• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY SECARA ALAMI (FITOREMEDIASI) DENGAN TANAMAN KAYU APU (PISTIA STRATIOTES).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY SECARA ALAMI (FITOREMEDIASI) DENGAN TANAMAN KAYU APU (PISTIA STRATIOTES)."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY SECARA ALAMI

(FITOREMEDIASI) DENGAN TANAMAN KAYU APU

(PISTIA STRATIOTES)

O l e h :

RIDO WANDHANA

0852010009

(2)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY SECARA ALAMI

(FITOREMEDIASI) DENGAN TANAMAN KAYU APU

(PISTIA STRATIOTES)

untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik ( S-1)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

O l e h :

RIDO WANDHANA

0852010009

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

(3)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH LAUNDRY SECARA ALAMI

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi

Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar sarjana (S1), tanggal :

(4)

dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul “Pengolahan Air Limbah Laundry Secara Alami (Fitoremediasi) Menggunakan Tanaman Kayu Apu (Pistia Stratiotes)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada progdi Teknik Lingkungan UPN “Veteran”Jatim.

Penulis Menyadari bahwa selama penelitian berlangsung, penyusunan samapai tahap penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan tanpa batas kepada semua pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi, anatara lain :

1. Dr.Ir. Rudi Laksmono.,MT, Dosen Pembimbing yang dengan sabar meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Dr.Ir. Munawar.,MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan UPN”Veteran” Jawa Timur.

3. Ir.D.G. Okayadnya W., MS selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ir. Tuhu Agung R., MT, selaku Dosen Wali.

(5)

memberikan Do’a, Motivasi secara Moril dan Materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Semua Dosen serta Staf Pegawai Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan khususnya Program Studi Teknik Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur. 10.Kedua orang Tua dan Saudara yang tiada henti dan tanpa lelah

memberikan Do’a, Motivasi secara Moril dan Materil.

11.Rekan-rekan Teknik Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur serta Keluarga Besar UPN “Veteran” Jawa Timur.

12.Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat selesai.

Sudah tentu Skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan masih memerlukan saran, krtik dan penelitian yang lebih baik sehingga metode seperti ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam skripsi ini , dan Semoga Skripsi ini dapat Bermanfaat.

(6)

HALAMAN J UDUL

2.1.1 Karakteristik Limbah Laundry ... 6

2.2 Fitoremediasi ... 7

2.3 Mekanisme Fitoremediasi... 11

2.4 Tanaman – Tanaman Air yang bisa Dijadikan Agen Fitoremediasi... 12

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kualitas Air Limbah ... 23 4.2 Penyisihan Fosfat dengan Media

Tanaman Kayu Apu ... 24 4.2.1 Pengaruh Rasio Tanaman Kayu Apu

Terhadap Penyerapan Fosfat ... 30 4.2.2 Mekanisme Penyerapan Zat – zat organik

Dengan Sistem Fitoremediasi ... 30 4.3 Perubahan Morfologi Kayu Apu... 32 4.4 Penyisihan BOD dengan Media

Tanaman Kayu Apu ... 33 4.5 Penyisihan COD dengan Media

Tanaman Kayu Apu ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 47 5.2 Saran ... 47

(8)

pengolahan awal terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan terakumulasinya fosfat dalam

jumlah besar di dalam badan air yang akan mengakibatkan terjadinya eutrofikasi,

sehingga perlu dicari pengolahan alternatif lain dalam proses pengolahan air limbah

laundry. Penelitian Fitoremediasi fosfat, ditentukan juga penurunan zat organik

lainnya seperti BOD dan COD menggunakan Kayu Apu (Pistia Stratiotes) telah

dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan variabel waktu tinggal 2 sampai

10 hari serta rasio tanaman kayu apu tiap bak fitoremediasi : 3, 4, 5, 6, 7 tanaman/bak

fitoremediasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar penurunan fosfat

dalam limbah laundry setelah proses fitoremediasi serta mencari pengaruh waktu

tinggal dan rasio tanaman terhadap penurunan konsentrasi fosfat dalam limbah

laundry. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi fosfat sebesar

39,77% pada rasio tanaman kayu apu jumlah 6 tanaman dengan waktu tinggal 8 hari.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu tinggal dengan rasio tanaman kayu

apu dengan jumlah tanaman yang berbeda – beda, serta kebutuhan hara yang cukup

maka proses fitoremediasi dapat berjalan dengan baik.

(9)

usually dump wastes into water bodies without any prior pretreatment. This leads to the

accumulation of large amounts of phosphate in the body of water that would result in

eutrophication, so it needs to look for an alternative treatment in the process of wastewater

treatment facilities. Phytoremediation Research phosphate, are determined also decrease other

organic substances such as BOD and COD using Wood Apu (Pistia stratiotes) has been carried

out in the laboratory using a variable residence time of 2 to 10 days, and the ratio of timber

plants per tub apu phytoremediation: 3, 4, 5, 6 , 7 plants / tub phytoremediation. This study aims

to determine the reduction in phosphates in laundry waste after phytoremediation process and to

find the influence of the residence time and the ratio of plants to decrease the concentration of

phosphates in laundry waste. The results showed that the decrease in phosphate concentration of

39.77% in the ratio of the number of timber plants apu 6 plants with a residence time of 8 days.

This suggests that the longer the dwell time ratio apu timber plants by the number of different

plants - different, and needs enough nutrients then phytoremediation process can run well.

(10)

1. 1. Latar Belakang

Banyaknya kegiatan jasa pencucian (laundry) khususnya di daerah Surabaya dan

sekitarnya. Munculnya usaha dalam bidang jasa ini sebenarnya memiliki manfaat yang

baik bagi masyarakat, khususnya dalam segi ekonomi akan tetapi pertumbuhan kegiatan

laundry ini tidak diikuti dengan pengelolaan air limbah yang baik sehingga menimbulkan

dampak negatif terhadap lingkungan. Pengambilan sampel air limbah laundry di daerah

keputih, sukolilo Surabaya (utara pasar keputih), menunjukkan konsentrasi awal fosfat

sebesar 7,40 mg/lt. Selain itu tempat jasa pencucian laundry tersebut dalam sehari bisa

mengerjakan cucian sekitar 75 s/d 80 kg dan air limbah laundry yang di keluarkan

sebesar 35 s/d 40 liter. Fosfat apabila terdapat dalam jumlah banyak dalam badan air

dapat mengakibatkan terjadinya algae blooming atau eutrofikasi (Masduqi, 2004).

