ABSTRAK
PERBEDAAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DALAM BERPACARAN DI KOS ANTARA REMAJA YANG KOS DENGAN INDUK SEMANG
DAN REMAJA YANG KOS TANPA INDUK SEMANG Theresia Dewi Susanti
029114145 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan perilaku seksual remaja dalam berpacaran di kos antara remaja yang kos dengan induk semang dan remaja yang kos tanpa induk semang. Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan atau komparasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan perilaku seksual remaja dalam berpacaran di kos antara remaja yang kos dengan induk semang dan remaja yang tanpa induk semang, dimana perilaku seksual remaja yang kos tanpa induk semang lebih tinggi daripada perilaku seksual remaja yang kos dengan induk semang.
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 40 remaja yang di kos dengan induk semang dan 40 remaja yang di kos tanpa induk semang. Data ini diperoleh dengan menggunakan skala perilaku seksual. Daya diskriminasi skala menggunakan batas nilai ≥ 0,25 dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,951. Data penelitian dianalisis menggunakan t-test, dan dalam menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis, dilakukan dengan cara melihat nilai Sig. 2-tailed terhadap signifikansinya.
Dari perhitungan menunjukkan nilai Sig. 2-tailed sebesar 0,002 (< ½ (0,05)). Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima. Artinya ada perbedaan perilaku seksual remaja dalam berpacaran antara remaja yang kos dengan induk semang dan remaja yang kos tanpa induk semang, dimana perilaku seksual remaja yang kos tanpa induk semang lebih tinggi daripada remaja yang kos dengan induk semang.
Kata kunci : Perilaku Seksual; Remaja
ABSTRACT
THE ADOLESCENT’S SEXUAL BEHAVIOR ON DATING OF BOARDING HOUSE DIFFERENTIATION BETWEEN THE ADOLESCENT OF BOARDING HOUSE WITH LANDLADY AND THE
ADOLESCENT OF BOARDING HOUSE WITHOUT LANDLADY
Theresia Dewi Susanti 029114145 Faculty of Phsychology Sanata Dharma University
Yogyakarta
The purpose of this comparative study was to find out the differences in adolescent’s sexual behavior on dating between the adolescent of boarding house with landlady and without landlady. The hypothesis of the study claimed that there is a differences between the adolescent of boarding house with landlady and without landlady, which is the adolescent sexual behavior of boarding house with landlady is lower than the adolescent sexual behavior of boarding house without landlady.
The subject of this research was consisted of 40 adolescent of boarding house with landlady and 40 adolescent of boarding house without landlady. The data was collected using sexual behavior scale. The discrimination capacity scale used ≥ 0,25 as the limit point with the reliability coefficient of 0,951. Data of this research was analyzed using t-test. In this stage, the hypothesis was proved by observing the distribution of Sig. 2-tailed towards its signification.
The result of the study showed that the value of Sig. 2-tailed is 0,002 (< ½ (0,05)). Finally, this was proved that the hypothesis of this study was accepted that there is a differences between the adolescent of boarding house with landlady and without landlady; the adolescent sexual behavior of boarding house with landlady lower than without landlady.
Keywords : sexual behavior; adolescent’s
PERBEDAAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DALAM BERPACARAN
DI KOS ANTARA REMAJA YANG KOS DENGAN INDUK SEMANG
DAN REMAJA YANG KOS TANPA INDUK SEMANG
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Theresia Dewi Susanti NIM : 029114145
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, Bahkan Ia memberikan kekekalan kepada hati mereka… ( Pengkotbah 3 : IIa )
Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang…
( Amsal 23: 18)
.
..Dengan penuh cinta,
Kupersembahkan karya ini bagi orang-orang
yang mempunyai tempat di hatiku....
Teruntuk :...
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
,
yang tak pernah lelah membimbing setiap langkah kehidupanku, yang selalu menguatkan aku untuk berjuang dan mengabulkan permohonanku.Ayah Bundaku tercinta,
yang telah dengan sabar mendorongku, membimbingku,mendampingiku serta mendoakanku sampai saat ini.
Masku…Florentinus Agus Hermawan,dan Katarina Tia Susilawati,
adik kecilku yang paling manis, yang menjadi saudara danteman berbagi canda tawa di setiap saat sejak kita hadir di tengah-tengah bapak & ibu.
my beloved, Leonardus Eddy Susilo Hadi Sanjoyo, yang selalu menjadi sahabat sejatiku dan yang kuharap akan menjadi
bagian dari hidup dan jiwaku.
Teman- teman dan Sahabatku,
yang menjadi temanuntuk berbagi canda tawa dan pengusir rasa sepi di keseharianku.
Almamaterku Universitas Sanata Dharma,
MOTTO
Ada hal- hal yang tidak ingin kita lepaskan Orang- orang yang tidak ingin kita tinggalkan Tapi ingatlah melepaskan bukan akhir dari dunia
Melainkan awal dari suatu hidup baru
Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis Mereka yang tersakiti, mereka yang telah mencari
dan mereka yang telah mencoba Karena merekalah yang bisa menghargai,
betapa pentingnya orang telah menyentuh kehidupan mereka
“Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang,
Melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh”
Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan,
kamu belajar tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan seharusnya tidak ada.
DOA YANG INDAH
Aku minta Tuhan menyingkirkan deritaku.Tuhan menjawab, Tidak.
Itu bukan untuk kusingkirkan tetapi agar kau mengalahkannya.
Aku minta Tuhan menyempurnakan kecacatanku.
Tuhan menjawab, Tidak.
Jiwa itu sempurna, badan hanyalah sementara.
Aku minta Tuhan memberiku kesabaran. Tuhan menjawab, Tidak.
Kesabaran adalah hasil dari kesulitan.
Itu tidak dihadiahkan, itu dipelajari.
Aku minta Tuhan agar memberiku kebahagiaan.Tuhan menjawab, Tidak.
Aku memberimu berkat, kebahagiaan itu tergantung padamu.
Aku minta Tuhan untuk menjauhkan penderitaan.
Tuhan menjawab, Tidak.
Penderitaan menjauhkanmu dari perhatian duniawi, dan membawamu dekat kepadaku.
vii
Aku minta Tuhan menumbuhkan roh. Tuhan menjawab, Tidak
Kau harus menumbuhkan sendiri,
tetapi aku akan memangkas untuk membuat kamu berubah.
Aku minta Tuhan segala hal yang membuatku menikmati hidup.
Tuhan menjawab, Tidak.
Aku akan memberimu hidup, sehingga kau dapat menikmati segala hal.
Aku minta Tuhan membantuku mengasihi orang lain,
seperti ia mengasihi aku.
Tuhan menjawab, ‘Ahhh. . . , akhirnya kau mengerti.
Hari ini adalah milikmu, Janganlah sia- siakan.
Tuhan memberkatimu. . .
Bagi dunia mungkin kau hanyalah seseorang,
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Theresia Dewi Susanti
Nomor Mahasiswa : 029114145
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PERBEDAAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DALAM BERPACARAN DI KOS ANTARA REMAJA YANG KOS DENGAN INDUK SEMANG DAN REMAJA YANG KOS TANPA INDUK SEMANG
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 24 April 2008
Yang menyatakan
Dewi
( Theresia Dewi Susanti)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 April 2008
Penulis
Dewi
Theresia Dewi Susanti
ABSTRAK
PERBEDAAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DALAM BERPACARAN DI KOS ANTARA REMAJA YANG KOS DENGAN INDUK SEMANG
DAN REMAJA YANG KOS TANPA INDUK SEMANG Theresia Dewi Susanti
029114145 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan perilaku seksual remaja dalam berpacaran di kos antara remaja yang kos dengan induk semang dan remaja yang kos tanpa induk semang. Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan atau komparasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan perilaku seksual remaja dalam berpacaran di kos antara remaja yang kos dengan induk semang dan remaja yang tanpa induk semang, dimana perilaku seksual remaja yang kos tanpa induk semang lebih tinggi daripada perilaku seksual remaja yang kos dengan induk semang.
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 40 remaja yang di kos dengan induk semang dan 40 remaja yang di kos tanpa induk semang. Data ini diperoleh dengan menggunakan skala perilaku seksual. Daya diskriminasi skala menggunakan batas nilai ≥ 0,25 dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,951. Data penelitian dianalisis menggunakan t-test, dan dalam menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis, dilakukan dengan cara melihat nilai Sig. 2-tailed terhadap signifikansinya.
