara acak sebanyak 60 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner L-MMPI, kuesioner kepercayaan diri Lauster dan kuesioner BDI. Data diuji dengan metode statistik uji Spearman menggunakan IBM SPSS Statistics 20 for windows.

Hasil Penelitian: Dari hasil analisis dengan uji Spearman diperoleh adanya hubungan percaya diri (self confidence) dengan depresi pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran UNS (p = 0,000, r = 0,588) . Dengan kekuatan hubungan sedang (r = 0,4-0,69).

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan yang bermakna percaya diri (self

confidence) dengan depresi pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran

UNS.

Rekomendasi Penelitian : Dari hasil penelitian, untuk meningkatkan percaya diri pada mahasiswa sebaiknya dilakukan pelatihan misalnya dengan diadakan seminar dengan materi motivasi dan peningkatan percaya diri serta diberikan pelatihan dengan permainan-permainan yang melatih kepercayaan.

(3)

commit to user ABSTRACT

Rulita Ririn P., G0009195, 2013. Correlation between Self Confidence and Depression in 2010 Medical Student at Faculty of Medicine Sebeleas Maret University Surakarta. Mini Thesis. Faculty of Medicine Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: Human becomes a central point in the development. Qualified human is the one who is physically and mentally healthy. The qualified human is not far from the quality of education that creates the students with their skills, knowledge, and good personality. Self confidence is one of the elements of a good personality. Lack of self confidence may cause pessimism and can lead to the failure, then arising as depression. This study aimeds to prove that there is a correlation between self confidence with the depression in 2010 Medical Student at Faculty of Medicine Sebelas Maret University.

Methods: This an analytical observational study with cross sectional approach, was conducted at Faculty of Medicine Sebelas Maret University. By taking data from 60 medical students that obtained by the inclusion and exclusion criteria, established by the researcher. The instruments used in this study included L-MMPI questionnaire, Lauster self confidence questionnaire, and BDI questionnaire. The data were analyzed by the Spearman test statistical method using IBM SPSS Statistic 20 for windows.

Results: The results of Spearman test showed that there is a correlation between self confidence and depression on Medical Faculty students of Sebelas Maret University (p = 0.000, r = 0.558), with moderate correlation (p = 0.4-0.69).

Conclusions: There was a moderate correlation statically significant agreement between self confidence and depression on 2010 medical student Faculty of Medicine Sebelas Maret University.

Recommendation : Training can give motivation, increased self confidence, and also train trusty among others through role play is an advisable way to enhance

medical student’s self confidence

(4)

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur senantiasa peneliti

panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya

sehingga peneliti mampu menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ Hubungan

Percaya Diri (Self Confidence) dengan Depresi pada Mahasiswa Angkatan 2010 Fakultas Kedokteran UNS.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Berbagai kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi berkat pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu perkenankan peneliti dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.,Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.

2. Muthmainah,dr.,M.Kes., Vicky Eko Nurcahyo H.,dr.Sp.THT-KL,M.Sc.,

mbak Eny dan mas Nardi beserta tim skripsi Fakultas Kedokteran UNS. 3. Yusvick M Hadin, dr.,Sp.KJ , selaku Pembimbing Utama yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat.

4. Arsita Eka Prasetyawati, dr.,M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang

telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasihat. 5. Prof. Dr. Moh. Fanani,dr.,Sp.KJ (K), selaku Penguji Utama yang telah

memberikan bimbingan dan nasihat.

6. Adji Suwadono, dr., SH, selaku Penguji Pendamping yang telah

memberikan bimbingan dan nasihat

7. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Haryanto dan Ibuk Siti Rulinah, kedua kakak dan adikku, serta kedua ponakan kecilku yang senantiasa memberikan semangat, dukungan moral dan material serta mendoakan untuk terselesaikannya skripi ini.

8. Teman-teman angkatan 2010 FK UNS yang telah bersedia membantu

mengisi kuesioner penelitian.

9. Intan Imanisa, Wiharesi Putri, Puji Anggara, Diena Ashlihati serta orang-orang terdekat yang terus memberi dukungan, bantuan, memotivasi penulis dengan tawa dan semangat .

10.Alfian Anung Anandita yang senantian mendengarkan keluh kesah, yang selalu memberi semangat,lelucon dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Saudara dan teman seperjuangan keluarga besar PD 09 UNS.

12.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas bantuannya. Peneliti menyadari tulisan ini masih belum sempurna, namun peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta,6 Januari 2012

(5)

commit to user DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Perumusan Masalah ... 2

C.Tujuan Penelitian ... 2

D.Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Percaya Diri ( Self Confidence ) ... 5

a. Pengertian Percaya Diri ... 5

b. Aspek-Aspek Percaya Diri ... 6

c. Karakteristik Individu yang Percaya Diri ... 7

... d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri ... 8

2. Depresi ... 10

a. Pengertian Depresi ... 10

... b. Etiologi Depresi ... 11

c. Ciri-Ciri Kepribadian Depresif ... 16

d. Gejala dan Diagnosis Depresi ... 17

3. Hubungan Percaya Diri (Self Confidence) dengan Depresi ... 20

4. Instrumen Penelitian ... 21

a. Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI) ... 21

b. Kuesioner Percaya Diri ... 22

c. Kuesioner Depresi ... 22

d. Uji Validitas dan Reabilitas ... 23

B. Kerangka Pemikiran ... 25

C. Hipotesis ... 26

BAB III. METODE PENELITIAN... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Lokasi Penelitian ... 27

C. Subyek Penelitian ... 27

D. Teknik Sampling dan Ukuran Sampel ... 28

(6)

F. Definisi Operasional Variabel ... 28

G. Instrumen Penelitian... 29

H. Rancangan Penelitian ... 31

I. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 33

A. Subyek Penelitian ... 33

B. Hasil Distribusi Karakteristik Sampel ... 33

C. Hasil Analisis Data ... 36

BAB V. PEMBAHASAN ... 38

BAB VI. PENUTUP ... 42

A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 42

(7)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ... 33

Tabel 4.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis kelamin ... 34

Tabel 4.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Percaya Diri ... 35

Tabel 4.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Depresi ... 36

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data dari Fakultas Kedokteran UNS

