BILLING PROCEDURES TRADE RECEIVABLES THE SERVICES AERONAUTICS IN. ANGKASA PURA I ( PERSERO ) NGURAH RAI
INTERNATIONAL AIRPORT BALI
Oleh :
MEGA PUTRI RAHMA GITA NIM : 1306013068
Denpasar 2016
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing serta
diuji pada hari/ tanggal : Kamis, 02 Juni 2016.
Tim Penguji : Tanda Tangan
1. Ketua : I Made Karya Utama, SE., M.Com., Ak. ………
2. Sekretaris : Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., Ak. ………
Ketua Program Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi
yang berjudul “Prosedur Penagihan Piutang Usaha atas Jasa Aeronautika pada PT.
Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali” .
Penyusunan Tugas Akhir Studi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pigak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, terutama kepada :
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Drs. Komang Ardana, MM selaku Ketua Program Diploma III Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Bapak I Made Karya Utama, SE.,M.Com.,Ak selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi selama mengikuti Praktik
5. Ibu Komang Ayu Krisnadewi, SE., MSi., Ak selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan pengarahan dan tuntunan selama masa perkuliahan pada
Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6. Bapak dan Ibu Dosen pengajar pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana yang telah mendidik dan telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan selama perkuliahan.
7. Bapak Dalimin selaku Kepala Bagian Accounting Section Head PT. Angkasa Pura
I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali yang telah memberikan
kesempatan untuk melaksanakan praktik kerja lapangan.
8. Seluruh staf pada accounting section head PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar
Udara Internasional Ngurah Rai Bali yang telah memberikan banyak arahan dan
bimbingan selama mengikuti praktik kerja lapangan.
9. Keluarga yang selalu memberikan dukungan moral dan material serta doa restu
sehingga laporan praktik kerja lapagan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
10. Seluruh teman-teman jurusan akuntansi serta pihak-pihak yang telah membantu
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis juga menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir Studi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca untuk menyempurnakan Tugas Akhir Studi ini.
Akhir kata penulis harapkan agar Tugas Akhir Studi ini dapat berguna bagi semua
Denpasar, April 2016
Penulis
Judul : Prosedur Penagihan Piutang Usaha atas Jasa Aeronautika pada PT. Angkasa
Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali
Nama : Mega Putri Rahma Gita
NIM : 1306013068
ABSTRACT
This research was conducted at PT. Angkasa Pura I (Persero) Ngurah Rai
International Airport Bali at Jalan Raya Ngurah Rai Bali. The data used is the
qualitative and quantitative data. Source data used are primary and secondary data
sources. All the data collected using the method of observation and documentation.
Data analysis techniques used in this study is a comparative descriptive analysis
techniques. The purpose of this study was to determine whether the receivables
collection procedures for aeronautical services at PT. Angkasa Pura I (Persero) Ngurah
these studies, it can be concluded that the procedure of accounts receivable from
aeronautical services have followed the existing standards. In practice there is a
separation between the financial, accounting and cashier section so as to avoid the
occurrence of errors / manipulation with the separation of the part.
