• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI BIRO KEUANGAN SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI BIRO KEUANGAN SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI BIRO KEUANGAN SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH

PROVINSI JAWA TIMUR

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

Diajukan Oleh : YUNI ARLINI NPM : 0861020009

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena

hanya berkat Ridho dan Rahmad-Nya maka penulis dapat

menyelesaikan Tesis ini. Dalam penyusunan Tesis ini, penulis

banyak dibantu oleh berbagai pihak baik berupa dorongan semangat,

doa dan fasilitas. Melalui kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada :

1. Bapak DR. Muhadjir Anwar, SE.,MM dan DR. Prasetyo Hadi, SE.,

MM yang telah membimbing dan memberikan masukan yang

ber-manfaat kepada penulis sampai berhasil menyelesaikan Tesis ini

2. Bapak Prof. Dr. Djohan Mashudi, SE., MS selaku Direktur Pasca

Sar-jana UPN “VeteranW Surabaya dan dosen penguji yang telah

mem-berikan banyak masukan dalam penyusunan Tesis

3. Bapak Drs. Nurwiyatno M.Si selaku Kepala Biro Keuangan

Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur beserta para pimpinan di Biro Keuan

-gan yang telah banyak membantu dan memberikan ijin kepada

pen-ulis untuk menyelesaikan kuliah di Program Pasca Sarjana UPN

Vet-eran Jawa Timur

4. Khusus untuk suamiku tersayang Temmy Wijaya dan anak-anakku

Dimas Azharino Wijaya dan Dinda Aliyya Shafira yang sangat

(3)

berkorb-an selama Penulis melberkorb-anjutkberkorb-an kuliah di Program Pasca Sarjberkorb-ana

UPN Veteran Jawa Timur

5. Ibundaku tercinta Hartati Basoeki yang telah banyak membantu doa

dan semangat kepada Penulis untuk segera menyelesaikan kuliah

6. Teman-temanku kuliah baik angkatan XVI dan angkatan XV Pasca

Sarjana UPN “VeteranW Surabaya yang telah banyak memberikan

se-mangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis

ini

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat

pen-ulis sebutkan namanya satu persatu, semoga segala bantuan yang

diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amien.

Penulis menyadari bahwa Tesis ini belum sempurna namun penulis

berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan dapat

memberikan kontribusi bagi Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi

Jawa Timur.

Surabaya, Desember 2010

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL ... 12

2.1. Penelitian Terdahulu ... 12

2.2. Kajian Teori ... 23

2.2.1...Konsep Kinerja ... 23

2.2.1.1...Indikato r Kinerja ... 25

2.2.1.2...Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 30

2.2.2...Konsep Motivasi ... 33

(5)

2.2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi 42

2.2.2.3. Fungsi Motivasi ... 45

2.2.2.4. Jenis-Jenis Motivasi ... 46

2.2.2.5. Indikator dari Motivasi ... 52

2.2.2.6. Tujuan Motivasi ... 54

2.2.3...Konsep Kompetensi... 55

2.2.3.1. Kategori Kompetensi ... 56

2.2.4...Hubung an Kompetensi dengan Kinerja ... 59

2.2.5...Hubung an Motivasi dengan Kinerja ... 62

2.3. Kerangka Konseptual ... 64

2.4. Hipotesis ... 66

BAB III METODE PENELITIAN ... 67

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 67

3.2. Definisi dan Pengukuran Variabel ... 67

3.2.1. Definisi Variabel ... 67

3.2.2. Skala Pengkuran Variabel 72 3.3. Populasi dan Penentuan Sampel ... 72

3.3.1. Populasi ... 72

3.3.2. Penentuan Sampel . . 72

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 73

3.5. Teknik Pengambilan Data ... 74

(6)

3.6.1. Persamaan Model Struktural

...74

3.6.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

...76

3.6.3. Evaluasi Kriteria Goodnoss-Of- Fit ...78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 81 4.1. Deskripsi Operasional ... 81

4.1.1...Sejarah

Singkat Obyek Penelitian ... 81

4.1.2...Tugas

Pokok dan Fungsi Biro Keuangan ... 82

4.1.3...Struktur

Organisasi ... 85

4.1.4...Tugas

dan Fungsi ... 86

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 95

4.2.1...Gamba

ran Umum Keadaan Responden ... 95

4.2.2...Deskrip

si Variabel Motivasi (X1) ... 99 4.2.3...Deskrip

si Variabel Kompetensi (X2) ... 101

4.2.4...Deskrip

si Variabel Kinerja Pegawai (Y) ... 103

(7)

4.3.1...Uji

Normalitas Sebaran dan Linieritas ... 105

4.3.2...Evalua si atas Outlier ... 107

4.3.3. Deteksi Multicoliniority dan Singularity ... 108

4.3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 108

4.3.4.1.Uji Validitas... 108

4.3.4.2.Uji Reliabilitas ... 110

4.3.5. Pengujian Model Dengan Ono-Stop Approach 114 4.3.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 116

4.4. Pembahasan ... 117

4.4.1. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Pegawai ... 117

4.4.2. Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Pegawai ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

5.1. Kesimpulan ... 121

5.2. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Pengukuran Pencapaian Sasaran Biro Keuangan Provinsi Jawa Timur ... 6

(8)

Tabel 3.1. Goodnoss Of Fit Indicos ... 79

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ... 95

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 96

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 97

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 98

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 99

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Motivasi (X1) ... 100

Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kompetensi(X2) ... 102

Tabel 4.8. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kinerja Pegawai (Y) ... 104

Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas ... 106

Tabel 4.10. Hasil Pengujian Outlior Multivariato ... 107

Tabel 4.11. Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor Analysis ... 109

Tabel 4.12. Pengujian Roliability Consistoncy Intornal ... 111

Tabel 4.13. Construct Roliability & Varianco Extratod ... 113

Tabel 4.14. Evaluasi Kriteria Goodnoss of Fit Indicos ... 115

Tabel 4.15. Hasil Pengujian Kausalitas ... 116

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Model Kerangka Konseptual Penelitian... 65

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Hasil Penyebaran kuesioner

Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 4 Hasil Pengujian Outlior Multivariato

Lampiran 5 Hasil Pengujian Faktor Loading dan Konstruk dengan

Confirmatory Factor Analysis

Lampiran 6 Hasil Pengujian Roliability Consistoncy Intornal

Lampiran 7 Hasil Pengujian Construct Roliability & Varianco Extratod

(11)

ABSTRAKSI

Salah satu tujuan manajemen sumber daya manusia, yaitu memastikan organisasi memiliki tenaga kerja yang bermotivasi dan berkinerja tinggi, serta dilengkapi dengan sarana untuk menghadapi perubahan yang dapat memenuhi kebutuhan pekerjanya, karena keberadaan manusia dalam organisasi memiliki posisi yang sangat vital, dimana keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh kualitas orang-orang yang bekerja didalamnya. Kinerja setiap kegiatan dan individu merupakan kunci pencapaian produktivitas, karena kinerja adalah suatu hasil dimana orang-orang dan sumber daya lain yang ada dalam organisasi secara bersama-sama membawa hasil akhir yang didasarkan pada tingkat mutu dan standar yang telah ditetapkan. Salah satu aspek dalam mengelola pegawai ialah pemberian motivasi atau dorongan kepada pegawai. Pemberian dorongan ini dimaksudkan untuk mengingatkan orang-orang atau pegawai agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki organisasi. Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variabel motivasi dan kompetensi terhadap kinerja pegawai Biro Keuangan Sekretariat Provinsi Jawa Timur dan menganalisis pengaruh variabel kompetensi terhadap kinerja pegawai Biro Keuangan Sekretariat Provinsi Jawa Timur.

