• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 2 AMBALRESMI AMBAL KEBUMEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS I SD NEGERI 2 AMBALRESMI AMBAL KEBUMEN."

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI M E D I A F L A S H C A R D PA D A S I S W A K E L A S I

SD NEGERI 2 AMBALRESMI AMBAL KEBUMEN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Wahyu Dias Pamungkassari NIM. 13108244055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Belajar membaca bagaikan menyalakan api

Setiap suku kata yang dieja akan menjadi percik yang menerangi

(6)

vi

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang tua dan ketiga kakak tercinta, yang selalu mendoakan dan memberikan segala yang terbaik, baik material maupun spiritual.

(7)

vii

PE NI N G KAT AN K E MAM PUA N ME M B ACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS I

SD NEGERI 2 AMBALRESMI AMBAL KEBUMEN

Oleh:

Wahyu Dias Pamungkassari NIM 13108244055

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaaan melalui media flashcard pada siswa kelas I SD Negeri 2 Ambalresmi, Ambal, Kebumen. Hal ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SD Negeri 2 Ambalresmi.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaborasi yang dilakukan sebanyak dua siklus. Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis and Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 2 Ambalresmi, Ambal, Kebumen yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan: 1) tes, 2) observasi, dan 3) dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan deskripstif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media flashcard dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan yang terlihat dari perhatian siswa meningkat dan siswa tampak senang. Hal ini tampak pada siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh pada saat guru memberi contoh cara membaca dengan benar. Di samping itu antusias siswa meningkat tampak pada banyaknya siswa yang berkeinginan membaca di depan kelas secara mandiri. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan membaca permulaan pada siklus I sebesar 5,7, yang kondisi awal 68,6 meningkat menjadi 74,3, dan pada siklus II meningkat sebesar 12 yang kondisi awal 68,6 menjadi 80,6.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan KEMAMPUAN Membaca Pemulaan Melalui Media Flashcard Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri 2 Ambalresmi” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terlaksana berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ Ibu di bawah ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan persetujuan pelaksanaan skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan penelitian.

4. Dra. Suyatinah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

5. Mardjuki, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan arahan kepada penulis.

6. Paimun, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri 2 Ambalresmi yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini.

7. Tursinah, S.Pd. selaku guru kelas I SD Negeri 2 Ambalresmi yang telah memberikan bantuan dalam pengambilan data selama proses penelitian skripsi ini.

8. Seluruh siswa kelas 1 SD Negeri 2 Ambalresmi, Ambal, Kebumen atas kerjasama yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.

(9)

ix

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

(10)

x

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Membaca ... 11

1. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan ... 11

2. Tujuan Membaca Permulaan ... 13

3. Aspek Membaca Permulaan ... 15

B. Karakteristik Peserta Didik Kelas I SD ... 17

C. Media Pembelajaran ... 19

1. Pengertian Media Pembelajaran... 19

2. Fungsi Media ... 21

3. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran yang Baik ... 23

(11)

xi

D. Media Flashcard ... 30

1. Pengertian Media Flashcard ... 30

2. Kelebihan Media Flashcard ... 31

3. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan dengan Media Flashcard ... 32

E. Pemanfaatan Media Flashcard dalam Pembelajaran Membaca Permulaan ... 35

F. Penelitian yang Relevan ... 37

G. Kerangka Pikir ... 38

H. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

1. Pratindakan ... 56

2. Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus I ... 57

a. Perencanaan tindakan siklus I ... 58

b. Pelaksanaan tindakan siklus I ... 59

c. Observasi pelaksanaan tindakan siklus I ... 63

1) Kegiatan siswa ... 63

2) Kegiatan guru ... 65

d. Refleksi dan revisi perencanaan tindakan siklus I ... 67

1) Refleksi ... 67

2) Revisi ... 70

3. Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus II ... 70

a. Perencanaan tindakan siklus II ... 71

b. Pelaksanaan tindakan siklus II ... 72

c. Observasi pelaksanaan tindakan siklus II... 77

1) Kegiatan siswa ... 77

2) Kegiatan guru ... 79

d. Refleksi siklus II... 80

(12)

xii

1. Peningkatan Kemampuan Membaca pada siklus I ... 83

2. Peningkatan Kemampuan Membaca pada siklus II ... 85

C. Keterbatasan Penelitian ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Operasional Konkret Piaget ... 18

Tabel 2. Profil Kelas 1 Sebelum Dilakukan Tindakan ... 43

Tabel 3. Kisi-kisi Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan ... 50

Tabel 4. Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 51

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru... 52

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 52

Tabel 7. Indikator Peningkatan Hasil Tes ... 54

Tabel 8. Persentase Kriteria Penguasaan kemampuan membaca permulaan pratindakan ... 57

Tabel 9. Peningkatan nilai rerata kemampuan membaca permulaan siswa pada pratindakan dan tindakan siklus I ... 69

Tabel 10. Kriteria keberhasilan membaca siswa pada siklus I... 70

Tabel 11. Peningkatan nilai rerata kemampuan membaca permulaan siswa pratindakan, siklus I, dan siklus II ... 81

Tabel 12. Kriteria keberhasilan kemampuan membaca permulaan siswa pada pratindakan, siklus I, dan siklus II ... 82

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi penilaian kemampuan membaca ... 95

Lampiran 2. Pedoman Observasi Siswa selama proses pembelajaran membaca permulaan melalui media flashcard ... 96

Lampiran 3. Pedoman Observasi Guru selama proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan media flashcard... 97

Lampiran 4. Flashcard Siklus I dan II ... 98

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 101

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 115

Lampiran 7. Hasil tes kemampuan membaca permulaan pratindakan ... 130

Lampiran 8. Hasil tes kemampuan membaca permulaan siklus I ... 131

Lampiran 9. Hasil tes kemampuan membaca permulaan siklus II ... 132

Lampiran 10. Hasil observasi guru selama proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan media flashcard Siklus I Pertemuan 1 ... 133

Lampiran 11. Hasil observasi guru selama proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan media flashcard Siklus I Pertemuan 2 ... 135

Lampiran 12. Hasil observasi guru selama proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan media flashcard Siklus I Pertemuan 3 ... 137

Lampiran 13. Hasil observasi guru selama proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan media flashcard Siklus II Pertemuan 1 ... 139

Lampiran 14. Hasil observasi guru selama proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan media flashcard Siklus II Pertemuan 2 ... 141

Lampiran 15. Hasil observasi guru selama proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan media flashcard Siklus II Pertemuan 3 ... 143

Lampiran 16. Hasil observasi siswa selama proses pembelajaran membaca permulaan melalui media flashcard Siklus I Pertemuan 1... 145

Lampiran 17. Hasil observasi siswa selama proses pembelajaran membaca permulaan melalui media flashcard Siklus I Pertemuan 2... 147

(16)

xvi

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada saat ini kita dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu tuntutan agar kita dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dengan membaca. Menurut Farida Rahim (2011: 1) proses belajar yang efektif antara lain dilakukan dengan membaca. Membaca merupakan salah satu faktor yang dominan dalam menciptakan kehidupan yang makmur dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Dengan membaca buku masyarakat dapat membuka cakrawala dunia dan menyerap banyak informasi. Dari membaca itulah kualitas sumber daya manusia akan meningkat. Bagi masyarakat yang berbudaya akademik, membaca merupakan dahaga yang tidak pernah ada ujungnya. Semakin banyak membaca maka akan semakin mendorong rasa ingin tahu dalam dirinya, sehingga tidak ada waktu luang yang terbuang dalam kehidupannya.

