• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Kunjungan Wisata Canggu, Kuta Utara, Badung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Kunjungan Wisata Canggu, Kuta Utara, Badung."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Penelitian

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KAWASAN KUNJUNGAN

WISATA CANGGU, KUTA UTARA, BADUNG

Oleh

I Ketut Muksin

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MIPA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa atas asung wara nugraha-Nya, sehingga penyusunan laporan penelitian dengan judul “KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KAWASAN KUNJUNGAN WISATA CANGGU, KUTA UTARA, BADUNG” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Keberhasilan penyusunan laporan penelitian ini karena adanya keterlibatan berbagai pihak yang telah rela meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dekan Fakultas MIPA Universitas Udayana

2. Ketua Jurusan Biologi F MIPA Universitas Udayana 3. Teman Sejawat

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan laporan penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya kepada mahasiswa dalam pengembangan ilmu pengetahuan.`

Bukit Jimbaran, Januari 2016

(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

Abstrak ... v

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

II MATERI DAN METODE ... 3

2.1. Tempat dan waktu Penelitian ... 3

2.2. Metode Pengambilan Data ... 3

2.3. Analisis Data ... 3

III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

3.1. Hasil ... 5

3.2. Pembahasan ... 7

IV KESIMPULAN DAN SARAN... 12

4.1. Kesimpulan ... 12

4.2. Saran ... 12

(4)

DAFTAR TABEL

(5)

Abstrak

Kawasan Canggu merupakan kawasan tujuan wisata merupakan daerah dataran rendah yang memiliki zonasi wilayah pemukiman, pertanian khususnya padi, dan pantai. Seiring bertambahnya pembangunan akomodasi pariwisata konskuensinya terjadi degradasi hijauan terutama lahan pertanian mulai berkurang yang salah satunya merupakan ancaman bagi jenis dan populasi burung. Studi tentang burung dilakukan pada Bulan September – Nopember 2015 dengan waktu pengamatan pagi hari (06.00-10.00 wita), siang hari (12.00-1400 wita) dan sore hari (16.00-18.00 wita) di kawasan Banjar Canggu dengan metode jelajah dan wawancara dengan penduduk juga dilakukan untuk mengetahui keberadaan jenis burung tertentu serta jenis-jenis burung yang umum ditangkap.

Hasil pengamatan menemukan 63 jenis burung dan diklasifikasikan kedalam 29 suku atau familia dengan acuan Mackinon, J. 1993 dan Winnasis, S. 2011.Burung yang ditemukan kebanyakan merupakan burung pemakan serangga, buah-buahan, biji-bijian serta lainnya merupakan pemakan katak/ikan, predator, burung madu. Di kawasan ini ada jenis burung yang sedikit dan jarang ditemukan diantaranya gagak (Corvus macrorhynchos) yang merupakan burung predator telor dan anak burung lain, celepuk reban (Otus lempiji) yang merupakan burung aktif malam hari, caladi ulam (Dendrocopus macei) umum dijumpai pada pohon kelapa (Coccos nucifera) maupun pada pohon yang sebagian telah mati, srigunting hitam (Dicrurus macrocercus) yang memiliki kebiasaan hinggap diujung kayu kering pohon besar seperti kepuh (Sterculia foetida ) pada daerah yang jarang dikunjungi orang dan decu belang (Saxicola capranata) yang biasa membuat sarang di dalam bangunan yang terbuat dari kayu atau bambu yang tidak ditempati. Lahan pertanian semakin sempit karena alih fungsi, petani merasa terganggu dengan keberadaan populasi burung pemakan biji dan dianggap sebagai musuh petani (hama padi), dimana terjadi perubahan perilaku makan yang semakin agresif, diantaranya tergolong familia Estrildidae (Lonchura leucogastroides, L. punctulata, L. maja), Ploceidae (Ploceus manyar) dan Columbidae (Streptopelia chinensis) sehingga mengalami kerugian atau gagal panen.

(6)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kawasan Canggu terletak di Bali Selatan dimana wilayahnya terdiri dari pemukiman,

persawahan dan pesisir dengan panorama pantai yang indah dan laut disamping bermanfaat

bagi nelayan juga merupakan daerah kunjungan wisata. Memiliki jumlah penduduk secara

kedinasan yaitu 305 kepala keluarga (KK) atau ± 1885 jiwa dan diperkirakan penduduk

pendatang akan terus bertambah seiring dengan perkembangan pariwisata di daerah tersebut.

