Laporan Penelitian
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KAWASAN KUNJUNGAN
WISATA CANGGU, KUTA UTARA, BADUNG
Oleh
I Ketut Muksin
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atas asung wara nugraha-Nya, sehingga penyusunan laporan penelitian dengan judul “KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KAWASAN KUNJUNGAN WISATA CANGGU, KUTA UTARA, BADUNG” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Keberhasilan penyusunan laporan penelitian ini karena adanya keterlibatan berbagai pihak yang telah rela meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana
2. Ketua Jurusan Biologi F MIPA Universitas Udayana 3. Teman Sejawat
Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan laporan penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya kepada mahasiswa dalam pengembangan ilmu pengetahuan.`
Bukit Jimbaran, Januari 2016
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
Abstrak ... v
I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 2
II MATERI DAN METODE ... 3
2.1. Tempat dan waktu Penelitian ... 3
2.2. Metode Pengambilan Data ... 3
2.3. Analisis Data ... 3
III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5
3.1. Hasil ... 5
3.2. Pembahasan ... 7
IV KESIMPULAN DAN SARAN... 12
4.1. Kesimpulan ... 12
4.2. Saran ... 12
DAFTAR TABEL
Abstrak
Kawasan Canggu merupakan kawasan tujuan wisata merupakan daerah dataran rendah yang memiliki zonasi wilayah pemukiman, pertanian khususnya padi, dan pantai. Seiring bertambahnya pembangunan akomodasi pariwisata konskuensinya terjadi degradasi hijauan terutama lahan pertanian mulai berkurang yang salah satunya merupakan ancaman bagi jenis dan populasi burung. Studi tentang burung dilakukan pada Bulan September – Nopember 2015 dengan waktu pengamatan pagi hari (06.00-10.00 wita), siang hari (12.00-1400 wita) dan sore hari (16.00-18.00 wita) di kawasan Banjar Canggu dengan metode jelajah dan wawancara dengan penduduk juga dilakukan untuk mengetahui keberadaan jenis burung tertentu serta jenis-jenis burung yang umum ditangkap.
Hasil pengamatan menemukan 63 jenis burung dan diklasifikasikan kedalam 29 suku atau familia dengan acuan Mackinon, J. 1993 dan Winnasis, S. 2011.Burung yang ditemukan kebanyakan merupakan burung pemakan serangga, buah-buahan, biji-bijian serta lainnya merupakan pemakan katak/ikan, predator, burung madu. Di kawasan ini ada jenis burung yang sedikit dan jarang ditemukan diantaranya gagak (Corvus macrorhynchos) yang merupakan burung predator telor dan anak burung lain, celepuk reban (Otus lempiji) yang merupakan burung aktif malam hari, caladi ulam (Dendrocopus macei) umum dijumpai pada pohon kelapa (Coccos nucifera) maupun pada pohon yang sebagian telah mati, srigunting hitam (Dicrurus macrocercus) yang memiliki kebiasaan hinggap diujung kayu kering pohon besar seperti kepuh (Sterculia foetida ) pada daerah yang jarang dikunjungi orang dan decu belang (Saxicola capranata) yang biasa membuat sarang di dalam bangunan yang terbuat dari kayu atau bambu yang tidak ditempati. Lahan pertanian semakin sempit karena alih fungsi, petani merasa terganggu dengan keberadaan populasi burung pemakan biji dan dianggap sebagai musuh petani (hama padi), dimana terjadi perubahan perilaku makan yang semakin agresif, diantaranya tergolong familia Estrildidae (Lonchura leucogastroides, L. punctulata, L. maja), Ploceidae (Ploceus manyar) dan Columbidae (Streptopelia chinensis) sehingga mengalami kerugian atau gagal panen.
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kawasan Canggu terletak di Bali Selatan dimana wilayahnya terdiri dari pemukiman,
persawahan dan pesisir dengan panorama pantai yang indah dan laut disamping bermanfaat
bagi nelayan juga merupakan daerah kunjungan wisata. Memiliki jumlah penduduk secara
kedinasan yaitu 305 kepala keluarga (KK) atau ± 1885 jiwa dan diperkirakan penduduk
pendatang akan terus bertambah seiring dengan perkembangan pariwisata di daerah tersebut.
