• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK KELARUTAN

DAN HASIL KALI KELARUTAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh: Isna Wiridiyaty

0809113

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Analisis Pengembangan Karakter Siswa Melalui

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Topik Kelarutan

dan Hasil Kali Kelarutan

Oleh

Isna Wiridiyaty

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Isna Wiridiyaty 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

ISNA WIRIDIYATY

ANALISIS PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK KELARUTAN

DAN HASIL KALI KELARUTAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. H. Wahyu Sopandi, M.A. NIP. 196605251990011001

Pembimbing II

Prof. Dr. H. R. Asep Kadarohman, M.Si. NIP. 196305091987031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

(4)

ABSTRAK

Penelitian dengan judul Analisis Pengembangan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Topik Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan bertujuan memperoleh gambaran tentang pengembangan nilai-nilai karakter siswa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada topik kelarutan dan hasil kali kelarutan. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan subjek penelitian 35 siswa SMA kelas XII dari salah satu sekolah di kota Cimahi. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri atas lembar observasi, lembar kerja siswa, dan angket skala sikap. Hasil penelitian menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran 87% untuk kegiatan siswa, 93.67% untuk kegiatan guru, dan dikategorikan baik. Dalam pembelajaran menggunakan model ini ada 23 karakter yang dikembangkan dan 8 karakter yang mempunyai hubungan korelasi positif dengan kegiatan berinkuiri, r = 0.729. Kedelapan karakter tersebut yaitu kerja sama, mandiri, komunikatif, disiplin, peduli lingkungan, jujur, memecahkan masalah, dan saling menghargai. Tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan model inkuiri terbimbing dan terhadap pengembangan karakter dalam pembelajaran dikategorikan baik dengan persentase masing-masing sebesar 70% dan 76.5%.

(5)

ABSTRACT

This study was about Analysis of Students Character Development through Guided Inquiry Learning in Topic Solubility and Solubility Product. This study was aimed to gain the picture about development of student characters values through guided inquiry learning in topic solubility and solubility product. This study employed experimental method in which the subject was 35 students of Senior High School at twelfth grade in one of school in Cimahi. The instruments of this study were observation sheet, student sheet, and questionnaire of attitude scale. The result of this study showed that conducted learning 87 % for students activity, 93.67% for teacher activity and those were categorized as good. The learning using this model was 23 developed characters and 8 characters had positive correlation in which inquired activity, r =0.729. The eighth characters were cooperation, independent, communicative, discipline, care about environment, honest, problem solving, respect to each other. Satisfaction level of students through the use of guided inquiry model and character development in learning were good with each percentage was 70% and 76.5 %.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitan ... 5

F. Definisi Operasional ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pendidikan Karakter ... 7

1. Pengertian Karakter ... 7

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 7

3. Nilai-nilai Karakter ... 9

4. Pendidikan Karakter secara Terpadu Melalui Pembelajaran Kimia ... 10

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 11

C. Pengembangan Pendidikan Karakter dalam Perencanaan Pembelajaran Kimia ... 15

D. Pengembangan Pendidikan Karakter dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kimia dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 18

E. Komponen Pembelajaran Kimia Berkarakter ... 22

(7)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian ... 32

B. Objek Penelitian ... 32

C. Prosedur dan Alur Penelitian ... 33

D. Instrumen Penelitian ... 37

E. Teknik Pengolahan Data ... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran ... 45

1. Kegiatan Awal ... 46

2. Kegiatan Inti ... 49

3. Kegiatan Penutup ... 51

B. Analisis Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 54

C. Respons Siswa Melalui Angket Kepuasan Siswa ... 56

D. Karakter dalam Tahapan Model Inkuiri Terbimbing ... 59

BAB V. PENUTUP ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 67

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,

dunia pendidikan juga mengalami kemajuan karenanya. Dengan adanya teknologi

membuat proses belajar siswa juga semakin mudah. Siswa dituntut untuk lebih

aktif dalam pembelajaran, dimana kemampuan kognitif, afektif, psikomotor,

motivasi, dan rasa keingintahuannya dapat diterapkan dalam kegiatan belajarnya,

baik di sekolah maupun diluar sekolah. Hal tersebut berguna untuk menjawab

tantangan era globalisasi dimana kemajuan ilmu pengetahuan menuntut

terciptanya individu yang memiliki kemampuan lebih, baik bidang akademik,

komunikasi, maupun kemampuan sosialnya.