Topografi kawasan ini merupakan daerah dataran rendah yang memiliki ketinggian ± 0-15

meter dari permukaan laut. Persawahan yang dikembangkan umumnya petanian padi sawah

yang sepenuhnya tergantung dari air. Permasalahan para petani dewasa ini adalah

berkurangnya air dari hulu untuk pengairan dan pengaruh angin laut yang mengandung uap

air asin sering berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman padi terutama pertumbuhan

vegetatif daun pada sawah-sawah dekat dengan pantai. Harapan petani juga bertambah susah

dengan sulitnya mendapatkan pupuk dan harga yang cukup tinggi serta penangan pasca panen

yang tidak berpihak pada para petani.

Dewasa ini lahan pertanian sudah semakin berkurang karena alih fungsi lahan yang

mengarah pada pengembangan pembangunan akomodasi pariwisata yang juga merupakan

penghalang pada sistem subak yang ada. Konsekuensi dari pengembangan kawasan menjadi

akomodasi pariwisata yaitu berubahnya bentangan alam dan struktur vegetasi yang ada di

atasnya, yang selanjutnya akan berpengaruh pada keanekaragaman fauna, khususnya

keanekaragaman burung. Vegetasi berperan penting bagi keberadaan jenis burung, sebab

keberadaannya berperan dalam menyediakan makanan, berlindung dan bersarang. Vegetasi

terutama pohon besar dijumpai pada daerah pinggiran sungai, area tempat suci dan area yang

disucikan atau keramat. Pinggiran sungai inipun sudah mulai terdegradasi terutama pada

daerah hilir atau muara sungai (loloan) yang dulunya terdapat gugusan pohon mangrove,

sekarang hanya tinggal bebrapa pohon jenis bakau (Sonneratia sp). Ini disebabkan oleh

semakin berkurangnya aliran air yang membawa substrat untuk terjadi sidimentasi di muara

dan terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap penetapan sepadan sungai sehingga bentangan

alaminya sungai tidak bisa dipertahankan terutama penataan yang bersifat fisik berupa

(7)

pembangunan pariwisata berkelanjutan upaya pelestarian keanekaragaman flora dan fauna

(termasuk keanekaragaman burung) merupakan bagian yang tak terlepaskan.

1.2.Rumusan Masalah

1. Bagaimana keanekaragaman jenis burung yang ditemukan di kawasan Canggu?

2. Dimana saja aktivitas atau banyak dijumpai jenis burung pada gugus habitat di

kawasan tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis burung yang ada di kawasan Canggu.

2. Untuk mengetahui aktivitas dan keberadaan jenis burung pada gugus habitatdi

kawasan tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman jenis

burung, aktivitasnya dan keberadaannya pada gugus habitat yang ditemukan di kawasan

Canggu sebagai upaya dalam pelestarian flora fauna khususnya burung, kaitannya dengan

(8)

II METODELOGI PENELITIAN

2.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan banjar Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten

Badung selama tiga bulan mulai bulan September 2015 sampai bulan Nopember 2015.

2.2. Metode Pengambilan Data

Waktu pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-10.00 wita, siang hari pukul

12.00-14.00 wita dan sore hari pukul 16.00-18.00 wita, tiga kali seminggu dalam satu bulan.

Pengamatan dilakukan dengan metode jelajah di kawasan terbatas pada empat gugus habitat

yang ditentukan yaitu: pemukiman, persawahan, tepi sungai dan pantai. Pengamatan jenis

burung dibantu dengan menggunakan alat berupa binokuler merek Minolta Compact 10x25

5,4° dan didokumentasikan dengan kamera digital merek Canon 6xoptical zoom 10.0 Mega

Pixels.

2.3. Analisis Data

Semua burung yang ditemukan diidentifikasi dengan menggunakan acuan Mackinnon

(1993). Wawancara pada penduduk juga dilakukan untuk mendapatkan informasi keberadaan

burung tertentu dan jenis makanan yang disukai. Hasil pengamatan dimasukkan kedalam

(9)

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Di kawasan Canggu ditemukankan 63 jenis burung dan termasuk kedalam 29 suku atau familia yang tersebar di 4 gugus habitat yaitu pemukiman, persawahan, tegalan dan pantai

