• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF SISWA SMP."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PENALARAN INDUKTIF SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 44 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika

Oleh:

Nurul Intan Septiani 0905616

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran Matematika dengan

Menggunakan Metode Penemuan

Terbimbing untuk Meningkatkan

Kemampuan Penalaran Induktif

Siswa SMP

Oleh

Nurul Intan Septiani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nurul Intan Septiani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENNGKATKAN KEMAMPUAN

PENALARAN INDUKTIF SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 44 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh:

NURUL INTAN SEPTIANI 0905616

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. H. Tatang Mulyana, M.Pd. NIP. 195101061976031004

Pembimbing II,

Dra. Dian Usdiyana, M.Si. NIP. 196009011987032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika,

(4)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Nurul Intan Septiani. (0905616). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan penalaran induktif siswa SMP yang masih rendah. Tujuan penelitian kuasi eksperimen ini adalah untuk mengetahui: 1) apakah peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan metode ekspositori, 2) respon siswa terhadap penerapan metode penemuan terbimbing. Indikator kemampuan penalaran induktif yang diukur dalam penelitian ini, yaitu : 1) menentukan hubungan antara pola demi pola gambar atau bilangan; 2) mengestimasi aturan yang membentuk pola-pola tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 44 Bandung. Sementara sampel dipilih tidak secara acak, melalui teknik purposif yang didasarkan pada pertimbangan peneliti dan guru, maka terpilih kelas VIII H sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII J sebagai kelas Kontrol. Pokok bahasan yang dijadikan bahan ajar adalah lingkaran. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan penalaran induktif, angket siswa, dan lembar observasi. Berdasarkan analisis pada keseluruhan tahapan penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa SMP yang memperoleh pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa SMP yang memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori; 2) Siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing.

(5)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Nurul Intan Septiani (0905616). The Mathematics Learning by using Guided Discovery Method in order to Enhance Inductive Reasoning Ability of Junior High School Student.

This research has a background of inductive reasoning ability of junior high school which is still under the standard. The aim of this experimental research is to find out 1) is there an enhancement of inductive reasoning ability of junior high school in which the learning process using guided discovery method is better than student who takes a mathematics learning by expository method. 2) the student responses towards the application of guided discovery method is the indicator of inductive reasoning ability which is measured in this research, which are 1) defining relations between patterns of picture or number; 2) Estimating rule that forms those patterns. Population in this research is the entire junior high school 44 Bandung student of class VIII. Meanwhile, sample is chosen randomly through purposive technique that is based on researcher’s and teacher’s consideration. So that, class VIII H is chosen as experimental class and class VIII J as control class. The subject that is used as teaching material is circle. The using instrument is the test of inductive reasoning ability, student questionnaire and observation page. Based on the analysis of the entire research phase, it can be concluded as follows 1) the increasing of inductive reasoning ability of junior high school student who takes a learning process by using guided discovery method is better than the increasing of inductive reasoning ability of junior high school student who takes a learning process by expository method 2) student gives positive response towards learning process by using guided discovery method.

(6)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan penelitian ... .. 5

E. Manfaat Penelitian ... .. 5

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kemampuan Penalaran Induktif ... .. 6

B. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... . 7

C. Metode Pembelajaran Ekspositori ... 10

D. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ... 12

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 13

F. Hipotesis ... 14

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 15

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 16

C. Definisi Operasional ... 16

D. Instrumen Penelitian ... 18

(7)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

F. Prosedur Penelitian ... 31

G. Teknik Pengolahan Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

1. Data Pretes dan Postes/Indeks Gain ... 40

2. Analisis Data Angket Siswa ... 47

3. Analisis Data Lembar Observasi ... 50

B. Pembahasan ... 52

1. Kemampuan Penalaran Induktif Siswa ... 52

2. Respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing ... 54

3. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 60

(8)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Kemampuan Penalaran Induktif ... 19

Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 24

Tabel 3.3 Validitas Tiap Butir Soal ... 25

Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 26

Tabel 3.5 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda ... 27

Tabel 3.6 Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 27

Tabel 3.7 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 28

Tabel 3.8 Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal ... 29

Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Penalaran Induktif ... 29

Tabel 3.10 Interpretasi Indeks Gain ... 38

Tabel 4.1 Deskripsi Data Pretes dan Postes Kemampuan Penalaran Induktif Siswa ... 41

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes Kemampuan Penalaran Induktif ... 42

Tabel 4.3 Uji Mann-Whitney U Data Pretest Kemampuan Penalaran Induktif Siswa ... 44

Tabel 4.4 Interpretasi Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 44 Tabel 4.5 Uji Normalitas Indeks Gain ... 45

(9)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tabel 4.8 Komposisi Respon Siswa Terhadap Metode Penemuan

Terbimbing (Menunjukkan minat siswa terhadap metode

penemuan terbimbing) ... 48 Tabel 4.9 Komposisi Respon Siswa Terhadap Metode Penemuan

Terbimbing (Menunjukkan manfaat metode penemuan

terbimbing bagi siswa) ... 48 Tabel 4.10 Komposisi Respon Siswa Terhadap Metode Penemuan

Terbimbing (Menunjukkan peran guru dalam penerapan

metode penemuan terbimbing) ... 49 Tabel 4.11 Komposisi Respon Siswa Terhadap Peningkatan

Kemampuan Penalaran Induktif (Menunjukkan

manfaat pembelajaran terhadap kemampuan penalaran induktif) 49 Tabel 4.12 Persentase Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru ... 50

(10)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 3.1 Desain Kelompok Kontrol Non-ekivalen ... 15

Diagram 3.2 Alur Prosedur Penelitian ... 33

(11)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A Perangkat Pembelajaran ... 61

A.1 RPP Kelas Eksperimen ... 62

A.2 RPP Kelas Kontrol ... 104

A.3 LKS Kelas Eksperimen ... 142

A.4 LKS Kelas Kontrol ... 169

LAMPIRAN B Instrumen Penelitian ... 184

B.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Penalaran Induktif ... 185