Dari perhitungan menunjukkan nilai Sig. 2-tailed sebesar 0,002 (< ½ (0,05)). Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima. Artinya ada perbedaan perilaku seksual remaja dalam berpacaran antara remaja yang kos dengan induk semang dan remaja yang kos tanpa induk semang, dimana perilaku seksual remaja yang kos tanpa induk semang lebih tinggi daripada remaja yang kos dengan induk semang.
Kata kunci : Perilaku Seksual; Remaja
ABSTRACT
THE ADOLESCENT’S SEXUAL BEHAVIOR ON DATING OF BOARDING HOUSE DIFFERENTIATION BETWEEN THE ADOLESCENT OF BOARDING HOUSE WITH LANDLADY AND THE
ADOLESCENT OF BOARDING HOUSE WITHOUT LANDLADY
Theresia Dewi Susanti 029114145 Faculty of Phsychology Sanata Dharma University
Yogyakarta
The purpose of this comparative study was to find out the differences in adolescent’s sexual behavior on dating between the adolescent of boarding house with landlady and without landlady. The hypothesis of the study claimed that there is a differences between the adolescent of boarding house with landlady and without landlady, which is the adolescent sexual behavior of boarding house with landlady is lower than the adolescent sexual behavior of boarding house without landlady.
The subject of this research was consisted of 40 adolescent of boarding house with landlady and 40 adolescent of boarding house without landlady. The data was collected using sexual behavior scale. The discrimination capacity scale used ≥ 0,25 as the limit point with the reliability coefficient of 0,951. Data of this research was analyzed using t-test. In this stage, the hypothesis was proved by observing the distribution of Sig. 2-tailed towards its signification.
The result of the study showed that the value of Sig. 2-tailed is 0,002 (< ½ (0,05)). Finally, this was proved that the hypothesis of this study was accepted that there is a differences between the adolescent of boarding house with landlady and without landlady; the adolescent sexual behavior of boarding house with landlady lower than without landlady.
Keywords : sexual behavior; adolescent’s
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kupanjatkan kepada Allah Bapa di Surga, Tuhan Yesus
Kristus dan Bunda Maria karena berkat kasih dan rahmat-Nya yang diberikan
kepadaku selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya yang
berjudul “Perbedaan Perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran di Kos antara
Remaja yang Kos dengan Induk Semang dan Remaja yang Kos Tanpa Induk
Semang”. Karena tanpa campur tangan-Nya saya mungkin tak dapat
menyelesaikan skripsi ini dan tak dapat mewujudkan cita dan cinta dalam hidup
ini.
Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan skripsi ini tidaklah sendiri
melainkan banyak pihak yang turut serta dan terlibat serta meluangkan waktunya
untuk membantu, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar -
besarnya kepada :
1. Jesus Christ, Bunda Maria dan para malaikat surgawi…yang tak akan
pernah lelah membimbing setiap langkah kehidupanku, dekapan kasihmu
selalu menguatkan aku untuk berjuang dan menyadarkan bahwa aku tidak
sendirian..
2. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan ijin penelitian
sehingga pembuatan skripsi ini dapat terselesaikan.
3. M.M Nimas Eki Suprawati S.Psi., Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
dan Pembimbing Akademik. Terima kasih banyak telah memberikan ide,
waktu, masukan dan saran yang sangat bermanfaat dan berarti dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
4. Agnes Indar Etikawati, S.psi., Psi., M.Si., selaku penguji skripsi. Terima
kasih juga atas segala kritik dan masukan yang sangat membantu
kelancaran skripsiku ini.
5. Yb. Cahya Widiyanto, S.Psi., M.Si., selaku penguji skripsi. Terima kasih
juga atas segala kritik dan masukan yang sangat membantu kelancaran
skripsiku ini.
6. Para Dosen Psikologi yang tak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih
atas segala masukan dan bimbingan selama perkuliahan.
7. Para Staf Sekretariat, Mas Gandung, Mbak Naniek dan Pak Gie terima
kasih atas bantuan dan kerjasamanya dalam melayani kepentingan
mahasiswa dan juga kelancaran studiku selama ini.
8. Y. Joko Santoso dan Cicilia Silsilah, ayah bundaku tercinta yang telah
dengan sabar mendorongku, membimbingku, mendampingiku serta
mendoakanku sampai saat ini. Terima kasih untuk segala sesuatunya,
maafkan kalau udah buat menunggu terlalu lama dan ngabisin banyak
waktu dan materi. Tapi inilah karya kecilku yang tidak sempurna yang aku
bisa persembahkan buat ayah bundaku.
9. F. Agus Hermawan, kakakku tersayang dan K. Tia Susilawati, adik kecilku yang paling manis... Makasih buat semangat dan doanya sehingga
aku bisa menyelesaikan skripsiku ini. Dek, I’ll coming back home…wait
for me, ok…☺
10.L. Eddy Susilo Hadi Sanjoyo, “my beloved”. Terima kasih buat dukungan
dan pengertian, serta kesabaran selama kurang lebih 5 tahun bersama
denganku. Makasih untuk waktumu, selalu mau ndengerin keluh kesahku
setiap saat dan bantuanmu selama aku penuh kehampaan dan tangisan
serta derai air mata menghadapi my real life… Itu semua sangat berarti
bagiku, I love u, honey…☺
11.Kakek, nenekku serta saudara – saudaraku yang telah memberikan
dorongan, semangat serta doa sehingga aku dapat menyelesaikan kuliah
ini.
12.Keluarga besar Wonosari, “my second family, thanks for ur love and everything
to me”. Terima kasih juga atas dukungan dan doa nya sehingga akhirnya
aku bisa menyelesaikan skripsiku ini.
13.Buat, Iant, dan Sharry yang memberikanku semangat, dorongan, kebersamaan selama ini serta doa dalam menggapai angan, cita dan cinta.
Maz danang, kamu tuch orang yang gak bisa diem yach…selalu buat
suasana jadi rame, apalagi kalo udah saru- saru, hehe... Rita, trims ya udah
mau direpotin n’ bantuin aku penelitian. Makasih ya, kalian udah menjadi
teman dan sahabatku.
14.Buat teman- temanku, MbDiyah, Mb Ria, Aning, Prima, Nining, Wiwik,
Mb Dian, Lian, dan Srie “adekku yang paling bawel” yang telah
memberikan persahabatan dan memberikan motivasi untuk berjalan maju.
Terima kasih atas bantuan dan kebersamaan kita selama ini.
15.Buat teman- teman seperjuanganku, cahya, fika, nophe, thea, wedha, echa, didi, dan galih.. makasih atas kebersamaan selama bimbingan, serta
masukan dan bantuannya. Oha, makasih yach buat pinjaman buku spss
dan bantuannya. Sukses selalu guys…☺.
16.Buat semua teman- teman angkatan 2002, yang tak bisa aku sebutkan
satu persatu makasih atas kebersamaan kita selama kuliah.
17.Temen- temen Kos Sekar Ayu; Wati, mb Lia, Indah, Atik, Yenzi, Mia, Ika, Tyas, Ririn, Rika, d’Embi, mb Liul, Sisca, Tami, Evi, Putri, Gilang,
Titis, Pita dan Tiara, makasih atas kebersamaannya selama aku kos
disana. Berbagai kesenangan dan kesusahan kualami, tapi semua itu
sangat mewarnai hidupku.
18.Teman-teman Kos Melati : Lian, Nino, Berta, Dwi, Iin, Tya, Mitha, Mida, Nining, Priska dan Evi , makasih atas kebersamaannya, kalian ikut
mewarnai hidupku.
19.My computer, yang tidak pernah lelah menemaniku untuk berpikir, dan
Grand A 2098 V yang dengan setia 3 tahun ini membawaku kemanapun
hendak menuju n’ Djogjakartaku…, sejuta cinta dan kenangan di
kotamu.. aku bakal selalu ingat dan merindukan kota ini..