Lampiran 2. Data Diri dan Informed Consent

Lampiran 3. Kuesioner L-MMPI

Lampiran 4. Kuesioner Kepercayaan Diri Lauster Lampiran 5. Kuesioner BDI

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembangunan tidak dapat dipungkiri bahwa manusia

merupakan titik sentral dalam segala kegiatannya. Sekalipun dalam era

industrialisasi kemajuan teknologi manusialah yang memegang peranan. Oleh

karena itu pembangunan dalam jangka panjang diarahkan pada peningkatan

sumber daya manusia dan masyarakat Indonesia agar menjadi maju, mandiri

dan sejahtera. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang mencapai 180 juta

jiwa artinya Indonesia memiliki potensi yang besar untuk kemajuan bangsa

jika dimanfaatkan secara maksimal. Sumber daya yang berkualitas dengan

didukung jumlah sumber daya yang besar maka akan berdampak positif

terhadap pembangunan, berlaku pula sebaliknya (Walgito, 2003).

Sumber daya manusia yang berkualitas adalah manusia yang

berkualitas dalam segi fisik maupun segi psikis di samping penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta kepribadian. Hal ini tidak lepas dari peran

pendidikan. Pendidikan erat kaitannya dengan mahasiswa. Mahasiswa sebagai

generasi muda penerus bangsa tonggak pembangunan bangsa. Mahasiswa

berkualitas erat kaitannya dengan kemampuan, pengetahuan, dan kepribadian

yang baik. Salah satu unsur kepribadian yang baik adalah percaya diri.

(11)

commit to user

mandiri, lebih berinisiatif, lebih dewasa dan lebih matang dalam berfikir serta

berperilaku. Hal ini bukan merupakan suatu proses yang mudah. Patut

disayangkan, menurut Koentjaraningrat salah satu kelemahan generasi muda

Indonesia adalah kurangnya rasa percaya diri (Walgito, 2003).

Rasa percaya diri adalah kepercayaan seseorang terhadap kemampuan

yang ada pada dirinya, merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan

manusia. Alfred Adler mengatakan bahwa kebutuhan yang paling penting

adalah kebutuhan akan rasa percaya diri dan rasa superioritas (Lauster, 2002).

Kurangnya rasa percaya diri seseorang akan menimbulkan depresi pada orang

tersebut (Kaplan dan Sadock, 2005a).

Depresi merupakan suatu perasaan susah, murung, sedih, putus asa

dan tidak bahagia mungkin karena kesulitan yang dihadapi sehari-hari, karena

sakit secara fisik maupun karena konflik emosional (Maramis, 2009). Survei

World Health Organization (WHO) di 14 negara pada tahun 1990

menunjukkan depresi merupakan masalah kesehatan yang mengakibatkan

beban sosial peringkat empat terbesar didunia. Prevalensi depresi diperkirakan

antara 5-10% per tahun, sementara selama hidup pada setiap orang

prevalensinya bisa mencapai dua kali lipat (Silberg, 2001).

Mahasiswa jurusan kedokteran lebih mudah mengalami depresi

dibanding dengan jurusan lainnya. Ada penelitian yang meneliti mahasiswa

kedokteran tingkat pertama dan kedua di universitas California San Fransisco

(12)

2005). Menurut hasil penelitian Sumarni (1991) dari 193 mahasiswa tingkat

pertama Universitas Gajah Mada (UGM) yang diteliti, yang menderita depresi

sebesar 49,74% . Proporsi terbesar adalah pada mahasiswa fakultas

kedokteran yaitu 61,22%.

Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk

meneliti lebih lanjut tentang hubungan percaya diri dengan tingkat depresi

pada mahasiswa kedokteran.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan percaya diri (self confidence) dengan depresi pada

Mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran UNS?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan percaya diri (self confidence) dengan depresi

pada Mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran UNS.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris tentang

adanya hubungan percaya diri (self confidence) dengan depresi pada

(13)

commit to user

2. Manfaat Terapan

a. Sebagai masukan bagi mahasiswa mengenai pentingnya memiliki

rasa percaya diri untuk mengurangi depresi pada mahasiswa.

b. Menjadi referensi untuk bahan penulisan dengan topik yang sama

pada penelitian lebih lanjut.

c. Memberikan sumbangan ilmu, khususnya pada bidang ilmu

kedokteran jiwa mengenai hubungan percaya diri dengan depresi

(14)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Percaya Diri (Self Confidence)

a. Pengertian

Percaya diri merupakan bagian dari alam bawah sadar yang hanya

terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan (Aryani

et al., 2009).

Percaya diri adalah keberanian yang datang dari kepastian tentang

kemampuan, nilai-nilai, dan tujuan (Goleman, 2001).

Kepercayaan diri adalah kekuatan keyakinan mental seseorang atas

kemampuan dan kondisi dirinya dan mempunyai pengaruh terhadap

kondisi dan perkembangan pribadi seseorang secara keseluruhan

(Wijaya, 2000).

Anthony menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada

diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, mengembangkan

kesadaran diri, berfikir positif, memiliki kemandirian dan mempunyai

kemampuan untuk memiliki serta segala sesuatu yang diinginkan

(Ruwaida et al., 2006).

Rasa percaya diri adalah keyakinan pada kemampuan diri-sendiri

(15)

commit to user

melakukan sesuatu yang diinginkan dan dibutuhkan dalam hidup ( De

Angelis, 1997).

Rasa percaya diri lebih menekankan pada kepuasan yang dirasakan

individu terhadap dirinya, dengan kata lain individu yang percaya diri

adalah individu yang merasa puas pada dirinya sendiri (Liedenfield,

1997).

b. Aspek-Aspek Percaya Diri

Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (Ruwaida et al.,

2006) adalah:

1) Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap seseorang tentang

dirinya bahwa dirinya mengerti sungguh-sungguh akan apa yang

dilakukan.

2) Optimis, yaitu sikap seseorang yang selalu berpandangan baik

dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan

kemampuannya.

3) Obyektif, yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan

atau sesuatu dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut

kebenaran pribadi atau yang menurut dirinya sendiri.