Air limbah laundry itu sendiri memiliki kandungan fosfat dalam deterjen, fosfat

dari deterjen pun mampu mencemari dengan kontribusi phosphate loading 25 – 30 %

(Kohler, 2006). Pada Peraturan Daerah Jawa Tengah No. 10 tahun 2004 tentang baku

(11)

Apabila dibuang ke badan air akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan, mungkin laundry untuk skala hotel dan rumah sakit sudah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL), namun untuk skala rumahan maka lingkunganlah yang menjadi IPAL – nya. Hingga saat ini belum ada atau sedikit yang mengolah air dari proses laundry kecuali hotel dan rumah sakit. Di dalam badan air fosfat yang berlebih akan mengakibatkan terjadinya eutrofikasi, yaitu pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air sehingga tumbuhan tumbuh dengan sangat cepat di bandingkan pertumbuhan yang normal akibat tersedianya nutrisi yang berlebihan (Anonim, 2008).

(12)

1.2 Rumusan Masalah

a. Seberapa besar penurunan kadar fosfat dalam air limbah laundry setelah fitoremediasi.

b. Adakah pengaruh rasio tanaman dengan air limbah laundry dan waktu tinggal terhadap penurunan kandungan fosfat dari air limbah laundry.

c. Ditentukan juga penurunan zat organik lainnya seperti BOD dan COD.

1.3 Tujuan Penelitian

a. Memberikan alternatif lain dalam pengolahan air limbah laundry dengan memanfaatkan tanaman air.

b. Mengetahui kemampuan tanaman air dalam mendegradasi parameter air limbah laundry (fosfat, BOD, dan COD).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Masyarakat mendapatkan informasi pengolahan air limbah laundry secara alami.

(13)

1.5 Ruang Lingkup

Untuk membatasi agar dalam pemecahan masalah tidak menyimpang dari ruang lingkup, maka ditetapkan :

a. Tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah kayu apu.

b. Parameter yang diturunkan adalah fosfat, selain itu yang perlu ditinjau zat organik/parameter lainnya adalah BOD dan COD pada air limbah laundry.

(14)

2.1 Air Limbah Laundry

Air Limbah laundry adalah hasil buangan yang berbentuk cair dari kegiatan laundry. Air Limbah laundry ini salah satu limbah domestik yang biasanya dibuang ke badan air, hal ini menyebabkan pencemaran yang akan berakibat buruk terhadap lingkungan bila tidak diolah dengan baik.

Adapun pengertian limbah adalah air bekas yang sudah tidak terpakai lagi sebagai hasil dari adanya berbagai kegiatan manusia sehari-hari (Puspita, 2008).

Gambar 1 : limbah laundry di badan air

(15)

2.1.1 Karakteristik Air Limbah Laundr y

Air Limbah laundry ini memiliki sifat dan karakteristik fisik, kimia dan biologis. Sifat fisik air limbah laundry ditentukan oleh derajat kekotoran yang mudah dilihat, parameter ini meliputi kandungan zat padat sebagai efek estetika dan kejernihan serta bau, warna dan temperatur (Puspita, 2008).

Sedangkan sifat kimia dalam air limbah dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak sedap. Zat kimia dapat diklasifikasikan menjadi bahan organik yang jika jumlah dan jenis bahan organik semakin banyak, akan mempersulit dalam pengolahan limbah, sebab beberapa zat tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Sedangkan jumlah bahan anorganik akan meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh formasi geologis dari asal air limbah ( Puspita, 2008 ).

Sementara sifat biologis dalam limbah perlu diketahui untuk mengukur tingkat pencemaran sebelum dibuang ke badan air penerima. Mikroorganisme-mikroorganisme yang berperan dalam proses penguraian bahan-bahan organik di dalam air buangan domestik adalah bakteri, jamur, protozoa dan algae (Puspita, 2008).

(16)

Karakteristik yang terdapat di dalam air limbah laundry secara umum dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Karakteristik Air limbah laundry

Konsep mengolah air limbah dengan menggunakan media tanaman atau lebih popular disebut “fitoremediasi” telah lama dikenal manusia, bahkan digunakan juga untuk mengolah limbah berbahaya (B3) atau untuk mengolah limbah radio aktif lingkungannya (Anonim, 2011). Konsep fitoremediasi ini sangat cocok pada tempat-tempat dengan keadaan pencemaran yang hidrophobik seperti limbah

benzene, PAHs, nitroluene, ammunition, nutrisi yang berlebih seperti nitrate,

ammonium, phosphate, dan logam berat (Syariffauzi, 2009).

(17)

masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara ex-situ menggunakan kolam buatan atau reactor maupun in-situ ( langsung di lapangan ) pada tanah atau daerah yang terkontaminasi limbah (Hardyanti dan Rahayu , 2006 ).

Dari penelitian sebelumnya fitoremediasi fosfat dengan pemanfaatan enceng gondok (eichhornia crassipes) studi kasus pada limbah cair industry kecil

laundry oleh Nurandani Hardyanti dan Suparni Setyowati Rahayu, dimana tujuan

penelitian untuk mengolah limbah laundry agar tidak mencemari lingkungan khususnya badan air atau sungai. Bahan – bahan yang digunakan yaitu deterjen sebagai sumber fosfat, aquades, tanaman enceng gondok, H2SO4, K2S2O8, NaOH, indicator PP, HNO3 6 m, ammonium molybdate, stannous chloride , gliserol dan KH2PO4. Dengan variable penelitian : variable bebas yaitu konsentrasi P yaitu 200 mg/lt, 250 mg/lt, dan 300 mg/ltd an waktu tinggal enceng gondok dalam air limbah adalah 0 hari, 1 hari sampai dengan 5 hari. Kali ini penelitian dilakukan dengan menggunakan tanaman air lain, yaitu tanaman kayu apu (pistia stratiotes) dengan alat dan bahan , yaitu bahan uji parameter fosfat, BOD dan COD, tanaman kayu apu dan air limbah laundry. Alat yang digunakan plastik transparan untuk melindungi saat proses fitoremediasi , bak fitoremediasi. Variabel untuk proses penelitian, yaitu waktu tinggal 2 sampai 10 hari dan rasio tanaman kayu apu tiap bak fitoemediasi : 3, 4, 5, 6, 7 tanaman/bak fitoremediasi.

(18)

Konsep fitoremediasi terdiri dari beberapa metode melalui beberapa mekanisme seperti degradasi kontaminan, penghilangan melalui akumulasi atau immobilisasi. Dengan rincian sebagai berikut :

a. Akumulasi (untuk penahanan atau pembuangan kontaminanorganik dan anorganik/logam) . Meliputi mekanisme seperti :

- Fitoekstrasi yaitu proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari tanah atau media tercemar sehingga zat-zat kontaminan tersebut berakumulasi di dalam bagian-bagian tanaman.