B.2 Tes Kemampuan Penalaran Induktif ... 189

B.3 Kunci Jawaban Tes Kemapuan Penalaran Induktif ... 190

B.4 Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Penalaran Induktif ... 193

B.5 Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 200

B.6 Format Angket Respon Siswa ... 201

B.7 Format Lembar Observasi ... 203

LAMPIRAN C Hasil Uji Instrumen ... 205

C.1 Skor Hasil Uji Coba Instrumen ... 206

C.2 Hasil Analisis Data Uji Instrumen Menggunakan Anates ... 207

LAMPIRAN D Hasil Pengolahan Data ... 210

D.1 Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 211

D.2 Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 213

D.3 Data Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 215

D.4 Pengolahan Data Hasil Pretes Menggunakan SPSS 20.0 .... 216

D.5 Pengolahan Data Indeks Gain Menggunakan SPSS 20.0 ... 218

D.6 Data Hasil Angket Siswa ... 220

D.7 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 222

LAMPIRAN E Hasil Pengumpulan Data ... 223

E.1 Contoh Hasil Jawaban Uji Instrumen ... 224

E.2 Contoh Hasil Jawaban Pretes Kelas Eksperimen ... 225

E.3 Contoh Hasil Jawaban Pretes Kelas Kontrol ... 227

(12)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

E.5 Contoh Hasil Jawaban Postes Kelas Kontrol ... 229

E.6 Contoh Hasil Jawaban Angket Respon Siswa ... 230

E.3 Contoh Hasil Pengerjaan LKS Kelas Eksperimen ... 232

E.3 Contoh Hasil Pengerjaan LKS Kelas Kontrol ... 277

E.3 Hasil Jawaban Lembar Observasi ... 292

LAMPIRAN F Surat-Surat ... 302

F.1 Surat Izin Uji Instrumen dan Penelitian ... 303

F.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Instrumen ... 304

F.3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 305

(13)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dari tahun ke tahun Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia mengalami peningkatan dari segi kuantitas, namun sayangnya tidak diikuti oleh peningkatan kualitas. Menurut data dari Human Development Indeks (HDI) tahun 2010 (Bhirawa, 2011), dari 152 negara dunia, Indonesia berada pada peringkat 108 di dunia dari segi Kualitas SDM. Kurangnya SDM yang berkualitas merupakan salah satu alasan semakin banyaknya perusahaan di Indonesia yang dikuasai oleh pihak asing, padahal pada kenyataannya lulusan sarjana Indonesia terus mengalami peningkatan yakni sebesar 20% pertahun (Anonim, 2011). Hal tersebut berbanding lurus dengan jumlah pengangguran tingkat sarjana di Indonesia yang hampir mendekati angka 1 juta. Apa yang salah dengan sistem pendidikan di Negara yang kaya akan sumber daya alam ini.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi pendidikan, karena pendidikan merupakan salah satu alat untuk mencerdaskan bangsa. Menurut undang-undang No. 20 tahun 2003 (Sudrajat, 2010), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Peningkatan kualitas pendidikan harus menjadi sorotan utama dalam pembangunan. Salah satunya yakni peningkatan kualitas pendidikan matematika.

(14)

2

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sangat membantu, namun pada kondisi lainnya jika tidak dibarengi dengan pemahaman konsep yang benar akan beresiko, karena cara cepat tidak dapat digunakan dalam semua kondisi serta sangat berpotensi untuk lupa karena siswa cenderung menghafal cara cepat.

Suatu pengetahuan akan sangat melekat pada siswa jika siswa tersebut menemukan sendiri suatu konsep. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa agar dapat menemukan suatu konsep yaitu kemampuan untuk menentukan hubungan diantara pola-pola dan menyimpulkannya menjadi kesimpulan yang berlaku umum atau kita sebut dengan konsep. Kemampuan inilah yang dinamakan kemampuan penalaran induktif, yaitu suatu proses berfikir berupa penarikan kesimpulan yang bersifat umum (berlaku untuk semua/banyak) atas dasar pengetahuan hal-hal khusus (Herdian, 2010). Namun sayangnya tidak semua penarikan kesimpulan melalui penalaran induktif dapat dijadikan suatu bukti. Karena mungkin saja penarikan kesimpulan dilakukan dari kasus khusus yang benar, dan tidak berlaku benar untuk semua kasus. Oleh karena itu diperlukan pembuktian secara deduksi, yaitu membuktikan bahwa pernyataan yang bersifat umum dapat berlaku untuk setiap kasus khusus.

(15)

3

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kemampuan penalaran induktif siswa akan terbentuk jika seorang guru menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran. Salah satu penyebab kurangnya minat siswa terhadap matematika yaitu pembelajaran yang monoton, guru hanya menjelaskan materi matematika di depan kelas, lalu memberikan contoh soal dan latihan. Pembelajaran tersebut menimbulkan kebosanan karena siswa cenderung kurang interaktif dalam aktivitas belajar. Disinilah peran pendidik untuk mencari strategi pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Seorang guru harus mampu mengaktifkan siswa dengan tidak terlalu mendominasi proses pembelajaran. Dengan demikian siswalah yang harus aktif mengkonstruksi pengetahuan yang sudah dimilikinya untuk memecahkan persoalan-persoalan matematika. Hal tersebut sejalan dengan metode penemuan terbimbing. Siswa diharapkan dapat memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran matematika. Karena dengan begitu kegiatan belajar mengajar dapat lebih berkualitas sehingga diharapkan kemampuan penalaran induktif siswa dapat meningkat.

Pembelajaran dengan penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam metode ini siswa dibimbing untuk menganalisis sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru, PPPG (Junaidi, 2010). Metode penemuan terbimbing adalah pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan umumnya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan membimbing, Ali (Junaidi, 2010).