4) Bertanggung jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung

(16)

5) Rasional dan realistis, yaitu analisis terhadap suatu masalah, suatu

hal, suatu kejadian dengan menggunakan hal yang dapat diterima

oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

Adapun menurut Kumara dan Hambly (Priyanggraeni et al.,

2002) aspek-aspek kepercayaan diri adalah kemampuan

menghadapi masalah, bertanggung jawab terhadap keputusan dan

tindakannya, kemampuan dalam bergaul, serta kemampuan

menerima kritik.

c. Karakteristik Individu yang Percaya Diri

Seseorang yang percaya pada diri-sendiri tidaklah hati-hati secara

berlebihan, orang tersebut yakin akan ketergantungan dirinya. Karena

percaya pada diri sendiri tidak menjadi terlalu egois, seseorang itu

lebih toleran, karena dia tidak langsung melihat dirinya sedang

mempersoalkan, dan cita-citanya normal karena tidak ada perlunya

bagi dirinya untuk menutupi kekurangpercayaan pada diri-sendiri

dengan cita-cita yang berlebihan (Lauster, 2002).

Menurut Fatimah (2006) ciri-ciri individu yang memiliki

kepercayaan diri yang proporsional, di antaranya adalah:

1) Percaya akan kemampuan diri-sendiri, sehingga tidak

membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa

(17)

commit to user

2) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi

diterima oleh orang lain atau kelompok.

3) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain.

4) Punya kendali diri yang baik (tidak moody dan emosi stabil).

5) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau

kegagalan, tergantung dari usaha sendiri dan tidak mudah

menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung pada

bantuan orang lain).

6) Mempunyai cara pandang positif terhadap orang lain, diri-sendiri,

dan situasi di luar dirinya.

7) Memiliki harapan-harapan yang realistik, sehingga ketika harapan

itu tidak terwujud mampu untuk melihat sisi positif dirinya dan

situasi yang terjadi.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terbentuknya

kepercayaan diri (Ruwaida et al., 2006) antara lain:

1) Konsep Diri dan Harga Diri.

Terbentuknya kepercayaan diri seseorang diawali dengan

perkembangan konsep diri yang didapat melalui pergaulan dalam

suatu kelompok, dimana hasil interaksi yang terjalin di antaranya

akan membentuk suatu konsep diri. Seseorang yang memiliki

(18)

akan dapat menghargai dirinya. Harga diri yang tinggi merupakan

dasar untuk meningkatkan kepercayaan diri.

2) Kondisi Fisik.

Penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya

harga diri dan rasa percaya diri seseorang.

3) Kegagalan dan Kesuksesan.

Seseorang yang mengalami kegagalan hidup, cenderung

merasa kurang percaya diri, sehingga timbul perasaan tidak

mampu dalam dirinya. Sebaliknya, seseorang yang selalu berhasil

atau sukses dalam hidupnya maka akan menampakkan

kepercayaan diri yang tinggi. Oleh karena itu, seseorang merasa

dirinya mampu.

4) Pengalaman Hidup.

Pemenuhan akan kasih sayang, rasa aman, harga diri adalah

tiga macam kebutuhan yang cukup dominan, sehingga apabila

tidak terpenuhi akan berakibat fatal bagi pertumbuhan dan

perkembangan mental.

5) Pendidikan.

Tingkat pendidikan yang rendah akan menjadikan seseorang

menjadi tergantung dan berada di bawah kekuasaan orang lain

(19)

commit to user

memenuhi tantangan hidup dengan penuh kepercayaan diri dan

kekuatan serta memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.

6) Peran Lingkungan Keluarga terhadap Terbentuknya Percaya Diri.

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dimana pada tahap

perkembangan, lingkungan sangat berpengaruh pada psikologi

seseorang, dimana pengaruh ini bisa secara langsung atau tidak.

2. Depresi

a. Pengertian

Maramis (2005) memasukkan depresi sebagai gangguan afek dan

emosi. Afek ialah ”nada” perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti

kebanggaan, kecewa, kasih sayang), yang menyertai suatu pikiran dan

biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen

fisiologis. Sedangkan emosi merupakan manifestasi afek keluar dan

disertai oleh banyak komponen fisiologis, biasanya berlangsung relatif

tidak lama (misalnya ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan).

Afek dan emosi dengan aspek-aspek yang lain seorang manusia

(umpama proses berpikir, psikomotor, persepsi, ingatan) saling

mempengaruhi dan menentukan tingkat fungsi dari manusia itu pada

suatu waktu.

Depresi adalah gangguan alam perasaan hati (mood) yang

ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan

(20)

gangguan menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA masih baik),

kepribadian tetap utuh (tidak ada splitting of personality), perilaku

dapat terganggu tetapi dalam batas normal (Hawari, 2008).

b. Etiologi

Dasar umum untuk gangguan depresif berat belum diketahui.

Faktor penyebab dapat dibagi menjadi faktor biologis, faktor genetika

dan faktor psikososial. Perbedaan tersebut adalah buatan karena

kemungkinan ketiga bidang tersebut dapat saling berinteraksi ( Kaplan

dan Sadock, 2005b).

1) Faktor Biologis

Teori biologis berdasarkan sejumlah besar penelitian,

menghasilkan data yang dilaporkan paling konsisten dengan

hipotesis bahwa gangguan mood memiliki hubungan dengan

disregulasi heterogen pada amin biogenik. Norepinefrin (NE) dan

serotonin (5-HT) merupakan amin biogenik yang paling sering

dihubungkan dalam patofisiologi depresi (Kaplan dan Sadock,

2005b). Hipotesis katekolamin menyatakan bahwa depresi

disebabkan oleh rendahnya kadar NE otak, dan peningkatan NE

menyebabkan mania. Hipotesis indolamin menyatakan bahwa

rendahnya 5- HT otak (atau metabolit utama 5-HIAA)

menyebabkan depresi. Menurut hipotesis permisif bahwa

(21)

commit to user

menyebabkan mania, hanya apabila kadar 5-HT rendah (Durand

dan Barlow, 2006).