Topografi kawasan ini merupakan daerah dataran rendah yang memiliki ketinggian ± 0-15
meter dari permukaan laut. Persawahan yang dikembangkan umumnya petanian padi sawah
yang sepenuhnya tergantung dari air. Permasalahan para petani dewasa ini adalah
berkurangnya air dari hulu untuk pengairan dan pengaruh angin laut yang mengandung uap
air asin sering berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman padi terutama pertumbuhan
vegetatif daun pada sawah-sawah dekat dengan pantai. Harapan petani juga bertambah susah
dengan sulitnya mendapatkan pupuk dan harga yang cukup tinggi serta penangan pasca panen
yang tidak berpihak pada para petani.
Dewasa ini lahan pertanian sudah semakin berkurang karena alih fungsi lahan yang
mengarah pada pengembangan pembangunan akomodasi pariwisata yang juga merupakan
penghalang pada sistem subak yang ada. Konsekuensi dari pengembangan kawasan menjadi
akomodasi pariwisata yaitu berubahnya bentangan alam dan struktur vegetasi yang ada di
atasnya, yang selanjutnya akan berpengaruh pada keanekaragaman fauna, khususnya
keanekaragaman burung. Vegetasi berperan penting bagi keberadaan jenis burung, sebab
keberadaannya berperan dalam menyediakan makanan, berlindung dan bersarang. Vegetasi
terutama pohon besar dijumpai pada daerah pinggiran sungai, area tempat suci dan area yang
disucikan atau keramat. Pinggiran sungai inipun sudah mulai terdegradasi terutama pada
daerah hilir atau muara sungai (loloan) yang dulunya terdapat gugusan pohon mangrove,
sekarang hanya tinggal bebrapa pohon jenis bakau (Sonneratia sp). Ini disebabkan oleh
semakin berkurangnya aliran air yang membawa substrat untuk terjadi sidimentasi di muara
dan terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap penetapan sepadan sungai sehingga bentangan
alaminya sungai tidak bisa dipertahankan terutama penataan yang bersifat fisik berupa
pembangunan pariwisata berkelanjutan upaya pelestarian keanekaragaman flora dan fauna
(termasuk keanekaragaman burung) merupakan bagian yang tak terlepaskan.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana keanekaragaman jenis burung yang ditemukan di kawasan Canggu?
2. Dimana saja aktivitas atau banyak dijumpai jenis burung pada gugus habitat di
kawasan tersebut?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung yang ada di kawasan Canggu.
2. Untuk mengetahui aktivitas dan keberadaan jenis burung pada gugus habitatdi
kawasan tersebut.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman jenis
burung, aktivitasnya dan keberadaannya pada gugus habitat yang ditemukan di kawasan
Canggu sebagai upaya dalam pelestarian flora fauna khususnya burung, kaitannya dengan
II METODELOGI PENELITIAN
2.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan banjar Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten
Badung selama tiga bulan mulai bulan September 2015 sampai bulan Nopember 2015.
2.2. Metode Pengambilan Data
Waktu pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-10.00 wita, siang hari pukul
12.00-14.00 wita dan sore hari pukul 16.00-18.00 wita, tiga kali seminggu dalam satu bulan.
Pengamatan dilakukan dengan metode jelajah di kawasan terbatas pada empat gugus habitat
yang ditentukan yaitu: pemukiman, persawahan, tepi sungai dan pantai. Pengamatan jenis
burung dibantu dengan menggunakan alat berupa binokuler merek Minolta Compact 10x25
5,4° dan didokumentasikan dengan kamera digital merek Canon 6xoptical zoom 10.0 Mega
Pixels.