20.Dan semua pihak yang telah bersedia membantu penulis yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, dan tak seorang manusia pun
luput dari kesalahan, kekurangan dan dosa. Maka saya sebagai penulis dan
penyusun dari skripsi ini sangat berterima kasih atas segala masukan, kritik dan
saran yang sangat membantu dan memperbaiki segala kekurangan yang ada dan
juga masukan tersebut mungkin sangat bermanfat bagi penulis dan para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN………... viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ix
ABSTRAK... x
ABSTRACT... xi
KATA PENGANTAR... xii
DAFTAR ISI... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
DAFTAR TABEL... xx
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 8
A. Perilaku Seksual Dalam Berpacaran... 8
1. Pengertian Perilaku Seksual... 8
2. Tahapan Perilaku Seksual... 9
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi Perilaku Seksual... 10
B. Kos... 12
1. Pengertian Kos... 12
2. Macam Kos... 13
C. Remaja... 14
1. Pengertian Remaja... 14
2. Tugas- tugas Perkembangan Remaja... 16
3. Ciri- ciri Remaja... 17
D. Perbedaan Perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran Di Kos Antara Remaja Yang Kos Dengan Induk Semang Dan Remaja Yang Kos Tanpa Induk Semang... 19
E. Hipotesis... 23
F. Skema Perilaku Seksual... 24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 25
A. Jenis Penelitian... 25
B. Identifikasi Variabel... 25
1. Variabel Bebas... 25
2. Variabel Tergantung... 25
C. Definisi Operasional... 25
1. Kos... 25
2. Perilaku Seksual Dalam Berpacaran Di Kos... 26
D. Subjek Penelitian... 26
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data... 27
F. Pengujian Instrumen Penelitian... 30
1. Uji Validitas... 30
2. Seleksi Aitem... 31
3. Uji Reliabilitas... 32
G. Prosedur Penelitian... 33
H. Teknik Analisis Data... 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 35
A. Pelaksanaan Penelitian... 35
B. Hasil Penelitian... 36
1. Deskripsi Subjek Penelitian... 36
2. Hasil Analisis Data... 37
a. Deskripsi Data... 37
b. Hasil Uji Asumsi... 37
1). Uji Normalitas... 37
2). Uji Homogenitas... 38
c. Uji Hipotesis... 39
d. Deskripsi Data Sekunder... 40
C. Pembahasan... 42
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 47
A. Kesimpulan... 47
B. Saran... 47
DAFTAR PUSTAKA... 49
LAMPIRAN... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Penelitian... 52 Lampiran 2. Tabulasi Data Penelitian... 56 Lampiran 3. Reliabilitas... 73 Lampiran 4. Hasil Penelitian... 76 Lampiran 5. Uji Normalitas... 77 Lampiran 6. Uji Homogenitas... 79 Lampiran 7. Uji t-test... 79 Lampiran 8. Data Sekunder... 80
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Perilaku seksual Sebelum Uji Coba... 29 Tabel 2. Data Deskripsi Subjek……….. 36 Tabel 3. Deskripsi Data……….. 37 Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis………... 39
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak- kanak ke masa
dewasa (Sarwono, 1994). Pada masa ini terjadi banyak perubahan baik dari segi
fisik, psikis, maupun sosial, termasuk terjadi kematangan seksual. Dengan adanya
kematangan seksual ini menyebabkan timbulnya dorongan seks yang begitu besar
pada diri remaja, sehingga banyak mempengaruhi tingkah lakunya. Tingkah laku
remaja ini dipengaruhi oleh dorongan seks yang sangat menonjol. Seperti
misalnya, yang diwujudkan remaja saat ini mulai dari tertarik dengan lawan
jenisnya, melirik ke arah bagian sensual pasangan sampai bersenggama yang
dilakukan oleh remaja.
Selain remaja mengalami masa peralihan dari kanak - kanak ke dewasa,
remaja juga mengalami minat sosial yang terarah pada lawan jenis. Remaja akan
menjalin suatu hubungan yang lebih dari sekedar teman bila ada perasaan saling
tertarik. Hal ini dikenal dengan istilah pacaran (Gunarsa, 1986).
Pacaran ini biasanya mulai muncul pada masa awal pubertas. Perubahan
hormon dan fisik membuat remaja mulai tertarik pada lawan jenis. Proses pacaran
ini merupakan proses mengenal dan memahami lawan jenisnya dan belajar
membina hubungan dengan lawan jenis sebagai persiapan sebelum menikah untuk
menghindari terjadinya ketidakcocokan dan permasalahan pada saat sudah
menikah. Masing-masing berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, serta
reaksi-reaksi terhadap berbagai masalah maupun peristiwa (Yahya, 2002).
Konsep berpacaran yang dijelaskan oleh Keith Davis (Devito, 1995 dalam
Ellywati, 2003), memaparkan adanya dua komponen cinta yang ada dalam
hubungan pacaran, yaitu passion cluster yang meliputi daya tarik yang kuat,
eksklusivitas dan hasrat seksual dan caring cluster, meliputi keinginan memberi
yang terbaik, saling melayani dan mendukung pasangan.
Pacaran dalam kegiatan sosial biasanya melalui proses pengenalan,
berteman, bersahabat, hingga masuk ke dalam hubungan pacaran (Baron&Byrne,
2004). Proses tersebut diawali dengan berkencan, biasanya kencan merupakan
kesepakatan berdua untuk berjalan- jalan, menonton bioskop, atau makan.
Lips (1988) mengatakan beberapa alasan berkencan, yaitu berkencan
untuk kesenangan, kencan untuk pemenuhan kebutuhan akan kebersamaan,
kencan untuk mengenal lebih jauh pasangannya, dan kencan untuk menguji cinta
atau untuk seks. Alasan terakhir ini erat hubungannya dengan kencan untuk
kesenangan, karena seks merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan yang
dapat dilakukan dalam pacaran. Selain itu, seks dapat dikatakan sebagai aktivitas
kesenangan dalam pacaran yang identik dengan aktivitas seksual sebelum
menikah.
Apapun alasannya berpacaran bagi remaja, tidak dapat disangkal bahwa
berpacaran akan memberikan peluang bagi remaja untuk terciptanya keintiman
baik secara emosional maupun fisik. Alasan ini sesuai dengan pendapat menurut
intim bisa mengarahkan remaja melakukan perilaku seksual yang bebas. Hurlock
(1980) juga menambahkan bahwa perilaku seksual dianggap sebagai salah satu
bentuk ekspresi atau tingkah laku berpacaran dan rasa cinta.
Menurut Sarwono (1994), perilaku seksual adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis.
Perilaku seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia.
Selain itu perilaku seksual juga tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena
dengan seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian
keturunannya.
Uraian di atas menunjukkan bahwa perilaku seksual itu berlaku bagi
semua usia, karena perilaku tersebut bisa dilakukan oleh siapapun, bahkan oleh
remaja. Remaja sering terlihat bergandengan tangan, memeluk pasangan, bahkan
ada yang mencium pasangannya di depan umum tanpa ada rasa malu. Remaja
ingin menunjukkan pada semua orang bahwa ia sekarang sudah dewasa dan bisa
melakukan apa saja yang diinginkannya termasuk melakukan perilaku seksual
(Meilia, 2006).
Seperti misalnya, pada saat ini banyak fenomena tentang perilaku
hubungan seks pra nikah di kalangan remaja, seperti seks di kos-kosan, hidup
bersama di luar nikah dan ayam kampus, saat ini sudah menjadi menu media
massa sehari - hari. Selain itu, dengan membanjirnya informasi mengenai perilaku
seksual melalui media cetak atau elektronik, sedikit banyak memberikan pengaruh
Perilaku seksual di kalangan remaja, dapat dipengaruhi oleh beberapa hal
antara lain tingkat perkembangan seksual, pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, motivasi, keluarga, pergaulan dan media massa. Pada masa remaja ini
mulai terjadi perubahan pada dirinya yang ditandai dengan munculnya tanda
seksual sekunder seperti perubahan bentuk tubuh, suara, haid dan mimpi basah
(Sarwono, 1994). Pada masa tersebut dalam diri remaja memiliki dorongan yang
sangat besar terutama mengenai keingintahuannya tentang seks dan minat remaja
pada seks (Hurlock, 1980).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sahara (dalam Majalah
Gemari, 2003) yang melakukan polling pada 1000 remaja yang pernah
berkonsultasi selama tahun 2000-2002 didapatkan hasil bahwa tempat kos
menjadi tempat paling favorit untuk melakukan hubungan seksual sebesar 51,5 %,
menyusul kemudian rumah 30%, rumah perempuan 27,3 %, hotel 11,2 %, taman
2,5%, tempat rekreasi 2,4 %, kampus 1,3 %, mobil 0,4%, dan tidak diketahui
0,7%.