Pada pasien gangguan mood ditemukan pula disregulasi pada

sumbu neuroendokrin. Hal tersebut kemungkinan merupakan

hasil dari fungsi abnormal neuron yang mengandung amin

biogenik. Disregulasi sumbu neuroendokrin pada gangguan mood

terutama terjadi pada sumbu adrenal, tiroid dan hormon

pertumbuhan (Goodyer et al., 2009; Kaplan dan Sadock, 2005b).

Bila pengalaman yang berbentuk stressor dalam kehidupan

sehari-hari tercatat dalam korteks serebri dan sistem limbik

sebagai stressor, emosi yang menganggu, bagian otak ini akan

mengirim pesan ke tubuh untuk meningkatkan kesadarannya dan

mempersiapkan diri untuk menghadapi stressor tersebut. Target

utamanya adalah kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal bagian

korteks akan mengeluarkan hormon kortisol untuk

mempertahankan kehidupan. Kortisol merupakan glukokortikoid

utama yang memiliki efek metabolik, anti-inflamasi,

imunosupresif, serta berperan penting dalam mekanisme adaptasi

terhadap stres (Sherwood, 2001). Peningkatan aktivitas

glukokortikoid merupakan respon utama terhadap stressor. Kadar

kortisol yang meningkat menyebabkan terjadinya mekanisme

(22)

Corticotropin-Releasing Hormone (CRH), yang kemudian

mengirimkan sinyal ke hipofisis sehingga hipofisis juga

menurunkan produksi Adrenocorticotrophic Hormone (ACTH).

Akhirnya sinyal ini juga diteruskan ke korteks adrenal untuk

mengurangi produksinya.

Berbagai jenis stres diketahui menghambat sekresi TSH dan

hormon tiroid, diperkirakan melalui pengaruh saraf pada

hipotalamus. (Sherwood, 2001). Hasil penelitian menemukan

adanya regulasi abnormal dari sumbu tiroid pada pasien dengan

gangguan mood. Tetapi tidak semua pasien dengan gangguan

afektif memiliki regulasi abnormal sumbu tiroid. Secara konsisten

ditemukan bahwa kira-kira sepertiga dari semua pasien dengan

gangguan depresif berat yang memiliki sumbu tiroid yang normal

memiliki pelepasan tirotropin yang tumpul yaitu Thyroid

Stimulating Hormone (TSH) terhadap infus Thyrotropine

Releasing Hormone (TRH) (Sherwood, 2001).

Beberapa penelitian telah menemukan perbedaan statisik

antara pasien depresi dan orang normal dalam pengaturan

pelepasan hormon pertumbuhan. Pasien depresi memiliki

penumpulan stimulasi pelepasan hormon yang diinduksi tidur

(23)

commit to user

2) Faktor Genetika

Data dari studi-studi keluarga menunjukkan bahwa semakin

banyak tanda dan gejala kecemasan dan depresi pada pasien

tertentu, semakin tinggi angka kecemasan, depresi atau keduanya

pada anggota keluarga tingkat pertama dan anak-anaknya

(Durand dan Barlow, 2006). Dibandingkan pria, umumnya wanita

memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengalami depresi

(Sullivan, 2000). Penelitian keluarga telah secara berulang

menemukan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita

gangguan depresif berat berkemungkinan dua hingga tiga kali

lebih mungkin menderita gangguan depresif berat.

Pada penelitian adopsi ditemukan bahwa anak biologis dari

orangtua yang menderita tetap berada dalam risiko menderita

suatu gangguan mood, bahkan jika anak tersebut dibesarkan oleh

keluarga angkat yang tidak menderita gangguan. Penelitian

adopsi juga menunjukkan bahwa orang tua biologis dari anak

adopsi dengan gangguan mood mempunyai suatu prevalensi

gangguan mood yang serupa dengan orang tua anak penderita

gangguan mood yang tidak diadopsi (Kaplan dan Sadock, 2005a).

Penelitian pada anak kembar telah menunjukkan bahwa angka

kesesuaian untuk gangguan depresif berat pada kembar

(24)

kesesuaian pada kembar dizigotik untuk gangguan depresi berat

adalah kira-kira 10-25 persen (Kaplan dan Sadock, 2005a).

Menurut Silberg et al. (2001) terdapat faktor-faktor

lingkungan yang menyebabkan terjadinya keadaan depresi dan

kecemasan pada suatu waktu kehidupan manusia. Faktor genetik

memiliki peran yang penting dalam penerimaan individu terhadap

faktor lingkungan yang menjadi risiko terjadinya depresi dan

kecemasan.

3) Faktor Psikososial

Satu pengamatan klinis yang telah direplikasi adalah bahwa

peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres lebih sering

mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode

selanjutnya. Satu teori yang diajukan menjelaskan pengamatan

tersebut adalah bahwa stres yang menyertai episode pertama

menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama yang

pada akhirnya menyebabkan perubahan keadaan fungsional

berbagai neurotransmiter dan sistem pemberi signal

intraneuronal. Perubahan mungkin termasuk hilangnya neuron

dan penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil akhir, dapat

menyebabkan seseorang berada pada risiko yang lebih tinggi

untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya, bahkan

(25)

commit to user

Dilihat dari faktor kepribadian premorbid, tidak ada sifat atau

tipe kepribadian tunggal yang secara unik mempredisposisikan

seseorang kepada depresi. Tetapi tipe kepribadian tertentu seperti

dependen-oral, obsesif-kompulsif, histerikal mungkin berada

dalam risiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada

kepribadian antisosisal, paranoid, dan lainnya yang menggunakan

proyeksi dan mekanisme pertahanan mengeksternalisasikan

lainnya (Kaplan dan Sadock, 2005a). Riwayat sosial ekonomi

juga perlu dipertimbangkan sebagai penyebab depresi. Dalam

penelitian yang dilakukan Lorant et al. (2007) membuktikan

bahwa terdapat hubungan antara keadaan keuangan yang buruk

dan terjadinya kasus depresi. Keadaan sosial ekonomi yang buruk

pada masa anak-anak juga dapat menjadi pemicu terjadinya

depresi pada masa dewasa (Stansfeld et al., 2008).