2.3. Analisis Data
Semua burung yang ditemukan diidentifikasi dengan menggunakan acuan Mackinnon
(1993). Wawancara pada penduduk juga dilakukan untuk mendapatkan informasi keberadaan
burung tertentu dan jenis makanan yang disukai. Hasil pengamatan dimasukkan kedalam
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Di kawasan Canggu ditemukankan 63 jenis burung dan termasuk kedalam 29 suku atau familia yang tersebar di 4 gugus habitat yaitu pemukiman, persawahan, tegalan dan pantai
(Tabel 1). Kebanyakan dari jenis burung tersebut memang melakukan aktivitas di sana
seperti: mencari makan (foraging), bertengger (perching) atau beristirahat, membersihkan
diri (preening) dan bersarang. Tidak jarang juga jenis yang ditemukan hanya untuk mencari
makan saja terutama dari suku ardeidae, apodidae, hirundinidae, bahkan ada yang baru
ditemukan apabila musim ikan tiba yaitu dari suku pregatidae. Burung yang ditemukan amat
tergantung dari makanan yang tersedia di kawasan tersebut seperti: serangga, binatang kecil
terutama reptil, buah dan madu yang banyak disediakan oleh semak dan pohon yang terdapat
di habitat tepi sungai, penghijauan pinggir jalan dan pohon buah yang memang sengaja
ditanam di pekarangan rumah. Biji-bijian (sereal) disediakan oleh tanaman yang diusahakan
di persawahan ataupun gulma, demikian juga ikan, katak, belut dan keong. Madu bunga
(nectar) juga diperkaya oleh tanaman bunga di pekarangan. Laut menyediakan ikan
sepanjang tahun yang mana kemelimpahannya sangat tergantung dengan musim.
Tabel 1. Jenis-jenis burung yang ditemukan di kawasan Canggu
No Scientific Name English Name Indonesian Name
11 Ardeola speciosa (d) Javan Pond-heron Blekok Sawah
12 Nycticorax nycticorax (d) Black-crowned Night-heron Kowak Malam Abu
13 Ixobrychus sinensis (d) Yellow Bittern Bambangan Kuning
16 Amaurornis phoenicurus (a) White-breasted Waterhen Kareo Padi
17 Porzana paykullii (a) Band-bellied Crake Tikusan Siberia
7. Suku Scolopacidae
18 Numenius arquata (a) Eurasian Curlew Gajahan Besar
19 Limnodromus scolopaceus (a) Long-billed Dowitcher Trinil Lumpur Paruh
13. Suku Alcedinidae
48 Anthreptes malacensis (h) Plain-throated Sunbird Burung Madu Kelapa
49 Cinnyris jugularis (h) Olive-backed Sunbird Burung Madu Sriganti
50 Dicaeum trochileum (b) Scarlet-headed
Flowerpecker
23. Suku Muscicapidae
51 Rhipidura javanica (a) Pied Fantail Kipasan Belang
24. Suku Ploceidae
52 Passer montanus (b) Eurasian Tree Sparrow Burung Gereja
53 Lachura leucogastroides (c) Javan munia Bondol Jawa
54 Lachura punctulata (c) Scaly-breasted Munia Bondol Peking
(d): memakan ikan, katak, belut, keong kecil
(e): memakan ikan laut, kepiting kecil
jenis sebagai pengisap madu bunga (nectar) (tabel1). Kebanyakan jenis burung ditemukan
pada pinggir sungai, dimana ditempat ini masih terdapat pohon-pohon besar seperti bunut
(Ficus glabela), duwet (Eugenia cumini ), bingin (Ficus benjamina ), kresek (Ficus
timorense), singapur (Muntingia calabra), dimana buah dan kanopinya amat disenangi
burung punai (Treron sp). Bunut, bingin, singapur dan perdu lempeni (Ardisia elliptica)
buahnya juga amat disukai burung cerukcuk (Pycnonotus goiavier) dan kutilang (Pycnonotus
aurigaster). Penyamplung (Calophyllum inophyllum L), ketapang (Terminalia catappa) yang
batangnya berlubang merupakan tempat bersarangnya kucica kampung (Capsychus
saularis), jalak suren (Sturnus contra ) dan kerak kerbau (Acridotheres javanicus). Bunga
waru (Hibiscus tiliaceus) dan tanaman berbunga lainnya merupakan kegemaran bagi burung
madu sriganti (Cinnyris jugularis) dan serangga polenator yang merupakan makanan cinenen
