PERBEDAAN TINGKAT PEMAHAMAN GURU EKONOMI
TERHADAP STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU
DARI MASA KERJA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN STATUS
SEKOLAH
Survei:Guru Ekonomi SMA/MA di Kabupaten Sleman
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhi Salah SatuSyarat MemperolehGelarSarjanaPendidikan
Program Studi PendidikanEkonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Diana Pramesti
NIM: 091324032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
TINGKAT PENDIDIDIKAN, DAN STATUS SEKOLAH
Survei: Guru Ekonomi SMA/MA di Kabupaten Sleman
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh:
Diana Pramesti
091324032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW
Bapak Sugiran dan Ibu Sunarti yang tak hentinya memberikanku doa,
semangat dan kasih sayang
Adikku Sidiq Satrio Mandiri
Sahabat-sahabatku yang selama ini telah memberikan persahabatan
yang tulus. Terima kasih atas hari-hari yang indah dan penuh warna
Keluarga besar Pendidikan Ekonomi 2009
v
MOTTO
“Siapa yang Bersungguh-Sungguh Pasti Berhasil”
Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat
berharga. Memilik waktu tidak menjadikan kita
kaya, tetapi menggunakannya dengan baik
adalah sumber dari semua kekayaan
Tak ada rahasia untuk menggapai sukses
sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras, dan mau belajar dari
kegagalan
~Mario Teguh~
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Juli 2013 Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Diana Pramesti
Nomor Mahasiswa : 091324032
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERBEDAAN TINGKAT PEMAHAMAN GURU EKONOMI TERHADAP
STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA,
TINGKAT PENDIDIKAN, DAN STATUS SEKOLAH
(Survei: Guru Ekonomi SMA/MA di Kabupaten Sleman, DIY)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 15 Juli 2013
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
PERBEDAAN TINGKAT PEMAHAMAN GURU EKONOMI TERHADAP STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA,
TINGKAT PENDIDIKAN, DAN STATUS SEKOLAH Survei: Guru Ekonomi SMA/MA di Kabupaten Sleman
Diana Pramesti Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat pemahaman guru ekonomi terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, tingka tpendidikan, dan status sekolah.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah di Kabupaten Sleman pada bulan Mei 2013. Populasi dari penelitian ini adalah guru ekonomi yang berjumlah 44 orang. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan menggunakan tes. Uji instrument berupa uji validitas dan reliabilitas hanya digunakan pada variabel tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan. Analisis data menggunakan anova.
ix ABSTRACT
THE DIFFERENT PERCEPTION OF ECONOMICS TEACHERS TOWARDS THE STANDARD OF EDUCATION ACCESSMENT PERCEIVED FROM THE LENGTH OF THE SERVICE, LEVEL OF EDUCATION, AND SCHOOL
STATUS
A Survey: Economics Teacher Senior High Shool/ Islamic Senior High School in Sleman
Diana Pramesti Sanata Dharma University
2013
This study aims to find out the differences of the level of understanding of economics teachers toward the education assessment standards perceived from the length of service, level of education, and school status.
This research is a quantitative research conducted in Senior High School and Islamic Senior High School in Sleman district in May 2013. The population of this research were 44 economics teachers. Samples were taken by a simple random sampling technique. Data were collected by using a test. A test instrument validity and reliability were only used at variable rate teachers understanding of the assessment education standard. Data were analyzed by ANOVA.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, kasih dan
karunia-Nya yang tidak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan, program studi Pendidikan Ekonomi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal penyusunan hingga akhir,
tidak sedikit pihak yang turut terlibat. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan
tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan,
bimbingan dan bantuan yang tidak terhingga dari:
1. Allah SWT yang selalu membimbing dan menyertai setiap langkah penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
2. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ., Rektor Universitas Sanata
Dharma yang memberikan kesempatan pada penulis untuk memperoleh
pendidikan terbaik selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.
3. Romo C. Kuntoro Adi, SJ., M.A., M.Sc., Ph.D.,wakil rektor III Universitas
Sanata Dharma, yang membimbing penulis selama berproses dalam kegiatan
kemahasiswaan.
4. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
xi
5. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
6. Bapak Y.M.V Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing I, yang
telah membimbing dan meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam
memberikan bimbingan dan semangat.
7. Bapak Dr. Constantinus Teguh Dalyono, M.S. selaku Dosen Pembimbing II
yang dengan penuh ketelitian dalam memeriksa skripsi ini.
8. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku dosen tamu penguji dalam skripsi
ini.
9. Bapak Drs. Joko Wicoyo, M.Si. yang telah meluangkan waktunya untuk
mengoreksi abstract penulis.
10. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata
Dharma, yang telah mendidik dan membimbing saya selama kuliah.