Keywords: procedures, collection of accounts receivable, accounts receivable
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
ABSTRAK... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1
1.2 Tujuan Penelitian……… 4
1.3 Kegunaan Penelitian………... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori………... 6
2.1.1 Pengertian Prosedur……… 6
2.1.2 Karakteristik Prosedur……… 7
2.1.3 Manfaat Prosedur……… 8
2.1.4 Pengertian Penagihan………. 8
2.1.5 Piutang……….... 9
2.1.6 Cadangan Kerugian Piutang ……….. 13
2.1.7 Prosedur Penagihan Piutang Usaha……… 14
2.1.8 Fungsi yang Terkait dalam Penagihan Piutang……….. 16
2.1.9 Dokumen yang Digunakan dalam Prosedur Penagihan Piutang………... 17
2.1.10 Unsur Sistem Pengendalian Intern……….. 18
2.1.11 Jasa Aeronautika………. 20
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya………. 22
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian……… 23
3.2 Obyek Penelitian……… 23
3.3 Identifikasi Variabel……….. 23
3.4 Definisi Operasional Variabel………... 23
3.5 Jenis dan Sumber Data……….. 24
3.5.1 Jenis Data……….. 24
3.5.2 Sumber Data………. 25
3.6 Metode Pengumpulan Data……… 25
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan……… 28
4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan………... 28
4.1.2 Bidang Kegiatan Institusi………... 30
4.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan…………. 32
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian………. 45
4.2.1 Bagian-Bagian yang Terkait dalam Prosedur Penagihan Piutang
Usaha………. 45
4.2.2 Dokumen yang Digunakan dalam Prosedur Penagihan Piutang
Usaha………. 47
4.2.3 Prosedur Penagihan Piutang Usaha atas Jasa Aeronautika pada
PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai……… 49
4.2.4 Unsur Sistem Pengendalian Intern………. 52
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………. 58
5.2 Saran………... 59
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
4.1 Struktur Organisasi ……… 34
4.3a Flowchart Prosedur Penagihan Piutang atas Jasa Aeronautika Pada PT. Angkasa Pura I Persero ………... 55
4.3b Flowchart Prosedur Penagihan Piutang atas Jasa Aeronautika Pada PT. Angkasa Pura I Persero ………... 56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Bukti penerimaan kas/ bank
Lampiran 2 : Slip penerimaan/kwitansi
Lampiran 3 : Surat Pengantar Faktur
2 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan perusahaan pada umumnya jika ditinjau dari sudut pandang ekonomi
adalah untuk memperoleh keuntungan, menjaga kelangsungan hidup dan
kesinambungan operasi perusahaan sehingga mampu berkembang menjadi
perusahaan yang besar dan tangguh. Kesuksesan perusahaan dalam bisnis hanya
bisa dicapai melalui pengelolaan yang baik, khususnya pengelolaan manajemen
keuangan sehingga modal yang dimiliki bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Beberapa perusahaan banyak yang menerapkan penjualan secara kredit.
Diharapkan dengan adanya penjualan secara kredit dapat memberikan kemudahan
bagi konsumen dengan tidak harus membayar barang atau jasa yang ditawarkan
pada saat itu juga, namun dapat melalui jangka waktu yang ditentukan oleh
perusahaan. Penjualan kredit di dalam perusahaan akan menimbulkan piutang
usaha ketika produk atau jasa telah dihasilkan dan diberikan kepada konsumen dan
barulah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk yang berasal
dari pengumpulan piutang tersebut. Piutang usaha merupakan salah satu unsur
terpenting dalam aktiva lancar karena biasanya hanya membutuhkan satu tahapan
lagi untuk dikonversi menjadi kas. Piutang usaha sebuah perusahaan merupakan
bagian terbesar dari aktiva lancar serta menjadi salah satu bagian yang cukup besar
dari total aktiva perusahaan.
Terlepas dari itu semua perusahaan membutuhkan adanya prosedur kerja
melibatkan beberapa orang atau lebih dalam perusahaan yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam, sehingga kelangsungan hidup dalam
lingkungan perusahaan dapat dipertahankan. Prosedur penagihan piutang usaha
juga dirancang oleh perusahaan untuk memberikan gambaran/ tahapan-tahapan
yang jelas mengenai piutang usaha yang pada dasarnya meliputi tahapan mulai dari
mencatat, mengkalkulasi, membuat dokumen dan informasi piutang usaha untuk
keperluan manajemen dan bagian lain yang berkepentingan. Pentingnya prosedur/
tahapan-tahapan kerja dalam sebuah perusahaan adalah untuk menghindari
terjadinya kesalahan, penyimpangan sehingga tindakan manipulasi yang dapat
menimbulkan kerugian pada perusahaan dapat dihindari. Perusahaan harus
memiliki prosedur penagihan piutang yang baik, efisien dan efektif untuk
menghindari adanya piutang tak tertagih. Prosedur yang baik dapat menghasilkan
informasi yang reliable dan tepat waktu, sehingga bermanfaat bagi perusahaan
dalam mengambil keputusan.
PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali
merupakan sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
memberikan pelayanan lalu lintas udara dan bisnis bandar udara di Indonesia yang
menitikberatkan pelayanan pada kawasan Indonesia Bagian Tengah dan Indonesia
Bagian Timur. Jasa yang dimiliki oleh PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara
Internasional Ngurah Rai Bali terbagi atas 2 bagian besar yaitu jasa aeronautika
dan jasa non aeronautika. Jasa aeronautika adalah jasa layanan yang diberikan
kepada perusahaan penerbangan dan penumpang yang terdiri dari aircraft parking,
jasa penempatan dan penyimpanan pesawat dalam Bandar udara dan Passenger
4
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan
judul “Prosedur Penagihan Piutang Usaha atas Jasa Aeronautika PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali”, dengan
rumusan masalah bagaimana penerapan prosedur penagihan piutang usaha atas jasa
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan penerapan prosedur
penagihan piutang usaha atas jasa aeronautika pada PT. Angkasa Pura I
(Persero) Bandar Udara Ngurah Rai Bali.
1.3 Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1) Manfaat Teoritis
Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan serta sebagai
bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya.
2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna
bagi perusahaan dalam mengembangkan prosedur penagihan piutang
atas jasa aeronautika yang diterapkan perusahaan.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang disusun secara
berurutan dan sistematis sehingga bab yang satu dengan bab yang lainnya
mempunyai hubungan yang sistematis. Adapun sistematika penyajian dalam
6 Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka
Bab ini menguraikan tentang landasan teori yang digunakan dalam
penelitian dan pembahasan hasil penelitian sebelumnya.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang lokasi penelitian, objek penelitian, jenis
dan sumber data, responden penelitian (jika ada), metode pengumpulan
data serta teknik analisis data.
Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan tentang sejarah berdirinya perusahaan, struktur
organisasi perusahaan, uraian jabatan serta pembahasan hasil
penelitian.
Bab V Simpulan dan Saran
Bab ini menguraikan tentang simpulan dari analisis yang dibahas pada
bab sebelumnya serta saran yang diperlukan berdasarkan simpulan
8 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1) Pengawasan penagihan piutang usaha atas jasa aeronautika sudah dijalankan
dengan baik. Perusahaan menetapkan periode kredit 14 hari. Apabila melewati
batas waktu yang telah ditentukan debitur belum juga melakukan pembayaran,
maka debitur akan diberikan Surat Panggilan.
2) Pembuatan bukti penerimaan kas/ bank, slip penerimaan harus mendapat
verifikasi dan otorisasi oleh pihak yang berwenang di dalam section yang
terkait terlebih dahulu. Hal ini menghindari penyelahgunaan bukti penerimaan
kas/ bank sebagai alat untuk mengeluarkan uang ataupun penyelewengan uang
yang masuk.
3) Dalam prosedur penagihan piutang usaha ata jasa aeronautika dokumen yang
digunakan telah bernomor urut tercetak, sehingga memudahkan pertanggung
5.2 Saran
1) Bagian yang bertanggung jawab terhadap penagihan piutang lebih
memperketat pengawasan dalam proses penagihan kepada customer dengan
cara melakukan monitoring dan konfirmasi terhadap rencana pembayaran
piutang, agar piutang tidak tertagih dapat dihindari
2) Bagian yang menerima setoran dari bank harus lebih aktif melakukan
konfirmasi kepada debitur yang melakukan pembayaran melalui transfer bank.
3) Semua bagian yang terlibat dalam pelaksanaan prosedur penagihan piutang
usaha atas jasa aeronautika di PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara
Internasional Ngurah Rai Bali, agar selalu berbedoman pada peraturan yang
ada, sehingga dapat mengurangi dang mencegah timbulnya penyimpangan dan
10
DAFTAR RUJUKAN
Bambang Riyanto. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi ke-4. Cetakan ke-10. Yogyakarta : BPFE
Baridwan, Zaki. 2009. Sistem Akuntansi. Edisi ke-5. Yogyakarta: BPFE
Mulyadi.2013. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.