kelabu (Orthotomus ruficeps), cinenen jawa (Orthotomus sepium), perenjak jawa (Prinia
familiaris), burung cabai jawa (Dicaeum trochileum), cipoh kacat (Aegithina tiphia). Rumpun
bambu yang tumbuh merupakan tempat meletakkan sarang bagi burung kipasan belang
(Rhipidura javanica) terutama dibagian buku cabang yang menggantung dan sering pula
merupakan tempat beristirahatnya burung kareo padi (Amaurornis phoenicurus). Kipasan
belang juga sering dijumpai memakan lalat pada sapi-sapi yang dikandangkan di bawah
pohon. Cekakak cina (Halcyon pileata) dan cekak sungai (Halcyon chloris) senang
bertengger pada dahan pohon yang menjorok ke sawah sambil melihat mangsa dan apabila
sudah terlihat dia akan segera menukik ke bawah dan menyambar dengan paruhnya kemudian
diterbangkan kembali ke pohon. Lubang-lubang tanah di tepian sungai merupakan pilihannya
untuk bersarang. Kombinasi semak yang ada di bawahnya merupakan tempat persembunyian
burung wiwik atau kedasih (Cacomantis sp) yang disamping amat sulit ditemukan juga
memiliki sifat unik yaitu apabila mau bertelor dia akan memanfaatkan sarang burung lain
yang berisi telor dengan menjatuhkannya dan mengganikan dengan telornya dia. Ketika
sudah menetas anak burung akan dipelihara oleh burung yang mempunyai sarang hingga
dewasa. Kemunculannya dengan suara mendayu yang menyedihkan menurut mitos
mengisyaratkan dunia ini kosong/bersih/sepi (kedas) sehabis umat Hindu melakukan
pembersihan (melasti) yaitu sasih kesanga dan kedasa bertepatan dengan bulan Maret-April.
Konon juga diceritakan burung ini tidak bertelur tetapi melahirkan anak, ketika mau
melahirkan dadanya akan terbelah dan dia akan mati, sedangkan anaknya akan dipelihara
oleh burung lain sehingga dia mengeluarkan suara yang mendayu menyedihkan.
Di persawahan, ketika mulai menggarap sawah menggunakan traktor sudah dikerumuni
mudah dilihat, sedangkan blekok sawah (Ardeola speciosa) lebih memilih diam mengintai
mangsanya. Ketika garapan sawah sudah halus dan airnya tenang mulai berdatangan gajahan
besar (Numenius arquata), trinil lumpur (Limnodromus scolopaceus). Berkik ekor kipas
(Gallinago gallinago) lebih memilih diam dan bersembunyi di pematang dan dikerumunan
sisa rumput dan jerami. Berkik bila terusik akan terbang berkelok tanpa arah dengan kepakan
sayap keras dan bersuara sehingga mengagetkan. Cangak (Ardea sp) lebih menyukai tanaman
padi yang telah berumur, terkadang hanya kelihatan kepala dan lehernya yang panjang. Kareo
sawah dan tikusan siberia (Porzana paykullii) juga sering dijumpai pematang sampai
disela-sela herba pada pengairan sawah. Ketika padi mulai menguning banyak serangga yang
datang, petani amat dibantu oleh burung cici padi (Cisticola juncidis) yang ikut memangsa
ulat yang merupakan hama tanaman padi sehingga sedikit yang tumbuh menjadi serangga
dewasa, demikian juga dari jenis walet (Callocalia sp) dan jenis layang-layang (Hirundo sp)
yang penyebarannya hampir disemua tempat ditemukan.apabila dilakukan pembasmian hama
dengan penyemprotan akan mengundang lebih banyak lagi jenis ini untuk berpesta memakan
serangga kecil yang terbang dalam kondisi kolep. Sebagian besar burung ini hanya datang
ketika mencari makan saja dan akan kembali ketika matahari mulai tenggelam dan akan
digantikan dengan kedatangan burung kowak malam (Nycticorax nycticorax). Dewasa ini
petani merasa terganggu dan dirugikan dengan meningkatnya populasi burung pemakan biji
padi seperti bondol jawa (Lachura leucogastroides), bondol peking (Lachura punctulata),
bondol haji (Lachura maja) yang perkembangannya didukung oleh mudahnya mencari
