ANALISIS PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK KELARUTAN
DAN HASIL KALI KELARUTAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh: Isna Wiridiyaty
0809113
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Analisis Pengembangan Karakter Siswa Melalui
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Topik Kelarutan
dan Hasil Kali Kelarutan
Oleh
Isna Wiridiyaty
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Isna Wiridiyaty 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ISNA WIRIDIYATY
ANALISIS PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK KELARUTAN
DAN HASIL KALI KELARUTAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. H. Wahyu Sopandi, M.A. NIP. 196605251990011001
Pembimbing II
Prof. Dr. H. R. Asep Kadarohman, M.Si. NIP. 196305091987031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
ABSTRAK
Penelitian dengan judul Analisis Pengembangan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Topik Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan bertujuan memperoleh gambaran tentang pengembangan nilai-nilai karakter siswa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada topik kelarutan dan hasil kali kelarutan. Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan subjek penelitian 35 siswa SMA kelas XII dari salah satu sekolah di kota Cimahi. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri atas lembar observasi, lembar kerja siswa, dan angket skala sikap. Hasil penelitian menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran 87% untuk kegiatan siswa, 93.67% untuk kegiatan guru, dan dikategorikan baik. Dalam pembelajaran menggunakan model ini ada 23 karakter yang dikembangkan dan 8 karakter yang mempunyai hubungan korelasi positif dengan kegiatan berinkuiri, r = 0.729. Kedelapan karakter tersebut yaitu kerja sama, mandiri, komunikatif, disiplin, peduli lingkungan, jujur, memecahkan masalah, dan saling menghargai. Tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan model inkuiri terbimbing dan terhadap pengembangan karakter dalam pembelajaran dikategorikan baik dengan persentase masing-masing sebesar 70% dan 76.5%.
ABSTRACT
This study was about Analysis of Students Character Development through Guided Inquiry Learning in Topic Solubility and Solubility Product. This study was aimed to gain the picture about development of student characters values through guided inquiry learning in topic solubility and solubility product. This study employed experimental method in which the subject was 35 students of Senior High School at twelfth grade in one of school in Cimahi. The instruments of this study were observation sheet, student sheet, and questionnaire of attitude scale. The result of this study showed that conducted learning 87 % for students activity, 93.67% for teacher activity and those were categorized as good. The learning using this model was 23 developed characters and 8 characters had positive correlation in which inquired activity, r =0.729. The eighth characters were cooperation, independent, communicative, discipline, care about environment, honest, problem solving, respect to each other. Satisfaction level of students through the use of guided inquiry model and character development in learning were good with each percentage was 70% and 76.5 %.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitan ... 5
F. Definisi Operasional ... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Pendidikan Karakter ... 7
1. Pengertian Karakter ... 7
2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 7
3. Nilai-nilai Karakter ... 9
4. Pendidikan Karakter secara Terpadu Melalui Pembelajaran Kimia ... 10
B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 11
C. Pengembangan Pendidikan Karakter dalam Perencanaan Pembelajaran Kimia ... 15
D. Pengembangan Pendidikan Karakter dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kimia dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 18
E. Komponen Pembelajaran Kimia Berkarakter ... 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 32
A. Metode Penelitian ... 32
B. Objek Penelitian ... 32
C. Prosedur dan Alur Penelitian ... 33
D. Instrumen Penelitian ... 37
E. Teknik Pengolahan Data ... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran ... 45
1. Kegiatan Awal ... 46
2. Kegiatan Inti ... 49
3. Kegiatan Penutup ... 51
B. Analisis Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 54
C. Respons Siswa Melalui Angket Kepuasan Siswa ... 56
D. Karakter dalam Tahapan Model Inkuiri Terbimbing ... 59
BAB V. PENUTUP ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
LAMPIRAN ... 67
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,
dunia pendidikan juga mengalami kemajuan karenanya. Dengan adanya teknologi
membuat proses belajar siswa juga semakin mudah. Siswa dituntut untuk lebih
aktif dalam pembelajaran, dimana kemampuan kognitif, afektif, psikomotor,
motivasi, dan rasa keingintahuannya dapat diterapkan dalam kegiatan belajarnya,
baik di sekolah maupun diluar sekolah. Hal tersebut berguna untuk menjawab
tantangan era globalisasi dimana kemajuan ilmu pengetahuan menuntut
terciptanya individu yang memiliki kemampuan lebih, baik bidang akademik,
komunikasi, maupun kemampuan sosialnya.