- Rizofiltratasi adalah proses absorbsi atau pengendapan zat kontaminan oleh akar untuk menempel pada akar.

b. Penghilangan atau dissipation (untuk menghilangkan kontaminasi organik dan/atau anorganik) seperti :

- Fitovolatilisasi yaitu proses menarik dan transpirasi zat kontaminan oleh tumbuhan dalam bentuk larutan terurai sebagai bahan yang tidak lagi berbahaya yang selanjutnya diuapkan ( divolatisasi ) ke atmosfer. c. Immobilisasi (untuk pengikatan kontaminasi organik dan/atau anorganik),

(19)

d. Degradasi (untuk penguraian kontaminasi organik)

- Fitodegradasi ( fitransformasi) yaitu proses yang dilakukan tanaman untuk menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan susunan molekul yang lebih sederhana dan dapat berguna untuk pertumbuhan tanaman itu sendiri. Proses ini bisa berlangsung pada daun, batang, akar atau disekitar akar dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh tumbuhan tersebut.

(20)

Gambar 2. Proses fitoremediasi

Pemilihan jenis tanaman tentunya disesuaikan dengan lokasi kontaminan berbeda. Jenis tanaman yang dipilih harus toleran apabila hidup pada ekosistem yang terkontaminasi oleh limbah. Kemampuan penyerapan tanaman dilakukan oleh akar tanaman. Karena akar tanaman mempunyai toleransi yang lebih tinggi dibandingkan bagian batang dan daun. Pada penelitian ini mengunakan limbah pencucian rumput laut sebagai zat pencemar. Beberapa penelitian terdahulu telah mambuktikan bahwa teknologi fitoremediasi dapat mengurangi kandungan zat-zat organik antara lain tumbuhan yang dapat digunakan adalah:Anturium Merah/ Kuning, Alamanda Kuning/ Ungu, Akar Wangi, Bambu Air, Cana Presiden Merah/Kuning/ Putih, Dahlia, Dracenia Merah/ Hijau, Heleconia Kuning/ Merah, Jaka, Keladi Loreng/Sente/ Hitam, Kenyeri Merah/ Putih, Lotus Kuning/ Merah, Onje Merah, Pacing Merah/ Mutih, Padi-padian, Papirus, Pisang Mas, Ponaderia, Sempol Merah/Putih, Spider Lili, rumput-rumputan.

2.3. Mekanisme Fitoremediasi

(21)

nutrien yang terlarut dalam air (Dietz, 2001). Adsorpsi dilakukan akar tanaman menuju dinding sel tanaman dan kemudian tersebar ke seluruh bagian tanaman (Kvesidatze et.al, 2001). Kemampuan akar untuk memisahkan dan menyerap kontaminan yang terlarut dalam air disebut rhizofiltyration. Karena permukaan akar dijadikan sebagai tempat hidup bagi beberapa mikroorganisme yang berperan dalam mereduksi kontaminan yang terlarut dalam air (Salt dan Baker, 1999). Proses ini dipengaruhi oleh temperatur, pH air, sifat hidrobotik kontaminan, berat molekul dan nutrien yang ada di dalam air. Selain proses penyerapan, degradasi secara fisik lainnya adalah penguapan.

Pada proses fitoremediasi, tanaman berfungsi sebagai alat pengolah bahan pencemar dimana limbah padat atau cair yang akan diolah, dialirkan ke dalam suatu lahan yang telah ditanami dengan tanaman tertentu yang dapat menyerap, mengumpulkan, serta mendegradasi bahan-bahan pencemar tertentu yang terdapat di dalam limbah tersebut (Anonim, 2011). Menurut Yohana, tumbuhan juga menyediakan media penyangga bagi bakteri pengurai zat organik yang tumbuh melekat pada akar (Khambali dan Suryono, 2011), sehimgga polutan yang terdapat dalam limbah akan dapat didegradasi.

2.4. Tanaman – tanaman Air yang bisa dijadikan Agen Fitor emediasi Tanaman Air yang biasa digunakan dalam pengolahan limbah secara akuatik dan telah terbukti mempunyai kemampuan baik dalam proses pengolahan air limbah/air tercemar dapat dikelompokkan menjadi:

(22)

air timbul yang berakar di bawah air dan berdaun di atas air. Jenis-jenis tanaman air ini antara lain: Tifa/Cattail (Typha), sejenis rumput/Reed (Phragmites), Mata panah/Arrowhead (Sagitaria japonica), Pisang air/Giant arum (Typhonodorum), Papirus/Papyrus (Cyperus papyrus), Payung payungan/Umbrella plant (Cyperus alternafolius), Melati air/Water dop (Echinodorus paleafolius), Anggrek air (Iris), Kana (Canna edulis.) dan Futoi (Hippochaetes lymenalis).

b. Tanaman air tenggelam (submergent aquatic macrophyte), yaitu tanaman air yang keseluruhannya berada di dalam air. Jenis-jenis tanaman air ini antara lain: Hydrilla, Potamogeton, dan Chara.

a. Tanaman air terapung (floating plant), yaitu tanaman yang mempunyai akar di dalam air dengan daun diatas air. Tanaman air terapung ini terdiri dari dua jenis, yaitu: (1) Floating attached plant yang berdaun di permukaan air namun akarnya tertanam di dasar, contohnya Water

poppy (Hydrocleys nymphoides) dan Teratai (Nympheae); serta (2)

Floating unattached plant yang daun dan akarnya melayang-layang di

air, contohnya: Duckweed (Lemna minor), Eceng gondok (Eichornia

crassipes), dan Ki apu (Pistia statiotes) ( Halawa, 2011 ).

2.5. Pemilihan Tanaman yang Dapat Dijadikan Agen Fitoremediasi

(23)

dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman adalah toleran terhadap limbah, mampu mengolah limbah, dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Menurut Shutes et al, untuk mengetahui tingkat toleransi tanaman terhadap limbah maka perlu diketahui nutrisi dalam limbah. Kemampuan dalam mengolah limbah meliputi kapasitas filtrasi dan efisiensi serapan nutrisi ( Prayitno dan Priyanto, 2011 ).

Tumbuhan timbul dan tumbuhan mengapung banyak dipilih untuk digunakan sebagai pengolah limbah. Tumbuhan timbul dipakai untuk mengolah limbah karena tumbuhan tersebut mengasimilasi senyawa organik dan anorganik dari limbah (Budi dan Joko, 2011). Menurut Reddy dan de Busk, spesies tumbuhan terapung digunakan karena tingkat pertumbuhannya yang tinggi, dan kemampuannya untuk langsung menyerap hara langsung dari kolam air. Akarnya menjadi tempat filtrasi dan adsorpsi padatan tersuspensi dan pertumbuhan mikroba yang menghilangkan unsur-unsur hara dari kolom air (Prayitno dan Priyanto, 2011)

2.6. Keuntungan dan kelemahan Fitor emediasi

Metode fitoremediasi sangat efektif digunakan di lapangan dalam skala besar (luas) dengan biaya relatif murah. Keberhasilannya sangat tergantung pada jenis polutan, jenis tanaman dan rekayasa lingkungan serta lamanya waktu dalam proses tersebut (Anonim, 2008 ).