Namun tidak seluruh siswa pada suatu jenjang pendidikan dapat melaksanakan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing karena metode ini mengharuskan siswa untuk dapat mengaitkan pengetahuan sebelumnya dalam proses menemukan. Disinilah siswa harus mampu berfikir secara abstrak bukan lagi berdasarkan hal-hal konkrit.

(16)

4

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi, dan generalisasi. Anak pada tahap ini telah memiliki kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan. Sehingga jenjang pendidikan yang tepat untuk melakukan penalaran yaitu jenjang SMP dan SMA. Jenjang SMP merupakan jenjang peralihan dari operasi konkrit menuju operasi formal. Oleh karena itu pada jenjang ini siswa harus mulai dilatih untuk mampu berfikir secara nalar.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP”. Penelitian ini diharapakan dapat berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan serta dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan metode ekspositori?

2. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan metode penemuan terbimbing?

C. Batasan Masalah

(17)

5

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa SMP yang pembelajarannya menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan metode ekspositori.

2. Mengetahui respon siswa terhadap penerapan metode penemuan terbimbing.

E. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak baik yang terlibat ataupun tidak terlibat secara langsung dalam penelitian ini, khusunya bagi siswa, guru, peneliti, dan peneliti lainnya. Manfaat utama dari penelitian ini yaitu untuk memberikan informasi mengenai penyelesaian masalah rendahnya kemampuan penalaran induktif siswa SMP. Secara lebih jelasnya, adapun manfaat dilakukannya penelitian ini yaitu :

1. Bagi siswa, dengan metode penemuan terbimbing dapat melatih siswa untuk berani mengungkapkan ide, pendapat, dan gagasan matematika. Selain itu siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan yang pada akhirmya diharapkan akan berdampak pada meningkatnya kemampuan penalaran induktif siswa.

2. Bagi guru, metode penemuan terbimbing dapat dijadikan salah satu informasi pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan penalaran induktif siswa.

3. Bagi peneliti, menambah wawasan peneliti mengenai metode penemuan terbimbing dalam meningkatkan kemampuan penalaran indukif siswa. 4. Bagi peneliti lainnya, dapat dijadikan referensi dalam meneliti metode

(18)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuasi eksperimen karena tidak dimungkinkann melakukan pengelompokkan secara acak. Sehingga, berdasarkan metodenya penelitian ini adalah penelitian eksperimen Ruseffendi (2010: 35). Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat (Riduwan, 2010:50). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari suatu perlakuan yang sengaja dibuat (variabel bebas) terhadap hasil dari perlakuan yang diberikan (variabel terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika mengan metode penemuan terbimbing, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan penalaran induktif.

Terdapat dua kelas yang akan dibandingkan, kedua kelas memperoleh perlakuan yang berbeda, kelas pertama adalah kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing, dan kelas kedua adalah kelas kontrol yang diberikan pembelajaran dengan metode ekspositori. Sebelum diberikan perlakuan dilakukan tes awal (pretes) untuk mengukur kemampuan penalaran induktif awal siswa. Setelah diberikan perlakuan berupa proses pembelajaran, dilakukan tes akhir (postes) untuk mengetahui kemampuan penalaran induktif siswa setelah diberikan perlakuan.

Desain eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekivalen seperti yang digambarkan dalam diagram berikut ini (Ruseffendi, 2010: 53):

Kelas eksperimen : O X O

Kelas kontrol : O O

Diagram 3.1

(19)

16

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Keterangan :

O = pretes/postes

X = pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 44 Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 44 Bandung Tahun ajaran 2012/2013 semester genap yang terdiri dari sepuluh kelas. Pemilihan SMP ini karena berada pada klaster menengah sehingga diharapkan hasil yang diperoleh merupakan dampak dari pembelajaran yang diterapkan. Dari seluruh siswa kelas VIII SMPN 44 diambil dua kelas secara acak untuk dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai subjek penelitian. Sedangkan untuk keperluan uji instrumen dipilih satu kelas diluar kelas sampel. Berdasarkan pertimbangan guru mata pelajaran matematika dan peneliti dipilih kelas VIII-H sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-J sebagai kelas kontrol, serta kelas XI-C sebagai kelas yang digunakan untuk uji instrumen.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari persepsi diantara penulis dan pembaca dalam mengartikan istilah-istilah dalam penelitian ini, berikut disajikan beberapa istilah atau definisi operasional, yaitu :

1. Metode Penemuan Terbimbing

Metode penemuan terbimbing adalah metode pembelajaran dimana siswa berfikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum dan konsep yang diharapkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan.

2. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa.

(20)

17

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

d. Konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. e. Verbalisasi konjektur diserahkan kepada siswa untuk menyusunnya. f. Guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa

apakah hasil penemuan siswa. 3. Metode Ekspositori

Metode ekspositori adalah metode pembelajaran dimana pembelajaran terpusat pada guru, guru menjelaskan suatu materi dan memberikan contoh soal lalu siswa mengerjakan latihan soal yang sesui dengan materi tersebut.

4. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Ekspositori

a. Tahap Persiapan (Preparation), guru mempersiapkan siswa untuk menerima meteri pelajaran.

b. Tahap Penyajian (Presentation), guru menyajikan materi pelajaran. c. Tahap Korelasi (Correlation), guru mengaitkan materi pelajaran dengan

pengalaman siswa.

d. Tahap Menyimpulkan (Generalization), guru menyimpulkan materi pelajaran dan siswa mengambil intisari dari materi pelajaran yang disajikan guru.

e. Tahap Mengaplikasikan (Application), guru memberikan tugas ataupun tes yang berkaitan dengan materi pelajaran.

5. Kemampuan Penalaran Induktif

Kemampuan penalaran induktif siswa adalah kemampuan siswa untuk menarik kesimpulan secara umum atas dasar pemikiran hal-hal khusus.

6. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika

(21)

18

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pikiran siswa yang tercermin melalui sikap dan partisipasi siswa baik ketika pembelajaran berlangsung ataupun setelah pembelajaran dilaksanakan.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Suherman dan Kusumah (1990:70), terdapat dua jenis teknik evaluasi yaitu tes dan non-tes. Dalam penyusunannya kedua alat tes ini haruslah sesuai dengan tujuan instruksional pendidikan yaitu dapat mewakili kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Teknik non-tes biasanya digunakan untuk mengevaluasi bidang afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengevaluasi bidang kognitif.

Instrumen dalam penelitian ini digolongkan menjadi : 1. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes untuk mengukur kemampuan penalaran induktif siswa. Tes diadakan dua kali yaitu tes awal (pretes) dan test akhir (postes) dengan soal tes yang sama berbentuk uraian. Penyajian soal dalam bentuk uraian mempunyai beberapa kelebihan (Suherman dan Kusumah, 1990:95), yaitu :

a. Pembuatan soal bentuk uraian relatif lebih mudah dan bisa dibuat dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama. Hal ini disebabkan karena jumlah soal tersebut tidak terlalu banyak. Biasanya untuk soal matematika tidak lebih dari 5 butir soal.

b. Karena dalam menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut untuk menjawabnya secara rinci, maka proses berfikir, ketelitian, sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bias hasil evaluasi dapat dihindari karena tidak ada sistem tebakan atau untung-untungan. Hasil evaluasi lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya.

(22)

19

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sebelum tes penalaran induktif digunakan, tes terlebih dahulu diujicobakan kepada kelas yang dipilih selain kelas sampel dengan tujuan untuk mengetahui baik atau tidaknya kualitas instrumen. Hasil uji coba tersebut kemudian diberi skor berdasarkan rubrik penilaian kemampuan penalaran induktif, sebagai berikut:

Tabel 3.1

Rubrik Penilaian Kemampuan Penalaran Induktif

No.

Pola gambar atau bilangan yang dibuat sesuai dan dapat

memperoleh hubungan diantara pola-pola tersebut dengan tepat.

12 12

Pola gambar atau bilangan yang dibuat sebagian benar dan dapat memperoleh hubungan diantara pola-pola tersebut dengan tepat.

10

Pola gambar atau bilangan yang dibuat banyak kesalahan atau sama sekali salah dan dapat memperoleh hubungan diantara pola-pola tersebut dengan tepat.

8

Tidak membuat pola gambar atau bilangan namun dapat memperoleh hubungan diantara pola-pola tersebut dengan tepat.

6

Pola gambar atau bilangan yang dibuat sesuai namun hubungan diantara pola-pola tersebut salah.

5

Pola gambar atau bilangan yang dibuat dan hubungan diantara pola-pola tersebut salah.

2

Tidak membuat pola gambar atau bilangan dan hubungan diantara pola-pola tersebut salah.

1

(23)

20

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu No. mensubstitusi banyak tali busur terhadap rumus pola ke-n yang diperoleh pada no. 1a dan jawaban benar.

8 8

Jawaban diperoleh dengan mensubstitusi banyak tali busur terhadap rumus pola ke-n yang diperoleh pada no. 1a namun jawaban salah.

5

Jawaban diperoleh dengan cara menghitung banyak daerah yang terbentuk oleh 15 buah tali busur melalui gambar dan jawaban benar.

7

Jawaban diperoleh dengan cara menghitung banyak daerah yang terbentuk oleh 15 buah tali busur melalui gambar namun jawaban salah.

3

Tidak ada jawaban 0

2.a Mengestimasi aturan yang membentuk pola demi pola gambar atau bilangan.

Kesimpulan mengenai pola hubungan diantara kolom 3 dan 6 yang dibuat benar.

12 12

Kesimpulan mengenai pola hubungan diantara kolom 3 dan 6 yang dibuat ada sedikit kesalahan.

8

Kesimpulan mengenai pola hubungan diantara kolom 3 dan 6 yang dibuat terdapat banyak kesalahan atau sama sekali salah.

4

Tidak ada jawaban. 0

2.b Jawaban diberikan dengan cara

menganalisis hasil analisis terhadap kolom 3 dan kolom 6 dan jawaban tepat.

10 10

(24)

21

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu No.

2.b Mengestimasi aturan yang membentuk pola demi pola gambar atau bilangan.

Jawaban diberikan dengan cara menganalisis hasil analisis terhadap kolom 3 dan kolom 6 namun jawaban salah.

3 10

Jawaban diberikan dengan cara menghitung luas lingkaran jika jarinya menjadi a kali jari-jari mula-mula dan benar.

7

Jawaban diberikan dengan cara menghitung luas lingkaran jika jarinya menjadi a kali jari-jari mula-mula dan ada sedikit kesalahan.

5

Jawaban diberikan dengan cara menghitung luas lingkaran jika jarinya menjadi a kali jari-jari mula-mula tetapi ada banyak kesalahan atau sama sekali salah.

2

Tidak ada jawaban 0

2.c Jawaban diberikan dengan cara

mensubstitusi bilangan 10 terhadap aturan yang telah diperoleh pada jawaban 2.a dan jawaban tepat.

8 8

Jawaban diberikan dengan cara mensubstitusi bilangan 10 terhadap aturan yang telah diperoleh pada jawaban 2.a namun jawaban salah.

4

Jawaban diberikan dengan cara menghitung luas lingkaran jika jarinya menjadi 10 kali jari-jari mula-mula dan benar.

6

Jawaban diberikan dengan cara menghitung luas lingkaran jika jarinya menjadi 10 kali jari-jari mula-mula dan ada sedikit kesalahan.

4

(25)

22

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu No.

2.c Mengestimasi aturan yang membentuk pola demi pola gambar atau bilangan.

Jawaban diberikan dengan cara menghitung luas lingkaran jika jarinya menjadi 10 kali jari-jari mula-mula tetapi ada banyak kesalahan atau sama sekali salah.

Hubungan diantara pola demi pola gambar dan banyak lingkaran yang terbentuk dapat diperoleh dengan tepat.

13 13

Hubungan diantara pola demi pola gambar dan banyak lingkaran yang terbentuk dapat diperoleh dengan ada sedikit kesalahan.

