TATA CARA PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PPh PASAL 21 PEGAWAI TIDAK TETAP PADA PT. XYZ
(STUDI KASUS PADA SALAH SATU KLIEN CV. SUKARTHA KARYA SEJAHTERA)
Oleh:
KOMANG PANDE GERRY ASTRANA PUTRA NIM: 1306043025
Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing
serta diuji pada tanggal :
Tim Penguji : Tanda Tangan
1. Ketua : Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi. ……….
2. Sekretaris : Komang Ayu Krisnadewi, SE., Msi., Ak. ……….
Mengetahui,
Ketua Program Pembimbing
Drs. Komang Ardana, MM. Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi. NIP.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi (TAS) ini dengan baik.
Penulisan Tugas Akhir Studi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Udayana. Adapun judul Tugas Akhir Studi ini adalah “Tata Cara Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap Pada PT. XYZ”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir Studi (TAS) ini tidak sedikit
hambatan, kekurangan, dan memperoleh bantuan, bimbingan, dorongan secara moril
maupun materiil, dan semangat dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada :
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Ibu Prof Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Drs. Komang Ardana, MM. Selaku Ketua Program Diploma III Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universita Udayana.
4. Bapak Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi. selaku pembimbing Tugas Akhir
Studi yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada penulis pada saat penyusunan Tugas Akhir Studi (TAS).
5. Komang Ayu Krisnadewi, SE., Msi., Ak. Selaku Pembimbing Akademik yang
kepada penulis saat melaksanakan studi di Program Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universita Udayana.
6. Seluruh staf dosen yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti
kuliah pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana.
7. Seluruh Panitia Tugas Akhir Studi.
8. Bapak N.Fian Varian Jaya Sukartha, S.E., M.A., selaku pimpinan CV. Sukartha
Karya Sejahtera dan Rekan yang telah memberi penulis melaksanakan PKL
pada instansi yang bersangkutan.
9. Seluruh staf dan pegawai CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan sebagai
perusahaan tempat PKL penulis yang telah banyak membantu dan memberikan
banyak kesempatan bagi penulis untuk menyalurkan ilmu yang pernah penulis
pelajari di lapangan secara nyata.
10. Orang Tua Penulis dan Kakak Kandung Penulis yang selalu memberikan
dukungan moral maupun material untuk memotivasi penulis dalam penyusunan
Tugas Akhir Studi (TAS) ini.
11. Teman dan sahabat penulis, Decky Sanjya, Wayan Jyoti Subali, Edy
Arimbawa, Ngakan Putu Bayu Mahayasa, Made Dwi Arsa Wijaya, dan I Made
Wira Adi Pratama, yang tiada henti memberikan masukan dan semangat kepada
penulis.
12. Dewa Ayu Ratih Purnama S. yang selalu mendukung, menemani, memberi
semangat, dan membantu penulis agar dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi
13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyumbngkan pikiran, saran dan
kritik secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyelesaikan Tugas
Akhir Studi (TAS) ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini masih belum sempurna karena
keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian Tugas Akhir
Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.