Belajar tidak hanya dilakukan di sekolah dengan informasi dari guru atau pun

dari buku. Dengan mengamati suatu fenomena dari gejala alam, siswa juga bisa

mempelajarinya sebagai suatu pengetahuan. Sains bertujuan menjelaskan

fenomena alam. Melalui Sains penjelasan ini selalu bertolak dari hubungan “sebab-akibat”. Untuk menjelaskan hubungan ini siswa belajar peka mengamati pola-pola hubungan dari subyek yang dipelajari dan berlatih untuk mulai menentukan yang mana “sebab” dan mana “akibat” (Susiwi et al, 2008:2).

Ilmu kimia merupakan rumupun IPA, oleh karena itu ilmu kimia mempunyai

karakteristik sama dengan IPA, yaitu diperoleh dan dikembangkan melalui

tahapan-tahapan yang sistematis baik melalui percobaan (induktif), maupun teori

(deduktif). Ilmu kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,

mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi,

struktuf, sifat, perubahan zat, serta energi yang menyertainya. Oleh karena itu

proses pembelajaran ilmu kimia di SMA menekankan pada pemberian

pengalaman langsung melalui keterampilan dan penalaran, untuk

mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar

secara ilmiah yang berkaitan dengan kajian ilmu kimia. Ada dua hal yang

(9)

2

produk (pengetahuan ilmu kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip hukum, dan

teori temuan ilmuwan), dan ilmu kimi sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh karena

itu pembelajaran ilmu kimia dan penilaian hasil belajar ilmu kimia harus

memperlihatkan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.

Mata pelajaran ilmu kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus

yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah

kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki satuan pendidikan yang lebih

tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran ilmu

kimia dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan, antara lain

pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri

terbuka, bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap

ilmiah seta berkomunikasi sebagai aspek penting kecakapan hidup (Depdiknas,

2007:91). Dengan demikian, mata pelajaran kimia selain mengembangkan aspek

kognitif juga dapat memfasilitasi pengembangan karakter siswa dengan

dikembangkannya kemampuan lain selain kemampuan berpikir. Pengajarannya di

kelas dapat menggunakan desain pembelajaran yang mengaktifkan siswa, dan

melibatkan siswa untuk menggunakan dan melibatkan segala potensi dan

kemampuannya dalam pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mata pelajaran

kimia yang juga mengaktifkan siswa adalah model inkuiri. Karena kemampuan

siswa untuk melakukan inkuiri sesungguhnya masih belum memadai, maka

biasanya yang digunakan di sekolah adalah inkuiri terimbing (guided inquiry)

(Widodo, 2009:22). Dengan model inkuiri terbimbing, siswa dibantu guru

melakukan kegiatan untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan. Dengan

bantuan guru, pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3,

disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

(10)

3

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu,

berdasarkan pada wacana tersebut aspek karakter siswa perlu dikembangkan

selain dari pengembangan aspek intelektual dari siswa tersebut. Pendidikan

karakter perlu dikembangkan karena pada dasarnya pendidikan karakter bukan

hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu,

pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik

(habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan

nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain, pendidikan

karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing),

perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik

(moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup

peserta didik (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011:6). Beberapa penelitian

menunjukkan hasil positif dari aplikasi pendidikan karakter di sekolah yaitu

peningkatan pencapaian akademik, penurunan angka dropout, dan penurunan

perilaku negatif (Bergmark, 2008; Berkowitz & Hoppe, 2009; Katilmis et al.,

2011; Parker et al., 2010; Skaggs & Bodenhorn, 2006; Agboola & Kaun, 2012:

166).

Pemerintah juga menghimbau agar seluruh tingkat satuan pendidikan

merealisasikan pendidikan karakter dengan adanya asumsi bahwa berbagai

persoalan yang dihadapi oleh bangsa kita dewasa ini makin mendorong semangat

dan upaya pemerintah untuk memprioritaskan pendidikan karakter sebagai dasar

pembangunan pendidikan. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana

Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program

prioritas pembangunan nasional (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011:1).

Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik

dapat menggunakan pendekatan belajar aktif (Kementrian Pendidikan Nasional,

2011:15). Untuk pembelajaran kimia, strategi pembelajaran inkuiri cocok

digunakan pada materi-materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, misalnya

(11)

4

merupakan sub bab dari pokok bahasan asam basa tepat digunakan dalam

pembelajaran inkuiri ini. Konsep dari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan

yang merupakan penggabungan konsep dasar, mudah dilakukan dalam kegiatan

belajar mengajar, berkaitan dengan lingkungan, dan merupakan aplikasi tinggi

juga menjadikan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dipilih untuk digunakan

dalam pembelajaran ini. Selain itu, model inkuiri terbimbing yang digunakan juga

menggunakan metode praktikum, maka pemilihan materi ini dirasa cocok jika

dilihat dari fleksibilitas penggunaan model dan juga aplikasi pendidikan karakter.

Menurut Gulo (Dwi, 2008:42) strategi pembelajaran inkuiri berarti suatu

rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis

sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya

diri. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengaktifkan siswa

dan bisa digunakan untuk pengembangan karakter peseta didik.

B. Rumusan Masalah

Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan

karakter siswa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada topik kelarutan dan

hasil kali kelarutan?

Dari masalah umum tersebut dapat dijabarkan menjadi masalah khusus, yaitu:

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing yang

mengembangkan karakter siswa pada topik kelarutan dan hasil kali

kelarutan?

2. Bagaimana penerapan model inkuiri terbimbing yang mengembangkan

karakter siswa dalam pembelajaran topik kelarutan dan hasil kali kelarutan?

3. Bagaimana tanggapan siswa mengenai pembelajaran model inkuiri

terbimbing yang dapat mengembangkan karakter siswa?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka

(12)

5

1. Materi yang dikaji dari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan meliputi:

pengertian kelarutan, reaksi kesetimbangan dalam proses kelarutan,

menghitung Ksp, pengaruh ion senama dan pH terhadap kelarutan, dan

hubungan pengendapan dengan Ksp.

2. Karakter yang dikaji meliputi meliputi religius, jujur, tanggung jawab,

kemampuan berinkuiri, percaya diri, komunikatif, logis, kritis, kreatif,

inovatif, mandiri, saling menghargai, kerja sama, kerja keras, gotong royong,

peduli lingkungan, disiplin, gemar membaca, cinta ilmu, teliti, rasa ingin

tahu, demokratis, dan memecahkan masalah.

D. Tujuan Penelitian

Memperoleh gambaran tentang nilai-nilai karakter siswa yang dapat

dikembangkan melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada topik kelarutan dan

hasil kali kelarutan.

E. Manfaat Penelitian

Penilitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Siswa

Mengembangkan karakter siswa yang terintegrasi dalam hasil belajar

dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran topik

kelarutan dan hasil kali kelarutan serta memberikan pengalaman belajar

yang bermakna bagi siswa.

2. Guru

Memberikan metode pembelajaran yang lain kepada guru dalam

menjelaskan topik kelarutan dan hasil kali kelarutan kepada siswa,

tersedianya perangkat pembelajaran inkuiri terbimbing yang dapat

mengembangkan karakter siswa untuk topik kelarutan dan hasil kali

kelarutan, serta memberikan informasi proses belajar mengajar

menggunakan model inkuiri terbimbing pada topik kelarutan dan hasil kali

(13)

6

3. Peneliti lain

Memberikan masukan atau ide untuk penelitian selanjutnya.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, maka istilah yang digunakan

didefinisikan sebagai berikut.

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing: pembelajaran dengan menggunakan model

inkuiri terbimbing. Dalam pembelajaran siswa terlibat secara aktif untuk

menemukan sendiri pengetahuannya dengan bimbingan oleh guru. Desain

pembelajarannya adalah : (1) mengajukan pertanyaan, (2) merumuskan

hipotesis, (3) melakukan percobaan (4) mengumpulkan data, (5) interpretasi

data; dan (6) menyimpulkan (Ulpiyana, 2011:26-28). Pembelajaran dengan

model inkuiri terbimbing ini dilakukan pada topik kelarutan dan hasil kali

kelarutan dengan tujuan untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan

karakternya melalui pembelajaran.