Terimakasih banyak atas ilmu yang telah diberikan, segala jasa dan kenangan
tidak akan pernah saya lupakan.
11. Mbak Titin yang selalu memberikan informasi dan membantu dalam
kelancaran selama masa perkuliahan dan pembuatan skripsi penulis.
12. Bapak Sugiran dan Ibu Sunarti, selaku orangtua saya. Terimakasih atas doa,
semangat, dukungan serta kasih sayang yang telah diberikan selama ini.
13. Bapak dan Ibu Guru Ekonomi SMA dan MA di Kabupaten Sleman yang
telah berkenan membantu saya.
xii
15. Mbak Tri. Terimakasih telah menjadi kakak sekaligus sahabat yang baik
buatku. Terimaksih atas waktu dan kesetiaannya dalam suka maupun duka
selama ini.
16. Hesti, Ratna, Widia. Terima kasih telah menjadi sahabat terbaik di
Pendidikan Ekonomi 2009.
17. Keluarga besar Pendidikan Ekonomi 2009 lainnya yang selalu menjaga
kebersamaan dan kekompakan sampai sekarang ini.
18. Semua pihak dan teman-teman yang telah membantu penyusunan skripsi
yang tidak dapat disebutkan satu persatu hingga terwujudnya skripsi ini.
Penulis berharap, semoga apa yang telah penulis susun dalam skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Dengan rendah hati, penulis
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan karya
yang lebih baik.
Yogyakarta, 15 Juni 2013
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
2. Standar Penilaian Pendidikan ... 13
3. Guru ... 28
4. Masa Kerja ... 36
5. Tingkat Pendidikan ... 37
6. Status sekolah ... 38
B. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 41
xiv
1. Subjek Penelitian ... 45
2. Objek Penelitian ... 46
3. Populasi Penelitian ... 46
4. Sampel Penelitian ... 46
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 47
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 48
F. Teknik Pengumpulan Data ... 53
G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 54
1. Pengujian Validitas ... 54
2. Pengujian Reliabilitas ... 55
H. Teknik Analisis Data ... 56
1. Pengujian Statistik Deskriptif ... 56
2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 56
3. Pengujian Hipotesis ... 57
BAB IV HASIL TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Deskripsi Sekolah ... 60
B. Deskripsi Responden ... 62
C. Deskripsi Data ... 65
D. Analisis Data dan Pembahasan ... 71
1. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 71
2. Analisis Data ... 74
3. Pembahasan ... 79
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 88
A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 89
C. Keterbatasan Penelitian ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 91
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari proses penilaian yang
dilakukan guru kepada peserta didik untuk melihat perkembangan peserta
didik. Sistem penilaian yang baik dapat memotivasi peserta didik untuk
belajar lebih baik. Untuk melakukan proses penilaian, seorang guru tidak
hanya asal menilai melainkan harus merujuk pada standar penilaian
pendidikan. Guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 14 tahun
2005. Oleh karena itu dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan
diperlukan perbaikan sistem penilaian. Fenomena yang sering dilakukan
pendidik di sekolah terhadap proses penilaian saat ini terkadang tidak
mencerminkan prestasi peserta didik yang sebenarnya. Guru sering kali
melakukan penilaian kepada peserta didik tanpa memperhatikan standar
penilaian pendidikan yang didalamnya memuat mekanisme, prosedur, dan
penilaian hasil belajar peserta didik. Misalnya, ada seorang peserta didik yang
bersikap kurang aktif di dalam proses pembelajaran, maka nilai yang
diperoleh peserta didik dikurangi dengan alasan karena peserta didik tersebut
kurang aktif. Hal tersebut tentunya akan mengganggu hasil pencapaian
dirinya kurang mendapatkan apresiasi dalam pembelajaran. Terdapat pula
guru yang melakukan penilaian dengan alasan subjektifitas semata yang akan
menimbulkan ketidakadilan terhadap peserta didik yang lain. Oleh karenanya
agar proses penilaian dapat berjalan dengan baik dan benar maka guru harus
mengetahui standar penilaian pendidikan yang telah disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan.
Di Kabupaten Sleman jumlah guru lebih banyak dibandingkan dengan
kabupaten lain yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari besarnya
ketersediaan guru itulah yang membuat pemerintah memberikan perhatian
lebih kepada guru tersebut dalam rangka peningkatan mutu pendidikan yang
salah satunya adalah peningkatan pemahaman guru terhadap standar penilaian
pendidikan. Guru-guru ekonomi diberikan pembekalan yang lebih besar jika
dibandingkan dengan kabupaten lain sehingga diharapkan guru memiliki
pemahaman yang baik terhadap standar nasional pendidikan.