Denpasar, April 2016
Judul : Tata Cara Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap Pada PT. XYZ (Studi Kasus Pada Klien
CV. Sukartha Karya Sejahtera)
Nama : Komang Pande Gerry Astrana Putra
Nim : 1306043025
ABSTRAK
Pajak penghasilan atau yang sering disebut dengan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang diterima atau diperoleh Objek Pajak Badan, Orang Pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) dalam tahun pajak. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui mengenai tata cara perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap pada PT. XYZ
Dalam Penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau diperoleh dari pihak ketiga. Semua data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan metode dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian dalam penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap pada PT. XYZ sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dokumen-dokumen yang digunakan sudah lengkap seperti slip gaji pegawai dan dokumen data pegawai serta telah terlaksana sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku saat ini, baik waktu penyetoran maupun pelaporan dilaksanakan dengan disiplin.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 2
1.3 Kegunaan Penelitian ... 3
1.4 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6
2.1 Landasan Teori ... 6
2.1.1 Pengertian Pajak ... 6
2.1.2 Fungsi Pajak ... 7
2.1.3 Tarif Pajak ... 8
2.2 Tinjauan Umum Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 9
2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 9
2.2.2 Dasar Hukum PPh Pasal 21 ... 9
2.2.3 Subjek Pajak ... 10
2.2.4 Subjek Pajak yang Dikecualikan ... 12
2.2.5 Objek Pajak ... 13
2.2.6 Pengertian Pegawai Tidak Tetap ... 16
2.2.7 Tarif Penghasilan PPh 21 ... 17
2.2.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 17
2.2.9 Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21 ... 18
2.2.10 Penyetoran PPh Pasal 21 ... 19
2.2.11 Pelaporan PPh Pasal 21 ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Lokasi Penelitian ... 22
3.2 Objek Penelitian ... 22
3.3 Identifikasi Variabel ... 22
3.4 Defisini Operasional Variabel ... 22
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 23
3.5.1 Jenis Data ... 23
3.5.2 Sumber Data ... 24
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 24
3.7 Teknis Analisis Data ... 24
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 25
4.1 Gambaran Umum Daerah/ Deskripsi Hasil Penelitian ... 25
4.1.1 Sejarah Berdirinya KKP Sukartha Karya Sejahtera ... 25
4.1.2 Bidang Tugas/Kegiatan Institusi ... 26
4.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan ... 27
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 30
4.2.1 Perhitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tidak Tetap yang Menerima Penghasilan Secara Bulanan di PT. XYZ ... 30
4.2.2 Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap ... 31
4.2.3 Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap yang Menerima Penghasilan Secara Bulanan di PT. XYZ ... 32
4.3 Tata Cara Penyetoran PPh 21 Pegawai Tidak Tetap yang Menerima Penghasilan Secara Bulanan di PT. XYZ ... 33
4.4 Tata Cara Pelaporan PPh 21 Pegawai Tidak Tetap yang Menerima Penghasilan secara Bulanan di PT. XYZ ... 33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 34
5.1 Simpulan ... 34
5.2 Saran ... 34
DAFTAR RUJUKAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SSP (Surat Setoran Pajak)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarka undang-undang
(yang dapat dipaksakan). Dengan tiada mendapat jasa mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Pajak merupakan pendapatan negara yang cukup
potensial untuk dapat mencapai keberhasilan dalam pembangunan. Penerimaan
dari sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar negara.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) telah berubah. Terhitung mulai
tanggal 1 Januari 2015 Wajib Pajak yang berstatus tidak kawin dan tidak
mempunyai tanggungan jumlah PTKP-nya sebesar Rp. 36.000.000,00 atau setara
dengan Rp. 3.000.000,00 per bulan. Dengan adanya perubahan itu, tata cara
penghitungan PPh Pasal 21 juga mengalami perubahan. Perubahan itu diatur
dalam Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor Per-32/PJ/2015 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan
Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan,
Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah pemberi kerja,
bendahara atau pemegang kas pemerintah, yang membayarkan gaji, upah, dan
sejenisnya dalam bentuk apapun sepanjang berkaitan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan, dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial
2
dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua untuk orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang membayar honorarium,
komisi atau pembayaran lain dengan kondisi tertentu dan penyelenggara kegiatan,
termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional,
perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan
kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk
apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi berkenaan dengan suatu kegiatan.
Atas kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan penulis tertarik untuk
menguraikan tentang tata cara perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal
21 melalui studi kasus PT. XYZ pada Kantor Konsultan Pajak CV. Sukartha
Karya Sejahtera dan Rekan. PT. XYZ merupakan salah satu klien pada Kantor
Konsultan Pajak CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan yang bergerak dalam
bidang Industri Keramik.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu rumusan
masalah yaitu “Bagaimana Tata Cara Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh
Pasal 21 atas Pegawai Tidak Tetap pada PT. XYZ.
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui Tata Cara Perhitungan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal
3 1.3 Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi perbandingan antara
materi yang didapatkan di bangku perkuliahan dengan keadaan
perusahaan yang nyata.