c. Ciri-ciri Kepribadian Depresif

Seseorang yang sehat jiwanya bisa saja jatuh dalam keadaan

depresi jika orang tersebut tidak mampu mengatasi stressor yang

dialaminya. Selain itu ada juga orang yang rentan jatuh dalam keadaan

depresi dibanding dengan orang lain. Orang yang lebih rentan ini

(berisiko tinggi) biasanya mempunyai corak kepribadian depresif

(Hawari, 2008). Adapun ciri keperibadian depresif antara lain:

(26)

2) Pesimis terhadap masa depan

3) Memandang diri rendah

4) Mudah merasa bersalah dan berdosa

5) Mudah mengalah

6) Enggan bicara

7) Mudah merasa haru, sedih, menangis

8) Gerakan lamban, lesu, kurang energik

9) Mudah tegang, agitatif, gelisah

10)Serba cemas, khawatir, takut

11)Sering mengeluh sakit

12)Mudah tersinggung

13)Tidak ada kepercayaan diri

14)Merasa tidak mampu, merasa tidak berguna

15)Merasa selalu gagal

16)Suka menarik diri, malu, pendiam

17)Menjaga jarak, menghindari keterlibatan dengan orang lain

18)Suka mencela, mengkritik

19)Sulit mengambil keputusan

20)Lebih senang berdamai untuk menghindari konflik.

d. Gejala dan Diagnosis Depresi

1) Gejala Depresi

(27)

commit to user

kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang

menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya

aktivitas.

Gejala tambahan lainnya meliputi :

a) Konsentrasi dan perhatian berkurang.

b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.

c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.

d) Tidur terganggu.

e) Nafsu makan berkurang.

Tingkat depresi yang muncul merupakan gambaran dari

banyaknya gejala trias depresi serta gejala tambahan (Maslim,

2001).

2) Diagnosis Depresi

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

(DSM-IV) untuk episode depresi berat :

a) Lima atau lebih gejala berikut telah ditemukan selama periode

dua minggu yang sama dan mewakili perubahan dari fungsi

sebelumnya sekurangnya satu dari gejala adalah salah satu dari

(1) mood terdepresi atau (2) hilangnya minat atau kesenangan.

(1) Mood terdepresi hampir sepanjang hari.

(2) Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam

(28)

(3) Penurunan berat badan yang bermakna jika tidak

melakukan diet atau penambahan berat ( perubahan berat

badan lebih dari 5% dalam satu bulan), atau penurunan

atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.

(4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.

(5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari.

(6) Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.

(7) Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang

berlebihan atau tidak tepat (mungkin bersifat waham)

hampir setiap hari.

(8) Kehilangan kemampuan berpikir atau konsentrasi atau

tidak dapat mengambil keputusan hampir setiap hari.

(9) Pikiran akan kematian yang rekuren, ide bunuh diri yang

rekuren tanpa rencana yang spesifik, atau usaha bunuh diri

atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.

b) Gejala tidak memenuhi untuk kriteria episode campuran

c) Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis

atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi

penting lain.

d) Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat

(misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau

(29)

commit to user

e) Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita, yaitu

kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2

bulan atau ditandai oleh gangguan fungsional yang jelas,

preokupasi morbid dengan rasa tak berharga, ide bunuh diri,

gejala psikotik, atau retardasi psikomotor (Kaplan dan Sadock,

2005a).

3. Hubungan Percaya Diri (Self Confidence) dengan Depresi

Berbagai studi menjelaskan bahwa kepercayaan diri

seseorang terkait dengan dua hal yang mendasar dalam praktek

hidup seseorang. Seseorang dengan kepercayaan diri yang tinggi

cenderung memiliki keinginan untuk dapat sesegera mungkin

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, karena

seseorang dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi cenderung

optimis dalam segala hal. Akan tetapi sebaliknya, seseorang

dengan kepercayaan diri yang kurang akan cenderung pesimis

dalam menghadapi masalahnya, sehingga tujuan dari apa yang

diinginkannya cenderung sulit tercapai (Sumarni, 1991).

Kurangnya kepercayaan diri sesorang timbul akibat pola asuh

pada masa anak-anak yang akan menimbulkan berbagai masalah

pada kehidupan mendatang. Kurangnya percaya diri pada

seseorang ini akan menimbulkan depresi (Kaplan dan Sadock,

(30)

Orang yang kurang percaya diri cenderung pesimis

memandang masa depan dan tidak berani mengambil risiko dalam

setiap masalah yang dihadapi. Hal ini mendekatkan pada suatu

kegagalan. Kegagalan erat kaitannya dengan terjadinya depresi.

Kadang seseorang akan menutupi rasa kurang percaya dirinya

dengan melakukan tindakan yang menyimpang dari norma dan

peraturan. Salah satu bentuk penyimpangannya adalah

penggunaan NAPZA. Bentuk penyimpangan ini juga merupakan

akibat dari sifat depresif (Ubaydillah, 2009).

Percaya diri pada seseorang dapat digunakan sebagai salah

satu kendali untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas hidup

dalam mengendalikan diri untuk mencapai target hidup yang lebih

baik dan kesuksesan. Dengan kata lain percaya diri seseorang

dapat digunakan untuk mengurangi potensi kegagalan dan depresi

sehingga terhindar dari perbuatan yang kurang baik (Ubaydillah,

2009).

4. Instrumen Penelitian

a. Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality Inventory

(L-MMPI)

Tes ini pertama-tama dikembangkan oleh Strake

Hathway dan J.C. McKinley pada tahun 1930-an dan

(31)

commit to user

ini digunakan untuk menguji kejujuran responden dalam

menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner penelitian.

Skala L-MMPI berisi 15 butir pertanyaan untuk dijawab

responden dengan “ya” bila butir pertanyaan dalam L-MMPI

sesuai dengan perasaan dan keadaan responden, dan “tidak”

bila tidak sesuai dengan perasaan dan keadaan responden.