Indriyo Gitosudarmo dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi ke- 3. Yogyakarta: BPFE
Kieso, Warfield, Weygan. 2008. Akuntansi Intermediate. Edisi ke-12. Erlangga
Keputusan Direksi PT. Angkasa Pura I (Persero) Tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Kantor Cabang PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali No. KEP.100/0M.01.01/2013
S.R Soemarso. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi ke-5. Jakarta: Salemba Empat
Sugiyono, 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
12
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur
Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu acuan untuk
mengatur dan mengontrol semua aktivitas yang terjadi pada perusahaan tersebut. Oleh
karena itu, setiap perusahaan baik swasta maupun pemerintah hendaknya memiliki
prosedur dasar pelaksanaan kerja untuk menunjang kelancaran operasional perusahaan.
Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan
secara seragam. Pada akhirnya prosedur akan menjadi pedoman bagi suatu organisasi
dalam menentukan aktivitas apa saja yang harus dilakukan untuk menjalankan suatu
fungsi tertentu. Dengan adanya prosedur yang memadai maka pengendalian dan tujuan
yang akan dicapai dalam suatu organisasi dapat berjalan dengan baik.
Menurut Baridwan (2009:30) menyatakan bahwa prosedur merupakan suatu
urutan-urutan pekerjaan, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau
lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap
transaksi-transaksi perusahaan yang sedang terjadi. Sedangkan menurut Mulyadi (2013:5)
prosedur adalah suatu kegiatan urutan klerikal yang biasanya melibatkan beberapa
orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan
secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang. Kegiatan klerikal yang
buku besar dan jurnal yang meliputi menulis, mengadakan, menghitung, memberi
kode, mendaftar, memilih, memindahkan dan membandingkan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah
bagian dari suatu sistem yang merupakan rangkaian dari beberapa tahapan suatu
tindakan secara sistematis dan jelas dimana melibatkan setiap bagiannya untuk
menjamin agar suatu kegiatan usaha atau transaksi yang dilakukan berulang-ulang
telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
2.1.2 Karakteristik Prosedur
Berikut ini adalah beberapa karakteristik prosedur menurut Mulyadi (2013:8)
diantaranya adalah :
1) Prosedur menunjang tercapainya tujuan organisasi.
2) Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan yang baik dan
menggunakan biaya seminimal mungkin.
3) Prosedur menunjukkan urutan-urutan yang logis dan sederhana.
4) Prosedur menunjukkan adanya penetapan keputusan dan tanggung jawab.
2.1.3 Manfaat Prosedur
Suatu prosedur dapat memberikan beberapa manfaat menurut Mulyadi
(2013:15) diantaranya :
1) Lebih memudahkan dalam langkah-langkah kegiatan yang akan datang.
2) Mengubah pekerjaan berulang-ulang menjadi rutin dan terbatas, sehingga
menyederhanakan pelaksanaan dan untuk selanjutnya mengerjakan yang
seperlunya saja.
3) Adanya suatu petunjuk atau program kerja yang jelas dan harus dipatuhi
oleh seluruh pelaksana.
4) Membantu dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja yang efektif dan
efisien.
5) Mencegah terjadinya penyimpangan dan memudahkan dalam pengawasan,
bila terjadi penyimpangan akan dapat segera diadakan perbaikan-perbaikan
sepanjang dalam tugas dan fungsinya masing-masing.
2.1.4 Pengertian Penagihan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penagihan merupakan proses, cara,
perbuatan menagih, permintaan agar membayar hutang. Dalam akuntansi penagihan
biasanya digunakan untuk menunjukkan klaim yang akan dilunasi dengan uang.
Penagihan adalah suatu kegiatan melakukan tagihan kepada seseorang atau kelompok,
agar orang tersebut ingat akan utangnya yang harus dibayar. Adapun maksud daripada
tertagih bahwa ia mempunyai kewajiban untuk membayar utangnya kepada pihak
penagih.