(24)

lingkungan serta lebih ekonomis (Pratomo, 2004). Keuntungan lainnya adalah biaya operaional relatif murah, dan tanaman bisa dengan mudah dikontrol pertumbuhannya (Puspita, 2007).

(25)

pada genangan air yang tenang dan mengalir dengan lambat. Kayu apu mempunyai banyak akar tambahan yang penuh dengan bulu-bulu akar yang halus, panjang dan lebat. Susunan daun terpusat berbentuk roset. Batangnya sangat pendek, bahkan terkadang tidak tampak sama sekali. Buah buninya bila telah masak pecah sendiri serta berbiji banyak. Selain dengan biji, kayu apu berkembang biak dengan selantar atau stolonnya (Sastrapradja dan Bimantoro,1981).

Tanaman air ini termasuk floating aquatic plant seperti tanaman eceng gondok. Pada mulanya tumbuhan kayu apu hanya dikenal sebagai tumbuhan pengganggu di danau, karena tanaman tersebut biasanya tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Tanaman kayu apu banyak dijumpai pada kolam-kolam air tawar, menempati permukaan dari perairan tersebut, karena tanaman ini tergolong

floating aquatic plant. Akar tanaman berupa akar serabut, terjurai pada lapisan

atas perairan dan sangat potensial untuk menyerap bahan-bahan yang terlarut pada bagian itu (Yusuf, 2001).

(26)

Gambar 3, merupakan tanaman air yang mampu menurunkan unsur N dan P secara berturut turut yaitu 25% dan 12% per minggu dengan penyerapan kadar awal 0,847 mg/l dan 0,493 mg/l setiap minggunya.

(27)

3.1 Persiapan Bahan

Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat dan bahan guna menunjang keperluan penelitian.

Bahan yang harus dipersiapkan untuk melakukan penelitian ini adalah:

a. Air limbah

Air lilmbah yang digunakan dalam penelitian ini adalah air limbah laundry yang berasal dari salah satu kegiatan laundry di daerah keputih sukolilo Surabaya (utara pasar keputih).

b. Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kayu Apu.

c. Bahan kimia untuk uji parameter Phosphat, BOD, COD.

3.2. Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Bak proses fitoremediasi terbuat dari plastik yang memiliki kedalaman 20 cm dan tinggi air limbah laundry 6 cm.

(28)
(29)

3.4. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu :

a. Waktu tinggal (hari) : 2, 4, 6, 8, 10.

b. Rasio tanaman kayu apu tiap bak fitoremediasi : 3, 4, 5, 6, 7 tanaman/bak fitoremediasi

Tetapan :

a. Air limbah laundry

b. Konsentrasi air laundry mula - mula :

- Phosfat (7,3973 mg/lt)

- BOD (119,36 mg/lt)

- COD (255 mg/lt)

c. Jenis tumbuhan/tanaman air Kayu Apu

d. Umur tanaman : 2 minggu 3.5. Proses Penelitian :

3.5.1. Persiapan :

(30)

3.5.2. Prosedur Penelitian

a. Air limbah laundry yang berada di bak penampung dituangkan di setiap bak fitoremediasi dengan jumlah 6 bak fitoremediasi.

b. Diamkan menurut variabel waktu yang sudah ditentukan.

c. Setelah itu tanaman dilakukan pengujian terhadap parameter – parameter organik (fosfat) untuk mengetahui seberapa besar tanaman tersebut dapat mendegradasi parameter - parameter organik di air limbah laundry tersebut setelah proses fitoremediasi.

3.6. Analisis data dan pembahasan

Analisa data dan pembahasan dilakukan terhadap data yang diperoleh dari hasil analisa parameter fosfat, BOD, COD.

Sampel-sampel yang diambil secara berkala setelah dianalisa Fosfat akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil perhitungan fosfat, BOD, COD ( mg/liter), dapat dihitung sebagai berikut :

Penurunan = Co-Ce

Co = Hasil analisa awal ( mg/ liter)

(31)

Setelah data penyisihan parameter tersebut selanjutnya dapat ditentukan besarnya prosentase penyisihan. Besarnya prosentase penurunan tersebut dihitung dengan rumus :

Prosentasi penurunan ( % ) =

Co

Ce

Co

x 100

(32)

4.1. Kualitas Air Limbah

Senyawa fosfat sebagai penguat (builders)dalam penggunaan detergen adalah salah satu penyebab terjadinya proses eutrofikasi (pengkayaan unsur hara yang berlebihan) pada sungai/danau yang ditandai oleh ledakan pertumbuhan

algae dan eceng gondok, sehingga secara tidak langsung akan mengakibatkan

berkurangnya oksigen secara cepat, dan terganggunya kehidupan biota air (Pillay dan Amin, 2003).

Dalam penelitian ini dilakukan analisa awal untuk mengetahui karakteristik fisik dan kimia air limbah laundry didaerah keputih, sukolilo Surabaya (utara pasar keputih). Hasil analisa limbah cair tersebut, yaitu Fosfat : 7,40 mg/lt , BOD : 119,40mg/lt, dan COD : 255 mg/lt.

(33)

Dengan adanya sistem fitoremediasi maka diharapkan dapat menurunkan zat organik (fosfat, BOD, dan COD) dalam air limbah laundry, sedangkan tempat proses fitoremediasi untuk menyisihkan fosfat hanya membutuhkan bak-bak (kolam) sederhana, dan pengolahan limbah mengandalkan kinerja tanaman dan mikroba yang secara alami diharapkan dapat menurunkan konsentrasi fosfat, BOD dan COD yang terkandung dalam air limbah laundry.

4.2. Penyisihan Fosfat dengan Media Tanaman Air (Kayu Apu)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan rasio tanaman yang berbeda terhadap waktu tinggal, diperoleh hasil penurunanfosfat pada proses pengolahan air limbah laundrymenggunakan media tanaman air. Media tanaman air yang digunakan adalah kayu apu.Penurunan konsentrasifosfat pada proses pengolahan air limbah laundrydapatmemenuhi baku mutu sesuai denganPeraturan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah tentang baku mutu air limbah yang ditabelkan sebagai berikut :

(34)

Perlakuan jenis tanaman kayu apu berpengaruh nyata terhadap prosentase penurunan fosfat air limbah laundry.Dari Tabel 4.1 dapat diketahui perbedaan penurunan konsentrasi fosfat antara bak kontrol dan reaktor menggunakan tanaman kayu apudengan rasio tanaman kayu apu yang berbeda.