Dari hasil penelitian di atas, bisa dikatakan bahwa tempat kos menjadi
tempat yang paling sering digunakan remaja saat ini untuk melakukan hubungan
seksual. Kos atau indekos berarti menumpang tinggal dengan membayar ( Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1989). Remaja yang tinggal di tempat kos lebih banyak
berkesempatan untuk mengurusi keperluannya sendiri, seperti membuat rencana,
menyusun alternatif, mengambil keputusan sendiri, dan bertanggung jawab
terhadap segala keputusannya (Mappiare, 1982). Remaja dituntut harus bisa
remaja telah memiliki bibit kenakalan dalam dirinya, maka akan mempermudah
bagi dirinya untuk melakukan hal yang buruk.
Kehidupan kos yang jauh dari kontrol orang tua dan adanya kebebasan
akan memberikan kesempatan bagi remaja untuk berbuat sesuatu yang
diinginkannya dan akan menjerumuskan ke hal- hal negatif seperti memakai
narkoba dan melakukan seks bebas di kamar yang tertutup (Meilia, 2006).
Banyak kos yang hanya bertujuan ekonomi saja, setiap bulan pemilik kos
mendapat setoran uang dari penyewanya. Pemilik kos juga tidak berfungsi sebagai
pengganti orang tua, hanya peraturan saja yang diberikan kepada penyewa kamar
sebagai pengganti orang tua untuk mengontrol. Tapi dengan semakin banyak
pendirian kos di lingkungan perguruan tinggi, dengan mengendornya pembatasan
waktu berkunjung dan kurang ketatnya peraturan serta dengan semakin banyak
kelompok remaja yang berpergian tanpa pengawasan, maka kebiasaan hidup
bersama sebelum menikah menjadi suatu pola yang diterima oleh remaja yang
lebih besar (Hurlock, 1980).
Dari penelitian Sahara (dalam Majalah Gemari, 2003) memang terungkap
bahwa terjadinya perilaku seksual paling tinggi dilakukan di kos, baik kos pria
maupun wanita. Namun secara khusus, tidak dijabarkan seperti apa bentuk kos itu
sendiri. Kos bisa dibedakan menjadi dua, yaitu kos dengan induk semang dan kos
tanpa induk semang.
Pada kos dengan induk semang, tiap – tiap kamar berdekatan dengan
pemilik kos sehingga ada aturan dan pengawasan yang lebih yang diberikan pada
kamar dan aturan yang dibuat berdasarkan keputusan bersama antar penyewa
kamar. Selain itu, kurangnya pengawasan dan keamanan kos ditanggung oleh
semua penyewa kamar. Salah satu bentuk contoh kos tanpa induk semang disebut
dengan istilah “ngontrak”, biasanya terdiri tidak lebih dari lima kamar karena
bentuknya seperti rumah biasa yang dibangun untuk disewakan.
Melihat keadaan kos tersebut, peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan
perilaku seksual remaja dalam berpacaran yang tinggal di kos dengan induk
semang dan tanpa induk semang sehingga dapat menemukan gambaran dan
kecenderungan remaja terhadap perilaku seksualnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Pada penelitian ini, permasalahan pokok yang ingin diketahui adalah
“Apakah ada perbedaan perilaku seksual remaja dalam berpacaran di kos antara
remaja yang kos dengan induk semang dan remaja yang kos tanpa induk
semang?”.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku seksual
pada remaja dalam berpacaran di kos antara remaja yang kos dengan induk
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberi sumbangan ilmu
pengetahuan dalam bidang Psikologi khususnya Psikologi Perkembangan dan
Psikologi Sosial.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini, pertama untuk remaja yaitu untuk
memberi gambaran informasi dan pertimbangan bagi remaja tentang perilaku
seksual di kos. Sedangkan yang kedua, yaitu untuk para orang tua agar bisa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERILAKU SEKSUAL DALAM BERPACARAN 1. Pengertian Perilaku Seksual
Ada beberapa definisi yang diberikan mengenai perilaku seksual.
Sarwono (1994) menyebutkan perilaku seksual adalah segala bentuk tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun
sesama jenis.
Kallen (1984, dalam Sakti, 2006) mengatakan bahwa perilaku seksual
memiliki dua tahap, yaitu hubungan yang tidak disertai kontak fisik dan
hubungan yang disertai kontak fisik.
Master dan Johnson (1986, dalam Utami, 2007) menambahkan bahwa
seksualitas mencakup pengertian yang lebih luas dari hanya sekedar seks yaitu
perilaku seksual yang mengacu kepada semua kehidupan seksual. Oleh karena
itu, seksualitas dibedakan ke dalam perilaku seksual yang meliputi aktivitas
seks (misal: masturbasi, ciuman, dan sexual intercourse) dan perilaku seksual
yang tidak hanya meliputi aktivitas seks tetapi termasuk di dalamnya adalah
perilaku menggoda dan berkencan.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual didefinisikan
sebagai segala bentuk aktivitas yang didorong oleh hasrat seksual dan disertai
kontak fisik. Pada penelitian ini lebih memfokuskan perilaku seksual hanya
meliputi aktivitas seks saja.
2. Tahapan Perilaku Seksual
Tahapan perilaku seksual menurut Sarwono dan Diagram Group (dalam
Triana, 2006) adalah sebagai berikut:
a. Mencuri pandang ke arah bagian seksual lawan jenis
b. Menyentuh jari atau tangan pasangan
c. Saling berpegangan tangan dengan pasangan
d. Duduk berdampingan dengan pasangan dan berduaan saja
e. Duduk berdampingan dengan pasangan dan saling merapatkan diri
f. Merangkul/dirangkul bahu serta tubuh pasangan lebih didekatkan
g. Merangkul/dirangkul pinggang dan tubuh pasangan dirapatkan
h. Mencium/dicium rambut pasangan
i. Mencium/dicium kening pasangan
j. Mencium/dicium pipi pasangan
k. Mencium/dicium bibir pasangan
l. Mencium/dicium leher pasangan
m. Saling berpelukan dengan pasangan
n. Berciuman bibir sambil berpelukan dengan pasangan
o. Meraba/diraba tubuh pasangan dari luar pakaian
p. Meraba/diraba tubuh pasangan dari dalam pakaian
q. Mencium/dicium sebagian besar tubuh pasangan dari luar pakaian
r. Mencium/dicium sebagian besar tubuh pasangan dari dalam pakaian
s. Saling menempelkan alat kelamin dengan pasangan (masih
t. Saling menempelkan alat kelamin dengan pasangan (tanpa
menggunakan pakaian)
u. Saling menggesek- gesekkan alat kelamin dengan pasangan (masih
menggunakan pakaian)
v. Saling menggesek- gesekkan alat kelamin (tanpa menggunakan
pakaian)
w. Melakukan masturbasi sendiri
x. Saling memasturbasi dengan pasangan
y. Melakukan oral seks dengan pasangan
z. Melakukan hubungan seksual dengan pasangan
Dapat disimpulkan perilaku seksual ini terdiri dari beberapa tahapan
mulai dari mencuri pandang ke arah bagian seksual lawan jenis sampai
terjadinya hubungan seksual.
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku seksual
Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku seksual, menurut Purnawan
(2004, dalam Admin, 2007) yang dikutip dari berbagai sumber antara lain:
a. Faktor Internal
1). Tingkat Perkembangan Seksual (Fisik/Psikologis)
Perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku
seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun
2). Mengenai Kesehatan Reproduksi
Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proposional
tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko
perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk
menyalurkan dorongan seksualnya.
3). Motivasi
Perilaku seksual manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan
atau termotivasi untuk memperoleh tujuan tertentu. Menurut
Hersey &Blanchard cit Rusmiati (2001), perilaku seksual
seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan,
mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau untuk
memperoleh uang (pada gigolo/WTS).
b. Faktor Eksternal
1). Keluarga
Menurut Wahyudi (2000), kurangnya komunikasi secara terbuka
antara orang tua dengan remaja dapat memperkuat munculnya
perilaku seksual yang menyimpang.