2.1.5 Piutang
1) Pengertian Piutang
Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam
aktivitas ekonomi suatu perusahaan, karena merupakan aktiva lancar
perusahaan yang paling besar setelah kas. Piutang timbul akibat adanya
penjualan jasa dan barang secara kredit, bisa juga melalui pemberian pinjaman.
Adanya piutang menunjukkan terjadinya penjualan secara kredit yang
dilakukan perusahaan sebagai salah satu upaya perusahaan dalam
meningkatkan penjualan.
Menurut tujuan akuntansi, istilah piutang pada umumnya diterapkan
dalam pengertian yang sempit yaitu berupa klaim yang diharapkan akan
diselesaikan melalui penerimaan kas. Semua piutang yang diharapkan akan
tertagih menjadi kas dalam jangka waktu yang tidak lebih dalam 1 tahun.
Menurut Soemarso (2009:338) piutang adalah piutang yang berasal dari
penjualan barang atau jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan,
perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain.
Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam
bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak siapa yang
meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap perorangan, organisasi,
badan atau debitur lainnya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan piutang adalah
tuntutan atau klaim antara pihak yang akan memperoleh pembayaran dengan
pihak yang akan membayar kewajibannnya. Pengelolaan piutang secara efisien
sangat diperlukan karena akan berpengaruh langsung terhadap keuangan
perusahaan akan membuat piutang menjadi bagian yang harus ditangani secara
seksama.
2) Klasifikasi Piutang
Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan
transaksi. Berikut adalah klasifikasi piutang menurut Warren, Reeve, Fess
(2005:404), yang diterjemahkan oleh Aria Farahmita:
(1) Piutang Usaha (Account Receivable)
Piutang usaha yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang atau
jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan.
(2) Piutang Wesel/ Wesel Tagih (Note Receivable)
Piutang wesel/ wesel tagih yaitu jumlah terhutang bagi pelanggan
jika perusahaan telah menerbitkan surat hutang formal. Wesel
biasanya digunakan untuk jangka waktu yang pembayarannya lebih
waktu satu tahun, maka dalam neraca wesel diklasifikasikan sebagai
aktiva lancar.
(3) Piutang Lain-lain
Piutang lain-lain yaitu meliputi piutang bunga, piutang pegawai, dan
piutang dari perusahaan. Jika piutang lain-lain diperkirakan dapat
ditagih dalam jangka waktu satu tahun maka piutang ini
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
Dari klasifikasi piutang diatas dapat disimpulkan piutang mempunyai
beberapa jenis, diantaranya piutang usaha, piutang ini berasal dari penjualan
barang maupun jasa di suatu perusahaan dan piutang lancar. Piutang lancar
berarti sama seperti piutang jangka pendek yang waktu pembayarannya dalam
kurun waktu 1 tahun.
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Piutang
Menurut Bambang Riyanto (2010:85) faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah piutang adalah sebagai berikut:
(1) Volume Penjualan Kredit
Makin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan
akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil
jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan
memperkecil jumlah piutang.
Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin
besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin pendek batas
waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah
piutang.
(3) Ketentuan dalam Pembatasan Kredit
Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam
jumlah yang relative besar maka besarnya piutang juga semakin
besar.
(4) Kebijakan dalam Pengumpulan Piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan
piutang dalam 2 cara yaitu pasif dan aktif. Perusahaan yang
menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan
piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan lain yang menggunakan
kebijaksanaanya secara pasif.
(5) Kebiasaan Membayar dalam Pelanggan
Semua piutang yang diperkirakan akan terealisasikan menjadi kas
dalam setahun di neraca disajikan dalam pada bagian aktiva lancar.
Menurut Kieso, dkk (2008:350) semua piutang dinilai dalam jumlah
yang mewakili nilai sekarang dari perkiraan penerimaan kas di masa datang.