Pengaruh waktu tinggal terhadap fitoremediasi fosfat berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan dengan memvariasikan waktu tinggal dan rasio tanaman dalam masing-masing bak reaktor sangat jelas terlihat tingkat penurunannya. Keadaan demikian juga terjadi pada konsentrasi fosfat dalam bak kontrol.Waktu tinggal berpengaruh terhadap penurunan parameter di dalam air limbah yang akan diolah (treatment). Semakin lama waktu tinggal yang digunakan untuk proses maka dapat diliat terjadi kenaikan dan penurunan. Untuk memudahkan dalam analisa, data prosentase penurunan konsentrasi fosfat disajikan pada Gambar 4.1:

(35)

Berdasarkan hasil analisa,efisiensi penyisihan fosfat terhadap waktu tinggal pada tanaman kayu apu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1 terjadi suatu perbedaan pola antara bak 1 (3 tanaman), bak 4 (6 tanaman) dengan bak 2 (4 tanaman), bak 3 (5 tanaman), dan bak 5 (7 tanaman). Pada bak 1 (3 tanaman) dan bak 4 (6 tanaman) mengalami kenaikan efisiensi penyisihan fosfat pada hari ke - 4, sedangkan pada bak 2 (4 tanaman), bak 3 (5 tanaman), dan bak 5 (7 tanaman) mengalami penurunan efisiensi penyisihan fosfat pada hari ke - 4, antara hari ke – 6 sampai hari ke – 8 ada kecenderungan yang berbeda tanaman kayu apu jumlah 3, 4, 6 tanaman mengalami penurunanan efisiensi penyisihan fosfat pada hari ke – 6, kemudian tanaman kayu apu jumlah 5 dan 7 tanaman mengalami kenaikan efisiensi penyisihan fosfat pada hari ke – 6. Selanjutnya pada hari ke – 8 tanaman kayu apu jumlah 3, 5, 7 tanaman mengalami penurunan efisiensi penyisihan fosfat. Tanaman kayu apu jumlah 4 dan 6 tanaman mengalami kenaikan efisiensi penyisihan fosfat. Hari ke – 10 tanaman kayu apu jumlah 3 dan 7 tanaman mengalami kenaikan efisiensi penyisihan fosfat. Tanaman kayu apu jumlah 4, 5, 6 tanaman mengalami penurunan efisiensi penyisihan fosfat.

(36)

Pada rasio tanaman kayu apu jumlah 4, 5, 7 tanaman pada hari ke – 2 sampai hari ke – 4 mengalami penurunan efisiensi penyisihan pada fosfat karena adanya penyerapan zat organik pada air limbah laundry oleh tanaman kayu apu dan akibat penyerapan tanaman kayu apu yang berbeda – beda sesuai dengan kemampuan individu tanaman.

Hari ke – 6 untuk rasio tanaman kayu apu jumlah 3, 4, 6 tanaman pada hari ke – 6 mengalami penurunan efisiensi penyisihan pada fosfat karena tanaman kayu apu mulai jenuh dan ditandai dengan berubahnya kondisi fisik tanaman kayu apu, dimana daun mulai berubah menjadi kuning, sehingga penyerapan zat organik tidak dapat maksimal. Pada tanaman kayu apu jumlah 5 dan 7 tanaman mengalami kenaikan efisiensi penyisihan fosfat karena tanaman kayu apu menyerap zat organik pada air limbah laundry dengan ditandai pertumbuhan tunas (daun) baru pada tanaman kayu apu.

(37)

Hari ke – 10 rasio tanaman kayu jumlah 3 dan 7 tanaman mengalami kenaikan efisiensi penyisihan fosfat karena tanaman kayu apu menyerap zat organik pada air limbah laundry dengan ditandai pertumbuhan tunas (daun) baru pada tanaman kayu apu. Rasio tanaman kayu apu jumlah 4, 5, 6 mengalami penurunan efisiensi penyisihan fosfat karena tanaman kayu mulai jenuh dengan ditandai dengan berubahnya kondisi fisik tanaman kayu apu, dimana daun mulai berubah menjadi kuning, sehingga penyerapan zat organik tidak dapat maksimal

Secara keseluruhan dari semua bak dengan rasio tanaman kayu apu dengan jumlah tanaman yang berbeda – beda terjadi kenaikan dan penurunan atau fluktuasi. Mengalami kenaikan dikarenakan daun-daun yang telah rusak akan membusuk karena terendam oleh air sehingga zat organik dalam air limbah akan meningkat dan konsentrasi fosfat akan naik, terjadi penurunan disebabkan oleh tanaman kayu apu dapat mensuplai kebutuhan oksigen yang akan digunakan untuk menguraikan bahan organik yang terdapat didalam air limbah laundry.

(38)

unsur alam yang secara sinergi berperan dalam mendegradasi cemaran yang terkandung dalam air limbah. Unsur tersebut adalah tanah yang berperan sebagai media tumbuh tanaman dan penyerap bahan cemaran.

Penyerapan fosfat oleh akar tergantung pada sistem transpor aktif dalam membran sel dan melibatkan ATP sehingga mampu melawan gradien konsentrasi fosfat dalam sel akar (Poerwowidodo, 1993). Jika fosfat terdapatdalam jumlah yang berlebihan pertumbuhanakar akan melebihi tajuk. Akartumbuhan berperan sangat baik menyerap fosfat yang terkandung dalam airlimbah. Kelebihan fosfat di vakuola tersimpansebagai endapan polyfosfat dan dalam bentukinositol heksafosfat (Rompas, 1998). Defisiensi fosfat berpengaruh pada semua aspek metabolisme dan pertumbuhan.Tanaman yang mengalami defisiensi fosfat, pertumbuhannya lambat dan sering tumbuh kerdil (Anggarwulandan Solichatun, 2001).

(39)

jugaberperan dalam metabolisme energi dalam sel (Hopkins,1995). Fosfat diserap tanaman terutama dalam bentuk ionH2PO4-dan H2PO42-(Gardner et al., 1991). 4.2.1 Pengaruh Rasio Tanaman Kayu Apu Terhadap Penyerapan Fosfat

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang telah didapatkan pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penurunan prosentase fosfat dengan rasio tanaman kayu apu yang berbeda dapat menurunkan konsentrasi fosfat yang berbeda pula.

Pada penelitian ini, kayu apu berfungsi sebagai alat pengolah bahan pencemar terutama fosfat dalam limbah laundry. Polyphosphate dalam detergent akan mengalami hidrolisis selama pengolahan biologis dan menjadi bentuk orthophosphate yang dapat diasimilasikan oleh mikroorganisme sehingga siap digunakan oleh tumbuh-tumbuhan (Connell dan Miller, 1995)

Penimbunan ion dalam akar, merupakan tahap pertama proses penyerapan senyawa fosfat oleh akar tanaman. Ion yang menempel pada permukaan akar, batang dan daun, selanjutnya melalui proses difusi masukke dalam akar, batang dan daun melalui dindng sel epidermis menuju membran sel inti (Imam dan Surtono, 2011).

(40)

keunggulandiantaranya secara finansial relatif murah bila dibandingkan dengan metode konvensional biaya dapat dihemat sebesar 75-85%.

Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu:fitoekstraksi, fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi daninteraksidengan mikroorganisme pendegradasi polutan.(Kelly, 1997).Fitoekstraksi merupakan penyerapan polutan,dalam hal ini adalah fosfat oleh tanaman dari air atau tanah dankemudian diakumulasi/disimpan didalam tanaman (daun atau batang), tanamanseperti itu disebut dengan

hiperakumulator.Setelah polutan terakumulasi,tanaman bisa dipanen dan tanaman

tersebut tidak boleh dikonsumsi tetapi harus dimusnahkan.Fitovolatilisasi merupakanproses penyerapan polutan oleh tanaman dan polutan tersebut dirubah menjadibersifat volatil dan kemudian ditranspirasikan oleh tanaman. Polutan yang dilepaskan oleh tanaman keudara bisa sama seperti bentuk senyawa awal polutan,bisa juga menjadi senyawa yang berbeda dari senyawa awal.Fitodegradasi adalah proses penyerapan polutan oleh tanaman dan kemudian polutan tersebut mengalami metabolisme didalam tanaman.Metabolisme polutan didalam tanaman melibatkan enzim antara lainnitrodictase,laccase,

(41)

tanaman untuk mentransformasi polutan didalam tanah menjadisenyawa yang non toksik tanpa menyerap terlebih dahulu polutan tersebut kedalam tubuh tanaman. Hasil transformasi dari polutan tersebut tetap beradadidalam tanah.

Rhizofiltrasiadalah proses penyerapan polutan oleh tanaman tetapibiasanya

konsep dasar ini berlaku apabila medium yang tercemarnya adalah badanperairan. Mekanisme proses fitoremediasi disajikan pada Gambar 4.2 :

Gambar 4.2 Penyerapan polutan pada tanaman dengan sistem proses fitoremediasi

4.3. Perubahan Morfologi Kayu apu (pistia stratiotes)

(42)

4.4. Penyisihan BOD dengan Media Tanaman Air (Kayu Apu)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan rasio tanaman yang berbeda terhadap waktu tinggal, diperoleh hasil penurunanBOD pada proses pengolahan air limbah laundrymenggunakan media tanaman air. Media tanaman air yang digunakan adalah kayu apu.Penurunan konsentrasi BOD pada proses pengolahan dengan tanaman kayu apu, hasil yang didapatkan memenuhi baku mutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 10 tahun 2004 tentang baku mutu air limbahyang ditabelkan sebagai berikut :

(43)

sampai hari ke – 10 terjadi penurunan efisiensi penyisihan BOD, yaitu pada rasio tanaman kayu yang berjumlah 3, 4, 5, dan 7 tanaman. Hal ini dikarenakan tanaman kayu apu mulai jenuh sehingga penyerapan zat organik tidak dapat maksimal.

Pada hari ke – 4 terjadi kenaikan efisiensi penyisihan BOD pada rasio tanaman kayu apu jumlah 6 tanaman, karena tanaman kayu apumengalami fase penyesuaian diri sehingga tanaman kayu apu menyerap zat organik yang terkandung dalam air limbah laundry. Sedangkan pada hari ke – 6 sampai hari ke – 10 mengalami penurunan efisiensi penyisihan pada fosfat karena tanaman kayu apu mulai jenuh dan ditandai dengan berubahnya kondisi fisik tanaman kayu apu,dimana daun mulai berubah menjadi kuningdan pertumbuhan yang lama karena tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, sehingga penyerapan zat organik tidak dapat maksimal.

(44)

Berdasarkan hasil analisa,efisiensi penyisihan BOD terhadap waktu tinggal pada tanaman kayu apu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.2 bahwa pada hari ke – 2 sampaihari ke – 10 terjadi penurunan efisiensi penyisihan BOD pada rasio tanaman kayu yang berjumlah 3 , 4, 5, dan 7 tanaman.Hal ini dikarenakan tanaman kayu apu mulai jenuh sehingga penyerapan zat organik tidak dapat maksimal.

Pada rasio tanaman kayu jumlah 6 tanaman terjadi kenaikan efisiensi BOD pada hari ke – 4, karena tanaman kayu apumengalami fase penyesuaian diri sehingga tanaman kayu apu menyerap zat organik yang terkandung dalam air limbah laundry. Selanjutnya pada hari ke – 6 sampai hari ke - 10 terjadi penurunan efisiensi penyisihan BOD karena tanaman kayu apu mulai jenuhdan ditandai dengan berubahnya kondisi fisik tanaman kayu apu,dimana daun mulai berubah menjadi kuningdan pertumbuhan yang lama karena tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, sehingga penyerapan zat organik tidak dapat maksimal.

(45)

dibutuhkan dalam pertumbuhannya yang ditandai dengan tumbuhnya tunas baru pada tanaman air tersebut, sehingga prosentase penyisihan yang paling baik berada di bak 4.

Penurunan efisiensi penyisihan BOD pada tanaman kayu apu ditandai dengan berubahnya kondisi fisik tanaman kayu apu, dimana daun mulai berubah menjadi kuning. Terjadi kenaikan yang disebabkan tanaman air kayu apu mulai dapat menyerap zat organik yang hanya dibutuhkan dalam pertumbuhannya yang ditandai dengan tumbuhnya tunas baru pada tanaman air tersebut. Peningkatan efisiensi penyisihan pada proses pengolahan air limbah laundry yang menggunakan media tanaman air terjadi karena adanya penyerapan zat organik pada air limbahlaundry oleh tanaman air dan di bantu bakteri yang berada di akar. Dan penurunan efisiensi penyisihan pada proses pengolahan air limbah laundry disebabkan karena minimnya zat organik yang terkandung pada air limbah

laundry sehingga tanaman air mengalami kekurangan asupan zat dan menghambat

(46)

proses aerobik berlangsung di permukaan, sedangkan di bagian tengah terjadi proses fakultatif ( Purwati, 2006).

Dalam sistem akuatik bahan organik yang terendapkan dihilangkan dengan sedimentasi dan penguraian anaerobik pada dasar reaktor. Bahan organik yang tersisa dalam larutan diturunkan oleh aktifitas bakteri dan sebagian ada yang diserap oleh tumbuhan air.Adapun proses penguraian bahan organik oleh bakteri seperti yang dijelaskan pada proses penyerapan bahan organik oleh tumbuhan air. Asam-asam organik yang dihasilkan dari proses penguraian bahan organik diabsorbsi oleh tumbuhan air. Bakteri dan tanaman air merupakan organisme yang berperan dalam proses ini. Bakteri menguraikan bahan organik menjadi ion-ion yang dapat diserap oleh tanaman air.