2). Lingkungan Pergaulan
Menurut Hurlock (1980), perilaku seksual sangat dipengaruhi
oleh lingkungan pergaulannya, terutama masa pubertas atau
remaja dimana pengaruh teman sebaya lebih besar dibandingkan
penelitian Kristinawati (2002) mengemukakan bahwa terjadinya
hubungan seks pra nikah di kalangan mahasiswa disebabkan oleh
adanya lingkungan yang permisif dari kelompok sebaya baik pria
maupun wanita yang memperbolehkan hubungan seks.
Hubungan seks pra nikah (premarital sex) merupakan salah satu
bentuk penyelewengan dari seksualitas.
3). Media Massa
Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al (1975), menunjukkan
bahwa frekuensi menonton film kekerasan yang disertai adegan –
adegan merangsang berkorelasi positif dengan indikator agresi
seperti konflik dengan orang tua, berkelahi, dan perilaku lain
sebagai manifestasi dari dorongan seksual yang dirasakannya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
B. KOS
1. Pengertian Kos
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), indekos berarti
menumpang (tinggal) di tempat orang yang hanya menyewakan kamar saja
dengan membayar.
Istilah yang akrab untuk pemondokan pada saat ini adalah indekost,
untuk mengacu pada tempat tinggal sementara para pelajar atau karyawan
yang bersekolah atau bekerja jauh dari rumah asalnya. Biasanya hanya berupa
satu kamar saja, bisa kosongan bisa juga sudah dilengkapi dengan perabotan.
Sementara fasilitas umum seperti MCK dan ruang makan dipakai bersama
antar sesama pemondok.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kos adalah
tempat tinggal yang hanya menyewakan kamar dan dapat ditempatinya dengan
cara membayar. Selain itu, di kos juga tersedia fasilitas umum seperti MCK
dan ruang makan.
2. Macam Kos
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), induk semang berarti
orang yang memegang (mengusahakan) rumah pemondokan. Hal ini
menunjukkan bahwa induk semang adalah pemilik kos yang bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap segala hal yang berkenaan di dalam kos. Hal – hal
yang berkenaan di dalam kos itu, seperti aturan, keamanan, kebersihan dan
kenyamanan. Oleh karena itu, pemilik kos akan memberikan aturan - aturan
yang dapat diberlakukan bagi penghuni kos. Misalnya saja, dengan adanya
jam berkunjung, waktu pergi yang dibatasi oleh pemilik rumah kos dan tamu
khususnya lawan jenis hanya boleh masuk di ruang tamu saja.
Pada umumnya pemilik kos tinggal di rumah yang sama dengan
penghuni kos, sehingga cenderung ada aturan yang berlaku dan pengawasan
dari pemilik kos. Akan tetapi ada juga yang pemilik kos tidak tinggal di rumah
kebebasan kepada penghuni kos dalam mengatur jadwal dan aktivitas masing -
masing. Kebebasan ini disebabkan oleh cenderung kurang adanya aturan yang
berlaku dan pengawasan dari pemilik kos.
Maka, dari uraian ini bisa dikatakan bahwa rumah kos ada yang dengan
induk semang dan ada yang tanpa induk semang. Rumah kos dengan induk
semang berarti tempat tinggal di mana seseorang menempatinya bersama
dengan pemilik pondokan dengan cara menyewa kamar dan membayar.
Sedangkan kos tanpa induk semang berarti tempat tinggal di mana seseorang
menempatinya tidak dengan pemilik kos, hanya dengan menyewa kamar saja
dan membayar.
C. REMAJA
1. Pengertian Remaja
Istilah remaja berasal dari kata Latin “adolescere” yang berarti “tumbuh”
atau “tumbuh menjadi dewasa”. Masa remaja dianggap mulai pada saat anak
secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang
secara hukum (Hurlock, 1990). Remaja dalam hal ini dituntut untuk dapat
berperilaku selaras dengan tugas- tugas perkembangannya.
Piaget dalam Hurlock (1973), masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dimana anak tidak lagi merasa di
bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan
Stanley Hall (Gunarsa, 1986) berpendapat bahwa masa remaja
merupakan masa yang penuh dengan badai dan tekanan dalam kehidupan
perasaan dan emosinya, dengan demikian remaja mudah terkena pengaruh
lingkungan. Pada saat ini remaja malah terombang-ambing oleh munculnya:
a. impian dan khayalan
b. pacaran dan percintaan
c. keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kehidupan
d. kekecewaan dan penderitaan
e. meningkatnya konflik pertentangan dan krisis penyesuaian
Monks (1996) mengemukakan bahwa masa remaja secara global
berlangsung antara umur 12 sampai 21 tahun dengan pembagian sebagai
berikut: 12-15 tahun termasuk sebagai remaja awal, 15-18 tahun termasuk
sebagai remaja pertengahan, dan 18-21 tahun termasuk sebagai remaja akhir.
Batasan usia berbeda- beda sesuai dengan sosial budaya yang ada di
lingkungannya.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja
adalah masa peralihan seseorang dari usia 12 sampai dengan 21 tahun, dimana
perubahan fisik diikuti dengan kematangan seksual yang mempengaruhi
perkembangan psikologisnya yang terjadi pada diri pribadi individu terhadap
2. Tugas- tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar
dalam sikap dan pola perilaku remaja. Banyak remaja mencapai usia
kematangan resmi dengan beberapa tugas perkembangan yang belum selesai
dikuasai sehingga mereka banyak membawa banyak tugas yang belum
terselesaikan ke masa dewasa( Hurlock, 1980).
Menurut Hurlock, ada beberapa yang termasuk dalam tugas
perkembangan masa remaja, yaitu:
a. Menerima peran seks dewasa
Proses kematangan remaja akan memunculkan usaha untuk
mempelajari peran dewasa yang diakui masyarakat dan menerima
peran tersebut.
b. Kemandirian
Usaha remaja untuk mandiri baik secara emosional, perilaku,
maupun ekonomis menjadi suatu tantangan tersendiri ketika remaja
ingin diakui oleh masyarakat.
c. Sekolah dan Pendidikan Tinggi
Sekolah dan Pendidikan Tinggi mencoba untuk membentuk nilai -
nilai yang sesuai dengan nilai- nilai dewasa. Orang tua berperan
d. Mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab.
Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman- teman sebayanya,
namun hal ini sering kali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang
tua dianggap tidak bertanggung jawab.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja memiliki tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Tugas perkembangan
remaja antara lain menerima peran seks dewasa, kemandirian, sekolah dan
pendidikan tinggi serta mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung
jawab.
3. Ciri- ciri Remaja
Ciri-ciri remaja merupakan perubahan-perubahan atau perkembangan
yang terjadi dalam dirinya yang meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan
emosi, perkembangan sosial dan perkembangan intelektual.
Perubahan-perubahan itu akan menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru dalam diri
remaja (Hurlock, 1990). Hurlock membagi masa remaja menjadi dua bagian
yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Beberapa ciri masa remaja
awal dan akhir adalah sebagai berikut:
a. Remaja Awal
1). Statusnya masih kabur yaitu anak diperlakukan sebagai anak kecil
tetapi sekaligus juga dituntut untuk bersikap seperti orang dewasa.
2). Perubahan fisik terjadi sangat cepat yang akan berpengaruh pada
3). Ketidakstabilan dalam segi emosi.
b. Remaja Akhir
1). Memiliki stabilitas emosi yang baik.
2). Memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dengan baik.
3). Bersikap realistik.
Pada masa remaja akhir, remaja melalui masa konsolidasi menuju
periode dewasa dan ditandai dengan 5 hal (Sarwono, 1989),yaitu:
a. minat yang makin mantap terhadap fungsi- fungsi intelek.
b. egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan
pengalaman- pengalaman baru.
c. terbentuknya identitas seksual.
d. egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang
lain.
e. tumbuh “ dinding ” yang memisahkan diri (private self) dengan
masyarakat umum (the public).
Dalam masa tersebut, remaja mengalami perubahan lingkungan sosial
sehingga remaja belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baru serta belajar
untuk lebih mandiri dan matang dalam pengendalian emosinya.
