• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KUALITAS BAKTERIOLOGI JAMU GENDONG DI DESA PEMECUTAN KELOD DENPASAR BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KUALITAS BAKTERIOLOGI JAMU GENDONG DI DESA PEMECUTAN KELOD DENPASAR BARAT."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

STUDI KUALITAS BAKTERIOLOGI JAMU GENDONG DI

DESA PEMECUTAN KELOD DENPASAR BARAT

IIN INDAYANI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

STUDI KUALITAS BAKTERIOLOGI JAMU GENDONG DI

DESA PEMECUTAN KELOD DENPASAR BARAT

IIN INDAYANI

NIM.1420015021

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

STUDI KUALITAS BAKTERIOLOGI JAMU GENDONG DI

DESA PEMECUTAN KELOD DENPASAR BARAT

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

IIN INDAYANI

NIM.1420015021

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 20 Juni 2016

Tim Penguji Skripsi

Ketua ( Penguji I )

( Sang Gede Purnama, S.KM.,M.Sc) NIP. 19840911 200801 1 004

Sekretaris ( Penguji II )

(5)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 20 Juni 2016

Pembimbing,

(6)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat-Nyalah proposal yang berjudul “Studi Kualitas Bakteriologi Jamu Gendong di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Proposal ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam karya ilmiah Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Universitas Udayana.

Penyusunan proposal initidak terlepas dari berkat bantuan, dorongan dan petunjuk dari berbagai pihak hingga akhirnya proposal ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak dr. I Made Ady Wirawan, MPH, Ph. D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana

2. Bapak I Gede Herry Purnama, ST., MT., MIDEA. selaku Kepala Bagian Peminatan Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat dan selaku pembimbing utama yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan Proposal penelitian ini.

3. Kedua Orang tua penulis Bapak Mispan dan Almarhum ibu Pariem, Suami penulis bapak Andi Isnaini dan Anak tercinta Anin Qisya Jasmin serta teman seperjuangan angkatan 2014

Denpasar, Februari 2016

(7)

vi

STUDI KUALITAS BAKTERIOLOGI JAMU GENDONG DI DESA PEMECUTAN KELOD DENPASAR BARAT

ABSTRAK

Jamu dapat digunakan untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Sejak berabad-abad yang lalu jamu selalu mendapat tempat yang penting dalam kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Pengolahan jamu masih dilakukan secara tradisional dengan peralatan yang sederhana, cara pembuatanya sering kalikurang memperhatikan higiene dan sanitasi. Di Desa Pemecutan Kelod khususnya banjar tenten terdapat 15 produsen jamu.Berdasarkan hasil inspeksi sarana industri rumah tangga (IRT) dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pengawasan setiap hari dari petugas yang berwenang tetapi selama ini belum pernah ada pengawasan baik dari puskesmas ataupun pihak yang terkait tentang proses pembuatan jamu gendong.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain penelitian deskriptif cross-sectional Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Produsen Jamu gendong di Banjar Tenten Desa Pemecutan Kelod Denpasar Baratsebanyak 15 Orangdengan mengambil 2 jenis jamu yaitu Kunyit Asem dan Beras Kencur. Pengambilan sampeldengan menggunakan metode purposive sampling, dengan mengambil seluruh populasi sebagai sampel yaitu 15 sampel. Data diperoleh dengan melakukan Observasi dan Pemeriksaan Laboratorium Angka Lempeng Total, Coliform dan Esherichia Coli. Kemudian data diolah dan dianalisis secara Deskriptif yaitu dalam bentuk tabel dan narasi.

Hasil Penelitian diperoleh 15 (100%) responden menggunakan sumur sebagai sumber air pembuatan jamu, untuk kualitas bahan baku 14 (93.3%) reponden memiliki kategori baik, untuk cara pembuatan jamu 15 (100%) memiliki kategori baik, Alat penghalus bahan baku 13 (86.7%) memiliki kategori baik, Alat penuang jamukedalam botol 9 (60%) memiliki kategori baik, wadah penyimpanan jamu gendong 11(73.3%) responden memiliki kategori baik, untuk higine perorangan 12 (80%) responden memiliki kategori baik, sedangkan untuk Sanitasi Lingkungan 8 (53.3%) responden memiliki kategori buruk, kemudian dari hasil pemeriksaan laboratorium dari 15 sampel untuk jamu kunyit asem sebagian besar 13(86.7%) mengandung bakteri Coliform, 6 (40%) jamu positif Bakteri Escherichia Coli dan 7 (46.7%) memiliki nilai Angka Lempeng Total melebihi batas maksimum yang diperbolehkan, Sedangkan untuk jamu beras kencur 14 (93.3%) mengandung bakteri coliform, 6 (40%) positif Esherichia coli dan 10 (66.7%) memiliki nilai Angka Lempeng Total melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.