(18)

2

strata sosial, profesi, usia, ruang, dan waktu. Mereka senantiasa akrab dengan buku. Sambil menunggu bis atau kereta mereka asyik membaca buku bukan mengobrol atau menggunakan gadget. Kondisi tersebut jauh berbeda dengan di Indonesia, jangankan di terminal bis atau stasiun kereta, perpustakaan pun sepi pengunjung. Hal ini diperparah dengan serbuan teknologi komunikasi, khususnya handphone. Masyarakat Indonesia lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk menggunakan gadget mereka dibandingkan dengan membaca buku.

Kemampuan membaca menduduki posisi dan peran yang penting dalam kehidupan manusia. Membaca menjadi jembatan bagi siswa yang ingin memiliki kemampuan interaktif dan terpadu. Dalam proses belajar mengajar, antara guru, siswa, dan buku merupakan komponen yang tidak terpisahkan. Untuk mentransfer ilmu pengetahuan, guru harus membaca. Untuk meningkatkan pengetahuan, siswa juga harus membaca. Oleh karena itu kemampuan membaca sangatlah penting untuk kelangsungan pendidikan di sekolah.

(19)

3

Leonart (dalam Nurbiana Dhieni dkk, 2008: 54) menjelaskan bahwa membaca sangat penting bagi anak. Anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang tinggi. Femi Olivia dan Lita Ariani (2009: 12) menjelaskan bahwa membaca sebagai kegiatan yang dapat menstimulasi otak anak dengan baik. Selain itu, dengan membaca anak juga akan memperoleh keunggulan akademik, mengembangkan keterampilan komunikasi yang hebat, serta membentuk perbendaharaan kata yang dimiliki anak agar mampu berkomunikasi dengan baik (Goodchild, 2004: 2-11). Keunggulan akademik yang akan dimiliki anak dengan membaca yaitu membantu anak dalam setiap mata pelajaran lain, baik matematika, IPA, IPS, Seni, dan lain-lain.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), membaca masuk dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi, bahan kajian yang dipelajari di dalam Bahasa Indonesia antara lain membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Salah satu Standar Kompetensi (SK) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 1 semester 2 adalah memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak, dengan Kompetensi Dasar (KD) membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat. Hal tersebut menunjukkan tuntutan pembelajaran siswa kelas 1 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia salah satunya adalah membaca.

(20)

4

yang menyatakan siswa masih mengalami kesulitan membaca, yang diperoleh dari tes membaca nyaring. Dari 29 siswa, terdapat 19 siswa yang membacanya masih belum lancar. Ditambahkan lagi oleh guru, nilai rata-rata yang diperoleh dalam kemampuan membaca adalah 68,6. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Dari rata-rata-rata-rata nilai tersebut persentase ketuntasan dari 29 siswa, ada 19 siswa atau 65.52 % siswa yang belum tuntas.

Pengamatan yang dilakukan di kelas I menunjukkan lima siswa mengalami kesulitan membedakan huruf a dan e, b dan d, f dan v, u dan v, m dan n, serta m dan w.. Hal tersebut dapat terlihat pada saat kegiatan pembelajaran. Sebagian besar dari mereka belum paham benar perbedaan antar huruf, misalnya ada siswa yang membaca huruf a dilafalkan e, b dilafalkan d, f dilafalkan v, u dilafalkan v, m dilafalkan n, serta m dilafalkan w. Misalnya pada kata “mata” siswa masih kesulitan mengeja dan membedakan huruf depannya, antara “m” dan

“w”, sehingga siswa mengucapkan kata “mata” menjadi “wata”. Guru sudah

berusaha untuk membenarkan namun kejadian tersebut terulang kembali dalam kata-kata selanjutnya.

Selain itu, tujuh siswa pada saat membaca masih melompati kata yang seharusnya dibaca. Misalnya pada kalimat “angin bertiup kencang” karena siswa

kesulitan membaca kata “bertiup” sehingga siswa hanya membaca “angin

kencang”. Siswa hanya membaca kata yang bisa dibaca, sedangkan kata yang

(21)

5

mereka berfikir cukup lama untuk membaca satu kata yang terlewati. Hal ini mengakibatkan konsentrasi siswa menjadi terganggu, sehingga kata yang sebelumnya dibaca dengan benar menjadi salah.

Pada observasi awal, masih terdapat enam siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca terutama dalam penekanan intonasi. Terdapat beberapa siswa yang membaca sebuah kalimat tanpa memperhatikan tanda baca dan belum dapat membedakan suara naik, turun, atau datar. Perbedaan intonasi dalam mengucapkan suatu kalimat dapat menimbulkan makna yang berbeda. Misalnya ketika mengucapkan kata “pergi”. Kata “pergi” tersebut ketika diucapkan dengan

suara naik maka makna katanya menjadi mengusir atau menunjukan perintah. Tetapi ketika kata “pergi” diucapkan dengan suara datar, maka kata tersebut bisa

bermaksud memberitahu atau menunjukan berita.

Beberapa sembilan siswa terlihat mengalami kesulitan membaca kosa kata tertutup. Ketidaklancaran siswa sangat terlihat ketika siswa membaca kosa kata seperti tauladan, Kristen, Budha, struktur, teknik, hongke. Sehingga menyebabkan siswa perlu mendapat bimbingan dari guru secara berulang dengan cara menirukan kata yang diucapkan oleh guru.

(22)

6

Selama tiga kali pengamatan, kegiatan guru dalam kegiatan pembelajaran tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik. Guru hanya mengandalkan buku yang digunakan dalam pembelajaran. Sehingga guru dalam pembelajaran hanya terpaku pada penyampaian materi, kemudian memberikan siswa tugas, dan diakhiri dengan mengoreksi tugas siswa. Hal ini menyebabkan pembelajaran terlihat monoton dan kurangnya ketertarikan siswa terhadap pembelajaran.

Kegiatan membaca permulaan seharusnya dilakukan dengan kegiatan yang menyenangkan dan menarik. Kemampuan membaca permulaan dapat ditingkatkan apabila media pembelajaran yang digunakan menarik dan merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga tidak menimbulkan kebosanan. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan adalah media flashcard. Menurut Azhar Arsyad (2006: 119) flashcard adalah kartu kecil yang berisi gambar-gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu.