Belajar tidak hanya dilakukan di sekolah dengan informasi dari guru atau pun
dari buku. Dengan mengamati suatu fenomena dari gejala alam, siswa juga bisa
mempelajarinya sebagai suatu pengetahuan. Sains bertujuan menjelaskan
fenomena alam. Melalui Sains penjelasan ini selalu bertolak dari hubungan “sebab-akibat”. Untuk menjelaskan hubungan ini siswa belajar peka mengamati pola-pola hubungan dari subyek yang dipelajari dan berlatih untuk mulai menentukan yang mana “sebab” dan mana “akibat” (Susiwi et al, 2008:2).
Ilmu kimia merupakan rumupun IPA, oleh karena itu ilmu kimia mempunyai
karakteristik sama dengan IPA, yaitu diperoleh dan dikembangkan melalui
tahapan-tahapan yang sistematis baik melalui percobaan (induktif), maupun teori
(deduktif). Ilmu kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,
mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi,
struktuf, sifat, perubahan zat, serta energi yang menyertainya. Oleh karena itu
proses pembelajaran ilmu kimia di SMA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung melalui keterampilan dan penalaran, untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar
secara ilmiah yang berkaitan dengan kajian ilmu kimia. Ada dua hal yang
2
produk (pengetahuan ilmu kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip hukum, dan
teori temuan ilmuwan), dan ilmu kimi sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh karena
itu pembelajaran ilmu kimia dan penilaian hasil belajar ilmu kimia harus
memperlihatkan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.
Mata pelajaran ilmu kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus
yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah
kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki satuan pendidikan yang lebih
tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran ilmu
kimia dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan, antara lain
pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri
terbuka, bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap
ilmiah seta berkomunikasi sebagai aspek penting kecakapan hidup (Depdiknas,
2007:91). Dengan demikian, mata pelajaran kimia selain mengembangkan aspek
kognitif juga dapat memfasilitasi pengembangan karakter siswa dengan
dikembangkannya kemampuan lain selain kemampuan berpikir. Pengajarannya di
kelas dapat menggunakan desain pembelajaran yang mengaktifkan siswa, dan
melibatkan siswa untuk menggunakan dan melibatkan segala potensi dan
kemampuannya dalam pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mata pelajaran
kimia yang juga mengaktifkan siswa adalah model inkuiri. Karena kemampuan
siswa untuk melakukan inkuiri sesungguhnya masih belum memadai, maka
biasanya yang digunakan di sekolah adalah inkuiri terimbing (guided inquiry)
(Widodo, 2009:22). Dengan model inkuiri terbimbing, siswa dibantu guru
melakukan kegiatan untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan. Dengan
bantuan guru, pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil
mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3,
disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
3
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu,
berdasarkan pada wacana tersebut aspek karakter siswa perlu dikembangkan
selain dari pengembangan aspek intelektual dari siswa tersebut. Pendidikan
karakter perlu dikembangkan karena pada dasarnya pendidikan karakter bukan
hanya sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu,
pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik
(habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan
nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain, pendidikan
karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing),
perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik
(moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup
peserta didik (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011:6). Beberapa penelitian
menunjukkan hasil positif dari aplikasi pendidikan karakter di sekolah yaitu
peningkatan pencapaian akademik, penurunan angka dropout, dan penurunan
perilaku negatif (Bergmark, 2008; Berkowitz & Hoppe, 2009; Katilmis et al.,
2011; Parker et al., 2010; Skaggs & Bodenhorn, 2006; Agboola & Kaun, 2012:
166).
Pemerintah juga menghimbau agar seluruh tingkat satuan pendidikan
merealisasikan pendidikan karakter dengan adanya asumsi bahwa berbagai
persoalan yang dihadapi oleh bangsa kita dewasa ini makin mendorong semangat
dan upaya pemerintah untuk memprioritaskan pendidikan karakter sebagai dasar
pembangunan pendidikan. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana
Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program
prioritas pembangunan nasional (Kementrian Pendidikan Nasional, 2011:1).