Simpulan dari penelitian ini cara pembuatan jamu masih dilakukan dengan cara tradisional dengan peralatan yang sederhana sehingga kemungkinan untuk tercemar bakteri sangat tinggi, hal ini dibuktikan dengan adanya bakteri coliform, Esherichia Coli dan Angka Lempeng Total yang ditemukan pada produk jamu .

(8)

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM MEDICAL SCHOOL

UNIVERSITY UDAYANA ENVIRONMENTAL HEALTH Essay, on June 2016

BAKTERIOLOGICAL QUALITY STUDY OF HERBAL GENDONG IN PEMECUTAN KELOD DENPASAR BARAT

ABSTRACT

Herbs can be use for the treatment and health maintenance. Since centuriea ago herbal medicine is alwayas an important place in the live of most people of Indonesia. Herbal medicine processing is still done traditionally with simple apparatus, the process of making herbal medicine is often less attention to hygiene and sanitation. In the village Pemecutan Kelod especially banjar tenten there are 15 manufacturers of herbal medicine. Base on the result of inspections of industral facilities household (IRT) it can be concluded that the needfor daily supervision of the competent official, but so far there has never been a good supervision of health centers or the relevant parties about the process of making carrying medicinal.

This study uses a qualitative research design descriptive cross-sectional population in this study are all Manufacturer Jamu carry in Banjar Tenten Pemecutan Kelod West Denpasar many as 15 people by taking two types of herbs are Kunyit Asem and Beras Kencur. Sampling by using purposive sampling method, by taking the entire population as a sample of 15 samples. Data obtained by observation and examination Laboratory Total Plate Count, Coliform and Esherichia Coli. Then the data is processed and analyzed by descriptive, namely in the form of tables and narrative

Results obtained 15 (100%) of respondents use wells as a water source making herbal medicine, for the quality of the raw material 14 (93.3%) respondents have either category, for a way of making herbal medicine 15 (100%) had a good category, Tool smoothing raw material 13 ( 86.7%) had a good category, Tool pouring herbs into bottles 9 (60%) have either category, the storage container carrying medicinal 11 (73.3%) of respondents have either category, for higine individual 12 (80%) of respondents have either category, while for Environmental sanitation 8 (53.3%) of respondents had a bad categories, then the results of laboratory tests of 15 samples of Kunyit Asem majority of 13 (86.7%) contained coliform bacteria, 6 (40%) of herbs positive bacteria Escherichia Coli and 7 (46.7% ) has a value of Total Plate Count exceeds the maximum allowed, while for herbal Beras kencur 14 (93.3%) contain coliform bacteria, 6 (40%) positive Esherichia coli and 10 (66.7%) had a value of Total Plate Count exceeds the maximum allowed .

Conclusions from this research ways of making herbal medicine is still done in the traditional way with a simple apparatus so that the possibility of bacterial contamination is very high, this is evidenced by the presence of coliform bacteria, Esherichia Coli and Total Plate Count found in jamu Gendong products.

(9)

DAFTAR ISI

2.1.1 Tanaman Obat untuk pembuatan jamu gendong... 6

2.1.2 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah jamu ... 10

2.2Cara membuat jamu gendong... 13

2.2.1 Kunir asem... 13

2.2.2 Beras Kencur... 14

(10)

2.2.4 Pahitan... 16

2.3Mikroba dalam Jamu Gendong ... 16

2.3.1 Mikroba Jamu Gendong... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1 Kerangka Konsep ... 21

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN... 24

4.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data... 25

4.4.1 Jenis Data Yang dikumpulkan... 25

5.1.2 Preoses Pembuatan Jamu Gendong... 27

5.1.3 Proses Pembuatan Jamu beras Kencur ... 28

5.1.4 Sumber Air Pembuatan Jamu... 28

5.1.5 Pemilihan baku dan Cara Pembuata jamu... 29

5.1.6 Alat Penghalus Bahan Baku... 32

5.1.7 Alat Penuang Jamu kedalam botol... 33

(11)