(23)

7

Flashcard berisikan kata atau rangkaian huruf yang merupakan keterangan dari gambar. Flashcard ini dapat digunakan untuk mengenalkan kata pada siswa menggunakan proses mengenalkan bunyi-bunyi huruf. Misalnya, ada gambar buku, di bawah gambar terdapat kata “buku”. Pada mulanya siswa diajak untuk

melihat gambar kemudian baru mengenalkan bunyi kata dengan cepat yang merupakan keterangan gambar. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian siswa karena sering kali bosan dan tidak tertarik pada media yang hanya menjadikan huruf-huruf saja.

Kegiatan pembelajaran dengan media flashcard yang menarik dapat memberikan stimulasi pada siswa untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan. Penelitian mengenai penggunaan media flashcard yang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa penting untuk dikaji. Hal ini dimaksudkan agar guru mendapatkan pengetahuan baru dalam menggunakan media yang efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Oleh karena itu judul dari penelitian ini adalah “Peningkatan Kemampuan Membaca

Permulaan Melalui Media Flashcard Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri 2 Ambalresmi, Ambal, Kebumen”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang ada sebagai berikut.

(24)

8

2. Ada lima siswa yang kesulitan membedakan huruf a dan e, b dan d, f dan v, u dan v, m dan n, serta m dan w.

3. Ada tujuh siswa membaca dengan melompati kata yang seharusnya dibaca dalam sebuah kalimat.

4. Ada enam siswa mengalami kesulitan dalam intonasi membaca. 5. Ada sembilan siswa kesulitan membaca kosa kata tertutup. 6. Ada delapan siswa malu membaca di depan kelas.

7. Guru belum menggunakan media yang bervariasi dalam mengajar, sehingga proses pembelajaran menjadi monoton dan kurang menarik. C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti membatasi masalah pada kemampuan membaca permulaan siswa yang masih rendah pada siswa kelas 1 SD Negeri 2 Ambalresmi, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. D.Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(25)

9 E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media flashcard pada siswa kelas 1 SD Negeri 2 Ambalresmi, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan bagi pembaca, serta dapat dijadikan sebagai literatur untuk penelitian dimasa mendatang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan membaca dengan menggunakan media flashcard.

b. Bagi Guru

Memperbaiki dan menyelesaikan masalah yang dihadapi, khususnya masalah rendahnya kemampuan membaca siswa kelas I SD Negeri 2 Ambalresmi.

c. Bagi Peneliti

(26)

10 G.Definisi Operasional

1. Kemampuan Membaca Permulaan

Kemampuan membaca permulaan merupakan kemampuan siswa dalam mengenal lambang tulisan, berbagai rangkaian huruf menjadi suku kata, rangkaian suku kata menjadi kata, dan rangkaian kata menjadi kalimat dengan penggunaan lafal dan intonasi yang tepat secara jelas dan lancar.

2. Media Flashcard

(27)

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Membaca

1. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1997: 49). Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Dengan demikian membaca menjadi unsure yang penting bagi perkembangan pengetahuan manusia.

Burns (dalam Haryadi dan Zamzani, 1996: 32) berpendapat, membaca sebagai suatu proses merupakan semua kegiatan dan teknik yang akan ditempuh oleh pembaca yang mengarah pada tujuan yang melalui tahap-tahap tertentu. Lebih lanjut Henry Guntur Tarigan (2008: 7) berpendapat, membaca adalah salah satu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa lisan. Sejalan dengan Budi Artati (2007: 06) menyatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata. Dalam hal ini, membaca adalah suatu usaha oleh pembaca untuk memperoleh pesan.

Syafi’ie (dalam Farida Rahim, 2005: 2) mengatakan tiga komponen

(28)

12

merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis kedalam kata-kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD kelas I dan II yang dikenal dengan istilah membaca permulaan. Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi peserta didik sekolah dasar kelas awal, Masnur Muslich & Suyono (2010: 41).

Menurut Supriyadi, dkk. (2009: 117) mengatakan kemampuan membaca pada siswa kelas 1, diartikan sebagai kemampuan mengubah lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi atau suara-suara yang bermakna. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Henry Guntur Tarigan (2008: 10) kemampuan membaca adalah suatu kemampuan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian kemampuan-kemampuan yang lebih kecil. Kemampuan membaca mencakup tiga komponen yaitu: 1) pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, 2) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur–unsur linguistik yang formal, dan 3) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.

(29)

13

pengalaman siswa juga sudah berpengaruh dalam pengembangan kosakata dan konsep dalam membaca permulaan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kemampuan membaca permulaan merupakan kecakapan siswa dalam mengenal lambang tulisan, berbagai rangkaian huruf, suku kata dalam suatu kata atau kalimat dengan penggunaan lafal dan intonasi yang tepat secara jelas dan lancar. Penelitian ini sesuai dengan pengertian tentang membaca permulaan yaitu membaca permulaan merupakan kemampuan membaca awal agar siswa dapat melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna untuk selanjutnya siswa dapat membaca lanjut.

2. Tujuan Membaca Permulaan

Tujuan membaca permulaan menurut Sabarti Akhadiah (1991: 30) adalah sebagai berikut.

a. Agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar.

b. Agar siswa memiliki kemampuan dasar untuk dapat membaca lanjut.

Menurut Herusantoso (dalam Saleh Abbas, 2006: 103) menyebutkan tujuan membaca permulaan yaitu:

a) pembinaan dasar-dasar mekanisme membaca,

b) mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang diucapkan dengan intonasi yang wajar, dan

(30)

14

Sedangkan menurut Soejono (dalam Azhar Arsyad, 2006: 12), pengajaran membaca permulaan, memiliki tujuan yang memuat hal-hal yang harus dikuasai siswa secara umum, yaitu: a) mengenalkan siswa pada huruf-huruf dalam abjad sebagai tanda suara atau tanda bunyi, b) melatih kemampuan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam kata menjadi suara, dan c) pengetahuan huruf-huruf dalam abjad dan kemampuan menyuarakan wajib untuk dapat dipraktikkan dalam waktu singkat ketika siswa belajar membaca lanjut.

Sejalan dengan Iskandarwassid (dalam Istarocha, 2012: 14) menyampaikan tujuan pembelajaran membaca permulaan bagi peserta didik adalah sebagai berikut.

a. Mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa). b. Mengenali kata dan kalimat.

c. Menemukan ide pokok dan kata kunci. d. Menceritakan kembali isi bacaan pendek.

(31)

15

suatu kata atau kalimat dengan penggunaan lafal dan intonasi yang tepat secara jelas dan lancar.