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik
dapat menggunakan pendekatan belajar aktif (Kementrian Pendidikan Nasional,
2011:15). Untuk pembelajaran kimia, strategi pembelajaran inkuiri cocok
digunakan pada materi-materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, misalnya
4
merupakan sub bab dari pokok bahasan asam basa tepat digunakan dalam
pembelajaran inkuiri ini. Konsep dari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
yang merupakan penggabungan konsep dasar, mudah dilakukan dalam kegiatan
belajar mengajar, berkaitan dengan lingkungan, dan merupakan aplikasi tinggi
juga menjadikan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dipilih untuk digunakan
dalam pembelajaran ini. Selain itu, model inkuiri terbimbing yang digunakan juga
menggunakan metode praktikum, maka pemilihan materi ini dirasa cocok jika
dilihat dari fleksibilitas penggunaan model dan juga aplikasi pendidikan karakter.
Menurut Gulo (Dwi, 2008:42) strategi pembelajaran inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengaktifkan siswa
dan bisa digunakan untuk pengembangan karakter peseta didik.
B. Rumusan Masalah
Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan
karakter siswa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada topik kelarutan dan
hasil kali kelarutan?
Dari masalah umum tersebut dapat dijabarkan menjadi masalah khusus, yaitu:
1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing yang
mengembangkan karakter siswa pada topik kelarutan dan hasil kali
kelarutan?
2. Bagaimana penerapan model inkuiri terbimbing yang mengembangkan
karakter siswa dalam pembelajaran topik kelarutan dan hasil kali kelarutan?
3. Bagaimana tanggapan siswa mengenai pembelajaran model inkuiri
terbimbing yang dapat mengembangkan karakter siswa?
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka
5
1. Materi yang dikaji dari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan meliputi:
pengertian kelarutan, reaksi kesetimbangan dalam proses kelarutan,
menghitung Ksp, pengaruh ion senama dan pH terhadap kelarutan, dan
hubungan pengendapan dengan Ksp.
2. Karakter yang dikaji meliputi meliputi religius, jujur, tanggung jawab,
kemampuan berinkuiri, percaya diri, komunikatif, logis, kritis, kreatif,
inovatif, mandiri, saling menghargai, kerja sama, kerja keras, gotong royong,
peduli lingkungan, disiplin, gemar membaca, cinta ilmu, teliti, rasa ingin
tahu, demokratis, dan memecahkan masalah.
D. Tujuan Penelitian
Memperoleh gambaran tentang nilai-nilai karakter siswa yang dapat
dikembangkan melalui pembelajaran inkuiri terbimbing pada topik kelarutan dan
hasil kali kelarutan.
E. Manfaat Penelitian
Penilitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
1. Siswa
Mengembangkan karakter siswa yang terintegrasi dalam hasil belajar
dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran topik
kelarutan dan hasil kali kelarutan serta memberikan pengalaman belajar
yang bermakna bagi siswa.
2. Guru
Memberikan metode pembelajaran yang lain kepada guru dalam
menjelaskan topik kelarutan dan hasil kali kelarutan kepada siswa,
tersedianya perangkat pembelajaran inkuiri terbimbing yang dapat
mengembangkan karakter siswa untuk topik kelarutan dan hasil kali
kelarutan, serta memberikan informasi proses belajar mengajar
menggunakan model inkuiri terbimbing pada topik kelarutan dan hasil kali
6
3. Peneliti lain
Memberikan masukan atau ide untuk penelitian selanjutnya.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, maka istilah yang digunakan
didefinisikan sebagai berikut.
1. Pembelajaran inkuiri terbimbing: pembelajaran dengan menggunakan model
inkuiri terbimbing. Dalam pembelajaran siswa terlibat secara aktif untuk
menemukan sendiri pengetahuannya dengan bimbingan oleh guru. Desain
pembelajarannya adalah : (1) mengajukan pertanyaan, (2) merumuskan
hipotesis, (3) melakukan percobaan (4) mengumpulkan data, (5) interpretasi
data; dan (6) menyimpulkan (Ulpiyana, 2011:26-28). Pembelajaran dengan
model inkuiri terbimbing ini dilakukan pada topik kelarutan dan hasil kali
kelarutan dengan tujuan untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan
karakternya melalui pembelajaran.