Hal itu yang dapat memacu bakteri untuk mempercepat proses penguraian bahan organik. Selain itu proses penyerapan ion oleh tumbuhan akan mencegah terjadinya penumpukan senyawa yang bersifat racun bagi bakteri itu sendiri. Bahan organik yang terurai menjadi senyawa organik/anorganik dalam bentuk ion seperti :

NO3-, NH4+, H2PO4-, CH3COO-, dan lain sebagainya (Wardani, 2004).

(47)

Sebagian besar unsur H (hidrogen) diambil dari air yang diserap oleh tumbuhan melalui akar sedangkan untuk C (karbon) dan O (oksigen) diserap dari udara melalui daunnya dalam proses fotosintesis. Adapun reaksi yang terjadi dalam proses fotosintesis adalah sebagai berikut:

6 CO2 + 6 H2O C6H12O8 + 6O2

Karbondioksida merupakan senyawa utama yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Dalam ekosistem wastewater garden, karbondioksida (CO2) berasal dari hasil penguraian bahan-bahan organik oleh mikrooganisme aerob. CO2 juga berasal dari pelarutandi alam. Sedangkan molekul air diambil dari media tumbuh tumbuhan.

Molekul C, H, dan O dari zat-zat tersebut diubah menjadi senyawa karbohidrat atau zat pati dan hasil samping dari proses fotosintesis berupa oksigen (Widyastuti, 2005).

4.5. Penyisihan COD dengan Media Tanaman Air (Kayu Apu)

(48)

Tabel 4.3Pengaruh rasio tanaman kayu apu terhadap penyisihan parameter

Pengaruh waktu tinggal terhadap efisiensi penyisihan COD pada air limbah yang ditunjukkan padaTabel4.3 dapat dijelaskan bahwa, pada hari ke – 2 sampai dengan hari ke – 10 terjadi penurunan efisiensi penyisihan COD pada rasio tanaman kayu yang berjumlah 4, 5, dan 7 tanaman. Hal ini dikarenakan tanaman kayu apu mulai jenuh sehingga penyerapan zat organik tidak dapat maksimal.

(49)

apu,dimana daun mulai berubah menjadi kuning, sehingga penyerapan zat organik tidak dapat maksimal.Pada hari ke – 4 terjadi kenaikan efisiensi penyisihan COD pada rasio tanaman kayu apu jumlah 6 tanaman, karena tanaman kayu apumengalami fase penyesuaian diri sehingga tanaman kayu apu menyerap zat organik yang terkandung dalam air limbah laundry. Pada hari ke – 6 sampai hari ke – 10 mengalami penurunan efisiensi penyisihan pada fosfat karena tanaman kayu apu mulai jenuh dan ditandai dengan berubahnya kondisi fisik tanaman kayu apu,dimana daun mulai berubah menjadi kuning, sehingga penyerapan zat organik tidak dapat maksimal.

Selain itu dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam pertumbuhan,sedangkan pada bak kontrol yang dilakukan perlakuan yang sama dengan menggunakan air limbah laundry, efisiensi penyisihan zat organik tidak begitu besar, dan pertumbuhan yang lama karena tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, sehingga penyerapan zat organik tidak dapat maksimal.

(50)

Berdasarkan hasil analisa,efisiensi penyisihan COD terhadap waktu tinggal pada tanaman kayu apu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3bahwapada hari ke – 2 sampai dengan hari ke – 10 terjadi penurunan efisiensi penyisihan COD pada rasio tanaman kayu yang berjumlah 4, 5, dan 7.Hal ini dikarenakan tanaman kayu apu mulai jenuh sehingga penyerapan zat organik tidak dapat maksimal.

Pada rasio tanaman kayu jumlah 3 tanaman terjadi kenaikan efisiensi COD pada hari ke – 6 sampai hari ke - 8, karena tanaman kayu apumengalami fase penyesuaian diri sehingga tanaman kayu apu menyerap zat organik yang terkandung dalam air limbah laundry. Selanjutnya pada hari ke - 10 terjadi penurunan efisiensi penyisihan COD karena tanaman kayu apu mulai jenuhdan ditandai dengan berubahnya kondisi fisik tanaman kayu apu,dimana daun mulai berubah menjadi kuning, sehingga penyerapan zat organik tidak dapat maksimal.

(51)

ditandai dengan berubahnya kondisi fisik tanaman kayu apu,dimana daun mulai berubah menjadi kuning, sehingga penyerapan zat organik tidak dapat maksimal.

Selain dipengaruhi oleh banyaknya bahan buangan dan oksigen terlarut, konsentrasi COD juga dipengaruhi oleh keberadaan tanaman kayu apu dalam air limbah. Tanaman kayu apu tentu melakukan proses fotosintesis dan menghasilkan oksigen, sehingga mensuplai kebutuhan akan oksigen yang akan digunakan untuk menguraikan zat organik yang terdapat di dalam air limbah.

(52)

cukup, dan fosfat akan teradsorpsi oleh media dan tanaman (Munazah dan Soewondo, 2008).

Perlakuan aklimatisasi tanaman kayu apu selama 3 hari pada bak proses fitoremediasi yang diisi dengan air limbah laundry. Sebelum dan setelah perlakuan air limbah laundry diukur parameter fisika dan kimianya yang meliputi : suhu, DO, pH, dan alkalinitas dengan metode indikator warna (Alaerts dan Santika, 1987). Akan tetapi dipenelitian ini hanya menguji kadar fosfat, sehingga perlu dikaji ulang untuk penelitian selanjutnya.

(53)
(54)

pengaruh nyata terhadap prosentase penyisihan parameter organik, sebaliknya prosentase penyisihan pada bak kontrol sebagai pembanding disebabkan karena penguapan.

(55)

terlarut ke dalam strukturnya, sehingga pada umumnya limbah yang polutannya sudah dibersihkan oleh tumbuhan saat dialirkan ke lingkungan akibat kerusakannya lebih kecil (Lusianty dan Soerjani, 1974). Proses fitoremediasi dengan prosentase relatif kecil, dimana dari beberapa metode pengolahan biologis penggunaan tanaman air merupakan metode yang relatif baru untuk menurunkan kadar bahan atau parameter organik (fosfat, BOD dan COD) yang terdapat di dalam air limbah laundry atau deterjen di perairan.

(56)

5.1 Kesimpulan

• Fitoremediasi dengan tanaman kayu apu dapat dijadikan alternatif lain dalam proses pengolahan air limbah laundry.

Rasio tanaman kayu apu terhadap air limbah laundry sangatlah berpengaruh pada efisiensi penyisihan bahan pencemar ( fosfat, BOD, dan COD ) yang terkandung pada air limbah laundry.

• Penyisihan parameter fosfat pada rasio tanaman kayu apu jumlah 6 tanaman pada hari ke – 8 dengan prosentase penyisihan sebesar 39,77 %.

• Penyisihan parameter BOD dan COD pada hari ke – 4 dengan prosentase penyisihan yang sama sebesar 78,87 % pada rasio tanaman kayu apu jumlah 6 tanaman.