Responden dapat mempertanggungjawabkan kejujurannya bila

jawaban “tidak berjumlah 10 atau kurang (Semiun, 2010).

b. Kuesioner Kepercayaan Diri

Kuesioner yang dipakai pada penelitian ini adalah

kuesioner kepercayaan diri Lauster. Skala kepercayaan diri

yang terdiri 32 butir, dengan menyediakan 5 pilihan jawaban,

yaitu tidak pernah (0), jarang (1), kadang-kadang(2),

sering(3), sering sekali(4). Selanjutnya kepercayaan diri

dinilai berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Skor 0 – 20 : Sangat tinggi

Skor 21-40 : Tinggi

Skor 41-50 : Rata-rata tinggi

Skor 51-69 : Rata-rata rendah

Skor 70-128 : Rendah

(32)

c. Kuesioner Depresi

Alat pengukur depresi yang digunakan adalah Beck

Depression Inventory (BDI) yang telah diterjemahkan dalam

bahasa Indonesia. Beck Depresion Inventory (BDI)

mengevaluasi 21 gejala depresi, 15 di antaranya

menggambarkan emosi, perubahan sikap, 6 gejala somatik.

Setiap gejala dirangking dalam skala intensitas 4 poin dan

nilainya ditambahkan untuk memberi total nilai dari 0-63; nilai

yang lebih tinggi mewakili tingkat depresi yang lebih berat.

Dua puluh satu item tersebut menggambarkan kesedihan,

pesimistik, perasaan gagal, ketidakpuasan, rasa bersalah,

harapan akan hukuman, membenci sendiri, menuduh

diri-sendiri, keinginan bunuh diri, menangis, iritabilitas, penarikan

diri dari masyarakat, tidak dapat mengambil keputusan,

perubahan bentuk tubuh, masalah bekerja, insomnia,

kelelahan, anoreksia, kehilangan berat badan, preokupasi

somatik dan penurunan libido.

Pengisian BDI membutuhkan waktu 10-15 menit, diisi

sendiri oleh responden (Tomb, 2003). Jika responden memilih

lebih dari satu pernyataan dalam kelompok apapun, nilai yang

lebih tinggi yang dicatat. Nilai yang kurang dari 10

(33)

commit to user

mengindikasikan depresi ringan sampai sedang, 19-29

mengindikasikan depresi sedang sampai berat dan nilai di atas

30 mengindikasikan depresi berat. Menurut hasil penelitian

yang dilakukan oleh Veerman dkk. (2009), BDI menunjukkan

korelasi yang baik dengan prevalensi kejadian depresi.

Skala pengukuran tingkat depresi adalah ordinal.

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

1) Kuesioner Percaya Diri

Instrumen kepercayaan diri lauster telah diuji validitas

dan reliabilitasnya oleh beberapa peneliti. Marwati (2001)

menemukan reabilitas Alpha mempunyai angka 0,9304

item dengan total bergerak dari 0,286 sampai dengan

0,7601.

2) Kuesioner Depresi

Instrumen BDI telah diuji validitas dan reliabilitasnya

oleh beberapa peneliti. Bumberry et al (1978) menemukan

koefisien korelasi pearson 0,77 antara BDI dan penilaian

psikiater terhadap keparahan depresi. Prabandari (1989)

mendapatkan angka korelasi antara item dengan total

sebesar -0,095 – 0,6589 sedangkan uji reliabilitasnya 0,93

(34)
[image:34.612.115.487.125.668.2]

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Depresi

Tidak Depresi Faktor biologi

Genetika

Psikososial

Gagal Berhasil

Pesimis

Tidak realistis

Irrasional

Tidak Bertanggung Jawab

(35)

commit to user C. Hipotesis

Ada hubungan percaya diri (self confidence) dengan depresi pada

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

C. Subyek Penelitian

i.Populasi sumber

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

ii. Kriterian inklusi sebagai berikut:

a. Mahasiswa semester IV (angkatan 2010) Fakultas Kedokteran

UNS

b. Mahasiswa laki-laki dan perempuan

c. Bersedia menjadi responden dan telah menyetujui lembar informed

consent.

iii. Kriteria eksklusi

a. Skor LMMPI ≥ 10

(37)

commit to user D. Teknik Sampling dan Ukuran Sampel

Teknik yang dilakukan untuk pangambilan sampel adalah purposive

random sampling. Besar sampel yang digunakan adalah 60 mahasiswa yang

terdiri dari 30 laki-laki dan 30 perempuan.

E. Identifikasi Variabel

1. Variabel terikat : depresi

2. Variabel bebas : percaya diri

3. Variabel perancu

a. Terkendali : usia, kondisi fisik.

b. Tidak terkendali : lingkungan, asuhan orang tua, bimbingan orang

tua, faktor genetik.

F. Definisi operasional variabel

1. Variabel bebas

Kepercayaan Diri menurut Lauster (2002) adalah kondisi mental atau

psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi keseluruhan

dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya

untuk melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam

hidupnya. Orang dengan kecakapan ini akan berani tampil dengan

keyakinan diri, berani menyatakan keberadaannya, berani menyuarakan

(38)

serta tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan

tidak pasti dan tertekan.

Alat ukur : kuesioner kepercayaan diri Lauster.

Skala pengukuran : ordinal

2. Variabel terikat

Depresi merupakan gangguan mood yang merupakan fenomena yang

kompleks yang disebabkan oleh berbagai faktor baik dari luar maupun

dalam tubuh seseorang.

Alat ukur : kuesioner Beck Depression inventory (BDI).

Skala pengukuran : ordinal

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan angket/kuesioner.