Oleh karena piutang usaha berjangka pendek, biasanya ditagih dalam jangka
waktu 30 hingga 90 hari, bagi piutang jangka pendek yang dikenakan bunga,
bunganya akan relative lebih kecil dari jumlah piutangnya. Sebagai ganti dari
penilaian piutang usaha pada nilai sekarang didiskontokan, piutang usaha
dilaporkan sebagai nilai realisasi bersih (net realizable value), yaitu nilai kas
yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa piutang usaha haru dicatat sebagai
jumlah bersih dari estimasi piutang tak tertagih dan potongan dagang.
Tujuannya adalah untuk melaporkan piutang sejumlah klaim dari pelanggan
yang benar-benar diperkirakan dapat diterima secara tunai.
2.1.6 Cadangan Kerugian Piutang
Cadangan kerugian piutang adalah cadangan kas yang digunakan untuk
menutup piutang yang tidak dapat tertagih. Menurut Kieso (2008:350) piutang tak
tertagih adalah kerugian pendapatan yang memerlukan, melalui ayat jurnal pencatatan
yang tepat pada akun, penurunan aktiva piutang usaha serta penurunan yang berkaitan
dengan laba. Tidak ada satupun ketentuan umum yang merupakan pedoman untuk
menentukan kapan suatu piutang tak tertagih. Karena pada kenyataannya seorang
customer gagal untuk membayar piutang sesuai kontrak atau perjanjian tidak berarti
utang-utang tersebut tidak akan dapat tertagih. Bangkrutnya customer adalah salah satu
Petunjuk lainnya meliputi penutupan bisnis customer atau gagalnya upaya penagihan
setalah dilakukan beberapa kali usaha.
Piutang yang telah ditetapkan sebagai piutang tak tertagih bukan merupakan
aktiva lagi, oleh karena itu harus dikeluarkan dari pos piutang dalam neraca. Piutang
tak tertagih merupakan suatu kerugian, dan kerugian ini harus dicatat sebagai beban
(expense), yaitu beban piutang tak tertagih (bad debt expense) yang disajikan dalam
laporan laba rugi. Semua penghapusan ini harus dicatat dengan tepat dan teliti karena
berhubungan langsung dengan laporan keuangan yang digunakan manajemen dalam
pengambilan keputusan.
2.1.7 Prosedur Penagihan Piutang Usaha
Prosedur penagihan berfungsi membuat surat perjanjian jatuh tempo dan
mengirimkan kepada debitur. Pada bagian ini merupakan bagian langsung yang
berhubungan dengan debitur, maka akan ada banyak kendala yang timbul karena belum
tentu para debitur membayar tagihannya.
Adapun prosedur penagihan secara terperinci yang dikemukakan oleh Mulyadi
dalam bukunya “Sistem Akuntansi” (2013:493) adalah sebagai berikut:
1) Bagian piutang memberikan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih
kepada bagian penagihan.
2) Bagian penagihan mengirimkan penagih, yang merupakan karyawan
3) Bagian penagihan menerima cek atas nama dan surat pemberitahuan dari
debitur.
4) Bagian penagihan menyerahkan cek kepada bagian kasa.
a) Bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian
piutang untuk kepentingan posting ke dalam kartu piutang.
b) Bagian kasa mengirimkan kwitansi sebagai tanda penerimaan kas
kepada debitur.
5) Bagian kasa menyetorkan cek ke bank setelah cek atas cek tersebut
dilakukan oleh pejabat yang berwenang debitur.
6) Bank perusahaan melakukan clearing atas cek tersebut ke bank debitur.
Dalam pengawasan penagihan, manajemen harus mempunyai strategi khusus,
ketat tetapi tidak menimbulkan kecurigaan melainkan harus menciptakan suasana
kepercayaan sehingga para pegawai bagian penagihan dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik dan leluasa. Tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi
penyelewengan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja, karena
kemungkinan kecurangan disini mempunyai peluang besar jika pengendalian dan
pengawasan diterapkan bersifat longgar. Dalam hal ini jangan sampai terjadi kasus
pelanggan yang sudah membayar tetapi belum dilaporkan ke bagian akuntansi dan
masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan kesalahan terjadi.