Menurut Soesilowindradini (2006), ciri- ciri dalam masa remaja akhir
yaitu :
a. kestabilan bertambah.
c. campur tangan dari orang dewasa berkurang.
d. ketenangan emosional bertambah.
e. pikiran realistis bertambah.
f. lebih banyak perhatian terhadap lambang- lambang kematangan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri
remaja terbagi dalam menjadi dua bagian yaitu masa remaja awal dan akhir.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan ciri remaja akhir yang
dimana di usia remaja akhir mengalami berbagai perubahan yang terjadi
dalam dirinya, seperti egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan
orang lain dan pengalaman- pengalaman baru, terbentuknya identitas seksual,
tumbuhnya “dinding” yang memisahkan diri (private self) dengan masyarakat
umum, dan campur tangan dari orang dewasa berkurang.
D. Perbedaan Perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran Di Kos Antara Remaja yang Kos dengan Induk Semang dan Remaja yang Kos tanpa Induk Semang.
Masa remaja dikatakan sebagai suatu perjalanan perkembangan,
meninggalkan masa kanak- kanak menuju masa dewasa, disertai dengan
adanya perubahan fisik, psikis, dan sosial. Pada masa ini, remaja memiliki ego
untuk mencari kesempatan bersatu dengan orang lain dan mendapatkan
pengalaman- pengalaman yang baru.
Selain itu, terbentuknya identitas seksual pada remaja membuat dalam
dimungkinkan oleh karena berkurangnya campur tangan dari orang dewasa
terhadap remaja.
Remaja lebih senang bersama teman sebaya karena mereka lebih dapat
terbuka dengan kelompok teman sebaya daripada dengan orang tua. Remaja
juga mulai ada perasaan saling tertarik dengan lawan jenis dan memiliki
keinginan untuk menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman. Pada
remaja, hal itu dikenal dengan istilah pacaran. Berpacaran bagi remaja juga
akan memberikan peluang untuk terciptanya keintiman baik secara emosional
maupun fisik. Peluang tersebut bisa mengarahkan remaja untuk melakukan
perilaku seksual yang bebas.
Sebagian besar remaja, pada umumnya masih tinggal bersama kedua
orang tuanya. Namun tidak menutup kemungkinan ada juga remaja yang
tinggal di kos, biasanya karena letak rumah dengan tempat melanjutkan
pendidikan yang jauh sehingga menjadi alasan bagi remaja untuk tinggal di
kos.
Kos adalah menumpang tinggal ditempat orang dengan cara menyewa
kamar dan membayar (Salim, 1991). Pada umumnya pemilik kos tinggal di
rumah yang sama dengan penghuni kos sehingga cenderung ada aturan yang
berlaku dan pengawasan dari pemilik kos. Akan tetapi ada juga yang pemilik
kos tidak tinggal di rumah yang sama. Dapat diartikan bahwa pemilik kos
adalah sebagai induk semang yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
disimpulkan bahwa rumah kos terdiri dari dua jenis, yaitu 1). rumah kos
dengan induk semang dan; 2). rumah kos tanpa induk semang.
Rumah kos dengan induk semang berarti tempat tinggal di mana
seseorang menempatinya bersama dengan pemilik pondokan dengan cara
menyewa kamar dan membayar. Dengan adanya induk semang dalam rumah
kos cenderung akan memberikan aturan - aturan yang dapat diberlakukan bagi
penghuni kos. Seperti misalnya, adanya jam berkunjung, waktu pergi dibatasi
oleh pemilik rumah kos dan tamu khususnya lawan jenis hanya boleh masuk
di ruang tamu saja. Aturan tersebut secara tidak langsung akan memungkinkan
remaja untuk menerima konsekuensi dari aturan yang berlaku di kos tersebut.
Hal ini dapat diartikan bahwa rumah kos dengan induk semang bisa
dianggap sebagai lingkungan yang cenderung kurang permisif sehingga
remaja dalam perilakunya cenderung kurang bebas terlebih dalam melakukan
hubungan seksual di dalam rumah kos. Ini menunjukkan bahwa remaja yang
di kos dengan induk semang memiliki perilaku seksual yang cenderung lebih
rendah.
Sementara, rumah kos tanpa induk semang berarti tempat tinggal di
mana seseorang menempatinya tidak dengan pemilik kos, hanya dengan
menyewa kamar saja dan membayar. Dalam rumah kos tanpa induk semang
itu cenderung kurang ada aturan yang berlaku dan pengawasan dari pemilik
kos. Dengan kurang adanya aturan yang berlaku di kos akan memungkinkan
mengendornya batas waktu berkunjung, bebasnya tamu lawan jenis masuk ke
memungkinkan mereka untuk melakukan hal - hal yang negatif, seperti
memunculkan terjadinya perilaku seks bebas. Hal ini dapat dikarenakan oleh
tidak adanya konsekuensi yang diterima pada remaja yang tinggal di kos
tersebut.
Maka, dapat dikatakan bahwa rumah kos tanpa induk semang sebagai
lingkungan yang cenderung lebih permisif yang akan mempengaruhi remaja
dalam berperilaku, terutama perilaku seksual dalam berpacaran di kos. Selain
itu, dalam berperilaku remaja juga cenderung lebih bebas sehingga dapat
dikatakan bahwa remaja yang tinggal di rumah kos tanpa induk semang
memiliki perilaku seksual yang cenderung lebih tinggi.
Dengan demikian, dapat dilihat dari perbedaan kedua kos tersebut bahwa
perilaku seksual remaja dalam berpacaran di kos cenderung lebih tinggi terjadi
di rumah kos tanpa induk semang. Hal ini memperlihatkan bahwa rumah kos
tanpa induk semang cenderung kurang memiliki aturan yang berlaku dan
pengawasan dari pemilik kos sehingga tidak ada konsekuensi yang diterima
pada remaja yang tinggal di kos tersebut. Rumah kos tanpa induk semang
dapat dikatakan sebagai lingkungan yang cenderung lebih permisif yang akan
menyebabkan munculnya perilaku seksual remaja dalam berpacaran di kos
yang cenderung lebih tinggi. Begitu juga dengan sebaliknya, rumah kos
dengan induk semang cenderung memiliki aturan dan pengawasan dari
pemilik kos sehingga mau tidak mau remaja menerima konsekuensi dari
aturan yang berlaku di kos tersebut. Maka, bisa dikatakan kos ini sebagai
perilaku seksual remaja dalam berpacaran di kos yang cenderung lebih rendah
daripada rumah kos yang tanpa induk semang.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka kajian teori yang ada, maka hipotesis yang
dikemukakan adalah ada perbedaan perilaku seksual antara remaja yang
tinggal di kos dengan induk semang dan remaja yang tinggal di kos tanpa
induk semang. Dimana, perilaku seksual remaja dalam berpacaran yang
tinggal di kos tanpa induk semang cenderung lebih tinggi dibandingkan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat perbedaan perilaku seksual pada remaja dalam berpacaran di
kos, yang bertempat tinggal di kos dengan induk semang dan di kos tanpa
induk semang.
B. Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah:
1. Variabel bebas : Jenis Kos, dalam penelitian ini:
a. Kos dengan induk semang
b. Kos tanpa induk semang
2. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Remaja
C. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel-variabel penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Kos
Kos adalah tempat tinggal yang dimana seseorang dapat menempatinya
dengan cara membayar. Selain itu tersedianya fasilitas umum di kos. Kos bisa
dibedakan menjadi dua, yaitu kos dengan induk semang dan kos tanpa induk
semang. Kos dengan induk semang adalah tempat tinggal dimana seseorang
menempatinya bersama dengan pemilik pondokan dengan cara menyewa
kamar dan membayar. Kos tanpa induk semang berarti tempat tinggal dimana
seseorang menempatinya tidak dengan pemilik kos, hanya dengan menyewa
kamar saja dan membayar. Pada setiap skala dituliskan identitas diri yang
dimaksudkan untuk melihat tempat kos masing- masing subjek.
2.Perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran Di Kos
Perilaku seksual remaja adalah segala bentuk aktivitas yang didorong
oleh hasrat seksual dan disertai kontak fisik. Pada penelitian ini lebih
memfokuskan perilaku seksual yang hanya meliputi aktivitas seks saja.