tempat bersarang mulai dari habitat alami sampai ke pemukiman penduduk dijumpai sarang
dari jenis burung ini. Burung ini biasa mencari makan bergerombol dan terkadang bergabung
dengan gerombolan lain, hal ini dpakai kesempatan bagi burung alapalap sapi (Falco
moluccensis) dengan melakukan manufer untuk mengejar dan menangkapnya. Walaupun
burung manyar (Ploceus manyar) tergolong pemakan padi yang rakus tapi keberadaannya
tidak selamanya banyak, karena dia berbiak sesuai dengan musim gelagah berbunga, setelah
itu dia akan berkurang populasinya bahkan menghilang entah kemana. Burung manyar
terkenal dengan kepintarannya menganyam sarang yang membuat anaknya merasa nyaman
dan terhindar dari mangsa. Salah satu suku ploceidae yang sudah sedikit ditemukan adalah
gelatik jawa (Padda oryzivora) hanya dijumpai 1-2 pasang terbang melintas dan sesekali
hinggap di atap rumah untuk sementara, padahal dulunya merupakan penghuni setia dari
menguntungkan untuk upaya pelestarian tetapi disisi lain menimbulkan permasalahan bagi
petani, karena populasi burung tekukur (Streptopelia chinensis) meningkat dimana kita tahu
bahwa tekukur juga memakan biji padi bahkan mulai dari biji yang ada dipersemaian sampai
pada menjelang panen, Suku yang sama burung perkutut (Geopelia striata) tidak berakibat
demikian, dimana keberadaannya semakin sedikit karena banyak dipelihara masyarakat dan
makanannya adalah bunga rumput. Sawah yang tidak digarap umumnya kebanyakan dekat
dengan pantai akan segera tumbuh gulma, alang-alang, semak merupakan habitatnya bubut
alang-alang (Centropus bengalensis). Burung ini termasuk pemakan daging. Burung ini biasa
ditemukan di padang rumput seperti: di padang ilalang, rumpun rumput gelagah. Burung ini
juga biasa bersarang di rumpun gelagah dan semak. Burung ini memiliki kuku yang panjang
seperti burung elang tapi lebih ramping yang fungsinya untuk menangkap mangsa. Burung
ini menghabiskan waktunya di atas tanah. Burung ini bertelur 2- 3 butir tiap sarang dan
sarang burung ini berada diatas permukaan tanah. Dekat-dekat pematang sering ditemukan
melintas gemak tegalan (Turnix sylvatica) yang memiliki kebiasaan terbang rendah kemudian
bersembunyi pada gundukan rumput mengering. Di tumpukan jerami juga ditemukan
beranjangan jawa (Mirafra javanika) yang memiliki kebiasaan terbang tinggi sambil bersuara
dengan tujuan mempertahankan teritorial.
Canggu terkenal dengan pantainya yang indah, gelombang laut yang tidak begitu besar
cocok untuk peselancar pemula sampai profesional merupakan aset bernilai tinggi yang tak
pernah habisnya. Ditengah kesibukan atraksi wisata, laut Canggu juga memendam kekayaan
alam yang berlimpah untuk para nelayan. Bila musim ikan tiba tidak jarang nelayan yang
lupa akan rumah, untuk memasang jala, memasang perangkap bubu, memancing agar
memperoleh hasil tangkapan sebanyak-banyaknya. Bersamaan dengan ini muncul pula
burung-burung pemakan ikan entah dari mana asalnya melayang diketinggian dan tidak
jarang terbang melayang dipermukaan. Jenis burung ini adalah burung cikalang (Fregata sp)
yang memiliki kebiasaan berebut ikan tangkapan burung dara laut biasa (Sterna hirundo).
Pada batu yang menonjol di atas permukaan laut didiami oleh cangak laut (Ardea sumatrana)
dan kuntul karang (Egretta sacra). Angsa batu topeng (Sula dactylatra) sering dijumpai oleh
nelayan mengapung di permukaan air laut dalam kondisi tidak bisa terbang. Mitos yang
berkembang dari jenis burung ini, apabila sudah menyentuh tanah daratan dia tidak akan bisa
terbang kembali, sehingga nelayan yang mendapat burung jenis ini dilepas saja dipekarangan
rumah, memang betul tidak bisa terbang kembali.