Penilaian hasil belajar yang dilakukan guru merupakan proses
pengumpulan dan pengolahan informasi yang dimaksudkan untuk mengetahui
pencapaian hasil belajar peserta didik. Dalam melaksanakan penilaian, standar
penilaian pendidikan menjadi hal penting bagi setiap guru karena didalamnya
termuat tujuan, teknik dan instrumen, prinsip, mekanisme dan prosedur
pendidikan, penilaian oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah serta
penentuan kelulusan siswa oleh satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh
dan proses pembelajaran dalam bentuk ulangan harian, ujian tengah semester,
ujian semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian hasil belajar digunakan
untuk menilai kompetensi peserta didik dan mengukur sejauh mana tingkat
pemahaman materi yang telah dipelajari sebelumnya oleh siswa. Oleh karena
itu setiap pendidik hendaknya memberikan penilaian yang objektif dan
menggambarkan pencapaian prestasi peserta didik yang sebenarnya.
Pemahaman para guru ekonomi terhadap standar penilaian pendidikan
diduga mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut dikarenakan oleh beberapa
faktor dalam guru itu sendiri yang berdampak signifikan dalam membentuk
pandangan setiap guru tentang penilaian pendidikan, seperti dalam hal masa
kerja, tingkat pendidikan, dan status sekolah. Perbedaan masa kerja akan
mempengaruhi guru dalam penilaian. Guru yang memiliki masa kerja
bertahun-tahun akan mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang lebih
tentang standar penilaian pendidikan dari pada guru yang memiliki masa kerja
beberapa tahun. Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman
guru terhadap standar penilaian pendidikan yaitu tingkat pendidikan. Guru
yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi diduga akan memiliki tingkat
pemahaman yang lebih baik mengenai standar penilaian pendidikan daripada
guru yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah. Pada aspek status
sekolah, secara umum guru yang bekerja di sekolah negeri akan memiliki
tingkat pengetahuan yang lebih baik mengenai standar penilaian pendidikan
pendidikan tersebut banyak diperoleh dari sosialisasi yang sering diadakan
pemerintah, pelatihan dan seminar.
Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini akan mengungkap
perbedaan tingkat pemahaman guru ekonomi di kabupaten Sleman terhadap
standar penilaian pendidikan.
B. Identifikasi Masalah
Tingkat pemahaman guru ekonomi terhadap standar penilaian
pendidikan diduga dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: Masa
Kerja, Tingkat Pendidikan Guru, Status Sekolah, Status Kepegawaian,
Lingkungan Sosial Guru, Status Kepegawaian, Prestasi Guru. Karena
keterbatasan kemampuan peneliti untuk melakukan penelitian seluruh
permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor
yang diduga mempunyai pengaruh yang dominan terhadap tingkat
pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan. Faktor-faktor
C. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian
pendidikan?
2. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru ekonomi terhadap
standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja?
3. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru ekonomi terhadap
standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan?
4. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru ekonomi terhadap
standar penilaian pendidikan ditinjau dari status sekolah?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian
pendidikan.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat pemahaman guru
terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat pemahaman guru
terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat pemahaman guru
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru
untuk melakukan penilaian sesuai dengan standar penilaian
pendidikan.
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan membuka wawasan tentang
pentingnya melakukan penilaian sesuai dengan standar penilaian
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
pasal 1 ayat 17 ).
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan
penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi
tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik, penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar
seorang peserta didik (Departemen Pendidikan Nasional, 2003).
Penilaian merupakan istilah umum yang mencakup semua
metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu
peserta didik atau kelompok. Proses penilaian mencakup pengumpulan
bukti untuk menunjukkan pencapaian belajar peserta didik. (Tim
Pengembang Pedoman Umum Pengembangan Penilaian, 2004).
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran
bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, serta memperbaiki
proses pembelajaran yang dilakukan secara konsisten, sistematik, dan
terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis
atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian
diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian
Pendidikan dan Panduan Penilaian kelompok mata pelajaran
(Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007).
Adapun prinsip penilaian menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan bahwasannya pelaksanaaan penilaian hasil belajar peserta
didik didasarkan pada data yang sahih yang diperoleh melalui
prosedur dan istrumen yang memenuhi persyaratan dengan
mendasarkan diri pada prinsip-prinsip:
a. Mendidik, yaitu proses penilaian hasil belajar harus mampu
memberikan sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil
belajar peserta didik, hasil penilaian harus dapat memberikan
umpan balik dan motivasi kepada peserta didik untuk lebih giat
belajar.
b. Terbuka atau transparan, artinya bahwa prosedur penilaian, kriteria
penilaian ataupun dasar pengambilan keputusan harus disampaikan
seara transparan dan diketahui oleh pihak-pihak terkait secara
c. Menyeluruh, artinya penilaian hasil belajar yang dilakukan harus
meliputi berbagai aspek kompetensi yang akan dinilai yang terdiri
dari ranah pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotor, sikap,
dan nilai afektif yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak.