5.2 Sar an

(57)

• Perlu penelitian lanjutan mengenai konsentrasi fosfat dalam bagian (akar, batang daun) tanaman kayu apu (pistia stratiotes) dengan setiap kondisi waktu dan rasio tanaman yang berbeda.

(58)

Anonim.2001.Daerah Jawa Tengah No.10.Tentang Baku Mutu Limbah.

Anonim.2008. Didalam badan air fosfat yang berlebih akan mengakibatkan terjadinya

eutrofikasi.

Ar ifah.2011.Polyfosfat dalam deterjen akan mengalami hidrolisis menjadi bentuk orthoposphate

Budi dan J oko.2011. Tumbuhan timbul dan tumbuhan mengapung banyak dipilih untuk

digunakan sebagai pengolah limbah

Connell dan Miller .1995. Polyphosphate dalam detergent akan mengalami hidrolisis selama

pengolahan biologis dan menjadi bentuk orthophosphate.

Damayanti.2003. Keberadaan tanaman kayu apu juga dapat menaikkan konsentrasi COD yaitu,

daun-daun yang telah rusak akan membusuk

Dede.dkk.2011. Jamur dan Bakteri mengurangi kontaminan

Fa r diaz.1992.Bahan pembentuk utama di dalam detergent adalah natrium tripolifosfat dan

dodesil benzene sulfonat

Gar dner et al., 1991. Fosfat diserap tanaman terutama dalam bentuk ion H2PO4- dan H2PO4

2-Har dyanti dan Raha yu.2006.Fitoremediasi Phosphat dengan Pemanfaatan Enceng Gondok

(Studi kasus pada Limbah Cair Industri Kecil Laundry). UNDIP.Semarang

Halawa .2011.Tanaman air terapung yaitu tanaman yang mempunyai akar didalam air dengan

daun diatas air

Hopkins.1995. Fosfat dalam tanaman ditemukan dalam bentuk fosfat ester, termasuk gula fosfat

yang berperan penting dalam fotosintesis dan metabolisme intermedier, nukleotida berupa DNA dan RNA

Kelly.1997.Mekanisme kerja fitoremediasi terdiri dari beberapa tahapan yaitu: fitoekstraksi,

fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi dan interaksi dengan mikroorganisme pendegradasi polutan

Khambali dan Sur yono.2011.The Wetland technology Merupakan Opsi Pengolahan Air

Limbah dan Perkotaan dalam Menciptakan Kota Sehat dan

(59)

Masduqi.2004.Fosfat apabila terdapat dalam jumlah banyak dalam badan air dapat

mengakibatkan terjadinya algae blooming atau eutrofikasi.

Melethia,dkk.1996.Fitoremediasi adalah teknologi proses dengan menggunakan vegetasi

(tanaman) untuk menghilangkan dan memperbaiki kondisi tanah, sludge, kolam, sungai dari kontaminan

Miller .1996.Keuntungan utama fitoremediasi dibandingkan remediasi lainnya

Nugr oho, Yudistir a.2011. Penurunan Kadar Phosphate (Po4) Pada Limbah Cair Laundry

Dengan Menggunakan Reaktor Biosand Filter Diikuti Dengan Reaktor Activated Carbon.UII.Yogyakarta.

Pillay da n Amin.2003.Pengkayaan unsur hara yang berlebihan) pada sungai/danau yang

ditandai oleh ledakan pertumbuhan algae dan eceng gondok

Poer wowidodo.1993.Penyerapan fosfat oleh akar tergantung pada sistem transpor aktif dalam

membran sel dan melibatkan ATP sehingga mampu melawan gradien konsentrasi fosfat dalam sel akar

Pr iyanto, B dan Pr ayitno,J .2011.Fitoremediasi sebagai Sebuah Teknologi Pemulihan

Pencemaran Khususnya Logam Berat.http://ItI.bppt.tripod.com/sublab/Iflora1htm.

Puspita .2008.Bahan anorganik akan meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh formasi geologis

dari asal air limbah

Ratna ,Mitha.2007.Fitoremediasi air yang tercemar minyak pelumas dengan memanfaatkan

eceng gondok. Surabaya.tekling. ITS Surabaya

Rompas.1998. Kelebihan fosfat di vakuola tersimpan sebagai endapan polyfosfat dan dalam

bentuk inositol heksafosfat

Salt dan Baker .1999. Kemampuan akar untuk memisahkan dan menyerap kontaminan yang

terlarut dalam air disebut rhizofiltyration

Sastr apradja da n Bima ntoro.1981.Selain biji kayu apu berkembang biak dengan selantar atau

stolonnya

Subr oto.2006.fitoremediasi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan tanaman dan

(60)

Widyastuti.2005. Molekul C, H, dan O dari zat-zat tersebut diubah menjadi senyawa

karbohidrat atau zat pati dan hasil samping dari proses fotosintesis berupa oksigen

Yusuf.2001.Akar tanaman berupa serabut, terjurai pada lapisan atas perairan dan sangat

Gambar

Gambar 1 di atas.
Tabel 1. Karakteristik Air limbah laundry
Gambar 3. Tanaman Kayu Apu
Tabel 4.1Pengaruh rasio tanaman kayu apu terhadap penyisihan parameter
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ke 8 terjadi penurunan efisiensi penyisihan pada kadar BOD 90,2 mg/L dan 266,1 mg/L dikarenakan tanaman kayu apu dan teratai mengalami penyeleksian sehingga

Jenis penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh proses biofilter aerobik menggunakan media bioball dan tanaman Kayu Apu (Pistia stratiotes)

Penurunan efisiensi kadar logam Cd paling tinggi terjadi pada kelompok perlakuan dengan lama waktu kontak 8 hari dan 8 rumpun tanaman kayu apu yaitu 64,09% (0,168

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan tanaman kayu apu ( Pistia stratiotes ) sebagai media fitoremediasi dalam menurunkan kadar belerang pada air sumur

Metode yang digunakan adalah dengan sistem kontinyu menggunakan variasi jumlah tanaman apu-apu (Pistia Stratiotes) dan waktu penyerapan kontaminan pada tanaman

Hal tersebut sejalan dengan penelitian Fachrurozi (2010) yang menyebutkan bahwa daya tahan tumbuhan kayu apu terhadap limbah kurang baik yang dibuktikan dalam penelitian pada

Karena pada hasil penelitian pada logam Fe didapatkan hasil bahwa tanaman kayu apu ( Pistio stratiotes ) mampu menyerap logam Fe diharapkan untuk penelitian selanjutnya

Hasil analisa pengukuran DO ( oksigen terlarut ) dalam air pencemaran dengan menggunakan tanaman Kayu apu dapat dilihat pada Tabel 4. Pada hari ke- 0 dengan kontrol