2. Karakter: karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku
(behaviors), motivasi (motivations), dan ketrampilan (skills) (Tadkiroatun
Musfiroh dalam Aqib dan Sujak, 2011:2). Sikap dan perilaku siswa yang
dibiasakan untuk terfasilitasi perkembangannya dalam pembelajaran,
meliputi religius, jujur, tanggung jawab, kemampuan berinkuiri, percaya diri,
komunikatif, logis, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, saling menghargai, kerja
sama, kerja keras, gotong royong, peduli lingkungan, disiplin, gemar
membaca, cinta ilmu, teliti, rasa ingin tahu, demokratis, dan memecahkan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif jenis penelitian
eksperimen yang dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan (Sugiyono, 2010:107).
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA. Siswa yang terlibat
satu kelas dengan keberagaman tingkat intelektual, terlibat baik secara individu
33
C. Prosedur dan Alur Penelitian
Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian
Dari alur penelitian tersebut, dapat diuraikan langkah-langkah penelitian yang
ditempuh adalah sebagai berikut.
1. Analisis Standar Isi dan Analisis Pokok Bahasan Asam Basa Kelas XI SMA
Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (BSNP,
2006:4). Analisis yang dilakukan berkaitan dengan SK dan KD materi asam basa Analisis Standar Isi dan analisis pokok
bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan
Studi kepustakaan pendidikan karakter dan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran
Pembuatan instrumen penelitian
(Lembar Observasi, LKS, Angket)
Analisis RPP, Lembar Obeservasi, LKS, Angket
Kegiatan pembelajaran dengan model
inkuiri terbimbing
Perbaikan Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Valid Tidak valid
Mengumpulkan data
Menganalisis data
34
kelas XI SMA, untuk topik kelarutan dan hasil kali kelarutan yang disesuaikan
dengan kurikulum KTSP yang berlaku.
2. Studi Kepustakaan Pendidikan Karakter dan Model Inkuiri Terbimbing
dalam Pembelajaran Kimia
Mencari literatur yang mendukung dan melandasi konsep pendidikan
karakter dan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran, khususnya dalam
pembelajaran kimia. Studi kepustakaan ini difokuskan pada materi yang berkaitan
dengan implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran kimia dengan
menggunakan model inkuri terbimbing pada topik kelarutan dan hasil kali
kelarutan.
3. Pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pengajaran)
RPP yang digunakan dalam pembelajaran berjumlah tiga buah untuk tiga
pertemuan. RPP ini disusun untuk satu Kompetensi Dasar (KD), yaitu KD 4.6:
Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip
kelarutan dan hasil kali kelarutan.RPP tersebut menggunakan model inkuiri
terbimbing dalam desain pembelajarannya.
4. Pembuatan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang diguanakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
a. Lembar Observasi
Lembar observasi diisi oleh observer yang mengamati keterlakasanaan
penggunaan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran. Pembelajaran
merupakan implementasi dari RPP yang telah direncanakan yang di dalam
pembelajaran digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran. RPP yang
digunakan terlampir pada Lampiran A.1 (halaman 68-81) untuk pembelajaran
pertama, Lampiran A.2 (halaman 82-92) untuk RPP pada pembelajaran kedua,
dan Lampiran A.3 (halaman 93-102) untuk RPP yang digunakan dalam
pembelajaran ketiga.
Lembar observasi berupa lembar checklist yang berisi pilihan jawaban “Ya”
35
berlangsung. Lembar observasi seperti yang terlampir pada Lampiran A.7
(halaman 114-117).
b. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan
pengembangan karakter sisiwa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing. LKS yang
digunakan dalam penelitian seperti yang terlampir pada Lampiran A.4 (Halaman
103-106) untuk LKS pada pembelajaran pertama, Lampiran A.5 (halaman
107-110) untuk LKS pada pembelajaran kedua, dan Lampiran A.6 (halaman 111-113)
untuk LKS pada pembelajaran ketiga.
c. Angket
Angket dalam penelitian digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap
pembelajaran kimia menggunakan model inkuiri terbimbing yang mencoba
memfasilitasi pesrta didik untuk mengembangkan karakternya.