Obyek penelitian yang digunakan adalah para pegawai di Biro Keuangan Sekretariat Provinsi Jawa Timur. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simplo Random Sampling, sampel dalam penelitian ini berjumlah 73 orang responden, yang seluruhnya merupakan pegawai di Biro Keuangan Sekretariat Provinsi Jawa Timur. Untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan teknik analisis SEM (Structural Equation Modolling).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil, bahwa Motivasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai dan

Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai.

(12)

ABSTRACT

One of the goals of human resource management, ensuring the organization has a workforce motivated and high performing, well equipped with facilities to deal with changes that can meet the needs of their workers, because of human existence in the organization have a very vital position, where success is determined by the organization quality of the people who work in it. And individual performance of each activity is a key achievement of productivity, because performance is a result of which people and other resources that exist within the organization together to bring the final result based on the level of quality and standards that have been specified. One of the aspects of managing employees is giving motivation or encouragement to employees. Giving encouragement is meant to remind the people or employees for their enthusiastic and able to achieve the desired results as the organization. The purpose of this study is to analyze the influence of motivation and competence to employee performance Bureau of Finance Secretariat of East Java province and analyze the effect of variable competence to employee performance Secretariat of Finance Bureau of East Java Province.

The object of research is the employees at the Bureau of Finance Secretariat of East Java Province. The sampling technique in this study is the Simple Random Sampling, the sample in this study amounted to 73 people the respondents, who are all staff at the Bureau of Finance Secretariat of the East Java Province. To test the hypothesis used analytical techniques SEM (Structural Equation Modelling).

Based on the research results, that motivation has positive and significant impact on staff performance and competence have positive and significant impact on the efforts of workers.

(13)

BAB I

LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Seiring berkembangnya tuntutan jaman, maka perbaikan kualitas

sumber daya manusia sangatlah diperlukan sebagai salah satu penentu

keberhasilan organisasi dalam rangka mencapai tujuannya, hal ini

menjadikan sumber daya manusia sebagai asset yang harus ditingkatkan

kualitas kemampuannya dan kinerjanya, untuk mencapai hal tersebut maka

organisasi harus mampu menciptakan kondisi yang dapat mendorong dan

memungkinkan karyawan untuk mengembangkan serta meningkatkan

kemampuan serta ketrampilan yang dimiliki secara optimal.

Salah satu tujuan manajemen sumber daya manusia, yaitu

memastikan organisasi memiliki tenaga kerja yang bermotivasi dan

berkinerja tinggi, serta dilengkapi dengan sarana untuk menghadapi

perubahan yang dapat memenuhi kebutuhan pekerjanya, karena

keberadaan manusia dalam organisasi memiliki posisi yang sangat vital,

dimana keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh kualitas orang-orang

yang bekerja didalamnya.

Perubahan lingkungan yang begitu cepat menuntut kemampuan

mereka dalam menangkap fenomena perubahan tersebut, menganalisa

dampaknya terhadap organisasi dan menyiapkan langkah-langkah guna

(14)

kerja yang memiliki motivasi dan berkinerja tinggi, yaitu dengan cara

memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Menyimak kenyataan diatas maka peran manajemen sumber daya

manusia dalam organisasi tidak hanya sekedar administratif tetapi justru

lebih mengarah pada bagaimana mampu mengembangkan potensi sumber

daya manusia agar menjadi kreatif dan inovatif.

Kinerja setiap kegiatan dan individu merupakan kunci pencapaian

produktivitas, karena kinerja adalah suatu hasil dimana orang-orang dan

sumber daya lain yang ada dalam organisasi secara bersama-sama

membawa hasil akhir yang didasarkan pada tingkat mutu dan standar yang

telah ditetapkan.

Konsekuensinya, organisasi memerlukan sumber daya manusia yang

memiliki keahlian dan kemampuan yang sesuai dengan visi dan misi

organisasi dalam hal ini dapat dicapai melalui pembangunan kinerja pegawai

di Biro Keuangan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Sesuai Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi

dan Tatakerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi Jawa Timur dan telah dijabarkan pada Peraturan Gubernur

Nomor 77 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Asisten, Biro,

Bagian dan Sub Bagian Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Timur, berlaku

mulai tanggal 25 Agustus 2008. Biro Keuangan mempunyai tugas

menyiapkan bahan perumusan kebijakan administrasi penyelenggaraan,

(15)

menyiapkan penyusunan rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(APBD), penetapan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD,

pengelolaan kas dan administrasi aset, penatausahaan Keuangan Daerah,

rekonsiliasi penerimaan kas dan belanja, akuntansi keuangan daerah,

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan administrasi

pengelolaan keuangan Kabupaten/Kota, kerugian daerah dan pembinaan

pengelolaan keuangan BLUD serta pengelolaan keuangan daerah lainnya.

Biro Keuangan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur

berusaha mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang transparan dan

dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel), hal ini dapat dicapai melalui

pembangunan kinerja pegawai Biro Keuangan Sekretariat Daerah

Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai organisasi unsur staf untuk

terwujudnya Good Governance dan Otonomi Daerah.

Terselenggaranya Good Governance sangatlah penting dalam

pelaksanaan pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan mencapai tujuan

serta cita-cita bangsa bernegara. Untuk itu diperlukan pengembangan dan

penerapan system pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan legitimate,

sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat

berlangsung secara berdaya guna, bersih dan bertanggungjawab serta

bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Pelaksanaan tugas Biro Keuangan Sekretariat Daerah Pemerintah

Provinsi Jawa Timur yang sangat erat hubungannya dengan pengelolaan

(16)

penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah yang seluruhnya

diatur dalam perundang-undangan maka diharapkan dapat

mengharmoniskan pengelolaan keuangan daerah baik pemerintah daerah

dan pemerintah pusat, serta pemerintah daerah dan DPRD, ataupun antara

pemerintah daerah dan masyarakat.

Kinerja pegawai Biro Keuangan Sekretariat Daerah Pemerintah

Provinsi Jawa Timur harus ditingkatkan karena seluruh pelaksanaan

tugasnya telah terjadwal sesuai Permendagri 13 tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara yang dirubah dalam Permendagri

59 tahun 2007 sehingga dituntut harus selesai tepat waktu sesuai jadwal

yang telah ditentukan. Ketidaktepatan pelaksanaannya akan berdampak

pada kinerja Provinsi Jawa Timur pada umumnya dan seluruh SKPD

(Satuan Kerja Perangkat Daerah) di Jawa Timur pada khususnya.