Di kawasan ini ada jenis burung yang sidikit dan jarang ditemukan diantaranya gagak
celepuk reban (Otus lempiji) yang merupakan burung aktif malam hari, caladi ulam
(Dendrocopus macei) umum dijumpai pada pohon kelapa (Coccos nucifera) maupun pada
pohon yang sebagian telah mati, srigunting hitam (Dicrurus macrocercus) yang memiliki
kebiasaan hinggap diujung kayu kering pohon besar seperti kepuh (Sterculia foetida ) pada
daerah yang jarang dikunjungi orang dan decu belang (Saxicola capranata) yang biasa
membuat sarang di dalam bangunan yang terbuat dari kayu atau bambu yang tidak ditempati.
Di pemukiman penduduk banyak sekali dijumpai jenis burung gereja (Passer montanus)
yang banyak menimbulkan kerusakan-kerusakan pada bangunan terutama bawah atap rumah
yang penuh dengan sarang dan kotoran burung tersebut, demikian juga halnya dengan atap
bangunan tempat suci terutama yang dari ijuk akan dicabik-cabik dipakai bahan membuat
sarang sehingga berlobang. Perkembangan populasi burung ini sangat cepat, karena sudah
terbiasa hidup berdampingan dengan manusia, banyak bangunan-bangunan besar dan
makanan burung ini tersedia melimpah karena termasuk pemakan segala. Tanaman yang
ditanam di pekarang rumah seperti tanaman bunga, kelapa, mangga, palem tak luput dicari
burung diantaranya burung pengisap madu, perenjak, bondol dan tekukurpun tak ragu untuk
IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Di Kawasan Canggu sebagai daerah tujuan wisata ditemukan 63 jenis burung yang
dikelompokkan kedalam 29 suku atau familia.
2. Dari keseluruhan jenis yang didapatkan sebagian besar ditemukani di pinggiran sungai
yang memiliki vegetasi dari segi jenis dan jumlah paling banyak dibandingkan dengan
gugus habitat lainnya.
3. Burung yang ditemukan kebanyakan merupakan burung pemakan serangga, buah-buahan,
biji-bijian serta lainnya merupakan pemakan katak/ikan, predator, burung madu.
4. Jenis burung yang sidikit dan jarang ditemukan diantaranya gagak (Corvus
macrorhynchos), celepuk reban (Otus lempiji), caladi ulam (Dendrocopus macei)
srigunting hitam (Dicrurus macrocercus) dan decu belang (Saxicola capranata).
4.2. Saran
1. Diperlukan adanya penelitian lintas wilayah untuk mengetahui distribusi dari burung yang
ditemukan.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak perubahan habitat terhadap
keanekaragaman jenis burung.
3. Perlu peran aktif masyarakat dan pihak pengembang pembangunan akomodasi pariwisata
untuk menjaga dan melestarikan jenis burung.
4. Perlu adanya aturan adat berupa awig-awig maupun perarem kalau peraturan pemerintah
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, J.1989. Jenis Burung Yang Umum di Indonesia. Penerbit Djambatan. Jakarta
MacKinnon, J. 1993. Field Guide to The Birds of Jva and Bali. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Mason, V. And F. Javis. 1989. Bird of Bali. Periplus Edition (HK) Ltd., Singapore
Suaskara, I B M, I K Ginantra, I K Muksin. 2010. Keberadaan Jenis Jenis Burung di
Kawasan Padang Pecatu Kabupaten Badung. Jurnal Lingkungan Hidup Bumi
Lestari,Vol.10 No 1, Februari 2010. Hal 69-74
Winnasis, S. at al. 2011. Birds of Baluran National Park. Balai Taman Nasional Baluran
http://amlubaiburung.blogspot.co.id/2014/08/kecici.html http://gandiagung.blogspot.co.id/2010/09/binatang.html
http://omkicau.com/2014/03/08/burung-bubut-jawa-yang-makin-langka/
https://www.google.co.id/search?q=kedasih&biw=1366&bih=652&source=lnms&sa=X&ved =0ahUKEwiPzbnuzK3KAhUWjo4KHRSIBWcQ_AUIBSgA&dpr=1