Peneliti menggunakan angket dengan tiga atau empat pilihan, biasanya ingin
menentukan adanya gradasi, baik kondisi sesuatu (banyaknya, tingginya,
seringnya, dan lain-lain) atau mungkin tentang pendapat responden yang lain. Ada
kelemahan dengan lima alternatif jawaban, karena responden cenderung memilih
alternatif yang ada di tengah (karena dirasa aman dan paling gampang karena
hampir tidak berpikir). Maka memang disarankan aleternatif pilihannya hanya empat saja, “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan “Sangat Tidak Setuju” (Arikunto, 2010: 241). Siswa diminta memilih salah satu jawaban dari empat
pilihan jawaban sesuai dengan pendapat mereka masing-masing.
Rincian pernyataan yang digunakan dalam angket respons siswa seperti yang
terdapat pada Lampiran A.8 (halaman 118-122) dan angket yang diberikan pada
siswa tertera pada Lampiran A.9 (halaman 123-125).
5. Validasi Instrumen Penelitian
Instrumen yang telah disusun kemudian divalidasi. Validasi yang dilakukan
lebih menekankan kepada aspek kebenaran, kesesuaian, dan keterukuran indikator
yang dikembangkan dengan instrumen yang digunakan dalam penelitian.
36
aspek-aspek dalam instrumen dengan materi yang dikembangkan, dan tentunya
diharapkan instrumen tersebut dapat mengukur indikator yang dikembangkan.
Validitas instrumen itu sendiri dilakukan dengan mengacu pada validitas isi
(content validity). Validitas isi berkenaan dengan isi dan format dari instrumen.
Apakah instrumen tepat mengukur hal yang ingin diukur, apakah butir-butir
pertanyaan telah mewakili aspek-aspek yang akan diukur. Apakah pemilihan
format instrumen cocok untuk mengukur segi tersebut? (Syaodih, 2012:229). Dan
tentunya validitas isi ini dilakukan dibawah bimbingan dosen pembimbing.
6. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan di SMAN 1 Cimahi, dengan melibatkan
siswa kelas XII SMA dalam satu kelas berjumlah 35 orang. Penelitian
dilaksanakan dalam pembelajaran sebanyak tiga kali pertemuan tatap muka, yaitu
enam jam pelajaran dalam waktu tiga hari. Siswa mengalami pembelajaran kimia
dengan topik kelarutan dan hasil kali kelarutan yang diajarkan menggunakan
model inkuri terbimbing.
7. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian
Apabila datanya telah terkumpul, maka lalu diklasifikasikan menjadi dua
kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka dan data kualitatif
yang dinyatakan dalam kata atau simbol. Data kualitatif yang berbentuk
kata-kata tersebut disisihkan untuk sementara, karena akan sangat berguna untuk
menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari analisis data kuantitatif
(Arikunto, 2010:240-241).
8. Menyimpulkan Hasil Penelitian
Berdasarkan penjelasan data penelitian secara kuantitatif dan penjelasan serta
analisis data dan fenomena yang muncul dalam pembelajaran, peneliti dapat
menyimpulkan hasil dari penelitian yang tentunya juga menace pada rumusan
37
D. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebgai
berikut.
Tabel 3.1. Spesifikasi Jenis Instrumen
Jenis
Siswa Nilai Siswa - LKS meliputi LKS praktikum
- Untuk memperoleh data
Angket Siswa Pendapat siswa - Pengambilan data dilakukan
setelah pembelajaran.
Secara garis besar pengolahan data penelitian adalah sebagai berikut.
1. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa (LKS) diberi nilai dengan rubrik kriteria penilaian
seperti pada Lampiran B.5 (halaman 169-172). Adapun pengolahan datanya
38
a. Penentuan Skor
Skor diperoleh dengan kriteria pada rubrik penilaian dalam Lampiran
B.5 (halaman 169-172).
b. Penentuan Skor maksimal untuk setiap aspek
Skor maksimal = bobot maksimal � jumlah poin tiap aspek
c. Penentuan rumusan persentase skor untuk setiap aspek indikator
Persentase skor =
� 100%
d. Penentuan rata-rata skor aspek penilaian
Rata-rata Persentase =
e. Interpretasi persentase data yang diperoleh
Tabel 3.2 Kategorisasi Data Penilaian LKS
Kategori Skor Kategori Penilaian
0 ≤ x < 0.5 Kurang
0.5 ≤ x < 1 Cukup
1 ≤ x < 1.5 Baik
x > 1.5 Sangat baik
2. Lembar Observasi Pembelajaran
Data yang diperoleh, dijumlahkan atau dikelompokkan sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan. Jika pilihan jawaban angket berbentuk “Ya” dan “Tidak”, peneliti tinggal menjumlahkan saja jawaban “Ya” dan “Tidak”. Menjumlah saja bulum berarti tugasnya selesai. Peneliti masih perlu menjelaskan
atau mengelompokkan, hal-hal apa saja yang dijawab “Ya” dan apa saja yang
dijawab “Tidak” (Arikunto, 2010:241).
Pilihan jawaban “Ya” diberi skor 1, sedangkan untuk jawaban “Tidak” diberi skor 0. Jumlah nilai dari tiap aspek penilaian dalam lembar observasi.
Pengolahan data yang diperoleh dari lembar observasi pembelajaran adalah
sebagai berikut.
0 0.5 1 1.5 2
37.5% 62.5% 87.5% 100%
39
a. Penentuan skor
Skor = Jumlah responden � bobot
b. Penentuan skor maksimal untuk setiap aspek
Skor maksimal = bobot maksimal� jumlah poin tiap aspek � jumlah responden
c. Penentuan rumusan persentase skor untuk setiap aspek indikator
Persentase skor =
� 100%
d. Penentuan rata-rata skor aspek penilaian
Rata-rata Persentase =
e. Interpretasi persentase data yang diperoleh
Tabel 3.3 Kategorisasi Data Penilaian Lembar Observasi
Kategori skor (%) Kategori Penilaian
0 ≤ x < 50 Tidak Baik
50 ≤ x < 100 Baik
3. Angket Respons Siswa
Dalam angket ini dinilai sikap siswa selama mengikuti pembelajaran kimia.
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Sikap juga sebagai
ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap
dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif.
Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya
terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan
untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan
40
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.
a. Sikap terhadap mata pelajaran.
b. Sikap terhadap guru atau pengajar.
c. Sikap terhadap proses pembelajaran.
Sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan
suatu materi pelajaran (Depdiknas, 2007:104).
Ketika berbicara mengenai penilaian pada kognitif, hal itu tidak serumit
penilaian pada wilayah afektif. Kemampuan kognisi yang dapat diukur melalui
seperangkat tes memiliki batas-batas indikator yang cukup jelas dan validitas
hasilnya yang obyektif jika disusun dengan tepat. Berbeda dari bentuk penilaian
untuk mengukur kognisi, penilaian untuk afeksi seringkali mengahadapi sejumlah
kesulitan. Kesulitan itu muncul karena hal yang berkaitan dengan nilai, sikap,
minat, dan motivasi merupakan kemampuan individu yang hanya diketahui persis
oleh orang yang bersangkutan. Orang lain hanya dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh melalui beragam cara. Akan tetapi suatu
pengukuran afektif yang mendekati keaslian sikap, nilai, dan minat peserta didik
diperlukan sebagai bahan kualifikasi keberhasilan pendidikan dari perspektif
pendidikan nilai.
Ada tiga prinsip yang harus dijadikan acuan dalam mengembangkan sistem
penilaian pada peserta didik. Ketiga prinsip tersebut adalah:
Peserta didik maupun guru harus secara aktif menevaluasi kemajuan belajar.
Melalui prinsip ini peserta didik diberikan tanggung jawab untuk ikut
mengembangkan cara belajar yang akan dilakukan, mengkonstruksi
pandangannya tentang dunia secara personal, dan melakukan cara berpikir kreatif
dan kritis dalam memutuskan suatu masalah.
Fokus penilaian harus diarahkan pada pengukuran kemajuan yang dialami
peserta didik serta pada ketersediaan informasi kemajuan belajar berikutnya.