5.1.9 Higiene Personal Jmau Gendong... 36

5.1.10 Sanitasi Lingkungan Jamu Gendong... 38

5.1.11 Hasil Pemeriksaan Coliform dan Escherichia coli... ... 40

5.1.12 Hasil Pemeriksaan umlah Angka Lempeng Total... 41

BAB 6 PEMBAHASAN... 42

6.1 Proses pembuatan jamu kunyit asem dan beras kencur... 42

6.2 Sumber air Pembuatan jamu gendong... 43

6.3 Bahan Baku rimpang dan proses pembuatan jamu... 44

6.4 Alat penghalus bahan baku... 46

6.5 Alat Penuang jamu ke dalam botol... 46

6.6 Wadah Penyimpanan Jamu... 47

6.7 Higiene Personal Pembuat Jamu... 48

6.8 Sanitasi Lingkungan pembuat jamu... 50

6.9 Analisa Kualitas Bakteriologi... 51

BAB 7 PENUTUP... 54

7.1 Simpulan ... 54

7.2 Saran... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1 Distribusi Sumber Air Pembuatan jamu gendong

di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat ……… 28

Tabel 5.2 Distribusi Kategori kualitas bahan baku jamu gendong

di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat ……… 29 Tabel 5.3 Distribusi Kualitas Bahan rimpang jamu Gendong

di Desa Pemecutan Kelod Denpasar barat... 30 Tabel 5.4 Distribusi Kategori Proses pembuatan jamu gendong di

Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat ……….... 31 Tabel 5.5 Distribusi Proses Pembuatan jamu Gendong di Desa

Pemecutan Kelod Denpasar barat... 3 Tabel 5.6 Distribusi Kategori Alat Penghalus Bahan Jamu Gendong

di Desa Pemecutan Kelod Denpasar barat... 32 Tabel 5.7 Distribusi Alat Penghalus Bahan Jamu Gendong di Desa

Pemecutan Kelod Denpasar barat... 33 Tabel 5.8 Distribusi Kategori Alat Penuang Jamu Gendong di Desa

Pemecutan Kelod Denpasar barat... 34 Tabel 5.9 Distribusi Alat Penuang Jamu Gendong di Desa

Pemecutan Kelod Denpasar barat... 34 Tabel 5.10 Distribusi Kategori Wadah Penyimpanan Jamu Gendong di

Desa Pemecutan Kelod Denpasar barat... 35 Tabel 5.11 Distribusi Wadah Penyimpanan Jamu Gendong di

Desa Pemecutan Kelod Denpasar barat... 36 Tabel 5.12 Distribusi Kategori Higiene Pembuat Jamu Gendong di

(14)

xiii

Tabel 5.13 Distribusi Higeine pembuat Jamu Gendong di

Desa Pemecutan Kelod Denpasar barat... 37 Tabel 5.14 Distribusi Kategori Sanitasi Lingkungan Jamu Gendong di

Desa Pemecutan Kelod Denpasar barat... 39 Tabel 5.15 Distribusi Sanitasi Lingkungan Jamu Gendong di

(15)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

ALT = Angka Lempeng Total

BGLB = Brillian Green Lactose Broth

BPOM = Badan Pengawas Obat dan Makanan Kemenkes = Kementerian Kesehatan

LBDS = Lactose Broth Double Strenght LBSS = Lactose Broth Single Strenght MPN = Most Probable Number

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Jadwal Penelitian Lampiran 2.Tabel MPN

Lampiran 3. Lembar Observasi

(17)
(18)

1.1. Latar Belakang

Jamu dapat digunakan untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Meskipun rasanya pahit, namun sejak berabad-abad yang lalu jamu selalu mendapat tempat yang penting dalam kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.Berbagai literatur yang menyatakan bahwa tumbuhan obat di sekitar lingkungan hidup manusia telah berhasil mencegah kemusnahan mereka akibat wabah penyakit (Aditama, 2015).

Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang KesehatanPemanfaatan jamu secara luas oleh masyarakat sebagai upaya Pencegahan (Preventif), Pemulihan (Rehabilitatif) dan Peningkatan (Promotif) kesehatan. Animo masyarakat dari tahun ke tahun terus meningkat dalam mengkonsumsi jamu tradisional, selain harganya yang relatif murah dan terjangkau banyak masyarakat beralih menggunakan obat tradisional dikarenakan takut efek samping obat-obatan sintesis dalam jangka waktu yang lama.

(19)

77,8% rumah tangga memanfaatkan jenis pelayanan kesehatan tradisional keterampilan tanpa alat, dan 49,0% rumah tangga memanfaatkan ramuan. Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 memberi gambaran dari populasi di 33 provinsi dengan 70.000 rumah tangga dan 315. 000 individu, secara nasional 59,29% penduduk Indonesia pernah meminum jamu. Angka ini menunjukkan peningkatan penggunaan jamu atau obat tradisional secara bermakna. Ternyata 93.76% masyarakat yang pernah meminum jamu menyatakan meminum jamu memberikan manfaat bagi tubuh (Aditama, 2015).

Perilaku penjual yang sekaligus pembuat jamu gendong dalam mengolah jamu gendong masih kurang memperhatikan faktor higiene, sebagai indikatornya adalah masih adanya cemaran mikroba pada jamu gendong. Menurut penelitian Sholichah (2012) tentang kualitas mikrobiologi jamu gendong jenis kunir asem yang diproduksi di Kelurahan Merbung, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten menyatakan bahwa dari 16 jamu gendong yang diperiksa 81,2% tidak memenuhi syarat untuk jumlah Total bakteri (≥ 105 kol/ml), 62,5% tidak memenuhi syarat untuk Total Coliform (≥ 3/ml) dan sebesar 50% mengandung bakteri patogen Escherichia

coli. Hasil penelitian Nurrahman, Mifbakhuddin dan Purnamasari (2010) tentang

pemeriksaan Total mikroba dan total Coliform jamu gendong dari 12 sampel jamu gendong yang diperiksa 10 (83,3%) tidak memenuhi syarat batas maksimum cemaran mikroba.

(20)

yang digunakan, serta personalia yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional. (Kemenkes RI,2003)

Proses pembuatan jamu gendong yang dimulai dari pemilihan bahan baku, pencucian, proses pengolahan dan penyajian masih sangat sederhana, tidak menutup kemungkinan apabila jamu gendong tersebut tercemar oleh mikroorganisme. Pencemaran mikroba pada produk obat tradisional dan produk makanan pada umumnya bersumber dari bahan baku, pekerja dan lingkungan pengolahan termasuk peralatan produksi (Zulaikhah, 2005 )

(21)

Desa Pemecutan Kelod memiliki 16 banjar adat diantaranya adalah Banjar Tenten yang terdapat pembuat jamu sekaligus pedagang jamu yang paling banyak. Di banjar tenten terdapat 15 produsen jamu. Produsen jamu di Banjar Tenten merupakan Industri Rumahan dimana produsen jamu mendistribusikan hasil produksinya untuk dijajakan sendiri. Ditinjau dari kondisinya tempat produksi jamu kurang terjaga higiene sanitasinya karena tempat produksi padat penduduk dengan bangunan semi permanen yang kumuh. Hal ini berdasarkan hasil inspeksi sarana industri rumah tangga (IRT) produsen jamu di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat termasuk dalam kategori level 4 dengan jumlah penyimpangan minor NA (tidak relevan), Mayor NA ( tidak relevan ), Serius ≥ 5, Kritis ≥ 1, sehingga produksi jamu di Desa PemecutanKelod Denpasar Barat harus melakukan audit internal dengan pengawasan setiap hari dari petugas yang berwenang tetapi selama ini belum pernah ada pengawasan baik dari puskesmas ataupun pihak yang terkait tentang jamu gendong.