d. Terpadu dengan pembelajaran, artinya bahwa dalam melakukan
penilaian kegiatan pembelajaran harus mempertimbangkan
kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga penilaian tidak hanya
dilakukan setelah siswa menyelesaikan pokok bahasan tertentu,
tetapi juga dalam proses pembelajaran.
e. Objektif, artinya proses penilaian yang dilakukan harus
meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subyektif
dari penilai.
f. Sistematis, yaitu penilaian harus dilakukan secara terencana dan
bertahap serta berkelanjutan untuk dapat memperoleh gambaran
tentang perkembangan belajar siswa.
g. Berkesinambungan, yaitu evaluasi harus dilakukan secara terus
menerus sepanjang rentang waktu pembelajaran.
h. Adil, bahwa dalam proses penilaian tidak ada siswa yang
diuntungkan atau dirugikan berdasarkan latar belakang sosial,
ekonomi, agama, budaya, bahasa, suku bangsa, warna kulit, dan
i. Pelaksanaan penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu
menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Proses penialaian juga harus memperhatikan standar umum
penilaian yang merupakan aturan main dari aspek-aspek umum dalam
pelaksanaan penilaian, sehingga untuk melakukan penilaian pendidik
harus selalu mengacu pada standar umum penilaian sesuai dengan
standar nasional pendidikan yang meliputi prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1) Pemilihan teknik penilaian yang disesuaikan dengan karakteristik
mata pelajaran serta jenis informasi yang ingin diperoleh dari
peserta didik.
2) Informasi yang dihimpun mencakup ranah-ranah yang sesuai
dengan standar isi dan standar kompetensi lulusan.
3) Informasi mengenai perkembangan perilaku peserta didik
dilakukan secara berkala pada kelompok mata pelajaran
masing-masing.
4) Pendidik harus selalu mencatat perilaku siswa yang menonjol baik
yang bersifat positif maupun negatif dalam buku catatan perilaku.
5) Melaksanakan sekurang-kurangnya tiga kali ulangan harian
6) Pendidik harus menggunakan teknik penilaian yang bervariasi
sesuai dengan kebutuhan
7) Pendidik harus selalu memeriksa dan memberikan balikan kepada
peserta didik atas hasil kerjanya sebelum memberikan tugas
lanjutan.
8) Pendidik harus memiliki catatan komulatif tentang hasil penilaian
untuk setiap siswa yang berada di bawah tanggung jawabnya.
Pendidik harus pula mencatat semua kinerja siswa, untuk
menentukan pencapaian kompetensi siswa.
9) Pendidik melakukan ulangan tengah dan akhir semester untuk
menilai penguasaan kompetensi sesuai dengan tuntutan dalam
standar kompetensi dan standar lulusan.
10)Pendidik yang diberi tugas menangani pengembangan diri harus
melaporkan kegiatan siswa kepada wali kelas untuk dicantumkan
jenis kegiatan pengembangan diri pada buku laporan pendidikan.
11)Pendidik menjaga kerahasiaan pribadi siswa dan tidak
disampaikan kepada pihak lain tanpa seijin yang bersangkutan
maupun orang tua/ wali murid.
a) Fungsi dan Tujuan Penilaian
Fungsi dari penilaian menurut Sudjana, (1995:4) adalah sebagai
berikut:
(2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan intruksional,
kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru dan lain-lain.
(3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada
para orang tua. Dalam laporan tersebut dikemukakan
kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai
bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya
Sedangkan tujuan dari penilaian menurut Sudjana, (1995: 4)
adalah sebagai berikut :
(1) Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat
diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang
studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
(2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah
tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang
diharapkan.
(3) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan
(4) Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak
sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan yang meliputi
pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa.