Penilaian harus dilakukan sesering mungkin dalam situasi yang benar-benar
41
afeksi harus diturunkan dari sejumlah tugas yang bersifat konitif dan psikomotorik
(Mulyana, 2011:184-185).
Angket siswa tersebut dinilai dengan skor 4 untuk jawaban “Sangat Setuju”, skor 3 untuk jawaban“Setuju”, skor 2 untuk “Tidak Setuju”, dan skor 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju” jika pernyataan dalam angket berupa pernyataan positif. Jika pernyataannya adalah pernyataan negatif, maka nilai untuk tiap jawaban angket adalah skor 1 untuk jawaban “Sangat Setuju”, skor 2 untuk jawaban “Setuju”, skor 3 untuk jawaban “Tidak Setuju”, dan skor 4 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju”.
Skor tiap items dari karakter yang dikembangkan, diubah ke dalam bentuk
persentase, dengan rumus:
1) Penentuan skor
Skor = Jumlah responden � bobot
2) Penentuan skor maksimal untuk setiap aspek
Skor maksimal = bobot maksimal � jumlah poin tiap aspek � jumlah responden
3) Penentuan rata-rata skor tiap karakter
Rata-rata skor tiap karakter =
4) Penentuan rumusan persentase skor untuk setiap aspek indikator
Persentase skor =
� 100%
5) Penentuan rata-rata skor aspek penilaian
Rata-rata Persentase =
6) Interpretasi rata-rata skor tiap aspek data karakter yang diperoleh
1 1.5 2.5 3.5 4
37.5% 62.5% 87.5% 100%
42
Tabel 3.4 Kategorisasi Data Penilaian Angket Siswa
Kategori Skor Kategori Penilaian
1 ≤ x < 1.5 Kurang
1.5 ≤ x < 2.5 Cukup
2.5 ≤ x < 3.5 Baik
x > 3.5 Sangat baik
Dari perolehan data angket, dikorelasikan dengan data yang diperoleh dari
LKS. Data yang dimaksudkan adalah penilaian terhadap karakter siswa yang
dikembangkan dalam kegiatan berinkuiri, dengan karakter seperti disebutkan
dalam Lampiran B.5 (halaman 169-172). Prosedur pengolahan data digunakan
analisis korelasional antara data nilai karakter siswa dari LKS dengan nilai
karakter siswa yang diperoleh dari angket siswa. Prosedurnya dan hasil
pengolahannya terdapat dalam Lampiran B.6 (halaman 173-183). Perhitungan
korelasi dilakukan menggunakan teknik korelasi bivariant yang digunakan
sebagaimana dikemukakan oleh Borg dan Gall adalah teknik korelasi produk
momen (Product Moment Correlation) (Sudijono, 2011189). Prosedurnya adalah
sebagai berikut.
a) Merumuskan atau membuat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil
atau hipotesis nol (Ho)
Hipotesis alternatifnya (Ha) dirumuskan sebagai berikut: “ada (atau: terdapat)
korelasi positif (atau: korelasi negatif) yang signifikan (meyakinkan) antara variabel X dan variabel Y”. Adapun rumusan hipotesis nihilnya (Ho) dirumuskan sebagai berikut: “tidak ada (atau: tidak terdapat) korelasi positif (atau: korelasi negatif) yang signifikan (meyakinkan) antara variabel X dan variabel Y”.
b) Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis
Cara pengujian hipotesis dengan jalan memperbandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam proses perhitungan atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r” yang tercantum dalam Tabel Nilai “r” Product Moment (rt), dengan terlebih dahulu menjari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedom-nya yang
43
Mencari nilai rxy dengan rumus sebagai berikut (Sudijono, 2011: 209):
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ]
Dengan:
Variabel X: Karakter Siswa yang Diperoleh dari Penilaian Angket Siswa
Variabel Y: Karakter Siswa yang Diperoleh dari Penilaian LKS.
Terhadap angka indeks korelasi yang telah diperoleh dari perhitungan yaitu
sebesar 0.729, dapat diberikan penafsiran tertentu. Dalam hubungan ini ada dua
macam cara yang ditempuh, yaitu:
i. Interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment itu
dilakukan secara kasar atau dengan cara sederhana. Dalam interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment dengan cara sederhana, digunakan pedoman berdasarkan tabel berikut.