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai terdapatnya cemaran mikroba pada jamu gendong. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis mengambil judul” Studi Kualitas Bakteriologis Jamu Gendong Di Desa

(22)

Berdasarkan permasalahan yang terlah diuraikan pada latar belakang dapat dirumuskan masalah mengenai: “Bagaimana kualitas bakteriologis jamu gendong yang diproduksi di Banjar Tenten Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui kualitas bakteriologis jamu gendong di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahuai proses pengolahan jamu gendong Di Banjar Tenten Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat.

2. Untuk Mengetahui Coliform dan Esherichia Coli jamu gendong yang ada di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat.

3. Untuk mengetahui Jumlah Angka Lempeng Total (ALT) yang terdapat pada jamu gendong di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1.Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya serta menambah pengetahuan tentang jamu gendong

1.4.2 Manfaat Praktis

(23)

Ruang Lingkup penelitian ini adalah pemeriksaan kualiatas bakteriologis jamu gendong antara lain pemeriksaan Angka Lempeng Total, Coliform, Escherichia Coli dan proses pembuatan jamu gendong yang ada di Desa Pemecutan Kelod

(24)
(25)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jamu

Jamu dapat digunakan untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Meskipun rasanya pahit, namun sejak berabad-abad yang lalu jamu selalu mendapat tempat yang penting dalam kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Berbagai literatur yang menyatakan bahwa tumbuhan obat di sekitar lingkungan hidup manusia telah berhasil mencegah kemusnahan mereka akibat wabah penyakit menular – seperti wabah di masa lalu. Sementara itu, jamu sendiri adalah kata dari Jawa, yang terbentuk dari kata Jampi Usodo dan mempunyai arti ramuan kesehatan disertai dengan doa. Istilah Jamu sudah dikenal nenek moyang kita sejak dahulu kala ( Permata, 2007 ).

Obat tradisional oleh Departemen Kesehatan diklasifikasikan sebagai Jamu, Fitofarmaka dan Taman Obat Keluarga (TOGA). Jamu adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang digunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman.

(26)

secara modern sesuai dengan standar obat kimia sehingga dapat diterima oleh kalangan medis (Jayanthi, 2012).

Toga adalah Taman Obat Keluarga, dulu disebut sebagai “Apotik Hidup”. Dalam pekarangan atau halaman rumah ditanam tanaman obat yang dipergunakan secara empirik oleh masyarakat untuk mengatasi penyakit atau keluhan-keluhan yang dideritanya. Beberapa tanaman obat telah dibuktikan efek farmakologiknya pada hewan percobaan dan beberapa tanaman telah dilakukan uji klinik tahap awal. (Permata,2007 ).

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 12 Tahun 2014 tentang persyaratan mutu obat tradisional memberi batasan jamu gendong adalah jamu yang diracik, dicampur, diolah, dan diedarkan sebagai obat tradisional dalam bentuk cairan, pilis, tapel atau parem, tanpa penandaan dan atau merk dagang serta dijajakan untuk langsung digunakan Jamu gendong tidak memerlukan ijin produksi, namun tetap harus memenuhi standar yang dibutuhkan yaitu jenis tanaman, kebersihan bahan baku, peralatan yang digunakan, pengemas serta personalia yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional.

(27)

jamu ada 4 Jenis jamu gendong antara lain : Jamu Kunyit Asem, Beras Kencur, Kunci Suruh, dan Pahitan.tetapi hanya 2 jenis jamu yang selalu mereka jual yaitu kunyit asem dan beras kencur untuk jenis yang lainya mereka hanya menjual jika ada konsumen yang memesan.

2.1.1. Tanaman Obat untuk pembuatan jamu gendong

Berbagai jenis tanaman berkhasiat banyak ditemukan di sekitar kita sebagai tanaman apotek hidup atau tanaman obat keluarga, seperti yang telah diuraikan dalam antara lain ( Aspan, 2008 ):

1. Kunyit (Curcuma domestica)

Rimpang kunyit mengandung zat kuning (curcumin), karbohidrat, protein, vitamin C, kalsium, fosfor, besi, dan lemak. Khasiatnya: menyembuhkan sakit perutradang, tekanan darah tinggi, encok, gatal-gatal, Zatanti bakteri.

2. Asam Jawa (Tamarindus indica Linn)

Buahnya mengandung asam tatrat, asam sitrat, asam malat, gula invert dan semua yang berkhasiat sebagai obat anti pyretikum dan daun mudanya berkhasiat sebagai obat exceem, rheumatik, memperlancar buang air besar dan memperlancar peredaran darah.