3. Aspek Membaca Permulaan

Henry Guntur Tarigan (2008: 24-25) menjelaskan beberapa aspek kemampuan membaca permulaan adalah sebagai berikut.

a. Penggunaan ucapan yang tepat. Ucapan harus sesuai dengan yang dibaca dan jelas sehingga pendengar memahami makna bacaan yang dibaca.

b. Penggunaan frasa yang tepat. Frasa yang tepat sangat diperlukan agar isi bacaan dapat tersampaikan dengan baik.

c. Penggunaan intonasi, nada, lafal, dan tekanan yang tepat. Saat membaca diperlukan menggunakan intonasi, nada, lafal dan tekanan yang tepat agar mudah dimengerti oleh pendengar.

d. Membaca dengan suara yang jelas dalam hal pelafalan atau pengucapan kata atau kalimat. Kejelasan suara diperlukan saat membaca agar tidak salah penafsiran oleh pendengar.

e. Sikap membaca yang baik.

f. Membaca dengan penuh perasaan dan ekspresif. Pembaca mengahayati bacaan yang dibacanya sehingga pesan dari bacaan tersebut dapat tersampaikan dengan baik oleh pendengar.

g. Menguasai tanda baca. Saat membaca harus memperhatikan tanda baca yang benar.

h. Membaca dengan lancar. Membaca tanpa terbata-bata dimaksudkan agar pendengar memahami yang disampaikan pembaca kepada pendengar agar tidak salah menangkap makna dari isi bacaan.

i. Memperhatikan kecepatan membaca. Pembaca harus memperhatikan kecepatan dalam membaca supaya pendengar memahami bacaan dengan seksama. Dalam membaca tidak boleh telalu cepat ataupun terlalu lambat.

j. Membaca denga tidak terpaku pada teks bacaan. Saat membaca, pembaca sesekali harus melihat pendengar seolah-olah berinteraksi dengan pendengar.

(32)

16

Sedangkan Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1997: 140) menyatakan butir-butir yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran membaca permulaan adalah sebagai berikut.

a. Ketepatan menyuarakan tulisan b. Kewajaran lafal.

c. Kewajaran intonasi. d. Kelancaran.

e. Kejelasan suara.

Sabarti Akhadiah (1993: 146) mengatakan aspek kemampuan membaca permulaan meliputi: a) lafal, b) kelancaran, c) kejelasan suara, dan d) intonasi. Hal senada juga di ungkapkan Dalman (2013: 65) bahwa beberapa aspek kemampuan membaca pada siswa kelas I yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.

a. Mempergunakan ucapan yang tepat. b. Mempergunakan frasa yang tepat

c. Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah dipahami.

d. Menguasai tanda-tanda baca sederhana seperti titik (.), koma (,), tanda Tanya (?), dan tanda seru (!).

(33)

17

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) lafal, b) kelancaran, c) kejelasan suara, dan d) intonasi.

B. Karakteristik Peserta Didik Kelas I SD

Anak-anak usia Sekolah Dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak lainnya. Menurut Desmita (2009: 35), karakteristik anak usia Sekolah Dasar adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu guru hendaknya menciptakan proses pembelajaran yang mengandung unsur permainan, membuat siswa untuk aktif berpindah atau bergerak, belajar dan bekerja dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlihat langsung dalam proses pembelajaran. Menurut Piaget (dalam Syamsu Yusuf, 2004: 06) mengatakan tahap-tahap perkembangan anak secara hierarkis terdiri dari empat tahap-tahap yaitu: 1) sensorimotor (0 – 2 tahun), 2) tahap praoperasional (2 – 6 tahun), 3) tahap operasional konkret (7 tahun – 11 tahun), dan 4) tahap operasi formal (11 tahun sampai dewasa).

1. Sensorimotor (0-2 tahun)

Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik dengan orang atau objek (benda). Skema-skemanya baru berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti: menggenggam atau menghisap.

2. Praoperasional (2-6 tahun)

(34)

18

dan bilangan yang dapat menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang tampak).

3. Operasional Konkret (7-11 tahun)

Anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara logis. Proses-proses penting selama tahapan ini dipaparkan pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Operasional Konkret Piaget

Pengurutan

Kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

Klasifikasi

Kemampuan untuk memberi nama dan mengiodentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat me nyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animism (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)

Decentering

Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh, anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar yang pendek lebih sedikit isinya disbanding cangkir kecil yang tinggi.

Reversibility

Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4 + 4 sama dengan 8, 8 – 4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Konservasi

(35)

19 lain.

Penghilangan Sifat

Egosentrisme

Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berfikir dengan cara yang salah), tetapi kemampuan penyesuaian diri terkendali.

4. Operasional Formal (11 tahun-dewasa)

Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Di sini anak (remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat berfikir abstrak dan memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang ada.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan karakteristik peserta didik pada siswa kelas I berada pada tahap operasional konkret. Artinya dalam proses pembelajaran guru seharusnya menggunakan media, termasuk pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca.

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

(36)

20

Menurut Yudhi Munadi (2012: 9) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Senada dengan pendapat di atas, Ahmad Rohani (1997: 4) menyatakan media pembelajaran atau media instruksional edukatif yaitu media yang digunakan dalam proses instruksional (belajar mengajar) untuk mempermudah pencapaian tujuan instruksional yang lebih efektif dan memiliki sifat mendidik.

Rossi & Breidle (dalam Wina Sanjaya, 2013: 204) menyatakan media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Sedangkan menurut Gerlach (dalam Wina Sanjaya, 2013: 203) secara umum media pembelajaran meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan sikap. Jadi, dalam pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti radio, televisi, slide, bahan cetakan, akan tetapi meliputi orang sebagai sumber belajar atu berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, simulasi dan sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap siswa atau untuk menambah kemampuan.

(37)

21

merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar. Penelitian ini menggunakan media untuk mengajarkan kemampuan membaca permulaan, media sebagai alat penyalur pesan sehingga materi dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa.

2. Fungsi Media

Wina Sanjaya (2008: 207-209) menyebutkan fungsi media pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu. b. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu. c. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.

d. Media pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis.

Sejalan dengan pendapat di atas, Arif S. Sadiman (2003: 34) mengemukakan fungsi media pembelajaran sebagai berikut.

a. Memperjelas pesan yang akan diungkapkan.

b. Meminimalisir keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera seperti objek yang terlalu kecil.

c. Media yang menarik dapat menjadikan anak aktif dalam kegiatan pembelajaran.

(38)

22

a. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

b. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

c. Fungsi kognitif media visual terlihat dari lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatoris media pembelajaran yaitu untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Hal yang sama juga disampaikan Sudrajat (dalam Putri, 2011: 20) fungsi media pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para siswa.

b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.

c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dan lingkungan.

d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit, dan realistis.

f. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. g. Media memberikan pengalaman yang integral/ menyeluruh dari yang

konkret sampai abstrak.

Media pembelajaran, menurut Kemp dan Dayton (dalam Azhar Arsyad, 2006: 20-21) dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, sebagai berikut.

a. Memotivasi minat dan tindakan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak.

(39)

23

c. Member instruksi dimana informasi yang terdapat dalam bentuk atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan fungsi dari media adalah media dapat memotivasi siswa, melalui media materi dapat tersampaikan dengan mudah, memberikan informasi terkait bacaan, melalui media dapat mengurangi kebosanan saat pembelajaran. Dalam penelitian ini fungsi yang diharapkan dari penggunaan media flashcard adalah dapat memotivasi siswa agar berkeinginan untuk membaca, memberikan petunjuk tentang kosa kata dan kalimat sederhana, serta memudahkan siswa dalam memahami isi bacaan.

3. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran yang Baik

Menurut Soeparno (2013: 8) ada empat hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan media yaitu: a) alasan memilih media, b) waktu yang tepat untuk memilih media, c) pemilihan media, dan d) cara pemilihan media. a. Alasan memilih media

Dalam proses belajar mengajar kita harus memilih media yang akan dipergunakan sebab:

1) ada berbagai macam media yang mempunyai kemungkinan dapat digunakan dalam proses belajar mengajar,

2) perbedaan karakteristik setiap media,

3) kecocokan media yang digunakan untuk menyampaikan informasi tertentu,

4) Perbedaan penggunaan media, dan

(40)

24

Pemilihan media dilakukan setelah mengetahui tujuan intruksional dan sebelum melaksanakan program pengajaran.

c. Pemilihan media

Dalam pemilihan media yang harus memilih media atau yang berhak memilih media adalah si penyusun intruksional baik guru maupun bukan. d. Cara memilih media

Media yang dipilih tentu media yang paling baik. Baik buruknya media diukur sampai sejauh mana media itu dapat menyalurkan informasi sehingga informasi tersebut dapat diserap semaksimal mungkin oleh penerima informasi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa baik buruknya media diukur sampai sejauh mana media dapat menunjang tercapainya tujuan intruksional. Berdasarkan hal tersebut maka dalam memilih media pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Karakteristik setiap media.

2. Pemilihan media sesuai dengan metode yang dipergunakan. 3. Media yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

4. Media sesuai dengan keadaan siswa.

5. Media sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. 6. Media sesuai dengan kreativitas guru (Soeparno, 2013: 10).

Menurut Asnawir & M. basyiruddin Usman (2002: 15-16), mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media sebagai berikut.

a. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

(41)

25

c. Kondisi siswa dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. d. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru

mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru.

e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada siswa secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.

f. Biaya yang dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.

Sedangkan menurut Suharjo (2006: 121) kriteria pemilihan media dapat dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.

a. Kelebihan dan kelemahan tiap jenis media. b. Pemilihan media harus dilakukan secara obyektif.

c. Pemilihan media hendaknya mempertimbangkan juga kesesuaian tujuan pembelajaran, kesesuaian materi, kesesuaian kemampuan anak, kesesuaian kemampuan guru, ketersedian bahan, ketersediaan dana, serta kualitas teknik (mutu media).

(42)

26 4. Jenis-jenis Media

Ada berbagai cara dan sudut pandang untuk menggolongkan jenis media pembelajaran. Menurut Sudjana & Rivai (2010: 3) jenis media pembelajaran digunakan dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Media grafis, yaitu seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik, flashcard dan lain-lain.

b. Media tiga dimensi, yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain.

c. Media proyeksi, seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain.

d. Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

Hal senada juga diungkapkan oleh Basuki Wibawa & Farida Mukti (1991: 26), yang mengklasifikasikan media menjadi tiga yaitu: a) media audio, b) media visual, dan c) media audio visual.

a. Media audio

Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber kepenerima pesan. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif verbal, nonverbal maupun kombinasinya. Media audio erat berkaitan erat dengan indera pendengaran. Ada beberapa jenis media yang dapat kita kelompokkan dalam media audio antara laib radio, piringan audio, tape recorder, telepon, laboratorium bahasa, public address system, dan rekaman tulisan jauh.

b. Media visual

(43)

27

pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rangkai, transparansi, proyekto tak tembus pandang, mikrofis, overhead proyektor, stereo proyektor, mikro proyektor, dan tachitoscopes, serta grafik, bagan, diagram, poster, gambar kartun, peta dan globe. Sedangkan media visual gerak meliputi gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan sebagainya.

c. Media audio visual

Media audio visual tidak saja dapat menyampaikan pesan-pesan yang lebih rumit, tetapi lebih realistis. Ditinjau dari karakteristiknya media audio visual pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1) media audio visual diam, dan 2) media audio visual gerak. Jenis-jenis media pengajaran yang tergolong dalam media audio visual diam antara lain “slow scan TV”, “Time shared TV”, TV diam, film rangkai bersuara, film

bingkai bersuara, halaman bersuara, dan buku bersuara. Sedang yang tergolong dalam media audio visual gerak adalah film bersuara, pita video, film TV, TV, Holografi, video tapes dan gambar bersuara.

Dina Indriana (2011: 61), mengemukakan beberapa jenis media yang digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu: a) media grafis, b) media proyeksi diam, c) media audio, dan d) media audio visual.

a. Media grafis

(44)

28

penerima pesan. Media grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta yang cepat diluapkan jika tidak divisualisasikan. Selain itu media grafis juga sederhana dalam pembuatannya dan harganya juga terjangkau.

b. Media proyeksi diam

Media proyeksi diam mempunyai persamaan dengan media grafis (menyajikan rangsangan visual). Selain itu, bahan-bahan grafis banyak dipakai dalam media proyeksi diam. Jenis media yang termasuk media proyeksi diam antara lain film bingkai (slide), film rangkai (film strip), OHP, dan proyeksi mikro.

c. Media audio

Media audio adalah media yang bentuk sarana penyampaiannya, pembawa, dan pengantar pesannya ditangkap melalui indra pendengar. d. Media audio visual

Media audio visual adalah media yang mempunyai unsure suara dan gambar. Artinya media ini didapatkan dari hasil penggabungan antara audio dan visual. Oleh karena itu media tersebut tidak hanya mengandalkan indera pendengaran, tetapi juga indera penglihatan.

Menurut Bretz (dalam Widyatuti dan Nurhidayati, 2010: 17-18) jenis-jenis media dalam tujuh kelompok.

a. Media audio, seperti: siaran berita bahasa jawa dalam radio, sandiwara bahasa jawa dalam radio, tape recorder beserta pita audio berbahasa jawa.

(45)

29

d. Media visual gerak, seperti: film bisu, movie maker tanpa suara, video tanpa suara.

e. Media audio semi gerak, sperti: tulisan jauh bersuara.

f. Media audiovisual diam, seperti: film rangkai suara, slide rangkai suara.

g. Media audio visual gerak, seperti: film documenter tentang kesenian Jawa atau seni pertunjukan tradisional, video kethoprak, video wayang, video campursari.

Menurut Setyosari & Sihkabuden (2005: 57) jenis media berdasarkan bentuk dan ciri fisik media pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Media pembelajaran dua dimensi, misalnya peta, gambar, bagan, grafik, papan tulis, dan sebagainya.

b. Media pembelajaran tiga dimensi, misalnya meja, kursi, mobil, rumah, bola, kotak, dan sebagainya.

c. Media pandang diam, misalnya foto, tulisan, atau gambar binatang yang diproyeksikan.

d. Media pandang gerak, misalnya media televise, video tape recorder dan sebagainya.