2. Karakter: karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku

(behaviors), motivasi (motivations), dan ketrampilan (skills) (Tadkiroatun

Musfiroh dalam Aqib dan Sujak, 2011:2). Sikap dan perilaku siswa yang

dibiasakan untuk terfasilitasi perkembangannya dalam pembelajaran,

meliputi religius, jujur, tanggung jawab, kemampuan berinkuiri, percaya diri,

komunikatif, logis, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, saling menghargai, kerja

sama, kerja keras, gotong royong, peduli lingkungan, disiplin, gemar

membaca, cinta ilmu, teliti, rasa ingin tahu, demokratis, dan memecahkan

(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif jenis penelitian

eksperimen yang dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan (Sugiyono, 2010:107).

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA. Siswa yang terlibat

satu kelas dengan keberagaman tingkat intelektual, terlibat baik secara individu

(15)

33

C. Prosedur dan Alur Penelitian

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian

Dari alur penelitian tersebut, dapat diuraikan langkah-langkah penelitian yang

ditempuh adalah sebagai berikut.

1. Analisis Standar Isi dan Analisis Pokok Bahasan Asam Basa Kelas XI SMA

Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)

yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (BSNP,

2006:4). Analisis yang dilakukan berkaitan dengan SK dan KD materi asam basa Analisis Standar Isi dan analisis pokok

bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan

Studi kepustakaan pendidikan karakter dan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran

Pembuatan instrumen penelitian

(Lembar Observasi, LKS, Angket)

Analisis RPP, Lembar Obeservasi, LKS, Angket

Kegiatan pembelajaran dengan model

inkuiri terbimbing

Perbaikan Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Valid Tidak valid

Mengumpulkan data

Menganalisis data

(16)

34

kelas XI SMA, untuk topik kelarutan dan hasil kali kelarutan yang disesuaikan

dengan kurikulum KTSP yang berlaku.

2. Studi Kepustakaan Pendidikan Karakter dan Model Inkuiri Terbimbing

dalam Pembelajaran Kimia

Mencari literatur yang mendukung dan melandasi konsep pendidikan

karakter dan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran, khususnya dalam

pembelajaran kimia. Studi kepustakaan ini difokuskan pada materi yang berkaitan

dengan implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran kimia dengan

menggunakan model inkuri terbimbing pada topik kelarutan dan hasil kali

kelarutan.

3. Pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pengajaran)

RPP yang digunakan dalam pembelajaran berjumlah tiga buah untuk tiga

pertemuan. RPP ini disusun untuk satu Kompetensi Dasar (KD), yaitu KD 4.6:

Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip

kelarutan dan hasil kali kelarutan.RPP tersebut menggunakan model inkuiri

terbimbing dalam desain pembelajarannya.

4. Pembuatan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang diguanakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

a. Lembar Observasi

Lembar observasi diisi oleh observer yang mengamati keterlakasanaan

penggunaan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran. Pembelajaran

merupakan implementasi dari RPP yang telah direncanakan yang di dalam

pembelajaran digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran. RPP yang

digunakan terlampir pada Lampiran A.1 (halaman 68-81) untuk pembelajaran

pertama, Lampiran A.2 (halaman 82-92) untuk RPP pada pembelajaran kedua,

dan Lampiran A.3 (halaman 93-102) untuk RPP yang digunakan dalam

pembelajaran ketiga.

Lembar observasi berupa lembar checklist yang berisi pilihan jawaban “Ya”

(17)

35

berlangsung. Lembar observasi seperti yang terlampir pada Lampiran A.7

(halaman 114-117).

b. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan

pengembangan karakter sisiwa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing. LKS yang

digunakan dalam penelitian seperti yang terlampir pada Lampiran A.4 (Halaman

103-106) untuk LKS pada pembelajaran pertama, Lampiran A.5 (halaman

107-110) untuk LKS pada pembelajaran kedua, dan Lampiran A.6 (halaman 111-113)

untuk LKS pada pembelajaran ketiga.

c. Angket

Angket dalam penelitian digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap

pembelajaran kimia menggunakan model inkuiri terbimbing yang mencoba

memfasilitasi pesrta didik untuk mengembangkan karakternya.

Peneliti menggunakan angket dengan tiga atau empat pilihan, biasanya ingin

menentukan adanya gradasi, baik kondisi sesuatu (banyaknya, tingginya,

seringnya, dan lain-lain) atau mungkin tentang pendapat responden yang lain. Ada

kelemahan dengan lima alternatif jawaban, karena responden cenderung memilih

alternatif yang ada di tengah (karena dirasa aman dan paling gampang karena

hampir tidak berpikir). Maka memang disarankan aleternatif pilihannya hanya empat saja, “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan “Sangat Tidak Setuju” (Arikunto, 2010: 241). Siswa diminta memilih salah satu jawaban dari empat

pilihan jawaban sesuai dengan pendapat mereka masing-masing.