2. Pengertian Standar Penilaian Pendidikan
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 pasal 1 ayat 11 Standar Penilaian Pendidikan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 63 tentang Standar Nasional
Pendidikan disebutkan bahwa cakupan penilaian pendidikan
khususnya penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri dari:
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 64
dijelaskan pula mengenai penilaian hasil belajar oleh pendidik yang
dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Penilaian digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta
memperbaiki proses pembelajaran. Untuk penilaian hasil belajar
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian diakui melalui
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik serta ujian,
ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta
didik. Untuk penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan,
dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang
dinilai. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika
dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap
untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta
didik. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olah
raga, dan kesehatan dilakukan melalui pengamatan terhadap
perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan
psikomotorik dan afeksi peserta didik dan ulangan, dan/atau
penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. Untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah BSNP menerbitkan paduan
penilaian untuk:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 65 bertujuan menilai
pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok
mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan penilaian
akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan. Penilaian akhir yang dilakukan juga mempertimbangkan
hasil penilaian peserta didik oleh pendidik. Untuk semua mata
pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan
melalui ujian sekolah atau madrasah untuk menentukan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan. Untuk dapat mengikuti ujian
sekolah atau madrasah peseta didik harus mendapatkan nilai yang
sama atau lebih besar dari batas ambang kompetensi yang dirumuskan
oleh BSNP, yaitu pada kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok
mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Ketentuan mengenai
penilaian akhir dan ujian sekolah atau madrasah diatur lebih lanjut
Penilaian hasil belajar oleh pemerintah menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 66 bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi
dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional yang dilakukan secara
objektif, berkeadilan, dan akuntabel. Ujian nasional diadakan
sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam
satu tahun pelajaran. Dalam hal ini pemerintah menugaskan BSNP
untuk menyelenggarakan ujian nasional yang diikuti peserta didik
pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan
menengah dan jalur nonformal kesetaraan. Dalam penyelenggaraan
ujian nasional Badan Standar Nasional Pendidikan bekerja sama
dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten atau Kota, dan satuan pendidikan.
Fungsi dari hasil ujian nasional dapat digunakan sebagai salah satu
pertimbangan untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan
pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya,
penentu kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan
pendidikan, dan pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Setiap peserta didik jalur formal pendidikan dasar dan menengah dan
nasional dan berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus
dari satuan pendidikan tanpa dipungut biaya. Untuk peserta didik
pendidikan informal dapat mengikuti ujian nasional setelah memenuhi
syarat yang ditetapkan BSNP. Peserta ujian nasional memperoleh surat
keterangan hasil ujian nasional yang diterbitkan oleh satuan
pendidikan penyelenggaraan Ujian Nasional.
Pada jenjang SD/MI/SDLB, atau bentuk lain yang sederajat, Ujian
Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika,
dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada progam paket A, Ujian
Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika,
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan
Pendidikan Kewarganegaraan. Pada jenjang SMP/MTs/SMPLB, atau
bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional mencakup pelajaran Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). Pada program paket B, Ujian Nasional mencakup mata
pelajaran pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan
Pendidikan Kewarganegaraan. Pada SMA/MA/SMALB atau bentuk
lain yang sederajat, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran
Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan mata pelajaran
yang menjadi cirikhas program pendidikan. Pada program paket C,
Inggris, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, dan mata
pelajaran yamg menjadi ciri khas program pendidikan. Pada jenjang
SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional mencakup
pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata
pelajaran kejuruan yang menjadi ciri khas program pendidikan.
Kriteria kelulusan ujian nasional dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Peserta didik dinyatakan lulus
dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah
menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai
minimal baik pada penilaian akhir seluruh mata pelajaran kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,
dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan serta
lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi dan lulus Ujian Nasional. Kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan
yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Standar Penilaian Pendikan diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007.
Penilaian pendidikan meliputi ulangan harian, ulangan tengah
sekolah/madrasah, ujian nasional. Yang dimaksud dengan ulangan
harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan
satu kompetensi dasar (KD) atau lebih. Ulangan tengah semester
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9
minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengatur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir
semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan KD pada semester tersebut. Ujian
sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi
peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk
memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu
persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan.Ujian Nasional yang
selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam
rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pedidikan. Dalam
peraturan menteri tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan
adanya kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan
akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang
kompetensi.
Prinsip penilaian diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 20 Tahun
2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang didasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur.
2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan
kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penialai.
3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik karena kebutuhan khusus serta perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan gender.
4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh
pendidik mencakup semua aspek kompetensi sengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan,
baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
Selain itu dijelaskan pula tentang Teknik dan Instrumen
Penilaian yang meliputi penilaian hasil belajar oleh pendidik
menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi,
penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta
didik. Teknis tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes
kinerja. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama
pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran.
Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat
berbentuk tugas rumah dan/atau proyek. Instrumen penilaian hasil
belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan antara lain
substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai,
kontruksi adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan, dan bahasa adalah menggunakan bahasa
yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf
oleh satuan pendidikan dalam bentuk ujian sekolah/madrasah
memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta
memiliki bukti validitas empirik. Instrumen penilaian yang digunakan
oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi,
konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta
menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antar sekolah, antar
daerah, dan antar tahun.