Intrumen yang dibutuhkan antara lain:

1. Data diri dan Informed Consent

Data diri adalah data yang berisi tentang informasi identitas

sampel, meliputi:

a. Nama

b. Umur

c. Jenis kelamin

Informed consent dalam penelitian ini adalah untuk

(39)

commit to user

2. Lie Scale Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)

3. Kuesioner Skala Kepercayaan Diri Lauster.

(40)
[image:40.612.115.538.143.656.2]

H. Rancangan Penelitain

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian Kuesioner

Kepercayaan Diri

Lauster

Kuesioner Depresi (BDI)

Analisis Data dengan uji

Spearman Skor L-MMPI <10

Skor L-MMPI ≥ 10

Gugur Populasi: Mahasiswa

Fakultas Kedokteran

UNS

Sampel : Mahasiswa

Fakultas Kedokteran

UNS Angkatan 2010

Mengisi Formulir Data Diri

(41)

commit to user I. Teknik Analisis Data

Hubungan antara kepercayaan diri dan depresi diuji menggunakan uji

Spearman. Data diolah dengan Software IBM SPSS Statistic 20 for

Windows sehingga akan diperoleh hasil yang pada akhirnya dapat

digunakan untuk melihat hubungan tersebut bermakna atau tidak

(42)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat kedua yaitu

mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas

Maret Surakarta. Pengambilan data dilakukan bulan April 2012 pada 100

sampel mahasiswa angkatan 2010 dengan teknik purposive sampling. Dari

100 mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 65 mahasiswa

sementara 35 responden lainnya gugur karena memiliki hasil tes L-MMPI

dengan jawaban tidak ≥10 serta tidak mengembalikan kuesioner. Quota

sampling pada penelitian ini sebanyak 60 mahasiswa yang terdiri dari 30

laki-laki dan 30 perempuan.

[image:42.612.132.531.221.478.2]

B. Hasil Distribusi Karakteristik Sampel

Tabel 4.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia.

Usia Frekuensi Persentase (%)

18 tahun 3 5

19 tahun 25 41,67

20 tahun 28 46,67

21 tahun 4 6,67

Total 60 100

(43)

commit to user

Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah mahasiswa dengan

rentang usia 18- 21 tahun. Dari tabel 4.1, didapatkan mahasiswa terbanyak

dengan usia 20 tahun dan mahasiswa dengan frekuensi terendah yaitu

mahasiwa berusia 18 tahun. Rata- rata usia sampel dalam penelitian ini

[image:43.612.150.524.221.462.2]

adalah 19,55.

Tabel 4.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 30 50

Perempuan 30 50

Total 60 100

Sumber : Data primer April 2012

Dari tabel 4.2 didapatkan perbandingan jumlah laki-laki dan

(44)
[image:44.612.152.533.139.465.2]

Tabel 4.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Percaya Diri.

No Tingkat Percaya Diri Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

4

5

Sangat Tinggi

Tinggi

Rata-rata Tinggi

Rata-rata Rendah

Rendah

0

16

11

22

11

0

26,67

18,33

36,67

18,33

Total 60 100

Sumber : Data primer April 2012

Dari Tabel 4.3. terlihat bahwa tingkat percaya diri yang paling banyak

adalah rata-rata rendah terdapat pada 22 mahasiswa (36,67%), percaya diri

tinggi sebanyak 16 mahasiswa (26,67%) , jumlah mahasiswa dengan tingkat

percaya diri rata-rata tinggi dan rendah memiliki jumlah yang sama yaitu

sebanyak 11 mahasiswa (18,33%) dan tidak didapatkan mahasiswa dengan

(45)
[image:45.612.150.534.140.464.2]

commit to user

Tabel 4.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Depresi.

No Tingkat Depresi Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 Tidak depresi Depresi ringan Depresi sedang Depresi berat 33 23 4 0 55 38,33 6,67 0

Total 60 100

Sumber : Data primer April 2012

Dari Tabel 4.4. menurut tingkat depresi pada mahasiswa didapatkan

frekuensi terbanyak adalah mahasiswa tidak depresi yaitu sebanyak 33

mahasiswa (55%), depresi ringan sebesar 23 mahasiswa (38,33%), depresi

sedang sebanyak 4 mahasiswa (6,67%), dan tidak didapatkan depresi berat.

C. Hasil Analisis Data

Dari data yang diperoleh, dimana skala pengukuran variabel skor

tingkat percaya diri dan skor tingkat depresi adalah ordinal maka dilakukan

analisis data menggunakan uji korelasi Spearman yang merupakan analisis

nonparametrik. Data-data diolah menggunakan software IBM SPSS statistic

(46)

Tabel 4.5. Hasil Analisis Data Hubungan Tingkat Percaya Diri dengan

Tingkat Depresi dengan Spearman

Korelasi Tingkat Percaya

Diri

Tingkat Depresi

Tingkat

Percaya Diri

Koefisien Korelasi 1.000 .588

Significacy . .000

N 60 60

Tingkat

Depresi

Koefisien Korelasi .588 1.000

Significacy .000 .

N 60 60

Pada tabel hasil analisis diperoleh nilai significacy 0,000 , yang berarti

p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara

tingkat percaya diri dengan tingkat depresi.

Selain itu didapat juga koefisien korelatif (r) sebesar + 0,588. Tanda

positif (+) pada nilai korelasi menunjukkan bahwa arah korelasi searah,

artinya semakin besar nilai suatu variabel, semakin besar pula nilai variabel

lainnya. Dari koefisien korelatif (r) sebesar 0,588 memiliki kekuatan

[image:46.612.129.519.165.458.2]
(47)

commit to user BAB V

PEMBAHASAN

Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat kedua

angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Pada penelitian ini diambil 100 mahasiswa secara purposive sampling dari

keseluruhan mahasiswa angkatan 2010 sebanyak 200 mahasiswa. Dari 100

mahasiswa ini terdapat 65 mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi. Quota

sampling dalam penelitian sebanyak 60 mahasiswa.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel yang berusia 18-21

tahun. Usia terbanyak dalam sampel penelitian ini adalah usia 20 tahun yaitu

sebanyak 28 orang (46,67%) dan usia dengan frekuensi terendah adalah 18 tahun

yaitu 3 orang (5%). Rata-rata usia sampel dalam penelitian ini adalah 19,55.

Distribusi sampel berdasarkan tingkat percaya diri didapatkan 11 sampel

dengan tingkat percaya diri rendah ( 18,33%) , 22 sampel dengan tingkat percaya diri

rata-rata rendah (36,67%), 11 sampel dengan tingkat percaya diri rata-rata tinggi

(18,33%), 16 sampel dengan tingkat percaya diri tinggi ( 26,67%) dan tidak ada

sampel yang memiliki tingkat percaya diri sangat tinggi.