(Tabel 1). Kebanyakan dari jenis burung tersebut memang melakukan aktivitas di sana

seperti: mencari makan (foraging), bertengger (perching) atau beristirahat, membersihkan

diri (preening) dan bersarang. Tidak jarang juga jenis yang ditemukan hanya untuk mencari

makan saja terutama dari suku ardeidae, apodidae, hirundinidae, bahkan ada yang baru

ditemukan apabila musim ikan tiba yaitu dari suku pregatidae. Burung yang ditemukan amat

tergantung dari makanan yang tersedia di kawasan tersebut seperti: serangga, binatang kecil

terutama reptil, buah dan madu yang banyak disediakan oleh semak dan pohon yang terdapat

di habitat tepi sungai, penghijauan pinggir jalan dan pohon buah yang memang sengaja

ditanam di pekarangan rumah. Biji-bijian (sereal) disediakan oleh tanaman yang diusahakan

di persawahan ataupun gulma, demikian juga ikan, katak, belut dan keong. Madu bunga

(nectar) juga diperkaya oleh tanaman bunga di pekarangan. Laut menyediakan ikan

sepanjang tahun yang mana kemelimpahannya sangat tergantung dengan musim.

Tabel 1. Jenis-jenis burung yang ditemukan di kawasan Canggu

No Scientific Name English Name Indonesian Name

(10)

11 Ardeola speciosa (d) Javan Pond-heron Blekok Sawah

12 Nycticorax nycticorax (d) Black-crowned Night-heron Kowak Malam Abu

13 Ixobrychus sinensis (d) Yellow Bittern Bambangan Kuning

16 Amaurornis phoenicurus (a) White-breasted Waterhen Kareo Padi

17 Porzana paykullii (a) Band-bellied Crake Tikusan Siberia

7. Suku Scolopacidae

18 Numenius arquata (a) Eurasian Curlew Gajahan Besar

19 Limnodromus scolopaceus (a) Long-billed Dowitcher Trinil Lumpur Paruh

(11)

13. Suku Alcedinidae

48 Anthreptes malacensis (h) Plain-throated Sunbird Burung Madu Kelapa

49 Cinnyris jugularis (h) Olive-backed Sunbird Burung Madu Sriganti

50 Dicaeum trochileum (b) Scarlet-headed

Flowerpecker

(12)

23. Suku Muscicapidae

51 Rhipidura javanica (a) Pied Fantail Kipasan Belang

24. Suku Ploceidae

52 Passer montanus (b) Eurasian Tree Sparrow Burung Gereja

53 Lachura leucogastroides (c) Javan munia Bondol Jawa

54 Lachura punctulata (c) Scaly-breasted Munia Bondol Peking

(d): memakan ikan, katak, belut, keong kecil

(e): memakan ikan laut, kepiting kecil

(13)

jenis sebagai pengisap madu bunga (nectar) (tabel1). Kebanyakan jenis burung ditemukan

pada pinggir sungai, dimana ditempat ini masih terdapat pohon-pohon besar seperti bunut

(Ficus glabela), duwet (Eugenia cumini ), bingin (Ficus benjamina ), kresek (Ficus

timorense), singapur (Muntingia calabra), dimana buah dan kanopinya amat disenangi

burung punai (Treron sp). Bunut, bingin, singapur dan perdu lempeni (Ardisia elliptica)

buahnya juga amat disukai burung cerukcuk (Pycnonotus goiavier) dan kutilang (Pycnonotus

aurigaster). Penyamplung (Calophyllum inophyllum L), ketapang (Terminalia catappa) yang

batangnya berlubang merupakan tempat bersarangnya kucica kampung (Capsychus

saularis), jalak suren (Sturnus contra ) dan kerak kerbau (Acridotheres javanicus). Bunga

waru (Hibiscus tiliaceus) dan tanaman berbunga lainnya merupakan kegemaran bagi burung

madu sriganti (Cinnyris jugularis) dan serangga polenator yang merupakan makanan cinenen

kelabu (Orthotomus ruficeps), cinenen jawa (Orthotomus sepium), perenjak jawa (Prinia

familiaris), burung cabai jawa (Dicaeum trochileum), cipoh kacat (Aegithina tiphia). Rumpun

bambu yang tumbuh merupakan tempat meletakkan sarang bagi burung kipasan belang

(Rhipidura javanica) terutama dibagian buku cabang yang menggantung dan sering pula

merupakan tempat beristirahatnya burung kareo padi (Amaurornis phoenicurus). Kipasan

belang juga sering dijumpai memakan lalat pada sapi-sapi yang dikandangkan di bawah

pohon. Cekakak cina (Halcyon pileata) dan cekak sungai (Halcyon chloris) senang

bertengger pada dahan pohon yang menjorok ke sawah sambil melihat mangsa dan apabila