7

Hubungan diantara pola demi pola gambar dan banyak lingkaran yang terbentuk dapat diperoleh dengan banyak kesalahan atau sama sekali salah.

3

Jawaban diperoleh dengan cara menghitung banyak lingkaran melalui gambar pada pola ke-6 dan jawaban tepat.

8

Jawaban diperoleh dengan cara menghitung banyak lingkaran melalui gambar pada pola ke-6 namun jawaban salah.

2

Tidak ada jawaban 0

3.b Dapat menentukan rumus pada

pola gambar ke-n berdasarkan hubungan pola gambar dan banyak lingkaran yang terbentuk dengan benar.

12 12

Dapat menentukan rumus pada pola gambar ke-n berdasarkan hubungan pola gambar dan banyak lingkaran yang terbentuk namun salah.

2

Tidak ada jawaban. 0

(26)

23

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

No.

4.a Mengestimasi aturan yang membentuk pola demi pola gambar atau bilangan.

Aturan yang membentuk pola gambar dan bilangan diperoleh dengan cara menganalisis hubungan diantara polinom dan besar salah satu sudut pusat yang terbentuk dan jawaban tepat.

13 13

Aturan yang membentuk pola gambar dan bilangan diperoleh dengan cara menganalisis hubungan diantara polinom dan besar salah satu sudut pusat yang terbentuk namun jawaban terdapat sedikit kesalahan.

7

Aturan yang membentuk pola gambar dan bilangan diperoleh dengan cara menganalisis hubungan diantara polinom dan besar salah satu sudut pusat yang terbentuk namun jawaban banyak terdapat kesalahan atau sama sekali salah.

3

Jawaban diperoleh dengan cara menggambarkan segisepuluh pada lingkaran lalu menghitung besar sudut pusat yang terbentuk dan jawaban tepat.

10

Jawaban diperoleh dengan cara menggambarkan segisepuluh pada lingkaran lalu menghitung besar sudut pusat yang terbentuk namun jawaban salah.

2

Tidak ada jawaban 0

4.b Dapat memperoleh aturan pada

segi ke-n dengan membuat pola- pola hubungan polinom dan besar salah satu sudut pusat yang terbentuk dengan benar

12 12

Dapat memperoleh aturan pada segi ke-n berdasarkan hubungan polinom dan besar salah satu sudut pusat yang terbentuk namun jawaban salah

2

Tidak ada jawaban. 0

Skor Total 100

(27)

24

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Untuk mengetahui suatu instrumen berkualitas baik atau tidak harus diperhatikan kriteria yang harus dipenuhi yaitu :

1) Validitas

Validitas adalah keadaan yang dapat menggambarkan tingkat keabsahan suatu alat evaluasi. Suatu alat evaluasi dapat dikatakan valid jika alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Suatu alat evaluasi dapat dikatakan valid untuk suatu tujuan tertentu, namun belum tentu valid untuk tujuan lain.

Validitas seluruh butir soal dipengaruhi oleh validitas setiap butir soal, begitupun sebaliknya. Setiap butir soal dikatakan valid jika memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Validitas setiap butir soal dapat mencerminkan ketepatan setiap butir soal dalam mengevaluasi apa yang akan dievaluasi.

Adapun cara untuk menghitung derajat validitas suatu alat evaluasi yaitu menggunakan rumus korelasi produk-moment memakai angka kasar (raw score) (Suherman dan Kusumah, 1990:145), sebagai berikut :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. X = skor siswa pada tiap butir soal.

Y = skor total tiap siswa. N = jumlah peserta tes

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat validitas digunakan kriteria Guilford (Suherman dan Kusumah, 1990:145) yang disajikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3.2

Klasifikasi Koefisien Korelasi

(28)

25

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil uji coba di SMP Negeri 44 Bandung kelas IX-C, maka dilakukan uji validitas butir soal dengan menggunakan software Anates Uraian

Ver 4.0.7. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3

Validitas Tiap Butir Soal

No. Soal Validitas Interpretasi

1. 0,63 Validitas Tinggi

2. 0,88 Validitas Sangat Tinggi

3. 0,83 Validitas Sangat Tinggi

4. 0,80 Validitas Tinggi

2) Reliabilitas

Reliabilitas dapat diartikan sebagai tingkat konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama dan tes yang sama pula ketika diuji pada waktu yang berbeda (Ishaq, 2011), hal tersebut mengandung arti bahwa kapan pun alat evaluasi tersebut diujikan kepada orang yang sama akan memberikan hasil ukur yang sama. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketetapan suatu alat evaluasi dan seberapa besar alat evaluasi itu dapat dipercaya.

Rumus yang digunakan untuk menentukan koefisien reliabilitas alat evaluasi berbentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman dan Kusumah, 1990:194) sebagai berikut :

r = koefisien reliabilitas alat evaluasi. n = banyak butir soal (item).

(29)

26

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Interval r11 Interpretasi

0,80 < r11≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 Sedang

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil uji coba diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0, 81. Sehingga derajat reliabilitas instrumen tes memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. 3) Daya Pembeda

Daya pembeda (DP) sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan siswa yang pandai atau siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dengan siswa yang kurang pandai.

Indeks daya pembeda berada pada interval -1,00 sampai dengan 1,00 (Suherman dan Kusumah, 1990:201). Jika Indeks DP mendekati 1,00 maka DP butir soal tersebut semakin baik, jika indeks DP semakin mendekati 0,00 maka DP butir soal tersebut semakin buruk. Sedangkan jika indeks DP bernilai negatif maka butir soal tersebut tidak dapat menunjukan keadaan siswa yang sebenarnya, yaitu siswa yang pandai mendapat nilai yang buruk, sedangkan siswa yang bodoh mendapat nilai yang baik.