Menurut Kasmir (2003:95) ada beberapa cara yang dilakukan untuk melakukan
1) Melalui Surat
Bilamana pembayaran hutang dari pelanggan sudah lewat beberapa hari
tetapi belum dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim surat
untuk mengingatkan atau menegur pelanggan yang belum membayar
hutangnya yang jatuh tempo. Apabila hutang tersebut belum juga dibayar
setelah beberapa hari surat dikirimkan maka dapat dikirimkan lagi surat
dengan teguran yang lebih keras.
2) Melalui Telepon
Apabila setelah pengiriman surat teguran ternyata tagihan tersebut belum
juga dibayar maka bagian kredit dapat menelpon pelanggan dan secara
pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil
pembicaraan tersebut ternyata pelanggan mempunyai alasan yang dapat
diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan
sampai jangka waktu tertentu.
3) Kunjungan Personal
Melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat pelanggan
sering kali digunakan karena dirasakan sangat penting dalam usaha-usaha
pengumpulan piutang.
4) Tindakan Yuridis
Bilamana ternyata pelanggan tidak mau membayar kewajibannya maka
perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan
1) Fungsi Sekretariat
Fungsi ini bertanggung jawab dalam penerimaan cek dan surat
pemberitahuan atau remmitance advice melalui pos dan para debitur
perusahaan. Fungsi ini juga bertugas membuat daftar surat pemberitahuan
yang diterima dari para debitur dan fungsi ini berada di tangan bagian
sekretariat.
2) Fungsi Penagihan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan penagihan kepada para
debitur perusahaan berdasarkan daftar piutang yang ditagih yang dibuat
oleh fungsi akuntansi dan fungsi ini berada di tangan bagian penagihan.
3) Fungsi Kas
Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan cek dari fungsi sekretariat
atau fungsi penagihan dan menyetorkan kas yang diterima dari berbagai
fungsi tersebut segera ke bank dalam jumlah penuh dan fungsi ini berada di
tangan bagian kas.
4) Fungsi Akuntansi
Fungsi bertanggung jawab dalam pencatatan penerimaan kas dari piutang
ke dalam jurnal penerimaan kas dan berkurangnya piutang ke dalam kartu
piutang, dan fungsi ini berada di tangan bagian akuntansi.
5) Fungsi Pemeriksa Intern
Fungsi ini bertanggung jawab dalam melaksanakan perhitungan yang ada
untuk mengecek ketelitian catatan kas yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi, dan fungsi ini berada di tangan bagian pemeriksa intern.
2.1.9 Dokumen yang Digunakan dalam Prosedur Penagihan Piutang
Menurut Mulyadi (2013:488) terdapat dokumen yang digunakan dalam
prosedur penagihan piutang, yakni :
1) Surat pemberitahuan yang menerima kas dari piutang. Surat pemberitahuan
ini digunakan sebagai dokumen sumber pemberitahuan yang biasanya
berupa tembusan bukti kas keluar.
2) Daftar surat pemberitahuan dikirimkan ke fungsi kas untuk kepentingan
pembuatan bukti setor bank dan dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai
dokumen pendukung bukti setor dalam pencatatan penerimaan kas ke dalam
jurnal penerimaan kas.
3) Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi kas sebagai fungsi akuntansi dan
dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen sumber untuk pencatatan
transaksi penerimaan kas dan piutang ke dalam jurnal penerimaan kas.
4) Kwitansi sebagai dokumen bukti penerimaan kas yang dibuat oleh
perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan pembayaran utang.
2.1.10 Unsur Sistem Pengendalian Intern (Pengendalian Akuntansi)
Menurut Mulyadi (2013:163) untuk menciptakan sistem pengendalian intern
yang baik dalam perusahaan maka diperlukan adanya unsur-unsur yang harus
1) Struktur organisasi
- Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi
akuntansi. Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk
melaksanakan suatu kegiatan misalnya penjualan. Setiap kegiatan
dalam perusahaan memerlukan otorisasi dari manajer fungsi yang
memiliki kewenangan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Fungsi
penyimpanan adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk
menyimpan aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang
memiliki wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan.
- Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh semua tahap
suatu transaksi.
2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
Dalam organisasi setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari
pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi
tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang
mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap
transaksi dalam organisasi. Oleh karena itu penggunaan formulir harus
diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi.
3) Praktek yang Sehat
- Penggunaan formulir bernomor urut bercetak yang pemakaiannya harus
dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. Karena formulir
- Pemeriksaan mendadak (surprised audit). Pemeriksaan mendadak
dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak yang
akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur.
- Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh
satu orang atau satu unit organisasi, tanpa campur tangan dari orang atau
unit organisasi lain.
- Perputaran jabatan (job rotation). Perputaran jabatan yang diadakan
secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan diantara mereka
dapat dihindari.
- Keharusan mengambil cuti bagi karyawan yang berhak. Karyawan
perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya.
- Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatan.
Untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan
keandalan catatan akuntansinya.
- Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas
unsur-unsur sistem pengendalian yang lain.
4) Karyawan yang Mutunya Sesuai dengan Tanggung Jawabnya
- Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh
pekerjaannya. Untuk memperoleh karyawan yang mempunyai
kecakapan sesuai dengan tuntutan tanggung jawab yang akan
dalam perusahaan dan menentukan syarat-syarat yang dipenuhi oleh
calon karyawan yang menduduki jabatan tersebut.
- Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan
perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.
2.1.11 Jasa Aeronautika
Jasa aeronautika adalah jasa layanan yang diberikan kepada perusahaan
penerbangan dan penumpang yang terdiri dari aircraft parking, jasa penempatan dan
penyimpanan pesawat dalam Bandar udara dan Passenger Processing, jasa layanan
penumpang dalam Bandar udara. Atau dengan kata lain jasa aeronautika merupakan
bidang jasa yang aktifitasnya berhubungan langsung dengan kegiatan penerbangan.
Jasa aeronautika yang berada di PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara
Internasional Ngurah Rai Bali, meliputi :
1) Aircraft Parking
Aircraft Parking adalah jasa penempatan dan penyimpanan pesawat udara.
Pelayanan yang diberikan oleh PT. Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara
Internasional Ngurah Rai Bali adalah dengan menyediakan tempat parkir
pesawat (apron). Apron di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu :
a) Apron Utara¸ seluas 300.200 M2. Memiliki daya tamping 37 parking
stand yang diperuntukkan bagi penerbangan berjadwal (reguler flight).
Mampu melayani pesawat berbadan lebar (wide body) dengan type
b) Apron Selatan, seluas 74.125 M2 . Memiliki daya tamping 16 parking
stand. Diperuntukkan bagi penerbangan tidak berjadwal (unscheduled
flight) dan charter. Menampung pesawat berbadan kecil (narrow body).
2) Passenger Processing
Passenger Processing adalah jasa layanan penumpang. Pelayanan yang
diberikan oleh PT. Angkara Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional
Ngurah Rai Bali adalah dengan menyediakan gedung terminal penumpang
beserta fasilitas penunjang lainnya seperti fasilitas check in, transit,
boarding, dan trolley. Gedung terminal penumpang dapat dibagi menjadi 2,
yaitu :
a) Terminal Internasional, seluas 120.000 M2. Menampung 16 juta
penumpang per tahun dan dilengkapi dengan 11 garbarata;
b) Terminal Domestik, seluas 65.800 M2. Mampu menampung 9 juta
penumpang per tahun dan dilengkapi dengan 3 garbarata.
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Aurelius Wisnu (2013) meneliti tentang Prosedur Penagihan Piutang atas
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prosedur penagihan piutang atas
penjualan spare part di Astra Honda sudah sesuai dengan prosedur yang diterapkan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan terletak pada lokasi
penelitian dan jenis piutang yang ditagih. Sedangkan persamaannya terletak pada
teknik analisis data yang bersifat analisis deskriptif, metode analisis data yang
digunakan yaitu metode kualitatif , metode pengumpulan data dengan wawancara,
observasi dan dokumentasi serta kesamaan mengangkat judul mengenai prosedur