Menurut Suharjo (2006: 109) jenis media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran adalah a) benda sebenarnya, b) presentasi grafis, c) gambar diam, d) gambar gerak, dan e) media audio.

(46)

30 D. Media Flashcard

1. Pengertian Media Flashcard

Azhar Arsyad (2006: 119) mendefinisikan flashcard merupakan media pembelajaran berupa kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Flashcard adalah media pembelajaran visual yang berisi kata-kata, gambar, atau kombinasinya (Basuki Wibawa & Farida Mukti, 1991: 30). Flashcard biasanya berukuran 8 cm x 12 cm atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Sedangkan menurut Dina Indriana (2011: 68) flashcard merupakan media visual (pandang). Media ini juga dipakai baik untuk kelas besar, kecil maupun belajar secara individual.

Menurut Rudi Susilana & Cepi Riyana (2007: 94) flashcard merupakan media pembelajaran yang berupa kartu bergambar berukuran 25 cm x 30 cm. Gambar-gambar pada flashcard merupakan serangkaian pesan yang disajikan dengan adanya keterangan pada setiap gambar. Basuki Wibawa & Farida Mukti (1991: 30) flashcard adalah media pembelajaran visual yang berisi kata-kata, gambar, atau kombinasinya.

(47)

31 2. Kelebihan Media Flashcard

Media flashcard memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Dina Indriana (2011: 69) menyebutkan beberapa kelebihan media flashcard yaitu mudah dibawa karena ukurannya dan praktis dalam pembuatan dan penggunaan. Selain itu, media flashcard mudah diingat karena gambar yang disajikan berwarna-warni serta berisikan huruf atau angka yang mudah dan menarik sehingga merangsang otak untuk lebih lama mengingat pesan yang ada dalam media tersebut. Kelebihan lainnya adalah menyenangkan karena dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan dapat digunakan dalam bentuk permainan.

Menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2007: 95) flashcard memiliki beberapa kelebihan, antara lain: a) mudah dibawa, b) praktis, c) mudah diingat, dan d) menyenangkan.

Arief S. Sadiman, dkk (2006: 29) menyebutkan beberapa kelebihan media flashcard adalah sebagai berikut.

a. Sifatnya konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah disbanding dengan media verbal.

b. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, tetapu gambar dapat selalu dibawa kemana-mana.

c. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

d. Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah/ membetulkan kesalahan pemahaman.

e. Murah harganya dan gampang didapat dan digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

(48)

32

pembuatan dan penggunaan, 3) mudah diingat oleh siswa karena tampilannya yang menarik, dan 4) dapat membuat siswa senang dalam belajar. Media flashcard yang digunakan dalam penelitian ini berupa gambar yang disertai keterangan gambar yang disesuaikan dengan materi pembelajaran yang sedang dipelajari, sehingga pembelajaran diharapkan dapat lebih diterima siswa.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan dengan Media Flashcard

Dina Indriana (2011: 138-139) menyebutkan proses penggunaan media flashcard dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Flashcard yang telah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke siswa.

b. Cabut flashcard satu per satu setelah guru selesai menerangkan. c. Berikan flashcard yang telah diterangkan tersebut kepada anak yang

dekat dengan guru. Mintalah anak untuk mengamati kartu tersebut, selanjutnya diteruskan kepada anak lain hingga semua anak mengamati.

d. Jika sajian menggunakan cara permainan, letakkan flashcard secara acak pada sebuah kotak yang berada jauh dari anak. Kemudian siapkan anak yang akan berlomba. Setelah itu, guru memerintahkan anak untuk mencari kartu yang berisi gambar, teks, atau lambang sesuai perintah. Setelah mendapatkan kartu tersebut anak kembali ke tempat semula. Terakhir, anak menjelaskan isi kartu tersebut.

Sedangkan menurut Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2007: 95), mengemukakan langkah-langkah penggunaan media flashcard dalam pembelajaran dijabarkan dalam dua bagian yaitu: a) sebelum penyajian, dan b) saat penyajian.

(49)

33

Guru perlu menguasai bahan pembelajaran dnegan baik, memiliki kemampuan untuk menggunakan media tersebut. Jika perlu untuk memperlancar lakukan latihan secara berulang-ulang meski tidak dihadapan siswa. Siapkan pula bahan dan alat-alat lain yang mungkin diperlukan. Periksa juga urutan gambarnya jika ada yang terlewatkan atau susunannya tidak tepat.

2) Mempersiapkan flashcard

Sebelum dimulai pembelajaran pastikan jumlahnya cukup, urutannya betul dan perlu tidaknya media untuk membantu.

3) Mempersiapkan tempat

Hal ini berkaitan dengan posisi guru sebagai penyaji pesan pembelajaran apakah sudah tepat, apakah ruangannya sudah tertata dengan baik, perhatikan juga penerangannya lampu atau intensitas cahaya di ruangan tersebut, yang terpenting adalah siswa dapat melihat isi gambar pada flashcard dengan jelas.

4) Mempersiapkan siswa

Kondisikan posisi duduk siswa dengan, misalnya dengan duduk melingkar di hadapan guru, perhatikan siswa untuk memperoleh pandangan secara memadai.

b. Saat penyajian

1) Berdirilah dengan jarak kira-kira 1-1,5 meter di depan keals dimana seluruh siswa dapat melihat guru.

2) Siapkan kartu-kartu dari kelompok yang sama, ditumpuk dan dipegang dengan tangan kiri setinggi dada. Halaman kartu yang bergambar berada di bagian depan menghadap ke siswa.

3) Untuk menarik perhatian siswa, tunjukkan halaman kartu yang bergambar dengan cara mengambil kartu yang paling belakang dan meletakannya keurutan paling depan sambil mengucapkan nama jelas gambar tersebut, misal “kaki”.

4) Kemudian baliklah gambar tersebut sehingga tulisan berada di depan sambil mengucapkan “kaki”, lakukan tindakan ini dengan cepat.

5) Mintalah siswa mengikuti atau mengulang apa yang guru ucapkan. 6) Setelah itu ambil kartu kedua dari kartu yang diurut paling belakang

kemudian lakukan seperti langkah 4, 5 dan 6.

7) Lakukan secara berurutan sampai dengan kartu terakhir, dengan kecepatan tidak lebih dengan satu detik untuk tiap-tiap gambar dan tulisan yang ditunjukkan.

8) Setelah seluruh kartu selesai, disebutkan satu persatu secara cepat. Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan kepada siswa yang duduk di dekat guru.

9) Mintalah agar semua siswa melihat lagi satu persatu, lalu teruskan kepada siswa lain.

(50)

34

Dalam penelitian ini langkah-langkah pembelajaran menggunakan media flashcard sebagai berikut.