2) Kegunan Praktis
(1) Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan di bidang
perpajakan khususnya mengenai tata cara perhitungan,
penyetoran, dan pelaporan pph pasal 21 pegawai tidak tetap
pada PT. XYZ.
(2) Bagi PT. XYZ
Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja
shingga dapat menjadi bahan pertimbangan dan pengambilan
keputusan dalam memperbaiki kinerja shingga dapat berjalan
dengan lebih baik dan juga dapat mengatasi permasalahan yang
4 1.4 Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dalam pembahasan materi yang ada di dalam Tugas
Akhir Studi ini, maka sistematika penulisan laporan ini dapat disajikan sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,tujuan,
kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka
Bab ini memuat tentang landasan teori yang mendukung
pembahasan penelitian dalam menganalisa masalah meliputi
teori-teori mengenai pengetian perpajakan, fungsi pajak, tarif
pajak, pengertian PPh Pasal 21, dasar hukum PPh Pasal 21,
subjek pajak, objek pajak, , pengertian pegawai tidak tetap, tarif
PPh Pasal 21, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP),
penghasilan tidak dipotong PPh Pasal 21, penyetoran PPh Pasal
21, pelaporan PPh Pasal 21, keterlambatan Pelaporan PPh Pasal
21.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan lokasi penelitian, objek penelitian,
identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan
5 Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini berisikan gambaran umum daerah/deskripsi hasil
penelitian serta pembahasan hasil penelitian.
Bab V Simpulan dan Saran
Bab ini merupakan bagian akhir dari laporan yang berisi simpulan
berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dan dapat ditarik
6 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 pada Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Menurut Soeparman Soemahamidjija (Waluyo, 2011:3). “Pajak adalah iuran
wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang–barang dan jasa–jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.
Menurut Smeets (Waluyo, 2011:2)” Pajak adalah prestasi kepada
pemerintah yang terhutang melalui norma–norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontrapretasi yang dapat ditunjukkan dalam hal
yang individual, dimaksudkan untuk membiayakan pengeluaran pemerintah.
Menurut Soemitro, yang dikutip dalam buku karangan Mardiasmo
7
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.”
Menurut Waluyo (2011:2) “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayar menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaram-pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas yang menyelenggarakan pemerintahan”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas pengertian pajak yaitu iuran wajib
yang pembayaran pajaknya harus berdasarkan Undang-undang serta aturan
pelaksanaannya, sifatnya dapat dipaksakan. Hal ini berarti pelanggaran atas aturan
perpajakan akan berakibat adanya sanksi, tidak ada kontraprestasi atau jasa timbal
dari negara yang dapat dirasakan langsung oleh pembayar pajak. Pemungutan
pajak dilakukan oleh negara baik pusat maupun daerah (tidak boleh dilakukan
oleh swasta yang orientasinya adalah keuntungan), pajak digunakan untuk
mebiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi
kepentingan umum.
2.1.2 Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:1) ada dua fungsi pajak, yaitu :
1) Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya. yaitu pajak dimanfaatkan sebagai
pengeluaran-8
pengeluaran pemerintah. Ditujukkan dengan masuknya pajak ke
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2) Fungsi mengatur (regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Contoh:
a) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minimum keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras.
b) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah
untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.
c) Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor
produk Indonesia di pasaran dunia.Pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam
bidang social dan ekonomi.
2.1.3 Tarif Pajak
Terdapat 4 (empat) macam tarif pajak yang berlaku di Indonesia yang
dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Tarif Sebanding/ Proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional
9 b) Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah
yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
c) Tarif Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
d) Tarif Degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
2.2 Tinjauan Umum Pajak Penghasilan Pasal 21 2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
Merupakan pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan.
2.2.2 Dasar Hukum PPh Pasal 21
Adapun dasar hukum dari PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut
a) Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang No. 28 tahun 2007.
b) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36
10
c) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
541/KMK.04/2000 sebagaimana telah diubah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo
Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran
Pajak, Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta
Tata Cara Pengasngsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.
d) Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor Per-32/PJ/2015 tentang
Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
2.2.3 Subjek Pajak
Subjek Pajak Penghasilan diatur pada Pasal 2 Ayat 1 Undang Undang
Pajak Penghassilan No. 36 tahun 2008, yaitu.:
1) Orang Pribadi yang dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia
ataupun di luar Indonesia.