Peningkatan kualitas pelayanan terhadap SKPD Provinsi Jawa Timur

sangat berperan, oleh sebab itu tingkat kemampuan pegawai Biro Keuangan

Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus lebih ditingkatkan

untuk dapat mencapai tujuan organisasi secara optimal terutama dalam hal

perencanaan penganggaran sampai pertanggungjawaban anggaran seluruh

SKPD Provinsi Jawa Timur. Oleh sebab itu diadakan penelitian anggaran

untuk mempersiapkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) maupun

Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran (DPPA) yang bertujuan

(17)

berlaku, Selama ini masih ditemukan beberapa kesalahan dalam

pelaksanaannya sehingga menyebabkan diterbitkannya Bukti Memorial

(BM). Hal ini akan menjadi catatan dalam pemeriksaan yang berdampak

terhadap kinerja organisasi. Oleh sebab itu koordinasi dan sosialisasi

dengan SKPD harus lebih ditingkatkan supaya penerapan dalam

pelaksanaan anggaran dapat dilakukan dengan baik, termasuk dalam hal

pelayanan kepada SKPD yang bersifat administrasi keuangan dimana

dituntut harus cermat dan tidak terjadi kesalahan dalam pencatatan dan

kelengkapan dokumen sehingga dalam hasil pemeriksaan pengawas baik

internal maupun eksternal dapat diminimalisasi tingkat kesalahannya.

Seperti telah diketahui bahwa secara nasional akan dilakukan

pemeriksaan dan diumumkan hasil laporan akuntan publik terhadap kinerja

keuangan Provinsi Jawa Timur, diharapkan semakin tahun penilaiannya

dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan statusnya menuju

kesempurnaan. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah optimalisasi dalam

pelaksanaan penyerapan anggaran yang dialokasikan untuk satu tahun

anggaran, agar sasaran yang ingin dicapai dari program dan kegiatan Biro

Keuangan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur dapat

direlisasikan dengan efektif dan efisien. Untuk penghitungannya dapat dilihat

pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Pengukuran Pencapaian Sasaran Biro Keuangan Provinsi Jawa Timur

5

(18)

SASARAN INDIKATOR

Sumber : Lakip Biro Keuangan Tahun 2008 dan 2009

Tabel tersebut diatas didapatkan hasil bahwa dalam prosentase

peningkatan pelaksanaan keuangan daerah dari tahun 2008 ke tahun 2009

terjadi penurunan yang antara lain disebabkan karena ada beberapa

program kegiatan yang belum dapat terlaksana sesuai anggaran yang telah

direncanakan, hal ini juga menandakan adanya kinerja pegawai yang masih

rendah. Namun dalam hal peningkatan koordinasi pengelolaan keuangan

(19)

bahwa koordinasi antara provinsi dan kabupaten/kota mulai selaras walau

belum maksimal.

Untuk meningkatkan kinerja pegawai maka perlu dicari faktor-faktor

yang paling mempengaruhi kinerja dalam hal ini adalah bagi pegawai Biro

Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur karena tujuan organisasi tidak

akan dapat tercapai tanpa adanya perbaikan kinerja pegawainya. Dalam

penelitian ini dipilih faktor pemberian motivasi atau dorongan kepada

pegawai. Pemberian motivasi ini dimaksudkan untuk mengingatkan kepada

pegawai agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana

dikehendaki organisasi. Selain faktor motivasi, penelitian ini juga memilih

faktor kompetensi pegawainya. Kompetensi sangatlah penting karena

seiring tuntutan jaman maka pegawai yang dimiliki organisasi harus dibekali

kompetensi yang tinggi untuk menunjang pelaksanaan tujuan organisasi.

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang

dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam

melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu

itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

(Akhmad Sudrajat, M.Pd).

Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara

lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan

bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Menurut

penelitian Eka Yuliana (2008) bahwa kemampuan intelektual dan motivasi

(20)

pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi,

hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang

dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh

para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi,

kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Menurut penelitian Beni

habibi (2005) faktor-faktor yang dilihat dari sudut tingkat kesejahteraan

karyawan, penghargaan, lingkungan kerja, masa kerja serta pendidikan dan

latihan kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan

Dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi yang mengharapkan

peningkatan kinerja organisasi maka organisasi membutuhkan sumber daya

manusia yang mempunyai semangat dalam memberikan pelayanan yang

prima dan bernilai mengingat persaingan yang semakin tajam dalam setiap

aspek kehidupan manusia

Organisasi tidak hanya mampu memberikan pelayanan yang

memuaskan (customer satisfaction) tetapi juga berorientasi pada nilai

(customer value), dalam mencapai tujuan organisasi tergantung pada kinerja

SDM-nya karena kinerja adalah suatu hasil dimana orang-orang dan sumber

daya lain yang ada dalam organisasi secara bersama-sama membawa hasil

akhir yang didasarkan pada tingkat mutu dan standar yang telah ditetapkan.

Konsekuensinya,organisasi memerlukan sumber daya manusia yang

memiliki keahlian dan kemampuan. Kinerja setiap kegiatan dan individu

merupakan kunci pencapaian produktivitas.

8

(21)

Dalam rangka mewujudkan misi Biro Keuangan diatas tentunya

pemberian motivasi bagi pegawai Biro Keuangan Sekretariat Daerah

Pemerintah Provinsi Jawa Timur sangatlah dibutuhkan, mengingat beban

pekerjaan yang harus diselesaikan sangatlah besar, membutuhkan ketelitian

tinggi dan memiliki jadwal penyelesaian yang harus sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Motivasi yang diberikan

kepada pegawainya dapat berupa dukungan, penghargaan maupun

kompensasi atas prestasi yang telah dilakukan, Menurut penelitian Sodiq

Affandi (2006) faktor pemberian kompensasi dan motivasi berpengaruh

terhadap kinerja pegawai. Hal tersebut sangat penting mengingat

pelayanan yang dilakukan di Biro Keuangan Sekretariat Daerah Pemerintah

Provinsi Jawa Timur harus dilakukan dengan prima.

Pemberian motivasi bagi para pegawainya, Biro Keuangan

Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga harus mampu

meningkatkan kompetensi pegawainya terutama untuk mendukung

pelaksanaan pekerjaannya yang membutuhkan kemampuan dan ketelitian

tinggi, sehingga diharapkan kinerja pegawainya dapat meningkat sesuai

tujuan yang ingin dicapai organisasi.

Kompetensi didefinisikan (Mitrani et.al, 1992; Spencer and

Spencer,1993) sebagai an underlying characteristic’s of an individual which

is causally related to criterion-referenced effective and or superior

perform-ance in a job or situasion. Atau karakteristik yang mendasari seseorang dan

(22)

penelitian Yati Suryatini (2009) faktor-faktor dari kompetensi yaitu

komunikasi, kerjasama kelompok, kepemimpinan dan pengambilan

keputusan berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja karyawan.

Kompetensi seorang individu merupakan sesuatu yang melekat

dalam dirinya yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kinerjanya,

sedang kompetensi individu yang berupa kemampuan dan pengetahuan

bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Semakin

meningkatnya kompetensi yang dimiliki karyawan maka akan semakin

meningkatkan kinerjanya. Sebagaimana dikemukakan dari penelitian Nunuk

Lestari Rahayu ( 2008) menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja pegawai.