Adapun mekanisme dan prosedur penilaian pendidikan
menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2007 yaitu penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan
pemerintah. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan
pada saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian
dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Ulangan tengah
semester, dan ulangan kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik di
bawah koordinasi satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar peserta
didik pada mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada UN dan aspek
kognitif dan/atau aspek psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan
prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari
satuan pendidikan. Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan
untuk mata pelajaran kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok
mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan ditentukan
melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh
pendidik. Penilaian akhir hasil belajar peserta didik kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan
melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh
pendidik dengan mempertimbangkan hasil ujian sekolah/madrasah.
Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah
menyusun kisi-kisi ujian, mengembangkan instrumen, melaksanakan
ujian, mengolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian
sekolah madrasah, dan melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.
Penilaian akhlak mulia yang ,merupakan aspek afektif dan kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan
perilaku beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh
guru agama dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata
pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. Penilaian kepribadian,
yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggung jawab sebagai
warga masyarakat dan warga negara yang baik sesuai dengan norma
berbangsa, adalah bagian dari penilaian kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian oleh guru pendidikan
kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata
pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. Penilaian mata pelajaran
muatan lokal mengikuti penilaian kelompok mata pelajaran yang
relevan. Keikutsertaan dalam kegiatan pengembangan diri dibuktikan
dengan surat keterangan yang ditandatangani oleh pembina kegiatan
dan kepala sekolah/madrasah. Hasil ulangan harian diinformasikan
kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya.
Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti remidi.
Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan
dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai
dengan deskripsi kemajuan belajar. Kegiatan penilaian oleh
pemerintah dilakukan melalui UN dengan langkah-langkah yang
diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS) UN yang
diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional bekerjasama dengan
instansi terkait. Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan
untuk dijadikan salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan dan salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk jenjang
pendidikan berikutnya. Kemudian hasil analisis data UN disampaikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk pemetaan mutu
bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan
belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan
pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan menginformasikan
silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan
kriteria penilaian pada awal semester, mengembangkan indikator
pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat
menyusun silabus mata pelajaran, mengembangkan instrumen dan
pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang
dipilih, melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk
lain yang diperlukan, kemudian melakukan pengolahan hasil penilaian
untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta
didik, mengembalikan hasil belajar dan kesulitan belajar kepada
peserta didik, memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan
pembelajaran, melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap
akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu
nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai
cerminan kompetensi utuh, melaporkan hasil penilaian akhlak kepada
guru Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru
nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan
kategori sangat baik, baik, atau kurang baik.
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk
menilai pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata
pelajaran. Penilaian tersebut meliputi kegiatan menentukan Kriteria
Ketuntasan Minimal setiap mata pelajaran dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi
satuan pendidikan melalui rapat dewan penidik, mengkoordinasikan
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas, menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan
pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan
pendidik, menentukan kriteria program pembelajaran bagi satuan
pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester melalui rapat
dewan pendidik, menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran
estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga
dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan
mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik, menentukan nilai
akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui
rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh
pendidik dan nilai hasil ujian sekolah/madrasah, menyelenggarakan
ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian sekolah/madrasah
bagi satuan pendidikan penyelenggara UN, melaporkan hasil penilaian
mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap
akhir semester kepada orangtua/wali peserta didik dalam bentuk buku
laporan pendidikan, melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat
satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota.
Adapun pihak satuan pendidikan ikut berperan dalam
menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui
rapat dewan pendidik sesuai dengan kriteria: menyelesaikan seluruh
program pembelajaran, memperoleh nilai minimal baik pada penilaian
akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia; kelompok mata pelajaran kewarganegaraan;
kelompok mata pelajaran estetika; dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olah raga, dan kesehatan, lulus ujian sekolah/madrasah, dan
lulus UN dan menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional
(SKHUN) setiap peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional serta
Ijazah kepada setiap peserta didik yang lulus bagi satuan pendidikan
penyelenggara UN.
Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah menurut Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar
penilaian pendidikan dilakukan dalam bentuk UN yang bertujuan
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi. UN didukung oleh suatu sistem yang
menjamin mutu dan keserasiaan soal serta pelaksanaan yang aman,
jujur, dan adil. Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan
mutu program dan/atau satuan pendidikan, Pemerintah menganalisis
dan membuat peta daya serap berdasarkab hasil UN dan
menyampaikan ke pihak yang berkepentingan. Hasil UN menjadi
salah satu pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan
kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan. Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu
pertimbangan dalam menentukan kelulusan peserta didik pada seleksi
masuk jenjang pendidikan berikutnya. Hasil Ujian Nasional
digunakan sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari
satuan pendidikan yang kriteria kelulusannya ditetapkan setiap tahun
oleh Menteri berdasarkan rekomendasi BSNP.