Hal tersebut diatas bertentangan dengan pendapat Galton (Suherman dan Kusumah, 1990:200) bahwa suatu alat tes yang baik harus mampu membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan yang bodoh karena dalam suatu kelas terdapat ketiga kelompok tersebut. Galton menggambarkan kondisi ideal kelompok-kelompok siswa tersebut kedalam kurva yang berdistribusi normal pula.

(30)

27

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu A

Klasifikasi nilai DP yang banyak digunakan menurut Suherman dan Kusumah (1990:202) adalah :

Tabel 3.5

Klasifikasi Nilai Daya Pembeda

Indeks DP Interpretasi

0,70 <DP ≤ 1,00 Sangat Baik

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

Dari hasil perhitungan menggunakan software Anates Uraian Ver 4.0.7 diperoleh daya pembeda sebagai berikut:

Tabel 3.6

Daya Pembeda Tiap Butir Soal

No. Soal Daya Pembeda (DP) Interpretasi

1. 0,27 Cukup

2. 0,53 Baik

3. 0,72 Sangat Baik

4. 0,57 Baik

4) Tingkat Kesukaran

(31)

28

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Galton berasumsi (Suherman dan Kusumah, 1990:211) bahwa suatu alat evaluasi yang baik akan menghasilkan nilai yang membentuk kurva berdistribusi normal. Dalam hal ini siswa yang memperoleh nilai rata-rata akan lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memperoleh nilai tinggi ataupun rendah. Sebuah butir soal dapat dikatakan sukar jika kurva distribusi normal terlalu condong kearah skor yang rendah, dan juga sebaliknya.

Untuk menghitung tingkat kesukaran butir soal berbentuk uraian digunakan rumus: dengan 1,00 (Suherman dan Kusumah, 1990:212). Berikut disajikan tabel klasifikasi indeks kesukaran yang biasa digunakan :

Tabel 3.7

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan software Anates Uraian Ver

(32)

29

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tabel 3.8

Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

No. Soal Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi

1. 0,83 Mudah

2. 0,60 Sedang

3. 0,60 Sedang

4. 0,54 Sedang

Rekapitulasi dari semua perhitungan hasil uji coba tes kemampuan penalaran induktif disajikan secara lengkap pada Tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.9

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Kemapuan Penalaran Induktif

No. Soal

Validitas Reliabilitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran Interpretasi Interpretasi Interpretasi Interpretasi

1. Tinggi

Berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dilihat dari analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran soal tes kemampuan penalaran induktif yang telah diujicobakan pada siswa kelas IX-C SMP Negeri 44 Bandung maka dapat disimpulkan bahwa soal tes tersebut layak digunakan sebagai acuan untuk mengukur kemampuan penalaran induktif siswa kelas VIII khusnya kelas VIII-H sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-J sebagai kelas kontrol yang menjadi subjek dalam penelitian ini.

2. Non-Tes

Pada penelitian ini instrumen non-tes yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Angket Siswa

(33)

30

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Angket dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu (Suherman dan Kusumah, 1990:71):

a) Angket terbuka langsung. b) Angket terbuka tak langsung. c) Angket tertutup langsung. d) Angket tertutup tak langsung.

Dalam penelitian ini angket yang dimaksud adalah angket tertutup tak langsung yaitu responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan dimana jawaban tidak berkenaan dengan diri responden melainkan berupa pendapat/penilaian diluar diri responden dalam hal ini responden berpendapat mengenai metode pembelajaran ynag diberikan.

Adapun cara pengisian angket yaitu dengan memberikan tanda checklist () pada kolom yang telah disediakan. Jika responden sangat setuju terhadap pertanyaan/pernyataan maka checklist () pada kolom SS, jika setuju saja pada kolom S, tidak setuju pada kolom TS, dan terakhir jika responden sangat tidak setuju maka checklist () kolom TST.

b. Lembar Observasi Guru dan Siswa

Observasi atau pengamatan dilakukan oleh observer diluar guru dan siswa. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung. Lembar observasi berupa pertanyaan atau pernyataan yang ditujukan untuk menilai siswa guru, dan seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas selama pembelajaran.

(34)

31

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu E. Alat dan Bahan Ajar

Dalam penelitian ini, materi yang dipilih adalah materi Lingkaran untuk kelas VIII semester 2. Pemilihan materi ini memungkinkan munculnya indikator-indikator penalaran induktif. Dalam penelitian ini materi ajar dibatasi hanya meliputi bahasan: (1) Lingkaran dan Bagian-bagiannya, (2) Keliling dan Luas Bidang Lingkaran, (3) Hubungan Sudut Pusat, Panjang Busur, dan Juring Lingkaran.

Perangkat pembelajaran yang digunakan yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. LKS untuk kelas eksperimen dibagi menjadi dua tugas yaitu tugas 1 yang berisi konsep yang harus ditemukan oleh siswa secara berkelompok dan tugas 2 yang berisi latihan soal yang harus dikerjakan siswa secara individu.

RPP disusun sesuai dengan metode pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Untuk kelas ekperimen RPP disusun berdasarkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing, sedangkan untuk kelas kontrol, RPP disusun berdasarkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode ekspositori.

Sedangkan alat ajar yang digunakan diantaranya media pembelajaran yang berkaitan dengan konsep lingkaran dan media lingkungan sekitar yang dapat digunakan.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan data, dan yang terakhir tahap penyelesaian. Adapun keempat tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan dilakukan kegiatan-kegiatan agar pelaksanaan penelitian berjalan dengan baik dan lancar, kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menyusun proposal.