Rincian pernyataan yang digunakan dalam angket respons siswa seperti yang

terdapat pada Lampiran A.8 (halaman 118-122) dan angket yang diberikan pada

siswa tertera pada Lampiran A.9 (halaman 123-125).

5. Validasi Instrumen Penelitian

Instrumen yang telah disusun kemudian divalidasi. Validasi yang dilakukan

lebih menekankan kepada aspek kebenaran, kesesuaian, dan keterukuran indikator

yang dikembangkan dengan instrumen yang digunakan dalam penelitian.

(18)

36

aspek-aspek dalam instrumen dengan materi yang dikembangkan, dan tentunya

diharapkan instrumen tersebut dapat mengukur indikator yang dikembangkan.

Validitas instrumen itu sendiri dilakukan dengan mengacu pada validitas isi

(content validity). Validitas isi berkenaan dengan isi dan format dari instrumen.

Apakah instrumen tepat mengukur hal yang ingin diukur, apakah butir-butir

pertanyaan telah mewakili aspek-aspek yang akan diukur. Apakah pemilihan

format instrumen cocok untuk mengukur segi tersebut? (Syaodih, 2012:229). Dan

tentunya validitas isi ini dilakukan dibawah bimbingan dosen pembimbing.

6. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMAN 1 Cimahi, dengan melibatkan

siswa kelas XII SMA dalam satu kelas berjumlah 35 orang. Penelitian

dilaksanakan dalam pembelajaran sebanyak tiga kali pertemuan tatap muka, yaitu

enam jam pelajaran dalam waktu tiga hari. Siswa mengalami pembelajaran kimia

dengan topik kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diajarkan menggunakan

model inkuri terbimbing.

7. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

Apabila datanya telah terkumpul, maka lalu diklasifikasikan menjadi dua

kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka dan data kualitatif

yang dinyatakan dalam kata atau simbol. Data kualitatif yang berbentuk

kata-kata tersebut disisihkan untuk sementara, karena akan sangat berguna untuk

menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data kuantitatif

(Arikunto, 2010:240-241).

8. Menyimpulkan Hasil Penelitian

Berdasarkan penjelasan data penelitian secara kuantitatif dan penjelasan serta

analisis data dan fenomena yang muncul dalam pembelajaran, peneliti dapat

menyimpulkan hasil dari penelitian yang tentunya juga menace pada rumusan

(19)

37

D. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebgai

berikut.

Tabel 3.1. Spesifikasi Jenis Instrumen

Jenis

Siswa Nilai Siswa - LKS meliputi LKS praktikum

- Untuk memperoleh data

Angket Siswa Pendapat siswa - Pengambilan data dilakukan

setelah pembelajaran.

Secara garis besar pengolahan data penelitian adalah sebagai berikut.

1. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) diberi nilai dengan rubrik kriteria penilaian

seperti pada Lampiran B.5 (halaman 169-172). Adapun pengolahan datanya

(20)

38

a. Penentuan Skor

Skor diperoleh dengan kriteria pada rubrik penilaian dalam Lampiran

B.5 (halaman 169-172).

b. Penentuan Skor maksimal untuk setiap aspek

Skor maksimal = bobot maksimal � jumlah poin tiap aspek

c. Penentuan rumusan persentase skor untuk setiap aspek indikator

Persentase skor =

� 100%

d. Penentuan rata-rata skor aspek penilaian

Rata-rata Persentase =

e. Interpretasi persentase data yang diperoleh

Tabel 3.2 Kategorisasi Data Penilaian LKS

Kategori Skor Kategori Penilaian

0 ≤ x < 0.5 Kurang

0.5 ≤ x < 1 Cukup

1 ≤ x < 1.5 Baik

x > 1.5 Sangat baik

2. Lembar Observasi Pembelajaran

Data yang diperoleh, dijumlahkan atau dikelompokkan sesuai dengan bentuk

instrumen yang digunakan. Jika pilihan jawaban angket berbentuk “Ya” dan “Tidak”, peneliti tinggal menjumlahkan saja jawaban “Ya” dan “Tidak”. Menjumlah saja bulum berarti tugasnya selesai. Peneliti masih perlu menjelaskan

atau mengelompokkan, hal-hal apa saja yang dijawab “Ya” dan apa saja yang

dijawab “Tidak” (Arikunto, 2010:241).