Diharapkan Biro Keuangan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi

Jawa Timur akan dapat melaksanakan peningkatan kompetensi

pegawainya dalam rangka meningkatkan kinerja SDM yang didukung

motivasi dari pimpinan dan organisasi, sehingga tercapai visinya yaitu

Tertib Administrasi Keuangan Daerah sejalan dengan tuntutan

transparansi dan akuntabilitas keuangan menuju terciptanya Good

Governance.

Berdasarkan uraian latar belakang yang berdasarkan fakta dan teori

maka penelitian ini mengambil judul : “Pengaruh motivasi dan kompetensi terhadap kinerja pegawai di Biro Keuangan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur”.

1.2. Perumusan Masalah

10

(23)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. “Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai?W

2. “Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kinerja

pegawai ?W

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk meneliti pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai.

2. Untuk meneliti pengaruh kompetensi terhadap kinerja pegawai.

1.4. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian

ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan dan umpan balik bagi Biro Keuangan

Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur sehingga tujuan

untuk menciptakan good governance dapat tercapai secara optimal.

2. Tercapainya peningkatan kinerja pegawai di Biro Keuangan

Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam

(24)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan Pemberian Motivasi,

Kompetensi dan Kinerja pegawai adalah sebagai berikut :

1. Sodiq Affandi (2006)

a. Judul : Pengaruh kompensasi dan motivasi terhadap kinerja

pegawai pada Dinas Pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa

Timur

b. Rumusan masalah :

- Apakah besar kompensasi finansial yang diterima oleh

karyawan berpengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan ?

- Apakah kompensasi non finansial yang diterima oleh karyawan

berpengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan ?

- Apakah motivasi kerja karyawan berpengaruh positif pada

kinerja karyawan ?

c. Kesimpulan:

1.Kompensasi non finansial secara signifikan mempengaruhi motivasi

kerja pegawai di Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur

2. Kompensasi finansial secara signifikan mempengaruhi motivasi

(25)

3. \Motivasi kerja secara signifikan menentukan kinerja pegawai di

Dinas Pendapatan Propinsi Jawa Timur

d. Persamaan :

- Meneliti tentang pengaruh motivasi karyawan terhadap kinerja

karyawan

- Penelitian ini menggunakan structural oquation modoling

(SEM)

e. Perbedaan :

Penelitian ini menggunakan motivasi dan kompetensi sebagai

variabel independen dan kinerja sebagai variabel dependen,

sedangkan penelitian yang dilakukan Sodiq Affandi menggunakan

kompensasi dan motivasi sebagai variabel independen.

2. Nunuk Lestari Rahayu (2008)

a. Judul : Peningkatan Kinerja Melalui Job Deskription

dan Kompetensi Petugas Lapangan Keluarga Berencana

Kabupaten Jember

b. Rumusan Masalah :

1. Apakah peningkatan kinerja bisa dipengaruhi oleh Job Description

Petugas Lapangan Keluarga Berencana Kabupaten Jember ?

2. Apakah peningkatan kinerja bisa dipengaruhi oleh Kompetensi

Petugas Lapangan Keluarga Berencana Kabupaten Jember ?

c. Kesimpulan :

12

(26)

1. Melalui uji kausalitas regression weight, ternyata variabel Job

Description tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kinerja Petugas Lapangan KB Kabupaten Jember. Semakin

lemah pembinaan dan pengawasan oleh pejabat berwenang

terhadap petugas lapangan KB, maka makin rendah kinerja

pegawai.

2. Melalui uji kausalitas regression weight, ternyata variabel

Kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja

Petugas Lapangan KB Kabupaten Jember. Semakin kompetensi

petugas lapangan KB ditingkatkan, maka semakin tinggi kinerja

pegawai

d. Persamaan:

1. Meneliti 2 variabel bebas terhadap 1 variabel terikat yaitu Kinerja

2. Meneliti tentang salah satu variabel bebasnya yaitu kompetensi

e. Perbedaan :

1. Penelitian diatas salah satu variabelnya adalah tentang job

description

2. Penelitian diatas menggunakan teknik analisis regresi linier

berganda sedangkan pada penelitian sekarang teknik yang

digunakan adalah SEM

3. Beni Habibi (2005)

a. Judul : Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja

(27)

D.I.Yogyakarta Bagian Sumber Daya Manusia & Umum

Semarang.

b. Rumusan masalah :

Meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja

karyawan dilihat dari sudut tingkat kesejahteraan karyawan,

penghargaan, lingkungan kerja, masa kerja serta pendidikan dan

latihan kerja.

c. Kesimpulan :

1. Hubungan motivasi kerja karyawan dengan kesejahteraan

karyawan cukup signifikan, karyawan akan merasa terlindungi

dengan adanya kesejahteraan yang diberikan oleh perusahaan,

yaitu berupa jaminan asuransi (jaminan sosial tenaga kerja).

2. Adanya penghargaan terhadap karyawan dari perusahaan akan

menyebabkan motivasi kerja karyawan menjadi semakin

meningkat, karyawan yang mendapat penghargaan akan memiliki

motivasi yang tinggi, begitu pula yang lainnya akan berusaha

untuk meraih penghargaan dan akibatnya motivasi kerja

karyawan akan meningkat seiring dengan usaha karyawan untuk

meraih penghargaan tersebut.

3. Bahwa seorang karyawan akan memiliki motivasi kerja yang

tinggi bila didukung oleh lingkungan kerja yang baik dan nyaman,

hal ini terlihat pada karyawan bagian sumber daya manusia dan

(28)

D.I.Yogyakarta, dimana para karyawan termotivasi untuk bekerja

lebih baik dengan kondisi lingkungan kerja yang kondusif dan

konviniens.

4. Masa kerja tidak mutlak berpengaruh positif terhadap motivasi

kerja karyawan, tetapi banyak alasan yang tidak terlihat (invisible

reason) yang tidak banyak dapat diketahui secara tepat yang

menyebabkan hal semacam itu terjadi.