(35)

32

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu c. Mempersiapkan perangkat dan instrumen penelitian. d. Mengurus surat perizinan.

e. Mengadakan uji coba instrumen dan merevisinya.

f. Melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. g. Menentukan sampel penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 44 Bandung yakni di kelas VIII-H sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-J sebagai kelas kontrol. Adapun kegiatan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu:

a. Memberikan tes awal (pretes) kepada kelas kontrol maupun kelas eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan penalaran induktif awal siswa.

b. Menerapkan metode penemuan terbimbing pada kelas eksperimen dan metode ekspositori pada kelas kontrol.

c. Memberikan lembar observasi kepada observer untuk melakukan pengamatan terhadap pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing.

d. Memberikan tes akhir (postes) pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan penalaran induktif setelah diberikan perlakuan yang berbeda.

e. Memberikan angket kepada siswa di kelas eksperimen. 3. Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan terhadap data kuantitatif berupa data pretes dan postes maupun data kualitatif berupa angket siswa dan lembar observasi guru dan siswa. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan analisis tahap awal terhadap hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian dibandingkan. Untuk analisis tahap akhir, apabila kondisi awal sama maka analisis dilakukan pada hasil postes. Tetapi apabila tidak sama secara signifikan maka menggunakan indeks

(36)

33

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

b. Melakukan analisis terhadap angket siswa dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa untuk melihat proses penerapan pembelajaran metode penemuan terbimbing dan respon siswa terhadap pembelajaran. 4. Tahap Penyelesaian

Setelah pengolahan data selesai, tahap akhir yaitu tahap penyelesaian. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu:

a. Membuat kesimpulan berdasarkan analisis data hasil penelitian. b. Menyusun laporan penelitian

Berikut ini adalah alur prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu :

Diagram 3.2 Alur Prosedur Penelitian

Penyusunan Proposal

Seminar Proposal

Pembuatan Instrumen

Uji Coba Instrumen

Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Tes Awal (pretes) Tes Awal (pretes)

Pembelajaran dengan metode ekspositori

Pembelajaran dengan metode penemuan

terbimbing

Tes Akhir (postes) Tes Akhir (postes)

Respon Siswa

(37)

34

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu G. Teknik Pengolahan Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes awal (pretes) dan test akhir (postes). Sedangkan data kualitatif diperoleh dari angket siswa dan lembar observasi guru dan siswa. Adapun prosedur untuk analisis data adalah sebagai berikut:

1. Data Pretes dan Postes/Indeks Gain

Dalam penelitian ini data kuantitatif diperoleh dari hasil tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Data-data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes dianalisis secara statistik. Untuk mengolah data hasil penelitian digunakan

software SPSS 20.0 dan Microsoft Excel 2010.

Data hasil tes yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dianalisis melalui analisis tahap awal dan analisis tahap akhir. Adapun proses analisis tahap awal dan tahap akhir dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Analisis Tahap Awal

Analisis tahap awal dilakukan dengan menganalisis hasil data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Analisis Tahap Akhir

Analisis tahap akhir bergantung dari hasil analisis tahap awal. Apabila kemampuannya ekuivalen maka untuk analisis tahap akhir digunakan analisis terhadap hasil postes kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sedangkan apabila kemampuannya berbeda secara signifikan maka digunakan analisis terhadap

indeks gain kelas kontrol dan kelas eksperimen.

(38)

35

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Diagram 3.3

Diagram Alir Pengolahan Data Kuantitatif

Diagram 3.3 dapat dijelaskan sebagai berikut. Data pretes masing-masing kelompok diuji normalitasnya. Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas kedua kelompok. Jika kedua kelompok atau salah satu kelompok tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji non-parametrik. Untuk kasus data kedua kelompok atau salah satu kelompok tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji non-parametrik (Sudjana, 2005: 446). Uji nonparametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney U. Setelah normalitas dan homogenitas dipenuhi,

selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan uji t. Apabila normalitas dipenuhi, tetapi homogenitas tidak dipenuhi selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rerata dengan menggunakan uji t’. Hal serupa dilakukan pada analisis tahap akhir yakni dengan menggunakan data postes apabila rerata kemampuan awal kedua kelompok sama, dan menggunakan indeks

gain apabila rerata kemampuan awal kedua kelompok berbeda.

Berikut ini dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data hasil pretes dan postes/indeks gain:

1) Memberikan skor jawaban peserta didik sesuai dengan pedoman penilaian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Data Kuantitatif

Uji Normalitas

Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji t’

Uji Homogenitas

Shapiro-Whilk

Uji Mann-Whitney U

Levene Statistic

Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji t

(39)

36

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2) Membuat tabel skor hasil tes peserta didik baik pretes, postes, maupun indeks

gain.

3) Menguji normalitas.

Uji normalitas data hasil pretes dan hasil postes/indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Saphiro-Wilk dengan taraf signifikansi

(α) 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data pretes adalah sebagai berikut :

H0 : Skor pretes (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : Skor pretes (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Sedangkan perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data postes/indeks gain adalah

H0 : Skor postes/indeks gain (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : Skor postes/ indeks gain (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujiannya adalah

 Nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.

 Nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas ≥ 0,05 maka H0 diterima. 4) Melakukan uji homogenitas.

Uji homogenitas data hasil pretes dan postes/indeks gain untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang homogen atau tidak. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas data pretes dan postes/indeks gain adalah

H0 : Varians antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol homogen. H1 : Varians antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak homogen. Kriteria pengujiannya adalah

(40)

37

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu b) Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima.

5) Menguji perbedaan dua rerata.

Hipotesis yang digunakan pada pengujian perbedaan dua rerata pretes adalah:

H0: Rerata kemampuan penalaran induktif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.

H1: Rerata kemampuan penalaran induktif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada pengujian perbedaan dua rerata postes/indeks gain adalah:

H0: Peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa kelas eksperimen tidak lebih baik dari kelas kontrol.

H1: Peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Adapun kriteria pengujiannya adalah

a) Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima. b) Jika nilai signifikansi 0,05 maka H0 ditolak.

Apabila kemampuan awal kelas eksperimen dan kontrol sama, maka dilakukan pengujian terhadap data postes. Sedangkan apabila kemampuan awal kelas eksperimen dan kontrol berbeda dilakukan pengujian terhadap indeks gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menentukan indeks gain dari setiap siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan berdasarkan kriteria indeks gain dalam Hake (Maryati, 2007:40):

(41)

38

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tabel 3.10

Interpretasi Indeks Gain

Besarnya Indeks Gain (g) Interpretasi

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Semakin tinggi rerata indeks gain, maka semakin tinggi pula peningkatan yang terjadi akibat penerapan metode pembelajaran pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

2. Analisis Data Angket

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing. Data yang diperoleh melalui angket berupa data kualitatif, oleh karena itu untuk menganalisisnya haruslah ditransfer kedalam skala kuantitatif. Skala yang digunakan dalam menganalisis data angket yaitu skala Likert.