1. Guru mengatur tempat duduk siswa supaya lebih nyaman.

2. Guru berdiri dengan jarak kira-kira 1,5 meter di depan kelas dimana seluruh siswa dapat melihat guru.

3. Guru menyiapkan flashcard dari kelompok yang sama, ditumpuk dan dipegang dengan tangan kiri setinggi dada.

4. Guru menunjukkan halaman flashcard yang bergambar diiringi dengan mengucapkan secara jelas gambar tersebut.

5. Guru meminta siswa mengikuti atau mengulang apa yang guru ucapkan. 6. Setelah itu guru mengambil flashcard kedua yang diambil dari urutan

paling belakang diletakan di depan kemudian lakukan seperti langkah sebelumnya.

7. Guru melakukan secara berurutan sampai dengan flashcard terakhir. 8. Setelah seluruh flashcard selesai disebutkan satu persatu, guru

memberikan flashcard yang telah diterangkan kepada siswa yang duduk di dekat guru.

9. Guru meminta agar semua siswa melihat lagi satu persatu, lalu meneruskan kepada siswa yang lain.

(51)

35

E. Pemanfaatan Media Flashcard dalam Pembelajaran Membaca Permulaan

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 122) menyatakan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media akan mempertinggi kegiatan belajar anak dalam tenggang waktu yang cukup lama. Media merupakan salah satu benda perantara sumber pesan dengan penerima pesan (Badru Zaman dkk., 2009: 413). Hal ini berarti bahwa kegiatan belajar anak dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan tanpa bantuan media.

Dalam penggunaan media pembelajaran harus memperhatikan dan mempertimbangkan tujuan agar hasil yang diperoleh maksimal. Oleh sebab itu, penggunaan media harus disesuaikan pada tema atau tujuan yang ingin diperoleh dengan menggunakan media tersebut, begitu pula pada pengembangan media tersebut, begitu pula pada pengembangan keterampilam membaca permulaan siswa. Media yang digunakan harus memuat tujuan yang dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan mengenal huruf, ketertarikan terhadap tulisan, mampu membaca gambar pada buku cerita sederhana, serta pemahaman bahwa setiap huruf memiliki bentuk dan bunyi masing-masing. Salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan adalah media flashcard.

(52)

36

untuk mengenalkan berbagai bentuk huruf, bunyi huruf, dan kata sederhana yang berhubungan dengan gambar.

Penggunaan media flashcard di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Guru mengatur tempat duduk siswa supaya lebih nyaman.

2. Guru berdiri dengan jarak kira-kira 1,5 meter di depan kelas dimana seluruh siswa dapat melihat guru.

3. Guru menyiapkan flashcard dari kelompok yang sama, ditumpuk dan dipegang dengan tangan kiri setinggi dada.

4. Guru menunjukkan halaman flashcard yang bergambar diiringi dengan mengucapkan secara jelas gambar tersebut.

5. Guru meminta siswa mengikuti atau mengulang apa yang guru ucapkan. 6. Setelah itu guru mengambil flashcard kedua yang diambil dari urutan

paling belakang diletakan di depan kemudian lakukan seperti langkah sebelumnya.

7. Guru melakukan secara berurutan sampai dengan flashcard terakhir. 8. Setelah seluruh flashcard selesai disebutkan satu persatu, guru

memberikan flashcard yang telah diterangkan kepada siswa yang duduk di dekat guru.

9. Guru meminta agar semua siswa melihat lagi satu persatu, lalu meneruskan kepada siswa yang lain.

(53)

37

Penelitian ini menggunakan media flashcard, dengan memberikan berbagai gambar beserta namanya dengan jumlah yang banyak dan bervariasi, sehingga diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak.

F. Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Zubaedah & Triyono & Ngatman (2012), dalam penelitian yang berjudul

“Penggunaan Media Flashcard dalam Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa kelas V Sekolah Dasar”. (Jurnal). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: (1) penggunaan langkah-langkah pembelajaran media flashcard dapat berjalan sesuai skenario, (2) penggunaan media flashcard dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggirs siswa kelas V sekolah dasar. Pada pra tindakan presentase ketuntasan siswa mencapai 60%, setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I presentase ketuntasan siswa meningkat menjadi 91%, pada siklus II menurun menjadi 88% dan siklus III meningkat kembali menjadi 97%.

2. Ajeng Murti Armitasari (2016), dalam penelitian yang berjudul: “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan dengan Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar pada Siswa Kelas IA SD Negeri Baleharjo, Wonosari, Gunungkidul”. Hasil dari penelitian tindakan ini adalah pembelajaran

(54)

38

permulaan menjadikan siswa lebih aktif, berani mengungkapkan pendapat, siswa merasa senang dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga kemampuan membaca permulaan siswa meningkat. Hal ini dibuktikan dengan rerata kelas dan presentase ketuntasan belajar siswa pada pratindakan, post tes siklus I dan post tes siklus II. Peningkatan nilai rerata kemampuan membaca permulaan pada siklus I sebesar 5,62, yang kondisi awal 65,23 meningkat menjadi 70,85, dan pada siklus II sebesar 17,59 yang kondisi awal 65,23 meningkat menjadi 82,82.

G. Kerangka Pikir

Kemampuan membaca permulaan adalah kecakapan yang harus dikuasai siswa kelas 1 untuk dapat mengenali huruf, membaca suku kata dan kata dengan lafal dan intonasi yang tepat serta kelancaran dalam membaca. Kemampuan membaca permulaan ini juga dijadikan dasar siswa untuk belajar membaca lanjut. Jika pembelajaran membaca di kelas awal tidak kuat, pada tahap membaca lanjut siswa akan sulit memiliki kemampuan membaca yang memadai. Pentingnya membaca permulaan ini menuntut guru untuk membantu siswa mampu membaca dengan baik.

(55)

39

kemampuan membaca permulaan siswa. Karena media flashcard mempunyai beberapa kelebihan diantaranya: 1) mudah dibawa-bawa, 2) praktis dalam pembuatan dan penggunaan, 3) mudah diingat oleh siswa karena tampilannya yang menarik, dan 4) dapat membuat siswa senang dalam belajar. Dengan menggunakan media flashcard dalam pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas 1 SD Negeri 2 Ambalresmi diharapkan kemampuan membaca permulaan siswa dapat meningkat dari sebelumnya.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat dituangkan kedalam bagan alur kerangka pikir sebagai berikut.

(56)

40 H. Hipotesis

(57)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2009: 3). Suhardjono (2015: 124) mengatakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2009: 26), penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.

(58)

42

atau sekolah. Sedangkan menurut Suwarsih Madya (2009: 51) penelitian kolaboratif adalah penelitian yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian pendidikan yang dilaksanakan di dalam kelas dengan cara mengkaji masalah dan mengumpulkan data, kemudian membuat rancangan-rancangan tindakan yang dimaksudkan supaya terjadi perbaikan atau penyempurnaan dan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di kelas. Dalam penelitian ini, peneliti memilih jenis penelitian kolaboratif. Yang dimaksud kolaboratif adalah peneliti bekerja sama dengan guru kelas I SD N 2 Ambalresmi mulai dari pemilihan media, menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), melakukan pengamatan, hingga penilaian.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas 1 SD Negeri 2 Ambalresmi, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen pada semester genap tahun ajaran 2016/ 2017. Penelitian ini dilaksanakan di kelas 1 SD Negeri 2 Ambalresmi dikarenakan kemampuan membaca permulaan siswa masih rendah. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan, terdapat 18 siswa yang belum mencapai nilai rata-rata dari 29 siswa.