3. Temulawak(Curcuma xanthorrhiza Roxb)

(28)

Bagian tanaman yang berkhasiat adalah rimpangnya karena mengandung minyak atsiri, berkhasiat sebagai obat batuk, obat encok, sebagai campuran obat atau jamu, ramuan pelangsing, penyegar, obat sakit kepala dan penghangat badan.

5. Brotowali ( Tinospora perculata Beumee)

Merupakan tanaman dengan daun seperti jantung, daun hijau muda dan buah merah muda. Bagian tanaman yang digunakan adalah batangnya. Tanaman mengandung alkoloida, furanodeterpen (zat pahit). Dalam bentuk ramuan brotowali digunakan untuk merangsang kerja pernafasan dan menggiatkan pertukaran zat, sehingga dapat menurunkan panas. Kandungan berberin untuk membunuh bakteri di bagian tubuh yang luka. Kandungan bahan lain untuk menambah nafsu makan.

6. Jahe ( Zingeber officinale Rose)

Berkhasiat sebagai obat sakit kepala, batuk kering, masuk angin, urat syaraf, anti peradangan, dan sebagai campuran obat.

7. Lempuyang (Zingeber americanus BL)

Mengandung minyak atsiri yang berkhasiat untuk menambah nafsu makan.

8. Jeruk Nipis (Citrus aurantia L.)

Jeruk nipis, buah ini mengandung asam citrat 6-7%, airnya berkhasiat untuk mendinginkan, menghentikan diare, dan sebagai seduhan.

9. Sirih (Piper bettle L.)

(29)

atsiri sekitar 8% (yang terdiri dari sineol, terpineol, a-borneol), amilum 20-40%, mangan, gula, dan lemak. Banyak digunakan sebagai pencahar dahak (ekspektoran), penambah aroma, obat encok, mulas, dan demam.

11. Sambiloto (Andrographis paniculataNees)

Bagian yang sering digunakan adalah daun dan batang. Berkhasiat untuk penyakit darah tinggi, anti racun dan menurunkan kadar glukosa darah.

12. Adas ( Foenicum vulgare Mill )

Bagian yang digunakan adalah buah yang masak. Buah adas ini mengandung minyak atsiri 6%, anetol, dipenin, filandren, minyak lemak sekitar 12%. Berkhasiat untuk mengatasi Karminativa, obat mulas dan sebagai obat gosok bagi anak-anak yang demam.

2.1.2. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah jamu

Dalam mengolah jamu gendong adalah pekerjaan dari memilih bahan baku, membersihkan, menakar, melumatkan, menyaring dan mewadai setelah menjadi obat tradisional. Untuk mendapatkan jamu yang baik dan aman bagi kesehatan maka perlu diperhatikan masalah kebersihan, kesehatan, dan sanitasi saat proses pengolahan atau pembuatan jamu gendong (Putriana,Herdini&Sugoro, 2012 ).

1. Bahan Baku

(30)

L) dan lain-lain harus dipilih yang tidak rusak, tidak busuk, atau tidak bejamur.

Bahan pembuat jamu umumnya berasal dari bahan segar. Bahan tersebut antara lain rimpang, seperti kunyit, temulawak, dan kencur, berbagai daun seperti daun sirih, pepaya, daun asam. Bahan-bahan tersebut mudah dibeli di pasar-pasar tradisional. Bahan yang berbentuk kering dapat dibeli di toko bahan baku jamu.

Jenis bahan baku sangat penting dalam pembuatan jamu gendong. Peracik jamu gendong harus mampu mengidentifikasi jenis bahan baku agar tidak keliru dengan bahan yang mirip atau tercampur dengan bahan lain.

Penanganan bahan baku jamu gendong yang baik harus melalui beberapa tahapan, yaitu pemilihan bahan baku (sortasi), pencucian, dan penyimpanan jika diperlukan. Kegiatan sortasi dilakukan untuk membuang bahan lain yang tidak berguna seperti rumput, kotoran binatang, dan bahan-bahan yang telah membusuk yang dapat mempengaruhi jamu gendong. Bahan baku sebelum digunakan juga harus dicuci agar terbebas dari tanah dan kotoran dengan menggunakan air PDAM, air sumur, atau air sumber yang bersih.