Tabel 3.5. Interpretasi Besarnya “rxy” Berdasarkan Nilai Korelasinya (Sudijono, 2011: 193)
Besarnya “r” Product
Moment (rxy) Interpretasi
0.00-0.20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat
korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau
sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap
tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y)
0.20-0.40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah
0.40-0.70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan
0.70-0.90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
44
ii. Interpretasi berdasarkan tabel nilai r product moment
df = N- nr
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil temuan pada penelitian ini, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut.
1. Pendidikan karakter yang terpadu dalam pembelajaran kimia model inkuiri
terbimbing, terlaksana dengan baik dengan persentase pencapaian untuk
kegiatan siswa sebesar 87% dan pencapaian kegiatan guru sebesar 93.67%.
2. Pembelajaran kimia pada topik kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan
penggunaan model inkuiri terbimbing dapat mengembangkan 8 karakter
(r=0.729) dari 23 karakter yang dikembangkan dalam pembelajaran.
Kedelapan karakter tersebut yaitu kerja sama, mandiri, komunikatif, disiplin, peduli
lingkungan, jujur, memecahkan masalah, dan saling menghargai.
3. Siswa memberikan respons positif terhadap pembelajaran, dengan tingkat
kepuasan siswa terhadap penggunaan model inkuiri terbimbing dan terhadap
pengembangan karakter dalam pembelajaran dikategorikan baik dengan
persentase masing-masing sebesar 70% dan 76.5%.
B. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perubahan karakter siswa
melalui pembelajaran, baik dengan model inkuiri terbimbing atau pun dengan
model pembelajaran lain.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai internalisasi pendidikan
karakter dalam perangkat pembelajaran yang bisa memfasilitasi siswa untuk
64
DAFTAR PUSTAKA
Agboola, A dan Kaun Chen T. (2012). “Bring Character Education into Classroom”. European Journal of Educational Research. 1, (2), 163-170.
Aqib, Z dan Sujak. (2011). Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.
Arifin, M. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
BSNP. (2007). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Depdiknas. (2007). Manajemen Pembelajaran Laboratorium dan Model Penilaian Mata Pelajaran Matematika dan IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Du Boulay, B. (2011). “Motivational Processes” dalam Artificial Intelegence in Education. London: Springer.
Dwi S., R. (2008). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Girle, A. (2011). “The Question of the Question in Critical Thinking?” dalam Tools for Teaching Logic. Berlin: Springer.
HAM, M. (2008). Kamus Kimia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kemendiknas. (2010) . Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa. Jakarta: BPPPK.
Kementrian Pendidikan Nasional. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
65
Ma’mur, J. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.
Marzuki. (2012). “Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah”. Jurnal Pendidikan Karakter. (1), 33-44.
Mulyana, R. (2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Mulyani, S. dan Hendrawan. (2003). Kimia Fisika II. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
N. Chapman, Elwood. (2008). Attitude Test. Jogjakarta: Flamingo.
National Research Council. (2002). Inquiry and the national science education standards: a guide for teaching and learning. Washington DC: The national academy press.
Q. Anees, B. dan Adang Hambali. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Saeed Khan, M. et al. (2011). “Effect of Inquiry Method on Achievement of Students in Chemistry at Secondary Level”. International Journal of Academic Research. 3, (1), 955-959.
Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sudijono, A. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sundari, S. (2012). Analisis Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPA Kelas 4 Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Susiwi et al. (2008). “Analisis Kesiapan Praktikum Kimia Siswa SMA”. Makalah pada Seminar Nasional Kimia IV.
Syaodih S., N. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
66
Ulpiyana, A. (2011). Penerapan Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berinkuiri Siswa pada Topik Sifat Larutan Penyangga. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Vivone V.,Gina , Raja Panwar, dan Teddy Moline. (2004). Focus on inquiry: a
teacher’s guide to implementing inquiry-based learning. Canada: Alberta Learning.
Widodo, A. (2009). “Peningkatan Kemampuan Mahasiswa PGSD dalam Mengajukan Pertanyaan Produktif untuk Mendukung Pembelajaran IPA
Berbasis Inkuiri”. Jurnal Pendidikan Indonesia. 10, (1), 21-29.