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
yang berhak, atau ahli waris.
3) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, Badan
11
dan dalam bentuk apapun, firma, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau
organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
4) Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan
oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia dan
badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Sedangkan pada Pasal 2 Ayat (2) Undang Undang Pajak Penghasilan,
Subjek Pajak dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok, yaitu:
1) Subjek Pajak Dalam Negeri terdiri atas :
Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi
yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia, badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia, warisan yang belum terbagi
sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
2) Subjek Pajak Luar Negeri terdiri atas:
a) Subjek Pajak Orang Pribadi, yaitu orang yang tidak bertempat
tinggal atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
12
b) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia
c) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalankan usaha atau menjalankan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
3) Subjek Pajak Badan, yaitu badan yang tidak berkedudukan di
Indonesia yang:
a) Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
b) Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalankan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
2.2.4 Subjek Pajak yang Dikecualikan 1) Kantor perwakilan negara asing
2) Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat
pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan
kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik;
3) Organisasi-organisasi internasional dengan syarat :
13
b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;
c) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan
syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan
usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
d) Organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pajak
sebagaimana dimaksud pada huruf c ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan.
2.2.5 Objek Pajak
Penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh pasal 21.
1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima
pensiun secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah,
honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau
anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang
sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan isteri, tunjangan
anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus,
tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun,
tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar
oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama
14
2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun
atau mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi,
tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan
tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya
yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali dalam
setahun.
3) Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang
diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas,
serta uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta
pendidikan pelatihan atau pemagangan yang merupakan calon
pegawai.
4) Uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua atau jaminan hari tua,
uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan
pemutusan hubungan kerja. Honorarium, uang saku, hadiah atau
penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi,
beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan wajib pajak dalam negeri,
terdiri dari :
a) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari:
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai,
dan aktuaris.
b) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film
15
peragawan/ peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,
dan seniman lainnya.
c) Olahragawan.
d) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator.
e) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
f) Pemberi jasa dalam segala bidang, termasuk teknik komputer
dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,
ekonomi dan sosial.
g) Agen iklan.
h) Pengawas, pengelola proyek, anggota, dan pemberi jasa kepada
suatu kepanitiaan dan peserta sidang atau rapat.
i) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.
j) Peserta perlombaan.
k) Petugas penjaja barang dagangan.
l) Petugas dinas luar asuransi.
m) Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai
atau bukan sebagai calon pegawai.
n) Distributor perusahaan MLM atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya.
5) Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan
gaji dan honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang
16
6) Uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait
dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda
atau duda dan atau anak-anaknya.
7) Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dalam nama
apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak selain pemerintah atau
wajib pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final dan yang
dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan khusus.
2.2.6 Pengertian Pegawai Tidak Tetap
Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya
menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan
jumlah hari bekerja, jumlah hasil unit pekerjaan yang dihasilkan atau
penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja. Penghasilan
pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas ini menerima imbalan atau upah
berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang
dibayarkan secara bulanan. Berikut adalah pengertian dari jenis pegawai tidak
tetap :
1) Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh
pegawai yang terutang atau dibayarkan secara harian.
2) Upah mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau
diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan secara mingguan.
3) Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh
pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil
17
4) Upah borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau
diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan
penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.
2.2.7 Tarif Penghasilan PPh 21
Sesuai dengan pasal 17 ayat 1, Undang-undang No. 36 Tahun 2008, tarif
pajak penghasilan pribadi perhitungannya dengan menggunakan tarif progresif
sebagai berikut :
a) Penghasilan netto sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sebesar 5% (lima persen).
b) Penghasilan netto diatas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
s.d Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sebesar 15%
(lima belas persen).
c) Penghsailan netto diatas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) s.d Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sebesar
25% (dua puluh lima persen).
d) Penghasilan netto diatas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sebesar 30% (tiga puluh persen).