2. Air

(31)

3. Peralatan

Untuk keperluan pembuatan jamu gendong wadah dan peralatan yang digunakan harus diperhatikan, yaitu: peralatan harus dibersihkan dahulu sebelum digunakan untuk mengolah jamu gendong, peralatan yang terbuat dari kayu (misalnya telenan, sendok/pengaduk, dan lain-lain) atau yang terbuat dari tanah liat atau batu (misalnya layah, ulek-ulek, pipisan, lumpang) harus dicuci dengan sabun. Botol yang digunakan untuk tempat jamu yang siap dipasarkan, sebelum diisi dengan jamu gendong harus disterilkan terlebih dahulu. Caranya, mula-mula botol direndam dan dicuci dengan sabun, baik bagian dalam maupun luarnya. Setelah dibilas sampai bersih dan tidak berbau, botol ditiriskan sampai kering, selanjutnya botol direbus dengan air mendidih selama kurang lebih 20 menit.

4. Pengolahan jamu

(32)

gendong yang terdiri dari beberapa aspek antara lain, pemeliharaan rambut, pemeliharaan kulit, pemeliharaan tangan dan kebiasaan mencuci tangan, pemeliharaan kuku dan pemeliharaan kulit muka.

2.2.

Manfaat Jamu Gendong

2.2.1 Kunir Asem

Jamu kunir asem bermanfaat untuk menghindarkan diri dari panas dalam atausariawan dan membuat perut menjadi dingin. Bahan utamanya adalah asam masak dan kunir. Sebagai pemanis digunakan gula merah dan gula pasir.

2.2.2. Beras Kencur

Jamu beras kencur dapat digunakan untuk menghilangkan pegal-pegal pada tubuh. Beras kencur juga dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan menjadi meningkat dan tubuh menjadi sehat. Bahan pokok yang digunakan adalah beras dan kencur. Bahan lain yang biasa ditambahkan dalam jamu beras kencur adalah biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulaga, buah asam, kunci, kayu manis, kunir, jeruk nipis, dan buah pala. Sebagai pemanis digunakan gula jawa dicampur gula pasir dan sedikit garam, masing – masing pedagang jamu mempunyai racikan yang berbeda –beda sesui dengan selera.

2.2.3 Kunci Suruh

(33)

menambahkan bahan lain seperti kulit buah delima, buah pinang, Sebagai pemanis digunakan gula pasir, gula merah, dan bubuhi garam sedikit.

2.2.4. Pahitan

Jamu pahitan dimanfaatkan untuk berbagai masalah kesehatan, misalnya untuk mengobati gatal-gatal, menambah nafsu makan, dan mengatasi kencing manis. Bahan baku jamu pahitan adalah sambiloto.

2.3.

Mikroba dalam jamu gendong

Pencemaran mikroba pada jamu gendong yang cara membuatnya masih sederhana itu bisa berasal dari bahan baku yang digunakan, proses pembuatan dan cara penyajiannya. Cemaran mikroba pada jamu dapat bakteri dan jamur. Mikroba pada obat tradisional (jamu) meliputi mikroorganisme indikator (Angka Lempeng Total (bakteri aerobik mesofilik), bakteri patogen (Salmonella, Staphylococcus

aureus Escherichia coli, dan Clostridium), dan golongan jamur penghasil toksin

(34)

2.3.1 Angka Lempeng Total ( ALT)

Berdasarkan peraturan BPOM RI No. 12 Tahun 2014 tentang persyaratan obat tradisional yang memberikan batasan dan persyaratan untuk obat tradisional bentuk cairan obat dalam adalah : Angka Lempeng Total tidak boleh lebih dari ≤106kol/ml.

Metode yaang digunakan untuk menghitung angka lempeng total adalah hitungan Cawan atau Angka lempeng Total. Prinsip metode ini adalah jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop.

Metode ini merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah kuman dengan alasan sebagai berikut :

1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung 2. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus

3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel dengan penampakan pertumbuhan spesifik.

Selain keuntungan-keuntungan tersebut, metode ini juga mempunyai kelemahan antara lain :

(35)

3. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni kompak dan jelas, tidak menyebar.