5. Secara garis besar rata-rata karyawan yang memiliki tingkat

pendidikan lebih tinggi hampir memiliki motivasi kerja yang lebih

tinggi, sekalipun tidak mutlak seluruhnya. Begitu pula halnya

dengan pelatihan kerja yang diterima oleh karyawan. Pelatihan

kerja yang diterima karyawan akan mempengaruhi motivasi kerja

karyawan menjadi lebih baik

6. Melihat faktor-faktor tersebut kiranya perusahaan, harus bisa

mengelolanya dengan baik sehingga dicapai motivasi kerja

karyawan yang tinggi.

d. Persamaan :

Meneliti tentang pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai

e. Perbedaan :

1. Penelitian ini hanya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi dan tidak meneliti tentang pengaruh kompetensi

terhadap kinerja pegawainya

(29)

2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kualitatif yaitu sebagai kegiatan yang meliputi

pengumpulan data dalam rangka mengkaji aspek teori dengan

fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan operasional konsep

yang ada

4. Eka Yuliana (2006)

a. Judul : Pengaruh kemampuan intelektual dan motivasi kerja

terhadap kinerja guru mata diklat produktif penjualan di SMK Bisnis dan

Manajemen se Kabupaten Kebumen.

b. Rumusan Masalah :

1. Bagaimana gambaran kemampuan intelektual, motivasi kerja dan

kinerja guru,

2. Seberapa besar pengaruh antara kemampuan intelektual dan

motivasi kerja terhadap kinerja guru.

c. Kesimpulan :

Secara umum perlu ada perhatian khusus dalam upaya meningkatkan

kinerja guru yaitu berhubungan dengan kemampuan penggunaan

media dan sumber belajar. Disamping itu, disarankan kepada Diknas

untuk mengupayakan pelatihan bagi guru dalam penggunaan media

dan sumber belajar yang relevan dengan kondisi sekarang. Perlu

(30)

industri untuk memberikan informasi tentang perkembangan dunia

usaha.

d. Persamaan :

1. Meneliti pengaruh 2 variabel bebas terhadap 1 variabel terikat

yaitu Kinerja

2. Meneliti tentang salah satu variabel bebasnya yaitu motivasi

e. Perbedaan :

1. Penelitian ini salah satu variabel bebasnya adalah

kemampuan intelektual terhadap kinerja pegawainya

2. Penelitian ini menggunakan analisis diskriptif persentase

dan analisis regresi baik parsial dan simultan.

5. Yati Suryatini (2009)

a. Judul : Faktor-Faktor Kompetensi Sumber Daya Manusia

Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada SALES Supervisor

Pertokoan Sepanjang Malioboro Yogyakarta).

b. Rumusan Masalah :

Apakah ada pengaruh faktor-faktor kompetensi sumber daya manusia

terhadap kinerja karyawan pada Salos Suporvisor Pertokoan

Sepanjang Malioboro Yogyakarta ?

c. Kesimpulan :

(31)

Faktor-faktor dari kompetensi yaitu komunikasi, kerjasama kelompok,

kepemimpinan dan pengambilan keputusan berpengaruh sangat

signifikan terhadap kinerja karyawan.

d. Persamaan :

Penelitian tentang pengaruh kompetensi terhadap kinerja pegawai

e. Perbedaan :

1. Penelitian diatas hanya menggunakan variabel kompetensi dan

kinerja karyawan sedangkan pada penelitian yang sekarang

variabel yang digunakan yaitu motivasi, kompetensi dan kinerja

karyawan.

2. Penelitian diatas menggunakan teknik analisis regresi linier

berganda sedangkan pada penelitian sekarang teknik yang

digunakan adalah SEM

Berikut ini perbedaan dan persamaan penelitian sekarang dengan

penelitian terdahulu.

(32)

NO NAMA JUDUL RUMUSAN

3. Beni Habibi Faktor-faktor Meneliti • Hubungan

(33)
(34)
(35)

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Konsep Kinerja

Pengertian Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil

atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau

manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala

sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa

buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan / instansi menghadapi

krisis yang serius. Kesan – kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat

dan mengabaikan tanda – tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.

Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67) “Kinerja

(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanyaW.

Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223) “Kinerja

seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan

yang dapat dinilai dari hasil kerjanyaW. Maluyu S.P. Hasibuan (2001:34)

mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya

yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta

waktuW.

(36)

Menurut John Whitmore (1997 : 104) “Kinerja adalah pelaksanaan

fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang,kinerja adalah suatu perbuatan,

suatu prestasi, suatu pameran umum ketrampikanW.

Sedangkan pendapat Barry Cushway (2002 : 1998) “Kinerja adalah

menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang

telah ditentukanW.

Menurut Veizal Rivai (2004 : 309) mengemukakan kinerja adalah : “

merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai

prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam

perusahaanW.

Demikian pula yang disampaikan oleh Robert L. Mathis dan John H.

Jackson Terjamahaan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira (2001 : 78),

“menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau

tidak dilakukan karyawanW.

John Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997 : 104)

menyebutkan “kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari

seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum

keterampilanW. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan

dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian

hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi

atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negative dari suatu

kebijakan operasional. Mink (1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa

individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik,

yaitu :

1. Berorientasi pada prestasi

(37)

2. Memiliki percaya diri

3. Berpengendalian diri

4. Kompetensi.

2.2.1.1. Indikator Kinerja

Kinerja (performance) menjadi isu dunia saat ini. Hal tersebut terjadi

sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan

pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Mutu tidak terpisahkan

dari standar, karena kinerja diukur berdasarkan standar. Untuk mengukur

kinerja pegawai, digunakan "indikator kinerja pegawai" sebagai langkah untuk

mewujudkan komitmennya guna dapat menilai tingkat kemampuan individu

bekerja. Dengan demikian, diharapkan kesadaran akan tumbuh, mau, dan

mampu mengidentifikasi kualitas kinerja masing-masing, untuk dimonitor,

diperbaiki serta ditingkatkan secara terus menerus. demikian komitmen dan

dukungan pimpinan dan pihak yang terkait dalam pekerjaan lainnya tetap

menjadi kunci utama. Bertemunya persepsi yang sama antara dua komponen

tersebut dalam menentukan sasaran dan tujuan, merupakan modal utama

untuk meningkatkan kinerja dalam suatu organisasi. Menentukan tingkat

prestasi melalui indikator kinerja pegawai akan menyentuh langsung faktor

-faktor yang menunjukkan indikasi-indikasi obyektif terhadap sejauh mana

fungsi dan tugas yang dilakukan memenuhi standar yang ditentukan.

Kata kinerja (performance) dalam konteks tugas, sama dengan prestasi

kerja. Para pakar banyak memberikan definisi tentang kinerja secara umum,

dan dibawah ini disajikan beberapa diantaranya :

(38)

• Kinerja: adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari

fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu

(Bernardin dan Russel, 1993).

• Kinerja: Keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan

(As'ad, 1991)

• Kinerja adalah pekerjaan yang merupakan gabungan dari karakteristik

pribadi dan pengorganisasian seseorang (Kurb, 1986)

• Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan sesuai dengan tugas dan

fungsinya (Gilbert, 1977)

Kinerja mengandung dua komponen penting yaitu

1. Kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki

kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat kinerjanya.

2. Produktifitas: kompetensi tersebut diatas dapat diterjemahkan

kedalam tindakan atau kegiatan-kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil

kinerja (outcome).

Berbagai pengertian tersebut diatas, pada dasarnya kinerja

menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau apa

yang keluar (out-come). Bila disimak lebih lanjut apa yang terjadi dalam

sebuah pekerjaan atan jabatan adalah suatu proses yang mengolah in-put

menjadi out-put (hasil kerja). Penggunaan indikator kunci untuk mengukur

hasil kinerja individu, bersumber dari fungsi-fungsi yang diterjemahkan dalam

(39)

kinerja mengandung komponen kompetensi dan produktifitas hasil, maka hasil

kinerja sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam

pencapaiannya.

Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja

seseorang antara lain :

1. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga,

pengalaman tingkat sosial dan demografi seseorang.

2. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan

kepuasan kerja

3. Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan,

kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system)

Tujuannya :

1. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun dalam

kelompok setinggi tingginya. Peningkatan prestasi kerja perorangan pada

gilirannya akan mendorong kinerja staf.

2. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan

meningkatkan hasil kerja melalui prestasi pribadi.

3. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan

perasaannya tentang pekerjaan, sehingga terbuka jalur komunikasi dua

arah antara pimpinan dan staf.

Pengertian Indikator

27

(40)

1. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau

kondisi. (Wilson & Sapanuchart, 1993).

2. Indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau

menunjukkan satu kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk

mengukur perubahan (Green, 1992).

3. Indikator adalah variable untuk mengukur suatu perubahan baik

langsung maupun tidak langsung (WHO, 1981)

Ada dua kata kunci penting dalam pengertian tersebut diatas adalah

pengukuran dan perubahan, untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan

digunakan "indikator" sebagai alat atau petunjuk untuk mengukur prestasi

suatu pelaksanaan kegiatan. Indikator tidak dipergunakan secara langsung

untuk mengukur kualitas pelayanan, tetapi dapat dianalogikan sebagai

"bendera" yang menunjuk adanya suatu masalah spesifik dan memerlukan

monitoring dan evaluasi. Beberapa kegiatan, mungkin tidak relevan

mengukurnya dengan ukuran kuantitatif untuk mengambil suatu keputusan.

Sebagai contoh dalam komunikasi: bagaimana kualitas komunikasi

interpersonal antara perawat - pasien, maka pengukurannya adalah melalui

observasi langsung untuk mengetahui bagaimana kualitas interaksinya.

Monitoring dilakukan terhadap indikator kunci guna dapat mengetahui

penyimpangan atau prestasi yang dicapai. Dengan demikian setiap individu

akan dapat menilai tingkat prestasinya sendiri (solf assosmont).

Indikator memiliki karakteristik sebagai berikut :

(41)

1. Sahih (Valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk

mengukur aspek-aspek yang akan dinilai.

2. Dapat dipercaya (Roliablo) mampu menunjukkan hasil yang sama pada

saat yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.

3. Peka (Sonsitivo) cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak

perlu banyak.

4. Spesifik (Spocific) memberikan gambaran prubahan ukuran yang jelas

dan tidak tumpang tindih.

5. Relevan sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal.

Menurut Bernardin dan Russel (1993) menyatakan bahwa kinerja

merupakan catatan perolehan yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan

tertentu atau kegiatan selama suatu pekerjaan atau kegiatan selama periode

waktu tertentu. Menurut T.R. Mitchell (1978), menyatakan bahwa kinerja

meliputi beberapa aspek, yaitu quality of work, promptnoss, initiativo,capability

dan communication.

Sehingga dapat diambil indikator yang akan digunakan untuk mengukur

kinerja pegawainya.

Adapun indikator kinerja yang dapat digunakan :

1. Kualitas (quality of work) yaitu kemampuan dalam menyelesaikan

pekerjaan dengan baik

2. Ketepatan waktu (promptnoss) yaitu seberapa tepat waktu yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan oleh pegawai

(42)

3. Inisiatif (initiativo)yaitu merupakan kemampuan dalam mengambil

prakarsa ketika menyelesaikan kesulitan dalam pekerjaan

4. Kapabilitas (capability) yaitu merupakan kemampuan personal pegawai

dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang diberikan

5. Komunikasi (communication) yaitu merupakan kemampuan dalam

menjalin komunikasi secara baik dengan sesama pegawai dan dengan

atasan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

2.2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja

Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara

kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan

maupun kelompok (Ilyas, 1993). Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi

yang kompleks dan agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi.

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi (determinan) kinerja

individu, perlu dilakukan pengkajian terhadap teori kinerja. Secara umum

faktor fisik dan non fisik sangat mempengaruhi. Berbagai kondisi lingkungan

fisik sangat mempengaruhi kondisi karyawan dalam bekerja. Selain itu,

kondisi lingkungan fisik juga akan mempengaruhi berfungsinya faktor

lingkungan non fisik. Pada kesempatan ini pembahasan kita fokuskan pada

lingkungan non-fisik, yaitu kondisi-kondisi yang sebenarnya sangat melekat

dengan sistem manajerial perusahaan.

Menurut Prawirosentono (1999) kinerja seorang pegawai akan baik, jika

pegawai mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja, adanya

imbalan/upah yang layak dan mempunyai harapan masa depan.

(43)

Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja

seseorang antara lain :

1. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang

keluarga, pengalaman tingkat sosial dan demografi seseorang. Menurut

Gibson (1987), variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor

utama yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu. Sedangkan

variabel demografis mempunyai pengaruh yang tidak langsung. Selai itu

Davis dan Newstorm (1985) juga mengidentifikasikan adanya faktor

utama yang mampu mempengaruhi kinerja seseorang (human

performance), yakni kemampuan

2. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, belajar

dan motivasi serta kepuasan kerja. Variabel ini menurut Gibson (1987)

banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja

sebelumnya dan variabel demografis.

3. Faktor organisasi : sumber daya, struktur organisasi, desain

pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan/imbalan (reward system).

Sedangkan menurut Kopelman (1986), variabel imbalan akan

berpengaruh terhadap variabel motivasi, yang pada akhirnya secara

langsung mempengaruhi kinerja individu. Penelitian Robinson dan Larsen

(1990) terhadap para pegawai penyuluh kesehatan pedesaan di Columbia

menunjukkan bahwa pemberian imbalan mempunyai pengaruh yang lebih

besar terhadap kinerja pegawai dibanding pada kelompok pegawai yang

(44)

individual, dalam arti bahwa setiap orang termotivasi oleh berbagai

pengaruh hingga berbagai tingkat. Mengingat sifatnya ini, untuk

peningkatan kinerja individu dalam organisasi, menuntut para manajer

untuk mengambil pendekatan tidak langsung, menciptakan motivasi

melalui suasana organisasi yang mendorong para pegawai untuk lebih

propduktif. Suasana ini tercipta melalui pengelolaan faktor-faktor

organisasi dalam bentuk pengaturan sistem imbalan, struktur, desain

pekerjaan serta pemeliharaan komunikasi melalui praktek kepemimpinan

yang mendorong rasa saling percaya.

Menurut Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi kinerja antara lain :

1. Dukungan Organisasi

• Struktur Organisasi

• Pemilihan Teknologi

• Penyediaan Prasarana dan Sarana Kerja

2. Peranan Manajemen

• Perumusan Visi Misi organisasi.

• Menyusun struktur organisasi dengan tugas pokok, fungsi dan sasaran.

• Menyusun sistem & mekanisme kerja.

• Merencanakan dan mengadakan sarana & peralatan kerja.

• Merencanakan & mengadakan karyawan sesuai kualifikasi.

• Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di unit organisasi.

• Mengawasi pelaksanaan tugas di semua unit organisasi.

32

(45)

3. Dukungan Pekerja/ Kompetensi Individu

• Dukungan organisasi dan pelaksanaan fungsi manajemen bertujuan untuk

memberikan kemudahan, memfasilitasi dan mendorong semua pekerja

agar dapat menaikkan kinerjanya secara optimal.