3. Pengertian Guru
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesian Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang dimaksud guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Istilah profesional dalam
pengertian tersebut merupakan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi. Pihak pihak penyelenggara pendidikan adalah Pemerintah,
pemerintah daerah, atau masyarakat yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur pendidikan formal.
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik tersebut diperoleh melalui pendidikan tinggi
program sarjana atau program diploma empat serta memiliki
kompetensi. yang dimaksud kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam tugas keprofesionalan.
Adapun kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi
pedagogik yang merupakan kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi
karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual; Menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik; Mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu;
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik; Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran;
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki; Berkomunikasi
secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik;
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar;
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran; Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran.
Kompetensi ke dua yang harus dimiliki seorang guru adalah
kompetensi kepribadian yang merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia
yang di dalamnya memuat aspek aspek penting meliputi Bertindak
sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia; Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat; Menampilkan
Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri; Menjunjung tinggi kode etik
profesi guru.
Kompetensi ke tiga yang harus dimiliki guru adalah
kompetensi Profesional. Dalam Standar Nasional Pendidikan pasal 28
ayat 3 butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam dan memungkinkan membimbing peserta
didik dalam memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan yang meliputi Menguasai materi,
struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu; Menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu; Mengembangkan
materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; Mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif; Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Kompetensi yang ke empat adalah kompetensi Sosial. Menurut
Standar Nasional Pendidikan dalam pasal 28 ayat 3 butir d
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Menurut Pemendiknas nomor 16 tahun 2007 Kompetensi sosial
meliputi bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial ekonomi; Berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat; Beradaptasi di tempat
bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki
keragaman sosial budaya; Berkomunikasi dengan komunitas profesi
sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan
khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki bakat, minat,
panggilan jiwa, dan idealisme. Guru juga harus memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia; memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai dengan bidang tugas; memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas;memiliki tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan; memperoleh penghasilan yang
ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; memiliki kesempatan untuk
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang hayat; memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan tugas keprofesionalan guru.
Pihak-pihak yang berhubungan dan bertanggung jawab degan
pendidikan yaitu masyarakat. Dalam hal ini masyarakat adalah
kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai
perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Pemerintah yang
dimaksud yakni pemerintah pusat. Mencakup pula pemerintah daerah
yaitu pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten atau pemerintah
kota, dan menteri yaitu menteri yang mengurusi urusan pemerintahan
dalam bidang pendidikan nasional.
a. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, kedudukan, fungsi dan tujuan guru
adalah sebagai berikut:
1) Kedudukan Guru
Sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
formal yang diangkat sesuia dengan peraturan
2) Fungsi Guru
Untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional.
3) Tujuan Guru
Bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
b. Hak dan Kewajiban
1) Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 14
dalam melaksanakan keprofesionalan, guru berhak:
a) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup
minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
b) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan
tugas dan prestasi kerja.
c) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan
hak atas kekayaan intelektual.
e) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana
pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan.
f) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi
kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan,
kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.
g) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas.
h) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi
profesi.
i) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan
kebijakan pendidikan.
j) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi
dan/atau
k) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam
bidangnya.
2) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005
Pasal 20 dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,
a) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran;
b) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik
dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
c) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi
fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
d) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum,
dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
e) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Masa Kerja
Masa Kerja adalah jumlah waktu yang telah ditempuh seseorang untuk
menjalani suatu pekerjaan. Sedangkan Martoyo (2000:34) berpendapat
bahwa masa kerja atau pengalaman kerja adalah mereka yang
dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang
nantinya akan diberikan di samping kemampuan intelegensinya yang
juga menjadi dasar pertimbangan selanjutnya. Dalam penelitian ini,
penggolongan masa kerja atau klasifikasi masa kerja dibagi menjadi
Masa Kerja (Tahun) 0-10 tahun
11-20 tahun >21 tahun
5. Tingkat Pendidikan
Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Bab 1 pasal 1 ayat 8 Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yangdikembangkan.
Menurut Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
tahun 2003, indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang
pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan,
terdiri dari:
a. Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan)
tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar merupakan jenjang
pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau
b. Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan
dasar. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
c. Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
d. Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan
spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
6. Status Sekolah
Sekolah merupakan lembaga formal yang digunakan dalam proses
belajar mengajar. Berdasarkan Keputusan-Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 1993 sekolah
dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Sekolah Negeri
Sekolah Negeri adalah sekolah yang diselenggarakan oleh
pemerintah. Tanggung jawab pengelola sekolah (kepala
sekolah) negeri adalah sebagai berikut:
1) Penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang meliputi:
b) Pengaturan kegiatan belajar mengajar,pelaksanaan
penilaian dan proses belajar serta bimbingan penyuluhan.
c) Penyusunan Rencana dan Anggaran Belanja Sekolah
(RAPBS)
2) Pembinaan Kesiswaan.