(59)

43

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2016/ 2017 yang dilaksanakan di bulan Maret-April.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 2 Ambalresmi. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah 29 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Subjek penelitian ini berdasarkan pada hasil observasi dan tes kemampuan membaca permulaan pratindakan yang menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan dan keaktifan siswa perlu ditingkatkan. Pada tabel 3 akan disajikan profil kelas sebelum dilakukan tindakan.

Tabel 3. Profil Kelas 1 Sebelum Dilakukan Tindakan

Kelas Jumlah Siswa Nilai Rata-rata Kemampuan Membaca

Laki-laki Perempuan

1 14 15 68,6

2. Objek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan media flashcard untuk siswa kelas I SD Negeri 2 Ambalresmi, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen.

D. Desain Penelitian

(60)

44

Adapun gambaran perencanaan tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.

Gambar 2. Desain Penelitian menurut Kemmis dan Taggart

Dalam penelitian ini, setiap siklus terdiri dari: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (action) & pengamatan (observation), dan 3) refleksi (reflection).

1. Perencanaan

Pihak yang mempersiapkan perencanaan adalah peneliti yang berkolaborasi dengan guru. Guru bertindak sebagai pelaksana tindakan sementara peneliti bertindak sebagai pengamat yang mengamati proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media flashcard. Tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah dan kemudian merancang

Keterangan : Siklus I :

1. Perencanaan I

2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi I

Siklus II :

4. Perencanaan II

(61)

45

tindakan yang akan dilakukan. Secara lebih rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

a. Menemukan masalah di lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi pada kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran di dalam kelas. Peneliti mencatat hal-hal serta permasalahan terkait kemampuan membaca pada siswa kelas I SD Negeri 2 Ambalresmi. Selanjutnya peneliti mendiskusikan dengan guru menentukan media dalam pembelajaran membaca permulaan yaitu dengan menggunakan media flashcard.

b. Langkah pembelajaran membaca permulaan pada siklus I tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan langkah-langkah media flashcard.

c. Merencanakan dan membuat media flashcard.

d. Melatih guru untuk melaksanakan proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media Flashcard.

e. Merancang instrumen penelitian yaitu instrumen penelitian berupa lembar observasi baik untuk siswa maupun guru serta instrumen tes membaca permulaan.

(62)

46

Tindakan ini dilakukan sesuai dengan panduan perencanaan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah direncanakan. Pada siklus I dan II, direncanakan tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap observasi. Pelaksanaan tindakan ini bersifat fleksibel dan dinamis, apabila pada saat pelaksanan terjadi di luar perencanaan maka peneliti dapat melakukan penyesuaian.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung. Observasi dilakukan pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media flashcard dan perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah dipersiapkan. Observasi juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh tindakan dan untuk mencatat kekurangan yang terjadi saat pembelajaran.

3. Refleksi

(63)

47

menentukan langkah-langkah perbaikan yang akan diterapkan pada siklus selanjutnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan, maka media pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 150) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain digunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal dan akhir siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada pokok bahasan membaca permulaan. Metode tes ini mengacu pada dua tes yang akan dilakukan, yakni tes awal dan tes akhir. Tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum tindakan. Tes akhir digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. Hasil dari penelitian ini dapat ditunjukkan pada hasil nilai pratindakan, nilai pada siklus I dan nilai pada siklus II. Pelaksanaan tes ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan saat proses pembelajaran berlangsung.

(64)

48 2. Pengamatan (Observasi)

Menurut Sugiyono (2013:203) teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan apabila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi berpedoman pada lembar pengamatan yang sudah dipersiapkan. Pengamatan dilakukan terhadap guru dan siswa baik sebelum, saat, maupun setelah implementasi tindakan dalam pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, observasi dapat digunakan dalam memantau guru dan memantau siswa untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dalam menerapkan media flashcard dan untuk mengumpulkan informasi tentang perilaku-perilaku siswa sebagai pengaruh tindakan yang dilakukan guru. Hasil observasi yang telah didapatkan peneliti, akan dianalisis untuk acuan tindakan selanjutnya.

3. Dokumentasi

(65)

49

diantaranya memo pimpinan sekolah, catatan harian guru, akrtu kerja, lembar kerja, bab-bab yang berisi materi pembelajaran yang dianjurkan guru maupun yang berasal dari buku-buku teks, dan sampel dari pekerjaan siswa.

Dokumen-dokumen dan catatan sekolah berupa data siswa kelas 1 SD Negeri 2 Ambalresmi, data nilai pelajaran Bahasa Indonesia, dan silabus merupakan data awal proses pelaksanaan penelitian. Sedangkan RPP, foto, dan daftar nilai hasil belajar siswa tentang membaca permulaan dengan media flashcard merupakan dokumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan siswa selama proses pembelajaran ketika tindakan penelitian berlangsung.

Informasi yang diperoleh dari dokumen-dokumen tersebut dapat memberikan informasi kepada peneliti tentang permasalahan yang terjadi di dalam kelas dan perlu diberikan solusi guna mendapat perbaikan selanjutnya. Selain itu, teknik dokumentasi ini digunakan sebagai sarana pendukung dalam penelitian selanjutnya serta sebagai bukti pelaksanaan penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Gambar

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pikir
Tabel 3. Profil Kelas 1 Sebelum Dilakukan Tindakan
Gambar 2. Desain Penelitian menurut Kemmis dan Taggart
Tabel 4. Kisi-kisi Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Independensi komite audit, independensi dewan komisaris, kepemilikan manajerial, jumlah rapat dewan komisaris, dan jumlah rapat komite audit tidak berpengaruh

ada.Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen.Dalam kisi-kisi instrumen terdapat variabel yang diteliti, indikator

Selanjutnya dewan anggota tersebut akan mengadakan pembahasan mengenai berapa jumlah yang dapat dissepakati oleh kedua belah pihak sebagai nilai UMK yang akan ditawarkan

Bila Jia Li bukan yang terbaik baginya dan dia bukan yang terbaik bagi Jia Li, Allah akan merenggangkan dengan cara yang terbaik.”.. 200 Akidah Iman Kepada Qada

Satu model litar yang mengagihkan kuasa ke satu rumah tipikal ditunjukkan dalam Rajah 1(b) dengan polariti voltan dan arah arus diberikan kepada semua komponen

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan MKJI 1997, diperoleh derajat kejenuhan ruas jalan Andi Pangeran Pettarani berada pada kisaran 0.55-0.87 dengan

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat holistik, sehingga peneliti kualitatif tidak menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel tertentu,

Siswa yang memiliki pemahaman yang baik terhadap bacaan, maka akan mudah dalam memahami masalah sehingga dapat menyelesaikan soal cerita dengan baik pula. Artinya jika