• Kompetensi setiap individu dipengaruhi oleh:

- Kemampuan & keterampilan kerja

- Pendidikan & pelatihan

- Pengalaman Kerja

2.2.2. Konsep Motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang

dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam

melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu

sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

(Akhmad Sudrajat, M.Pd)

Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk

melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan

sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari

kegagalan hidup, dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk

tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah

mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan..

Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsic. Motivasi yang

bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat

(46)

pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang

atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi

ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di

pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi

seperti status ataupun kompensasi.

2.2.2.1. Teori-Teori Motivasi

Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang

dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya

manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Landy dan Becker

membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori

yaitu teori kebutuhan,teori penguatan,teori keadilan,teori harapan,teori

penetapan sasaran.

1. Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)

Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya

semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Teori hierarki kebutuhan

menyatakan bahwa motivasi seseorangdidasarkan pada dua anggapan yaitu:

a. Kebutuhan seseorang tergantung pada apa yang sudah di milikinya.

b. Dilihat dari pentingnya, kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu,

keadaandan pengalaman yang bersangkutan yang di gambarkan dalam

bentukhierarki.

Aktualisasi diri

Penghargaan

Sosial

Keamanan

(47)

Lima tingkat kebutuhan dalam hierarki maslow tersebut diatas adalah

sebagaiberikut:

a. Kebutuhan fisiologikal

Berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan utama, dasar dan esensial

yang harus dipenuhi oleh tiap manusia untuk mempertahankan diri sebagai

makhluk, kebutuhan ini mencakup misalnya udara, makan dan minum,

pakaian, tempat tinggal atau papan, istirahat, pemenuhan seksual.

Faktor-faktor khusus yang harus diperhatikan oleh orang mencakup misalnya:

Pengkondisian udara dan cahaya, Gaji dan upah, (sama atau lebih besar

dibanding upah minimal regional, kafetaria (penyediaan makanan dan

minuman), kondisi kerja. Apabila kebutuhan-kebutuhan fisiologikal tidak

terpenuhi maka mereka akan lebih terasa dibandingkan dengan kebutuhan

lainya. Maka lebih dikatakan bahwa seseorang individu, yang tidak memiliki

apa-apa dalam kehidupan mungkin sekali akan termotivasi oleh kebutuhan

fisiologikal.

b. Kebutuhan Akan Keamanan

Apabila kebutuhan fisiologikal cukup dipenuhi, maka kebutuhan pada

tingkatan berikut yang lebih tinggi yakni kebutuhan akan keamanan, mulai

mendominasi kebutuhan manusia. Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam

arti luas, tidak hanya dalam arti keamanan fisik akan tetapi keamanan

(48)

Kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan akan rasa aman dan proteksi diri,

ancaman atau gangguan dari luar. Kebutuhan ini mencakup misalnya:

keamanan, keselamatan, kesehatan, perlindungan, kompetensi, stabilitas.

Faktor- faktor khusus yang harus diperhatikan oleh orang mencakup misalnya

keselamatan kerja, kesejahteraan,peningkatan gaji dan upah, kondisi kerja.

c. Kebutuhan Sosial

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia untuk menjadi bagian

dari kelompok, mencintai dan dicintai orang lain dan bersahabat. Manusia

pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorangpun manusia

ingin hidup menyendiri ditempat terpencil. Karena manusia adalah makhluk

sosial sudah jelas menginginkan kebutuhan-kebutuhan sosial yang terdiri dari

empat kelompok yaitu:

Kebutuhan sebagai anggota suatu kelompok atau rasa diterima dalam

kelompoknya

1. Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia

merasadirinya penting

2. Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak seorangpun

menyenangikegagalan

3. Kebutuhan akan rasa ikut serta

d. Kebutuhan akan penghargaan

(49)

Kebutuhan ini berkaitan dengan keinginan manusia, untuk dihormati

dan dihargai orang lain sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan ingin

punya status, pengakuan serta penghargaan prestise timbul karena adanya

prestasi, tetapi tidak selamanya demikian. Prestasi dan status

dimanifestasikan oleh banyak hal yang digunakansebagai simbol status.

Kebutuhan ini artinya adalah respek diri dan respek orang lain, mencakup

misalnya: penghargaan, pengakuan, status, prestise, kekuasaan dan,

perasaan dapat menyelesaikan sesuatu. Faktor-faktor khusus yang harus

diperhatikan oleh organisasi mencakup misalnya: gelar (nama), tugas,

kreatifitas, kemajuan dalam organisasi, prestise dalam pekerjaan. Keinginan

atau hasrat kompetitif untuk menonjol, untuk melampaui prestasi orang lain

lebih dikatakan merupakan sebuah sifat universal manusia. Kebutuhan pokok

akan penghargaan ini, apabila dimanfaatkansecara tepat dapat menyebabkan

timbulnya kinerja keorganisasian yang luar biasa. Kebutuhan akan

penghargaan ini jarang sekali terpenuhi secara sempurna bahkan kita dapat

mengatakan bahwa mereka kiranya tidakpernah terpuaskan.

e. Kebutuhan untuk Aktualisasi Diri

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang

sehingga membutuhkan penyaluran kemampuan dan potensi diri dalam

bentuk nyata. Artinya tiap orang ingin tumbuh membangun pribadi dan

mencapai hasil. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan akan aktualisasi

diri yang menggunakan kecakapan, kemampuan, ketrampilan dan potensi

(50)

dicapai orang lain. Faktor-faktor khusus yang harus diperhatikan oleh

organisasi mencakup misalnya: tugas yang menantang, kreatifitas, kemajuan

dalam organisasi, Prestai dalam pekerjaan. Maslow mengatakan bahwa lima

kebutuhan tersebut secara hierarki dari tingkat yang sangat dasar hingga

tingkat yang tinggi. Artinya bila kebutuhan tingkat dasar telah terpenuhi

barulah seseorang akan memenuhi kebutuhan pada tingkat diatasnya yang

lebih tinggi dan seterusnya yangmengarah pada kebutuhan tingkat tinggi. Jika

suatu tingkatan kebutuhan belum terpenuhi maka motiv bekerja seseorang

ditunjukan untuk memenuhi tingkatan kebutuhan tersebut dan kebutuha pada

tingkat yang lebih tinggibelum menimbulkan motivasi.

Lima kebutuhan yang tersusun secara hierarki tersebut dibedakan

menjadi dua kelompok tipe kebutuhan yaitu: kebutuhan tingkat rendah (lower

order needs) yang terdiri atas kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan

kebutuhan sosial dan kebutuhan tingkat tinggi (higher order needs) yang

terdiri atas kebutuhan pengakuan dan aktualisasi diri.

Perbedaan dari kedua tingkat kebutuhan ini adalah kebutuhan tingkat

rendah merupakan kebutuhan yang dipuaskan secara eksternal (satisfiod

oxtornally) sedangkan kebutuhan tingkat tinggi merupakan kebutuhan yang

dipuaskan secara internal (satisfiod intornally).