sudah terlihat dia akan segera menukik ke bawah dan menyambar dengan paruhnya kemudian

diterbangkan kembali ke pohon. Lubang-lubang tanah di tepian sungai merupakan pilihannya

untuk bersarang. Kombinasi semak yang ada di bawahnya merupakan tempat persembunyian

burung wiwik atau kedasih (Cacomantis sp) yang disamping amat sulit ditemukan juga

memiliki sifat unik yaitu apabila mau bertelor dia akan memanfaatkan sarang burung lain

yang berisi telor dengan menjatuhkannya dan mengganikan dengan telornya dia. Ketika

sudah menetas anak burung akan dipelihara oleh burung yang mempunyai sarang hingga

dewasa. Kemunculannya dengan suara mendayu yang menyedihkan menurut mitos

mengisyaratkan dunia ini kosong/bersih/sepi (kedas) sehabis umat Hindu melakukan

pembersihan (melasti) yaitu sasih kesanga dan kedasa bertepatan dengan bulan Maret-April.

Konon juga diceritakan burung ini tidak bertelur tetapi melahirkan anak, ketika mau

melahirkan dadanya akan terbelah dan dia akan mati, sedangkan anaknya akan dipelihara

oleh burung lain sehingga dia mengeluarkan suara yang mendayu menyedihkan.

Di persawahan, ketika mulai menggarap sawah menggunakan traktor sudah dikerumuni

(14)

mudah dilihat, sedangkan blekok sawah (Ardeola speciosa) lebih memilih diam mengintai

mangsanya. Ketika garapan sawah sudah halus dan airnya tenang mulai berdatangan gajahan

besar (Numenius arquata), trinil lumpur (Limnodromus scolopaceus). Berkik ekor kipas

(Gallinago gallinago) lebih memilih diam dan bersembunyi di pematang dan dikerumunan

sisa rumput dan jerami. Berkik bila terusik akan terbang berkelok tanpa arah dengan kepakan

sayap keras dan bersuara sehingga mengagetkan. Cangak (Ardea sp) lebih menyukai tanaman

padi yang telah berumur, terkadang hanya kelihatan kepala dan lehernya yang panjang. Kareo

sawah dan tikusan siberia (Porzana paykullii) juga sering dijumpai pematang sampai

disela-sela herba pada pengairan sawah. Ketika padi mulai menguning banyak serangga yang

datang, petani amat dibantu oleh burung cici padi (Cisticola juncidis) yang ikut memangsa

ulat yang merupakan hama tanaman padi sehingga sedikit yang tumbuh menjadi serangga

dewasa, demikian juga dari jenis walet (Callocalia sp) dan jenis layang-layang (Hirundo sp)

yang penyebarannya hampir disemua tempat ditemukan.apabila dilakukan pembasmian hama

dengan penyemprotan akan mengundang lebih banyak lagi jenis ini untuk berpesta memakan

serangga kecil yang terbang dalam kondisi kolep. Sebagian besar burung ini hanya datang

ketika mencari makan saja dan akan kembali ketika matahari mulai tenggelam dan akan

digantikan dengan kedatangan burung kowak malam (Nycticorax nycticorax). Dewasa ini

petani merasa terganggu dan dirugikan dengan meningkatnya populasi burung pemakan biji

padi seperti bondol jawa (Lachura leucogastroides), bondol peking (Lachura punctulata),

bondol haji (Lachura maja) yang perkembangannya didukung oleh mudahnya mencari

tempat bersarang mulai dari habitat alami sampai ke pemukiman penduduk dijumpai sarang

dari jenis burung ini. Burung ini biasa mencari makan bergerombol dan terkadang bergabung

dengan gerombolan lain, hal ini dpakai kesempatan bagi burung alapalap sapi (Falco

moluccensis) dengan melakukan manufer untuk mengejar dan menangkapnya. Walaupun

burung manyar (Ploceus manyar) tergolong pemakan padi yang rakus tapi keberadaannya

tidak selamanya banyak, karena dia berbiak sesuai dengan musim gelagah berbunga, setelah

itu dia akan berkurang populasinya bahkan menghilang entah kemana. Burung manyar

terkenal dengan kepintarannya menganyam sarang yang membuat anaknya merasa nyaman

dan terhindar dari mangsa. Salah satu suku ploceidae yang sudah sedikit ditemukan adalah

gelatik jawa (Padda oryzivora) hanya dijumpai 1-2 pasang terbang melintas dan sesekali

hinggap di atap rumah untuk sementara, padahal dulunya merupakan penghuni setia dari