2.2.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru adalah sebagai
berikut :
a) Untuk Diri Wajib Pajak Orang Pribadi = Rp. 36.000.000,00
18
c) Tambahan untuk penghasilan istri yang digabung dengan penghasilan
suami = Rp. 3.000.000,00
d) Tambahan untuk anggota keluarga (maksimal 3 orang) = Perorang Rp.
3.000.000,00
Jumlah PTKP terbaru berdasarkan Status Perkawinan adalah sebagai
berikut :
1) TK/0 = Rp. 36.000.000,00
2) K/0 = Rp. 39.000.000,00
3) K/1 = Rp. 42.000.000,00
4) K/2 = Rp. 45.000.000,00
5) K/3 = Rp. 48.000.000,00
2.2.9 Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
Adapun penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 21 adalah sebagai
berikut :
a) Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa.
b) Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali
diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan
19
c) Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendiriaanya yang telah disahkan oleh menteri keuangan dan iuran
tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan
penyelenggara tunjangan hari tuaatau badan penyelenggara jaminan
social tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.
d) Zakat diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
e) Beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari
Wajib Pajak pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan
formal/nonformal yang terstruktur baik di dalam negeri maupun luar
negeri.
2.2.10 Penyetoran PPh Pasal 21
Penyetoran PPh pasal 21 dapat disetorkan atau dibayarkan ke Bank atau
kantor pos terdekat. Penyetoran PPh pasala 21 menggunakan surat setoran pajak
yang pengisiannya di isi oleh perusahaan atau pegawai itu sendiri. Penyetoran
dilakukan sesudah perhitungan PPh pasal 21 betul-betul benar dan tidak ada
kesalah dalam perhitungannya. Penyetoran PPh pasal 21 di setorkan oleh
perusahaan atau pegawai yang bersangkutan. Batas waktu penyetoran PPh pasal
21 tanggal 10 bulan berikutnya.
Pembayaran dan penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh
tempo pembayaran dan penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% per bulan. Dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran
20
bulan. Atas keterlambatan tersebut kantor pajak akan menerbitkan Surat Tagihan
Pajak (STP) yang diatur dalam Pasal 14 UU KUP. Atas STP tersebut WP harus
melunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
2.2.11 Pelaporan PPh Pasal 21
Sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Perpajakan, Surat
Pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi Wajib Pajak di
dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak
yang sebenarnya terutang. Selain itu Surat Pemberitahuan berfungsi untuk
melaporkan pembayaran atau pelunasan Pajak baik yang dilakukan Wajib Pajak
sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan
oleh pihak pemotong/pemungut, melaporkan harta dan kewajiban, dan
pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan
Pajak yang telah dilakukan.
Sehingga Surat Pemberitahuan mempunyai makna yang cukup penting
baik bagi Wajib Pajak maupun aparatur Pajak. Pelaporan Pajak disampaikan ke
KPP atau KP2KP dimana Wajib Pajak terdaftar. SPT dapat dibedakan sebagai
berikut:
1) SPT Masa, yaitu SPT yang digunakan untuk melakukan Pelaporan
atas pembayaran Pajak bulanan.
Ada beberapa SPT Masa yaitu: PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal
23, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPN
dan PPnBM, serta Pemungut PPN
21
Ada beberapa jenis SPT Tahunan: Wajib Pajak Badan dan Wajib
Pajak Orang Pribadi
Saat ini khusus untuk SPT Masa PPN sudah dapat disampaikan secara elektronik
melalui aplikasi e-Filing. Penyampaian SPT Tahunan PPh juga dapat dilakukan
secara online melalui aplikasi e-SPT.
2.2.12 Keterlambatan Pelaporan
Keterlambatan Pelaporan untuk SPT Masa PPN dikenakan denda sebesar
Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Untuk SPT Masa lainnya dikenakan
denda sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah). Sedangkan untuk
keterlambatan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi khususnya mulai Tahun Pajak
2008 dikenakan denda sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah). Untuk SPT