Perilaku seksual remaja ini akan diukur dengan menggunakan Skala Perilaku
Seksual yang disusun dari bentuk tahapan perilaku seksual menurut Sarwono
dan Diagram Group (dalam Triana, 2006). Semakin tinggi skor yang diperoleh
menunjukkan perilaku seksualnya semakin tinggi. Skor dalam penelitian ini
diperoleh dari frekuensi tinggi rendahnya dan intensi dari masing- masing
perilaku.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang tinggal di kos tanpa
induk semang dan kos dengan induk semang. Subjek yang akan diteliti, yaitu
remaja yang berusia antara 18 – 21 tahun. Pada usia 18 - 21 tahun ini disebut
sebagai masa remaja akhir. Selain itu, pada masa ini mereka sudah mengalami
meningkatnya minat terhadap seks yang kemudian mendorong mereka
mencari lebih banyak informasi tentang seks.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan sejumlah
penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi (Hadi, 2000). Teknik sampel
yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel
didasarkan atas ciri- ciri atau sifat- sifat tertentu yang dipandang mempunyai
sangkut paut yang erat dengan ciri- ciri atau sifat- sifat populasi yang sudah
diketahui sebelumnya.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah penyebaran skala untuk diisi oleh subjek. Alat yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah satu buah skala yaitu skala perilaku seksual.
Skala Perilaku Seksual Remaja disusun penulis berdasarkan tahapan
perilaku seksual menurut Sarwono dan Diagram Group (dalam Triana, 2006).
Skala ini terdiri 37 aitem yang mengacu pada tahapan perilaku seksual dan
berdasarkan pemilihan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Dalam skala ini, subjek diminta untuk merespon pernyataan- pernyataan
tentang suatu objek. Dalam hal ini objek skala adalah perilaku seksual remaja.
Butir- butir pernyataan ini dianalisis menggunakan metode penskalaan
Likert’s atau metode rating yang dijumlahkan (Summated Rating), yaitu
metode penskalaan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar
Jawaban subjek dinyatakan dalam empat kategori yaitu Selalu (S),
Sering (S), Jarang (J), dan Tidak Pernah (TD). Pemberian skor untuk jawaban
Selalu adalah 4, untuk jawaban Sering adalah 3, untuk jawaban Jarang adalah
2 dan untuk jawaban Tidak Pernah adalah 1. Item- item pernyataan disusun
berdasarkan tahapan perilaku seksual tersebut.
Skor untuk tiap item dalam skala dijumlahkan sehingga menjadi skor
total. Semakin tinggi skor total skala Perilaku Seksual Remaja yang dimiliki
subjek, maka menunjukkan semakin tinggi perilaku seksual yang dimiliki oleh
subjek tersebut dan sebaliknya skor yang rendah menunjukkan bahwa subjek
memiliki perilaku seksual yang rendah.
Dalam penelitian ini digunakan pembobotan untuk setiap aitem. Hal ini
dikarenakan skala disusun berdasarkan tahapan perilaku seksual yang terdiri
dari segala bentuk aktivitas seks dan intensi yang berbeda. Seperti misalnya,
menyentuh jari atau tangan pacar berbeda dengan mencium rambut pacar
sehingga pembobotan ini diperlukan untuk menilai setiap aitemnya.
Untuk pembobotan ini, peneliti menggunakan penilaian dengan cara
inter rater. Inter rater yaitu dua orang atau lebih yang memberikan penilaian
tentang objek yang ditanyakan untuk dianalisis dan diklasifikasikan (Ariyani,
2007). Pada inter rater ini, peneliti mengumpulkan sepuluh rater untuk
mengisi skala dan memberi petunjuk untuk memberikan nilai skor pada setiap
penyataan dengan bobot yang sesuai dengan tingkatannya.
Skala ini terdiri dari 37 pernyataan, kemudian para rater harus memberi
Masing – masing pernyataan tidak boleh mempunyai nilai bobot yang sama,
jadi nilainya harus urut dari angka 1 sampai 37. Untuk hasil total nilai bobot
dihitung dari jumlah skor dari sepuluh rater per tiap aitem kemudian
dijumlahkan dan hasilnya dibagi dengan jumlah rater sehingga menjadi skor
bobot per aitem.
Berikut ini hasil yang disertakan dari penilaian dengan cara rater dan
akan digunakan sebagai blue print dalam penelitian ini, adalah sebagai
berikut:
Tabel 1
Blue Print Skala Perilaku Seksual Remaja
Aspek No .
Item
Bobot
Mencuri pandang ke arah bagian seksual pacar saat di kos. 1 9
Menyentuh jari atau tangan pacar saat di kos. 2 2
Saling berpegangan tangan dengan pacar saat di kos. 3 3,5
Duduk berdampingan dengan pacar dan berduaan saja saat di kos. 4 2,5
Duduk berdampingan dengan pacar dan saling merapatkan diri saat di kos.
5 4,5
Merangkul bahu pacar, serta tubuh pacar lebih didekatkan saat di kos. 6 6,6 Dirangkul bahu oleh pacar, serta tubuh pacar lebih didekatkan saat di
kos.
7 7
Merangkul pinggang pacar dan tubuh pacar dirapatkan saat di kos. 8 8,7
Dirangkul pinggang oleh pacar dan tubuh pacar dirapatkan saat di kos. 9 8,9
Mencium rambut pacar saat di kos. 10 10,.3
Dicium rambut oleh pacar saat di kos. 11 10,1
Mencium kening pacar saat di kos. 12 11,6
Dicium kening oleh pacar saat di kos. 13 11,6
Mencium pipi pacar saat di kos. 14 14
Dicium pipi oleh pacar saat di kos. 15 13,8
Mencium bibir pacar saat di kos. 16 16,7
Dicium bibir oleh pacar saat di kos. 17 16,7
Mencium leher pacar saat di kos. 18 19,2
Dicium leher oleh pacar saat di kos. 19 19
Saling berpelukan dengan pacar saat di kos. 20 17,3
Berciuman bibir sambil berpelukan dengan pacar saat di kos. 21 21,3
Meraba tubuh pacar dari luar pakaian saat di kos. 22 22,4
Diraba tubuh oleh pacar dari luar pakaian saat di kos. 23 22,2
Meraba tubuh pacar dari dalam pakaian saat di kos. 24 24,6
Mencium sebagian besar tubuh pacar dari luar pakaian saat di kos. 26 26,6 Dicium sebagian besar tubuh oleh pacar dari luar pakaian saat di kos. 27 26,4
Mencium sebagian besar tubuh pacar dari dalam pakaian saat di kos. 28 28,6
Dicium sebagian besar tubuh oleh pacar dari dalam pakaian saat di kos. 29 28,6 Saling menempelkan alat kelamin dengan pacar saat di kos. (masih
menggunakan pakaian)
30 30,2
Saling menempelkan alat kelamin dengan pacar saat di kos. (tanpa menggunakan pakaian)
31 31,2
Saling menggesek - gesekkan alat kelamin dengan pacar saat di kos.(masih menggunakan pakaian)
32 32,2
Saling menggesek - gesekkan alat kelamin dengan pacar saat di kos. (tanpa menggunakan pakaian)
33 33,2
Melakukan masturbasi sendiri saat di kos. 34 30,3
Saling memasturbasi dengan pacar saat di kos. 35 35
Melakukan oral seks dengan pacar saat di kos. 36 36
Melakukan hubungan seksual (bersanggama) dengan pacar saat di kos. 37 37
Selain itu, dalam penelitian ini juga ditambahkan pertanyaan yang
berkaitan dengan kehadiran lawan jenis di dalam kos. Pertanyaan yang
disertakan ini berhubungan dengan aturan dan fasilitas yang berkaitan dengan
kehadiran lawan jenis di dalam kos sehingga dari pertanyaan ini dapat terlihat
bagaimana perbedaan antara rumah kos dengan induk semang dan rumah kos
tanpa induk semang.