(15)

menguntungkan untuk upaya pelestarian tetapi disisi lain menimbulkan permasalahan bagi

petani, karena populasi burung tekukur (Streptopelia chinensis) meningkat dimana kita tahu

bahwa tekukur juga memakan biji padi bahkan mulai dari biji yang ada dipersemaian sampai

pada menjelang panen, Suku yang sama burung perkutut (Geopelia striata) tidak berakibat

demikian, dimana keberadaannya semakin sedikit karena banyak dipelihara masyarakat dan

makanannya adalah bunga rumput. Sawah yang tidak digarap umumnya kebanyakan dekat

dengan pantai akan segera tumbuh gulma, alang-alang, semak merupakan habitatnya bubut

alang-alang (Centropus bengalensis). Burung ini termasuk pemakan daging. Burung ini biasa

ditemukan di padang rumput seperti: di padang ilalang, rumpun rumput gelagah. Burung ini

juga biasa bersarang di rumpun gelagah dan semak. Burung ini memiliki kuku yang panjang

seperti burung elang tapi lebih ramping yang fungsinya untuk menangkap mangsa. Burung

ini menghabiskan waktunya di atas tanah. Burung ini bertelur 2- 3 butir tiap sarang dan

sarang burung ini berada diatas permukaan tanah. Dekat-dekat pematang sering ditemukan

melintas gemak tegalan (Turnix sylvatica) yang memiliki kebiasaan terbang rendah kemudian

bersembunyi pada gundukan rumput mengering. Di tumpukan jerami juga ditemukan

beranjangan jawa (Mirafra javanika) yang memiliki kebiasaan terbang tinggi sambil bersuara

dengan tujuan mempertahankan teritorial.

Canggu terkenal dengan pantainya yang indah, gelombang laut yang tidak begitu besar

cocok untuk peselancar pemula sampai profesional merupakan aset bernilai tinggi yang tak

pernah habisnya. Ditengah kesibukan atraksi wisata, laut Canggu juga memendam kekayaan

alam yang berlimpah untuk para nelayan. Bila musim ikan tiba tidak jarang nelayan yang

lupa akan rumah, untuk memasang jala, memasang perangkap bubu, memancing agar

memperoleh hasil tangkapan sebanyak-banyaknya. Bersamaan dengan ini muncul pula

burung-burung pemakan ikan entah dari mana asalnya melayang diketinggian dan tidak

jarang terbang melayang dipermukaan. Jenis burung ini adalah burung cikalang (Fregata sp)

yang memiliki kebiasaan berebut ikan tangkapan burung dara laut biasa (Sterna hirundo).

Pada batu yang menonjol di atas permukaan laut didiami oleh cangak laut (Ardea sumatrana)

dan kuntul karang (Egretta sacra). Angsa batu topeng (Sula dactylatra) sering dijumpai oleh

nelayan mengapung di permukaan air laut dalam kondisi tidak bisa terbang. Mitos yang

berkembang dari jenis burung ini, apabila sudah menyentuh tanah daratan dia tidak akan bisa

terbang kembali, sehingga nelayan yang mendapat burung jenis ini dilepas saja dipekarangan

rumah, memang betul tidak bisa terbang kembali.

Di kawasan ini ada jenis burung yang sidikit dan jarang ditemukan diantaranya gagak

(16)

celepuk reban (Otus lempiji) yang merupakan burung aktif malam hari, caladi ulam

(Dendrocopus macei) umum dijumpai pada pohon kelapa (Coccos nucifera) maupun pada

pohon yang sebagian telah mati, srigunting hitam (Dicrurus macrocercus) yang memiliki

kebiasaan hinggap diujung kayu kering pohon besar seperti kepuh (Sterculia foetida ) pada

daerah yang jarang dikunjungi orang dan decu belang (Saxicola capranata) yang biasa

membuat sarang di dalam bangunan yang terbuat dari kayu atau bambu yang tidak ditempati.