Dengan demikian ada beberapa hal untuk dicatat: pertama, hierarki

adalah didasarkan pada kebutuhan (noods), bukan keinginan (wants). Kedua,

mengadakan pada skala menaik artinya jika kebutuhan yang lebih bawah

(51)

belum terpuaskan (unsatisfiold). Ketiga, jika individu mengalami hambatan

untuk memahami kebutuhan yang lebih tinggi, maka ia akan kembali pada

kebutuhan tingkat yang lebih rendah sebagai kompensasi.

2. Teori Motivasi Herzberg (1966)

Herzberg berpendapat bahwa ada dua faktor ekstrinsik dan instrinsik

yang mempengaruhi seseorang bekerja. Termasuk dalam faktor ekstrinsik

(hygionos) adalah hubungan interpersonal antara atasan dengan bawahan,

teknik supervisi, kebijakan administratif, kondisi kerja dan kehidupan pribadi.

Sedangkan faktor instrinsik (motivator) adalah faktor yang kehadirannya dapat

menimbulkan kepuasaan kerja dan meningkatkan prestasi atau hasil kerja

individu. Menurut siswanto (1990:137), motivasi seseorang akan ditentukan

motivatornya, yang meliputi: prestasi (Achiovomont), penghargaan

(Rocognition), tantangan (Challongo), tanggungjawab (Rosponsibility),

pengembangan (Dovolopmont), keterlibatan (Involvomont), dan kesempatan

(Opportunity).

3. Teori Motivasi Douglas McGregor

Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan

teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer

a. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai

kerja

b. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau

diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.

(52)

c.Karyawan akan menghindari tanggung jawab.

d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor

yang dikaitkan dengan kerja.

Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodr at

manusia ada 4 teori Y :

a. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti

istirahat dan bermain.

b. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika

mereka komit pada sasaran.

c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.

d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

4. Teori Motivasi Vroom (1964)

Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation

menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia

yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat

dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang

ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

• Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas

(53)

• Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika

berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk

mendapatkan outcome tertentu).

• Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif,

netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu

yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan

kurang dari yang diharapkan

5. Achievement TheoryTeori achievement Mc Clelland (1961),

Yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada

tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:

• Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)

• Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama

dengan soscialneed-nya Maslow)

• Need for Power (dorongan untuk mengatur)

6. Clayton Alderfer ERG

Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan

pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan

(relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan

teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih

(54)

gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari

situasi ke situasi.

2.2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi juga didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri individu

berdasarkan mana dari berperilaku dengan cara tertentu untuk memenuhi

keinginan dan kebutuhanya. Adapun pemotivasian dapat diartikan sebagai

pemberian motif-motif sebagai pendorong agar orang bertindak, berusaha

untuk mencapai tujuan organisasional ( Silalahi, 2002: 341).

Dalam teori motivasi herzberg, faktor-faktor motivator meliputi: prestasi,

pengakuan, tanggungjawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri dan

kemungkinan berkembang.

1. Prestasi (achiovmont) adalah kebutuhan untuk memperoleh prestasi di

bidang pekerjaan yang ditangani. Seseorang yang memiliki keinginan

berprestasi sebagai kebutuhan “nood” dapat mendorongnya mencapai

sasaran.

2. Pengakuan (rocoqnition) adalah kebutuhan untuk memperoleh pengakuan

dari pimpinan atas hasil karya/hasil kerja yang telah dicapai.

3. Tanggungjawab (rosponbility) adalah kebutuhan untuk memperoleh

tanggungjawab dibidang pekerjaan yang ditangani.

4. Kemajuan (advoncomont) adalah kebutuhan untuk memperoleh

peningkatan karier (jabatan).

(55)

5. Pekerjaan itu sendiri (tho work it solf) adalah kebutuhan untuk dapat

menangani pekerjaan secara aktif sesuai minat dan bakat.

6. Kemungkinan berkembang (tho possibility of growth) adalah kebutuhan

untuk memperoleh peningkatan karier.

Motivasi dalam organisasi bertujuan untuk mendorong semangat para

anggota organisasi, meningkatkan produktivitas, kedisiplinan, dan

menciptakan kesejahteraan organisasi agar tercapai tujuan organisasi dengan

baik. Motivasi sangatlah berpengaruh terhadap keberlangsungan akan

kehidupan, baik dalam lehidupan sehari-hari maupun dalam iklim organisasi.

Faktor yang mempengaruhi motivasi dalam organisasi antara lain adalah :

1. Budaya

Budaya organisasi pada dasarnya mewakili norma-norma perilaku yang

diikuti oleh para anggota organisasi, termasuk anggota organisasi yang

berada dalam hirarki organisasi. Norma tersebut dapat terlihat dari

kebiasaan kebiasaan rutinitas yang diterapkan dari organisasi. Budaya

organisasi mampu menjadi faktor kunci keberhasilan organisasi tetapi

dapat pula menjadi faktor utama kegagalan organisasi. Budaya ini

berbeda-beda tiap organisasi, ada organisasi yang memiliki budaya yang kuat dan

ada pula yang memiliki budaya organisasi yang lemah.

Budaya organisasi banyak berpengaruh pada pola perilaku dalam bidang :

a. Nilai-nilai perusahaan (masalah baik-buruk, masalah etika)

b. Suasana organisasi (bagaimana orang merasa dan beraksi)

Gambar

Tabel 1Pengukuran Pencapaian Sasaran Biro Keuangan
Gambar 4.1. Model Pengukuran Kausalitas Ono Stop Approach......
Tabel  tersebut  diatas  didapatkan  hasil  bahwa  dalam  prosentase
Gambar 2.1. Model Kerangka Konseptual Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

tinggi, dengan nilai rata-rata 37.68.yang dihasilkan dari uji statistik dan nilai tersebut berada dalam interval 35 – 42.Adapun penerapan metode demonstrasi

e. Adanya tekanan yang menyebabkan khalifah tidak mampu lagi menangani urusan kaum muslimin sesuai pikiranya sendiri yagn sesuai dengan hukum syara’. Dalam kelima keadaan di

(3) Dalam hal Penjamin melaksanakan penjaminan yang merupakan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah, maka ketentuan mengenai imbal jasa penjaminan sebagaimana dimaksud

Bhabha mengatakan bahwa adanya mimikri (peniruan) melahirkan hibriditas. Budaya penggemar yang tercipta dalam fandom VIP Malang merupakan bentuk peniruan

Sementara itu, etnis Jawa yang juga mendiami wilayah ini tidak terlalu banyak mendominasi kehidupan sosial budaya masyarakat setempat.Bahasa Jawa tidak menjadi salah

Metode baca good reading dan metode baca reading habit jika dikaitkan dengan boarding school tampak berbeda, artinya ketika siswa menggunakan metode baca good reading,

Pada penelitian ini, infeksi dapat terjadi melalui udara karena ditemukan enam sampel (23%) yang sebagian besar sampel tersebut berasal dari sampel udara ruangan, hal

Streptococcus pneumonia, Pantoea (Entero.) agglomerans, Klebsiella oxytoca, Klebsiella ozaenae masing-masing 1 sampel. Penyebab terbanyak infeksi saluran pernapasan dari 20