Pilihan jawaban “Ya” diberi skor 1, sedangkan untuk jawaban “Tidak” diberi skor 0. Jumlah nilai dari tiap aspek penilaian dalam lembar observasi.

Pengolahan data yang diperoleh dari lembar observasi pembelajaran adalah

sebagai berikut.

0 0.5 1 1.5 2

37.5% 62.5% 87.5% 100%

(21)

39

a. Penentuan skor

Skor = Jumlah responden � bobot

b. Penentuan skor maksimal untuk setiap aspek

Skor maksimal = bobot maksimal� jumlah poin tiap aspek � jumlah responden

c. Penentuan rumusan persentase skor untuk setiap aspek indikator

Persentase skor =

� 100%

d. Penentuan rata-rata skor aspek penilaian

Rata-rata Persentase =

e. Interpretasi persentase data yang diperoleh

Tabel 3.3 Kategorisasi Data Penilaian Lembar Observasi

Kategori skor (%) Kategori Penilaian

0 ≤ x < 50 Tidak Baik

50 ≤ x < 100 Baik

3. Angket Respons Siswa

Dalam angket ini dinilai sikap siswa selama mengikuti pembelajaran kimia.

Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan

kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Sikap juga sebagai

ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap

dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.

Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif.

Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya

terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan

seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan

untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan

(22)

40

Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran

berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.

a. Sikap terhadap mata pelajaran.

b. Sikap terhadap guru atau pengajar.

c. Sikap terhadap proses pembelajaran.

Sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan

suatu materi pelajaran (Depdiknas, 2007:104).

Ketika berbicara mengenai penilaian pada kognitif, hal itu tidak serumit

penilaian pada wilayah afektif. Kemampuan kognisi yang dapat diukur melalui

seperangkat tes memiliki batas-batas indikator yang cukup jelas dan validitas

hasilnya yang obyektif jika disusun dengan tepat. Berbeda dari bentuk penilaian

untuk mengukur kognisi, penilaian untuk afeksi seringkali mengahadapi sejumlah

kesulitan. Kesulitan itu muncul karena hal yang berkaitan dengan nilai, sikap,

minat, dan motivasi merupakan kemampuan individu yang hanya diketahui persis

oleh orang yang bersangkutan. Orang lain hanya dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang diperoleh melalui beragam cara. Akan tetapi suatu

pengukuran afektif yang mendekati keaslian sikap, nilai, dan minat peserta didik

diperlukan sebagai bahan kualifikasi keberhasilan pendidikan dari perspektif

pendidikan nilai.

Ada tiga prinsip yang harus dijadikan acuan dalam mengembangkan sistem

penilaian pada peserta didik. Ketiga prinsip tersebut adalah:

Peserta didik maupun guru harus secara aktif menevaluasi kemajuan belajar.

Melalui prinsip ini peserta didik diberikan tanggung jawab untuk ikut

mengembangkan cara belajar yang akan dilakukan, mengkonstruksi

pandangannya tentang dunia secara personal, dan melakukan cara berpikir kreatif

dan kritis dalam memutuskan suatu masalah.

Fokus penilaian harus diarahkan pada pengukuran kemajuan yang dialami

peserta didik serta pada ketersediaan informasi kemajuan belajar berikutnya.

Penilaian harus dilakukan sesering mungkin dalam situasi yang benar-benar

(23)

41

afeksi harus diturunkan dari sejumlah tugas yang bersifat konitif dan psikomotorik

(Mulyana, 2011:184-185).

Angket siswa tersebut dinilai dengan skor 4 untuk jawaban “Sangat Setuju”, skor 3 untuk jawaban“Setuju”, skor 2 untuk “Tidak Setuju”, dan skor 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju” jika pernyataan dalam angket berupa pernyataan positif. Jika pernyataannya adalah pernyataan negatif, maka nilai untuk tiap jawaban angket adalah skor 1 untuk jawaban “Sangat Setuju”, skor 2 untuk jawaban “Setuju”, skor 3 untuk jawaban “Tidak Setuju”, dan skor 4 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”.