Pelaksanaan uji coba alat ukur dimulai pada tanggal 19 – 26 Desember
2007. Dalam jangka waktu tersebut peneliti mulai membagikan skala kepada
subjek di beberapa tempat kos. Subjek uji coba ini adalah remaja pria dan
wanita yang berusia 18 - 21 tahun dan yang tinggal di kos. Total subjek uji
F. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas
Validitas disebut dengan kesahihan menurut Hadi (1991), yang diartikan
sebagai tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu
yang menjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan instrumen
tersebut. Suatu instrumen dinyatakan sahih jika instrumen itu mampu
mengukur apa yang hendak diukur dan mampu mengungkapkan apa yang
ingin diungkapkan (Supratiknya, 1998 dan Azwar, 1999).
Uji validitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah skala
psikologis yang digunakan sebagai alat ukur mampu memberikan data yang
relevan dengan tujuan pengukuran dan data yang memberikan gambaran yang
cermat. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi,
yaitu dengan analisis rasional mencari sejauh mana isi tes mencerminkan ciri
atribut yang hendak diukur (Azwar, 1998).
2. Seleksi Item
Korelasi item-total (daya beda item) bertujuan memperoleh item-item
yang berkualitas baik dari skala yang sedang disusun. Salah satu kualitas yang
dimaksudkan adalah keselarasan atau konsistensi antara item dengan skala
secara keseluruhan (konsistensi item-total) (Azwar, 1998).
Untuk menguji kesahihan tiap butir item dalam skala perilaku seksual
remaja ini, peneliti juga melakukan analisis statistik dengan menggunakan
Sebagai kriteria pemilihan item berdasar pada korelasi item total
biasanya digunakan batasan rix ≥ 0,25 (Azwar, 1999). Umumnya, item yang memiliki koefisien korelasi di atas 0,25 sudah dianggap mengindikasikan daya
diskriminasi yang baik. Bahkan oleh beberapa ahli mengatakan bahwa
koefisien korelasi di atas 0,20 sudah dianggap memuaskan.
Dari hasil uji coba yang dilakukan terhadap 37 item skala perilaku
seksual ini mempunyai daya beda item berkisar antara 0,174 sampai dengan
0,832. Dalam uji coba ini ada satu item yang gugur karena daya bedanya
berada dibawah 0,25.
3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur,
yang mengandung kecermatan pengukuran (Azwar, 1999). Menurut
Supraktiknya, (1998), suatu tes yang reliabel atau konsisten akan
menunjukkan skor yang sama bila sejumlah orang : a). dites pada dua
kesempatan yang berbeda menggunakan alat tes yang sama, b). dites dengan
dua versi berbeda dari tes yang sama, dan c). dites dengan
kelompok-kelompok item berlainan dari tes yang sama.
Reliabilitas ditunjukkan dengan angka atau koefisien korelasi yang
berkisar antara 0 dan 1. Semakin tinggi koefisien korelasi (mendekati 1)
berarti alat tes semakin reliabel. Penelitian ini menggunakan perhitungan
dan skala dapat dibelah menjadi multi bagian yang masing-masing belahan
memiliki jumlah item yang sama.
Dari hasil uji coba yang dilakukan, reliabilitas skala perilaku seksual
remaja yang tinggal di kos dengan induk semang dan kos tanpa induk semang
pada item yang terseleksi sebesar 0,951.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah- langkah yang diambil dalam penelitian ini
adalah:
1. Membuat skala pengukuran perbedaan Perilaku Seksual untuk
diujicobakan pada kelompok ujicoba yang memiliki karakteristik sama
dengan kelompok subjek yang sesungguhnya. Data yang diperoleh
digunakan untuk melakukan uji kesahihan butir.
2. Melakukan uji coba skala Perilaku Seksual
3. Menganalisis item - item skala Perilaku Seksual serta melihat
reliabilitas skala untuk mendapatkan butir yang sahih dan skala yang
reliabel.
4. Menentukan subjek penelitian sesuai kriteria, kemudian diberikan
skala Perilaku Seksual yang sudah diuji kesahihan dan keandalannya.
5. Menganalisis data penelitian yang masuk dengan uji statistik t-test
untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan perilaku seksual antara
remaja yang tinggal di kos dengan induk semang dan kos tanpa induk
semang.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi Analisis Data
Untuk memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dari tujuan
penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi data penelitian yang
meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebaran
variabel bebas dan variabel tergantung bersifat normal atau tidak.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari
sampel yang akan diuji tersebut adalah sama.
2. Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik Uji-t (t-test) yaitu untuk menentukan apakah dua mean
yang berbeda secara signifikan atau tidak pada suatu tingkat probabilitas yang
dipilih. Teknik ini membandingkan beda mean antara kos yang tanpa induk
BAB
IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Pengambilan data penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 15 sampai
dengan 25 Januari 2007. Penyebaran skala yang dilakukan sama seperti
penyebaran skala uji coba, yaitu peneliti menyebarkan skala di beberapa
tempat kos. Pada penelitian ini, skala diberikan jika subjek sesuai dengan
kriteria lalu subjek diminta untuk mengisi angket. Peneliti juga meminta
bantuan dari beberapa teman yang tinggal di salah satu tempat kos untuk
membantu menyebarkan skala ini di tempat kosnya. Skala yang ingin
disebarkan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam amplop. Selain itu peneliti
juga memberikan souvenir, diharapkan subjek mau mengisi skala ini dengan
jujur dan tidak merasa takut karena hasilnya tidak dapat diketahui oleh orang
lain.
Penelitian ini berlangsung selama 10 hari, hal ini disebabkan oleh karena
peneliti tidak dapat langsung memberikan skala pada subjek yang
bersangkutan sehingga memberikan batas waktu bagi subjek untuk mengisi
skala. Untuk subjek yang tinggal di kos tanpa induk semang, agak sulit
ditemui karena biasanya subjek- subjek sering tidak berada di kos dan baru
kembali di malam hari. Skala perbedaan perilaku seksual yang dibagikan ada
80 eksemplar, yang terdiri 40 untuk remaja yang tinggal di kos dengan induk
semang dan 40 eksemplar untuk remaja yang tinggal di kos tanpa induk
semang.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala perilaku
seksual. Skala ini dianggap relevan untuk mengukur perbedaan perilaku
seksual remaja dalam berpacaran antara remaja yang tinggal di kos dengan
induk semang dan remaja yang kos tanpa induk semang. Karena skala ini
berdasarkan tahapan dalam perilaku seksual dan sudah melewati tahap seleksi
item dan bobot, serta memiliki reliabilitas yang baik.
B. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja putra dan putri yang tinggal di
kos yang ada induk semang dan kos yang tanpa induk semang. Masing-
masing kelompok subjek berjumlah 40 orang sehingga keseluruhan subjek
dalam penelitian ini berjumlah 80 orang dengan memiliki rentang usia 18 – 21
tahun. Deskripsi subjek dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Data Deskripsi Subjek
Remaja yg kos dengan induk semang
Remaja yg kos tanpa induk semang
Pria 10 28
Jenis
Kelamin Wanita 30 12
2. Hasil Analisis Data a. Deskripsi Data
Hasil dari analisis statistik deskriptif penelitian ini dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 3 Deskripsi Data
n Skor Min Skor Maks Mean SD
Kos dgn induk semang 40 702,1 2389,60 1146,9850 420,98991
Kos tanpa induk semang
40 703,1 2321,90 1460,5225 483,90452
b. Hasil Uji Asumsi 1). Uji Normalitas
Yang dimaksud dengan uji normalitas sampel atau menguji normal
tidaknya sampel, tidak lain sebenarnya adalah mengadakan pengujian
terhadap normal tidaknya sebaran data yang dianalisis (Arikunto, 1989).
Dalam hal ini peneliti ingin melihat kenormalan sebaran data dari tempat
kos, yaitu kos yang ada induk semang dan kos yang tanpa induk semang
sehingga dilakukan pengujian kedua variabel tersebut. Uji normalitas
menggunakan teknik Kolmogorov- Smirnov dari hasil perhitungan program
komputer dengan SPSS for Windows versi 12,0. Telah ditentukan bahwa
nilai probabilitas sebesar 0,05.
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa pada tempat kos dengan induk
tanpa induk semang memperoleh nilai probabilitas 0,62 > 0,05. Karena p >
0,05 maka distribusi skor perilaku seksual remaja adalah normal atau
memenuhi persyaratan uji normalitas.
2). Uji Homogenitas
Disamping pengujian terhadap penyebaran nilai yang dianalisis, peneliti
akan menggeneralisa