Di pemukiman penduduk banyak sekali dijumpai jenis burung gereja (Passer montanus)

yang banyak menimbulkan kerusakan-kerusakan pada bangunan terutama bawah atap rumah

yang penuh dengan sarang dan kotoran burung tersebut, demikian juga halnya dengan atap

bangunan tempat suci terutama yang dari ijuk akan dicabik-cabik dipakai bahan membuat

sarang sehingga berlobang. Perkembangan populasi burung ini sangat cepat, karena sudah

terbiasa hidup berdampingan dengan manusia, banyak bangunan-bangunan besar dan

makanan burung ini tersedia melimpah karena termasuk pemakan segala. Tanaman yang

ditanam di pekarang rumah seperti tanaman bunga, kelapa, mangga, palem tak luput dicari

burung diantaranya burung pengisap madu, perenjak, bondol dan tekukurpun tak ragu untuk

(17)

IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Di Kawasan Canggu sebagai daerah tujuan wisata ditemukan 63 jenis burung yang

dikelompokkan kedalam 29 suku atau familia.

2. Dari keseluruhan jenis yang didapatkan sebagian besar ditemukani di pinggiran sungai

yang memiliki vegetasi dari segi jenis dan jumlah paling banyak dibandingkan dengan

gugus habitat lainnya.

3. Burung yang ditemukan kebanyakan merupakan burung pemakan serangga, buah-buahan,

biji-bijian serta lainnya merupakan pemakan katak/ikan, predator, burung madu.

4. Jenis burung yang sidikit dan jarang ditemukan diantaranya gagak (Corvus

macrorhynchos), celepuk reban (Otus lempiji), caladi ulam (Dendrocopus macei)

srigunting hitam (Dicrurus macrocercus) dan decu belang (Saxicola capranata).

4.2. Saran

1. Diperlukan adanya penelitian lintas wilayah untuk mengetahui distribusi dari burung yang

ditemukan.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak perubahan habitat terhadap

keanekaragaman jenis burung.

3. Perlu peran aktif masyarakat dan pihak pengembang pembangunan akomodasi pariwisata

untuk menjaga dan melestarikan jenis burung.

4. Perlu adanya aturan adat berupa awig-awig maupun perarem kalau peraturan pemerintah

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, J.1989. Jenis Burung Yang Umum di Indonesia. Penerbit Djambatan. Jakarta

MacKinnon, J. 1993. Field Guide to The Birds of Jva and Bali. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Mason, V. And F. Javis. 1989. Bird of Bali. Periplus Edition (HK) Ltd., Singapore

Suaskara, I B M, I K Ginantra, I K Muksin. 2010. Keberadaan Jenis Jenis Burung di

Kawasan Padang Pecatu Kabupaten Badung. Jurnal Lingkungan Hidup Bumi

Lestari,Vol.10 No 1, Februari 2010. Hal 69-74

Winnasis, S. at al. 2011. Birds of Baluran National Park. Balai Taman Nasional Baluran

http://amlubaiburung.blogspot.co.id/2014/08/kecici.html http://gandiagung.blogspot.co.id/2010/09/binatang.html

http://omkicau.com/2014/03/08/burung-bubut-jawa-yang-makin-langka/

https://www.google.co.id/search?q=kedasih&biw=1366&bih=652&source=lnms&sa=X&ved =0ahUKEwiPzbnuzK3KAhUWjo4KHRSIBWcQ_AUIBSgA&dpr=1

Gambar

Tabel 1. Jenis-jenis burung yang ditemukan di kawasan Canggu

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui urutan langkah mitigasi (proactive action) yang paling paling efektif dalam mengurangi kemungkinan terjadinya risk agent sesuai kemampuan pendanaan dan resources

Kun pienpuun metsäkuljetuksen tehoajanmenekit ilmaistaan absoluuttisina arvoina (kuva 34), kuorman teko ja purku on koneellisen kaato-kasauksen jäljiltä 20 minuuttia

Hasil nilai rata-rata untuk unsur keindahan sumber daya alam merupakan unsure yang memiliki nilai tertinggi dari nilai unsur lainnya dengan nilai sebesar 24,82

Dalam Lampiran 6 terlihat bahwa mayoritas responden (51%) merasa atribut tersebut sangat penting, sejalan dengan tingkat penilaian kinerja dan 35% responden

Pada Tugas Akhir ini diimplementasikan kesamaan semantik pada pasangan kata bahasa Indonesia dengan menggunakan metode berbasis vektor, pembobotan tf-idf, dan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kualitas pelayanan dan harga berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan Rental Mobil Fany di Kota Palu?; 3). Apakah nilai pelanggan berpengaruh positif dan signifikan

Ada ungkapan setiap zaman pasti memiliki pemikir yang disebut sebagai anak zaman, dan dari tiap pemikir tersebut pasti akan menghasilkan berbagai konsepsi yang berbeda-beda,