Tingkat percaya diri responden presentase terbesar adalah 36,67% yaitu pada

tingkat percaya diri rata-rata rendah. Hal ini dapat disebabkan karena tuntutan

lingkungan mahasiswa kedokteran dengan kurikulum berbasis kompetensi dimana

(48)

mahasiswa untuk lebih mandiri, lebih inisiatif, memiliki kedewasaan, dan

kematangan dalam berfikir dan berperilaku, semua itu bukan suatu proses yang

mudah karena merupakan suatu masalah yang kompleks. Dengan banyaknya tuntutan

mahasiswa yang tidak mampu menyesuaikan dengan kondisi tersebut akan

mengalami kesulitan dalam bergaul dan berinteraksi sosial sehingga menimbulkan

rasa kurang percaya diri. Selain itu tingginya kompetisi di Fakultas Kedokteran juga

merupakan salah satu faktor dimana jika mahasiswa tersebut kalah bersaing dengan

mahasiswa lainnya dapat menurunkan rasa percaya diri. Hasil penelitian ini sesuai

dengan pendapat Koentjaraningrat yang menyatakan bahwa kurangnya rasa percaya

diri adalah salah satu kelemahan generasi muda Indonesia (Walgito, 2003).

Tingkat depresi yang tertinggi berturut-turut dari yang terbanyak adalah tidak

depresi sebanyak 33 orang (55%), depresi ringan sebanyak 23 orang (38,33%),

depresi sedang sebanyak 3 orang (6,67%) dan tidak didapatkan depresi berat. Dari

data tersebut sebanyak 55% sampel tidak mengalami depresi hal ini menunjukkan

masih banyak mahasiswa yang mampu menangani stressor yang ada dalam

kehidupannya. Kemudian didapatkan juga 38,33% mahasiswa mengalami depresi

ringan, perasaan yang muncul ini akibat dari stressor yang dihadapi sehari-hari, bisa

karena kompetisi yang tinggi, kegagalan, terlalu banyak tekanan-tekanan yang

menimbulkan konflik emosional seperti yang telah dijelaskan di awal.

Dari hasil analisis secara statistik terdapat korelasi yang bermakna antara

tingkat percaya diri dan tingkat depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran. Hal ini

(49)

commit to user

p = 0,000. Sedangkan koefisien korelatif r = + 0.588 yang berarti bahwa kekuatan

hubungan kedua variabel sedang karena berada pada range 0,40 - 0,69. Tanda positif

(+) pada nilai r menunjukkan semakin besar nilai variabel, semakin besar pula nilai

variabel lainnya.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang diadakan di Universitas California

San Fransisco yang menyebutkan bahwa mahasiswa kedokteran tingkat pertama dan

kedua, sebanyak seperempatnya mengalami depresi (Rosenthal, 2005). Hal ini juga

sejalan dengan hasil penelitian Sumarni (1991) yang menyebutkan proporsi depresi

terbesar pada mahasiswa tingkat pertama di perguruan tinggi adalah mahasiswa

Fakultas Kedokteran.

Kurangnya rasa percaya diri seseorang akan menimbulkan depresi pada orang

tersebut ( Kaplan dan Sadock, 2005a), hal ini diperkuat dengan hasil studi Sumarni

(1991) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri seseorang berkaitan dengan dua hal

yang mendasar. Seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi cenderung

memiliki sifat yang optimis dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam

kehidupannya. Sifat optimis ini yang akan meningkatkan peluang keberhasilan.

Keberhasilan dapat menurunkan faktor risiko terjadinya depresi. Sebaliknya, jika

seseorang dengan tingkat percaya diri yang kurang akan cenderung pesimis dalam

menghadapi masalah dan ini berakibat tidak tercapainya tujuan-tujuan yang

diinginkan. Kegagalan ini meningkatkan terjadinya risiko depresi.

Penelitian ini masih memliki beberapa keterbatasan yaitu jumlah sampel yang

(50)

itu peneliti juga belum meninjau lebih jauh mengenai faktor-faktor lain yang

berpengaruh pada tingkat percaya diri dan tingkat depresi seperti genetik, pola asuh

dan suasana hati. Pendekatan yang dilakukan dengan cross sectional yang hanya

(51)

commit to user BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Terdapat hubungan yang bermakna percaya diri dengan depresi pada

mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran UNS dengan kekuatan

hubungan yang sedang (p < 0,05; r = 5,88).

B. Saran

1. Untuk meningkatkan tingkat percaya diri pada mahasiswa sebaiknya

diberi pelatihan atau bimbingan seperti seminar berisi motivasi dan

kepercayaan diri kemudian dilanjutkan dengan pelatihan dengan metode

permainan (role play) untuk melatih kepercayaan.

2. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan sampel yang ditentukan

dengan rumus sesuai dengan kebutuhan penelitian atau dilakukan pada

populasi lain misalnya pada remaja dan hasilnya dapat digunakan untuk

deteksi dini.

3. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan menentukan faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat percaya diri dan tingkat depresi yang lebih

jelas untuk mengendalikan variabel luar seperi pola asuh orang tua dan

keluarga, lingkungan dan genetik.

4. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan percaya diri

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia ..................................................
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran ..........................................................
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini R ULP Pengadilan Neger uraian singkat pekerjaa Samping Kiri Tahap II diadakan Addendum D 2014 sebagai berikut : Dokumen BAB IV

Mengenai hal tersebut, Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu rumah sakit yang melayani pasien gangguan jiwa, sehingga menjadi

Pandangan suatu masyarakat tertentu mengenai perempuan yang keluar pada malam hari dianggap sebagai sesuatu yang tidak pantas merupakan suatu bentuk nilai yang

Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pelaksanaan Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) adalah menjalankan layanan jasa keuangan dangan konsep prinsip- prinsip

[r]

Dalam hal ini perlu dilakukan upaya untuk manyakinkan masyarakat tentang partisipasi dalam pembangunan yang sangat memerlukan adanya komunikasi antara pemerintah dengan

BANGUN dan SARWONO .(3) mengatakan bahwa adanya kandungan zat aktif seperti antrakuinon, acubin dan alizarin dalam mengkudu dapat membunuh bakteri penyebab infeksi seperti

Destruksi sampel ini dilakukan untuk memutuskan ikatan antara unsur logam dengan matriks sampel, agar diperoleh logam dalam bentuk bebasnya sehingga dapat