4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung.

Untuk melaporkan hasil, digunakan standar yang disebut “Standart Plate Count”, yang menjelaskan mengenai cara menghitung koloni. Cara menghitung

koloni tiap-tiap cawan petri sebagai berikut :

1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30 – 300.

2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat dihitung sebagai satu koloni.

3. Suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni.

2.3.2 Bakteri Coliform dan Escherichia Coli

(36)

(kokobasil), bersifat Gram negatif, tidak berspora, anaerob fakultatif, dan motil (Sunardi, 2014).

Berdasarkan sifat serologisnya Escherichia coli dapat dibedakan menurut antigennya yaitu :

1. Antigen O (Somatik) yang terletak pada badan bakteri, bersifat tahan panas atau termostabil.

2. Antigen H (flagel) yang bersifat tidak tahan panas atau termolabol dan akan rusak pada suhu 1000C.

3. Antigen K (kapsul) atau envelope antigen. Antigen O Escherichia coli terdapat pada koloni smooth (halus) dan dapat hilang karena mutasi. Mutan pada Escherichia coli yang kehilangan antigen O disebut bentuk rought (kasar). Antigen K dapat dibedakan atas antigen K (polisakarida) yang relatif lebih tahan panas dibandingkan dengan antigen K (protein).

Bakteri Escherichia coli merupakan flora normal yang terdapat dalam usus, dapat menjadi patogen ketika mencapai jaringan luar intestinal normal atau tempat flora normal yang kurang umum. Penyakit yang ditimbulkan antara lain infeksi saluran kencing, septis, meningitis, dan diare. Escherichia coli yang umumnya menyebabkan diare di seluruh dunia diklasifikasikan berdasarkan sifat karakteristik dan virulensinya (Sunardi, 2014) yaitu :

1. Enterophatogenic E.coli (EPEC)

(37)

Beberapa strain ETEC memproduksi eksotoksin yang sifatnya labil terhadap panas (LT) dan toksin yang stabil terhadap panas (ST). Akibat infeksi ETEC memberikan gejala sakit perut, muntah, kadang disertai demam dan pada faeces ditemukan darah.

3. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC)

Memproduksi verotoksin yang sifatnya hampir sama dengan toksin sehingga yang diproduksi oleh strain Shigella dysenteriae. Seroptipe E.coli yang memproduksi verotoksin yaitu EHEC 0157:H7. Verotoksin yang dihasilkan menghancurkan dinding mukosa dan menyebabkan pendarahan.

4. Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC)

Menyebabkan penyakit yang mirip dengan shigellosisd engan menyerang sel ephethelial mukosa usus.

5. EnteroagregativeEscherichia coli (EAEC)

(38)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penelitian mengenai potensi dekolorisasi pewarna Blue-R dan Orange maka dapat disimpulkan bahwa, isolat MB 1 dan MB 15 mampu mendekolorisasi dengan

Hitunglah arus dari sumber tegangan v = 311 sin 314 t yang dihubungkan dengan tahanan 100 ohm serta tentukan beda fase antara arus dan tegangan3. Sebuah kumparan mempunyai

Untuk mengoptimalkan program pengembangan infrastruktur pengelolaan limbah bahan bakar bekas PLTN di atas, tidak ada salahnya jika kita belajar beberapa hal dari negara

Kecuali jurnal yang ke-5 yang berjudul evaluasi keandalan sistem tenaga listrik pada jaringan distribusi primer tipe radial gardu induk belimbing yang isi dalam jurnalnya

Pengujian yang dilakukan pada panjang gelombang 1310 nm dan 1550 nm dengan kondisi hujan ringan, hujan sedang dan hujan lebat menunjukkan bahwa sistem FSO dengan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan responden pada khususnya mengenai hubungan tekanan eksternal, komitmen manajemen dan sistem

Penyajian informasi yang utuh dalam laporan keuangan akan menciptakan transparansi dan nantinya akan mewujudkan akuntabilitas (Nordi- awan, 2010). Semakin baik

Pada hasil penelitian dari 92 siswi bahwa tipe pola asuh orang tua yang paling banyak dipersepsikan oleh responden adalah demokratis 64,1% yang sebagian besar 71,2% memiliki