Skor tiap items dari karakter yang dikembangkan, diubah ke dalam bentuk

persentase, dengan rumus:

1) Penentuan skor

Skor = Jumlah responden � bobot

2) Penentuan skor maksimal untuk setiap aspek

Skor maksimal = bobot maksimal � jumlah poin tiap aspek � jumlah responden

3) Penentuan rata-rata skor tiap karakter

Rata-rata skor tiap karakter =

4) Penentuan rumusan persentase skor untuk setiap aspek indikator

Persentase skor =

� 100%

5) Penentuan rata-rata skor aspek penilaian

Rata-rata Persentase =

6) Interpretasi rata-rata skor tiap aspek data karakter yang diperoleh

1 1.5 2.5 3.5 4

37.5% 62.5% 87.5% 100%

(24)

42

Tabel 3.4 Kategorisasi Data Penilaian Angket Siswa

Kategori Skor Kategori Penilaian

1 ≤ x < 1.5 Kurang

1.5 ≤ x < 2.5 Cukup

2.5 ≤ x < 3.5 Baik

x > 3.5 Sangat baik

Dari perolehan data angket, dikorelasikan dengan data yang diperoleh dari

LKS. Data yang dimaksudkan adalah penilaian terhadap karakter siswa yang

dikembangkan dalam kegiatan berinkuiri, dengan karakter seperti disebutkan

dalam Lampiran B.5 (halaman 169-172). Prosedur pengolahan data digunakan

analisis korelasional antara data nilai karakter siswa dari LKS dengan nilai

karakter siswa yang diperoleh dari angket siswa. Prosedurnya dan hasil

pengolahannya terdapat dalam Lampiran B.6 (halaman 173-183). Perhitungan

korelasi dilakukan menggunakan teknik korelasi bivariant yang digunakan

sebagaimana dikemukakan oleh Borg dan Gall adalah teknik korelasi produk

momen (Product Moment Correlation) (Sudijono, 2011189). Prosedurnya adalah

sebagai berikut.

a) Merumuskan atau membuat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil

atau hipotesis nol (Ho)

Hipotesis alternatifnya (Ha) dirumuskan sebagai berikut: “ada (atau: terdapat)

korelasi positif (atau: korelasi negatif) yang signifikan (meyakinkan) antara variabel X dan variabel Y”. Adapun rumusan hipotesis nihilnya (Ho) dirumuskan sebagai berikut: “tidak ada (atau: tidak terdapat) korelasi positif (atau: korelasi negatif) yang signifikan (meyakinkan) antara variabel X dan variabel Y”.

b) Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis

Cara pengujian hipotesis dengan jalan memperbandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam proses perhitungan atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r” yang tercantum dalam Tabel Nilai “r” Product Moment (rt), dengan terlebih dahulu menjari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedom-nya yang

(25)

43

Mencari nilai rxy dengan rumus sebagai berikut (Sudijono, 2011: 209):

∑ ∑ ∑

√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ]

Dengan:

Variabel X: Karakter Siswa yang Diperoleh dari Penilaian Angket Siswa

Variabel Y: Karakter Siswa yang Diperoleh dari Penilaian LKS.

Terhadap angka indeks korelasi yang telah diperoleh dari perhitungan yaitu

sebesar 0.729, dapat diberikan penafsiran tertentu. Dalam hubungan ini ada dua

macam cara yang ditempuh, yaitu:

i. Interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment itu

dilakukan secara kasar atau dengan cara sederhana. Dalam interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment dengan cara sederhana, digunakan pedoman berdasarkan tabel berikut.

Tabel 3.5. Interpretasi Besarnya “rxy” Berdasarkan Nilai Korelasinya (Sudijono, 2011: 193)

Besarnya “r” Product

Moment (rxy) Interpretasi

0.00-0.20

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat

korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau

sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap

tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)

0.20-0.40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0.40-0.70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan

0.70-0.90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

(26)

44

ii. Interpretasi berdasarkan tabel nilai r product moment

df = N- nr

(27)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil temuan pada penelitian ini, diperoleh

kesimpulan sebagai berikut.

1. Pendidikan karakter yang terpadu dalam pembelajaran kimia model inkuiri

terbimbing, terlaksana dengan baik dengan persentase pencapaian untuk

kegiatan siswa sebesar 87% dan pencapaian kegiatan guru sebesar 93.67%.

2. Pembelajaran kimia pada topik kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan

penggunaan model inkuiri terbimbing dapat mengembangkan 8 karakter

(r=0.729) dari 23 karakter yang dikembangkan dalam pembelajaran.