Dalam perhitungannya untuk pernyataan positif (favorable) kategori SS (Sangat Setuju) diberi skor tertinggi, semakin menuju STS (Sangat Tidak Setuju) skor yang diberikan semakin rendah. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable), kategori SS diberi skor terendah, sedangkan semakin mendekati STS skor yang diberikan semakin tinggi.

Adapun penskoran yang diberikan, menurut Suherman dan Sukjaya (1990:236) adalah sebagai berikut:

Untuk pernyataan positif (favorable), jawaban: SS (Sangat Setuju) diberi skor 5

S (Setuju) diberi skor 4

TS (Tidak Setuju) diberi skor 2

STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1

Untuk pernyataan negatif (unfavorable), jawaban: SS (Sangat Setuju) diberi skor 1

(42)

39

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu TS (Tidak Setuju) diberi skor 4

STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 5

Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan menghitung rata-rata skor yang diperoleh siswa. Jika rata-rata skor yang diperoleh lebih dari 3 maka dapat dinyatakan siswa memiliki respon yang positif, sebaliknya jika rata-rata skor yang diperoleh kurang dari 3, maka respon siswa negatif terhadap pembelajaran menggunkan metode penemuan terbimbing.

3. Analisis Data Lembar Observasi

(43)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap data hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing sebagai berikut :

1. Peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa SMP yang memperoleh pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika menggunakan metode ekspositori. Kualitas Peningkatan kemampuan penalaran induktif kelas eksperimen dan kelas kontrol terlihat dari hasil rata-rata indeks gain yaitu untuk kelas eksperimen termasuk kedalam kriteria sedang dan untuk kelas kontrol termasuk kedalam kriteria rendah.

2. Siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diperoleh, maka penulis merekomendasikan beberapa hal di bawah ini:

1. Pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing sebaiknya menjadi alternatif pembelajaran bagi guru pada jenjang SMP dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan penalaran induktif siswa.

(44)

Nurul Intan Septiani, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Kunci Pemuda Mengorbitkan Bangsa. [Online]. Tersedia: http://mbincungs.blogspot.com/2011/11/entrepreneur-kunci-pemuda mengorbitkan.html. [7 Maret 2012].

Anonim. (2011). Pengertian Respon. [Online]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31904/3/Chapter%20II.p df. [26 Juni 2013].

Bhirawa, M. (2011). Kualitas SDM Indonesia di Dunia. [Online]. Tersedia:

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/03/14/kualitas-sdm-indonesia-di-dunia/. [7 Maret 2012].

Budiarto. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode

Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif siswa SMA. [Online]. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.Tersedia:http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi= 08604.[10 Oktober 2012].

Herdian. (2010). Kemampuan Pemahaman Matematika. [Online]. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/. [21 Maret 2012].

Hidayati. (2007). Studi Komparasi Hasil Belajar Geografi Antarapembelajaran

Berbasis Masalah Denganpembelajaran Konvensional Pada Siswakelas Xi Program Ilmu Sosialsma Negeri 9 Semarangtahun 2006/2007.

[Online]. Skripsi. Tersedia :http://www.scribd.com/doc/49611414/12/D-Pembelajaran-Konvensional. [28 Oktober 2012].

Ishaq. (2011). Reliabilitas Instrumen Tes (Bag I). [Online]. Tersedia : http://www.ak-ishaq.com/2011/06/reliabilitas-instrumen-tes-bag-1.html. [18 April 2012].

Junaidi, W. (2010). Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. [Online]. Tersedia : http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-penemuan-terbimbing.html. [7 Maret 2012].

Khotib, M. (2011). Tingkat Kesukaran Soal. [Online]. Tersedia :

http://simpelpas.wordpress.com/2011/04/12/tingkat-kesukaran-soal/. [18 April 2012].

Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Penemuan Terbimbing. [Online]. Tersedia : http://p4tkmatematika.org/downloads/ppp/PPP_Penemuan_terbimbing.p df. [19 Maret 2012].

Maryati, Y. (2007). Perbandingan Peningkatan Prestasi Belajar Matematika

Antara Siswa SMP yang Mendapat Pembelajaran Model Penemuan Terbimbing dan Model Treffinger. Skripsi. Bandung: Universitas

Gambar

Tabel 4.10 Komposisi Respon Siswa Terhadap Metode Penemuan
Tabel 3.1 Rubrik Penilaian Kemampuan Penalaran Induktif
gambar bilangan.
gambar atau bilangan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Keywords: Optimization, SVR, Optimal Parameter, Feature Selection, Local Best PSO, Software Effort Estimation.. 1

we used 3 methods to solve the problem, the methods are AHP for feature selection, SVM for classification from 3 classes to 2 classes, and then TOPSIS give a

yakni mencari nilai maksimum atau minimumnya, tetapi terhalang oleh fungsi lain yang

Kesejahteraan psikologis merupakan gambaran kesehatan psikologis individu dalam menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, dapat menjalin hubungan

Piksel (terkecuali) yang dipertimbangkan sebagai sebuah impulse, nilai grayscale dalam piksel pada gambar yang difilter adalah sama dengan citra masukan.. Adaptive

Dalam mengirimkan suatu pesanan pada para pelanggan di sebuah perusahaan pengiriman barang untuk kebutuhan sehari-hari, merupakan suatu keharusan bagi perusahaan tersebut

Kepuasan pelanggan dapat tercermin dari mutu pelayanan yang diberikan oleh wisma gardenia kepada penghuni, sebagai upaya untuk mempertahakan penghuni kost yang sudah ada