a) Pelaksanaan bimbingan dan penilaian bagi guru dan
tenaga pendidik lainnya.
b) Penyelenggaraan administrasi sekolah
c) Perencanaan pengembangan, pendayagunaan dan
pemeliharaan sarana prasarana
b. Sekolah Swasta
Sekolah Swasta adalah sekolah yang diselenggarakan oleh
masyarakat. Tanggung jawab pengelola swasta diatur sebagai
berikut:
1) Menteri bertanggung jawab atas pengelolaan yang
berkenaan dengan:
a) Pengembangan, pengadaan, dan pendayagunaan
kurikulum.
b) Pembinaan dan pengembangan guru serta tenaga
pendidik lainnya.
c) Penetapan pedoman penyusunan buku pelajaran.
e) Penyusunan pedoman pengembangan, pengadaan dan
pemanfaatan peralatan pendidikan.
f) Pengawasan penyelenggaraan pendidikan.
2) Yayasan/badan yang menyelenggarakan sekolah
bertanggung jawab atas pengelolaan yang berkenaan
dengan:
a) Pengadaan, pemanfaatan, dan pengembangan guru serta
tenaga kependidikan lainnya.
b) Pengadaan dan pemanfaatan buku pelajaran
c) Pengadaan, pemanfaatan, dan pengembangan peralatan
pendidikan.
d) Pengadaan dan pemanfaatan tanah, gedungg, dan ruang
kelas.
e) Keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan,
kekeluargaan, dan perundangan sekolah.
f) Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan.
g) Penambahan jam pelajaran berkenaan dengan ciri khas
B. Hasil Penelitian Sebelumnya
Menurut penelitian sebelumnya yang berjudul Tingkat Pemahaman
Guru Terhadap Standar Penilaian Pendidikan Ditinjau dari Masa Kerja,
Profesionalisme Guru, dan Tingkat Pendidikan yang ditulis oleh Yasinta
Eka Febrianingsih tahun 2011 menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau
dari masa kerja, tidak ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap
standar penilaian pendidikan ditinjau dari status sekolah, dan tidak ada
perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan
ditinjau dari tingkat pendidikan.
C. Kerangka Berpikir
1. Perbedaan pemahaman guru ekonomi terhadap standar penilaian
pendidikan ditinjau dari masa kerja.
Standar penilaian pendidikan merupakan standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar siswa untuk mengetahui prestasi
peserta didik. Mengingat setiap guru memiliki masa kerja yang
berbeda, penulis menduga bahwa guru dengan masa kerja yang lebih
lama akan memiliki pemahaman yang lebih baik dalam standar
penilaian pendidikan dibandingkan dengan guru yang masa kerjanya
kerja yang lebih lama, maka guru akan mempunyai pengalaman yang
lebih banyak dalam memahami dan menerapkan standar penilaian
pendidikan.
2. Perbedaan pemahaman guru ekonomi terhadap standar penilaian
pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan.
Tingkat pendidikan merupakan jenjang pedidikan terakhir
yang ditempuh oleh guru melalui pendidikan formal yang disahkan
oleh departemen pendidikan sebelum melaksanakan tugas belajar
mengajar di sekolah. Penulis menduga dengan adanya perbedaan
tingkat pendidikan, guru memiliki pemahaman yang berbeda terhadap
standar penilaian pendidikan. Hal ini dikarenakan guru yang memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi akan semakin memahami standar
penilaian pendidikan dibanding guru yang memiliki tingkat
pendidikan dibawahnya.
3. Perbedaan pemahaman guru ekonomi terhadap standar penilaian
pendidikan ditinjau dari status sekolah.
Kedudukan yang melekat pada sekolah yang meliputi sekolah
negeri dan sekolah swasta. Dalam hal ini penulis menduga bahwa guru
yang mengajar di sekolah negeri akan memiliki pemahaman yang
lebih baik daripada guru yang mengajar di sekolah swasta. Hal ini
daripada sekolah swasta untuk menambah pengetahuan melalui
seminar, pelatihan, musyawarah guru mata pelajaran.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir, maka didapatkan hipotesis sebagai
berikut:
a. Ho = Tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar
penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja.
Ha = Ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian
pendidikan ditinjau dari masa kerja.
b. Ho = Tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian
pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan.
Ha = Ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian
pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan.
Perbedaan Tingkat Pemahaman Guru Terhadap Standar Penilaian Pendidikan
Masa Kerja
Tingkat Pendidikan
c. Ho = Tidak ada perbedaan pemahaman guru ekonomi terhadap standar
penilaian pendidikan ditinjau dari status sekolah.
Ha = Ada perbedaan pemahaman guru ekonomi terhadap standar