Kedelapan karakter tersebut yaitu kerja sama, mandiri, komunikatif, disiplin, peduli

lingkungan, jujur, memecahkan masalah, dan saling menghargai.

3. Siswa memberikan respons positif terhadap pembelajaran, dengan tingkat

kepuasan siswa terhadap penggunaan model inkuiri terbimbing dan terhadap

pengembangan karakter dalam pembelajaran dikategorikan baik dengan

persentase masing-masing sebesar 70% dan 76.5%.

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perubahan karakter siswa

melalui pembelajaran, baik dengan model inkuiri terbimbing atau pun dengan

model pembelajaran lain.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai internalisasi pendidikan

karakter dalam perangkat pembelajaran yang bisa memfasilitasi siswa untuk

(28)

64

DAFTAR PUSTAKA

Agboola, A dan Kaun Chen T. (2012). “Bring Character Education into Classroom”. European Journal of Educational Research. 1, (2), 163-170.

Aqib, Z dan Sujak. (2011). Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.

Arifin, M. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

BSNP. (2007). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Depdiknas. (2007). Manajemen Pembelajaran Laboratorium dan Model Penilaian Mata Pelajaran Matematika dan IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Du Boulay, B. (2011). “Motivational Processes” dalam Artificial Intelegence in Education. London: Springer.

Dwi S., R. (2008). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Girle, A. (2011). “The Question of the Question in Critical Thinking?” dalam Tools for Teaching Logic. Berlin: Springer.

HAM, M. (2008). Kamus Kimia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kemendiknas. (2010) . Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa. Jakarta: BPPPK.

Kementrian Pendidikan Nasional. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

(29)

65

Ma’mur, J. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.

Marzuki. (2012). “Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah”. Jurnal Pendidikan Karakter. (1), 33-44.

Mulyana, R. (2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Mulyani, S. dan Hendrawan. (2003). Kimia Fisika II. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

N. Chapman, Elwood. (2008). Attitude Test. Jogjakarta: Flamingo.

National Research Council. (2002). Inquiry and the national science education standards: a guide for teaching and learning. Washington DC: The national academy press.

Q. Anees, B. dan Adang Hambali. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Saeed Khan, M. et al. (2011). “Effect of Inquiry Method on Achievement of Students in Chemistry at Secondary Level”. International Journal of Academic Research. 3, (1), 955-959.

Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sudijono, A. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sundari, S. (2012). Analisis Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPA Kelas 4 Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Susiwi et al. (2008). “Analisis Kesiapan Praktikum Kimia Siswa SMA”. Makalah pada Seminar Nasional Kimia IV.

Syaodih S., N. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(30)

66

Ulpiyana, A. (2011). Penerapan Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berinkuiri Siswa pada Topik Sifat Larutan Penyangga. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Vivone V.,Gina , Raja Panwar, dan Teddy Moline. (2004). Focus on inquiry: a

teacher’s guide to implementing inquiry-based learning. Canada: Alberta Learning.

Widodo, A. (2009). “Peningkatan Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam Mengajukan Pertanyaan Produktif untuk Mendukung Pembelajaran IPA

Berbasis Inkuiri”. Jurnal Pendidikan Indonesia. 10, (1), 21-29.

Gambar

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian
Tabel 3.1. Spesifikasi Jenis Instrumen Sumber
Tabel 3.2 Kategorisasi Data Penilaian LKS Kategori Skor  Kategori Penilaian
Tabel 3.3 Kategorisasi Data Penilaian Lembar Observasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2013 ini berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan sesuai lampiran perjanjian ini dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah

Students Perception of Peer Response Activity in English Writing Instruction.. CELEA

High Gain Active Microstrip Antena for 60-GHz.

Manajemen Sumber Daya Manusia, Kebijakan Kinerja Karyawan.. Administrasi dan Supervisi

hubungan antara kesulitan makan dengan gangguan tidur pada anak bawah. lima

Barito Kuala.

Gambar 4.3 Perbandingan persentase Skor Rata-Rata Pretest , Posttest , dan N-gain Sikap Siswa Kelas Proyek dan Kelas Praktikum.... 78 Gambar 4.4 Perbandingan N-gain

Tema umum yang juga metode utama fenomenologi iaitu interpretasi terhadap jenis pengalaman yang dialami dengan bentuk-bentuk yang relevan